Anda di halaman 1dari 4

1.

Natrium Benzoat

Asosiasi Konsumen Penang pada 1988 silam telah menyatakan bahwa berdasarkan penelitian Badan Pangan
Dunia (FAO), konsumsi benzoat yang berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala
hiperaktif, sawan, kencing terus-menerus dan penurunan berat badan.

Natrium Benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat. Bahan pengawet ini
merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak jenuh ganda yang telah disetujui penggunaannya
oleh FDA (Badan Administrasi Pangan dan Obat di Amerika Serikat) dan telah digunakan oleh para produsen
makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan mikro organisme (jamur).

Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan pengawet yang digunakan untuk makanan dan
minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan. Sodium Benzoat banyak digunakan
dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan,
mustard, sambal, saus salad, saus tomat, selai, sirop buah, dan lainnya. Sodium Benzoat secara alami terdapat
pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu
manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain.

International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak terhadap kesehatan manusia
dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam
tubuh dari garam sodium) telah dipelajari secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak
berbahaya. Sekitar 75-80% dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan seluruh dosis akan dikeluarkan dari
dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam
makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan ini dapat
meninggalkan rasa tertentu di mulut.

2. Natrium bikarbonat

Natrium bikarbonat dikenal kadang-kadang menyebabkan ekspansi volume intravaskular yang dapat
mengakibatkan hypoaldosteronemia dan hyporeninemia. Jika hal ini terjadi, serum biasanya dapat di tingkatkan.
Baking soda juga dapat dihubungkan dengan gejala tertentu dari sindrom Munchausen serta alkalosis metabolik
hipokalemia hypochloremic tetapi biasanya sangat jarang terjadi pada beberapa penderita yang memiliki kondisi
mendasarinya.

Orang yang menderita penyakit hati berat, insufisiensi ginjal atau gagal jantung kongestif harus sangat hati-hati
untuk menggunakan pemakaian internal, karena baking soda kadang-kadang dapat menyebabkan retensi
edema, air dan penambahan yang bisa dipicu oleh hipernatremia. Kontraksi yang cepat atau lama natrium
bikarbonat kadang-kadang dapat menyebabkan hyernatremia, hipokalemia, hypochloremia, hyperosmolarity dan
alkalosis metabolik. Efek samping lain metabolik baking soda termasuk hyporeninemia, hypoaldosteronemia dan
perluasan volume intravaskular.

Baking soda dapat menekan jalur pernapasan karena konsentrasi karbon dioksida vena akan meningkat.
Asidosis sistemik dapat memburuk, ini terjadi karena tidak ada ventilasi yang memadai disediakan. Antara lain
efek samping pernapasan, jalur pernapasan ditekan adalah yang paling signifikan dari semua efek samping.
Namun ada efek samping natrium bikarbonat yang lain dari sistem saraf meliputi koma, tetani, lekas marah,
mabuk, dan perdarahan intraventrikular. Perdarahan yang cepat dapat di picu dengan infus natrium bikarbonat.

Efek lekas marah biasanya karena hipernatremia dan alkalosis yang disebabkan oleh baking soda. Gangguan
Mental, pingsan dan koma disebabkan oleh penurunan yang signifikan dari pH cairan serebrospinal selama
penggunaan internal yang berlebihan dari natrium bikarbonat. Hal ini biasanya terjadi karena penghalang darah-
otak jauh lebih permeabel terhadap hidrogen oleh bikarbonat.

Efek samping lokal termasuk iritasi ekstravasasi, vena, nekrosis jaringan, nyeri , selulitis, pengelupasan kulit dan
ulserasi. Efek samping yang paling signifikan kardiovaskular yang mungkin terjadi adalah penurunan
kontraktilitas jantung. pengunaan berlebihan internal Natrium bikarbonat juga dapat menyebabkan pecah
lambung dan pelepasan gas berlebih

3. Pengemulsi

Industri makanan saat ini telah berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya industri makanan telah
bainyak pula efek negatif yang timbul. Makanan yang kita konsumsi sebaiknya adalah makanan yang sehat.
Definisi makanan yang sehat adalah makanan yang tidak mengandung bahan yang dapat merugikan mahluk
hidup yang mengkonsumsinya. Tujuan diketahuinya bahaya bahan tambahan makanan adalah agar kita
waspada pada makanan yang akan dikonsumsi. Bahan tambahan makanan yang dipelajari adalah antara lain,
pewarna, penyedap rasa dan aroma,, pemantap, anti oksidan, pengawet, pengemulsi , anti gumpal, pemucat,
dan pengental. Tujuan pemberian bahan tambahan makanan adalah untuk mempengaruhi dan menambah cita
rasa, warna, tekstur, dan penampilan dari bahan makanan. Setelah diketahui batasan- batasan bahan tambahan
makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi, diharapkan kita akan lebih cermat dalam memilih makanan
yang tepat.Selain cermat dalam memilih kita juga akan dapat mengukur dosis yang tepat untuk ditambahkan.

4. MSG (Monosodium Glutamat)

a. ADHD dan ADD

Attention Defict Hyperactivity Disoder dan Attention Defict Disoder merupakan gangguan otak yang dialami oleh
anak-anak dan janin di dalam kandungan yang sepenuhnya masih berkembang. Perkembangan tersebut dapat
terganggu dengan adanya bahan kimia yang berbahaya seperti eksitosin. Kandungan eksitosin banyak
ditemukan di dalam MSG. Oleh karena itu untuk para ibu hamil sangat disarankan untuk menghilangkan atau
mengurangi mengonsumsi makanan yang mengandung MSG.

b. Kerusakan Otak

MSG (Monosodium Glutamat) merupakan jenis excitotoxin yang dapat masuk ke aliran darah sebelum menuju
ke otak. Setelah mengonsumsi MSG pada dasarnya dapat merangsang sel-sel otak untuk berpikir bahwa apa
yang telah dikonsumsi karena dicanpur dengan bumbu penyedap seperti MSG merupakan makanan yang lezat.
Hal itu yang menyebabkan manusia lebih berhasrat untuk mengonsumsi makanan yang mengandung MSG
daripada makanan yang tidak diberi MSG. jika dibiarkan secara terus-menerus bisa menyebabkan
oversimulating otak mengalami kelelahan dan akan berakibat pada kematian sel-sel otak.

c. Kegemukan

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa MSG dapat merangsang otak untuk terus mengonsumsi makanan dengan
kandungan MSG. Kondisi tersebut dapat membuat rasa ketagihan yang cenderung ingin mengonsumsi makanan
dengan kandungan MSG secara terus-menerus. Kandungan MSG memiliki sifat yang dapat membuat orang
mempunyai nafsu makan tinggi. Hal tersebut akan membuat kegemukan bahkan akan berdampak pada
kelebihan berat badan (obesitas).

5. Pewarna

a. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)

Pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan
hiperaktivitas anak , pada sekitar 1-10 dari 10.000 orang, Tartrazine menimbulkan efek samping langsung
seperti urtikaria (ruam kulit). Rhinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam). Intoleransi ini lebih umum pada
penderita asma atau orang yang sensitive terhadap aspirin.

b. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow/Yellow 6)

Pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman
soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna adiktif ini dapat menimbulkan
urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual dan muntah.

c. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)

Pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman
ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak, pewarna ini dianggap karsinogenik (penyebab
kanker) di beberapa Negara.

d. Allura Red (E129)

Pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan minuman. Pewarna ini sudah banyak
dilarang di banyak Negara.

e. Quinoline Yellow (E104)

Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman energy. Zat ini sudah
dilarang di banyak Negara karena dianggap maningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma.

Oleh karena itu sebaiknya konsumen sebelum membeli makanan dan minuman, harus meneliti kondisi fisik,
kandungan bahgan pembuatannya, kehalalan melaui label yang ada pada kemasan sehingga keamanan
makanan senantiasa terjaga.

6. Vitamin C (Asam Askorbat)

Efek yang mungkin akan diderita jika terlalu banyak mengkonsumsi suplemen Vitamin C di antaranya:

- Diare, Mual, Muntah, Mulas, Perut kram, Sakit kepala, Insomnia, Batu ginjal

7. Asam Benzoat (E210)

bisa memicu terjadinya serangan asma pada penderita asma, serta mereka yang peka terhadap aspirin, Dapat
menghambat kerja enzim pencernaan
8. Natrium benzoat/ Sodium benzoat (E211)

Dapat menyebabkan reaksi alergi pada penderita alergi, asupan berlebih dari natrium dapat menyebabkan
masalah peredaran darah

9. Gom Arab/Acacia gum (E414)

Dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi (luka) pada saluran pencernaan

10. Asam Sorbat (E200)

Dalam jumlah besar dapat menyebabkan luka. Terdapat persentase kecil yang memiliki reaksi pseudo-alergi
yang ringan.

11. Asam laktat (E270)

Dapat menyebabkan masalah pada bayi, karena hati belum menghasilkan enzim yang tepat untuk metabolisme
laktat.

Anda mungkin juga menyukai