Anda di halaman 1dari 12

PENILAIAN STATUS NUTRISI DAN

INDEKS MASSA TUBUH


18

Setelah mempelajari kegiatan belajar 18, anda diharapkan dapat memahami dan
mampu melakukan penilaian status nutrisi dan indeks massa tubuh.

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 16 anda akan mencapai kemampuan


untuk :
1. Mahasiswa mampu menganalisa pengertian status nutrisi.
2. Mahasiswa mampu menganalisa faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi status nutrisi.
3. Mahasiswa mampu menganalisa faktor-faktor yang membantu
tercapainya status nutrisi yang baik.
4. Mahasiswa mampu menganalisa metode penilaian status nutrisi
5. Mahasiswa mampu menganalisa indeks massa tubuh.

1. Pengertian Status Nutrisi.


2. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Nutrisi.
3. Faktor-Faktor Yang Membantu Tercapainya Status Nutrisi Yang Baik.
4. Metode Penilaian Status Nutrisi.
5. Menganalisa Indeks Massa Tubuh.

1
PENILAIAN STATUS NUTRISI DAN
INDEKS MASSA TUBUH

Pengertian Status Nutrisi


Status Nutrisi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh: Gondok
merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam
tubuh.
Status nutrisi keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan
antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Gibson, 1990).

Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Nutrisi


Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi status nutrisi seseorang adalah
lingkungan fisik, biologis, budaya, sosial, ekonomi, dan politik (Achmadi, 2009).
1. Kondisi fisik yang dapat mempengaruhi terhadap status pangan dan gizi suatu
daerah adalah cuaca, iklim, kondisi tanah, sistem bercocok tanam, dan kesehatan
lingkungan.
2. Faktor lingkungan biologi misalnya adanya rekayasa genetika terhadap tanaman
dan produk pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap pangan dan gizi. Selain itu
adanya interaksi sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi yaitu infeksi
akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.
3. Lingkungan ekonomi. Kondisi ekonomi seseorang sangat menentukan dalam
penyediaan pangan dan kualitas gizi. Apabila tingkat perekonomian seseorang baik
maka status gizinya akan baik. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak
menderita gizi kurang dibandingkan golongan menengah ke atas.
4. Faktor lingkungan budaya. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak
terdapat pantangan, takhayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi
makanan menjadi rendah. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat
dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam
keluarga.
5. Lingkungan sosial. Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi di
suatu daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang dilakukan oleh

2
masyarakat. Misalnya kondisi sosial di pedesaan dan perkotaan yang memiliki pola
konsumsi pangan dan gizi yang berbeda. Selain status gizi juga dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk, ketegangan dan tekanan sosial dalam masyarakat.
6. Lingkungan politik. Ideologi politik suatu negara akan mempengaruhi kebijakan
dalam hal produksi, distribusi, dan ketersediaan pangan

Faktor-Faktor yang Membantu Tercapainya Status Nutrisi yang Baik


Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status nutrisi yang baik, antara lain :
1. Aktivitas fisik
Aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan, menjamin asupan
makanan yang adekuat, serta mempertahankan massa otot, yang menunjang hidup
mandiri dan kemampuan menyediakan makanannya sendiri.
2. Interaksi social
Hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka
terhadap makanan.
3. Pemilihan makanan
Pemilihan makanan dari berbagai macam jenis, yang mencakup semua kelompok
makanan dalam jumlah yang sesuai.

Metode Penilaian Status Nutrisi


1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.

2. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

3
3. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(Current Nutrirional Status).
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.
c. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks
BB/U maupun BB/TB.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema,
asites dan hepatomegali.

4
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)
Atau
Barat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan.
Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah
18,7-23,8.

Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:


1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan
Berat Badan tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
berat badan tingkat ringan.
5. IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat.

f. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan
bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan
pertengahan tungkai bawah.
g. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.

5
Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu:
persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit :
1. Persen terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi,
median sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100%
(untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk
mendapatkan ambang batas.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Kategori
Cut of point*)
Gizi Lebih >120%
Gizi Baik 80% - 120%
Gizi Sedang 70% - 79,9%
Gizi Kurang 60% - 69,9%
Gizi Buruk <60%
Persen dinyatakan terhadap Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
*) Laki-laki dan perempuan sama

2. Persentil
Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah
persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari jumlah
populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan kurang, serta
persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
3. Standar Deviasi Unit (SDU)
Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan
cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

6
Standar Operasional Penilaian Nutrisi dan Indeks Massa Tubuh (PJJ_Kemenkes.
2017)

PENILAIAN NUTRISI DAN INDEKS MASSSA TUBUH

PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT : DITETAPKAN OLEH :

1. PENGERTIAN Menghitung IMT merupakan alat sederhana untuk memantau


status nutrisi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan.
2. TUJUAN Menghasilkan data BB (Berat Badan), TB (Tinggi Badan),
dan BMI pasien secara tepat, akurat, aman, nyaman, dan
berkualitas
4. PERSIAPAN Pastikan alat-alat yang dibutuhkan tersedia, terkalibrasi dan
berfungsi dengan baik sesuai ceklis (tabel 47, 48).
Sapalah pasien dan keluarganya, dan perkenalkan diri dengan
memberitahukan nama, profesi, serta unit kerja.
Pastikan kembali kesesuaian identitas pada status pasien
dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien. Pada
pasien rawat inap, cocokkan dengan gelang identitas pasien.
Berikan informasi kepada pasien bahwa saat ini pasien akan
dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan indeks
massa tubuhnya.
5. PROSEDUR Cuci tangan sebelum tindakan sesuai SOP Cuci Tangan.
Ukurlah berat badan pasien sebanyak 1 kali pengukuran
dengan cara :
Letakkan timbangan badan pada tempat yang datar dan rata
Mintalah pasien melepaskan alas kaki, jaket, penutup kepala
dan meletakkan barang bawaan yang berat seperti kunci.
Mintalah pasien naik ke alat timbang dengan posisi berdiri
tegak, sikap tenang (jangan bergerak-gerak), kepala tidak
menunduk (pandangan lurus ke depan), tangan dalam posisi
tergantung bebas menghadap paha, dan posisi kaki tepat di
tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, tunggu
sampai angka tidak berubah (berhenti / statis)
Baca hasil pengukuran sesuai angka yang muncul (pada
timbangan digital), atau sesuai dengan angka yang ditunjuk
oleh jarum penunjuk (pada timbangan manual)
Catat hasil dengan pembulatan skala 0,1 terdekat, contoh
0,51- 0,54 dibulatkan menjadi 0,5.
Mintalah pasien turun dari alat timbang

Ukurlah tinggi badan pasien sebanyak 1 kali pengukuran


dengan cara :
Mintalah pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), dan
topi (penutup kepala)

7
Posisikan pasien tepat di bawah alat pengukur.
Mintalah pasien berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
Posisikan kepala, bahu bagian belakang, lengan, pantat dan
tumit pasien seluruhnya menempel tegak lurus pada alat
pengukur stadiometer.
Mintalah pasien agar badannya tetap santai, pandangannya
lurus ke depan, tangan dalam posisi tergantung bebas
menghadap paha, menarik nafas panjang untuk membantu
menegakkan tulang rusuk.
Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian puncak kepala
pasien. Dalam keadaan ini bagian belakang pasien harus tetap
menempel dengan alat pengukur.
Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka
yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di
depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata
petugas.
Catat hasil pengukuran dengan ketelitian sampai satu angka
di belakang koma (0,1 cm) contoh : 157,3 cm.
Mintalah pasien memakai kembali alas kaki (sandal/sepatu),
jaket, penutup kepala (topi), dan barang-barang lainnya.
Hitunglah nilai BMI (Body Mass Index) pasien dengan rumus
Rumus Perhitungan BMI :
Berat Badan Pasien (kg)
BMI =
(Tinggi Badan Pasien (m) x Tinggi Badan Pasien
(m))

Kategorikan nilai BMI yang didapatkan


6. REFERENSI

DAFTAR TILIK

8
PENILAIAN NUTRISI DAN INDEKS MASSA TUBUH

Tanggal Penilaian :
Nama Mahasiswa :

PENILAIAN :

Nilai 1 (satu) : Perlu perbaikan


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak berurutan.
Nilai 2 (dua) : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing
perlu membantu atau mengingatkan
Nilai 3 (tiga) : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai
prosedur.

Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian (Kusmiyati, Yuni. 2009) :
NILAI
NO. LANGKAH
1 2 3
Pastikan alat-alat yang dibutuhkan tersedia, terkalibrasi dan
1 berfungsi dengan baik sesuai ceklis.

Sapalah pasien dan keluarganya, dan perkenalkan diri


2
dengan memberitahukan nama, profesi, serta unit kerja.
Pastikan kembali kesesuaian identitas pada status pasien
3 dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien. Pada
pasien rawat inap, cocokkan dengan gelang identitas pasien.
Berikan informasi kepada pasien bahwa saat ini pasien akan
4 dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan indeks
massa tubuhnya
Cuci tangan sebelum tindakan sesuai SOP Cuci Tangan.
5
Ukurlah berat badan pasien sebanyak 1 kali pengukuran
dengan cara :
1. Letakkan timbangan badan pada tempat yang datar
dan rata.
2. Mintalah pasien melepaskan alas kaki, jaket, penutup
kepala dan meletakkan barang bawaan yang berat
seperti kunci.
6 3. Mintalah pasien naik ke alat timbang dengan posisi
berdiri tegak, sikap tenang (jangan bergerak-gerak),
kepala tidak menunduk (pandangan lurus ke depan),
tangan dalam posisi tergantung bebas menghadap
paha, dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang
tetapi tidak menutupi jendela baca.
4. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul,
tunggu sampai angka tidak berubah (berhenti / statis)

9
5. Baca hasil pengukuran sesuai angka yang muncul
(pada timbangan digital), atau sesuai dengan angka
yang ditunjuk oleh jarum penunjuk (pada timbangan
manual)
6. Catat hasil dengan pembulatan skala 0,1 terdekat,
contoh 0,51- 0,54 dibulatkan menjadi 0,5.
7. Mintalah pasien turun dari alat timbang.
8.
Ukurlah tinggi badan pasien sebanyak 1 kali
pengukuran dengan cara :
1. Mintalah pasien melepaskan alas kaki
(sandal/sepatu), dan topi (penutup kepala)
2. Posisikan pasien tepat di bawah alat pengukur.
3. Mintalah pasien berdiri tegak, persis di bawah alat
geser.
4. Posisikan kepala, bahu bagian belakang, lengan,
pantat dan tumit pasien seluruhnya menempel tegak
lurus pada alat pengukur stadiometer.
5. Mintalah pasien agar badannya tetap santai,
pandangannya lurus ke depan, tangan dalam posisi
tergantung bebas menghadap paha, menarik nafas
panjang untuk membantu menegakkan tulang rusuk.
7 6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian puncak
kepala pasien. Dalam keadaan ini bagian belakang
pasien harus tetap menempel dengan alat pengukur.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah
angka yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan
dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis
merah, sejajar dengan mata petugas.
8. Catat hasil pengukuran dengan ketelitian sampai satu
angka di belakang koma (0,1 cm) contoh : 157,3 cm
9. Mintalah pasien memakai kembali alas kaki
(sandal/sepatu), jaket, penutup kepala (topi), dan
barang-barang lainnya.
10. Hitunglah nilai BMI (Body Mass Index) pasien
dengan rumus.

Pasca Pelaksanaan Prosedur


1. Informasikan hasil pengukuran kepada pasien.
2. Ucapkan terima kasih kepada pasien karena telah
membantu kelancaran pengukuran.
3. Catatlah hasil pengukuran pada form catatan
perkembangan pasien terintegrasi (lampiran 3) atau
8 formulir pengkajian awal pasien yang telah
disediakan.
4. Rapikan dan simpan kembali alat tulis, dan formulir
pada status pasien ke tempat semula.
5. Cuci tangan setelah tindakan sesuai SOP Cuci
Tangan.
6. Pengukuran Selesai.

10
Total Skor
Nilai : X 100 = DOSEN
Total Point Penilaian

(........................................)

11
Topik penilaian nutrisi dan massa indeks tubuh tindakan tersebut bertujuan
untuk memantau status nutrisi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan.

12

Anda mungkin juga menyukai