Dosen Pengampu :
Heny Kusumayanti ST,MT
Nama Kelompok :
1. Nikita Nuraeni Jamaludin 40040117060020
2. Winda Maretaria 40040117060034
3. Lutfhi Syarif Hidayat 40040117060068
4. Uswatun Hasanah 40040117060053
5. Shabrina 40040117060136
6. Ahmad Puji Waluyo 40040117060098
7. M danial shihabuddin 40040117060136
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya
pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan
terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus
(jamak = thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal =
hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium,
Jamak = mycelia). (Cahyati,2012)
Kapang dapat bereproduksi dengan menggunakan spora yang terdiri dari dua jenis,
yakni spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dapat dihasilkan dalam jumlah
yang lebih banyak dibandingkan spora seksual juga dapat dihasilkan lebih cepat
dibandingkan dengan spora seksual. Ukuran dari spora aseksual yang dimiliki kapang
terbilang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga dalam proses penyebarannya
pada umunya secara pasif menggunakan aliran udara. (Indra,2015)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kapang?
2. Bagaimana cara reproduksi dari kapang?
3. Apa saja jenis reproduksi yang terjadi pada kapang?
C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari kapang
2. Mengetahui cara reproduksi kapang
3. Mengetahui jenis proses reproduksi pada kapang
1
BAB II
PENDAHULUAN
Spora aseksual pada reproduksi kapang dapat diproduksi dalam jumlah yang
banyak karena ukurannya yang kecil dan ringan, serta tahan terhadap keadaan kering
sekalipun. Spora aseksual ini mudah sekali beterbangan di udara bebas dan tumbuh
menjadi miselium baru di tempat lain. Terdapat enam macam jenis spora aseksual yang
terdapat pada fungi, berikut ini ciri-ciri dari masing-masing spora tersebut.
2
- Terbentuk dari
pemisahan potongan
sel hifa
- Sel tunggal
- Berdinding tebal
4 Khlamindospora - Candida
- Tahan terhadap
keadaan ekstrim
- Sel tunggal
5 Zoospora - Motil dengan - Saprolegnia
flagela
(Cahyati,2012)
Secara umum spora aseksual ini meliputi:
1. Konidiospora atau konidia, merupakan jenis spora yang dibentuk pada ujung atau sisi
suatu hifa. Konidia kecil dan bersel satu disebut sebagai mikrokonidia. Sedangkan konidia
besar dan banyak disebut makrokonidia.
2. Sporangiospora. merupakan spora bersel satu atau tunggal yang terbentuk di dalam
kantung spora yang disebut sporangium pada ujung hifa khusus yang disebut dengan
sporangiofora.
3. Oidium atau arthrospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk karena segmentasi
pada ujung-ujung hifa. Sel-sel tersebut selanjutnya membulat dan akhirnya melepaskan
diri sebagai spora baru.
4. Klamidospora, merupakan spora yang berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan
buruk yang terbentuk pada sel-sel hifa vegetatif.
5. Blastospora, merupakan spora yang terbentuk dari tunas pada miselium yang kemudian
tumbuh menjadi spora. Spora aseksual jenis ini juga dapat terjadi pada pertunasan sel-sel
khamir.
(Muchlisin,2012)
3
besar dan kecil sehingga disebut mikrogamet (sel kelamin jantan) dan makrogamet (sel
kelamin betina).
(Cahyati,2012)
Kebanyakan spora seksual pada kapang timbul pada struktur spesifik yang
disebut fruiting bodies. Berikut ini terdapat beberapa ciri dari spora seksual sebagai
berikut:
Spora
No Ciri-Ciri Contoh
Seksual
Terbentuk di dalam
1 Oospora Saprolegnia
oogonium
Spora besar
2 Zigospora dikelilingi oleh Rhizopus
dinding besar
Sel-sel tunggal di
3 Askospora Neurospora
dalam askus
Sel-sel tunggal timbul
4 basidiospora Agaricus
pada basidium
4
B. Kapang Septa
o Ascomycetes
Kebanyakan fungi yang tergolong Ascomycetes adalah khamir. Spora
seksual yang diproduksi oleh kapang jenis Ascomycetes disebut askospora.
(Indra,2015)
5
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kapang dapat bereproduksi dengan menggunakan spora yang terdiri dari dua jenis, yakni
spora seksual dan spora aseksual.
Spora aseksual dapat dihasilkan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora
seksual juga dapat dihasilkan lebih cepat dibandingkan dengan spora seksual.
6
DAFTAR PUSTAKA