Anda di halaman 1dari 10

[Type text]

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
keperibadiannya sesuai dengan nilai nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.Manusia
adalah makhluk Ciptaan Tuhan yang Maha Esa yang paling sempurna dibandingkam
dengan makhluk lain ciptaan-Nya.Ciri khas manusia yang membedakan manusia dengan
hewan ialah hakikat manusia.Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut
hanya dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan.Dengan pemahaman yang jelas tentang
hakikat manusia maka seorng pendidik diharapkan dapat membuat karakteristik manusia
sebagai acuan bersikap,menyusun strategi dan metode.

1.2 Tujuan penulis

Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan.Untuk lebih
mengetahui sifat hakikat manusia.Untuk memhami dimensi-dimensi hakikat
manusia,serta pengembangan dimensi hakikat manusia.

1
[Type text]

BAB II

PEMBAHASAN

Hakikat Manusia

Manusia diciptakan Tuhan yang Maha Esa dimuka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya.Manusia memiliki akal sehingga
daoat berfikir,bertindak,berusaha dan dapat menentukan mana yang baik dan mana yang benar.

2.1 Sifat hakikat manusia

Antara lain :

1). Kemampuan menyadari diri sendiri


Manusia harus mampu menyadari dirinya sendiri. Bisa dikatakan bahwa manusia itu
harus dapat menjadi dirinya sendiri atau dalam istilah lain, be your self. Dalam artian
yang lebih luas, manusia harus mampu dan mengembangkan apa yang ada dalam dirinya
demi kemanusiaannya. Mampu mengembangkan aspek sosialitasnya dan mampu juga
mengembangkan aspek individualitasnya sehingga jika manusia dapat menyeimbangkan
kedua aspek tersebut maka dengan begitu manusia mampu mengekplorasi potensi-potensi
yang ada serta membuat jarak dengan yang lainnya.

2). Kemampuan bereksistensi


Bereksistensi menyatakan bahwa manusia itu ada dan mengetahui apa yang ada di luar
dirinya. Kemampuan bereksistensi berarti manusia mampu membuat jarak antara "aku"
atau egonya dengan "dirinya" sebagai obyektif. Oleh sebab itu, di mana pun dan dalam
kondisi apa pun manusia harus mampu menyatakan keeksistensiannya agar tidak
terpengaruh dengan yang lainnya.

Dengan kemampuan bereksistensi, manusia pun mampu melihat obyek sebagai "sesuatu".
Sesuatu di sini adalah dapat merubah obyek yang diamatinya menjadi sesuatu yang
berguna dengan akal pikirannya. Selain itu, manusia juga dapat menerobos ruang dan
waktu tanpa harus merubah segala hal yang ada pada dirinya.

3). Pemilikan kata hati (qalbu)


Manusia berbeda dengan binatang dan makhluk lainnya karena manusia memiliki kata
hati atau qalbu yang dapat memberikan penerangan tentang baik dan buruknya perbuatan
sebagai manusia. Jika ada sesuatu yang salah maka kata hati akan berbicara, begitu pun
sebaliknya.

Dengan memiliki kata hati, manusia dapat memberikan bentuk pengertian yang
menyertai perbuatan atau membenarkan apa yang dilakukannya tanpa harus terpengaruh

2
[Type text]

oleh hal-hal lain di luar dirinya, namun harus dalam konteks kebenaran umum atau nilai-
nilai positif dalam kehidupan.

4). Moral (etika)


Secara garis besar, moral (etika) adalah nilai-nilai yang mengatur manusia. Nilai-nilai itu
sendiri mencakup dua hal, yaitu nilai dasar yang bersifat universal (nilai-nilai
kemanusiaan secara umum) dan nilai instrumental yang bersifat bahagian dari nilai-nilai
dasar tersebut. Nilai instrumental lebih menekankan kepada cara atau hal yang nampak
dalam keumuman nilai dasar.

Dengan memiliki moral (etika), manusia mampu membuat jarak antara kata hati dengan
moral. Jadi, moral manusia itu sendiri terjadi karena adanya dorongan dari kata hati. Jika
kata hati berkata baik maka moral manusia itu pun dapat menghadirkan nilai-nilai yang
baik. Dengan begitu, dengan pendidikan berarti manusia dapat menumbuhkembangkan
etiket (sopan santun) dan etika (nilai-nilai kehidupan).

5). Tanggung jawab


Tanggung jawab manusia di dunia ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tanggung jawab
kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada
Tuhan. Namun demikian, tanggung jawab itu bermuara kepada Tuhan sebab manusia
diciptakan adalah sebagai bukti pengabdian manusia kepada Tuhannya untuk menjaga
atau sebagai khalifah di muka bumi.

Tanggung jawab itu sendiri berasal dari moral manusia yang dihadirkan oleh kata
hatinya.

6). Rasa kebebasan


Rasa kebebasan di sini memiliki arti "merdeka". Kebebasan itu sendiri bukan berarti
manusia harus bebas dari segala tuntutan dalam kehidupan, melakukan semua hal sesuai
dengan keinginan dirinya sendiri, namun bebas di sini adalah bebas yang dibatasi oleh
rasa.

Rasa kebebasan itu pun harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, mampu merubah
ikatan luar yang membelenggu menjadi ikatan dalam yang menggerakkan hatinya. Jadi,
semua tuntutan yang ada dalam kehidupan harus mampu menyatu dengan dirinya sendiri
sehingga manusia dapat bebas menurut kodratnya.

Oleh sebab itu, dalam rasa kebebasan (kemerdekaan) manusia dapat mengendalikan kata
hatinya agar dapat menciptakan moral yang baik sehingga dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan rasa kebebasan tersebut.

7). Kewajiban dan Hak


Manusia dilahirkan Tuhan ke dunia karena memiliki hak hidup sejak manusia itu masih
berada di dalam rahim. Namun, hak itu harus dibarengi oleh kewajiban yang merupakan

3
[Type text]

keniscayaan bagi dirinya sebab jika kewajiban tidak ada maka hak adalah sesuatu yang
kosong.

Kita tak perlu menuntut hak lebih awal jika kewajiban yang dituntut belum dijalankan.
Hak itu ada karena kewajiban ada.

8). Menghayati kebahagiaan


Puncak dari sifat hakikat manusia adalah menghayati kebahagiaan. Menghayati
kebahagiaan berarti memadukan antara pengalaman yang menyenangkan dengan yang
pahit melalui sebuah proses, di mana hasil yang didapat adalah kesediaan menerima apa
adanya. Jadi, kebahagiaan itu muncul ketika kejadian atau pun pengalaman sudah
dipadukan di dalam hati dan kita mampu menerimanya dengan apa adanya tanpa harus
menuntut sedikit pun.

2.2 Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya.

a. Dimensi-dimensi manusia

1. Dimensi Keindividuan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas.
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki
kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.

2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld
(1955 : 54) dalam buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La
Ulo 2005 : 18). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada
hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul.
Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun
yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat
yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di
dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-
citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.

3. Dimensi Kesusilaan

Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan
sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.

4
[Type text]

(Drijarkoro 1978 : 36 – 39) dalam buku (Pengantar Pendidikan Prof. Dr. Tirtaraharja dan
Drs. S.L La Ulo 2005 : 21)
Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus
mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan
atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

4. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluq religius. Mereka percaya bahwa di luar alam
yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini.
Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama
tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluq yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan
hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah
tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada
anaknya atau anak didiknya.

b. Potensi-potensi manusia
Ada tiga potensi yang adapada diri manusia, yaitu potensi akal, potensi jasmani dan
potensi rohani.
1.Potensi Akal
Akal adalah karunia yang Allah Swt berikan kepada manusia, yang menjadikan
manusia berbeda dengan makhluk Allah Swt yang lain. Ketinggian derajat manusia
dibandingkan dengan mahkluk yang lain adalah karena manusia memiliki akal. Namun
Allah Swt menghendaki agar akal kita digunakan untuk memikirkan tentang
keberadaan dan keEsaan Allah Swt. Jika akal manusia digunakan untuk memikirkan
keberadaan dan keEsaan Allah maka manusia akan mengenal Allah Swt. Dan akal
manusia akan menjadi bernilai di sisi Allah Swt.

Dengan potensi akal manusia mampu mencari ilmu pengetahuan, penemuan-pene-


muan dan menciptakan segala sesuatunya. Akallah yang bisa kita gunakan untuk
menciptakan ilmu yang bermanfaat dan menciptakan segala sesuatu yang mempunyai
kemaslahatan bagi manusia lainnya, dan begitu pula sebaliknya.

2.Potensi Rohani
Potensi rohani merupakan potensi yang penting bagi manusia. Jiwa atau Ruh
merupakan potensi asasi manusia yang sepenuhnya ditentukan oleh Allah. Dengan
potensi rohani, manusia dapat melihat mana yang haq dan mana yang bathil, mana
yang benar dan mana yang salah, mana yang bersih dan mana yang kotor, maka jika
hati manusia bersih tentunya manusia akan memilih yang haq, benar, dan bersih.
Begitu pula sebaliknya. Maka dari itu sebagai manusia yang memiliki potensi rohani,
kita harus memperkuat keyakinan kita agar potensi ini berjalan dengan baik.

5
[Type text]

3. Potensi Jasmani
Potensi jasmani manusia sangat didukung oleh kuatnya jasmani. Dan kuatnya jasmani
sangat didukung oleh masukan makanan bergizi yang mengandung zat yang
dibutuhkan oleh tubuh kita dan diikuti pula oleh istirahat yang cukup. Tak lupa
olahraga akan membuat jasmani kita semakin bertambah kuat. Manusia bisa meng-
gunakan potensi ini untuk berbuat amal kebaikan dan melakukan apa saja yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, nusa dan bangsa.
Apalagi banyak penelitian membuktikan bahwa di dalam tubuh manusia yang
terbentuk dari sel-sel, terdapat DNA yang mampu menyimpan informasi luar biasa
banyaknya, tersimpan pula talenta yang menjadi karunia dalam diri manusia maka tu-
gas manusialah untuk mengenali talenta itu, mengasahnya dengan akal, hati dan fisik
sehingga menjadi sebuah sarana untuk mencapai tujuan hidup selanjutnya di dunia dan
akhirat.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari uraian diatas adalah bahwa manusia yang
sukses adalah manusia yang mampu mengoptimalkan ketiga potensi yang dimilikinya
semaksimal mungkin secara seimbang. Dan apabila ketiga potensi ini diberi makanan
yang tepat, maka akan terbentuk sosok manusia yang kuat jasmani, kuat akalnya, dan
memiliki kekuatan rohani pula. Ketiga potensi itu harus diisi bersama – sama secara
proporsional.

c. Dinamika Manusia

Dinamika merupakan perubahan, jadi dinamika manusia dapat kita artikan perubahan
yang dialami oleh manusia sejak manusia itu masih dalam kandungan sampai dilahirkan
hingga akhir hayatnya selalu bersifat dinamis. Maka dengan itulah dinamika manusia
bersifat ABADI. baik itu fisik, perilaku, maupun budaya manusia.

Salah satu ciri khas manusia dinamis adalah ia selalu menampakkan perubahan dan
pergerakan secara berproses, berkesinambungan, dan pasti. Jika tidak lahir suatu
perubahan dan pergerakkan dari, oleh, atau atas perlakuannya, maka hampir dapat
dipastikan, ia hanya selayaknya manusia yang hidup, akan tetapi tidak bisa dibilang
dinamis. Sebab untuk dikatakan dinamis mutlak memerlukan suatu energi, bahkan
gabungan sekian energi untuk mencipta suatu bentuk perwajahan yang baru dari setiap
apa yang telah ada sejak awal. Dari sini, dapat kita tarik cetak biru, bahwa hakekat
dinamika senantiasa menghadirkan kesiapan manusia untuk melakukan terobosan-
terobosan baru dengan menciptakan iklim kreatifitas yang tak terbatas bagi para pelaku
perubahan tersebut.

6
[Type text]

2.3 Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat
manusia menjadi tugas pendidikan.
Manusia lahir telah dikarunia dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi. Belum
terktualisasi menjadi wujud kenyataan atau ‘aktualisasi’, dari kondisi ‘potensi’, menjadi wujud
aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam
memberikan jasanya. Setiap manusia lahir dikaruniai ‘naluri’ , yaitu dorongan – dorongan alami
(dorongan makan, sexs, mempertahankan diri dan lain – lain). Jika seandainya manusia dapat
hidup dengan naluri maka tidak berdaya ia dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status
hewani itu dapat diubah menjadi kearah yang status manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada
dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin bisa saja terjadi kesalahan – kesalahan yang
lazimnya di sebut salah pendidik itu adalah manusia biasa. Sehubungan dengan itu ada dua
kemungkinan yang bisa terjadi yaitu :
1. Pengembangan yang utuh, dan
2. Pengembangan yang tidak utuh.

1. Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembagan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu
kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas yang disediakan untuk
memberikan pelayanan atas perkembanganya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang
sanggup menghangtar subjek didik menjadi dirinya selaku anggota masyarakat.
Selanjutnya pengembangan yang telah dapat dilihat ari berbagai segi yaitu :

a. Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividuan,
kesosialan, kesusilaan dan keberagaman antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat
pelayanan secara seimbang. Kualitas perkembangan aspek rohaniah seperti, pandai,
berwawasan luas, berpendirian teguh, bertenggang rasa, dinamis, kreatif terlalu
memandang bagaimana kondisi fisiknya.
Pengembangan keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keragaman. Dikatakan utuh jika
semua dimensi mendapat pelayanan dengan baik. Dalam hal ini pengembangan dimensi
keragaman menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik dikatakan utuh jika ketiga –
tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. Pengutamaan domain kognitif dengan
mengabaikan domain efektif misalnya yang terjadi pada system persekolahaan dewasa ini
hanya akan menciptakan orang – orang pintar yang tidak berwatak.

7
[Type text]

b. Dari arah pegembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat dirahkan kepada pengembagan


dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keragaman secara terpadu. Jika
dianalisa satu persatu gambaranya sebagai berikut : pengembangan yang sehat terhdap
dimensi keindividuan memberi peluang pada seorang untuk menjadikan eskplorasi
terhadap potensi – potensi yang ada pada dirinya, baik kelebihanya maupun
kekuranganya.. segi positif yang ada ditingkatan dan negative dihambat. Pengembangan
yang berarah konsentis ini bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat atau
yang sekaligus juga membuka jalan kearah bertemunya sesuatu pribadi dengan pribadi
yang lain secara selaras dengan tanpa mengganggu otonomi masing – masing.
Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang lazim disebut
pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkanya hubungan fisik
yang berarti memelihar kelestarian lingkungan disamping mengekplorasinya
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik disamping keselarasan
(perimbangan antara keduanya), juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud adalah
arah pengembangan dari jenjang yang rendah kejenjang yang lebih tinggi. Pengembangan
ini disebut pengembangan vertical. Sebagai contoh pengembangan domain kognitif dari
kemampuan mengetahui, memahami dan seterusnya sampai pada pengetahuan
mengevaluasi.

2. Pengembangan yang tidak utuh.

Perkembangan yang tidak utuh terhdap dimensi hakikat manusia akan terjadi
didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan
untuk ditangai, misalnya kesosialan didominasi oleh pengembangan domain koghitif.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya keperibadian yang pincang dan
tidak mantap..

8
[Type text]

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untuk


menghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai
obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat
menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu,
manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk
individual, makhluk beragama, dan hal ini telah dijelaskan pada bab pembahasan.

9
[Type text]

Daftar Pustaka

WAHYUDIN,H. Dinn Materi pokok pengantar pendidikan ;1-9 MKDK4301/3SKS/H.Dinn


Wahyudin,D.supriadi,Ishak Abdulhak.Jakarta: Universitas terbuka 2015

https://googleweblight.com/?lite_url=https://oddy32.wordpress.com/2009/12/16/pengembangan-
dimensi-hakekat-manusia/&ei=QNkgg9Sf&lc=id-
ID&s=1&m=484&host=www.google.co.id&ts=1473117760&re=1&sig=AKOVD66XoN9B29
W9wJPxC9NvlqvbLHFwLg

http://harryantony26.blogspot.co.id/2012/12/tugas-i-4-dimensi-dimensi-hakekat.html

https://nie07independent.wordpress.com/hakikat-manusia/

https://tianista.wordpress.com/2010/10/26/potensi-potensi-manusia/

http://lotharmatheussitanggang.blogspot.co.id/p/dinamika-manusia.html

10

Anda mungkin juga menyukai