(MAKALAH)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelatihan Inti Karya Tulis Ilmiah
OLEH
NIP.198708072017052001
2022
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehinga makalah yang berjudul “GAMBARAN UMUM PADA
MASA DNIFAS” dapat diselesaikan dengan baik.
Atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan untuk memberi segala yang di
butuhkan dalam penulisan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada yang terhormat :
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang turut
memberikan kontribusi kepada penulis sehingga karya tuluis ilmiah ini dapat diselesaikan.
Semoga amal baik kalian dibalas oleh Alla SWT sumber pemberi kehidupan
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plasenta
keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan kembali
pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang
umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas
adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian
Kesehatan, 2014).
Menurut Indriyani (2013) Postpartum/masa nifas merupakan masa pulih kembali
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, yaitu kirakira 6-8
minggu. Pada masa post partum ibu banyak mengalami kejadian seperti perubahan fisik,
psikologis untuk menghadapi masa nifas yang bila tidak ditangani segera, akan dapat
membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu di waktu masa nifas/masa
peurperium .
Masa nifas itu merupakan masa yang paling rawan dan selalu dialami oleh ibu yang
habis melahirkan, dimana pada masa ini terjadinya proses pengeluaran darah dari dalam
uterus selama atau sesudah persalinan dan pada normalnya berlangsung selama kurang lebih
6 minggu (Purwoastuti & Walyani, 2015). Pada proses pengeluaran darah ini ada yang
berjalan lancar dan ada juga yang lambat. Yang mempengaruhi kelancaran pengeluaran darah
ini salah satunya adalah kuatnya kontraksi uterus. Jika uterus mengalami kelambatan atau
kegagalan berkontraksi maka bisa menyebabkan perdarahan pada ibu post partum. Kegagalan
uterus berkontraksi ini biasa disebut dengan atonia uteri (Sukarni & Margareth, 2013). Atonia
uteri (uterus tidak bisa mengkerut) merupakan penyebab terjadinya perdarahan pada saat
melahirkan maupun setelah melahirkan (Sulastri., Maliya, A., & Susilaningsih, E. Z. 2014).
Jika hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat berakibat pada kematian ibu.
Perdarahan paska persalinan biasanya terjadi pada masa postpartum yang lebih dari
500 cc segera setelah bayi lahir. Menentukan jumlah 2 perdarahan pada saat persalinan sulit
karena bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan di kain pada alas tidur.
Manifestasi klinis pada perdarahan adalah klien mengeluh lemah, limbung, berkeringat
1
dingin, dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit dan
kadar HB < 8 gr (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas insersio
(pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter 4 cm,
permukaan tidak rata, berbenjol karena banyaknya vena yang di tutupi oleh trombus. Selain
itu, kuman juga dapat masuk melalui serviks, vagina dan perineum. Terjadinya infeksi dapat
terjadi karena manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulangulang,
alat-alat tidak steril, infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi oleh
kuman dan virus, infeksi nosokomial rumah sakit, infeksi intrapartum dan hubungan seksual
akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Menurut john comittee
on Maternal Weifare (Amerika serikat ). Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas
antara lain demam, sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas terbagi menjadi 2 yaitu: Infeksi lokal dan infeksi umum. Infeksi
lokal warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lochia bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu badan meningkat. Infeksi umum sakit dan lemah, suhu badan
meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan
koma, gangguan involusi uteri, lochia berbau, bernanah dan kotor (Purwoastuti & Walyani,
2015).
Penyebaran infeksi nifas pada perineum bisa terjadi di vulva, vagina, serviks dan
endometrium. Adapun infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah yaitu:
Septikemia, piemia dan tromboflebilitis (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Menurut WHO, 2010 (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit
seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas. Sehingga, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000
perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Diperkirakan
bahwa kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama. Berdasarkan laporan (Depkes tahun, 2010 ). Angka Kematian
Ibu di Indonesia 125 per 100.000 kelahiran hidup.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
6. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya
yang disertai dengan pulihnya kembali organorgan yang berkaitan dengan kandungan yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni,dkk,2010).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Menurut varney masa nifas adalah masa
pemulihan , mulai dari partus selesai sampai kembalinya alat-alat kandungan seperti sebelum
hamil. Lama masa nifas adalah 6-8 minggu.
Dalam masyarakat indonesia masa nifas juga disebut periode 40 hari (Aprillia,2010).
Menurut Mukti R pada masa nifas adalah periode 6 minggu pasca persalinan, disebut juga
masa involusi (periode dimana sistem reproduksi wanita postpartum/pasca persalinan
kembali ke keadaan seperti sebelum hamil). Di masyarakat Indonesia masa nifas merupakan
periode waktu sejak selesainya proses persalinan sampai 40 hari setelah itu (Maryunani,
2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah lahirnya pasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya pasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Sekitar 50% kematian ibu
terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
(Vivian, 2016).
Tujuan Asuhan Masa Nifas Normal Menurut Walyani (2015) terbagi menjadi 2 tujuan
yaitu :
a. Tujuan Umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal dalam
mengasuh anak.
4
b. Tujuan Khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif.
3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu dan bayinya.
4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
5) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Menurut Yanti (2014) tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas, yaitu:
a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
a. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi)
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)
c. Kelelahan karena proses melahirkan
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
5
f. Gangguan otot ( betis, dada, perut, panggul, dan bokong) g. Perlukaan jalan lahir
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4x bidan harus melakukan
kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
6
4. Kunjungan ke-4 ( 6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang di alami ibu atau bayinya.
b. Memberikan konseling kontrasepsi berencana secara dini (Saifuddin, 2010)
Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam pembarian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas menurut Walyani (2015)antara lain:
7
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu dalam menghadapi aktivitas dan peran
barunya sebaggai seorang ibu.Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan
psikologis dengan berbagai gejala atau syndrom.
Banyak faktor yang diduga berperan dalam syndrom ini, salah satu yang penting
adalah kecukupan dukungan social dari lingkungan (terutama suami). Kurangnya dukungan
sosial dari kelurga dan teman khususnya dukungan suami selama periode pasca-salin (nifas)
diduga kuat merupakan faktor penting dalam terjadinya post partum blues. Ada banyak
perubahan yang telah terjadi dimasa 9 bulan yang lalu dan bahkan lebih yang terjadi
sekarang, bahkan seorang ibu nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari
lingkungannya.
Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa Down.Banyak
ibu yang merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah
wajar.Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.Tanggung
jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya seorang bayi.Dorongan dan
perhatian seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu
(Vivian, 2016).
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fasefase sebagai
berikut:
1) Fase Taking In (1-2 hari post partum) Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung dan
berfokus pada dirinya. Mengulang-ulang menceritakan pengalaman proses bersalin
yang dialaminya. Wanita baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk
mencegah gejala kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur
dengan proses pemulihan.
2) Fase Taking Hold (2-4 hari post partum) Ibu khawatir akan kemampuannya untuk
merawat bayinya dan khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat
8
bayinya. Wanita post partum ini 12 berpusat pada kemampuannya dalam mengontrol
diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat bayinya,
cara menggendong dan menyusui, memberi minum, mengganti popok. Wanita pada
masa ini sangat sensitive akan ketidak mampuannya, cepat tersinggung dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan atau perawat sebagai teguran, maka hati-hati dalam
berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.
3) Fase Letting Go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga
dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk
menjaga kondisi bayinya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai
berikut :
a. Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih.
b. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
c. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang (Yetti, 2016)
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang
dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain :
9
Catatan : Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas (walyani,2015), dengan
tujuan untuk:
10
persalinan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut. c. Memberikan
konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri. d. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu e.
Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir. f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
2 6 hari setelah a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
persalinan berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau kelaianan pasca melahirkan. c.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
ada tandatanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga bayi agar tetap hangat
3 2 minggu a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
setelah berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan
persalinan abnormal, dan tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau kelaianan pasca melahirkan. c.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
ada tandatanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
menjaga bayi agar tetap hangat.
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
setelah dialami atau bayinya. b. Memberikan konseling untuk KB
persalinan secara dini
Sumber: asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui(walyani,dkk,2015).
11
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa Masa
nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi
dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya yang
disertai dengan pulihnya kembali organ Sorgan yang berkaitan dengan kandungan. Masa
nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil.
a. Tujuan Umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal dalam
mengasuh anak . b. Tujuan Khusus 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik. 2. Melaksanakan skrining yang komprehensif. 3. Mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. 4. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 5. Memberikan pelayanan
keluarga berencana.
Sebagai seorang Tenaga Kesehatan (bidan) mempunyai peran dan tanggung jawab
yang sangat penting dalam masa nifas pasien. Adapun perannya, yaitu (1) memberikan
dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk
mengurangi ketegangan fisik dan psokologis selama masa nifas. (2) Sebagai promotor
hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. (3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya
dengan meningkatkan rasa nyaman. (4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan
yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi. (5) Mendeteksi
komplikasi dan perlunyaq rujukan. (6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,
serta mempraktekkan kebersihan yang aman. (7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara
mengumpukan data, menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi, dengan memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi selama periode nifas. (8) Memberikan asuhan secara professional.
12
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Y. 2010. Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil & Melahirkan.
Jakarta : Gagas Media.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Indriyani, D., & Asmuji. 2014. Buku ajar keperawatan maternitas: Upaya promotif dan
preventif dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Nugroho, Nurrezki, Desi Warnaliza, Wilis. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Pustaka Baru.
Sukarni, I dan Margareth, Z.H. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sulastri., Maliya, A., Susilaningsih E. Z. 2014. Model pencegahan anemia pada ibu hamil
untuk menurunkan perdarahan post partum. Prosiding Seminar Nasional Fakultas
Ilmu Kesehatan. ISSN: 2460-4143
Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta:
Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru.
Yanti, Damai dan Dian Sundawati. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas: Belajar Menjadi
Bidan Profesional. Bandung: PT. Refika Aditama.
13