Anda di halaman 1dari 10

Nama: Muhammad Haidar Hilmi

Kelas: X MODEL 2
Absen: 21

ZAT ADITIF
Zat Aditif adalah zat yang ditambahkan kedalam makanan dan minuman
selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan. Di Indonesia zat aditif
disebut dengan Bahan Tambahan Pangan (BTP). Zat Aditif dibagi menjadi dua,
yaitu; zat aditif alami dan zat aditif sintetis. Zat aditif alami, seperti namanya
merupakan zat-zat yang didapatkan dari alam, sehingga benar-benar aman untuk
dikonsumsi. Sedangkan zat aditif sintetis merupakan zat aditif buatan manusia
melalui bantuan senyawa kimia, walaupun beberapa zat ini membantu sebagian
orang seperti zat aditif sakarin untuk orang dengan diabetes dikarenakan
merupakan gula dengan rendah kalori, masih banyak zat ini yang perlu diwaspadai
dan berbahaya bagi kesehatan seperti MSG (monosodium glutamate)
menyebabkan obesitas, metabolic disorder, sindrom restaurant cina (Chinese
Restaurant Syndrome), efek neurotoksik, dan mengganggu organ reproduksi. Dari
efek-efek negative diatas dapat diketahui bahwa zat aditif sintetis berbahaya bagi
kesehatan tubuh yang juga menjelaskan mengapa zat aditif perlu kita batasi dalam
makanan.

Sejak dahulu kala, zat aditif sudah digunakan pada berbagai jenis makanan.
Misalnya, garam untuk mengawetkan daging dan ikan, daun-daunan (herba) dan
rempah-rempah untuk meningkatkan rasa makanan, gula untuk mengawetkan
buah, dan cuka untuk acar mentimun.

Kemajuan teknologi yang ada membuat keragaman zat aditif semakin berkembang.
Tipe-tipe zat aditif yang sering kali ditambahkan dalam makanan semakin
beragam, seperti:

 Bulking agent, meningkatkan volume makanan tanpa mengubah jumlah


kalori yang ada.

 Raising agent atau bahan pengembang, meningkatkan volume makanan


dengan pembentukan gas dari bahan tersebut.

 Propelan, bahan yang memudahkan makanan dikeluarkan dari kemasannya.

 Pembentuk gel, mengubah tekstur makanan menjadi gel.

 Glazing agent, memperbaiki tampilan dan melindungi makanan.

 Flour treatment, meningkatkan kualitas makanan yang dipanggang.

 Penstabil dan pengeras.

 Pengental, meningkatkan tekstur dan konsistensi.

 Pengawet, mengawetkan dan membuat mikroba tidak bisa bertambah


banyak.

 Garam mineral, meningkatkan tekstur dan rasa.

 Foaming agent, menjaga keseragaman kadar aerasi gas dalam makanan.

 Penambah rasa, meningkatkan kekuatan rasa.

 Perasa, menambah rasa pada makanan.

 Humektan, menjaga kelembap


 Pewarna, menambah atau mempertegas

 Pengasam, mempertahankan keasaman makanan dengan tepat.

 Emulsifier, membuat lemak tidak membeku.

 Pemanis buatan, meningkatkan rasa manis.

 Antioksidan, mencegah makanan teroksidasi dan berbau tengik.

 Anti-caking agent, membuat makanan tidak mengental.

Makanan kemasan dan hidangan cepat saji biasanya mengandalkan berbagai zat
tambahan untuk meningkatkan cita rasa serta kualitas tampilannya, sekaligus juga
memperpanjang masa simpan di toko. Meski begitu, berbagai zat aditif ini bisa
berdampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Berikut berbagai zat
aditif pada makanan yang paling umum digunakan, beserta risiko yang mungkin
ditimbulkannya.

Apa saja zat aditif pada makanan yang paling umum, dan apa efeknya untuk
kesehatan?

1. MSG

msg penyedap rasa

MSG (monosodium glutamat) alias mecin adalah zat aditif yang digunakan sebagai
penyedap rasa makanan. Tidak hanya terbatas pada makanan kemasan dan cepat
saji, masakan rumahan pun sering juga ditambahkan mecin agar rasanya makin
lezat.

Efek MSG terhadap kesehatan sampai saat ini masih jadi topik perdebatan hangat.
Beberapa pakar berpendapat mecin bisa menyebabkan masalah pada saraf dan
kerja otak sehingga bikin Anda jadi “lemot“. Kebanyakan makan mecin juga
diduga kuat menjadi penyebab Anda sering sakit kepala dan mal-mual, sebagai
gejala Chinese Restaurant Syndrome. Sementara itu, sejumla penelitian lain tidak
menemukan kaitan khusus antara konsumsi MSG dengan masalah kesehatan.

Terlepas dari kontroversi seputar bahaya MSG, FDA sudah menyatakan MSG zat
tambahan makanan yang aman digunakan. Keputusan FDA ini disepakati pula oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO), Food and Agriculture Organization (FAO), serta
Kementerian Kesehatan RI.

2. Pewarna buatan

pewarna makanan

Pewarna buatan adalah zat aditif pada makanan yang dipakai untuk mempercantik
penampilan. Makanan yang berwarna cerah dan segar akan menarik minat orang-
orang untuk membeli. Namun, tidak semua pewarna makanan aman digunakan.
Beberapa penelitian menunjukkan pewarna buatan dapat meningkatkan
kecenderungan alergi anak dan hiperaktivitas pada anak dengan ADHD.
Tidak hanya itu. Beberapa pewarna makanan buatan diduga kuat dapat memicu
kanker, misalnya biru berlian (Blue 1), allura red alias Red 40, dan pewarna
karamel.

Merah 3, atau dikenal sebagai eritorisin, terbukti dapat meningkatkan risiko tumor
tiroid. Meski baru sebatas penelitian pada hewan, peneliti yakin bahwa efeknya
kemungkinan besar sama jika dikonsumsi oleh manusia.

Ada baiknya untuk memilih makanan tanpa pewarna buatan, atau gunakan
perwarna dari bahan-bahan alami (seperti daun suji untuk warna hijau) untuk
menghindari risiko kemunculan penyakit.

3. Natrium nitrit

daging olahan sebabkan kanker usus besar

Natrium nitrit merupakan zat pengawet dalam daging olahan yang digunakan
untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu, zat aditif pada makanan ini juga
menambah rasa asin dan membuat daging kalengan terlihat pink kemerahan seperti
daging segar.

Sayangnya jika terkena suhu panas yang cukup tinggi, zat ini dapat berubah bentuk
menjadi nitrosamin. Nitrosamin dikenal sebagai zat penyebab kanker usus besar,
kanker payudara, kanker kandung kemih, dan juga kanker perut. Untuk itu,
usahakan untuk memakan dan memproses daging segar sendiri untuk menurunkan
risiko penyakit kanker.

4. Sirup jagung tinggi fruktosa

sirup jagung pemanis buatan

Sirup jagung fruktosa merupakan pemanis buatan yang sering ditemukan dalam
soda, jus, permen, sereal, dan berbagai makanan ringan. Sebuah penelitian
membuktikan bahan ini dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes jika
sering dikonsumsi dalam porsi berlebihan.

Selain itu, zat yang satu ini juga dapat memicu peradangan dalam sel yang bisa
mengakibatkan berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker.
Penelitian juga membuktikan pemanis ini tidak mengandung vitamin dan mineral
yang dibutuhkan tubuh.

Sebagai gantinya, pilih makanan dan minuman tanpa gula buatan tambahan. Anda
bisa menambahkan madu murni sebagai pengganti gula yang lebih sehat.

5. Pemanis buatan
Pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, dan lainnya banyak digunakan dalam
makanan dan minuman manis rendah kalori.

Penelitian membuktikan bahwa pemanis buatan dapat membantu menurunkan


berat badan dan membantu mengelola kadar gula darah di dalam tubuh. Meski
lazim digunakan sebagai pengganti gula pasir yang lebih sehat, konsumsi pemanis
buatan yang berlebihan juga belum tentu baik untuk kesehatan.

Untuk menghindari risiko masalah, para ahli menganjurkan pemanis buatan


dikonsumsi tetap sewajarnya saja.

6. Natrium benzoat

minuman bersoda

Natrium benzoat adalah zat aditif pada makanan asam serta minuman bersoda.
FDA, badan keamanan obat dan pangan milik Amerika Serikat, telah menyatakan
natrium benzoat aman untuk dikonsumsi.

Meski begitu, beberapa penelitian menunjukkan kombinasi natrium benzoat dan


pewarna makanan buat dapat meningkatkan kecenderungan hiperaktivitas pada
anak. Selain itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C juga
dapat berubah menjadi benzena, zat yang dapat meningkatkan risiko kanker.
Maka, ada baiknya teliti sebelum membeli. Hindari makanan dan minuman yang
mengandung asam benzoat, natrium benzoat, benzena, atau benzoat yang
dikombinasikan dengan vitamin C seperti asam sitrat atau asam askorbat.

7. Perasa buatan

Minuman Ringan dan Efeknya Bagi Kesehatan

Beberapa minuman dan makanan kemasan dengan embel-embel “rasa asli” kadang
mendapatkan rasanya dengan bantuan perasa buatan.

Penelitian yang dilakukan pada hewan menemukan bukti bahwa perasa buatan ini
memiliki beberapa efek negatif terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara
berlebihan.

Sebuah penelitian yang dikutip dari Healthline menyatakan bahwa produksi sel
darah merah pada tikus berkurang setelah diberikan perasa buatan selama tujuh
hari berturut-turut.

Selain itu, perasa buatan tertentu seperti coklat dan stroberi memiliki efek racun
pada sel sumsum tulang. Sementara perasa anggur, plum, dan jeruk dapat
menghambat pembelahan sel dan memiliki efek racun bagi sumsum tulang.
Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat efeknya pada
manusia.

Maka, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan dengan perasa buatan.
Usahakan untuk membeli makanan atau minuman yang diracik menggunakan
bahan-bahan alami untuk bisa menikmati rasa aslinya.

8. Lemak trans

makanan junk food bikin imun agresif

Lemak trans (trans fat) merupakan minyak sayur terhidrogenasi yang biasanya
ditemukan dalam margarin, biskuit, pop corn, makanan yang digoreng, hingga
krimer.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa lemak trans dapat meningkatkan


kolesterol jahat LDL yang lambat laun meningkatkan risiko penyakit jantung.

Untuk itu, ada baiknya untuk membatasi konsumsi makanan yang mengandung
lemak trans. Selain itu, gunakan jenis minyak nabati lain yang lebih aman untuk
memasak seperti minyak zaitun, minyak kanola, dan minyak biji bunga matahari.

Cara untuk membatasi zat aditif adalah dengan sering mengecek kemasan-
kemasan makanan yang hendak kita konsumsi dan mulai membatasinya.

Anda mungkin juga menyukai