OLEH:
RONNY ISWAHYUDI
A. DEFINISI
Gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan kegagalan transmisi
gelombang P ke ventrikel. AV block merupakan komplikasi infark miokardium yang sering
terjadi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system konduksi AV yang
menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan ditimbulkan sebagai bagian komplikasi
IMA. (Boswick, 2009). Angka kejadian AV Blok di Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
pada tahun 2016 menduduki rangking ke 7 dengan jumlah 23 kasus dari 509 kasus penyakit
jantung.
B. KLASIFIKASI
1. AV block derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua impuls
akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului tiap-tiap QRS
dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan tetapi durasi melebihi di atas batas 0,2
detik.
C. ETIOLOGI
1. AV blok derajat I
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR yang
memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti digitalis, ß
blocker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit arteri koroner, berbagai penyakit
infeksi, dan lesi congenital.
2. AV blok derajat II Mobitz I (Wenckebach)
Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian juga beberapa
obat atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV seperti digitalis atau infark
dinding inferior dari miocard dapat menghasilkan AV blok tipe ini.
3. AV blok derajat II Mobitz II
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat pada infark
dinding anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
4. AV blok derajat III (komplit)
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang lebih
kecil. Blok jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA. Dalam irama
utama ini, tidak ada koordinasi antara kontraksi atrium dan ventrikel. Karena kecepatan
ventrikel sendiri sekitar 20 sampai 40 kali permenit, maka sering penderita menyajikan
tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.
Faktor Risiko
Faktor-faktor resiko ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu faktor resiko yang
tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah.
a. Faktor yang tidak dapat dirubah :
1) Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang progresif,
biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis sampai lesi mencapai ambang
kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah maupun usia
lanjut. Oleh karena itu, pada usia antara 40 dan 60 tahun, insiden infark miokard
pada pria meningkat lima kali lipat (Kumar, et al., 2009).
2) Ras
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang kulit putih.
3) Jenis kelamin
Infark miokard jarang ditemukan pada wanita premenopause kecuali jika
terdapat diabetes, hiperlipidemia, dan hipertensi berat.Setelah menopause,
insiden penyakit yang berhubungan dengan atherosclerosis meningkat bahkan
lebih besar jika dibandingkan dengan pria.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung koroner (saudara, orang
tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan
kemungkinan timbulnya IMA.
b. Faktor resiko yang dapat dirubah :
1) Merokok
Merupakan faktor risiko pasti pada pria, dan konsumsi rokok mungkin
merupakan penyebab peningkatan insiden dan keparahan atherosclerosis pada
wanita (Kumar, et al., 2009). Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard
bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya komsumsi O2
akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan takikardi,
vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah
dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat
menurunkan HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin banyak
jumlah rokok yang dihidap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan
yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan
laki-laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada
diabetes disertai obesitas dan hipertensi, sehingga orang yan gmerokok
cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan
perokok.
2) Hiperlipidemia
Merupakan peningkatan kolesterol dan/atau trigliserida serum di atas batas
normal. Peningkatan kadar kolesterol di atas 180 mg/dl akan meningkatkan
resiko penyakit arteri koronaria, dan peningkatan resiko ini akan lebih cepat
terjadi bila kadarnya melebihi 240 mg/dl.
3) Hipertensi
Merupakan faktor risiko mayor dari IMA, baik tekanan darah systole maupun
diastole memiliki peran penting. Hipertensi dapat meningkatkan risiko ischemic
heart disease (IHD) sekitar 60% dibandingkan dengan individu normotensive.
Tanpa perawatan, sekitar 50% pasien hipertensi dapat meninggal karena gagal
jantung kongestif, dan sepertiga lainnya dapat meninggal karena stroke (Kumar,
et al., 2009). Mekanisme hipertensi berakibat IHD:
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung,
sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel
kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya
hipertensi.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) Hal ini menyebabkan
angina pektoris, Insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering
didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal.
4) Diabetes mellitus menginduksi hiperkolesterolemia dan juga meningkatkan
predisposisi atherosclerosis. Insiden infark miokard dua kali lebih tinggi pada
seseorang yang menderita diabetes daripada tidak. Juga terdapat peningkatan
risiko stroke pada seseorang yang menderita diabetes mellitus.
5) Gaya hidup monoton, berperan pada timbulnya penyakit jantung koroner.
6) Stres Psikologik, stres menyebabkan peningkatan katekolamin yang bersifat
aterogenik serta mempercepat terjadinya serangan.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan
dengan kelainan fungsi nodus SA.
2. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan
kematian mendadak
3. AV blok derajat I
a. Sulit dideteksi secara klinis
b. Bunyi jantung pertama bisa lemah
c. Gambaran EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
4. AV blok derajat II
a. Denyut jantung < 40x/menit
b. Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS
menghilang
c. Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih sering
menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz tipe II sering
menderita gejala penurunan curah jantung dan akan memerlukan atropine dalam
dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
5. AV blok derajat III (komplit)
a. Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang kontraksi saat
katup tricuspid sedang menutup. Darah tidak bisa keluar dari atrium dan malah
terdorong kembali ke vena leher, sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP)
nampak jelas seperti gelombang “meriam (cannon)”
b. Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi
serebrum yang buruk.
Cara membaca gelombang EKG :
NO GELOMBANG GAMBARAN NORMAL
Menghitung HR :
E. PATOFISIOLOGI
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium dan
venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti jalur
internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal);
depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komplek). Terdapat tiga
bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif.
Pada blok jantung derajat satu semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV,
tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung derajat dua, sebagian impuls
dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis
blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach (mobitz I) ditandai dengan siklus berulang
waktu penghantaran AV yang memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila
denyut tidak dihantarkan. Jenis kedua (mobitz II) merupakan panghantaran sebagian
impuls dengan waktu hantaran AV yang tetap dan impuls yang lain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan
atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas
cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1. EKG
Pada EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya
2. Foto dada
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel dan katup
3. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menyebabkan
disritmi
G. PENATALAKSANAAN
Tindakan yang dapat dilakukan sesuai derajat AV blok.
1. Obat antiaritmia
Reseptor Klas Obat Cara kerja obat
a. AV blok derajat I
Tidak ada tindakan yang diindikasikan
Interval PR harus dimonitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut
Kemungkinan dari efek obat juga harus diketahui
b. AV blok derajat II Molitz I
Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini
merupakan agen pengganggu
Monitor klien terhadap berlanjutnya blok
Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang dengan
akibat gejala klinis hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila ada gejala ini
maka pada penderita bisa diberikan 0,5 sampai 1,0 mg atropine IV sampai total
2,0 mg.
c. AV blok derajat II Molitz II
Observasi ketat terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat III.
Obat seperti atropine atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin diperlukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam situasi IMA
akut pada dinding anterior.
d. AV blok derajat III (komplit)
Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada
kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan
isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan keciluntuk meningkatkan
kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan blok jantung derajat III
memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk menjamin curah jantung yang
mencukupi
Pacu jantung diperlukan permanen atau sementara
2. Implantasi pacu jantung (pace maker)
Merupakan terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung adalah
suatu alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular untuk mendepolarisasi
jantung melalui electrode yang dimasukkan ke sisi kanan jantung melalui system
vena.
Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada ventrikel kanan atau atrium
kanan. Pacu jantung dua bilik memberikan impuls ke atrium dan ventrikel melalui
dua electrode dan bisa menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel setelah tiap
gelombang P yang terjadi di atrium. Sehingga timbul impuls yang mendekati
depolarisasi fisiologis pada jantung, dan memungkinkan jantung berdenyut sesuai
dengan nodus sinus.
Nomenklatur pacu jantung :
o huruf pertama -- rongga yang dipacu (V : ventrikel, A : atrium, D : keduanya)
o huruf kedua – rongga yang dituju (V, A, atau 0 bila tidak ada)
o huruf ketiga – pacu jantung merespon terhadap deteksi aktivitas listrik jaunting (I
: diinhibisi, T : dipicu, D : keduanya)
o huruf keempat – menunjukkan apakah pacu jantung menstimulasi lebih cepat saat
aktivitas fisik yang disimbolkan dengan huruf R, artinya denyut responsive (misal
VVI-R) (Davey, 2005)
A. Pengkajian
1. Identitas : nama, jenis kelamin (laki-laki > perempuan), usia (> 45 tahun), jenis
pekerjaan, alamat.
2. Riwayat penyakit :
a. Keluhan utama : biasanya pasien sering pingsan tanpa diketahui penyebabnya
b. RPD : hipertensi, kebiasaan merokok, DM, alkoholik
c. RPK : adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung
3. Pemerikasaan pola :
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia, Riwayat pola hidup menetap, jadwal
olahraga tak teratur.
Tanda: bradikardia, dispnea pada istirahat/kerja
b. Sirkulasi:
Gejala: Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD,DM.
Tanda:
- TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri.
- Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
- BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan
kontraktilitas atau komplian ventrikel.
- Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
- Friksi; dicurigai perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
- Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal
jantung/ventrikel.
- Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
c. Integritas ego
Gejala:
- Menyangkal gejala penting.
- Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
- Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
- Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
- Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
- Gelisah, marah, perilaku menyerang
- Fokus pada diri sendiri/nyeri
d. Eliminasi
Tanda : Bunyi usus normal atau menurun
e. Makanan/cairan
Gejala: Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
- Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
- Muntah
- Perubahan berat badan
f. Hygiene
Gejala/tanda : Kesulitan melakukan perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala: Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:Perubahan mental dan Kelemahan
h. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
- Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
- Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar
ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat.
- Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami dan lansia
Tanda:
- Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
- Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
- Menarik diri, kehilangan kontak mata
- Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
i. Pernapasan
Gejala:
- Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
- Batuk produktif/tidak produktif
- Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pucat/sianosis
- Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
- Sputum bersih, merah muda kental
j. Interaksi sosial
Gejala: Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan Kesulitan koping dengan
stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda: Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat dan Menarik
diri dari keluarga.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
- Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit
Vaskuler Perifer.
- Riwayat penggunaan tembakau.
B. DiagnosaKeperawatan
1. Penurunancurahjantungb.ddisfungsikonduksilistrik
2. Gg. perfusi jaringan serebral b.dsuplai o2 ke otak tdk adekuat
3. Gg.pola napas b.d bendungan vena sistemik
4. Gg. Pertukaran gas b.d edema paru
5. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penurunan reflek batuk
6. Kelebihan volume cairan tubuh b.d retensi Na
7. Gg. Citra tubuh b.d edema
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan anoreksia
9. Defisit perawatan diri b.d fatigue
10. Kerusakan integritas kulit b.d kurangnya mobilisasi
11. Distress spiritual b.d ketidakmampuannya dalam beribadah e/c bedrest
12. Disfungsi seksual b.d keadaan bedrest
13. Hambatan interaksi sosial b.d keadaan bedrest
14. Hipertermi b.d proses infeksi
15. Ketidakseimbangan termoregulasi b.d adanya gangguan pada fungsi sentral
16. Intoleransiaktivitasb.dketidakseimbangansuplaidankebutuhanoksigen
17. ResikoInfeksib.dpertahanansekunder inadequate danprosedur invasive
18. Risiko hambatan religiusitas b.d ketidakmampuan dalam melaksanakan ibadah
19. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai diagnosis, dan proses
penyakit
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
1 Penurunan Setelahdilakukanasuhankepera NIC:
curah jantung watanselama 3x24 jam, 1. Auskultasi suarajantung
b.d terdapatperbaikanpenurunancur2. Pastikan level aktivitas
disfungsikondu ahjantung yang
ksilistrik tidakmempengaruhikerjaj
NOC antung yang berat
1. Cardiac pump 3. Tingkatkansecarabertah
effectiveness apaktivitasketikakondisik
lienstabil,
N Indikato 1 2 3 4 5
misalaktivitasringan
o r
yang
1 TD disertaimasaistirahat
4. Monitor TTV
2 Kelelah secarateratur
an 5. Monitor kardiovaskuler
3 status
Sianosi 6. Aturperiodeaktifitasdeng
s anistirahatuntukmenghin
darikelelahan.
7. Instrusikanpasienuntukm
elaporkanadanyaketidak
KeteranganPenilaian : nyamanan di dada.
1 : Severe deviation from 8. Lakukanpenilaiankonpre
normal range. hensifsirkulasiperifer
2 : Substantial deviation (edema, CRT, warna,
from normal range. temperature
3 : Moderate deviation dannadiperifer)
from normal range. 9. Instrusikanpasiendankel
4 : Mild deviation from uargatentangpembatasa
normal range. ndanprogresaktifitasklien
5 : No deviation from
normal range.
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
2 Gangguanpe Setelahdilakukanasuhankeperawatanselam Ventilation
rtukaran gas a 3x24 jam, Assistance
b.dperubaha terdapatperbaikanoksigenasijaringan. 1. Pertahankank
n membrane epatenan
kapiler NOC airway
1. Cardiopulmonary Status. 2. Posisikanklien
2. Respiratory status untukmengura
ngidispnea
3. Posisikanuntu
kmeringankan
respirasiklien (
meninggikan
bed)
No Indikator 1 2 3 4 5 4. Monitorefekda
1 RR riposisiterhada
psaturasiOksi
2 SaturasiOksig gen
en 5. Auskultasisuar
3 anafas
Tekanandarah 6. Monitorotot
KeteranganPenilaian : sigen
range. 9. Ajarkanpolana
No Diagnosa T
Tujuan Kriteria Standart Intervensi
Dx Keperawatan T
3 Intoleransiakti Setelahdilakukanasuhankeperawatansel Activity Theraphy
fitasb.dketida ama 3x24 jam, 1. Monitoring
kseimbanganp kemampuanaktifitasklienmembaik kemampuanpasienu
emenuhan O2 ntukmelakukanaktivit
terhadapkebut NOC asspesifiksepertidud
uhantubuh. 1. activity tolerance uk di tempattidur,
berjalan, buang air
No Indikator 1 2 3 4 5 kecil di kamarmandi.
1 TD 2. Bantu
pasiendankeluargam
2 RR engidentifikasiketida
kadekuatanaktifitas.
3 Nadidenga 3. Bantu
naktifitas pasienuntukmengem
bangkanmotivasidan
4. Kemampu berikanpujian.
anberaktifi
tas Energy
management
KeteranganPenilaian : 1. Monitor status
1 : Severe deviation from normal fisiologispasienseper
range. ti TTV (nadi, TD,
2 : Substantial deviation from RR) yang
normal range. mengindikasikankele
3 : Moderate deviation from normal lahan.
range. 2. Monitor
4 : Mild deviation from normal responkardiorespiras
range. iterhadapaktivitasse
5 : No deviation from normal range. pertiadanyatakikardi,
p disritmia, gelompang
EKG, dispeneu,
sesak, RR
DAFTAR PUSTAKA
- Degeneratif
- Keracunan digitalis
- infark didinding inferior
Perlambatan
impuls
HR menurun
Pasang Pasang
Volume menurun TPM PPM
Suplay O 2menurun
Resiko Larangan :
infeksi - 2 minggu tangan
kiri tidak boleh
diangkat
Perfusi jaringan - 2 bulan tidak boleh
menurun untuk mengangkat
- berada dalam
medan magnet
Intoleransi aktifitas - tidak boleh
menjalani
pemeriksaan MRI
sesak