Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang
pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan-
perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. (Kumalasari
Intan, 2012)
Menurut WHO, remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.
Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk
mereka yang berusia 15-24. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi
kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun. Menurut Hurlock
(1993), masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari
identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri (1995),
remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh
dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. (Marmi,
2014)
4
5
2.2 Menstruasi
2.2.1 Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara
rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. (Nur
Najmi, 2011). Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim
(endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap
bulan kecuali pada saat kehamilan. (Haryono Rudi, 2016 hal 2).
Perdarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan
sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan
uterus serta faktor lain di luar organ reproduksi. Ganguan haid atau disebut juga
dengan perdarahan uterus abnormal merupakan keluhan yang sering
menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat
pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai berat.
(Prawirohardjo Sarwono, 2011)
Hormon dari kelenjar hipofise otak merangsang mengeluarkan hormon
estrogen. Hormon ini menimbulkan perubahan-perubahan pada dinding rahim.
Pada saat itu, sel telur bergerak ke tepi ovarium dan sel telur keluar melalui tuba
falopi. Peristiwa terlepasnya sel telur tersebut dinamakan ovulasi.
Pada saat terjadinya ovulasi menandakan seseorang berada di masa subur.
Dalam keadaan subur tersebut seorang wanita yang sudah mengalami menstruasi
dapat hamil jika sel telurnya bertemu dengan sel sperma.
Setelah ovulasi, terdapat perubahan yaitu terjadi peningkatan hormon
progesteron. Hormon ini menimbulkan perubahan di dinding rahim kehamilan
bila terjadi pembuahan. Bila tidak terjadi kehamilan maka kadar hormon tersebut
akan turun dan terjadilah pengelupasan dinding rahim yang disertai perdarahan
dan inilah yang disebut menstruasi. Semua proses umumnya terjadi setiap bulan.
Rata-rata siklus menstruasi pada masing-masing orang terjadi hampir sama
setiap bulannya, yaitu 28-30 hari sekali. Namun, ada siklus yang kurang dari 28
hari dan ada yang lebih dari 30 hari. Dan lama menstruasi antara 2-8 hari, namun
rata-rata berkisar antara 3-5 hari. Saat menstruasi, perempuan tidak akan
7
kehabisan darah karena pada saat menstruasi, jumlah darah yang keluar bervariasi,
rata-rata 50 ml. (Haryono Rudi, 2016 hal 3-4).
b. Fase Ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah telur
dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan setalah 16-32 jam terjadinya
peningkatan kadar LH.
c. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14 hari.
Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup dan
membentuk corpus luteum (disebut juga yellow body, struktur anatomis yang
kecil dan berwarna kuning pada permukaan ovarium. Selama masa subur atau
masa reproduksi wanita, corpus luteum dibentuk setelah setiap ovulasi atau
pelepasan sel telur) yang menhasilkan progesteron dalam jumlah cukup besar.
Hormon progesteron ini akan menyebabkan suhu tubuh meningkat. Ini terjadi
selama fase luteal dan peningkatan suhu badan ini dapat digunakan sebagai
perkiraan terjadinya ovulasi. (Anugroho Dito, 2011)
2.3 Dismenorea
2.3.1 Definisi Dismenorea
Salah satu nyeri haid yang sering dialami pada saat haid hari pertama atau
kedua. Rasa sakit bagian bawah perut hingga pinggul, punggung bagian bawah
atau paha. Hal ini sangat wajar dialami separuh perempuan, namun sekitar 10 %
perempuan mengalami rasa sakit yang hebat hingga perlu meminum obat pereda
nyeri haid untuk mengurangi rasa sakit. Rasa nyeri disebabkan oleh 2 hal, yaitu
Dismenorea primer (kelainan ginekologis) dan Dismenorea sekunder (gangguan
ginekologis). Dismenorea primer disebabkan tingginya kadar prostaglandin. Hal
ini tidak berbahaya, biasanya rasa nyeri ini hilang pada pertengahan usia 20-an
atau setelah melahirkan. Sedangkan Dismenorea sekunder disebabkan oleh tumor
fibroid (tumor jinak pada dinding rahim), penyakit radang panggul, adanya kista
pada indung telur. (Haryono Rudi, 2016).
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari
yang ringan sampai berat. Keparahan Dismenorea berhubungan langsung dengan
lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu diikuti dengan
rasa mulas/nyeri. Namun, yang dimaksud dengan Dismenorea pada topik ini
adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan tersebut datang berobat
ke dokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri. (Prawirohardjo
Sarwono, 2011)
3) Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot),
terutama mioma submukosum (bentuk jinak di rahim)
4) Uterine Polyps (tumor jinak di rahim)
5) Adhesions (pelekatan)
6) Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikalis, varikosis pelvik,
dan adanya AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
7) Ovarium Cyst (Kista ovarium)
8) Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)
9) Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di panggul)
10) Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim)
11) Mittelschmerz (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi)
12) Psychogenic pain (nyeri psikogenik)
13) Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di panggul)
14) Penyakit radang panggul kronis
15) Tumor ovarium, polip endometrium
16) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi dan retrofleksi
terfiksasi
17) Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan pasangan,
gangguan libido
18) Allen-masters syndrome (kerusakan lapisan otot dipanggul sehingga
pergerakan serviks (leher rahim) meningkat abnormal). Sindrome master
allen ditandai dengan : nyeri perut bagian bawah yang akut, nyeri saat
bersenggama (dyspareuniah), kelelahan yang sangat (excessive fatigue),
nyeri panggul secara umum (general pelvic pain), dan nyeri punggung
(backache). Selain itu, dokter juga menjumpai adanya tanda-tanda
peradangan di lapisan perut (peritoneal inflamation). Semua penderita
memiliki riwayat pernah hamil. Dalam literatur, sindrom ini disebut juga
dengan istilah traumatic laceration of uterine support. (Dito Anurogo,
2011)
c. Cengkeh
Campuran bunga cengkeh kering, ketumbar, kunyit, dan bubuk pala bisa
membantu mengatasi nyeri haid.
d. Jahe
Sama efektifnya dengan asam mefenamat dan ibu profen untuk mengurangi
nyeri pada wanita dengan dismenorea primer
e. Oso dresie
Tumbuhan obat atau herbal yang digunakan oleh penduduk asli suriname.
Beberapa jenis tumbuhan ini digunakan untuk mengatasi nyeri haid oleh
wanita maroon dan creole di suriname. (Dito Anurogo, 2011)
f. Mengompres dengan suhu panas
Suhu panas diketahui bisa meninimalkan ketegangan otot. Setelah otot rileks,
rasa nyeri pun akan berangsur hilang.
g. Minum minuman yang hangat
Minuman hangat dapat memberikan sensai menghangatkan tubuh.
h. Minum air putih minimal 8 gelas setiap hari dapat mengurangi rasa nyeri
menstruasi dan memperlancar peredarah darah.
i. Mandi dengan air hangat. Rasa hangat yang disalurkan ke dalam tubuh saat
mandi air hangat.
j. Istirahat yang cukup untuk menghindari rasa sakit misalnya duduk sambil
menenangkan diri atau bersantai sembari menonton film.
k. Olahraga secara teratur, hasil yang didapat tidak hanya mengurangi stress
yang timbul biasanya timbul saat PMS dan menstruasi, tetapi juga bsia
meningkatkan produksi endorfin otak dan penawar alami tubuh.
l. Melakukan aroma terapi, aroma terapi dapat memberikan sensasi yang
menenenagkan diri dan otak serta stres yang dirasakan.
m. Melakukan pemijatan
n. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung kafein dan alkohol
dan nikotin selama 2 minggu selama masa menstruasi.
o. Mengurangi makanan yang mengandung garam. Mengkonsusmsi banyak
garam dapat mengakibatkan sakit kepala.
p. Mengambil posisi menungging, posisi yang membuat rahim menggantung ke
bawah, sehingga bisa membantu relaksasi otot saat berkontraksi.
q. Menekuk lutut dan meringkuk
r. Melakukan relaksasi
s. Melakukan yoga (Nur Najmi, 2011)
2.3.7 Komplikasi
Ada 2 komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita nyeri haid, yaitu
sebagai berikut :
a. Jika diagnosis Dismenorea sekunder diabaikan atau terlupakan maka
patologi (kelainan atau gangguan yang mendasari dapat memicu
kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan)
b. Isolasi sosial (merasa terasing atau dikucilkan) dan atau depresi (Dito
Nugroho, 2011)
15
2.4 Nyeri
2.4.1 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan, yang didefinisikan dalam
berbagai perspektif. Asosiasi International untuk penelitian nyeri (International
Association for The Study of Pain, IASP 1979) sebagaimana dikutip dalam
Suzanne C. Smeltzer, (2002) mendefinisikan nyeri sebagai sesuatu sensori
subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang actual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian saat terjadi kesalahan. (Sulistyo, 2016 hal 16-17)
8) Akupunktur
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses memasukkan
jarum-jarum tajam pada titik-titik strategis pada tubuh untuk mencapai
efek terapeutik.
9) Umpan Balik Biologis
Sebuah proses tempat seorang belajar untuk mempengaruhi
respons fisiologis yang reliabel, yang biasanya tidak berada dalam kontrol
volunter. Teknik ini terdiri dari sebuah program latihan yang bertujuan
membantu seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek tertentu dari
sistem saraf otonomnya.
10) Massage
Melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak biasanya otot,
tendon, atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan
posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau
memperbaiki sirkulasi. (Sulistyo, 2016)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
b. Skala Deskritif
Keterangan :
0 = Tidak Nyeri
1-3 = Nyeri ringan : klien dapat berkomunikasi
4-6 = Nyeri sedang : klien mendesis, meyeringai, dapat menunjukan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsiskannya, dapat juga mengikuti perintah
dengan baik
7-9 = Nyeri berat : klien terkadang tidak mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan nafas panjang dan
19
distraksi
10 = Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi
(Manurung, Suryani, 2011)
Skala analog visual (visual analog scale, VAS) adalah suatu garis
lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien di minta untuk
menunjukk titip pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis
tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”,
sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri sangat hebat”.
Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang
dibuat pasien pada garis dari “tidak nyeri” di ukur dan ditulis dalam centimeter
(Smeltzer 2002 dalam sulistyo 2016)
Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifiksai
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih
sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada
dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, 1884 dalam Potter & Perry
2006 dalam Sulistyo 2016)
(2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan 9-10 menurunkan kecemasan.
Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik
relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan
berkurangnya rasa cemas. (M Arfa, 2015)
Gambar 2.3 Kerangka Konsep “Perbedaan Antara Terapi Nafas Dalam Dan
Kompres Hangat Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Dismenorea Primer
Pada Mahasiswi Tingkat I Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan
Kediri”
24
2.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Perbedaan Antara Terapi Nafas
Dalam Dan Kompres Hangat Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Dismenorea
Primer Pada Mahasiswi Tingkat I Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan
Kediri.