Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, perkembangan zat warna sintetik menjadi masalah serius pada
industri di dunia. Limbah zat warna dari industri tekstil adalah senyawa organik
yang tidak dapat dibiodegradasi yang menyebabkan pencemaran lingkungan salah
satunya pada lingkungan perairan (Wijaya dkk., 2006). Salah satu zat yang sering
digunakan adalah methylene blue. Di industri, pewarna ini digunakan sebagai
pewarna kertas yang dikombinasikan dengan zat warna lain, sedangkan di
laboraturium digunakan sebagai zat pewarna indikator. Pada methylene blue
memiliki gugus benzena yang menyebabkan zat warna ini sulit di degradasi
(Christina dkk,. 2007).
Hampir sepuluh ribu jenis zat warna dengan jumlah yang lebih dari 7x105
ton diproduksi setiap tahun. Sebanyak 10-15% dari zat warna hilang selama
proses pewarnaan (Singh et al., 2003). Limbah yang mengandung methylene blue
akan menimbulkan masalah kesehatan apabila terkonsumsi oleh manusia.
Methylene blue dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan jika tertelan,
menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh oleh kulit
(Hamdaoui and Chiha, 2006). Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus
terhadap pencemaran zat warna tersebut agar tidak sampai dikonsumsi sebagai air
minum dan sampai masuk ke dalam tubuh manusia.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengurangi limbah cair zat
warna telah banyak dilakukan, salah satunya adalah menggunakan adsorpsi.
Menurut Wanchanthuek dan Thapol (2011), limbah zat warna dapat diolah
melalui proses adsorpsi yang memiliki efektif tinggi dalam penghilangan limbat
zat cair pewarna. Salah satu kegunaan adsorben yaitu untuk mengurangi zat warna
yang terdapat pada limbah industri tekstil (Lynch, 1990).
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan yang terjadi ketika suatu
fluida (cairan atau gas) terikat oleh suatu padatan dan membentuk suatu film
(lapisan tipis) pada permukaan tersebut (Syauqiah dkk., 2011). Kelebihan adsorpsi

1
2

dibandingkan dengan proses lainnya ialah biaya yang dibutuhkan cukup murah,
pengerjaanya yang mudah, relatif aman dari kontaminasi zat-zat kimia serta tidak
memberikan dampak bagi lingkungan (Lesbani dkk., 2013).
Berdasarkan (Melisa, 2014), PLTU Nagan Raya menghasilkan fly ash
dengan kadar SiO2 sebesar 41,51%. Sehingga fly ash batu bara PLTU Nagan Raya
dapat berpotensi sebagai adsorben. Pada penelitian Wang et al (2006),
menggunakan abu fly ash sebagai adsorben menghilangkan methylene blue dalam
larutan berair dan kapasitas adsorpsi dari abu fly ash yaitu 4,47 mg/g. Adanya
pengaruh perlakuan asam menyebabkan kapasitas adsorpsi abu fly ash mengikat
menjadi 7,99 mg/g.
Selain itu, salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai adsorben dalam
menyerap methylene blue adalah arang aktif. Berdasarkan penelitian (Khuluk,
2016) bahwa arang aktif tempurung kelapa dengan aktivasi fisika memiliki daya
serap terhadap methylene blue sebesar 99,42% dan dengan aktivasi kimia
menyerap methylene blue sebesar 98,64%.
Oleh karenanya, adanya kemampuan fly ash dan kemampuan arang aktif
tempurung kelapa sebagai penyerap methylene blue, maka pada penelitian ini
kami akan menggunakan fly ash batu bara PLTU Nagan Raya yang
dikombinasikan dengan arang aktif tempurung kelapa sebagai adsorben untuk
menyerap limbah cair perwarna pada indutri tekstil yaitu methylene blue.

1.2 Perumusan Masalah


Limbah zat warna dari industri tekstil adalah senyawa organik yang tidak
dapat didegradasi akan menyebabkan pencemaran lingkungan salah satunya pada
lingkungan perairan. Pengolahan limbah pewarna pada tekstil telah banyak
dilakukan dengan berbagai macam metode seperti menggunakan teknologi
adsorpsi dengan berbagai adsorben. Penggunaan adsorben yang tepat akan
memberikan hasil penyerapan yang optimal. Salah satu jenis adsorben yang
memiliki potensi yang bagus adalah fly ash batu bara. Pemanfaatan fly ash batu
bara sebagai adsorben cukup banyak. Selain mengurangi limbah hasil PLTU
Nagan Raya, pemanfaatan limbah fly ash juga digunakan sebagai penyisihan
3

kadar methylene blue. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fly ash batubara
memiliki kemampuan adsorpsi yang cukup baik terhadap berbagai limbah cair,
namun untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya perlu terus dilakukan
penelitian-penelitian lanjutan, seperti mengkombinasikan fly ash dengan jenis
adsorben lainnya, seperti tempurung kelapa. Oleh karena itu perlu untuk
mengetahui perbandingan yang tepat kombinasi antara fly ash dengan tempurung
kelapa agar diperoleh nilai adsorpsi yang optimal terhadap penurunan zat warna,
yang terdapat dalam limbah cair industri tekstil.

1.3 Tujuan Penelitian


 Untuk membuat adsorben arang aktif tempurung kelapa dan fly ash batu
bara
 Untuk mempelajari variabel proses (berat sorben, kombinasi adsorben dan
waktu pengambilan)
 Untuk melihat karakterisasi adsorben
 Untuk melihat fenomena penyerapan adsorben arang aktif tempurung kelapa
dan fly ash batu bara PLTU Nagan Raya terhadap methylene blue

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat membuat dan mengkarakterisasi
adsorben arang aktif tempurung kelapa dan fly ash batu bara PLTU Nagan Raya,
mengetahui potensi dan fenomena adsorben arang aktif tempurung kelapa dan fly
ash batu bara PLTU Nagan Raya dalam menyisihkan zat pewarna pada limbah
cair industri tekstil dan berbagi informasi teknologi sederhana yang tepat dalam
mengolah limbah cair industri tekstil secara alamiah sehingga dapat diaplikasikan
oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai