Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS


DI RS. USU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan pada Nifas

Oleh:
FITRI HANDAYANI HASIBUAN
NIM : P07524719004

PEMBIMBING INSTITUSI
Julietta Hutabarat, S.Psi, SST, M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS


DI RS. USU

Oleh:
FITRI HANDAYANI HASIBUAN
NIM : P07524719004

Menyetujui,

No Nama Pembimbing Tanda Tangan


1

(Pembimbing Lahan Praktik)

2 Julietta Hutabarat, S.Psi, SST, M.Keb


NIP: 196707201989032002

(Pembimbing Institusi)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Nifas di RS. USU”. Dalam kesempatan ini penulis
menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen
pengampu Ibu Julietta Hutabarat, S.Psi, SST, M.Keb yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan
Praktik Klinik Kebidanan. Amin.

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ………………………………….. i
Halaman Pengesahan ………………………………….. ii
Kata Pengantar ………………………………….. iii
Daftar Isi ………………………………….. iv

BAB I: TINJAUAN TEORI


A. Definisi ………………………………….. 1
B. Tahapan ………………………………….. 1
C. Tujuan ………………………………….. 2
D. Periode ………………………………….. 2
E. Perubahan ………………………………….. 3
F. Perubahan Psikologi ………………………………….. 5

BAB II: TINJAUAN TEORI ASUHAN


KEBIDANAN
A. Anamnesis Lengkap ………………………………….. 6
B. Pemeriksaan Fisik ………………………………….. 6
C. Pemeriksaan penunjang (Sesuai ………………………………….. 7
Kasus)
D. Diagnosa/ Masalah Kebidanan ………………………………….. 7
E. Intervensi ………………………………….. 7

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….. 11


LAMPIRAN

iv
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru.
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2005).
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura.
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Mitayani, 2009).

B. Tahapan Masa Nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)


Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

1
C. Tujuan perawatan masa nifas
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2006).

D. Periode masa nifas


Nifas dibagi menjadi 3 periode
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-
tahun )
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-
perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya
laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.

2
E. Perubahan masa nifas
1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih
panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa
hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan
tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus
yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.

2. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik.( Cunningham, 430).

3. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran
lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna

3
merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
a. Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
d. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f. Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan.
5. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang
menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal.
Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini
klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi

4
retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan.
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum.

F. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini
dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal
yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi.Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-
kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post
partum.

5
6
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Anamnesis Lengkap
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:

1) Keluhan klien
2) Riwayat kesehatan klien
3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4) Meninjau catatan terbaru atau tahun sebelumnya
Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada
langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
1. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
2. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
4. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,
lochia alba
5. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi.

7
C. Pemeriksaan penunjang
1. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi, hematoma.
3. Pengeluaran lochea.
4. Kandung kemih: distensi bladder.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah partus, TD dan Nadi
terhadap penyimpangan cardiovaskuler.

D. Dignosis Banding
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi;
diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan.

E. Intervensi
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan
penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti
biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada

8
bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K
untuk mencegah perdarahan, antibiotik untuk mencegah infeksi.
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST)
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
e. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
f. Motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi.
g. Tingkatkan istirahat
h. Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai
membaik
i. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
j. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
k. Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
l. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti
PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar
banyak.
m. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik.
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
a. Obs Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
b. Obs Warna urine.
c. Status umum setiap 8 jam.
d. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
e. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

9
g. Lakukan terapi IV
h. Dorong masukan oral
i. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia,
gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
j. Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
k. Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
a. Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
b. Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
d. Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.
e. Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
f. Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
a. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
b. Anjurkan ambulasi dini.
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.
d. Kaji bising usus setiap 8 jam.
e. Pantau berat badan setiap hari.
f. Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran hijau.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut:
nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea,
nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
b. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon
hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat.

10
c. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada
aktifitas dan perawatan diri.
d. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
e. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
f. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk
ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
a. Pantau: vital sign, tanda infeksi.
b. Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
c. Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
d. Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara
yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
e. Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka
perineum, merawat payudara, merawat bayi).
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
a. Beri kesempatan ibu untuk melakuakn perawatan bayi secara mandiri.
b. Libatkan suami dalam perawatan bayi.
c. Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.
d. Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
e. Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi
pada ibu atau bayi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2005. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi


VIII, Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2007. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II,
EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2008,Philadelphia,USA.

Hacker Moore. 2005. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro.2007. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mc Closky & Bulechek. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai