PENDAHULUAN
dan kematian yang cukup tinggi. Menurut World Health Organization (WHO)
stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun
global, yang berlangsung mendadak dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan
utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat berkurangnya aliran darah
perdarahan 1 .
penderita stroke di Amerika setiap tahunnya adalah 50 – 100 dari 100.000 orang
penderita 3.
Menurut data dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi stroke tertinggi adalah
pada usia > 75 tahun dengan prevalensi 50,2 %. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin, jenis kelamin laki-laki sebesar 11,0 % lebih tinggi jika dibandingkan
Ada 2 jenis faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke
adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti
usia, ras, gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke
sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors)
kejadian stroke di suatu negara agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
klinik dari gangguan fungsi Otak, baik fokal maupun global, yang berlangsung
mendadak dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya
2.2 Epidemiologi
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke
tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia. Diperkirakan
jumlah stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada. Penyakit darah
kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical
usia, usia > 75 tahun yaitu 50,2 %, kemudian diikuti oleh usia 65-74 tahun yaitu
45,3 %, usia 55-64 sebesar 32,4 %, usia 45-54 tahun sebesar 14,2 %. Dari seluruh
penderita stroke di Indonesia, stroke ischemic merupakan jenis yang paling banyak
diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh perdarahan intraserebral,
sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% 3 . Sebanyak 28,5 % penderita meninggal dunia
dan sisanya mengalami kelumpuhan total atau sebagian. Hanya 15 % saja yang
menerima 15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen
tubuh, dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab
yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah (mesensefalon),
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
Forebrain atau Otak Depan. Serebrum merupakan bagian otak yang membedakan
visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian
ini. Serebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
a) Lobus Frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hermisfer kiri),
pusat penghidu dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan
volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi
motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara,
b) Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari
fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis .Lobus ini
berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan
c) Lobus Parietalis
sentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran 8,9
d) Lobus Oksipitalis
optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain dan memori
8,9
2. Serebelum
penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang
diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output. Serebelum terdiri dari
tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi
ke bagian lain dari sistem saraf pusat. Serebelum merupakan pusat koordinasi untuk
keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot - otot volunter secara
optimal. Bagian - bagian dari serebelum adalah lobus anterior, lobus medialis dan
lobus flukolonodularis8,9.
3) Batang otak
Batang otak berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang mendasar.
Struktur - struktur fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden dan
desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian - bagian otak,
anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf kranial. Secara garis besar batang otak terdiri
dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata 8,9.
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri karotis dan dua arteri vertebralis .
Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan
bercabang dua yaitu arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Arteri karotis
interna memberikan vaskularisasi pada regio sentral dan lateral hemisfer. Arteri
tengah, korpus kalosum dan nukleus kaudatus. Arteri serebri media memberikan
medula oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah
memberikan vaskularisasi pada batang otak dan medula spinalis atas. Arteri
hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus koroid dan batang otak
bagian atas 9.
Menurut WHO (1997) dalam Price dan Wilson (2006), faktor utama yang
gizi dan merokok, ditambah urbanisasi dan menuanya populasi. Menurut National
a. Usia
semakin tua usia maka risiko terkena stroke akan semakin meningkat.
Setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat setiap
pertambahan usia 10 tahun. Hasil penelitian Lestari tahun 2010
mendapatkan bahwa kejadian stroke pada usia >55 tahun lebih besar
b. Jenis Kelamin
aterosklerosis(3,7).
c. Ras
dibandingkan dengan suku Jawa. Hal ini disebabkan oleh pola hidup dan
d. Riwayat Keluarga
al. tahun 2014, riwayat keluarga stroke mempunyai risiko 2,3 kali lebih
serangan ulang stroke adalah 30% dan populasi yang pernah menderita
dari stroke yang pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun
a. Hipertensi
sering ditemukan 1,5 kali lebih banyak pada stroke dibandingkan dengan
b. Diabetes Melitus
Keadaan hiperglikemi atau kadar gula dalam darah yang tinggi dan
c. Penyakit Jantung
otak. Hal ini disebabkan oleh denyut jantung yang tidak teratur dapat
kondisi dimana terdapat plak dalam arteri yang sering disebut dengan
terkena stroke 3 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak memiliki
penyakit jantung(3,7).
d. Hiperlipidemia
f. Obesitas
muda(2,3,7).
g. Merokok
beresiko terkena penyakit jantung dan stroke. Hal ini disebabkan oleh
zat- zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang dapat merusak
40% lebih tinggi pada perokok laki-laki dan 60% lebih tinggi pada
Kortisol dan adrenalin juga dapat merusak sel yang melapisi arteri,
dinding arteri(3,7).
2.6.1 Defenisi
pada pembuluh darah otak tertentu sehingga daerah otak yang diperdarahi oleh
pada akhinya jaringan sel-sel otak di daerah tersebut mati dan tidak berfungsi lagi 7
2.6.2 Klasifikasi
1) Stroke iskemik dibagi menjadi beberapa tipe menurut penyebabnya, yaitu 2,6:
1.Trombosis
terjadi karena adanya sumbatan di pembuluh darah besar di otak oleh karena
(pengerasan arteri) 2. Stroke karena trombosis ini merupakan stroke yang paling
daerah otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi tersebut
seperti misalnya arteri karotisl eher. Setelah umur 50 tahun, tampaknya ada
gangguan pada daerah yang diperdarahi oleh arteri yang bersangkutan. Namun,
terjadi di malam hari pada saat tidur atau beraktivitas. Pasien biasanya baru
sadar bahwa mereka mengalami kelemahan anggota badan sesisi pada saat
mereka bangun 7.
2..Emboli Serebral
Stroke emboli adalah stroke yang terjadi oleh karena adanya gumpalan darah
dan bekuan darah yang berasaldari jantung dan kemudian terbawa aliran darah
kelainan katup jantung, infeksi didalam jantung, dan juga operasi jantung 7.
dikelompokan menjadi2 :
1.TIA ( Transient Ischemic Attack) TIA yang disebut juga serangan iskemik
sesaat adalah serangan pada pembuluh darah otak karena terjadi gangguan
akut dari fungsi fokal serebral dengan tanda dengan tanda dan gejala yang
hamper sama dengan stroke tetapi semua gejala kelumpuhan dan defisit
karena emboli atau thrombosis. Sebanyak 50% dari TIA telah sembuh
dalam waktu 1 jam dan 90 % sembuh dalam waktu 4 jam. Dengan demikian
pada umumnya setelah 4 jam sudah dapat dibedakan antara TIA dengan
stroke (komplit). Oleh karena itu darah dari dua sistemyaitu sistem
vertebrobasiler dan sistem karotis maka TIA dibagi menjadi : TIA yang
disebabkan oleh gangguan dari sistem karotis dan TIA yang disebabkan dari
sistem vertebrobasiler 2 .
gejala neurologis yang ada pada RIND juga akan mengilang, hanya saja
lebih berat 2.
jaringan otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak sehingga
pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulus wilisi (arteri karotis interna dan system vertebrobasiler dan
terputus selama 15-20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan otak).
Oklusi disuatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang
mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang
peradangan.
sehingga dapat terbentuk trombus. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh
darah dan akan terbawa sebagai emboli ke aliran darah otak yang mengakibatkan
terjadinya iskemia jaringan otak dan menyebabkan hilangnya fungsi otak secara
dengan cara:
aliran darah
ateroma
emboli
Embolus yang akan mnyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan
otak dibagian distal sumbatan. Selain itu, embolus juga berperan sebagai iritan yang
bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat. Ketika arteri tersumbat secara
akut oleh trombus atau embolus, maka area system saraf pusat yang diperdarahi
akan mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat. Disekitar
zona nekrotik sentral, terdapat penumbra iskemik yang tetap viable untuk suatu
waktu, artinya fungsinya dapat pulih jika liran darah baik kembali. Iskemia otak
pengaturan gerak seluruh tubuh dan keseimbangan akan terganggu. Area otak yang
spinal cord, saraf dan otot sehingga serabut motorik pada sistem saraf mengalami
terjadinya kecacatan pada pasien stroke. Iskemia otak dapat pula mengakibatkan
defisit neurologis. Iskemia SSP juga dapat disertai oleh pembengkakan karena 2
alasan :
akibat embolisme.
Oklusi pada teritori arteri serebeli inferior posterior atau arteri vertebralis.
vestibularis inferior dan pedunkulus serebeli inferior), mual dan muntah (area
formatio reticularis)
bilateral.
kontralateral (yaitu hipestesi terhadap raba dan tekan, dengan gangguan sensasi
posisi), serta nistagmus (pada kasus terkenanya fasikulus longitudinalis
foville)
anterior.
serebriposterior.
terkena
Arteri karotis interna (sirkulasi 1.Dapat terjadi kebutaan satu mata ( episodik dan disebut
motorik broca
kontralateral
prodormal
(bangun pagi)
besar emboli
2.6.5.1 Anamnesis
Anamnesis terdiri dari identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
disorientasi atau penurunan kesadaran dan dapat digunakan untuk menilai fungsi
luhur. Hal-hal yang ditanyakan pada identitas yaitu nama, usia, alamat, status
mengetahui pusat bahasa lebih dominan di hemisfer cerebri kanan atau kiri. Pada
kinan (cekat tangan kanan), 90% pusat bahasa berada di hemisfer kiri sehingga jika
ada lesi di hemisfer kiri dapat mengakibatkan gangguan bicara atau afasia.
Sedangkan pada kidal (cekat tangan kiri), 60% pusat bahasa berada kiri dan 40%
terkompensasi.
dalam kasus apakah penyakit tersebut. Dalam hal ini, stroke termasuk ke dalam
penyakit vaskular dimana harus terdapat kata kunci yang menandakannya yaitu
awitan yang terjadi secara tiba-tiba atau mendadak. Ada 3 hal yang harus
disebutkan dalam keluhanutama, yaitu defisit neurologi yang terjadi, onset, dan kata
terdapat dua jenis stroke yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik. Gejala stroke
hemoragik diawali dengan peningkatan tekanan intra kranial yaitu nyeri kepala
gerak menandakan adanya gangguan fungsi motorik. Rasa kesemutan dan mati
gangguan otonom dapat ditanyakan tentang alvi, uri, dan hidrosis. Adanya
inkontinensia menandakan lesi UMN dan retensi pada lesi LMN. Bicara pelo dan
mulut mencong berhubungan dengan nervus VII. Riwayat tersedak ketika makan
anamnesis pasien.
pertama atau berulang. Juga bisa didapatkan informasi mengenai faktor resiko
stroke. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras,
dan genetik. Sementara faktor resiko yang dapat diubah adalah hipertensi,
Tanda vital
Pada pasien stroke, tekanan darah diperiksa pada kedua tangan untuk
Status Neurologis
o GCS
o Pupil
o Nervus cranialis
o Fungsi motorik
o Fungsi sensorik
o Fungsi otonom
o Waktu protrombin
o APTT
o Kadar fibrinogen
o D-dimer
o INR
o Viskositas plasma
o Protein S
o Protein C
o ACA
o Homosistein
2. Pemeriksaan Neurokardiologi
Pada sebagain kecil penderita stroke terdapat juga perubahan
3. Pemeriksaan Radiologi
1) CT-Scan otak
jam serangan.
pada jantung.
2.6.5 Penatalaksanaan
setelah serangan.
1. Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi paru-paru cukup
baik. Pemberian oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
2. Brain
Posisi kepala diangkat 20-30 derajat. Udem otak dan kejang harus dihindari. Bila
terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya
3. Blood
Jantung harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG. Tekanan darah dipertahankan
pada tingkat optimal, dipantau jangan sampai menurunkan perfusi otak. Kadar Hb
harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Kadar gula yang tinggi pada fase
akut, tidak diturunkan dengan drastis, lebih-lebih pada penderita dengan diabetes
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan
setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila tidak baik atau pasien tidak sadar,
5. Bladder
steril atau kateter tetap yang steril, maksimal 5-7 hari diganti, disertai latihan buli-
buli.
pasien dengan posisi kepala 20-30o, posisi pasien hendaklah menghindari tekanan
vena jugular, hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik, hindari
hipertermia, dan jaga normovolernia. Bila kejang diberikan diazepam dengan bolus
lambat iv 5-20 mg dan diikuti fenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan
Penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan
diatasi penyebabnya. Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC.
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan
(trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter ventrikuler,
terbatas.
intravena
perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini
hingga saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah trombus dengan
mengaktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin. Efek samping yang sering
terjadi adalah risiko pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta
rentang waktu dari onset gejala stroke dapat dilihat pada tabel 1 (onset gejala <3
jam) dan 2 (onset gejala 3-4,5 jam). Waktu memegang peranan penting dalam
ada menunjukkan bahwa rentang waktu terbaik untuk dapat diberikan terapi
fibrinolitik yang dapat memberikan manfaat perbaikan fungsional otak dan juga
terhadap angka kematian adalah <3 jam dan rentang 3-4,5 jam setelah onset gejala.
Pada pasien yang menggunakan terapi ini usahakan untuk menghindari penggunaan
bersama obat antikoagulan dan antiplatelet dalam 24 jam pertama setelah terapi
2. Antikoagulan
(LMWH) termasuk dalam golongan obat ini. Obat golongan ini seringkali juga
diresepkan untuk pasien stroke dengan harapan dapat mencegah terjadinya kembali
stroke emboli, namun hingga saat ini literatur yang mendukung pemberian
antikoagulan untuk pasien stroke iskemik masih terbatas dan belum kuat. Salah satu
perdarahan, namun memiliki efek yang tidak signifikan terhadap angka kematian,
kejadian ulang stroke dan juga perbaikan fungsi saraf. Oleh karena itu antikoagulan
tidak dapat menggantikan posisi dari aspirin untuk penggunaan rutin pada pasien
stroke iskemik. Terapi antikoagulan dapat diberikan dalam 48 jam setelah onset
jam setelah terapi fibrinolitik. Bukti yang ada terkait penggunaan antikoagulan
pada pasien stroke yang mengalami paralisis pada tubuh bagian bawah, dimana
UFH dan LMWH memiliki efektifitas yang sama tapi juga perlu diperhatikan
lebih efektif dan risiko trombositopenia lebih kecil dibandingkan dengan UFH 17.
3. Antiplatelet
Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk pencegahan
Penggunaan aspirin dengan loading dose 325 mg dan dilanjutkan dengan dosis 75-
100 mg/hari dalam rentang 24-48 jam setelah gejala stroke. Penggunaannya tidak
saat ini masih belum memiliki bukti yang cukup kuat penggunaannya untuk stroke
iskemik jika dibandingkan dengan aspirin. Pada salah satu kajian sistematis yang
klopidogrel) dan kombinasi antiplatelet (aspirin dan klopidogrel) pada pasien stroke
antara kombinasi dan aspirin tunggal [RR], 0.89 [95% CI, 0.78 to 1.01], klopidogrel
tunggal (RR, 1.01 [CI, 0.93 to 1.08]), demikian juga dengan risiko pendarahan
intrakranial yang tak berbeda bermakna namun lebih tinggi pada kombinasi aspirin
dan klopidogrel (RR, 1.46 [CI, 1.17 to 1.82], dengan demikian penggunaan
dibandingkan dengan kombinasi pada pasien dengan stroke iskemik. Oleh karena
itu pada pedoman terapi stroke iskemik oleh American Heart Association/American
4. Antihipertensi
Peningkatan nilai tekanan darah pada pasien dengan stroke iskemik akut
merupakan suatu hal yang wajar dan umumnya tekanan darah akan kembali turun
setelah serangan stroke iskemik akut. Peningkatan tekanan darah ini tidak
iskemik, namun perlu diingat peningkatan tekanan darah tersebut juga dapat
menimbulkan risiko perburukan edema dan risiko perdarahan pada stroke iskemik.
Oleh karena itu seringkali pada pasien yang mengalami stroke iskemik akut,
penurunan tekanan darah tidak menjadi prioritas awal terapi dalam 24 jam pertama
setelah onset gejala stroke, kecuali tekanan darah pasien >220/120 mmHg atau
dengan menurunkan tekanan darah, hal ini dikarenakan peningkatan tekanan darah
yang ekstrim juga dapat berisiko terjadinya ensefalopati, komplikasi jantung dan
juga insufisiensi ginjal. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa setiap penurunan
tekanan darah 10 mmHg pada pasien stroke yang masuk rumah sakit dengan
tekanan darah sistolik ≤180 mmHg dan juga peningkatan tekanan darah 10 mmHg
pada pasien stroke yang masuk dengan tekanan darah sistolik > 180 mmHg dalam
24 jam pertama setelah gejala stroke iskemik akut dapat berakibat pada perburukan
fungsi neurologis (penurunan ≥ 1 poin pada Canadian stroke scale yang mengukur
beberapa aspek seperti kesadaran dan fungsi motorik) dan outcome yang lebih
buruk pada pasien stroke iskemik akut. Target penurunan tekanan darah pada pasien
yang tidak menerima terapi rtPA adalah penurunan tekanan darah 15% selama 24
jam pertama setelah onset gejala stroke dengan disertai monitoring kondisi
neurologis 17.
5. Obat neuroprotektif
terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik khususnya penumbra
dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke jaringan. Beberapa jenis obat yang
hingga saat ini untuk pasien dengan stroke iskemik, dimana penggunaan obat ini
diharapkan dapat melindungi sel membran serta stabilisasi membran sehingga dapat
terdahulu dan belum ada data penelitian terbaru terkait efektifitasnya pada stroke
salah satu kajian sistematis menunjukkan belum adanya bukti yang cukup kuat
terkait efektifitasnya pada stroke iskemik. Namun pada pasien yang sudah
ditunda penggunaannya. Salah satu penelitian pada pasien stroke iskemik yang
sudah menggunakan statin sebelumnya dan statin dihentikan saat terjadi stroke
iskemik akut selama 3 hari meningkatkan risiko kematian 4,7 kali lebih tinggi
dalam 3 bulan ke depan. Oleh sebab itu pedoman terapi yang ada menyatakan
bahwa statin dapat dilanjutkan penggunaannya pada pasien stroke iskemik akut
menunjukkan bukti yang kuat terkait efektifitas maupun keamanannya pada pasien
mengurangi risiko terjadinya serangan ulang stroke pada masa mendatang hingga
dapat mengurangi terjadinya risiko kecacatan dan kematian akibat serangan stroke
iskemik. Oleh sebab itu sangat penting untuk memilih terapi obat secara tepat dan
Ulkus decubitus : Tirah baring yang sangat lama karna kelumpuhan dapat
berbaring , seperti pinggul, sendi kaki, pantat, dan tumit. Luka decubitus
Kekakuan otot dan sendi : pada pasien stroke yang bebrbaringlama akan
2.6.7 Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yaitu, death, disease, disability,
terjadi pada awal stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih
buruk, maka semua penderita stroke harus dimonitor dengan hati-hati terhadap
keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah, suhu tubuh
secara terus menerus selama 24 jam setelah serangan stroke. Prognosis stroke juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi pada penderita stroke.
Hasil akhir yang dipakai sebagai tolak ukur antara lain outcome fungsional seperti
LAPORAN KASUS
Nama : AS
Umur : 54 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Katolik
Pekerjaan : Wiraswasta
KRS tanggal :
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Perjalanan Penyakit :
Pasien laki-laki usia 54 tahun datang ke IGD pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul
05.00 dengan keluhan lemah separuh tubuh kiri secara mendadak saat
membersihkan jambu mete sejak tanggal 18 Agustus 2019 pukul 18.00 (11 jam
SMRS). Bersamaan dengan itu, pasien mengalami mulut mencong dan bicara pelo.
Pasien mengalami muntah 3x tanpa didahului rasa mual pada jam 20.00 (9 jam
SMRS). Tidak ada keluhan nyeri kepala, penurunan kesadaran, demam dan kejang.
Pasien menderita stroke 1 tahun yang lalu dengan lemah separuh tubuh kanan dan
sudah menjalani pengobatan dan bisa berjalan sendiri. Riwayat hipertensi tidak
terkontrol.
Riwayat Sosial :
Pasien tidak merokok dan sering mengonsumsi alkohol, namun semenjak stroke
Pasien masih tidak dapat mengerakan tangan dan kaki kiri, mulut mencong dan
bicara pelo. Mual (-), Muntah (-), nyeri ulu hati (-), Nyeri kepala (-). Makan minum
sedikit, BAK baik dan pasien belum BAB sejak 3 hari yang lalu. Pada saat
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
SpO2 : 98%.
a. Kaku Kuduk : -
b. Kernig Sign :-
c. Brizinski 1 :-
d. Bruzinski 2 :-
e. Bruzinski 3 :-
f. Bruzinski 4 :-
Pupil bentuk bulat, diameter 3 mm/3 mm, isokor. Refleks cahaya langsung +/+,
Refleks cahaya tidak langsung +/+. Kedudukan bola mata tengah dan setangkup.
Nervus VII
Istirahat:
kerutan dahi simetris, tinggi alis simetris, sulkus nasolabialis sinistra dangkal dan
sinistra tertinggal.
Nervus XII
Aktivitas :
Disartria : (+)
a. Kekuatan Otot
5555 2222
5555 2222
c. Refleks fisiologis
d. Refleks patologis
Refleks Hofman/ Tromner : -/-
3.5 Diagnosis
Diagnosis klinis
Hipertensi
3.6 Planning
Bed Rest
Citikolin 2x500 mg IV
Captopril 3x50mg PO
Simvastatin 20 mg 0-0-1 PO
12 Juni 2019
(S) Subjective
Pasien masih tidak dapat mengerakan tubuh bagian kanan dan tidak dapat
(O) Objective
Tanda-tanda Vital :
TD : 180/100 mmHg
RR : 24x/menit
Suhu : 37,1oC
SpO2 : 98%.
a. Kaku Kuduk :-
b. Kernig Sign :-
c. Brizinski 1 :-
d. Bruzinski 2 :-
e. Bruzinski 3 :-
f. Bruzinski 4 :-
Pupil bentuk bulat, diameter 3 mm/3 mm, isokor. Refleks cahaya langsung +/+,
Refleks cahaya tidak langsung +/+. Kedudukan bola mata tengah dan setangkup.
Nervus VII
Istirahat:
kerutan dahi simetris, tinggi alis simetris, sulkus nasolabialis dekstra dangkal dan
Aktivitas :
Mengangkat alis : Kerutan dahi simetris, tinggi alis simetris.
dekstra tertinggal.
Nervus XII
Aktivitas :
a. Kekuatan Otot
1111 5555
1111 5555
c. Refleks fisiologis
d. Refleks patologis
Diagnosis
Diagnosis klinis
Hipertensi
Planning
Bed Rest
Citikolin 2x500 mg IV
Captopril 3x50mg PO
Aspilet 1x80 mg PO