PENGANTAR USAHATANI
KELAS A
KELOMPOK 1
Disetujui oleh :
Asisten I Asisten II
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
5.2 Lampiran Foto Hasil Pengamatan Lapang ............................................. 28
5.3 Kuisioner yang Sudah Terisi data Survei Lapang .................................. 28
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keterangan Transek ................................................................................ 12
Tabel 2. Profil Petani............................................................................................. 13
Tabel 3. Profil Usahatani....................................................................................... 13
Tabel 4. Kalender Tanam Usahatani ..................................................................... 14
Tabel 5. Biaya Sewa Lahan ................................................................................... 15
Tabel 6. Biaya Penyusutan Barang ....................................................................... 16
Tabel 7. Biaya Total .............................................................................................. 16
Tabel 8. Biaya Saran Produksi .............................................................................. 17
Tabel 9. Biaya Tenaga Kerja ................................................................................. 18
Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja ............................................................................... 18
Tabel 11. Biaya Total Usaha Tani Kubis .............................................................. 19
Tabel 12. Lembaga Pemasaran ............................................................................. 22
Tabel 13. Lembaga Pertanian ................................................................................ 23
Tabel 14. Permasalahan Usahatani Kubis ............................................................. 24
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam mendukung gerak maju
perekonomian nasional, karenanya diperlukan strategi yang tepat dalam
pelaksanaan program pembangunan pertanian sehingga dapat mencapai sasaran
yang diinginkan. Pentingnya sektor pertanian juga dikarenakan sektor pertanian
merupakan pemasok utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional, dari
tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk
dan sektor ini juga merupakan sumber pekerjaan dan pendapatan bagi sebagian
besar penduduk dan sektor ini juga merupakan sumber pekerjaan dan pendapatan
bagi sebagian besar penduduk negara berkembang seperti di Indonesia (Sundari,
2011). Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yang meliputi tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan.
Komoditas hortikultura memiliki peluang dan prospek untuk dikembangkan,
ditambah komoditi hortikultura terutama komoditi sayuran yang dikonsumsi
sebagai bahan pelengkap makanan pokok.
Salah satu komoditas unggulan sayuran yang banyak dijadikan sebagai
komoditi utama oleh petani untuk meningkatkan pendapatan adalah tanaman
kubis. Tanaman kubis (Brassica) merupakan tanaman sayuran subtropik yang
banyak ditanam di Eropa dan Asia. Dalam budidaya, kubis adalah komoditi
semusim dan secara biologi tumbuhan ini adalah dwimusim (biennal) dan
memerlukan vernalisasi untuk pembungaan (Sunarjono, 2013). Kubis segar
mengandung banyak vitamin (A, B1, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup
tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak dkandung
adalah kalium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah
senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk
menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia (Sunarjono, 2013). Di Kota Batu
sendiri salah satu Kecamatan yang banyak melakukan usahatani yaitu berada di
Kecamatan Bumiaji. Harga kubis di pasaran tidaklah tetap tergantung pada musim
panen dan keadaan, pada musim panen besar harganya relatif rendah sedangkan
pada hari-hari besar seperti hari raya serta musim di luar panen (paceklik)
harganya relatif sangat tinggi dengan perbedaan harga yang sangat mencolok.
2
Walaupun demikian petani di Kecamatan Bumiaji tidaklah segan dan takut untuk
bertanam kubis, sekalipun pada musim hujan yang penuh resiko, karena dengan
perhitungan yang cermat dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui besarnya rata-rata biaya dan penerimaan pada usahatani
kubis per hektar dalam satu kali musim tanam
2. Untuk mengetahui besarnya rata-rata pendapatan pada usahatani kubis per
hektar dalam satu kali musim tanam.
3. Untuk mengetahui besarnya rata-rata R/C pada usahatani kubis dalam satu
kali musim tanam.
1.3 Manfaat
1. Mengetahui besarnya rata-rata biaya dan penerimaan pada usahatani kubis per
hektar dalam satu kali musim tanam
2. Mengetahui besarnya rata-rata pendapatan pada usahatani kubis per hektar
dalam satu kali musim tanam.
3. Mengetahui besarnya rata-rata R/C pada usahatani kubis dalam satu kali
musim tanam.
3
Transek untuk Topik Topik Khusus. Metode transek biasa digunakan untuk
mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu
vegetasi yang sifatnya masih homogen.
2.3 Profil Usahatani
Indonesia merupakan salah satu negara dengan banyak penduduk yang
bermata penaharian sebagai petani. Ciri-ciri sebagian besar usahatani Indonesia
sebagai berikut:
1. Merupakan usaha keluarga skala kecil sehingga volume produksi per
usahatani sangat kecil
2. Usahatani dikelola secara independen sehingga kualitas produk yang
dihasilkan dan waktu panen bervariasi antar petani
3. Usahatani tersebar dalam kawasan luas sehingga biaya pengumpulan hasil
produksi besar pula dan juga sistem pemasaran hasil tidak efisien
4. Volume kecil merupakan penghambat eksploitasi skala ekonomi
5. Kualitas yang beragam membuat ongkos standarisasi tinggi
6. Tiadanya kepastian informasi mengenai kualitas dan waktu panen
menciptakan ongkos pencarian dan risiko kesalahan informasi (Shinta, 2011).
Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih
belum sebagaimana yang diharapkan. Menurut Dimyati dalam Sesbany (2014),
permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di
Indonesia adalah:
1 Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah
manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.
2 Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas
petani masih terfokus pada kegiatan produksi.
3 Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum
berjalan secara optimal.
2.4 Analisis Biaya
Menurut Lesria dkk (2016) Biaya produksi adalah semua biaya yang
dikeluarkan oleh responden untuk mengelola usahatani kubis selama satu kali
musim tanam yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, dinyatakan dalam
satuan rupiah (Rp). Biaya produksi terdiri dari :
5
1. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya produksi yang dihasilkan dan sifatnya habis dalam satu kali musim
tanam, yang terdiri dari:
a. Biaya sewa lahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa
lahan dihitung dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per satu kali musim
tanam.
b. Biaya penyusutan alat pertanian adalah biaya yang dikeluarkan terhadap
alat-alat yang digunakan dihitung dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per
satu kali musim tanam kubis. Besarnya penyusutan alat pertanian ini
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight line method)
dengan rumus sebagai berikut (Suratiyah, 2008).
;
Penyusutan alat dan bangunan =
Nilai sisa merupakan nilai pada waktu itu sudah tidak dapat digunakan lagi
atau dianggap nol.
c. Bunga modal tetap adalah nilai bunga modal dari seluruh biaya tetap yang
dihitung berdasarkan bunga bank.
a. Bunga pinjaman yang berlaku pada saat penelitian yang dinyatakan dalam
satuan rupiah (Rp) per satu kali musim tanam.
2. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi
yang termasuk biaya variabel adalah benih, pupuk organik (kotoran
ayam,kotoran sapi,kotoran kambing), pupuk anorganik (NPK, phonska, ZA,
Fungisida, Insektisida) yang dihitung dalam satuan kilogram dan dinilai
dalam satuan rupiah (Rp) per hektar per satu kali musim tanam, Upah tenaga
kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga,
dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja) disesuaikan berdasarkan
standar upah yang berlaku di daerah penelitian, yang dihitung dalam satuan
Hari Kerja Pria (HKP) dan Hari Kerja Wanita (HKW), dan dinilai dalam
satuan rupiah (Rp) per hektar per satu kali musim tanam (Rahardja dan
Manurung, 2008).
Harga produksi adalah nilai jual produksi per kilogram yang berlaku di
daerah penelitian (Rp/Kg). Penerimaan adalah hasil perkalian dari hasil produksi
dengan harga jualdan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per musim tanam.
6
Pendapatan merupakan selisih antara nilai produksi dengan total biaya produksi,
yang dihitung dalam satuan rupiah per musim tanam. R/C adalah imbangan antara
biaya usahatani kubis dengan penerimaan yang dihasilkan, dimana R/C
menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang
dikeluarkan (Lesria,2016).
1. Analisis Biaya
Analisis Biaya Menurut Suratiyah (2008) untuk menghitung besarnya biaya
total (Total Cost) diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed
Cost/ FC) dengan biaya variabel (Variable Cost) dengan rumus:
TC = FC + VC
Dimana :
TC = Total Cost (Biaya Total)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
2. Analisis Penerimaan
Menurut Suratiyah (2008) secara umum perhitungan penerimaan total (Total
Revenue/ TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Y) dengan harga jual
(Py) dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
TR = Py . Y
Dimana :
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
Py = Harga produk
Y = Jumlah produksi
3. Analisis Pendapatan
Menurut Suratiyah (2008) pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR)
dan biaya total (TC) dan dinyatakan dengan rumus:
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
7
Keterangan :
a = Perbandingan antara Penerimaan dengan Biaya
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Dengan kriteria :
Jika a > 1, maka usahatani layak untuk diusahakan
Jika a <1, maka usahatani tidak layak untuk diusahakan
Jika a = 1, maka usahatani layak atau tidak layak untuk diusahakan
2.5.1 Analisis R/C
Menurut Suratiyah (2008), R/C adalah perbandingan antara penerimaan
dengan biaya total.
R / C = Penerimaan Total/Biaya Total
Dimana :
Revenue = Besarnya penerimaan yang diperoleh
Cost = Besarnya biaya yang dikeluarkan
Ada tiga kriteria dalam perhitungannya, yaitu:
a. Apabila R/C > 1 artinya usahatani tersebut menguntungkan
b. Apabila R/C = 1 artinya usahatani tersebut impas
c. Apabila R/C < 1 artinya usahatani tersebut rugi
8
2.5.2 BEP
Menurut Suratiyah (2008) Break Even Point adalah sebuah titik dimana
biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat
kerugian atau keuntungan. Perhitungan BEP :
BEP Produksi = (Total biaya)/(Harga penjualan)
pemupukan menggunakan pupuk kimia berupa pupuk urea, SP36, dan phonska.
Penanaman dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja wanita selama 1 hari. Untuk
kegiatan perawatan sendiri, terdiri dari penyemprotan, penyiangan gulma dan
pemupukan yang dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja pria dan 2 orang tenaga
kerja wanita. Penyemprotan dilakukan menggunakan pestisida buldok, antrakol
drusband, dan antila. Untuk kegiatan pemanenan dilakukan oleh 2 orang tenaga
kerja pria dan 4 orang tenaga kerja wanita.
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan Usaha Tani
3.4.1 Analisis Biaya
Analisis biaya merupakan salah satu tahap untuk mengetahui kelayakan
usaha tani dari sererorang petani ataupun kelompok Tani. Dalam struktur biaya
produksi dapat dikategorikan dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output berubah.
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya mempengaruhi kuantitas
produksi. Berdasarkan hasil wawancara Pak H. Sugiono seorang petani Kubis
didapatkan beberapa biaya yang dikeluarkan :
1. Biaya Tetap
a. Biaya Sewa Lahan
Biaya yang dikeluarkan karena sewa atas lahan yang digarap untuk tujuan
pertanian. Biaya sewa lahan bervariasi menurut luas lahan yang akan disewa.
Semakin luas lahan yang akan ditanami maka akan menyebabkan sewa terhadap
lahan senakin tinggi , dan menyebabkan biaya produksi akan semakin tinggi pula.
Sehingga didapatkan biaya sewa lahan pada tabel berikut :
Tabel 5. Biaya Sewa Lahan
Luas Waktu Total Biaya
No Keterangan Satuan Harga
lahan Sewa Lahan
1 Sewa Lahan 0,5 m2 Rp12.500.000 0,5 Rp 6.250.000
Total Rp 6.250.000
Dari tabel 1 diatas diapatkan bahwa biaya sewa lahan yang dikeluarkan
Bapak H. Sugiono adalah Rp 6.250.000. Biaya sewa lahan ini berlaku hanya
untuk satu kali musim tanam kubis. Dengan luas lahan sebesar 0,5 Ha untuk
Usaha Tani Kubis.
16
tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan saat sekali musim tanam kubis.
Sehingga didapatkan biaya tetap yang dikeluarkan petani Kubis dalam satu kali
panen adalah Rp 8.583.000
2. Biaya Variabel
a. Biaya Sarana Produksi
Biaya sarana produksi merupakan biaya variable yang dikeluarkan petani
setiap kali dalam melakukan usaha tani kubis. Dalam setiap kali musim tanam
kubis biaya sarana produksi berbeda-beda. Sehingga didaptkan biaya sarana
produksi Pak H. Sugiono sebagai berikut :
Tabel 8. Biaya Saran Produksi
Jumlah Harga per
No Keterangan Satuan Biaya
unit unit
1 Benih 25000 benih Rp90 Rp2.250.000
Sub Total Rp2.250.000
2 Pupuk Urea 250 kg Rp1.800 Rp450.000
3 Pupuk Sp 36 125 kg Rp2.000 Rp250.000
4 Pupuk Za 125 kg Rp1.900 Rp237.500
Pupuk NPK
5 125 kg Rp2.400 Rp300.000
Phonska
Sub Total Rp1.237.500
6 Pestisida buldok 2 kg Rp160.000 Rp320.000
7 Pestisida antrakol 2 kg Rp135.000 Rp270.000
8 Pestisida drusband 1 liter Rp120.000 Rp120.000
9 Pestisida antila 1 kg Rp70.000 Rp70.000
Total 1 kali penyemprotan Rp780.000
Sub Total (5 kali penyemprotan) Rp3.900.000
TOTAL Rp7.387.500
Dari tabel 3 diatas menyatakan bahwa biaya sarana produksi terdiri dari
benih, pupuk, dan pestisida. Bibit merupakan bahan baku utama yang akan
menghasilkan produksi, oleh karena itu penggunaan bibit unggul sangat
diperlukan untuk mendapatkan produksi yang tinggi. Bibit yang digunakan petani
dengan harga Rp 90.000/ 1000 benih. Jenis pupuk yang digunakan dalam kegiatan
usaha tani ini ada empat macam diantaranya adalah pupuk urea Rp 1.800/kg,
pupuk SP 36 Rp 2.000/kg, Pupuk ZA Rp 1.900/kg, Pupuk NPK Rp 2.400/kg.
Pestisida digunakan untuk membasmi gulma dan hama yang mengganggu
tanaman. Pestisida yang digunakan dengan harga sebesar Rp 780.000 dalam satu
kali penyemprotan. Penyemprotan dilakukan sebanyak 5 kali dalam satu produksi.
Sehingga didapatkan biaya total sarana produksi sebesar Rp. 7.387.500
18
Dari tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa jumlah rata – rata biaya tidak
tetap pada usahatani Kubis dalam sekali musim tanam dibuuhkan biaya sarana
produksi dan biaya tenaga kerja. Biaya sarana produksi sebesar Rp7.387.500 dan
biaya tenaga kerja sebesar Rp17.622.500. Sehingga total biaya variabel yang
dikeluarkan sebesar Rp 25.010.000
3. Biaya Total
Biaya total merupakan biaya keseluruhan dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya keseluruhan yang dikeluarkan Pak H sugiono selama satu musim tanam
kubis merupakan biaya total. Sehingga diapatkan biaya total usaha tani kubis
sebagai berikut :
Tabel 11. Biaya Total Usaha Tani Kubis
No Keterangan Biaya
1 Total Biaya Tetap Rp8.583.333
2 Total Biaya Variabel Rp25.010.000
Total Biaya Rp33.593.333
Dari tabel 6 diatas maka jumlah total biaya untuk Usaha Tani Kubis
diperlukan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetep yang dikeluarkan sebesar
Rp 8.583.000 dan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp 24.010.000.
Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk biaya total dari usaha tani kubis selama
satu kali tanam sebesar Rp 33.593.333
3.4.2 Penerimaan
Penerimaan merupakan keseluruhan uang yang diterima petani dari hasil
produk yang diukur dengan rupiah. Dengan luas lahan 0,5 Ha rata-rata produksi
yang dihasilkan 20.000 Kg dengan harga Rp 5.000 per Kg. Adapun permintaan
yang diterima petani dalam satu kali panen selama 4 bulan adalah Rp
100.000.000. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut :
TR =QxP
= 20.000 Kg x Rp 5.000
= Rp 100.000.000
20
3.4.3 Keuntungan
Keuntungan merupakan total pendapatan bersih yang diperoleh dari
seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan
dengan total biaya yang dikeluarkan. Dengan penerimaan yang didapatkan sebesar
Rp 100.000.000 dan biaya total produksi sebesar Rp 33.593.333. Maka adapun
keuntungan yang diterima petani dalam satu kali panen selama 4 bulan adalah Rp
66.406.667 . Secara sistematik dapat ditulis sebagai berikut :
∏ = TR – TC
= Rp 100.000.000 - Rp 33.593.333
3.5 Analisis Kelayakan Usaha Tani
= Rp 66.406.667
Produksi dan BEP Unit. Sehingga didapatkan BEP Unit dan BEP produksi
sebagai berikut :
A. BEP Unit
𝑇𝐹𝐶:𝑇𝑉𝐶
BEP Unit =
𝑃
R 8.583.333:R 25.010.000
= 𝑅𝑝 5000
= 6.719
R 8.583.333:R 25.010.000
= 6.719
= Rp 5000
BEP unit merupakan volume produksi menggambarkan produksi minimal
yang harus dihasilkan dalam usaha, dimana dari perhitungan didapatkan bahwa
dalam 0,5 Ha untuk usahatani kubis minimal harga kubis yang dijualkan adalah
Rp 5000/kg. Sehingga Pak H. Sugiono akan mencapai titik impas jika mampu
menjualkan kubis sebanyak 6.719 kg dengan harga Rp 5000 dengan total titik
impasnya sebesar Rp Rp33.593.333. Hal ini seseuai dengan Keown (2013) bahwa
bteak event point merupakan suaru keadaan dyang dialami oleh pengusahan tani
tersebut mengeluarkan biaya-biaya yang digunakan untuk memebuhi kegiatan
produksi, dengan kata lain jumlah total pendapatan sama dengan jumlah total
biaya.
22
Dari hasil wawancara dengan Pak Sugiono beliau dan keluarga tidak
mengkonsumsi hasil dari panen sayuran kubis, namun menjual seluruh hasil
pertanian hal ini untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk
memasarkan hasil pertanian yang berkomoditas kubis tidak langsung dijual ke
Pasar melainkan dijual melalui tengkulak atau pengepul hal ini dikarenakan
Bapak Sugiono tidak memiliki chanel untuk menjual ataupun memasarkan nya.
Bapak Sugiono menjual kubis ke tengkulak dengan harga Rp. 500,00 sampai Rp.
10.000,00 tergantung kondisi harga komoditas dipasaran dari tengkulak.
Mayoritas petani tidak mengetahui bagaimana harga dipasaran pada komoditas
tersebut sehingga harga bisa dipermainkan oleh tengkulak sehingga petani
memperoleh keuntungan yang sedikit atau bahkan rugi. Panjangnya saluran
pemasaran tentu menambah biaya dan berimbas pada harga produk ditingkat
petani. Begitu sebaliknya, saluran pemasaran yang pendek akan mendorong
naiknya harga produk di tingkat petani sehingga pendapatan petani meningkat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Erlina,dkk (2008), bahwa masalah pemasaran
merupakan faktor yang sering menempatkan petani sebagai pihak yang tergantung
dari pihak luar, karena seluruh jalur pemasaran telah dikuasai oleh para pedagang
sehingga para petani tetap pada posisi yang menerima berapapun harga jual
produksinya.
23
berumur tua dan untuk tenaga kerja yang muda dalam kerja kurang kompeten dan
labil dalam bekerja, dengan kurang nya tenaga tersebut akan mengganggu dalam
proses budidaya karena tenaga kerja merupakan salah satu modal dalam
melaksanakan suatu usaha (Hidayat, 2016) Dalam proses budidaya juga kurang
bisa maksimal dikarenakan mahal nya pupuk dan pestisida yang digunakan oleh
Bapak Sugiono. Pupuk menjadi mahal jika tidak ada subsidi dari pemerintah.
26
Bab. V Lampiran
5.1 Transek Desa dan Peta Desa
5.1.1 Transek Desa
Keterangan :
No 1 2 3 4
Penggunaan Hutan Perkebunan Tegalan Pemukiman
lahan penduduk
Status Milik Perseorangan Perseorangan Perseorangan
Perhutani
Kesuburan Baik Baik Baik Baik
tanah
Masalah - Penggunaan Penggunaan -
lahan lahan anrganik
anorganik tinggi
tinggi
Tanaman Hutan alami Tanaman apel Tanaman -
(pohon, seumis
rerumputan) (kentang,
kubis, brokoli)
28
1. Komoditas : Kubis
2. Pola Tanam : Tumpang Sari
3. Sistem Tanam : Tumpang Sari kubis dan Bawang merah
29
b. Biaya variabel
- Biaya Sarana Produksi
Jumlah Harga per
No Keterangan Satuan Biaya
unit unit
1 Benih 25000 Benih Rp90 Rp2.250.000
Sub Total Rp2.250.000
2 Pupuk Urea 250 Kg Rp1.800 Rp450.000
3 Pupuk Sp 36 125 Kg Rp2.000 Rp250.000
4 Pupuk Za 125 Kg Rp1.900 Rp237.500
Pupuk NPK
5 125 Kg Rp2.400 Rp300.000
Phonska
Sub Total Rp1.237.500
6 Pestisida buldok 2 kg Rp160.000 Rp320.000
7 Pestisida antrakol 2 kg Rp135.000 Rp270.000
8 Pestisida drusband 1 liter Rp120.000 Rp120.000
9 Pestisida antila 1 kg Rp70.000 Rp70.000
Total 1 kali penyemprotan Rp780.000
Sub Total (5 kali penyemprotan) Rp3.900.000
TOTAL Rp7.387.500
c. Biaya Total
No Keterangan Biaya
1 Total Biaya Tetap Rp8.583.333
2 Total Biaya Variabel Rp25.010.000
Total Biaya Rp33.593.333
2. Penrimaan usaha tani
3. Keuntungan
No Uraian Jumlah
1 Total Biaya Rp25.010.000
2 Penerimaan Rp 100.000.000
Total Biaya Rp 66.406.667
D. KELEMBAGAAN
Mendapatkan
tamabahan
pengetahaun
pertanian
Mendapatkan
informasi subsidi
DAFTAR PUSTAKA
Anantanyu, S. 2009. Partisipasi Petani dalam Meningkatkan Kapasitas
Kelembagaan Kelompok Petani (Kasus di Provinsi Jawa Tengah).
Disertasi pada Institut Pertanian Bogor
Anantanyu, Sapja. 2011. Kelembagaan Petani : Peran dan Strategi
Pengembangan Kapasitasnya. SEPA : Vol. 7 No.2 2011 : 102 – 109.
Aridiansari, Riske., Euis Elih Nurlaelij, dan Kurniawan Puji Wicaksono. 2015.
Pengembangan Agrowisata di Desa Wisata Tulungrejo Kota Batu, Jawa
Timur. Malang. Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 3, No. 5 : hal 383-390.
Beierlein, et al. 2014. Principles of Agribusiness Management. Waveland Press,
Inc. The United State of America.
Cahyati, 2008. Pemberdayaan Petani Melalui Usaha Wortel di Lahan Kering dan
Dataran Tinggi. Balai Pengkajian Tehnologi Pertanian Jawa Tengah.
Erlina, dkk. 2008. Analisi Pemasaran Buah Duku Di Kabupaten Ogan Komering
Ilir (Oki)Sumatera Selatan. Jurnal Agribisnis Dan Industri Pertanian Vol.7
no1 , 24-40.kedi s. 2008. strategi pemberdayaan kelembagaan petani. Jurnal
penelitian agro ekonomi, volume 26 no. 2, 82-91. bogor
Garkovich, Lorraine E. 2008. Local Organizations and Leadership in Community
Development” dalam Community Development in Perspective. Editor
James A. Christenson dan Jerry W. Robinson, Jr. Iowa State University
Press. Iowa. Hal. 196 – 218.
Hariadi, Sunarru. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Petani
Dalam Pegendalian Hama Dan Penyakit Tumbuhan Melalui Analisis
Jalur. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol 12 No.1, 2006 44:52
Hidayat, Taufik. 2016. Pengaruh Modal Kerja Dan Luas Lahan Terhadap
Produksi Usaha Tani Pisang Di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten
Rokan Hulu. Skripsi. Universitas Pasir Pengaraian. Riau.
Keown, A. J., J. D. Martin, J. W. Petty, D. F. Scott. 2013. Manajemen Keuangan:
Prinsip Dan Penerapan. Jilid2. ed.10. Jakarta: PT Indeks.
Kristanto, S.P., Suyjipto, dan Soekarto. 2013. Pengendalian Hama Tanaman
Kubis Dengan Sistem Tanam Tumpangsari. Berkala Ilmiah Pertanian. Vol
1, No 1 p 7-9. Jember
Lesria N,dkk. 2016. Analisis Biaya Pendapatan dan R/C Usahatani Kubis
(Brassica Oleraceal). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. Vol 2(2),
97-102.
Macon. 2007. Rencana Pengembangan Desa Kuala Tripa. Spatial Planing And
Environment Management-Village Planning. Banda Aceh.
Mauidah, S. 2012. Kelayakan Usahatani. Lab of Agribusiness Analysis and
Management, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya. Malang.
38