DI INDONESIA
Oleh:
Hans Chandra
X MIPA 4 / 03
BAB I
PENDAHULUAN
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada
awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur.
Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan
Aceh diikuti dengan Aru.
Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang
bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian Salahuddin
digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1571.
Meskipun Sultan dianggap sebagai penguasa tertinggi, tetapi nyatanya selalu
dikendalikan oleh orangkaya atau hulubalang. Hikayat Aceh menuturkan Sultan yang
diturunkan paksa diantaranya Sultan Sri Alam digulingkan pada 1579 karena perangainya
yang sudah melampaui batas dalam membagi-bagikan harta kerajaan pada pengikutnya.
Penggantinya Sultan Zainal Abidin terbunuh beberapa bulan kemudian karena kekejamannya
dan karena kecanduannya berburu dan adu binatang. Raja-raja dan orangkaya menawarkan
mahkota kepada Alaiddin Riayat Syah Sayyid al-Mukamil dari Dinasti Darul Kamal pada
1589. Ia segera mengakhiri periode ketidak-stabilan dengan menumpas orangkaya yang
berlawanan dengannya sambil memperkuat posisinya sebagai penguasa tunggal Kesultanan
Aceh yang dampaknya dirasakan pada sultan berikutnya.
Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan Meukuta Alam. Pada masa
kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama. Pada
tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan
armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam
upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Sayangnya
ekspedisi ini gagal, meskipun pada tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan banyak
membawa penduduknya ke Aceh.
Pada masa Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil (kakek Sultan Iskandar Muda)
didatangkan perutusan diplomatik ke Belanda pada tahun 1602 dengan pimpinan Tuanku
Abdul Hamid. Sultan juga banyak mengirim surat ke berbagai pemimpin dunia seperti ke
Sultan Turki Selim II, Pangeran Maurit van Nassau, dan Ratu Elizabeth I. Semua ini
dilakukan untuk memperkuat posisi kekuasaan Aceh.
Kemunduran Aceh disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah makin
menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatra dan Selat Malaka, ditandai dengan
jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tiku, Tapanuli, Mandailing, Deli, Barus (1840) serta
Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor penting lainnya ialah adanya
perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan.
Oleh karena latar belakang diatas maka saya memutuskan untuk meneliti sejarah
Kerajaan Aceh secara lebih lanjut
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Islam di Aceh?
2. Bagaimana sejarah dari Kerajaan Aceh?
3. Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Aceh?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh Islam di Aceh
2. Mengetahui sejarah dari Kerajaan Aceh
3. Mengetahui Peninggalan dari Kerajaan Aceh
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca yang tertarik untuk
mengetahui sejarah dari kerajaan Aceh.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
Penelitian yang lain tentang Kerajaan Aceh antara lain jurnal Kesultanan Aceh
Darussalam yang dibuat oleh Muhammad Yardho
https://www.academia.edu/28012792/The_Empire_of_Aceh_Darussalam_Kesultanan_Aceh_
Darussalam , jurnal yang ada pada link
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68418/Chapter%20I.pdf?sequence=4
&isAllowed=y , serta https://id.wikipedia.org pada page Kejaraan Aceh
B. Hipotesis
Dari segala sumber diatas dugaan awal yang saya dapat adalah Kerajaan Aceh
merupakan salah satu kerajaan Islam yang muncul awal dan salah satu yang sangat besar
sehingga menurut saya sejarah dan peninggalan dari Kerajaan Aceh mudah untuk digali jika
mau mencari nya.
Seperti peninggalan Masjid Baiturahman yang sampai sekarang masih berdiri dan
menjadi tempat yang terawat dan masih memegang makna utamanya yaitu sebagai tempat
beribadah umat Islam namun juga memiliki berbagai sejarah dari Kerajaan Aceh.
Sehingga sejarah dan peninggalan seperti yang saya sebutkan menjadikan kerajaan
Aceh menjadi salah satu Kerajaan Islam yang paling dikenal di Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
erdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, yakni
a. Penelitian Korelasional (Correlational Research) adalah tipe penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau
lebih.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Islam di Aceh merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Aceh. Banyak ahli
sejarah baik dalam maupun luar negeri yang berpendapat bahwa agama Islam pertama sekali
masuk ke Indonesia melalui Aceh.
Keterangan Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa negeri
itu sudah menganut agama Islam. Begitu juga Samudera-Pasai, berdasarkan makam yang
diketemukan di bekas kerajaan tersebut dan berita sumber-sumber yang ada seperti yang
sudah kita uraikan bahwa kerajaan ini sudah menjadi kerajaan Islam sekitar 1270.
Tentang sejarah perkembangan Islam di daerah Aceh pada zaman-zaman permulaan itu
petunjuk yang ada selain yang telah kita sebutkan pada bagian-bagian yang lalu ada pada
naskah-naskah yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti Kitab Sejarah Melayu, Hikayat
Raja-Raja Pasai. Menurut kedua kitab tersebut, seorang mubaligh yang bernama Syekh
Ismail telah datang dari Mekkah sengaja menuju Samudera untuk mengislamkan penduduk di
sana. Sesudah menyebarkan agama Islam seperlunya, Svekh Ismail pun pulang kembali ke
Mekkah. Perlu uga disebutkan di sini bahwa dalam kedua kitab ini disebutkan pula negeri-
negeri lain di Aceh yang turut diislamkan, antara lain: Perlak, Lamuri, Barus dan lain-lain.
Berdasarkan keterangan kedua sumber itu dapatlah diperkirakan bahwa sebagian tempat-
tempat di Aceh, terutama tempat-tempat di tepi pantai telah memeluk agama Islam. Islam
yang masuk ke Aceh khususnya dan Indonesia umumnya pada mulanya mengikuti jalan-jalan
dan kota-kota dagang di pantai, kemudian barulah menyebar ke pedalaman. Para pedagang
dan mubaligh telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.
Secara historis sosiologis, masuk dan berkembangnya Islam ke suatu daerah sangat kompleks.
Terdapat banyak permasalahan yang terkait dengannya, misalnya dari mana asalnya, siapa
yang membawa, apa latar belakangnya dan bagaimana dinamikanya, baik dari segi ajaran
Islam maupun pemeluknya. Ada beberapa pendapat yang menyatakan kapan masuknya Islam
ke Aceh. Hamka berpendapat Islam masuk ke Aceh sejak abad pertama Hijriah (ke-7 atau 8
M) namun ia menjadi sebuah agama populis pada abad ke-9 seperti pendapat Ali Hasjmy.
Sedangkan para orientalis seperti Snouck Hourgronje berpendapat Islam masuk pada abad
ke-13 M yang ditandai dengan berdirinya Kesultanan Samudra Pasai.
Peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama serta yang paling terkenal yaitu Masjid Raya
Baiturrahman. Masjid yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun 1612 Masehi
ini terletak di pusat Kota Banda Aceh. Ketika agresi militer Belanda II, masjid ini pernah
dibakar. Tetapi pada selang 4 tahun setelahnya, Belanda membangunnya kembali untuk
meredam amarah rakyat Aceh yang akan berperang merebut syahid. Ketika bencana Tsunami
menimpa Aceh pada 2004 lalu, masjid peninggalan sejarah Islam di Indonesia satu ini jadi
pelindung untuk sebagian masyarakat Aceh. Kekokohan bangunannya tidak dapat
digentarkan oleh sapuan ombak laut yang saat itu meluluhlantahkan kota Banda Aceh.
Taman Sari Gunongan yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam)
tak dapat terselamatkan karena pasukan Belanda yang menyerbu Aceh. Taman ini dibangun
pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636. Sultan
Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di Semenanjung
Malaka.
Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Boyongan dari Pahang karena akhlakhnya yang
sangat mempesona serta cantik parasnya, sampai pada akhirnya menjadikannya sebagai
permaisuri. Karena cintanya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia untuk
memenuhi keinginan Putri Boyongan untuk membangun sebuah taman sari yang indah yang
dilengkapi dengan Gunongan.
Pada tahun 1300 Masehi, diperkirakan pengaruh Islam di Aceh mulai menyebar dan
perlahan-lahan penduduknya telah mengenal Islam. Pada akhirnya bangunan yang awalnya
candi ini berubah fungsi menjadi masjid. Bangunan bekas candi ini dirubah jadi masjid pada
masa Sultan Iskandar Muda yang berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi.
Setelah Kerajaan Hindu, muncul Kerajaan Islam yang pada masa jayanya dipimpin oleh
Sultan Iskandar Muda. Pada masa ini, benteng masih dipakai sebagai tempat pertahanan
melawan penjajah Portugis. Sultan Iskandar Muda memberi tugas pada Laksamana
Malahayati, ia merupakan seorang laksamana perempuan pertama di dunia yang memimpin
pasukan di wilayah pertahanan ini.
Benteng ini merupakan benteng yang dibangun oleh Kerajaan Lamuri, yaitu sebuah Kerajaan
Hindu pertama di Aceh. Walau pada akhirnya Islam mendominasi di Aceh, tetapi sultan serta
ratu yang memimpin Aceh tak pernah berniat sekalipun menghancurkan jejak peninggalan
nenek moyangnya.
5. Pinto Khop
Pinto Khop berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh.
Tempat ini adalah sejarah Aceh jaman dulu yang dibangun pada saat pemerintahan Sultan
Iskandar Muda. Selain itu, tempat ini juga adalah pintu penghubung antara istana serta taman
putroe phang.
Pinto khop ini merupakan pintu gerbang yang berbentuk kubah. Pinto khop ini juga adalah
tempat beristirahat putri pahang jika telah selesai berenang, posisinya tak jauh dari gunongan.
Nah, disanalah dayang-dayang membersihkan rambut permaisuri. Selain itu, di sana juga ada
sebuah kolam yang dipakai permaisuri untuk mandi bunga.
Hikayat Prang Sabi merupakan suatu karya sastra dalam sastra Aceh yang berupa hikayat.
Adapun isi dari hikayat ini yaitu membicarakan mengenai jihad. Karya sastra ini ditulis oleh
para ulama yang berisi ajakan, nasehat, serta seruan untuk terjun ke medan jihad untuk
menegakkan agama Allah dari serangan kaum kafir. Bisa jadi, mungkin saja hikayat inilah
yang menghidupkan semangat juang rakyat Aceh dahulu untuk mengusir penjajah.
Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya yaitu Makam dari Raja Kerajaan Aceh yang
paling terkenal, Sultan Iskandar Muda. Makam yang terdapat di Kelurahan Peuniti, Kec.
Baiturrahman, Kota Banda Aceh ini sangat kental dengan nuansa Islami. Ukiran serta pahatan
kaligrafi pada batu nisannya sangat indah serta menjadi salah satu bukti sejarah masuknya
Islam ke Indonesia.
Aceh ada di jalur perdagangan serta pelayaran yang sangat strategis. Berbagai komoditas
yang datang dari penjuru Asia berkumpul di sana pada saat itu. Hal semacam ini membuat
kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri. Uang logam yang terbuat dari
70% emas murni inilalu dicetak lengkap dengan nama-nama raja yang memerintah Aceh.
Koin ini masih sering ditemukan serta menjadi harta karun yang sangat diburu oleh beberapa
orang. Koin ini dapat juga dianggap sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang
pernah berjaya pada masanya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bisa disimpulkan bahwa Kerajaan Aceh
merupakan kerajaan yang sangat makmur pada masanya dan memiliki banyak sultan yang
merupakan turun temurun dan ternyata sebelum adanya Kerajaan Aceh saja Islam juga sudah
masuk dan menyebar di Aceh. Di Aceh hingga sekarang rakyatnya merupakan mayoritas
Islam sehingga barang barang peninggalan dari Kerajaan Islam disana sangat terawat bahkan
ketika tsunami melanda saja masjid Baiturahman tidak hancur. Kerajaan Aceh juga
merupakan salah satu kerajaan Islam pertama yang muncul di Indonesia lebih tepatnya
setelah Samudera Pasai dan berkembang pesat maka tidak heran jika pengaruh dari Kerajaan
Aceh sangatlah besar baik bagi Indonesia pada jaman itu maupun wilayah Aceh itu sendiri,
namun sayangnya Kerajaan Aceh harus takluk oleh para penjajah.
B. Saran
Silakan para pembaca membaca jurnal ini hingga selesai jika ingin tahu
sejarah dari Kerajaan Aceh secara lengkap Terima Kasih.