Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

TEKNIK PENGECORAN LOGAM

PROSES PENGECORAN LOGAM DENGAN BAHAN


BAKU MATERIAL KUNINGAN

Oleh :

AFDHAL ZIKRI YUDITA

NBP. 1510912015

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan hasil observasi mata kuliah “Teknik Pengecoran
Logam”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Laporan hasil observasi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teknik
Pengecoran Logam di program studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Andalas. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Is Prima Nanda. Dr.. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pengolahan Data Elektronik dan kepada Bapak Khaidir selaku narasumber serta
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
melakukan observasi dalam tugas mata kuliah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-


kekurangan dalam penulisan laporan hasil observasi ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 4 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

TUGAS TEKNIK PENGECORAN LOGAM ................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 6
C. Tujuan .................................................................................................................................. 6
D. Manfaat Observasi ............................................................................................................... 6
E. Metode ................................................................................................................................. 6
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan observasi adalah observasi langsung ke
lapangan dan wawancara. .............................................................................................................. 6
BAB II HASIL OBSERVASI .......................................................................................................... 7
A. Identitas ................................................................................................................................ 7
B. Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 7
C. Proses Pengecoran Pola Lilin dengan Material Kuningan ................................................... 8
D. Permasalahan pada Pola Lilin dan Cetakan Tanah............................................................. 16
E. Permasalahan di Lingkungan Kerja ................................................................................... 16
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 17
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
B. Saran .................................................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknik pengecoran logam merupakan bagian dari teknik produksi tertua yang
dikenal manusia. Hingga saat ini pengecoran logam masih dipakai manusia untuk
menunjang kegiatan produksi dan industri yang perkembangannya semakin
meningkat. Banyak bermunculan industri pengecoran logam karena prinsip
pengecoran yang sederhana dan memiliki masa depan yang baik pada industri
pengecoran logam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat
sekarang ini cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari segi industri, perkembangan
telah mengalamai moderenisasi sehingga memudahkan proses produksi dan
meningkatkan nilai serta mutu dari produk yang dihasilkan. Saat sekarang produsen
sedang giat-giatnya untuk menghasilkan produk dengan kualiatas terbaik dan sesuai
dengan apa yang diinginkan serta yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga
produknya laku dipasaran. Dan salah satu contoh industri yang berkembang dengan
pesat adalah industri pengecoran logam.
Industri pengecoran di indonesia dapat dibagi kedalam 3 kelompok berdasarkan
material produk yang di hasilkan yaitu : industri penghasil besi cor (cast iron),
industri penghasi alumunium cor (alumunium casting) dan penghasil baja paduan
cor (alloy steel casting).
Dan salah satu industri pengecoran di daerah sumatera barat adalah industri
pengecoran yang terdapat di daerah sungai puar. Industri pengecoran sungai puar
dapat dikatakan sebagai industri pengecoran berskala rumah tangga yang masih
menggunakan metode pengecoran tradisional, walaupun telah memanfaatkan
beberapa teknologi dalam proses produksinya. Industri ini terkenal dengan produk
cor berbahan dasar kuningan, bentuk produk yang dihasilkan berupa ganto,
talempong cetakan kue, gagang pisau dan kerajinan tangan serta alat – alat rumah
tangga lainnya. Beberapa contoh produk industri pengecoran sungai puar dapat
dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.
Gambar 1 Contoh produk industri pengecoran sungai puar

Pada proses pengecoran logam, pola lilin menjadi salah satu faktor utama untuk
menghasilkan produk cor yang berkualitas dengan kriteria produk pada umumnya
memliki ukuran yang idak terlalu besar dan memiliki bentuk yag rumit. Industri
pengecoran sungai puar menggunakan pola lilin yang dibuat secara manual,
berbekal pengalaman yang diwariskan secara secara turun – temurun menyababkan
industri ini tidak memiliki standarisasi untuk pola lilin yang digunakan dan
perkembangan kualitas yang stagnan setiap tahunnya. Hal ini menjadi salah satu
penyebab keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan
oleh para pengrajin.
Pada penelitian pengecoran logam menggunakan kali ini kita akan
mengamati proses proses pengecoran dengan menggunakan pola lilin.. Kelebihan
dengan pola lilin ini yaitu mudah untuk membuat bentuk-bentuk yang rumit. Dalam
pembuatan tempat alat tulis ini meliputi beberapa tahapan proses. Diantaranya yaitu
perencanaan pola, persiapan bahan baku, pembuatan pola, pemilihan pasir cetak,
pembuatan cetakan, peleburan logam, penuangan logam cair, pengambilan hasil
coran dan proses akhir.
Dan observasi merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengetahui lebih
detail bagaimana proses pengecoran terutama pada material kuningan dengan
menggunakan metoda pengecoran lilin. Dalam hal ini kami selaku mahasiswa
Teknik Mesin melakukan observasi di Kenagarian Sungai Pua untuk memenuhi
tugas dalam bentuk laporan observasi serta melakukan wawancara. Laporan hasil
observasi ini disusun guna mememenuhi tugas mata kuliah Teknik Pengecoran
Logam. Dengan adanya observasi ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana
proses dan langkah-langkah tahapan dalam melakukan proses pengecoran logam
berbahan dasar material kuningan dengan memanfaatkan metoda pola lilin.
Kemudian kita sebagai seorang calon engineer tentunya harus mengetahui
bagaimana proses pengecoran, sehingga kelak dapat lebih dikembangkan dan
diterapkan dilingkungan kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui langkah-langkah kerja proses pengecoran lilin yang terdapat
di Sungai Pua
2. Mengetahui permasalahan proses produksi dengan menggunakan metoda
pola lilin?
3. Mengertahui permasalahan yang ada di percetakan pola lilin di sungai pua?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses pengecoran dengan pola lilin dengan bahan baku
material kuningan.
2. Sebagai tugas mata kuliah Teknik Pengecoran Logam

D. Manfaat Observasi
Setelah melakukan observasi di Sugai Pua diharapkan kita dapat memahami dan
mengerti proses teknik pengeceron logam dengan pola lilin.

E. Metode

Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan observasi adalah observasi


langsung ke lapangan dan wawancara.
BAB II
HASIL OBSERVASI

A. Identitas
Jenis : Observasi Pengecoran Pola Lilin dengan
Bahan Baku material Kuningan

Tipe Usaha : Pengerajin Kuningan, Ekonomi Kretif

Alamat : Kapalo Koto, Sungai Pua

Narasumber : Bapak Khaidir

Nomor HP : 081266878381

Jenis-jenis Hasil Produksi : Cetakan kue, Ganto ( lonceng kerbau),


Gagang Pisau, Talempong, Gong, dll.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk proses pengecoran pola lilin :

 Tungku : tempat proses pembakaran cetakan

 Blower : memperbesar aliran udara yang masuk kedalam


tungku pembakaran.

 Penjepit : mengambil cetakan

 Koi : tempat peleburan logam

 Gayung logam : untuk mengambil larutan logam agar dapat


dituangkan kedalam cetakan

Bahan yang digunakan :

 Tanah liat putih : sebagai perekat bahan dasar

 Tanah halus : sebagai bahan tambahan aga material tidak kaku

 Sekam padi : agar temperature cetakan tahan lama

 Kuningan : bahan baku untuk pengisi cetakan

 Batu Bara : Sumber bahan bakar perapian


C. Proses Pengecoran Pola Lilin dengan Material Kuningan
Dalam proses pengecoran dengan menggunakan pola lilin di kenagarian
sungai pua, ada beberapa langkah tahapan yang dilakukan yang mana akan
dijabarkan sebagai berikut beserta contoh gambarnya :

1. Proses Pembuatan Pola Lilin


Dalam proses pengecoran logam dibutuhkan suatu cetakan dimana
rongga cetakannya dibentuk menyerupai desain master produk yang akan
dibuat sehingga hasil pengecoran dapat identik, atau kurang lebih
menyerupai master produk. Langkah pertama yang ditempuh dalam
praktikum proses manufaktur tentang pengecoran ini adalah pembuatan
pola lilin, pola dibentuk dengan menggunakan bahan dasar lilin, sehingga
disebut dengan pola lilin. Lilin dilelehkan sampai mencair kemudian
dituangkan ke dalam cetakan yang telah diposisikan sedemikian rupa lalu
diikat dengan tali agar cetakan silikon dapat menyatu erat dan diberi
penopang supaya kokoh. Pola lilin ini dibentuk melalui proses pengecoran
lilin dalam cetakan pola yang bentuknya terbelah menjadi dua bagian yang
sama dimana pada cetakan tersebut sudah terdapat rongga dengan bentuk
desain master produk, sehingga saat dituangkan pola harus diikat kuat agar
mampu menjepit cetakan secara sempurna, berikut merupakan contoh
produk dari pola lilin yang digunakan dalam pembuatan cetakan kue
dengan menggunakan material kuningan sebagai bahan bakunya :
Gambar 2. Cetakan Pola Lilin untuk Pembuatan Kue

Dan unutk ukuran serta dimensi pola yang digunakan diperoleh dari produk
yang sudah jadi sebelumnya dan untuk material pola lilin ini menggunakan bahan
baku yang berasal dari minyak bumi, dengan beberapa kali proses penyaringan. Dan
untuk material bahan baku pola lilin ini didatangkan dari lansung dari Medan.

2. Proses Pelapisan dan Penggabungan Beberapa Pola

Hal ini dilakukan untuk memudahkan dan menghemat waktu dalam proses
pengecoran logam dengan metoda pengecoran lilin, dan saat dilakukan
penggabungan juga ditentukan jalur lokasi penuangan logam kuningan. Berikut
adalah gambar dari proses pencelupan dan penggabungan pola lilin :
Gambar 3. Proses penggabungan cetakan

Untuk proses pencelupam ini dilakukan berulang ulang, agar memperoleh


ketebalan yang pas dari proses pelapisan, dan untuk pelapisan ini meggunakan
bahan dari tanah liat putih yang telah dicampurkan dengan tanah yang telah disaring
halus kemudian baru ditambahkan air hingga diperoleh kekentalan paduan yang
diinginkan, setelah itu disaring menggunakan saringan tepung agar memeperoleh
paduan lapisan yang baik dan tidak mudah retak atau hancur ketika dilakukan
proses pembakaran, berikut merupakan gambar dari tanah liat putih dan tanah yang
sudah digunakan :

Gambar 4. Tanah Liat Putih


Gambar 5. Tanah yang Sudah Mengalami Proses Penyaringan

Langkah berikutnya kedua bahan dicampurkan, dan diaduk didalam sebuah lubang
dan proses pengadukan dilakukan secara manual dengan menggunakan kaki,
berikut gambar lubang pengadukan :

Gambar 6. Lubang Pengadukan Bahan Material Cetakan

Setelah material diaduk dan ditambahkan air, sehingga terbentuklah paduan


material bahan dari kedua tanah tadi, yang sebelum dilakukan proses penyarinagn
terakhir agar pasir- pasir yang terkandung tidak ikut tercampur kedalam paduan,
sehingga diperoleh paduan yang sangat halus, berikut gambar hasil paduan untuk
proses pencelupan lapisan awal :
Gambar 7. Adonan paduan untuk proses pelapisan

Dan setelah proses pelapisan yang pertama tadi, cetakan dikeringakn secara
sempurna agar dapat dilakukan proses pelapisan dengan bahan baku yang sama
secara berulang ulang hingga mencapai ketebalan yang pas, sehingga cetakan tidak
mudah rusak ketika dimasukkan kedalam tungku, maupun saat penuangan logam
cair.

3. Proses Pelapisan dengan Bahan Material Kedua

Proses ini hamper sama dengan proses sebelumnya namun pada materialnya ada
sedikit penambahan bahan yakni sekam padi, sekam padi disini berfungsi untuk
menyimpan panas, agar panas yang diterima oleh cetakan tidak cepat hilang, karna
apabila panas pada cetakan menghilang itu berisiko terhadap produk yang
dihasilkan, seperti paduan cetakan tidak mengisi sempurna rongga cetakan. Berikut
gambar dari material cetakan yang sudah ditambahkan sekam padi :
Gambar 8. Adonan Cetakan Kedua, dengan Penambahan Sekam Padi

Setelah paduan adonan kedua dilapisis pada satu sisi, kemudian dibiarkan
mongering, lalu dilapisi pada sisi sebaliknya, dan setelah seluruh sisi dilapisi, maka
cetakan siap melalui proses pembakaran.. berikut gambar kompenen yang sudah
kering yang mana dapat diketahui apabila dipukul akan menghasilkan suara
mendenting.

Gambar 9. Cetakan Siap Bakar

4. Proses Pembakaran

Proses pemakaran dilakukan disebuah tungku khusus yang dibuat dari batu bata
dan semen, dan tungku ini berbahan bakar batu bara dan memiliki saluran udara
untuk masuknya angina dari blower kedalam tungku agar api yang dihasilkan stabil
dan besar.
Gambar 10. Tungku Pembakaran

Gambar 11. Batu Bara, sebagai bahan Baku Pembakaran

Dan berikut adalah gambar ketika berlansungnya proses pembakaran :

Gambar 12. Proses pembaran


Gambar diatas merupakan proses pembakaran tahap pertama, dan untuk
pembakaran itu sendiri dilakukan 3 tahap untuk talempong, yang mana tahap
pertama berfungsi untuk membuang lilin, dan setelah lilin dibuang maka cetakan di
ubah susunan dan posisi letaknya, dimana agar cetakan tidak terlalu matang sebab
apabila cetakan terlalu matang maka akan cepat mengalami proses pendinginan,
dan berisiko ketika pemasukan logam cair, yang mana logam cair tidak mengisi
seluruh rongga didalam cetakan. Dan untuk saluran lubang yang awalya kedalam
pada pembakaran kedua arah lobang dibuat keluar dan pada pembakaran ketika
dibuat kembali kedalam. Fungsi dari pembakran yang berulang ini agar lilin yang
terdapat didalam cetakan habis tidak meninggalkan sisa dan sekaligus membuang
gas-gas atau kerak-kerak dari lilin tersebut yang dapat mempengaruhi hasil cetakan.
Berikut gambar proses penggantian posisi cetakan :

Gambar 13. Cetakan dikeluarkan dan disusun ulang.

Setelah cetakan telah pas masaknya, maka logam cair dapat dituangkan kedalam
cetakan.

5. Finishing

Setelah logam cair dingin maka cetakan dapat dibongkar secara perlahan, dan
kemudian dilakukan proses finising dengan pengamplasan pada produk yang
dihasilkan, berikut gambar dari produk yang sedang dilakukan proses finishing :
Gambar 14. Proses Fhinishing

Untuk proses finishing dilakukan dua kali, yang pertama dengan amplas kasar dan
setelah itu dilakukan dengan amplas yang lebih halus.

D. Permasalahan pada Pola Lilin dan Cetakan Tanah


Setiap langkah-langkah yang dilakukan memiliki keahlian khusus, seperti
proses pencelupan yang mana biasanya dilakukan oleh orang-orang yang
mengetahui kwalitas adonan cetakan yang pas, dan untuk proses pembakaran harus
bisa mengatur besar api agar matang sempurna, dan ketika di dalam tungku susunan
cetakan mempengaruhi lama waktu dan tingkat kematangan dari cetakan, dan tidak
membarang susun. Kematangan cetakan sangat berperan penting dalam
menghasilkan produk yang diinginkan, dan untuk proses penuangan logam
dilakukan ketika cetakan masih panas. Dan syarat utama untuk cetakan ialah tidak
bergerak selama dilakukan proses pembakaran.

E. Permasalahan di Lingkungan Kerja


Untuk proses pengeringan masih memanfaatkan lingkungan sekitar, dan tidak
bisa memanfaatkan cahaya matahari karna dapat membuat lilin di dalam cetakan
meleleh, jadi untuk proses produksi tak menentu karna masih bergantung kepada
lingkungan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses
pengecoran yang dilakukan di kenagarian sungai pua merupakan proses pengecoran
lilin dengna pola sderhana, yang mana diwariskan secara turun temurun, dan unutk
kwalitas produk yang dihasilkan dapat dikatakan sangat baik. Dengan peralatan
yang seadara atau dapat dikatakan manual tanpa adanya bantuan mesin dan masih
bergantung kepada kondisi cuaca.

B. Saran
Semoga kedepannya proses pengecoran logam yang terdapat di sungai pua
dapat menyelesaikan permasalahan mengenai cuaca sehingga walapun kondisi
cuaca tidak mendukung, namun tetap bisa melakukan proses produksi dan
memenuhi kehendak pasar

Anda mungkin juga menyukai