Anda di halaman 1dari 6

Heat exchager yang umumnya terdapat di industri yaitu shell and tube heat exchanger

dan plate heat exchanger. Shell and tube heat exchager merupakan jenis penukar kalor yang
paling banyak digunakan di industri khususnya industri perminyakan. Jenis ini terdiri dari suatu
tabung dengan diameter cukup besar yang di dalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter
relatif kecil. Salah satu fluida yang dipertukarkan energinya dilewatkan di dalam pipa atau
berkas pipa sedang fluida yang lainnya dilewatkan di luar pipa atau di dalam tabung (Wafi
2003). Prinsip kerja shell and tube yaitu fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa,
sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel.
Untuk meningkatkan efisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat shell and tube heat
exchanger dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan
menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan memperbesar
pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang
dipertukarkan panasnya harus diatur. Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian
tabung. Shell and tube haet axchanger biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi
(dengan tekanan lebih besar dari 30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 ° C. Hal ini karena shell
dan penukar panas tabung yang kuat karena bentuknya (Wafi 2003). Jenis ini merupakan jenis
yang paling banyak digunakan dalam industri perminyakan.
Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri atas paket
pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang dipisahkan antara satu
dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini dipersatukan oleh suatu perangkat
penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari
pelat yang berbentuk empat persegi panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-
lubang ini media yang satu disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi, sedangkan media yang
lain karena adanya sekat mengalir melalui ruang antara disebelahnya (Prapti 2005). Heat
exchangerjenis ini tidak cocok untuk digunakan pada tekanan fluida kerja yang tinggi, dan juga
pada diferensial temperatur fluida yang tinggi pula. Itu dikarenakan plat tipis yang digunakan
pada plate heat exchanger.
Prinsip kerja plate heat exchanger yaitu produk akan dipanaskan dan masuk kedalam
suatu larutan yang kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi
dengan adanya medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya. Dimana
pelat yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk dan medium pemanas.
Pelat yang dialiri produk tidak akan dialiri oleh komponen lain. Cairan panas yang melintasi
bagian bawah head dialirkan ke atas melintas diantara setiap plate genap sementara cairan
dingin pada bagian puncak head dialirkan turun diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk
dan medium pemanas di dalam pelat biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara
berlawanan. Pada umumnya produk akan masuk melalui saluran atas dan mengalir kebawah
melewati pelat, sehingga aliran keluaran produk akan berada dibawah, sedangkan medium
pemanas akan masuk melalui saluran yang berkebalikan dari produk, yaitu masuk melalui
saluran bawah dan mengalir ke atas melewati pelat, sehingga aliran pengeluaran medium
pemanas akan berada diatas. Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses
pemanasan dapat lebih cepat berlangsung. Produk yang mengalir pada suatu pelat akan
terhimpit oleh medium pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat
memanas karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah
menjadi panas dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir keluar. Saluran
pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam tergantung dari rangkaian pelat yang
digunakan, baik itu seri maupun paralel. Pada rangkaian seri produk yang masuk dan keluar
akan melewati ports pada bagian front head yang sama. Sedangkan pada rangkaian paralel
produk dan medium pemanas akan masuk dan keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu
masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar melalui ports pada bagian
belakangnya (Prapti 2005).
Berdasarkan arah aliran fluida, heat exchanger dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Heat Exchanger dengan aliran searah (co-current flow) Pada heat exchanger jenis ini, kedua
fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi heat exchanger yang sama, mengalir dengan arah
yang sama dan keluar pada sisi yang sama. Suhu fluida dingin yang keluar (Tcb) tidak dapat
melebihi suhu fluida panas yang keluar (Thb), sehingga diperlukan media pendingin atau media
pemanas yang banyak.
2) Heat Exchanger dengan aliran berlawanan arah (counter-current flow) Pada heat exchanger
jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin) masuk ke dalam heat exchanger dengan arah
berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan, dan keluar pada sisi yang berlawanan. Suhu
fluida dingin yang keluar (Tcb) lebih tinggi dibandingkan dengan suhu fluida panas yang keluar
(Thb), sehingga dianggap lebih baik dari alat penukar panas aliran searah (co- current
flow)(Rudi 2008).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan alat yang dikenalkan yaitu heat exchanger
tipe plate heat exchanger dan tubular heat exchanger,seperti yang diketahui bahwa plate heat
exchanger adalah salah satu tipe heat exchanger yang menggunakan plat logam untuk memindahkan
panas antara dua liquid. Penggunaan heat exchanger ini menguntungkan dari heat exchanger
konvensional karena permukaan kontak fluida lebih luas. Plate heat exchanger merupakan suatu
kemajuan desain dasar yang membuat perpindahan panas yang cepat. Plate heat exchanger terbagi dua
ruangan, yang tipis berada di dalam, membagi dua fluida dengan luas permukaan yang paling luas oleh
plat logam. Plat tersebut memungkinkan perpindahan panas yang paling cepat. Membuat setiap ruangan
tipis memastikan sebagian besar volume dari liquid akan mengalami kontak dengan plat. Alat penukar
panas jenis pelat adalah alat yang memiliki efisiensi tinggi. Alat penukar panas jenis ini dibuat oleh
pelat logam stainless steel tahan karat . Aliran fluida panas dan dingin mengalir masuk ( dan keluar)
melalui suatu lubang angin pada 4 sudut lembar yang menghasilkan efek perpindahan panas(Fachri
2017).
Dalam rangka mencegah kebocoran dan pencampuran dari cairan panas dan dingin, karet
pengatur jarak digunakan untuk menyegel antara pelat logam. Pengatur jarak dan plat dirakit dalam
bingkai (frame). Area dari pertukaran panas ditetapkan menurut volume pertukaran panas tersebut.
Plate heat exchanger terdiri dari banyak plat metal yang tipis dengan pembukaan untuk jalan
yang dilewati oleh fluida. Plat yang bengkok yang mana maksudnya bahwa tiap-tiap bagian plat
bersebelahan di dalam heat exchanger membentuk suatu saluran. Tiap detik saluran terbuka bagi fluida
yang sama . Antara masing-masing penghembus plat ada suatu gasket karet, yang mana mencegah
cairan dari pencampuran dan dari kebocoran ke lingkungan sekitarnya.
Ketika media masuk plate and frame heat exchanger melalui koneksi dalam frame, diarahkan
melalui saluran pengubah oleh pengaturan gasket. aliran fluida yang panas melalui setiap saluran yang
lain dan cairan yang dingin melalui saluran yang berada diantaranya. Panas ditransfer dari cairan yang
hangat kepada cairan yang lebih dingin melalui pembagian dinding, yaitu material plat. Bentuk bengkok
mendukung plat dari tekanan diferensial dan menciptakan suatu aliran turbulen di saluran . Pada
gilirannya, aliran turbulen menyediakan pemindahan kalor efisiensi tinggi, membuat plate and frame
heat exchanger sangat efisien dibandingkan dengan heat exchanger tipe shell and tube
tradisional(Widayanto 2010).
Saat aliran fluida dingin dan panas dalam arah kebalikan ke plat tunggal melintang, pole alir
antara plat dapat bertukar-tukar. Alat penukar panas dapat mengalir secara single atau multi-pass.
Pengaturan single-pass berarti masing-masing aliran fluida dalam arah yang sama melintang ke semua
plat di dalam unit tersebut. Pengaturan multi-pass dirancang sehingga cairan dapat berubah arah arus
dari masing-masing fluida. Unit Single-Pass lebih cocok untuk kebanyakan aplikasi, tetapi laju alir
sangat rendah dibanding alat penukar panas dengan tipe multi-pass.
Alat yang kedua yaitu Tubular Heat Exchanger yang merupakan salah satu jenis heat
exchanger. Alat ini digunakan jika aliran yang terjadi sangat besar. Exchanger ini memiliki
aliran yang kontinyu. Banyak tube yang dipasang secara paralel dan di dalam tube-tube ini
fluida mengalir. Tube-tube ini disusun secara paralel berdekatan satu sama lain di dalam sebuah
shell dan fluida yang lain mengalir di luar tube-tube, tetapi masih dalam shell.
Secara keseluruhan komponen utama penyusun tubular heat exchanger adalah:
1) Shell
Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligus sebagai wadah mengalirnya
zat.
2) Head stationer
Head stationer merupakan salah satu bagian ujung dari penukar panas. Pada bagian ini
terdapat saluran masuk fluida yang mengalir ke dalam tube.
3) Head bagian belakang
Head bagian belakang ini terletak diujung lain dari alat penukar panas
4) Sekat (baffle). Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran dari fluida dalam
alat penukar panas. Untuk menentukan sekat diperlukan pertimbangan teknis dan
operasional.
5) Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda suhunya diantara dua
zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus sesuai dengan suhu, tekanan,
dan sifat korosi fluida yang mengalir. Tube ada dua macam, yaitu tube polos (bare tube)
dan tube bersirip (finned tube).
Counterflow exchanger atau 1 shell pass dan 1 tube pass, fluida dingin masuk dan mengalir
di dalam tube-tube. Fluida dingin masuk pada ujung yang lain dan mengalir secara counterflow
di bagian luar tube tetapi masih di dalam shell. Baffle-baffle digunakan agar fluida dapat
mengalir secara bertahap melewati tube dan tidak mengalir secara paralel dengan tube.
Dalam suatu tubular heat exchanger terdapat tiga tahap perpindahan panas, yaitu konveksi
sisi shell, konduksi pada dinding tube dan konveksi sisi tube. Jika dua fluida memasuki
exchanger pada dua ujung yang sama dan mengalir dengan arah yang sama, alirannya disebut
parallel atau cocurrent flow.
Ketika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang berbeda dan melewati exchanger
unit dengan arah yang berlawanan, aliran tipe ini biasa disebut counterflow atau countercurrent
flow. Ada 2 jenis mekanisme perpindahan panas yang terjadi dalam Heat Exchanger, yaitu:
a) Konduksi
Mekanisme perpindahan panas ini adalah mekanisme yang berhubungan dengan interakasi
molekuler. Transfer energi konduksi ini terjadi melalui 2 cara, yaitu mekanisme interaksi
molekuler dimana dalam mekanisme ini gerakan lebih besar yng dilakukan oleh suatu
molekul yang berada pada tingkat yang lebih rendah. Serta mekanisme melalui elektron-
elektron “bebas”. Karena konduksi panas pada initnya merupakan fenomena molekuler,
dapat diperkirakan bahwa persamaan dasar yang digunakan untuk menggambarkan proses
ini akan serupa dengan persamaan yang digunakan dalam transfer momentum molekuler.
b) Konveksi molekuler
Tranfer panas yang disebabkan konveksi melibatkan pertukaran energi antara suatu
permukaan dengan fluida di dekatnya
Untuk menjaga agar alat selalu dalam kondisi baik maka perlu dilakukan perawatan yaitu
Alirkan minyak panas atau hasil penyulingan melalui tabung atau shell dengan kecepatan yang
baik,pada umumnya secara efektif dapat memindahkan kotoran atau hal serupa yang masih
tersimpan didalamnya. Garam yang tersimpan mungkin dapat dicuci bersih dengan
mengalirkan air panas yang bersih. Amati kondisi bagian dalam dan luar dari seluruh tabung
dan jaga kebersihannya. Melalaikan dalam pemeliharaan kebersihan semua tabung dapt
mengakibatkan kemacetan aliran yang mengalir sepanjang tabung, dengan konsekuensi tabung
menjadi terlalu panas dibandingkan dengan sekitar tabung, yang akan menghasilkan perluasan
tegangan dan membocorkan tabung hingga tube-sheet-joint. Ketika shutting down untuk
perbaikan, hal yang penting bahwa semua cairan dikeringkan dari heat exchanger dan
dikendurkan sampai tekanan atmosfer dan temperature lingkungan. Jangan mencoba untuk
membersihkan tabung dengan mengeluarkan uap air melalui tabung individu. Hal ini
menjadikan tabung terlalu panas dan mengakibatkan perluasan tegangan dan membocorkan
tube hingga tube-sheet-joint (Djauhari 2011). Jangan menangani tube bundle dengan pengait
atau perkakas lain yang mungkin dapat merusak tabung.
Untuk memperat suatu sambungan tabung, gunakan roller tipe tube expander yang sesuai.
Untuk membersihkan dan memeriksa di dalam tabung, pindahkan channel cover (atau bonnet)
dan jangan memindahkan channel.

SIMPULAN
Penukar panas adalah alat yang digunakan untuk mempertukarkan panas secara kontinue dari
suatu medium ke medium lainnya dengan membawa energi panas. Heat exchanger bekerja berdasarkan
prinsip perpindahan panas (heat transfer), dimana terjadi perpindahan panas dari fluida yang
temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah. Contoh penggunaan komersial
yang lain untuk heat exchanger meliputi pemanasan sumber air mineral dan pemanasan kolam renang
, radiator rumah, air panas pada radiator, lemari es dan alat pendingin.
Heat exchanger penting dalam pengaturan seperti memproses makanan, proses industri,
berkenaan dengan farmasi, pulp dan kertas dan industri baja. Semua industri yang membangkitkan
tenaga memerlukan alat heat exchanger tersebut. Industri lain yang menggunakan heat exchanger
meliputi industri bahan kimia, angkatan laut, semi penghantar, petrokimia, elektronik, permobilan,
tekstil dan fasilitas perawatan air. Jenis – jenis heat exchanger ada dua yaitu Plate heat exchanger dan
tubular heat exchanger. Salah satu keuntungan dari olate heat exchanger adalah Menggunakan material
tipis untuk permukaan penukar panas sehingga menurunkan tahanan panas selama konduksi.

SARAN

Alat – alat yang digunakan dalam praktikum sebaiknya dapat di jalankan atau di operasikan
agar praktikan dapat memahami secara langsung cara kerja dari setiap alatnya . Dapat pula dengan di
tambahkan penayangan video proses kerja langsung di industri .
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari A. 2011. Shell and Tube Heat Exchanger. Bandung(ID): Politeknik Negeri
Bandung.
Fachry HAR .2007. Penuntun Praktikum Laboratorium Unit Operasi. Indralaya(ID): Laboratorium
Proses dan Operasi Teknik Kimia Universitas Sriwijaya
Hartono, Rudi. 2008. Penukar Panas. Cilegon(ID): Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Prapti C. 2005. Kemampuan Heat Exchanger dalam Pelepasan Kalor pada Mesin Alat Berat.
Artikel Ilmiah. Universitas Gunadarma
Wafi et al. 2011. Rancang Bangun Heat Exchanger Shell and Tube Single Phase. Tugas Akhir.
Semarang (ID) : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Widayanto, Ruri. 2010. Heat Exchanger Shell and Tube. https://www.academia.
edu/6222617/Tugas_1_Heat_Exchanger_Shell_n_Tube_Plate_Fins[diunduh 2014 Sep
10]
LIST JOBDESK

No. Nama NIM Jobdesk Tanda Tangan


1. Dwi Yanti F34160045 a. Pendahuluan
b. PrinsipHE
c. Kelebihan
dan
kekuranga
PHE dan
THE
d. Lampiran
2. Rohmat F34160047 a. Contoh PHE
dan THE
b. Tipe HE
yang
digunakan fi
indutri dan
penggunaan
alat dalam
proses

3. Syifa Amalia F34160063 a. Perbedaan


tipr alir
b. Bahas
begitu saya,
penutup.

Anda mungkin juga menyukai