Anda di halaman 1dari 31

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Dalam penelitian ini mengambil referensi dari beberapa jurnal penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan kecepatan aliran.

Mahmoud Ali R. Eltoukhy and Mohammad Ibrahim (2015), menyatakan bahwa


distribusi kecepatan pada arah vertikal dan longitudinal menunjukkan bahwa
peningkatan dengan muka air dan dengan plastic bed case. Distribusi kecepatan
menurun untuk bendung lebar yang lebih besar dan kedalaman air hilir yang
tinggi.

Dian Sisinggih, Sri Wahyuni (2014), telah melakukan evaluasi distribusi


kecepatan aliran di belokan Sungai Jelarai dan perubahan morfologi yang terjadi.
Dari hasil analisa geometri sungai dan pemodelan hidrodinamika dan arus di
Sungai Jelarai dapat diketahui bahwa pada saat debit banjir untuk semua kondisi
pasang surut, gerakan pusaran arus/vortex ini bergerak menyusuri sisi luar
belokan dan berbalik arah ke hulu. Kondisi ini akan berpotensi pada
pengendapan/penggerusan di sekitar perubahan arah arus tersebut dan tergantung
pada kondisi alami tebing dan material sedimen yang terbawa. Dari pemodelan
transportasi sedimen, untuk debit banjir diperoleh kecenderungan akan terjadinya
penggerusan di sisi luar belokan (pada lokasi sheetpile). Untuk itu diperlukan
adanya penanganan yang berupa pengendalian dinamika arus aliran dan perkuatan
dasar tebing.

Fathona Fajri Junaidi (2014), telah melakukan analisis distribusi kecepatan aliran
Sungai Musi. Dalam penelitian ini analisis distribusi kecepatan aliran akan
dilakukan untuk mengetahui distribusi kecepatan aliran pada permukaan serta
debit dan bagaimana menentukan karakteristik aliran. Kemudian distribusi
kecepatan aliran sungai diplot dengan menggunakan program Surfer 11. Data dari
lapangan diolah dan dianalisis. Karakteristik aliran kemudian ditentukan dengan
commit
menggunakan Bilangan Froude dan to user
Bilangan Reynold.

5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Ady Syaf Putra (2014), telah melakukan analisis distribusi kecepatan aliran
Sungai Musi (Ruas Sungai: Pulau Kemaro sampai dengan Muara Sungai
Komering). Penelitian ini menggunakan metode velocity area untuk perhitungan
debit. Kemudian Bilangan Froude dan Bilangan Reynolds untuk menentukan jenis
aliran. Lokasi yang ditinjau dipengaruhi keadaan fisik aliran sungai berupa lebar,
kedalaman dan variasi kecepatan aliran. Dalam studi ini akan dilakukan analisis
distribusi kecepatan aliran agar mengetahui debit yang diperoleh, bagaimana
menentukan jenis aliran yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai ini,
selanjutnya mengaplikasikan pola kecepatannya dengan menggunakan program
Surfer 11. Data dari lapangan diolah dan dianalisis sehingga didapatkan hasil
perhitungan debit dengan menggunakan Velocity Area Method. Menentukan jenis
aliran pada Sungai menggunakan metode Bilangan Froude dan Bilangan Reynolds
dengan hasil yang didapat aliran turbulen dan subkritis.

Di dalam tutorial HEC-RAS, menurut Istiarto (2014) HEC-RAS merupakan


program aplikasi untuk momodelkan aliran di sungai. Dalam mempelajari pola
aliran di sepanjang saluran perlu dilakukan simulasi secara nyata dengan
mengalirkan air ke saluran buatan dalam skala laboratorium atau dalam model
virtual. HEC-RAS merupakan model virtual saluran satu dimensi aliran permanen
maupun tak permanen ( steady and unsteady one-dimensional flow model ). HEC-
RAS memiliki empat kompenen model satu dimensi, yaitu hitungan profil muka
air aliran permanen, simulasi aliran tak permanen, hitungan transpor sedimen dan
hitungan kualitas air. Satu elemen penting dalam HEC-RAS adalah keempat
komponen tersebut memakai data geometri yang sama, routine hitungan
hidraulika yang sama, serta beberapa fitur desain hidraulik yang dapat diakses
setelah hitungan profil muka air berhasil dilakukan.

Sri Nurwahyuni Umar (2013), telah melakukan studi eksperimen distribusi


kecepatan aliran sungai. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui distribusi
kecepatan menggunakan metode Point Integrated Sampling (PIS) yaitu
pengukuran pada titik-titik yang telah ditentukan pada arah vertikal maupun
transversal. Penelitian ini menggunakan model saluran terbuka (open channel)
commit
dan menggunakan alat ukur tabung to user
pitot untuk pengambilan data kecepatan.
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Kecepatan diukur pada titik tertentu yaitu 6 titik arah transversal dan tiap titik
pengukuran arah transversal diukur 6 titik ke dalam vertikal, sehingga total
pengukuran tiap tampang 36 titik yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kecepatan maksimum berada pada 0,86d dan pada saat mendekati dasar
saluran kecepatan aliran mendekati nol. Hubungan antara volume, tinggi muka air
dan kecepatan terhadap debit masing-masing menunjukkan hubungan linier.
Hubungan antara volume pengaliran, tinggi muka air dari dasar saluran dan
kecepatan aliran terhadap debit adalah berbanding lurus. Nilai kecepatan aliran
semakin ke atas diperoleh kondisi maksimal pada 0,86d. Sebaliknya, semakin
mendekati dasar saluran nilai kecepatan aliran semakin kecil bahkan mendekati
nol. Kurva Distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolik.
Ini berarti, semakin mendekati tengah saluran maka semakin besar nilai kecepatan
yang diperoleh.

Rafik Absi (2011), telah melakukan penelitian tentang persamaan diferensial biasa
untuk distribusi kecepatan dan dipphenomenon di aliran saluran terbuka.
Persamaan differensial untuk kecepatan pada saluran terbuka disajikan
berdasarkan analisis persamaan Reynolds-Averaged Navier-Stokes dan distribusi
viskositas log-wake modified eddy. Persamaan yang diusulkan ini memungkinkan
untuk memprediksi kecepatan dip-fenomena, yaitu kecepatan maksimum di
bawah permukaan bebas. Parameter α yang tergantung pada rasio aspek dan jarak
lateral yang dari sisi dinding, harus tergantung juga di lereng saluran. Persamaan
yang diusulkan dan solusi seni – analitis memerlukan analisis yang lebih
mendalam.

Bambang Agus Kironoto (2007), telah melakukan analisis pengaruh angkutan


sedimen dasar (bed load) terhadap distribusi kecepatan gesek arah transversal
pada aliran seragam saluran terbuka. Metode yang digunakan adalah Metode
Clauser, yang mana untuk menentukan kecepatan gesek dasar. Penentuan
kecepatan geser (dan konstanta integrasi persamaan distribusi kecepatan
logaritmik) untuk aliran seragam dengan dan tanpa angkutan sedimen dasar (bed
load) telah dikaji dalam tulisan ini, dimana sejumlah 125 data pengukuran
commit
distribusi kecepatan di laboratorium to user
telah dipergunakan. Ke arah tepi saluran,
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

nilai u* semakin kecil, sedangkan nilai Br, semakin besar, dan tidak dipengaruhi
oleh variasi debit, kemiringan dasar saluran, dan adanya angkutan sedimen dasar
(bed load).

Burhan Barid, ST, MT dan Muhammad Yacob, ST (2007), telah melakukan


analisis perubahan kecepatan aliran sungai akibat perubahan pelurusan sungai.
Lokasi penelitian berada di DAS Code Yogyakarta. Berdasarkan analisis
perhitungan diperoleh bahwa terjadi peningkatan kecepatan aliran terbesar pada
titik P170 (tanggul bagian masuk kota). Peningkatan kecepatan terjadi dengan
adanya tanggul, sehingga penggunaan tanggul perlu dievaluasi kembali. Atau
digunakan tanggul tertentu yang mampu mengamankan bagi setiap subDAS. Perlu
dikembangkan pola penanganan banjir yang terpadu, yang mewadahi segala aspek
yang menyebabkan resiko banjir.

Cahyono Ikhsan (2006), telah melakukan analisis distribusi kecepatan aliran


seragam pada saluran terbuka tampang segiempat pada sungai Bengawan Solo.
Setiap desain struktur hidrolik membutuhkan informasi dari aliran debit. Hal ini
dapat diperoleh dari pengukuran kecepatan dalam waktu yang ditentukan. Dalam
penelitian ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur currenmeter.
Pengukuran menggunakan metode Titik Terpadu Sampling (PIS). Langkah
pertama dimulai dengan memilih bagian dari sifat, mengukur suhu air dan
kemiringan permukaan air tegak lurus arus. Pengukuran dilakukan pada 1/2B,
kemudian ke tepi pada 3/8B, 2/8B, 1/8B dan 1/16B. Beberapa parameter dari
literatur dan laboratorium diperlukan untuk membandingkan dan hasil yang benar
dari situs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai maksimum distribusi
kecepatan dekat permukaan air di arah vertikal dan pusat bagian (1/2B) di tegak
lurus arus. Kecepatan rata-rata diperoleh pada arah vertikal dengan Y/D = 0,45
dan tegak lurus arus adalah Z/B = 0,27.

Triyanti Anasiru (2005), telah melakukan kajian berupa perubahan kecepatan


aliran di muara sungai yang dipengaruhi gelombang pasang surut. Penelitian ini
dilakukan pada muara Sungai Palu yang terletak di wilayah daerah Tingkat I
Propinsi Sulawesi Tengah. Data diperoleh dengan cara pengukuran sepanjang 500
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

meter. Cara pengukuran dilakukan dengan metode 2 titik yaitu pada 0,2 dan 0,8 x
kedalaman aliran, jika kedalaman aliran yo ≥ 0,76 meter dan metode 1 titik yaitu
0,6 x kedalaman aliran, jika kedalaman aliran y0 ≤ 0,76 meter. Adapun hasil yang
diperoleh dari penelitian ini yaitu pada jam 09:00 (kondisi pasang) kecepatan
aliran sangat kecil bahkan mendekati nol karena permukaan laut lebih tinggi dari
sungai sehingga terjadi aliran balik yaitu aliran yang menuju ke hulu sungai. Pada
jam 12:00 (kondisi menuju surut) kecepatan aliran perlahan-lahan meningkat dan
pada jam 15:00 (kondisi surut) kecepatan alian bergerak lebih cepat karena
permukaan air laut lebih rendah dari permukaan sungai sehingga terjadi aliran
balik.

Di dalam jurnal Cahyono Ikhsan (2006) menyebutkan Kironoto (1993), telah


melakukan studi eksperimental mengenai karakteristik turbulen pada aliran
seragam dan tidak seragam dengan saluran terbuka dasar kasar. Dianalisis efek
dari ketidakseragaman pada aliran turbulen kasar, khususnya efek percepatan dan
perlambatan dalam bentuk profil kecepatan rata-rata dan karakteristik turbulen
yang terjadi. Hasil penelitian untuk kasus aliran seragam menunjukkan bahwa
hukum universal dinding (Br ≈ 8,5) dapat menjelaskan data pada inner region
dengan baik, nilai aspect ratio b/H > 5, kecepatan maksimum terjadi di
permukaan aliran, sedangkan pada b/H < 5, kecepatan maksimum berada di
bawah permukaan aliran.

Sumber : Kironoto, 1993


Gambar 2.1 Pembagian inner region dan outer region pada aliran dasar kasar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Pada penelitian tersebut diungkapkan bahwa aliran pada saluran terbuka seperti
pada halnya pada lapisan batas (boundary layer), aliran dapat dibedakan menjadi
dua bagian yaitu inner region dan outer region.

2.1.1 Novelty Penelitian

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan terdapat ketertarikan


terhadap penelitian ini, maka penulis menjabarkan dalam tabel 2.1 Novelty
Penelitian di bawah ini :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Tabel 2.1 Novelty Penelitian


Nama
No. Topik dan Lokasi Metode Variabel Parameter Hasil
(Tahun)
1. Triyanti Anasiru Analisis Perubahan Metode 2 titik yaitu Lokasi yang  Muara sungai Pada kondisi pasang
(2005) Kecepatan Aliran pada 0,2 dan 0,8 x dipengaruhi  Hidrolika sungai (pengukuran jam 09.00)
pada Muara Sungai kedalaman aliran, jika gelombang  Distribusi kecepatan aliran sangat
Palu kedalaman aliran y0 ≥ pasang surut. kecepatan kecil bahkan mendekati 0,
Lokasi : Muara 0,76 meter. karena permukaan air laut
Sungai Palu, Sulawesi Metode 1 titik yaitu lebih tinggi dari dasar
Tengah 0,6 x kedalaman sungai sehingga terjadi
aliran, jika kedalaman aliran balik.
aliran y0 ≤ 0,76 meter. Pada kondisi surut
(pengukuran jam 15.00)
kecepatan aliran bergerak
cepat, karena air yang
mengalir dari hulu belum
mendapat tekanan dari air
laut disebabkan
permukaan air laut lebih
rendah dari dasar sungai.
2. Cahyono Ikhsan Analisis Distribusi Metode Point Pengukuran  Kecepatan aliran Nilai maksimum dari
(2006) Kecepatan Aliran Integrated Sampling dipilih pada di tiap titik distribusi kecepatan yang
Seragam pada Saluran (PIS), mengukur lokasi yang dihasilkan mendekati
kecepatan di titik berbeda, dengan muka air pada arah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

(Lanjutan Tabel 2.1)

Terbuka Tampang tertentu yaitu 5 titik variasi dimensi, vertikal dan pada tengah
Segiempat arah transversal dan tampang, debit, bentang (1/2 B)
Lokasi : Saluran tiap titik pengukuran kemiringan
Induk Mataram arah transversal dasar saluran
Yogyakarta diukur 12 titik dan kekasaran
kedalaman vertikal, dinding saluran.
sehingga total
pengukuran tiap
tampang sebanyak 60
titik yang berbeda.
3. Burhan Barid, Perubahan Kecepatan Membuat simulasi air Membandingkan  Hujan rencana Peningkatan kecepatan
ST, MT dan Aliran Sungai Akibat limpasan pada bagian profil sungai  Debit terjadi dengan adanya
Muhammad Perubahan Pelurusan titik yang ditinjau. dengan dan  Kecepatan aliran tanggul, sehingga
Yacob, ST Sungai Simulasi ini berupa tanpa tanggul. penggunaan tanggul perlu
(2007) Lokasi : DAS Code antrian air limpasan dievaluasi kembali. Atau
Yogyakarta dengan berbagai digunakan tanggul
pendekatan yang tertentu yang mampu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

(Lanjutan Tabel 2.1)

sesuai dengan mengamankan bagi setiap


karakteristik lapangan DAS.
atau asumsi-asumsi
perkembangan DAS.
4. Bambang Agus Pengaruh Angkutan Metode Clauser, Lokasi pada  Data kecepatan Ke arah tepi saluran, nilai
Kironoto Sedimen Dasar (Bed untuk menentukan aliran yang  Kemiringan u* semakin kecil,
(2007) Load) Terhadap kecepatan gesek berada dalam dasar sedangkan nilai Br,
Distribusi Kecepatan dasar. range data aliran  Dimensi saluran semakin besar dan tidak
Gesek Arah  Debit aliran dipengaruhi oleh variasi
Transversal pada debit, kemiringan dasar
Aliran Seragam saluran dan adanya
Saluran Terbuka angkutan sedimen dasar
(Bed Load).
5. Rafik Absi Persamaan diferensial Analisis persamaan  Kecepatan aliran Parameter α yang
(2011) biasa untuk distribusi dari Reynolds – tergantung pada rasio
kecepatan dan Averaged Navier – aspek dan jarak lateral
Stokes. yang dari sisi dinding,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

(Lanjutan Tabel 2.1)

dipphenomenon di harus tergantung juga di


aliran saluran lereng saluran.
terbuka.
6. Sri Nurwahyuni Studi Experimen Metode Point Hubungan  Perbandingan Hubungan antara volume
Umar Distribusi Kecepatan Integrated Sampling antara volume, antara hasil lab. pengaliran terhadap
(2013) Aliran Sungai (PIS) yaitu tinggi muka air Dengan koef. debit, antara debit
Lokasi : dilakukan di pengukuran pada dan kecepatan Manning dengan kedalaman aliran
Laboratorium titik-titik yang telah terhadap debit.  Distribusi air atau tinggi muka air
Hidraulika Fakultas ditentukan arah kecepatan aliran dari dasar saluran, antara
Teknik Jurusan vertikal maupun rata-rata kecepatan aliran terhadap
Teknik Sipil horizontal. debit adalah berbanding
Universitas lurus semua.
Hasanuddin. Kurva distribusi
kecepatan pada
penampang melintang
berbentuk parabolik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

(Lanjutan Tabel 2.1)

7. Ady Syaf Putra Analisis Distribusi Metode Velocity Lokasi yang  Kedalaman Distribusi kecepatan
(2014) Kecepatan Aliran Area untuk ditinjau sungai aliran maksimum pada
Sungai Musi (Ruas perhitungan debit. dipengaruhi  Penampang aliran sungai terdapat
Sungai : Pulau Metode Bilangan keadaan fisik melintang pada bagian kanan sungai,
Kemaro sampai Froude dan Bilangan aliran sungai sungai karena kedalaman yang
dengan Muara Sungai Reynolds untuk berupa lebar,  Kecepatan aliran lebih dalam dibandingkan
Komering) menentukan jenis kedalaman dan sisi kiri.
aliran. variasi Semakin tinggi kecepatan
kecepatan aliran. aliran dan luas area
penampang saluran, maka
semakin besar pula debit
yang dihasilkan.
8. Fathona Fajri Analisis Distribusi Pra Survey dan Kondisi aliran di  Kedalaman Pada bagian lurus,
Junaidi Kecepatan Aliran Survey saluran terbuka sungai distribusi kecepatan
(2014) Sungai Musi (Ruas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

(Lanjutan Tabel 2.1)

Jembatan Ampera  Penampang maksimum di tengah


sampai dengan Pulau melintang saluran.
Kemaro) sungai Pada bagian tikungan,
 Kecepatan aliran distribusi kecepatan
maksimum di tikungan
luar penampang.
Pada bagian setelah
tikungan, distribusi
kecepatan maksimum di
tikungan luar penampang.
9. Dian Sisinggih, Evaluasi Distribusi Pengukuran data di Fluktuasi debit  Geometri sungai Pada saat debit banjir
Sri Wahyuni Kecepatan Aliran di lapangan/sungai. dan kondisi  Model numerik untuk semua kondisi
(2014) Belokan Sungai Model numerik, pasang surut distribusi pasang surut, gerakan
Jelarai dan Perubahan Simulasi RMA2, yang kecepatan di pusaran arus/vortex ini
Morfologi yang Simulasi SED2D mempengaruhi belokan sungai bergerak menyusuri sisi
Terjadi morfologi  Distribusi luar belokan dan berbalik

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

sungai. kecepatan aliran arah ke hulu.


(Lanjutan Tabel 2.1)

Lokasi : Kalimantan
Utara
10. Mahmoud Ali Distribusi Kecepatan Menggunakan  Kepala bendung Distribusi kecepatan pada
R, Eltoukhy dan di Hilir dengan percobaan di  Kedalaman hilir arah vertikal dan
Mohammad Bendung laboratorium air longitudinal menunjukkan
Ibrahim (2015) Lokasi : Egypt  Bentuk bendung bahwa meningkat dengan
 Distribusi kepala air dan dengan
kecepatan plastic bed case.
Distribusi kecepatan
menurun untuk bendung
lebar yang lebih besar dan
kedalaman air hilir yang
tinggi.
11. Atsari Fildzah Analisis Distribusi Metode Point Pengukuran  Kecepatan aliran Harapan nilai maksimum
Zulhusni Kecepatan Aliran Integrated Sampling dipilih pada di tiap titik uji. dari distribusi kecepatan
(2016) pada Daerah Sudetan (PIS) yaitu bagian hulu pada masing-masing
(Rencana) Wonosari Sungai pengukuran pada arah (sebelum bagian. Perbedaan
Bengawan Solo vertikal maupun sudetan), bagian kecepatan aliran pada
transversal. sudetan dan hulu, sudetan dan hilir.
bagian hilir Jenis aliran yang
(setelah dipengaruhi oleh

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

sudetan). kecepatan aliran sungai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

2.2. Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan pada penelitian distribusi kecepatan di DAS


Bengawan Solo Hulu Daerah Wonosari, Klaten dapat dilihat di bawah ini:

2.2.1 Definisi Sungai

Sungai adalah media pengangkut utama yang membawa sedimen dari daratan ke
lautan, dimana sedimen tadi akan diendapkan atau terus diangkut ke laut dalam.
Namun tidak semua sedimen yang dihasilkan ini diangkut ke laut, tetapi sebagian
akan terendap di daratan di bawah pengaruh proses sungai itu sendiri. Bermula
dari mata air di bagian paling hulu di daerah pegunungan dalam perjalanannya ke
hilir di daerah daratan, aliran sungai secara berangsur-angsur berpadu dengan
banyak sungai lainnya, sehingga lambat laun tubuh sungai tumbuh menjadi
semakin besar. Apabila suatu sungai mempunyai lebih dari dua cabang, maka
sungai yang daerah pengaliran, panjang dan volume airnya paling besar disebut
sebagai sungai utama (main river). Sedangkan abang yang lain disebut anak
sungai (tributary). Suatu sungai kadang-kadang sebelum aliran airnya mencapai
laut, sungai tersebut membentuk beberapa cabang yang disebut cabangsungai
(enfluent).

DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh
punggung-punggung gunung, menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian mengalirkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut
disebut daerah tangkapan air (catchment area) yaitu suatu ekosistem yang terdiri
atas sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai
pemanfaat Sumber Daya Alam (Asdak, 2010).

Bengawan Solo adalah sebuah sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa. Dua
buah kata yang artinya Bengawan = sungai besar, Solo (bahasa Jawa, ejaan klasik)
yang seharusnya ditulis Sala, nama sebuah desa di wilayah eks. Karesidenan
Surakarta, dua hulu sungai yaitu dari daerah Pegunungan Kidul, Wonogiri dan
Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah Gresik. Sungai ini panjangnya sekitar
commit
548,53 km dan mengaliri dua provinsi to Jawa
yaitu user Tengah dan Jawa Timur.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Lokasi Penelitian

Sumber : Bakosurtanal Peta RBI


Gambar 2.2 Peta Lokasi Wilayah Sungai Bengawan Solo

Sungai Bengawan Solo dengan curah hujan tahunan rata-rata 2,100 mm


merupakan sebuah sumber air yang potensial bagi usaha-usaha pengelolaan dan
pengembangan Sumber Daya Air (SDA), untuk memenuhi berbagai keperluan
dan kebutuhan, antara lain untuk kebutuhan domestik, air baku air minum dan
industri, irigasi dan lain-lain.

2.2.2 Geometri Sungai

Studi geometri sungai akan mencakup pembuatan peta topografi, alur, palung dan
lembah. Potongan-potongan horizontal dan vertikal diperlukan pada lokasi yang
kemungkinan atraktif untuk dikembangkan. Geometri sungai adalah alur, palung
dan lembah sungai yang diukur secara vertikal dan horisontal atau denah, dimana
parameter yang dibutuhkan berupa panjang, lebar, kemiringan dan ketinggian
(elevasi). Pembentukan sungai merupakan suatu proses yang rumit, melibatkan
banyak variabel. Secara garis besar merupakan
commit to usergabungan antara aliran air dengan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

transportasi sedimen. Sungai sendiri merupakan saluran terbuka dengan ukuran


geometrik berubah seiring waktu, tergantung debit, material dasar tebing serta
jumlah dan jenis dari sedimen yang diangkut oleh air. Di dalam perencanaan
saluran dikenal adanya variabel bebas (dependent variable). Variabel bebas
merupakan masukan yang terdiri dari debit ar, debit sedimen dan diameter partikel
dasar. Lalu variabel tak bebas merupakan hasil perhitungan yang terdiri dari lebar
kedalaman, kemiringan talud dan kemiringan dasar saluran.

Parameter geometri dapat diperoleh dengan cara:


1. Pengukuran langsung di lapangan, yaitu untuk membuat peta situasi medan
dan sungai, penampang memanjang serta penampang melintang sungai.
2. Penginderaan jauh untuk peta medan.

Dari hasil pengukuran tersebut dibuat peta topografi yang digunakan untuk
membuat peta lokasi pengembangan sungai. Biasanya selama melakukan
pengukuran tanah untuk membuat peta topografi juga diadakan penyelidikan-
penyelidikan lainnya seperti kualitas air, sedimen, koefisien pengaliran dan
sebagainya.

2.2.3 Morfologi Sungai

Morfologi sungai sangat menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya


yang saling berkaitan. Sifat-sifat sungai ini sangat dipengaruhi oleh luas dan
bentuk DAS serta kemiringan sungai. Secara umum dapat dikatakan bahwa studi
mengenai morfologi sungai adalah untuk mencoba menguraikan mengenai tipe-
tipe raut muka (typical features) dari sungai-sungai tersebut. Pembentukan raut
muka (typical features) sungai ini dibentuk oleh tiga dimensi, yaitu:
1. Pengaruh waktu.
2. Pergerakan air/aliran air yang membawa endapan (sediment) maupun puing-
puing (debris atau ruins).
3. Pengaruh fenomena alam (banjir, longsoran, letusan gunung api, gempa, dan
lain-lain).

Sifat-sifat sutu sungai dipengaruhi oleh luas dan bentuk daerah pengaliran serta
commit to user
kemiringannya. Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap morfologi
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

sungai yang ada, daerah dengan bentuk pegunungan pendek-pendek mempunyai


daerah pengaliran yang tidak luas dan kemiringan dasarnya besar. Sebaliknya
daerah dengan kemiringan dasarnya kecil biasanya mempunyai daerah pengaliran
yang luas. Hal-hal yang berkaitan dengan morfologi sungai antara lain bentuk
aliran. Dimensi aliran, bentuk badan aliran, kemiringan saluran, daya tampung
dan sifat alirannya. Adapun pengaruh dari morfologi sungai ini berkaitan dengan
keadaan pola aliran sungai.

Kenampakan pola aliran dapat menunjukkan suatu bentuk permukaan bumi,


misalnya daerah gunung api atau muka bumi yang terbentuk akibat patahan. Suatu
pola aliran sungai tidak selalu merupakan dalam satu DAS.
Morfologi sungai dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Sungai Lurus (straight)
2. Sungai Sinuous
3. Sungai Berburai (braided)
4. Sungai Berliku (meandering)
5. Sungai Anastomosing

Sumber : Miall, 1977


Gambar 2.3 Jenis-Jenis Sungai
Pola alur sungai yang utama ialah sungai lurus, sungai berliku dan sungai
berburai. Sungai lurus jarang dijumpai dan jika adapun cuma untuk jarak yang
dekat saja. Namun terdapat sejenis sungai yang terletak di perantaraan, di antara
sungai lurus dan sungai berliku, yaitu sungai sinuous. Sungai anastomosing
dianggap sebagai jenis khas daricommit
sungai toberburai,
user yang mana pulau-pulau yang
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

memisahkan alur sungainya adalah tetap/stabil. Sungai berburai dan sungai


anastomosing dibedakan berdasarkan kepada kestabilan delta atau pulau-pulau
yang memisahkan alur sungai.

2.2.4 Aliran Air di Saluran Terbuka

Aliran air dapat terjadi pada saluran terbuka maupun pada saluran tertutup (pipe
flow). Pada saluran terbuka, aliran air akan memiliki suatu permukaan bebas yang
berkaitan langsung dengan parameter-parameter aliran seperti kecepatan,
kekentalan, gradien dan geometri saluran.
Tipe aliran pada saluran terbuka yaitu:
1. Aliran Tunak (Steady Flow)
Perubahan volume terhadap waktu tetap Q/ t 0
Perubahan Kedalaman terhadap waktu tetap h/ t 0
Perubahan Kecepatan terhadap waktu tetap v/ z 0
2. Aliran Tak Tunak (Unsteady Flow)
Perubahan volume terhadap waktu tidak tetap Q/ t 0
Perubahan Kedalaman terhadap waktu tidak tetap h/ t 0
Perubahan Kecepatan terhadap waktu tidak tetap v/ z 0
3. Aliran Merata (Uniform Flow)
Besar dan arah kecepatan tetap terhadap jarak Q/ s 0
Aliran dengan penampang sama v/ s 0
Variabel fluida lain juga tetap h/ z 0
4. Aliran Tidak Merata (Non Uniform Flow)
Aliran dengan penampang tidak sama Q/ s 0
Pengaruh pembendungan dan variabel fluida lain juga tetap h/ t 0
Hydraulik jump v/ s 0

2.2.5 Perilaku Aliran

Tipe perilaku aliran dapat di bedakan dengan bilangan Froude. Menurut bilangan
Froude tipe aliran dapat di bedakan menjadi 3 yaitu:
1. Aliran kritis, jika bilangan Froude sama dengan satu (Fr=1) dan gangguan
permukaan misal, akibat riak commit
yang toterjadi
user akibat batu yang di lempar ke
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

dalam sungai tidak akan bergerak menyebar melawan arah arus.


2. Aliran subkritis, jika bilangan Froude lebih kecil dari satu (Fr<1). Untuk
aliran subkritis, kedalaman biasanya lebih besar dan kecepatan aliran
rendah (semua riak yang timbul dapat bergerak melawan arus).
3. Aliran superkritis, jika bilangan Froude lebih besar dari satu (Fr>1). Untuk
aliran superkritis, kedalaman aliran relatif lebih kecil dan kecepatan relatif
tinggi (segala riak yang di timbulkan dari suatu gangguan adalah mengikuti
arah arus).

Persamaan untuk menghitung bilangan Froude yaitu:

......................................................................................................[2.1]

Dimana:
Fr = bilangan Froude
U = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )
h = kedalaman aliran (m)

Selain itu juga tipe aliran dapat dibedakan menggunakan bilangan Reynolds.
Menurut Bilangan Reynolds tipe aliran dibedakan sebagai berikut:
1. Aliran Laminer adalah suatu tipe aliran yang ditunjukkan oleh gerak
partikel-partikel cairan menurut garis-garis arusnya yang halus dan sejajar.
Dengan nilai bilangan Reynolds lebih kecil dari dua ribu (Re<2000).
2. Aliran Transisi mempunyai nilai bilangan Reynolds antara dua ribu
sampai empat ribu (2000 < Re < 4000), aliran ini tidak mempunyai garis-
garis arus yang halus dan sejajar sama sekali.
3. Aliran Turbulen biasanya paling sulit diamati dan nilai bilangan Re lebih
besar dari empat ribu (Re > 4000).

Persamaan untuk menghitung bilangan Reynolds yaitu:

........................................................................................................ [2.2]

Dimana:
Re = bilangan Reynolds
V = kecepatan aliran (m/s)
D = kedalaman (m) commit to user
v = viskositas kinematik (m 2 /s)
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

2.2.6 Persamaan Aliran Permanen

Hitungan hidrolika aliran pada dasarnya adalah mencari kedalaman dan kecepatan
aliran di sepanjang alur saluran yang ditimbulkan oleh debit yang masuk ke dalam
alur dan kedalaman aliran di batas hilir. Pada aliran permanen, HEC-RAS
menggunakan persamaan energi, kecuali di tempat-tempat yang kedalaman
alirannya melewati kedalaman kritis. Pada tempat terjadinya loncat air, pertemuan
alur dan aliran dangkal melalui jembatan, HEC-RAS menggunakan persamaan
momentum. Sedangkan pada tempat terjadi terjunan, aliran melalui peluap, dan
aliran melalui bendung, HEC-RAS menggunakan persamaan empiris.

1. Persamaan Energi
Pada aliran permanen, muka air dihitung dengan menggunakan persamaan energi
yang dikenal sebagai standard step method. Persamaan energi antara dua tampang
lintang dituliskan dalam persamaan 3.

....................................................... [2.3]

Dengan:
Y1, Y2 : kedalaman aliran (m)
Z1, Z2 : elevasi dasar saluran (m)
α1, α2 : koefisien
V1, V2 : kecepatan rata-rata (m/s)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
he : kehilangan tinggi energi (m)

2. Kehilangan Tinggi Energi


Kehilangan energi (he) diantara dua tampang lintang terdiri atas dua komponen,
yaitu kehilangan energi karena gesekan (friction losses) dan kehilangan energi
karena perubahan tampang (contraction or expansion losses).
Kehilangan energi antara dua tampang dihitung dengan persamaan 4.

........................................................................ [2.4]

Dengan:
L commit
: panjang antar dua tampang to user
sungai
α1, α2 : koefisien
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

: representative friction slope antar kedua tampang


C : koefisien kehilangan energi akibat perubahan tampang (kontraksi atau
ekspansi)

Sedangkan jarak antar kedua tampang, L dihitung menggunakan persamaan 2.5


berikut :

.................................................................. [2.5]

Dimana:
: panjang penggal sungai di sisi kiri (left overbank), alur utama
(mail channel), dan sisi kanan (right overbank),
: debit yang mengalir melalui left overbank, main channel, dan
right overbank.

2.2.7 Perhitungan Debit atas Dasar Pengukuran

Aliran sungai yang mengalir pada waktu yang sama, pasti akan terdapat
persamaan kontinuitas didalamnya, yang dimana debit masuk itu setara
dengan debit yang keluar. Hal ini memungkinkan dimana variasi kecepatan akan
mengikuti memenuhi luasan permukaan basah dari suatu saluran. Singkat cerita
jika kecepatan awal itu tinggi maka berdampak pada luas saluran keluar
begitupun sebaliknya.
Azas kontiniutas:
Qmasuk = Qkeluar .......................................................................................[2.6]
V1.A1 = V2.A2 ...........................................................................................[2.7]
Dimana:
Qmasuk = debit aliran masuk (m3/s)
Qkeluar = debit aliran keluar (m3/s)
V1 = kecepatan aliran masuk (m/s)
V2 = kecepatan aliran keluar (m/s)
A1 = luas saluran ketika aliran masuk (m2)
A2 = luas saluran ketika aliran keluar (m2)
Mengingat bentuk palung dan alur sungai yang berubah-ubah, maka dalam
commit
pemilihan lokasi pengukuran debit harustodipertimbangkan
user pengaruh pola aliran
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

dalam palung sungai. Besarnya debit dihitung menurut rumus Velocity Area
Method:
Q = A x V ......................................................................................................[2.8]

Dimana:
Q = debit (m3/s)
A = luas Penampang Basah (m2)
V = kecepatan Rata-Rata (m/s)

2.2.8 Distribusi Kecepatan

Secara umum distribusi kecepatan yang terjadi pada kondisi aliran permanen yang
seragam (steady uniform flow) di saluran terbuka dengan penampang prismatis,
sudah banyak dilakukan para peneliti sebagaimana sketsa yang tergambar berikut
ini.

Gambar 2.4 Distribusi Kecepatan Pada Saluran Terbuka


Pada saluran prismatis yang simetris, kecepatan aliran maksimum pada arah
transversal selalu terjadi di tengah saluran, sedangkan pada arah vertikal
commit to user
kecepatan maksimum tidak selalu terjadi di permukaan, tergantung berapa besar
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

pengaruh aspek rasio, kekasaran dan bentuk konfigurasi dasar saluran. Pada arah
vertikal, berlaku persamaan distribusi kecepatan u = f (y,z), dimana y adalah arah
vertikal dan z arah transversal.

Persamaan distribusi kecepatan yang berlaku pada aliran turbulen di saluran


terbuka biasa dikenal sebagai hukum pembagian kecepatan universal Prandtl-von
Karman untuk dinding hidraulik kasar, hasil percobaan Nikuradse (dalam
Kironoto, 1997) adalah :

uy 1  y 
 ln    8,5 ........................................................................................[2.9]
u*   ks 

dimana : uy = kecepatan pada suatu titik yang berjarak y dari dasar


u * = kecepatan gesek
ks = tinggi kekasaran menurut Nikuradse

Kironoto (1993) melakukan studi eksperimental mengenai karakteristik turbulen


pada aliran seragam dan tak seragam dengan saluran terbuka dasar kasar; dianalisa
efek dari ketidakseragaman pada aliran turbulen kasar, khususnya efek percepatan
dan perlambatan dalam bentuk profil kecepatan rata-rata dan karakteristik
turbulen yang terjadi. Hasil penelitian kasus aliran seragam, menunjukkan hukum
universal dinding (Br ≈ 8,5) dapat menjelaskan bahwa pada inner region untuk
nilai aspect ratio b/H > 5, kecepatan maksimum terjadi di permukaan aliran;
sedangkan pada b/H < 5, kecepatan maksimum berada di bawah permukaan
aliran. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa aliran pada saluran terbuka
seperti halnya pada lapisan batas (boundary layer), aliran dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu inner region dan outer region.

Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi
kecepatan tergantung pada: (i) bentuk saluran, (ii) kekasaran saluran, dan (iii)
kondisi kelurusan saluran. Kecepatan terbesar terletak pada bagian tengah kanal
dan bagian atas dari bagian terdalam kanal yang jauh dari seretan friksional pada
bagian dinding dan dasar kanal. Dalam penggunaan curentmeter pengetahuan
mengenai distribusi kecepatan commit to user
ini amat penting. Hal ini berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan


pada bidang tersebut.

Pada aliran saluran terbuka, distribusi kecepatan seringkali dibedakan sebagai


distribusi kecepatan di daerah inner region, yang berada di dekat dasar dimana
distribusi kecepatan logaritmik berlaku dan di daerah outer region, yang berada
jauh dari dasar dimana distribusi kecepatan menyimpang secara jelas dan
sistematik terhadap hukum logaritmik (Nezu dan Rodi, 1986; Kironoto dan
Graf, 1994).

Pada sungai berkelok, zona kecepatan maksimum berada pada bagian luar
kelokan dan zona kecepatan minimum berada pada bagian dalam kelokan. Pola
ini sebagai penyebab penting terjadinya erosi secara lateral pada kanal sungai dan
migrasi pola sungai. Pada arus yang lebar, deras dan dangkal atau saluran yang
sangat licin kecepatan maksimum sering terjadi di permukaan bebas. Kekasaran
saluran dapat menyebabkan pertambahan kelengkungan kurva distribusi
kecepatan vertikal. Pada tikungan, kecepatan meningkat pada bagian cembung,
menimbulkan gaya sentrifugal pada aliran. Gerak melingkar pada saluran yang
melengkung merupakan gejala yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan.

Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di saluran
(stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai
berikut:
1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolik.
2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran.
3. Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman di bawah permukaan air.
4. Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.
5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara
mendetail ke arah vertikal dengan menggunakan integrasi dari pengukuran-
pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam
pelaksanaan kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan:
a. mengukur kecepatan padacommit
titik 0,6h kedalaman
to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

kecepatan rata-rata = kecepatan pada titik tersebut


b. mengukur kecepatan pada titik 0,2h kedalaman dan 0,8h kedalaman
kecepatan rata-rata = 0,5*(kecepatan pada 0,2h + kecepatan pada 0,8h)
c. mengukur kecepatan pada titik pengukuran 0,2h ; 0,6h dan 0,8h
kecepatan rata-rata = 0,5* (kecepatan 0,2h + 2*kecepatan 0,6h +
kecepatan 0,8h)

Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi
alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air
tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur. Berikut ini disajikan gambar
distribusi kecepatan aliran.

Gambar 2.5 Distribusi Kecepatan Aliran


Dimana:
a = teoritis
b = dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
c = gangguan permukaan (sampah)
d = aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
e = aliran lambat, dasar saluran halus
f = dasar saluran kasar/berbatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Distribusi kecepatan aliran turbulen (dalam Triatmodjo, B., 1993) dipaparkan


dengan teori panjang campur prandtl, fluktuasi kecepatan di suatu titik u’ dan v’
dinyatakan dalam bentuk panjang campur l dan gradien kecepatan du/dy. Dengan
asumsi bahwa perubahan kecepatan u’ dan v’ dari gerak partikel zat cair adalah
sama maka :
du
u'  l ...........................................................................................................[2.10]
dy
du
v'  u '  l .....................................................................................................[2.11]
dy
dimana u dalam persamaan tersebut adalah kecepatan rerata terhadap waktu di
suatu titik, sedangkan y adalah jarak tegak lurus arah u yang lazimnya diukur dari
dinding batas.

Dengan mensubstitusikan bentuk u' dan v' ke dalam persamaan tegangan


Reynolds ( =  v' u'), maka didapatkan :
2
 du 
  l   ..................................................................................................[2.12]
2

 dy 

Persamaan [2.12] nilai  dan l tidak diketahui, maka Prandtl memberikan asumsi
sebagai berikut:

a. untuk kondisi di dekat dinding batas nilai l tergantung pada jarak dari bidang
batas, yaitu l =  y dengan  (kappa) adalah konstanta universal von Karman,
yang besarnya 0,4
b. tegangan gesek,  adalah konstan dengan nilai sama dengan nilai tegangan
gesek di dinding, o.

Dari asumsi tersebut diperoleh tegangan gesek turbulen yang diuraikan dari teori
panjang campur (mixing length) :
2
 du 
 0   y   ...........................................................................................[2.13]
2 2

 dy 
karena  = o, maka persamaan [2.13] dapat didekati dengan o = gDSo , dan
diketahui l = .y, sehingga dengan penjabaran rumus yaitu mengintegralkan
commit to user
persamaan dengan batas yo dan y maka didapatkan persamaan :
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

u* y
u ln ....................................................................................................[2.14]
 yo

Persamaan tersebut diatas disebut persamaan distribusi kecepatan vertikal pada


aliran turbulen untuk kondisi dasar hidraulik licin dan kasar.
Nikuradse (1933, dalam Kironoto, B.A., 1997) melakukan pengukuran profil
kecepatan, dari percobaan tersebut dihasilkan:
a. persamaan untuk dinding hidraulik licin, dimana pengaruh kekasaran
dikalahkan oleh pengaruh viskositas (ks < 0,3), yaitu :

u 1  yu * 
 ln    5,5 ...............................................................................[2.15]
u*    

b. persamaan untuk dinding hidraulik kasar, dimana pengaruh kekasaran lebih


dominan (ks > 6), adalah :

u 1  y 
 ln    8,5 .................................................................................[2.16]
u*   k s 

dimana angka 5,5 dan 8,5 adalah nilai konstanta integrasi numerik log-law (Br).

Dalam penelitian ini, karena langsung dilakukan di lokasi studi kasus lapangan
yaitu di saluran terbuka dengan tampang trapesium berdinding kasar, maka
analisis kecepatan gesek menggunakan persamaan untuk hidraulik kasar.

2.2.9 Kekasaran Dinding Hidraulik Kasar (ks)

Untuk menghitung kekasaran dinding hidraulik kasar (k s ) digunakan persamaan


distribusi kecepatan Prandt-von Karman, dengan memasukkan tambahan 0,2 ks
pada bilangan logaritmik karena pengaruh konfigurasi dasar sebagai berikut :
 33 y  0,2k s 
u y  5,75u* log  ........................................................................[2.17]
 ks 
dimana: uy = kecepatan pada suatu titik yang berjarak y dari dasar (cm/dt)
u* = kecepatan gesek (cm/dt)
ks = tinggi kekasaran menurut Nikuradse (cm).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

2.2.10 Kecepatan Gesek

Kecepatan gesek (U*), dihitung dengan menggunakan metode Clauser


berdasarkan data pengukuran distribusi kecepatan di daerah inner region (y/δ ≤
0,2) bersama-sama dengan persamaan distribusi kecepatan logaritmik (log-law)
(Kironoto, 1993)

( ) .....................................................................................[2.18]

Dimana:
Uy = kecepatan rata-rata titik pada jarak y dari level referensi (cm/s)
U* = kecepatan gesek (cm/s)
κ = universal Von-Karman (κ = 0,4)
Br = konstanta integrasi numerik (log-law)
ks = kekasaran dasar equivalen nikuradse (cm)

Data kecepatan hasil pengukuran di wilayah inner region diplotkan terhadap nilai
ln (y/ks), kemudian dengan nilai pencocokan kurva (least square fitting) maka
nilai kecepatan gesek (U*) dan konstanta integrasi numerik (Br) akan diperoleh
(dengan κ = 0,4).

Nikuradse menyatakan bahwa untuk kekasaran seragam pada dinding hidraulik


kasar:
Uy = 5,75 . U* log (33y/ks) .............................................................................[2.19]

Dimana:
Uy = kecepatan pada suatu titik yang berjarak y dari dasar (cm/s)
U* = kecepatan geser (cm/s)
ks = tinggi kekasaran menurut Nikuradse (cm)

Jika dirumuskan maka dapat ditulis bahwa jumlah perkalian kecepatan tiap titik
vertikal dengan jarak titik pengukuran dari dasar dibagi jumlah jarak titik
pengukurannya dari dasar tersebut, maka menghasilkan kecepatan rerata vertikal
tiap titik melintang (Ūy), untuk selanjutnya dijelaskan pada rumus sebagai
berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id


..............................................................................................[2.20]

Dan penghitungan kecepatan rerata tampang saluran dapat dirumuskan:

[ ] ∫ ...............................................................................[2.21]

Dimana:
y = titik pengukuran dari dasar (cm)
Ū = kecepatan rata-rata tampang (cm/s)
Ūy = kecepatan rata-rata vertikal (cm/s)
B = lebar penampang (cm)
Z = jarak pengukuran tranversal (cm)

Metoda Clauser adalah merupakan suatu metoda dimana kecepatan gesek, u*,
dapat diperoleh dari data pengukuran distribusi kecepatan bersama-sama dengan
hukum distribusi kecepatan logaritmik oleh Prandtl (Cardoso, et al.,1989, dan
Kironoto dan Graf, 1993). Cara ini sering dipergunakan, karena disamping
ketelitiannya yang cukup tinggi, juga relatif mudah untuk diterapkan. Hanya saja
untuk dapat menggunakan metode ini diperlukan data pengukuran distribusi
kecepatan (khususnya di dekat dasar; inner region data) dan informasi bahwa
hukum logaritmik (Persamaan 1) masih berlaku di daerah dekat dasar (inner
region). Jadi tingkat ketelitian dari metode ini tergantung pada berlaku tidaknya
hukum logaritmik, disamping ketelitian dari data pengukuran kecepatan yang
diperoleh di dekat dasar.

Pada metoda Clauser, kecepatan rata-rata titik dari data pengukuran distribusi
kecepatan di daerah inner region, sebagai ordinat, diplotkan dengan nilai ln(y/ks)
sebagai absisnya. Bilamana plot data pengukuran distribusi kecepatan membentuk
korelasi (trend) linear, dapat diartikan bahwa data distribusi kecepatan di daerah
inner region masih mengikuti hukum logaritmik dan metode Clauser dapat
digunakan. Dengan metode pencocokan kurva (regresi linear), dapat diperoleh
nilai u* dan Br (dengan menggunakan nilai konstanta Karman, κ = 0.4).
Dengan demikian, selain dapat commit to user
diperoleh nilai kecepatan gesek, u*, metode
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Clauser juga dapat memberikan nilai konstanta integrasi numerik dari persamaan
distribusi kecepatan, Br.

Untuk aliran seragam, banyak sekali penelitian eksperimental [Nezu dan Rodi
(1986), Kironoto dan Graf (1994), Coleman (1981)] yang membuktikan bahwa
hukum kecepatan logaritmik berlaku pada aliran dalam saluran terbuka,
khususnya pada daerah yang berada di dekat dasar/inner region (y < 0.2 D,
dimana D adalah kedalaman aliran). Di daerah jauh dari dasar, data distribusi
kecepatan biasanya sedikit menyimpang terhadap persamaan distribusi kecepatan
logarithmik; hal ini tidak menjadikan masalah, karena metode Clauser hanya
menggunakan data distribusi kecepatan di daerah dekat dasar (Kironoto, 1993).

2.2.11 Kecepatan Rata-Rata Vertikal

Untuk mencari kecepatan rata-rata vertikal, adalah berdasarkan data pengukuran


profil kecepatan dari dasar saluran sampai permukaan air; data tersebut
diintegralkan dan dibagi dengan kedalamannya, dengan formulasi yaitu :
D
1
D 0
Uy  u y dy ................................................................................................[2.22]

dimana: D = kedalaman air pengukuran (cm);


y = posisi titik pengukuran dari dasar (cm);
uy = kecepatan rata-rata titik (cm/s).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai