Bab 2 PDF
Bab 2 PDF
id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Fathona Fajri Junaidi (2014), telah melakukan analisis distribusi kecepatan aliran
Sungai Musi. Dalam penelitian ini analisis distribusi kecepatan aliran akan
dilakukan untuk mengetahui distribusi kecepatan aliran pada permukaan serta
debit dan bagaimana menentukan karakteristik aliran. Kemudian distribusi
kecepatan aliran sungai diplot dengan menggunakan program Surfer 11. Data dari
lapangan diolah dan dianalisis. Karakteristik aliran kemudian ditentukan dengan
commit
menggunakan Bilangan Froude dan to user
Bilangan Reynold.
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
Ady Syaf Putra (2014), telah melakukan analisis distribusi kecepatan aliran
Sungai Musi (Ruas Sungai: Pulau Kemaro sampai dengan Muara Sungai
Komering). Penelitian ini menggunakan metode velocity area untuk perhitungan
debit. Kemudian Bilangan Froude dan Bilangan Reynolds untuk menentukan jenis
aliran. Lokasi yang ditinjau dipengaruhi keadaan fisik aliran sungai berupa lebar,
kedalaman dan variasi kecepatan aliran. Dalam studi ini akan dilakukan analisis
distribusi kecepatan aliran agar mengetahui debit yang diperoleh, bagaimana
menentukan jenis aliran yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai ini,
selanjutnya mengaplikasikan pola kecepatannya dengan menggunakan program
Surfer 11. Data dari lapangan diolah dan dianalisis sehingga didapatkan hasil
perhitungan debit dengan menggunakan Velocity Area Method. Menentukan jenis
aliran pada Sungai menggunakan metode Bilangan Froude dan Bilangan Reynolds
dengan hasil yang didapat aliran turbulen dan subkritis.
Kecepatan diukur pada titik tertentu yaitu 6 titik arah transversal dan tiap titik
pengukuran arah transversal diukur 6 titik ke dalam vertikal, sehingga total
pengukuran tiap tampang 36 titik yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecepatan maksimum berada pada 0,86d dan pada saat mendekati dasar
saluran kecepatan aliran mendekati nol. Hubungan antara volume, tinggi muka air
dan kecepatan terhadap debit masing-masing menunjukkan hubungan linier.
Hubungan antara volume pengaliran, tinggi muka air dari dasar saluran dan
kecepatan aliran terhadap debit adalah berbanding lurus. Nilai kecepatan aliran
semakin ke atas diperoleh kondisi maksimal pada 0,86d. Sebaliknya, semakin
mendekati dasar saluran nilai kecepatan aliran semakin kecil bahkan mendekati
nol. Kurva Distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolik.
Ini berarti, semakin mendekati tengah saluran maka semakin besar nilai kecepatan
yang diperoleh.
Rafik Absi (2011), telah melakukan penelitian tentang persamaan diferensial biasa
untuk distribusi kecepatan dan dipphenomenon di aliran saluran terbuka.
Persamaan differensial untuk kecepatan pada saluran terbuka disajikan
berdasarkan analisis persamaan Reynolds-Averaged Navier-Stokes dan distribusi
viskositas log-wake modified eddy. Persamaan yang diusulkan ini memungkinkan
untuk memprediksi kecepatan dip-fenomena, yaitu kecepatan maksimum di
bawah permukaan bebas. Parameter α yang tergantung pada rasio aspek dan jarak
lateral yang dari sisi dinding, harus tergantung juga di lereng saluran. Persamaan
yang diusulkan dan solusi seni – analitis memerlukan analisis yang lebih
mendalam.
nilai u* semakin kecil, sedangkan nilai Br, semakin besar, dan tidak dipengaruhi
oleh variasi debit, kemiringan dasar saluran, dan adanya angkutan sedimen dasar
(bed load).
meter. Cara pengukuran dilakukan dengan metode 2 titik yaitu pada 0,2 dan 0,8 x
kedalaman aliran, jika kedalaman aliran yo ≥ 0,76 meter dan metode 1 titik yaitu
0,6 x kedalaman aliran, jika kedalaman aliran y0 ≤ 0,76 meter. Adapun hasil yang
diperoleh dari penelitian ini yaitu pada jam 09:00 (kondisi pasang) kecepatan
aliran sangat kecil bahkan mendekati nol karena permukaan laut lebih tinggi dari
sungai sehingga terjadi aliran balik yaitu aliran yang menuju ke hulu sungai. Pada
jam 12:00 (kondisi menuju surut) kecepatan aliran perlahan-lahan meningkat dan
pada jam 15:00 (kondisi surut) kecepatan alian bergerak lebih cepat karena
permukaan air laut lebih rendah dari permukaan sungai sehingga terjadi aliran
balik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
Pada penelitian tersebut diungkapkan bahwa aliran pada saluran terbuka seperti
pada halnya pada lapisan batas (boundary layer), aliran dapat dibedakan menjadi
dua bagian yaitu inner region dan outer region.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Terbuka Tampang tertentu yaitu 5 titik variasi dimensi, vertikal dan pada tengah
Segiempat arah transversal dan tampang, debit, bentang (1/2 B)
Lokasi : Saluran tiap titik pengukuran kemiringan
Induk Mataram arah transversal dasar saluran
Yogyakarta diukur 12 titik dan kekasaran
kedalaman vertikal, dinding saluran.
sehingga total
pengukuran tiap
tampang sebanyak 60
titik yang berbeda.
3. Burhan Barid, Perubahan Kecepatan Membuat simulasi air Membandingkan Hujan rencana Peningkatan kecepatan
ST, MT dan Aliran Sungai Akibat limpasan pada bagian profil sungai Debit terjadi dengan adanya
Muhammad Perubahan Pelurusan titik yang ditinjau. dengan dan Kecepatan aliran tanggul, sehingga
Yacob, ST Sungai Simulasi ini berupa tanpa tanggul. penggunaan tanggul perlu
(2007) Lokasi : DAS Code antrian air limpasan dievaluasi kembali. Atau
Yogyakarta dengan berbagai digunakan tanggul
pendekatan yang tertentu yang mampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
7. Ady Syaf Putra Analisis Distribusi Metode Velocity Lokasi yang Kedalaman Distribusi kecepatan
(2014) Kecepatan Aliran Area untuk ditinjau sungai aliran maksimum pada
Sungai Musi (Ruas perhitungan debit. dipengaruhi Penampang aliran sungai terdapat
Sungai : Pulau Metode Bilangan keadaan fisik melintang pada bagian kanan sungai,
Kemaro sampai Froude dan Bilangan aliran sungai sungai karena kedalaman yang
dengan Muara Sungai Reynolds untuk berupa lebar, Kecepatan aliran lebih dalam dibandingkan
Komering) menentukan jenis kedalaman dan sisi kiri.
aliran. variasi Semakin tinggi kecepatan
kecepatan aliran. aliran dan luas area
penampang saluran, maka
semakin besar pula debit
yang dihasilkan.
8. Fathona Fajri Analisis Distribusi Pra Survey dan Kondisi aliran di Kedalaman Pada bagian lurus,
Junaidi Kecepatan Aliran Survey saluran terbuka sungai distribusi kecepatan
(2014) Sungai Musi (Ruas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Lokasi : Kalimantan
Utara
10. Mahmoud Ali Distribusi Kecepatan Menggunakan Kepala bendung Distribusi kecepatan pada
R, Eltoukhy dan di Hilir dengan percobaan di Kedalaman hilir arah vertikal dan
Mohammad Bendung laboratorium air longitudinal menunjukkan
Ibrahim (2015) Lokasi : Egypt Bentuk bendung bahwa meningkat dengan
Distribusi kepala air dan dengan
kecepatan plastic bed case.
Distribusi kecepatan
menurun untuk bendung
lebar yang lebih besar dan
kedalaman air hilir yang
tinggi.
11. Atsari Fildzah Analisis Distribusi Metode Point Pengukuran Kecepatan aliran Harapan nilai maksimum
Zulhusni Kecepatan Aliran Integrated Sampling dipilih pada di tiap titik uji. dari distribusi kecepatan
(2016) pada Daerah Sudetan (PIS) yaitu bagian hulu pada masing-masing
(Rencana) Wonosari Sungai pengukuran pada arah (sebelum bagian. Perbedaan
Bengawan Solo vertikal maupun sudetan), bagian kecepatan aliran pada
transversal. sudetan dan hulu, sudetan dan hilir.
bagian hilir Jenis aliran yang
(setelah dipengaruhi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Sungai adalah media pengangkut utama yang membawa sedimen dari daratan ke
lautan, dimana sedimen tadi akan diendapkan atau terus diangkut ke laut dalam.
Namun tidak semua sedimen yang dihasilkan ini diangkut ke laut, tetapi sebagian
akan terendap di daratan di bawah pengaruh proses sungai itu sendiri. Bermula
dari mata air di bagian paling hulu di daerah pegunungan dalam perjalanannya ke
hilir di daerah daratan, aliran sungai secara berangsur-angsur berpadu dengan
banyak sungai lainnya, sehingga lambat laun tubuh sungai tumbuh menjadi
semakin besar. Apabila suatu sungai mempunyai lebih dari dua cabang, maka
sungai yang daerah pengaliran, panjang dan volume airnya paling besar disebut
sebagai sungai utama (main river). Sedangkan abang yang lain disebut anak
sungai (tributary). Suatu sungai kadang-kadang sebelum aliran airnya mencapai
laut, sungai tersebut membentuk beberapa cabang yang disebut cabangsungai
(enfluent).
DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh
punggung-punggung gunung, menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian mengalirkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut
disebut daerah tangkapan air (catchment area) yaitu suatu ekosistem yang terdiri
atas sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai
pemanfaat Sumber Daya Alam (Asdak, 2010).
Bengawan Solo adalah sebuah sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa. Dua
buah kata yang artinya Bengawan = sungai besar, Solo (bahasa Jawa, ejaan klasik)
yang seharusnya ditulis Sala, nama sebuah desa di wilayah eks. Karesidenan
Surakarta, dua hulu sungai yaitu dari daerah Pegunungan Kidul, Wonogiri dan
Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah Gresik. Sungai ini panjangnya sekitar
commit
548,53 km dan mengaliri dua provinsi to Jawa
yaitu user Tengah dan Jawa Timur.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Lokasi Penelitian
Studi geometri sungai akan mencakup pembuatan peta topografi, alur, palung dan
lembah. Potongan-potongan horizontal dan vertikal diperlukan pada lokasi yang
kemungkinan atraktif untuk dikembangkan. Geometri sungai adalah alur, palung
dan lembah sungai yang diukur secara vertikal dan horisontal atau denah, dimana
parameter yang dibutuhkan berupa panjang, lebar, kemiringan dan ketinggian
(elevasi). Pembentukan sungai merupakan suatu proses yang rumit, melibatkan
banyak variabel. Secara garis besar merupakan
commit to usergabungan antara aliran air dengan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Dari hasil pengukuran tersebut dibuat peta topografi yang digunakan untuk
membuat peta lokasi pengembangan sungai. Biasanya selama melakukan
pengukuran tanah untuk membuat peta topografi juga diadakan penyelidikan-
penyelidikan lainnya seperti kualitas air, sedimen, koefisien pengaliran dan
sebagainya.
Sifat-sifat sutu sungai dipengaruhi oleh luas dan bentuk daerah pengaliran serta
commit to user
kemiringannya. Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap morfologi
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Aliran air dapat terjadi pada saluran terbuka maupun pada saluran tertutup (pipe
flow). Pada saluran terbuka, aliran air akan memiliki suatu permukaan bebas yang
berkaitan langsung dengan parameter-parameter aliran seperti kecepatan,
kekentalan, gradien dan geometri saluran.
Tipe aliran pada saluran terbuka yaitu:
1. Aliran Tunak (Steady Flow)
Perubahan volume terhadap waktu tetap Q/ t 0
Perubahan Kedalaman terhadap waktu tetap h/ t 0
Perubahan Kecepatan terhadap waktu tetap v/ z 0
2. Aliran Tak Tunak (Unsteady Flow)
Perubahan volume terhadap waktu tidak tetap Q/ t 0
Perubahan Kedalaman terhadap waktu tidak tetap h/ t 0
Perubahan Kecepatan terhadap waktu tidak tetap v/ z 0
3. Aliran Merata (Uniform Flow)
Besar dan arah kecepatan tetap terhadap jarak Q/ s 0
Aliran dengan penampang sama v/ s 0
Variabel fluida lain juga tetap h/ z 0
4. Aliran Tidak Merata (Non Uniform Flow)
Aliran dengan penampang tidak sama Q/ s 0
Pengaruh pembendungan dan variabel fluida lain juga tetap h/ t 0
Hydraulik jump v/ s 0
Tipe perilaku aliran dapat di bedakan dengan bilangan Froude. Menurut bilangan
Froude tipe aliran dapat di bedakan menjadi 3 yaitu:
1. Aliran kritis, jika bilangan Froude sama dengan satu (Fr=1) dan gangguan
permukaan misal, akibat riak commit
yang toterjadi
user akibat batu yang di lempar ke
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
......................................................................................................[2.1]
√
Dimana:
Fr = bilangan Froude
U = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )
h = kedalaman aliran (m)
Selain itu juga tipe aliran dapat dibedakan menggunakan bilangan Reynolds.
Menurut Bilangan Reynolds tipe aliran dibedakan sebagai berikut:
1. Aliran Laminer adalah suatu tipe aliran yang ditunjukkan oleh gerak
partikel-partikel cairan menurut garis-garis arusnya yang halus dan sejajar.
Dengan nilai bilangan Reynolds lebih kecil dari dua ribu (Re<2000).
2. Aliran Transisi mempunyai nilai bilangan Reynolds antara dua ribu
sampai empat ribu (2000 < Re < 4000), aliran ini tidak mempunyai garis-
garis arus yang halus dan sejajar sama sekali.
3. Aliran Turbulen biasanya paling sulit diamati dan nilai bilangan Re lebih
besar dari empat ribu (Re > 4000).
........................................................................................................ [2.2]
Dimana:
Re = bilangan Reynolds
V = kecepatan aliran (m/s)
D = kedalaman (m) commit to user
v = viskositas kinematik (m 2 /s)
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Hitungan hidrolika aliran pada dasarnya adalah mencari kedalaman dan kecepatan
aliran di sepanjang alur saluran yang ditimbulkan oleh debit yang masuk ke dalam
alur dan kedalaman aliran di batas hilir. Pada aliran permanen, HEC-RAS
menggunakan persamaan energi, kecuali di tempat-tempat yang kedalaman
alirannya melewati kedalaman kritis. Pada tempat terjadinya loncat air, pertemuan
alur dan aliran dangkal melalui jembatan, HEC-RAS menggunakan persamaan
momentum. Sedangkan pada tempat terjadi terjunan, aliran melalui peluap, dan
aliran melalui bendung, HEC-RAS menggunakan persamaan empiris.
1. Persamaan Energi
Pada aliran permanen, muka air dihitung dengan menggunakan persamaan energi
yang dikenal sebagai standard step method. Persamaan energi antara dua tampang
lintang dituliskan dalam persamaan 3.
....................................................... [2.3]
Dengan:
Y1, Y2 : kedalaman aliran (m)
Z1, Z2 : elevasi dasar saluran (m)
α1, α2 : koefisien
V1, V2 : kecepatan rata-rata (m/s)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
he : kehilangan tinggi energi (m)
........................................................................ [2.4]
Dengan:
L commit
: panjang antar dua tampang to user
sungai
α1, α2 : koefisien
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
.................................................................. [2.5]
Dimana:
: panjang penggal sungai di sisi kiri (left overbank), alur utama
(mail channel), dan sisi kanan (right overbank),
: debit yang mengalir melalui left overbank, main channel, dan
right overbank.
Aliran sungai yang mengalir pada waktu yang sama, pasti akan terdapat
persamaan kontinuitas didalamnya, yang dimana debit masuk itu setara
dengan debit yang keluar. Hal ini memungkinkan dimana variasi kecepatan akan
mengikuti memenuhi luasan permukaan basah dari suatu saluran. Singkat cerita
jika kecepatan awal itu tinggi maka berdampak pada luas saluran keluar
begitupun sebaliknya.
Azas kontiniutas:
Qmasuk = Qkeluar .......................................................................................[2.6]
V1.A1 = V2.A2 ...........................................................................................[2.7]
Dimana:
Qmasuk = debit aliran masuk (m3/s)
Qkeluar = debit aliran keluar (m3/s)
V1 = kecepatan aliran masuk (m/s)
V2 = kecepatan aliran keluar (m/s)
A1 = luas saluran ketika aliran masuk (m2)
A2 = luas saluran ketika aliran keluar (m2)
Mengingat bentuk palung dan alur sungai yang berubah-ubah, maka dalam
commit
pemilihan lokasi pengukuran debit harustodipertimbangkan
user pengaruh pola aliran
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
dalam palung sungai. Besarnya debit dihitung menurut rumus Velocity Area
Method:
Q = A x V ......................................................................................................[2.8]
Dimana:
Q = debit (m3/s)
A = luas Penampang Basah (m2)
V = kecepatan Rata-Rata (m/s)
Secara umum distribusi kecepatan yang terjadi pada kondisi aliran permanen yang
seragam (steady uniform flow) di saluran terbuka dengan penampang prismatis,
sudah banyak dilakukan para peneliti sebagaimana sketsa yang tergambar berikut
ini.
pengaruh aspek rasio, kekasaran dan bentuk konfigurasi dasar saluran. Pada arah
vertikal, berlaku persamaan distribusi kecepatan u = f (y,z), dimana y adalah arah
vertikal dan z arah transversal.
uy 1 y
ln 8,5 ........................................................................................[2.9]
u* ks
Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi
kecepatan tergantung pada: (i) bentuk saluran, (ii) kekasaran saluran, dan (iii)
kondisi kelurusan saluran. Kecepatan terbesar terletak pada bagian tengah kanal
dan bagian atas dari bagian terdalam kanal yang jauh dari seretan friksional pada
bagian dinding dan dasar kanal. Dalam penggunaan curentmeter pengetahuan
mengenai distribusi kecepatan commit to user
ini amat penting. Hal ini berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
Pada sungai berkelok, zona kecepatan maksimum berada pada bagian luar
kelokan dan zona kecepatan minimum berada pada bagian dalam kelokan. Pola
ini sebagai penyebab penting terjadinya erosi secara lateral pada kanal sungai dan
migrasi pola sungai. Pada arus yang lebar, deras dan dangkal atau saluran yang
sangat licin kecepatan maksimum sering terjadi di permukaan bebas. Kekasaran
saluran dapat menyebabkan pertambahan kelengkungan kurva distribusi
kecepatan vertikal. Pada tikungan, kecepatan meningkat pada bagian cembung,
menimbulkan gaya sentrifugal pada aliran. Gerak melingkar pada saluran yang
melengkung merupakan gejala yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan.
Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di saluran
(stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai
berikut:
1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolik.
2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran.
3. Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman di bawah permukaan air.
4. Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.
5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara
mendetail ke arah vertikal dengan menggunakan integrasi dari pengukuran-
pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam
pelaksanaan kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan:
a. mengukur kecepatan padacommit
titik 0,6h kedalaman
to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi
alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air
tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur. Berikut ini disajikan gambar
distribusi kecepatan aliran.
dy
Persamaan [2.12] nilai dan l tidak diketahui, maka Prandtl memberikan asumsi
sebagai berikut:
a. untuk kondisi di dekat dinding batas nilai l tergantung pada jarak dari bidang
batas, yaitu l = y dengan (kappa) adalah konstanta universal von Karman,
yang besarnya 0,4
b. tegangan gesek, adalah konstan dengan nilai sama dengan nilai tegangan
gesek di dinding, o.
Dari asumsi tersebut diperoleh tegangan gesek turbulen yang diuraikan dari teori
panjang campur (mixing length) :
2
du
0 y ...........................................................................................[2.13]
2 2
dy
karena = o, maka persamaan [2.13] dapat didekati dengan o = gDSo , dan
diketahui l = .y, sehingga dengan penjabaran rumus yaitu mengintegralkan
commit to user
persamaan dengan batas yo dan y maka didapatkan persamaan :
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
u* y
u ln ....................................................................................................[2.14]
yo
u 1 yu *
ln 5,5 ...............................................................................[2.15]
u*
u 1 y
ln 8,5 .................................................................................[2.16]
u* k s
dimana angka 5,5 dan 8,5 adalah nilai konstanta integrasi numerik log-law (Br).
Dalam penelitian ini, karena langsung dilakukan di lokasi studi kasus lapangan
yaitu di saluran terbuka dengan tampang trapesium berdinding kasar, maka
analisis kecepatan gesek menggunakan persamaan untuk hidraulik kasar.
( ) .....................................................................................[2.18]
Dimana:
Uy = kecepatan rata-rata titik pada jarak y dari level referensi (cm/s)
U* = kecepatan gesek (cm/s)
κ = universal Von-Karman (κ = 0,4)
Br = konstanta integrasi numerik (log-law)
ks = kekasaran dasar equivalen nikuradse (cm)
Data kecepatan hasil pengukuran di wilayah inner region diplotkan terhadap nilai
ln (y/ks), kemudian dengan nilai pencocokan kurva (least square fitting) maka
nilai kecepatan gesek (U*) dan konstanta integrasi numerik (Br) akan diperoleh
(dengan κ = 0,4).
Dimana:
Uy = kecepatan pada suatu titik yang berjarak y dari dasar (cm/s)
U* = kecepatan geser (cm/s)
ks = tinggi kekasaran menurut Nikuradse (cm)
Jika dirumuskan maka dapat ditulis bahwa jumlah perkalian kecepatan tiap titik
vertikal dengan jarak titik pengukuran dari dasar dibagi jumlah jarak titik
pengukurannya dari dasar tersebut, maka menghasilkan kecepatan rerata vertikal
tiap titik melintang (Ūy), untuk selanjutnya dijelaskan pada rumus sebagai
berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
∫
..............................................................................................[2.20]
∫
[ ] ∫ ...............................................................................[2.21]
Dimana:
y = titik pengukuran dari dasar (cm)
Ū = kecepatan rata-rata tampang (cm/s)
Ūy = kecepatan rata-rata vertikal (cm/s)
B = lebar penampang (cm)
Z = jarak pengukuran tranversal (cm)
Metoda Clauser adalah merupakan suatu metoda dimana kecepatan gesek, u*,
dapat diperoleh dari data pengukuran distribusi kecepatan bersama-sama dengan
hukum distribusi kecepatan logaritmik oleh Prandtl (Cardoso, et al.,1989, dan
Kironoto dan Graf, 1993). Cara ini sering dipergunakan, karena disamping
ketelitiannya yang cukup tinggi, juga relatif mudah untuk diterapkan. Hanya saja
untuk dapat menggunakan metode ini diperlukan data pengukuran distribusi
kecepatan (khususnya di dekat dasar; inner region data) dan informasi bahwa
hukum logaritmik (Persamaan 1) masih berlaku di daerah dekat dasar (inner
region). Jadi tingkat ketelitian dari metode ini tergantung pada berlaku tidaknya
hukum logaritmik, disamping ketelitian dari data pengukuran kecepatan yang
diperoleh di dekat dasar.
Pada metoda Clauser, kecepatan rata-rata titik dari data pengukuran distribusi
kecepatan di daerah inner region, sebagai ordinat, diplotkan dengan nilai ln(y/ks)
sebagai absisnya. Bilamana plot data pengukuran distribusi kecepatan membentuk
korelasi (trend) linear, dapat diartikan bahwa data distribusi kecepatan di daerah
inner region masih mengikuti hukum logaritmik dan metode Clauser dapat
digunakan. Dengan metode pencocokan kurva (regresi linear), dapat diperoleh
nilai u* dan Br (dengan menggunakan nilai konstanta Karman, κ = 0.4).
Dengan demikian, selain dapat commit to user
diperoleh nilai kecepatan gesek, u*, metode
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Clauser juga dapat memberikan nilai konstanta integrasi numerik dari persamaan
distribusi kecepatan, Br.
Untuk aliran seragam, banyak sekali penelitian eksperimental [Nezu dan Rodi
(1986), Kironoto dan Graf (1994), Coleman (1981)] yang membuktikan bahwa
hukum kecepatan logaritmik berlaku pada aliran dalam saluran terbuka,
khususnya pada daerah yang berada di dekat dasar/inner region (y < 0.2 D,
dimana D adalah kedalaman aliran). Di daerah jauh dari dasar, data distribusi
kecepatan biasanya sedikit menyimpang terhadap persamaan distribusi kecepatan
logarithmik; hal ini tidak menjadikan masalah, karena metode Clauser hanya
menggunakan data distribusi kecepatan di daerah dekat dasar (Kironoto, 1993).
commit to user