Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA VI

JUDUL PERCOBAAN :
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
Disusun oleh :
1. Ade Novianti N R J2C 008 001
2. Adi Saputro J2C 008 002
3. Alfonsa J. Riang J2C 008 003
4. Amalia F F J2C 008 004
5. Amar Hidayat J2C 008 005
6. Anita Verawati P J2C 008 007
7. Baiq Daraquthni W J2C 008 008
8. Agus Ria M J2C 008 080
9. Aji Putro W J2C 008 081

Asisten :
Marina Adriati J2C 007 029

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 10 Januari 2011
Praktikan

Ade Novianti N R Adi Saputro


J2C008001 J2C008002

Alfonsa J. Riang Amalia F F


J2C008003 J2C008004

Amar Hidayat Anita Verawati P


J2C008005 J2C608007

Baiq Daraquthni W Agus Ria M


J2008008 J2C008080

Aji Putro W
J2C008081

Mengetahui,
Asisten

Marina Adriati
J2C007029
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Garam Kompleks dan Garam


Rangkap”, dengan tujuan untuk menentukan cara mensintesis garam rangkap
tembaga(II) ammonium sulfat dan garam kompleks tetra amin tembaga(II)sulfat
monohidrat, serta menentukan sifat-sifat garam hasil sintesis. Prinsip dari
percobaan ini adalah pembentukan garam rangkap dan garam kompleks.Metode
yang digunakan adalah kristalisasi dan rekristalisasi. Hasil yang diperoleh dari
percobaan ini adalah garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang terbentuk
berwarna biru muda, garam ini berbentuk butiran halus dan rendeman hasilnya
sebesar 77,58 % sedangkan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O berbentuk kristal
bulat kecil dengan warna biru tua, dengan rendemen sebesar 53,061 %. Percobaan
ini juga dilakukan uji untuk mengetahui sifat garam hasil sintesis.Sifat fisik dari
garam hasil sintesis dapat diketahui dari reaksi hidrolisis. Garam rangkap bila
dihidrolisis akan menjadi garam-garam penyusunnya. Pada percobaan ini garam
rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O berwarna biru muda, setelah dihidrolisis
memberikan warna larutan biru muda dan endapan/garam larut. Sedangkan pada
garam kompleks jika dihidrolisis akan terionisasi menjadi ion-ion penyusunnya.
Pada percobaan ini garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O berwarna biru tua dan
setelah dihidrolisis memberikan warna larutan biru tua dan endapan/kompleks
tidak larut. Sedangkan sifat kimia kedua garam dapat dilihat dari pemanasan,
dimana garam rangkap setelah dipanaskan akan berwarna biru tua, sedangkan
garam kompleks bila dipanaskan akan berubah menjadi biru muda dan
mengeluarkan bau amoniak(NH3).

Key word : garam rangkap, garam kompleks, tembaga (II)


PERCOBAAN VI
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM
RANGKAP

1. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mempelajari pembuatan garam rangkap Kupri Ammonium Sulfat dan
garam kompleks Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat.
1.2. Mempelajari sifat-sifat garam rangkap Kupri Ammonium Sulfat dan
garam kompleks Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat.

II. DASAR TEORI


2.1 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang molekul-molekulnya
tersusun atas gabungan 2 molekul atau lebih molekul yang sudah
jenuh.Pembuatana dari kompleks logam biasanya dilakukan dengan
molekul-molekul atau ion-ion tertentu.Penelitian-penelitian pertama selalu
memakai amoniak dan zat yang terjadi disebut logammine.Kemudian
ternyata, bahwa anion-anion seperti CN-, NO2-, NCS-, dan Cl- juga
membentuk kompleks.
Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari atom (ion) dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu.Atom pusat itu
ditandai dengan bilangan koordinasi yaitu suatu angka yang dapat
menunjukkan jyumlah ligan yang dapat membentuk kompleks yang stabil
dengan 1 atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan
yang tersedia sekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan
koordinasi yang masing-masing dapat diikat oleh suatu ligan.

(Vogel, 1985)
2.2 Pembentukan Kompleks
Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu ion (atom) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu. Atom pusat ini
ditandai dengan bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan
jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil
dengan atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang
tersedia sekitar atom/ion yang disebut bulatan koordinasi yang masing-
masing dapat terhuni 1 ligan monodentat. Susunan logam-logam sekitar
ion pusat adalah simetris.
Menurut G.N Lewis (1916), ketika menguraikan teorinya tentang
ikatan-ikatan kimia yang didasarkan atas pembentukan pasangan elektron,
menerangkan pembentukan kompleks terjadi karena penyumbangan suatu
pasangan elektron seluruhnya oleh satu atom ligan kepada atom pusat.
Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks
terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Suatu fenomena lain
yang penting yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikan
kelarutan, banyak endapan bisa melarut karena pembentukan kompleks.
(Vogel, 1985)
2.3 Pembuatan Senyawa Kompleks
Untuk membuat senyawa kompleks harus diperhatikan agar
hasilnya cukup banyak dan cara yang baik untuk mengisolasinya. Cara-
cara isolasi itu antar lain :
a. Penguapan pelarut dan pendinginan larutan yang pekat dalam
campuran pendingin es garam.
b. Penambahan pelarut yang bercampur dengan pelarut semula, tetapi
tidak melarutkan zat terlarut.
c. Untuk mempercepat kristalisasi yaitu dengan pendinginan dan
penambahan kristal zat terlarut.
d. Bila kompleks berupa kation, ke dalam larutan dapat ditambahkan
anion yang dapat menyebabkan terjadinya endapan dan sebaliknya.
(Sukardjo, 1992)
2.4 Garam Kompleks dan Garam Rangkap
Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan
mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Contoh: CuSO4,5H2O,
FeSO4.7H2O dan Al2(SO4)3.9H2O. Bentuk struktur dalam kristal terdiri
atas kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)42+ dan
SO4(H2O)2- dalam CuSO4,5H2O. Selain itu banyak dijumpai ion logam
transisi dengan molekul atau ion ynag terikat lebih kuat daripada molekul
air. Contohnya, Co(NH3)63+ dan Fe(CN)63-
Garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks misalnya
Heksaaminkobalt(II) Klorida, Co(NH3)6Cl3 dan
Kaliumheksaaminferat(III), K3Fe(CN)5. Garam rangkap adalah garam
kristalin ynag mempunyai dua anion atau kation yang berbeda.
Pembentukan garam rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan tertentu. Garam rangkap memiliki
struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya, misalnya garam alumina KAl(SO4)2.12H2O dan
Ferroaluminiumsulfat Fe(NH3)2(SO4).6H2O. Garam rangkap dalam larutan
akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (biasanya terhidrat).
Garam rangkap dan garam kompleks yang dibuat dalam pelarut air
dan terionisasi menjadi ion-ion yang tidak sama persis jenisnya sehingga
kedua jenis garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda, misalnya
kelarutannya, warna larutan, dan daya hantar listrik.
(Ahmadi, 1994)
2.5 Kompleks Werner dan Kompleks Logam Karbonil
Kompleks Werner adalah kompleks yang tidak berisi ikatan logam-
karbon dan kompleks sianida.Untuk membuat senyawa-senyawa kompleks
yang harus diingat adalah hasilnya harus cukup banyak, adapun cara-cara
isolasinya adalah :
a. Penguapan pelarut dan pendingin larutan yang pekat dalam campuran
pendingin es garam, kristalisasi dapat dipercepat dengan penambahan
sedikit kristal senyawa yang bersangkutan dan dengan menggores
dinding bejana bagian dalam.
b. Penambahan pelarut yang bercampur dengan pelarut semula, tetapi
tidak melarutkan zat yang terlarut. Pendingin, penambahan kristal zat
terlarut dapat mempercepat kristalisasi.
c. Bila kompleksnya berupa kation kedalam larutan dapat ditambahkan
anion yang dapat menyebabkan terjadinya endapan dan sebaliknya.
Kompleks logam karbonit adalah kompleks yang paling sedikit berisi
satu ikatan logam kation.
Senyawa golongan ini tidak mempunyai sifat garam. Seperti
golongan kompleks Werner dan bersifat kovalen umumnya larut dalam
pelarut non polar, mempunyai blok lebur dan titik didih rendah.
Pembuatan kompleks golongan ini dapat yang dilakukan dengan cara
destilasi, sublimasi, dan proses kromatografi.
(Sukardjo, 1992)
2.6 Kompleks Inert dan Labil
Suatu kompleks disebut labil bila ligannya dapat diganti dengan
ligan lain secara cepat, disebut inert bila penggantian ini berjalan secara
lambat. Walaupun biasanya kompleks yang stabil bersifat inert dan
kompleks yang tidak stabil bersifat labil, namun sebenarnya antara
keduanya tidak ada hubungan. Ini disebabkan karena labilitas merupakan
sifat kinetik dan stabilitas merupakan sifat thermodinamik.
Stabilitas kompleks ditentukan oleh energi reaksi, yaitu beda antara
energi hasil reaksi dan pereaksi. Bila energi reaksi ini besar, berarti hasil
reaksi stabil. Labilitas kompleks ditentukan oleh beda energi senyawa
tersebut dentat kompleks aktif. Bila energi ini besar, reaksi lambat,
kompleks bersifat inert.
(Sukardjo, 1992)
2.7 Hibridisasi pada Ion [Cu(NH3)4]2+
Ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ termasuk ion kompleks planar segi
empat yang terbentuk ikatan hibrida dsp2. Hibridisasi yang terjadi pada ion
[Cu(NH3)4]2+, yaitu :
29Cu = [Ar] 3d10 4s1

3d 4s 4p
1. Ionisasi

Cu2+ = [Ar] 3d9 4s0

3d 4s 4p 4d
2. Promosi

3d sp3 4d
3. Hibridisasi
NH3
SO2 H2O

3d sp3 4d

HIbridisasi Ulang

3d sp3d2
4d
(oktahedral)
(Sukardjo, 1992)
2.8 Kimiawi Ion Akuo dan Larutan Akuo
Di antara bebagai kristal, hidrat lainnya sulfat biru CuSo4.5H2O
yang paling dikenal. Ia dapat terhidrasi menjadi zat anhidrat yang benar-
benar putih. Penambahan ligan kepada larutan akuo menyebabkan
pembentukan kompleks dengan pertukaran molekul air secra berurutan,
Dengan NH3, misalnya spesies [Cu(NH3)(H2O)5]2+…[Cu(NH3)4(H2O)2]2+.
(Cotton,1989)
2.9 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang molekul-molekulnya
tersusun dari gabungan dua molekul atau lebih molekul yang sudah jenuh.
Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan
molekul-molekul atau ion-ion tertentu. Penelitian-penelitian pertama selalu
memakai amoniak dan zat yang terjadi disebut logammamine. Kemudian
ternyata, bahwa anion-anion seperti CN-, NO2-, NCS-, dan Cl- juga
membentuk kompleks dengan logam-logam.
(Sukardjo, 1992)
Suatu ion atau molekul kompleks, terdiri dari atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu. Jumlah relative
komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti
stoikiometri tertentu. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi
yaitu suatu angka yang dapat menunjukan jumlah ligan yang dapat
membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Bilangan
koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom ion
pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi yang masing-masing
dapat dihuni oleh suatu ligan.
(Vogel,1985)
2.10 Ligan
Ligan adalah molekul netral yang merupakan donor elektron.
Beberapa ligan yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH,
OH-, ligan-ligan seperti ini bila menyumbang sepasang elektronnya kepada
sebuah atom ligan disebut ligan monodentat (ligan bergigi satu),
contohnya NH3, Cl-, CN-.
Ligan yang mempunyai dua atom donor yang dapat melekat pada
sebuah logam disebut ligan bidentat, misalnya etilendiamin dan ion
oksalat, sedangkan ligan yang mempunyai dua atau lebih atom donor yang
secara bersamaan dapat mengikat satu atom logam disebut ligan
polidentat, misalnya ligan tri-kuadripenta dan heksadentat.
(Brady, 1992)
2.11 Stabilitas Kompleks
Ukuran kemantapan senyawa kompleks adalah besarnya reaksi
pembentukan kompleks seperti :
M + nL MLn
Besarnya reaksi pembentukan kompleks itu dinyatakan dalam
bentuk tetapan kesetimbangan :

K+ =

Tetapan kesetimbangan ini disebut tetapan kemantapan


termodinamika.Namun tujuan untuk kimia yang lazim dilakukan, tetapan
tersebut dinyatakan dalam bentuk perbandingan bukan konstan seperti
contoh diatas, tanpa banyak mengalami atau mengurangi ketelitian
pemeriksaan kimia.
(Rivai, 1995)
2.12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Kompleks
Stabilitas ion kompleks sangat dipengaruhi oleh ion pusat dan ligan
yangmenyusunnya:
2.12.1 Pengaruh ion pusat
a. Dipengaruhi oleh besar dan muatan dari ion. Ion kompleks akan
menstabilkan kompleks, jika jari-jari kecil dan muatannya besar.
b. Kestabilan k, sehingga k lebih besar dari yang diharapkan, yang
mana besar d3 d8 memiliki CFSE terbesar, sehingga harga k
kompleks maksimal pada kompleks tersebut.
c. Faktor distribusi muatan
Ligan yang bersifat elektropositif membentuk kompleks yang
stabil dengan ligan atom donor F,O,N, misalnya NH3 dan H2O.
Logam-logam yang stabil dengan ligan dengan adanya atom
donornya F,O,N, misalnya P,S,I.
2.12.2 Pengaruh ligan
a. Faktor pembentukan khelat
Ligan-ligan multidentat, asal tidak terlalu besar membentuk
kompleks yang lebih stabil dari ligan monodentat.
b. Besar dan muatan ion
Makin besar muatan ligan dan makin kecil jari-jarinya, maka
semakin stabil kompleks yang terbentuk.
c. Faktor ruang
Karena pengaruh ruang, maka ligan yang banyak cabangnya lebih
tidak stabil dibanding ligan-ligan yang sederhana.
d. Sifat basa
Makin besar sifat basa suatu ligan, maka makin stabil kompleks
yang dibentuk oleh ligan ini dengan suatu logam yang bersifat
elektrodeposit.
(Sukardjo, 1992)
2.13 Reaksi Ion Tembaga (II)
Larutan amoniak bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat
sedikit, maka akan terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga
sulfat basa)
2Cu2+ + SO42-+ 2NH3+ 2H2O → Cu(OH)2.CuSO4↓ + 2NH4+
yang larut dalam reagen berlebih, dimana terjadi warna biru tua yang
disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraamin kuprat (II)
Cu(OH)2.SO4↓ + 4NH3 → 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-
Jika larutan mengandung garam amonium atau larutan itu sangat
asam dan amoniak yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak,
pengendapan tidak terjadi sama sekali, tetapi warna biru langsung
terbentuk.
Ion tembaga juga dapat membentuk akuo kompleks [Cu(H2O)4]2+.
Rumus umum yang biasanya berupa tembaga sulfat pentahidrat
[Cu(H2O)4], [SO4(H2O)] atau CuSO4.5H2O
(Vogel, 1985)
2.14 Kristalisasi
Kristalisasi adalah cara untuk memurnikan padatan yang masih
kotor sebagai pelarut umumnya air, prinsip yang digunakan zat yang
larutdalam air panas kelarutannya lebih besar daripada dalam air dingin.
Ada 4 macam proses kristalisasi, yaitu:
1. Kristalisasi dengan Pendinginan
Berlaku untuk zat yang memiliki perubahan daya larut besar
terhadap perubahan suhu.
2. Kristalisasi dengan Penguapan
Berlaku untuk larutan yang mempunyai perubahan daya larut kecil
terhadap perubahan suhu sehingga bila temperature diubah relative
besar maka kristal yang akan terbentuk sedikit.
3. Kristalisasi Adiabatis
Merupaka gabungan dari a dan b. Metode ini sering disebut metode
vakum. Maksud dari pendinginan adalah memperkecil daya larut.
Sedangkan penguapan bertujuan membuat tekanan total dan
permukaan lebih kecil dari tekanan uappada suhu tersebut,
sehingga perubahan keadaan ini secara adiabatis karena
pendinginan terjadi karena penguapan sistem itu sendiri.
4. Kristalisasi dengan Salting Out
Pengeluaran garam dari larutan dengan penambahan zat baru ke
dalam laruatn dengan tujuan menurunkan daya larut solvent
terhadap solute, diusahakan dalam keadaan suhu dan tekanan tetap,
daya larut solventterhadap solute akan turun sehingga elepaskan
zat baru yang memiliki daya larut lebih besar dalam solvent
daripada solute awal.
(Cahyono, 1991)
2.15 Rekristalisasi
2.15.1 Pengertian
Rekristalisasi merupakan metode pemurnian kristal dari pengotor-
pengotornya. Campuran yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut
yang bersesuaian pada temperatur yang dekat dengan titik didihnya.
Selanjutnya untuk memisahkan pengotor dari zat yang diinginkan,
dilakukan penyaringan dan diteruskan dengan pendinginan sampai
terbentuk Kristal
(Cahyono, 1991).
2.15.2 Tahap-Tahap Rekristalisasi
a. Melarutkan zat pada pelarut panas
b. Melakukan filtrasi graviti
c. Mengambil kristal zat terlarut
d. Mengumpulkan Kristal dengan filtrasi vakum
e. Mengeringkan Kristal
(Fessenden, 1999)
2.15.3 Pemilihan Pelarut untuk Rekristalisasi
a. Pelarut hanya melarutkan zat yang dimurnikan
b. Memiliki titik didih rendah
c. Inert terhadap zat yang akan dimurnikan
(Cahyono, 1991)
2.16 Pembentukan Inti Kristal
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan tergantung
pada dua faktor, yaitu:
a. Laju Pembentukan Inti
Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal yang terbentuk
yang membentuk endapan yang terdiri dari partikel kecil. Laju
pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh, makin besar
kemungkinan untuk membentuk inti baru maka makin besar laju
pembentukan inti.
b. Laju Pembentukan Kristal
Jika laju pertumbuhan kristal tinggi maka akan terbentuk kristal yang
besar. Laju pertumbuhan kristal juga tergantung derajat lewat jenuh.
(Vogel, 1985)
2.17 Hipotesa
Percobaan yang berjudul “Garam Kompleks dan Garam Rangkap”
bertujuan untuk menentukan cara mensintesis garam rangkap tembaga(II)
ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamin tembaga(II)sulfat
monohidrat, serta menentukan sifat-sifat garam hasil sintesis. Prinsip dari
percobaan ini adalah pembentukan garam rangkap dan garam
kompleks.Metode yang digunakan adalah kristalisasi dan rekristalisasi.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang kemungkinan berbentuk butiran
halusberwarna biru muda dan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O
berbentuk kristal bulat kecil dengan warna biru tua. Percobaan ini juga
dilakukan uji untuk mengetahui sifat garam hasil sintesis.Sifat fisik dari
garam hasil sintesis dapat diketahui dari reaksi hidrolisis.

2.18 Analisa Bahan


2.18.1 CuSO4.5H2O
Sifat Fisik : larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, densitas 3,6
g/mL, Kristal berwarna biru.
Sifat Kimia : BM= 155,61 g/mol, komposisi Cu = 39,81%, O =
40,10%, S = 20,09%, bersifat higroskopis, terhidrolisis
parsial.
(Daintith, 1994)

2.18.2 (NH4)2SO4
Sifat Fisik : tidak berbau, padatan kristal orthorombik berwarna putih,
sangat larut dalam air, tidak larut dalam etanol, densitas =
1,679/mL.
Sifat Kimia : BM = 132,149/mol, mengurai pada 235 0c, terurai jika
dipanaskan.
(Daintith, 1994)
2.18.3 NH3
Sifat Fisik : Cairan tak berwarna, berbau tajam, sangat larut dalam air
dan alkohol, densitas 0,59 g/mL, titik leleh = -74 0c.
Sifat Kimia : Bm = 179/mol, zat pereduksi , berasa asam.
(Basri, 1996)
2.18.4 Aquadest
Sifat Fisik : Cairan tak berwarna yang larut dalam etil alcohol, etil
eter, titik didih 100 0c, titik beku 0 0c, pelarut universal, densitas
19/mL
Sifat Kimia : Bm = 189 g/mol.
(Basri, 1996)
2.18.5 C2H5OH
Sifat Fisik : densitas 0,61 g/mL, cairan tak berwarna, alkohol larut
dalam air, titik didih = 102 0c, titik leleh = -1690c.
Sifat Kimia : BM= 46,07 g/mol.
(Daintith, 1994)

III. METODE PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. 3 buah tabung reaksi besar dan kecil
b. 1 buah gelas ukur 50 mL
c. 1 buah gelas ukur 10 mL
d. 2 buah gelas beker 100 mL
e. 2 set gelas arloji
f. 1 set pompa vakum
g. 1 set pemanas
3.1.2 Bahan
a. kristal kupri sulfat pentahidrat
b. kristal ammonium sulfat
c. etil alkohol
3.2 Skema Kerja
1. Pembuatan garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4

Gelas Beker
Penambahan akuades
Pemanasan sampai larut sempurna
Pendinginan dan pendiaman satu malam
Pendinginan dengan water bath
Pendekantiran

Kristal Filtrat

Kertas Saring
Pengeringan
Penimbangan dan Perhitungan rendemen

Hasil

2. Pembuatan garam kompleksCu(NH3)4SO4(H2O)


Larutan NH3 15 M CuSO4.5H2O

Cawan Penguapan Gelas Arloji

Pengenceran dengan 2,5 mL akuades


Pencampuran
Pengadukan hinggal larut sempurna

Campuran

Gelas Beker

Penambahan etanol
Penutupan dengan gelas arloji
Pendiaman satu malam
Pengadukan
Pendekantiran

Kristal Filtrat

Kertas Saring
Pencucian dengan 3 mL campuranNH3 dengan 3 mL
etanol (1 : 1)
Pencucian dengan 5 mL etanol
Penyaringan dengan pompa vakum
Penimbangan
Penentuan mol NH3 yang diperlukan

Hasil
3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan
garamtunggal
a. Garam Tunggal

CuSO4.5H2O

Tabung Reaksi

Penambahan akuades 3 mL
Penambahan tetes demi tetes NH3 hingga 5 mL
Tanpa pengadukan
Pengamatan perubahan warna yang terjadi

Hasil

CuSO4.5H2O

Tabung Reaksi
Penambahan akuades 3 mL
Penambahan tetes demi tetes NH3hingga 5 mL
pengadukan
Pengamatan perubahan warna yang terjadi

Hasil

b. Garam Rangkap
1. Reaksi hidrolisis

CuSO4 (NH4)2 SO4. 6 H2O

Tabung Reaksi

Pelarutan masing-masing dalam 5 mL akuades


Pembandingan warna larutan

Hasil
CuSO4 (NH4)2 SO4. 6 H2O

Tabung Reaksi
Pelarutan masing-masing dalam 20 mL akuades
Pembandingan warna larutan

Hasil

2. Reaksi Pemanasan

CuSO4 (NH4)2 SO4. 6 H2O

Tabung Reaksi
Pemanasan
Pengamatan perubahan warna dan bau

Hasil

c. Garam kompleks

1. Reaksi hidrolisis

Cu (NH3)4 SO4. H2O

Tabung Reaksi

Pelarutan masing-masing dalam 5 mL akuades


Pembandingan warna larutan

Hasil

Cu (NH3)4 SO4. H2O

Tabung Reaksi
Pelarutan masing-masing dalam 20 mL akuades
Pembandingan warna larutan

Hasil
2.Reaksi Pemanasan

Cu (NH3)4 SO4. H2O

Tabung Reaksi
Pemanasan
Pengamatan perubahan warna dan bau

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1. Pembuatan garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O :
2,5g CuSO4.5H2O +1,32g (NH4)2SO4
Penambahan 5mL akuades
Pemanasan hingga larut sempurna Larutan biru muda
Pendinginan dan pendiaman selama semalam Larutan biru muda yang
mengendap dan mengeras
Pendekantiran
Penyaringan dengan kertas saring Residu:endapan biru
muda
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Filtrat : larutan biru muda
Pengeringan (tidak dipakai)
Diperoleh kristal biru
muda yang kecil-kecil,
Penimbangan rapuh dan lembut
Massa kristal+kertas
saring=3,6 g
m kertas saring=0,5 g
m kristal = 3,1 g
2. Pembuatan garam kompleks
Cu(NH3)4SO4(H2O) :
4 mL larutan NH315 M + 0,02mol
CuSO4.5H2O
Pengenceran dengan 2,5mL akuades
Pencampuran Larutan biru tua
Pengadukan hingga larut sempurna
Penambahan 4 mL etanol
Penutupan dengan kaca arloji Larutan biru tua yang
Pendiaman selama semalam mengendap dan mengeras

Pengadukan
Pendekantiran Residu :endapan biru tua
Penyaringan dengan kertas saring Cu(NH3)4SO4(H2O)
Filtrat:larutan biru tua
(tidak dipakai)

Pembilasan dengan campuran 3mL NH3dan


3mL etanol
Pencucian dengan 3mL etanol
Penyaringan dengan pompa vakum Diperoleh kristal warna
Pengeringan biru tua
Massa kristal+kertas
Penimbangan kristal saring=1,9 g
m kertas saring = 0,3 g
m kristal = 1,6 g
3. Perbandingan garam tunggal, garam
rangkap dan garam kompleks
3.1 Garam tunggal
Tabung I
Kristal CuSO4secukpnya
Penambahan 3mL akuades
Penambahan tetes demi tetes NH3
Tanpa pengadukan
Pengamatan perubahan yang terjadi Terdapat 5 lapisan, yaitu:
lapisan I: biru muda
lapisan II: biru tua
lapisan III: putih
lapisan IV: hijau
lapisan V: biru (kristal
CuSO4 yang tidak larut)
Tabung II
Kristal CuSO4 secukupnya
Penambahan 3mL akuades
Penambahan tetes demi tetes NH3
Pengadukan Kristal CuSO4 larut
Pengamatan perubahan yang terjadi Larutan berwarna biru
tua,tabung reaksi terasa
hangat
3.2 Garam rangkap
Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O hasil
perlakuan 1 dilarutkan dalam 5mL akuades
Pengamatan kelarutan Kristal larut, larutan
berwarna biru muda
Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O hasil
perlakuan 1 dilarutkan dalam 20mL akuades
Pengamatan kelarutan Kristal larut, larutan
berwarna biru muda lebih
bening
Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O hasil
perlakuan 1 dimasukkan dalam tabung reaksi
Pemanasan
Pengamatan warna dan bau Warna bertambah
biru,tidak berbau
3.3 Garam kompleks
Kristal Cu(NH3)4SO4(H2O) hasil perlakuan 2
dilarutkan dalam 5mL akuades
Pengamatan kelarutan Kristal tidak larut, larutan
berwarna biru tua
Kristal Cu(NH3)4SO4(H2O) hasil perlakuan 2
dilarutkan dalam 20mL akuades
Pengamatan kelarutan Kristal tidak larut, larutan
berwarna biru muda
Kristal Cu(NH3)4SO4(H2O) hasil perlakuan 2
dimasukkan tabung reaksi
Pemanasan
Pengamatan warna dan bau Warna berubah menjadi
biru muda, ada bau
amoniak
V. PEMBAHASAN
Percobaaan yang berjudul “Pembuatan Garam Kompleks dan Garam
Rangkap” ini bertujuan untuk menentukan cara mensintesis garam rangkap
Tembaga (II) Ammonium sulfat dan garam kompleks Tetraamin tembaga (II)
sulfat monohidrat serta untuk mengetahui sifat-sifat garam rangkap Tembaga (II)
Ammonium sulfat dan garam kompleks Tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat.
Prinsip yang digunakan adalah pembentukan garam rangkap dan garam
kompleks.Sedangkan metode yang digunakan yaitu kristalisasi dan rekristalisasi.

5.1 Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O


Garam rangkap merupakan garam yang terbentuk apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dalam perbandingan tertentu (Rivai, 1995). Pada
percobaan ini bertujuan untuk membuat dan mempelajari sifat-sifat garam
rangkap tembaga (II) ammonium sulfat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Prinsip dari
percobaan ini adalah pengkristalan garam pada suhu kamar selama sehari
semalam.
Garam rangkap terbentuk apabila dua garam mengkristal secara bersamaan
dengan perbandingan tertentu. Garam – garam ini memiliki struktur sendiri dan
tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Apabila garam ini berada
dalam larutan (misalnya dalam air) maka akan terinosasi menjadi ion-ion
komponennya dalam bentuk terhidrat.
Garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat ini dibuat dengan
mereaksikan kristal CuSO4.5H2O dengan kristal (NH4)2SO4secara bersama-sama
dan ditambahkan H2O. Reaksinya yang terjadi yaitu :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Biru putih ↑ biru muda
(Vogel, 1985)
Penambahan (NH4)2SO4dimaksudkan untuk menggantikan ligan H2O, hal
ini disebabkan karena NH3 mempunyai kekuatan ligan yang lebih kuat besar
dibanding H2O karena berdasarkan urutan kekuatan ligannya, NH3 berada di
sebelah kiri H2O.
Urutan kekuatan ligan :CN-> NO2->NH3> en > py ≈ NH3> SCN-> H2O >OH->F->
Cl-> Br-> I- (Petrucci, 1987).
Setelah direaksikan kemudian dipanaskan. Tujuan dari penambahan H2O
yaitu untuk mempercepat proses pelarutan kristal CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4.6H2O karena kelarutan sebanding dengan temperatur. Dimana semakin
tinggi temperatur, maka kelarutan suatu zat juga akan semakin besar (Brady,
1992). Setelah semua garam dapat larut sempurna, kemudian larutan didinginkan
pada suhu kamar. Tujuan pendinginan ini adalah untuk mengkristalkan garam
yang diinginkan sedangkan didinginkan pada suhu kamar adalah agar kristal
berukuran besar, tetapi rapuh dan sedikit. Jika diinginkan pada suhu rendah maka
kristal yang terbentuk adalah berukuran kecil, kuat dan banyak(Austin, 1986).
Kristalisasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pertumbuhan kristal dan
pembentukan inti. Jika tahap pertumbuhan inti lebih lambat daripada pertumbuhan
kristal, maka kristal yang diperoleh yaituberukuran besar dan mudah rapuh
sedangkan bila pembentukan inti lebih cepat daripada pertumbuhan kristal, maka
kristal yang diperoleh yaitu kecil dan kuat(Austin, 1986). Pada percobaan ini
pengkristalan dilakukan dengan suhu kamar selama sehari semalam maka
dihasilkan kristal yang besar dan rapuh dimana pertumbuhan kristal lebih cepat
dibandingkan pembentukan inti.
Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan kristal dari larutan,
lalu kristal yang didapatkan dikeringkan. Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang
dihasilkan dengan berat kristal 3,1 gram. Rendemen prosentasenya dihasilkan
77,58 %.

5.2 Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat Cu


(NH3)4 SO4.H2O
Garam kompleks merupakan garam yang terdiri dari sejumlah molekul
atau ion yang terikat erat dengan atom pusat dalam lengkung koordinasi sehingga
garam kompleks dapat dikenal sebagai senyawa koordinasi.( Ahmad, 1994 )
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat garam kompleks
tetraamin (II) sulfat monohidrat.Prinsipnya adalah pengkristalan garam pada suhu
kamar garam kompleks tetraamin (II) sulfat monohidrat dibuat dengan
mereaksikan kuprisulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O) dengan ammonia (NH3).
Reaksi yang terjadi :

CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4.5H2O


Serbuk biru Endapan biru tua
( Vogel, 1985 )
Pada senyawa ini,yang berperan sebagai atom pusat adalah Cu dan
yang berperan sebagai ligan adalah NH3 . Hal ini disebabkan karena NH3 memiliki
pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan pada atom pusat Cu2+ . NH3
dapat menggantikan SO42- karena NH3 memiliki kekuatan ligan yang lebih besar
daripada SO42- sehingga NH3 dapat dengan mudah menggantikan posisi ligan
SO42- . Hal ini terjadi karena lone pair pada NH3lebih sedikit yaitu 2 dibanding
lone pair pada SO42- yaitu 8 jadi kekutan NH3 lebih kuat.Pasangan elektron bebas
pada NH3akan mengisi orbital d kosong pada atom pusat Cu2+ .
Gambar geometri molekulnya adalah :
Cu : 29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10
Cu2+ :27Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d9
Cu = [Ar] 3d10 4s1

3d 4s 4p
1. Ionisasi

Cu2+ = [Ar] 3d9 4s0

3d 4s 4p 4d
2. Promosi

3d sp3 4d
3. Hibridisasi
NH3
SO2 H2O

3d sp3 4d

HIbridisasi Ulang

3d sp3d2 4d

(oktahedral)
(Sukardjo, 1992)
Hibridasi dan adalah sp3d3berbentuk oktahedral.
NH3 juga dapat berfungsi sebagai pemberi suasana basa dalam larutan.Karena ion
kompleks hanya dapat terjadi dalam suasana basa. Jika ammonia
yang ditambahkan jumlahnya sedikit, maka reaksi kimia yang terjadi adalah :
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Biru
( Vogel, 1985 )
Agar diperoleh kompleks maka ammonia yang ditambahkan harus lebih banyak.
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2 + SO42- + 2OH-
( Vogel, 1985 )
Setelah kristal terbentuk sempurna, kemudian dilakukan penambahan
dengan etanol,penambahan ini harus dilakukan secara pelan-pelan melalui dinding
cawan, sehingga larutan dapat tertutupi oleh etanol. Penambahan etanol bertujuan
untuk melapisi permukaan larutan ,agar NH3 yang berada dalam larutan tidak
menguap, etanol tidak masuk dalam larutan melainkan hanya untuk melapisi
larutan saja. NH3 merupakan senyawa yang mudah menguap, sehingga agar
kompleks terbentuk maka NH3 tidak boleh menguap dan untuk hal itu perlu
ditambahkan etanol untuk melapisi NH3 . Kemudian larutan ditutupi dengan kaca
arloji hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya NH3 yang
menguap dan mencegah kontaminan dari luar yang masuk larutan bila etanol yang
digunakan untuk melapisi NH3 sudah menguap ( hilang ).
Kemudian campuran didinginkan pada suhu kamar selama
seharisemalam. Reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm,yaitu keadaan reaksi
dimana produk akan terbentuk jika menyerap sejumlah enerfi untuk mengatasi
energi aktivasi yang cukup besar. Keadaan ini yang menyebabkan kelarutan
sebanding dengan temperatur. Penurunan temperatur mrnyebabkan penurunan
kelarutan sehingga akan ternbentuk endapan. Kristal atau endapan yang diperoleh
kemudian disaring atau didekantasi agar terpisah dengan larutannya.Kristal ini
dicuci dengan larutan campuran antara NH3 dan etanol (1:1).Tujuannya adalah
untuk mengikat ammonia yang tidak ikut membentuk garam kompleks dan untuk
mengikat kelebihan NH3.Sedangkan etanol dalam campuran dimasukkan untuk
melarutkan etanol yang ada dalam Kristal, selain itu penambahan etanol juga
dimaksudkan untuk mengikat pengotor yang bersifat polar, misalnya ammonia,
sisa etaol, dan air.Kemudian dilakukan penguapan agar diperoleh Kristal. Dari
percobaan ini dihasilkan garam kompleks Cu( NH3 )4SO4.H2O berwarna biru tua
dengan massa yaitu 1,3 gram dan rendemen prosentase sebesar 53,061 %.

5.3 Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam
kompleks
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan sifat
garam tunggal (CuSO4.5H2O), garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, dan
garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O hasil sintesis. Perbandingan dilihat dari sifat
fisik dan sifat kimia.
a. Uji sifat fisik garam tunggal CuSO4.5H2O
Pada percobaan ini dilakukan dua perlakuan, perlakuan pertama yaitu
garam CuSO4.5H2O ditambahkan 3 mL H2O kemudian ditambahkan NH3
hingga 5 mL.Setelah keduanya dimasukkan kemudian dilakukan
pengadukan.Hasil yang diperoleh berupa larutan berwarna biru tua (hanya
1 lapisan).Kemungkinan kompleks yang terbentuk yaitu [Cu (NH3)4SO4].
Perlakuan yang kedua yaitu garam CuSO4.5H2O ditambahkan 3 mL H2O
dan NH3 hingga 5 mL.Larutan ini tidak dikocok dan tidak diaduk sehingga
terbentuk 5 lapisan (dari atas) dimana lapisan pertama berupa lapisan biru
muda yang merupakan akuades, lapisan kedua adalah biru tua yang
merupakan kompleks [Cu (NH3)4SO4.H2O] , lapisan ketiga berupa
endapan putih yang merupakan garam (NH4)2SO4, lapisan keempat yaitu
hijau bening dan lapisan kelima yaitu endapan CuSO4.5H2O yang
berwarna biru tua. Hal ini menggambarkan bahwa berat jenis H2O < [Cu
(NH3)4SO4.H2O] < (NH4)2SO4< CuSO4.5H2O.
b. Uji sifat kimia pelarutan (hidrolisis) dengan H2O
Pada percobaan ini, hidrolisis dilakukan pada garam rangkap dan garam
kompleks. Keduanya bila dihidrolisis akan memberikan produk yang
berbeda-beda.
Apabila suatu garam rangkap dihidrolisis maka akan terurai
menjadi garam-garam penyusunnya sedangkan bila suatu faram kompleks
dihidrolisis maka akan terionisasi menjadi ion-ion penyusunnya. Reaksi
kimia yang terjadi :
1. Hidrolisis pada garam rangkap
CuSO4 (NH4)2SO4.6H2O + H2O → CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + 2H2O
(Vogel, 1985)
2. Hidrolisis pada garam kompleks
Cu (NH3)4SO4. H2O + H2O → Cu2+ + SO42- + 4NH3 + 2H2O
(Vogel, 1985)
Pada percobaan ini masing-masing garam dilarutkan pada 5 mL
H2O dan 20 ml H2O. Pada garam rangkap, setelah penambahan 5 mL H2O
dihasilkan larutan berwarna biru muda dan endapan garam dapat larut dan
garam rangkap yang dilarutkan dalam 20 mL H2O dihasilkan larutan biru
muda yang lebih bening atau encer dibandingkan garam + 5 mL H2O.
Pada garam kompleks, setelah penambahan 5 mL H2O dihasilkan
larutan berwarna biru tua sedangkan garamnya sendiri tidak larut dan
garam kompleks yang dilarutkan dalam 20 mL H2O dihasilkan larutan
berwarna biru dan garam tidak larut. Garam yang tidak larut ini
mengendap berwarna biru di dasar tabung reaksi.
c. Uji sifat kimia (pemanasan)
Pada percobaan ini dilakukan pemansan pada masing-masing
garam.Pada garam rangkap setelah dipanaskan menghilangkan endapan
berwarna biru tua dan bau yang dikeluarkan tidak menyengat.Sedangkan
pada garam kompleks setelah dipanaskan menghasilkan endapan berwarna
biru muda dan mengeluarkan bau ammonia. Reaksi yang terjadi :
2Cu (NH3)4 SO4.H2O → ↑8NH3 + 2CuSO4.5H2O

(Vogel, 1985)
NH3akan menguap dan mengeluarkan bau khas pada saat pemanasan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat dapat disintesis
dangan mereaksikan garam kuprisulfat pentahidrat dan ammonium
sulfat.
6.1.2 Garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dapat
disintesis dengan mereaksikan garam kuprisulfat pentahidrat dengan
ammonia.
6.1.3 Garam rangkap menghasilkan rendemen prosentase sebesar 77,58%,
sedangkan garam kompleks menghasilkan rendemen prosentase
sebesar 53,061%.
6.1.4 garam rangkap yang terbentuk berupa Kristal halus kecil-kecil
berwarna biru muda, sedangkan garam kompleks yang terbentuk
berupa Kristal berwarna biru tua dan bila dipanaskan akan
melepaskan NH3 (bau khas).

6.2 Saran
6.2.1 Sebaiknya praktikan menggunakan sarung tangan dan masker agar
terhindar dari bahaya NH3 yang berkonsentrasi tinggi.
6.2.2 Praktikan harus lebih berhati-hati dalam mereaksikan
larutan/campuran.
6.2.3 Praktikan harus melakukan sesuai dengan prosedur kerja sehingga
kecelakaan laboratorium dapat dihindari.
6.2.4 Praktikan harus selalu menjaga kebersihan laboratorium sebelum
dan sesudah melakukan perobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.


Austin, 1986, Chemical Product Industry, Mc. Graw Hill.Inc, New York.
Basri, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
Brady, 1992, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Erlangga, Jakarta.
Cahyono, B, 1991, Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik,
Kimia MIPA Undip, Semarang.
Cotton, 1982, Kimia Anorganik, PT. Gramedia, Jakarta.
Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R, 1999, Organic Chemistry, Wiliard Grant Press Publisher, USA.
Rivai, H, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta.
Sukardjo, 1992, Kimia Anorganik, Bina Aksara, Yogyakarta.
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT.
Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
a) Garam rangkap
m kertas saring = 0,5 gram
m kertas saring + m garam rangkap = 3,6 gram
m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (garam rangkap) = 3,6 gram – 0,5 gram = 3.1 gram
m CuSO4.5H2O = 2,5 gram
m (NH4)2SO4 = 1,32 gram
BM CuSO4.5H2O =249,5 g/mol
BM (NH4)2SO4 = 132 g/mol
Mol CuSO4.5H2O =2,5 gram= 0,01 mol
249,5 g/mol

Mol (NH4)2SO4 = 1,32 gram = 0,01 mol


132 g/mol

Reaksi kimia yang terjadi :


CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Mula-mula : 0,01 mol 0,01 mol -
Setimbang : 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol
-
Sisa : - - 0,01 mol

Mol CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 0,01 mol


BM CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,5 g/mol
M CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = (mol x BM)
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 0,01 mol x 399,5 g/mol
= 3,995 gram

Rendemen Prosentase = Rendemen nyata x 100 % = 3,1 gx 100% =


77,58%
Rendemen teoritis 3,995 g

Jadi, hasil rendemen prosentase garam rangkap sebesar 77,58%.


b) Garam Kompleks
m kertas saring = 0,3 gram
m kertas saring + m garam kompleks = 1,6 gram
m garam kompleks = 1,6 gram – 0,3 gram = 1,3 gram
m CuSO4.5H2O = 2,5 gram
V NH3 = 4 mL
BM CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol
N NH3 = 15 N
BM NH3 = 17 g/mol

Mol CuSO4.5H2O = 2,5 g = 0,01 mol


249,5 g/mol
N = mg
mL.BE

BE(NH3) = 17 mg/mek
15 mek/mL = mg
4ml. 17 mg/mek
mg = 15 mek/mL x 4mL x 17mg/mek
= 1020 mg
g = 1,020 g
mol NH3 = m = 1,020 g = 0,06 mol
BM 17 g/mol

Reaksi Kimia :
H2O + CuSO4.5H2O + 4NH3→ Cu(NH3)SO4.H2O + 5H2O
Mula-mula : 0,01 mol 0,06 mol -
Setimbang : 0,01 mol 0,04 mol 0,01 mol
-
Sisa : - 0,02 mol 0,01 mol

Rendemen teoritis
Massa Cu(NH3)4SO4.5H2O = (mol x BM) Cu(NH3)4SO4.H2O
= 0,01 mol x 245,5 g/mol
= 2,455 g
Maka rendemen teoritis = 2,455 g

Rendemen nyata = 1,3 g


Rendemen prosentase = rendemen nyata x 100%
Rendemen teoritis
= 1,3 g x 100%
2,455
= 53,061%
Jadi, rendemen prosentase garam kompleks sebesar 53,061%

Anda mungkin juga menyukai