Anlisis Protein
Anlisis Protein
ANALISA PROTEIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin untuk
menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena
padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka
menggunakan urin yang jernih betul menjadi syarat yang penting terhadap protein.
Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, dan apabila kekeruhan tidak
dapat dihilangkan maka bisa dilakukukan penjernihan atau penyaringan pada urine sehingga urin yang
digunakan untuk pemeriksaan adalah urin yang benar-benar jernih.
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.
Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml/menit. Filtrat
tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya
terbentuk 1 ml urin permenit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan
ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan - kelainan dipelbagai organ
tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta – fakta tentang ginjal dan saluran
urin tapi dapat juga mengenai faal pelbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu
pancreas, kortek adrenal.
Jika kita melakukan urinaisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada
seseorang, ternyata susunan urine tidak dapat banyak berbeda dari susunan urine 24 jam
berikutnya.
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi.ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darahyang disaring oleh ginjaldan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh.
Dalam mempertahankan homeostatis tubuh peranan urine sangat penting karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urine. Fungsi utama urine untuk
membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatab dari dalam tubuh. Anggapan umum bahwa
urine sebagai zat yang kotor. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari
ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenyapun akan mengandung bakteri.
Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine
sebenarnya cukup steril dan hamper tidak berbau ketika keluar dari tubuh.
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea,
garam terlarut, dan matri organic). Materi yang terkandung di dalam urine dpat diketahui melalui
urinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine.
Dalam Basoeki(2000) disebutkan bahwa pada prose urinalisis terdapat banyak cara metode yang
dapat digunakan untuk mendeteksi zat apa saja yang terkandung dalam urine. Analisis urine
dapat berupa analisis fisik, kimiawi, dan analisis secara mikroskopik.
Analisis urine secara fisik meliputi pengamatan warna urine, berat jenis cairan urine,
dan pH serta suhu urine itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa,
protein, dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis protein ada banyak metode yang
ditawarkan, mulai dari metode uji Millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir
analisis secara mikroskopik, sampel urine secara langsung diamati di bawah mikroskop sehingga
akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urine tersebut.
Secara umum urine berwana kuning. Urine encer warna kuning pucat (kuning jernih),
urine kental berwarna kuning pekat, dan urine baru atau segar berwarna kuning jernih. Urine
yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urine berbau khas jika dibiarkan agak
lama berbau ammonia. pH urine berkisar antara 4,8 – 7,5 , urine akan menjadi lebih asam jika
mengkonsumsi atau mengandung banyak protein, dan urine akan menjadi basa jika mengandung
banyak sayuran. Berat jenis urine I,002 – 1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalam urine
diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatin, dan asam urat), asam hipurat zat sisa
pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit,
hormone, zat toksin, zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb). Volume urine
normal perhari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak factor diantaranya
suhu, zat-zat diuretika, jumlah air minum, hormone ADH, dan emosi. Interpretasi warna urine
dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa protein dalam darah
Mahasiswa mampu menganalisa protein dalam urine
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui warna protein dalam darah. dengan menggunakan protein
strip
Untuk mengetahui kadar protein dalam urine. dengan menggunakan protein
strip
Untuk mengetahui perubahan-perubahn warna yang terdapat pada urin dan
darah
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Protein
Protein merupakan molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal ini
mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses kehidupan dalam tubuh.
Pada kenyataannya, kode genetik yang tersimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk
membuat protein, kapan, dimana dan seberapa banyak. Protein berfungsi sebagai penyimpan dan
pengantar seperti hemoglobin yang memberikan warna merah pada sel darah merah, bertugas
mengikat oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukannya. Selain itu juga
menjadi penyusun sel dalam tubuh, seperti keratin di rambut yang banyak mengandung asam
amino Cysteine sehingga menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya
kandungan atom sulfur di dalamnya. Enzim merupakan salah satu jenis dari protein yang
berfungsi sebagai katalis alam tubuh. Dengan adanya enzim, organisme dapat hidup dengan baik.
Enzim memiliki beberapa kelebihan terhadap katalisator non-biologis pada kecepatan reaksi
serta spesifikasi terhadap substrat yang tinggi (Sudarmanto, 2008).
Protein memiliki fungsi banyak fungsi bagi tubuh, diantaranya yaitu sebagai katalis
biokimia seperti enzim; sebagai struktur seperti kolagen yang merupakan komponen penting
pada tulang dan tendon; sebagai pergerakan, contohnya aktin dan myosi; sebagai transport
seperti hemoglobin yang membawa oksigen dalam aliran darah dan serum albumin yang
membawa asam lemak; sebagai zat pengatur, contohnya hormon insulin yang mengontrol gula
darah dan sitokin seperti interleukin yang mengatur pembelahan sel dan diferensiasi; sebagai
proteksi, contohnya antibodi dan protein yang telibat dalam pembekuan darah; sebagai
penyimpanan, contohnya feritin yang menyimpan besi dalam darah dan gliadin yang menyimpan
asam amino dalam biji gandum dorman (WordPress, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Prinsip
Protein dengan larutan CUSO4. encer akan membentuk senya kompleks dalam suasana
alkalis,akan membentuk warna unggu
Hari : Rabu
Waktu : 08 : 00 WIT
Masukan kedalam tabung reaksi larutan protein encer dan setetes larutan kedalam
ZnSO4 encer. Bila terjadi endapan putih, bagian endapan kedalam 2 tabung dan pada
salah satu tabung di tambah ZnSO4 berlebihan, catat perubahan yang terjadi.
Masukan kedalam tabung reaksi 3 ml larutan protein dan 1ml larutan NaOH 40%
tambahkan 1 tetes larutan CuSO4 0,5% sehinga terjadi perubahan warna merah muda
atau unggu.
Masukan kedalam tabung reaksi 2 ml larutan protein dan 1 reagen merkurin sulfat (
HgSO4 10 %) panaskan, mungin terjadi endapan kuning. Dinginkan di bawah air
leding, lalu tambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1% panaskan lagi, endapan atau larutan
yang menjadi merah menunjukan adannya tirosin.
Masukan kedalam tabung reaksi 1 ml larutan protein (serum urine ) dan 1 ml larutan
NaOH 40%. Kemudian tambahkan 2 tetes larutan pd asetat, akan terjadi pbS yang
berwarna hitam atau coklat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Protein merupakan molekul besar (berat molekulnya dapat sampai beberapa juta). Terdapat
dalam seluruh sel tubuh. Protein tersusun atas kira-kira 20 macam asam amino yang berikatan
satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan
gugus amino dari asam amino berikutnya
Protein dan asam amino memberikan reaksi yang bersifat khas, bukan hanya bagi gugus
amino dan gugus karboksil bebas, tetapi juga bagi gugus R yang terkandung di dalamnya.
Protein dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi lain seperti juga asam amino yang menjadi
penyusunnya. Protein dapat mengendap atau terdenaturasi oleh logam berat, garam-garam
anorganik, rusaknya struktur tersier dan kwartener, serta karena berada pada titik isolistriknya.