PRAKTIKUM KIMIA VI
JUDUL PERCOBAAN :
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
Disusun oleh :
1. Ade Novianti N R J2C 008 001
2. Adi Saputro J2C 008 002
3. Alfonsa J. Riang J2C 008 003
4. Amalia F F J2C 008 004
5. Amar Hidayat J2C 008 005
6. Anita Verawati P J2C 008 007
7. Baiq Daraquthni W J2C 008 008
8. Agus Ria M J2C 008 080
9. Aji Putro W J2C 008 081
Asisten :
Marina Adriati J2C 007 029
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 10 Januari 2011
Praktikan
Aji Putro W
J2C008081
Mengetahui,
Asisten
Marina Adriati
J2C007029
ABSTRAK
1. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mempelajari pembuatan garam rangkap Kupri Ammonium Sulfat dan
garam kompleks Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat.
1.2. Mempelajari sifat-sifat garam rangkap Kupri Ammonium Sulfat dan
garam kompleks Tetraammintembaga (II) Sulfat monohidrat.
(Vogel, 1985)
2.2 Pembentukan Kompleks
Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu ion (atom) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu. Atom pusat ini
ditandai dengan bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan
jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil
dengan atom pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang
tersedia sekitar atom/ion yang disebut bulatan koordinasi yang masing-
masing dapat terhuni 1 ligan monodentat. Susunan logam-logam sekitar
ion pusat adalah simetris.
Menurut G.N Lewis (1916), ketika menguraikan teorinya tentang
ikatan-ikatan kimia yang didasarkan atas pembentukan pasangan elektron,
menerangkan pembentukan kompleks terjadi karena penyumbangan suatu
pasangan elektron seluruhnya oleh satu atom ligan kepada atom pusat.
Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks
terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Suatu fenomena lain
yang penting yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikan
kelarutan, banyak endapan bisa melarut karena pembentukan kompleks.
(Vogel, 1985)
2.3 Pembuatan Senyawa Kompleks
Untuk membuat senyawa kompleks harus diperhatikan agar
hasilnya cukup banyak dan cara yang baik untuk mengisolasinya. Cara-
cara isolasi itu antar lain :
a. Penguapan pelarut dan pendinginan larutan yang pekat dalam
campuran pendingin es garam.
b. Penambahan pelarut yang bercampur dengan pelarut semula, tetapi
tidak melarutkan zat terlarut.
c. Untuk mempercepat kristalisasi yaitu dengan pendinginan dan
penambahan kristal zat terlarut.
d. Bila kompleks berupa kation, ke dalam larutan dapat ditambahkan
anion yang dapat menyebabkan terjadinya endapan dan sebaliknya.
(Sukardjo, 1992)
2.4 Garam Kompleks dan Garam Rangkap
Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan
mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat. Contoh: CuSO4,5H2O,
FeSO4.7H2O dan Al2(SO4)3.9H2O. Bentuk struktur dalam kristal terdiri
atas kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)42+ dan
SO4(H2O)2- dalam CuSO4,5H2O. Selain itu banyak dijumpai ion logam
transisi dengan molekul atau ion ynag terikat lebih kuat daripada molekul
air. Contohnya, Co(NH3)63+ dan Fe(CN)63-
Garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks misalnya
Heksaaminkobalt(II) Klorida, Co(NH3)6Cl3 dan
Kaliumheksaaminferat(III), K3Fe(CN)5. Garam rangkap adalah garam
kristalin ynag mempunyai dua anion atau kation yang berbeda.
Pembentukan garam rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan tertentu. Garam rangkap memiliki
struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya, misalnya garam alumina KAl(SO4)2.12H2O dan
Ferroaluminiumsulfat Fe(NH3)2(SO4).6H2O. Garam rangkap dalam larutan
akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (biasanya terhidrat).
Garam rangkap dan garam kompleks yang dibuat dalam pelarut air
dan terionisasi menjadi ion-ion yang tidak sama persis jenisnya sehingga
kedua jenis garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda, misalnya
kelarutannya, warna larutan, dan daya hantar listrik.
(Ahmadi, 1994)
2.5 Kompleks Werner dan Kompleks Logam Karbonil
Kompleks Werner adalah kompleks yang tidak berisi ikatan logam-
karbon dan kompleks sianida.Untuk membuat senyawa-senyawa kompleks
yang harus diingat adalah hasilnya harus cukup banyak, adapun cara-cara
isolasinya adalah :
a. Penguapan pelarut dan pendingin larutan yang pekat dalam campuran
pendingin es garam, kristalisasi dapat dipercepat dengan penambahan
sedikit kristal senyawa yang bersangkutan dan dengan menggores
dinding bejana bagian dalam.
b. Penambahan pelarut yang bercampur dengan pelarut semula, tetapi
tidak melarutkan zat yang terlarut. Pendingin, penambahan kristal zat
terlarut dapat mempercepat kristalisasi.
c. Bila kompleksnya berupa kation kedalam larutan dapat ditambahkan
anion yang dapat menyebabkan terjadinya endapan dan sebaliknya.
Kompleks logam karbonit adalah kompleks yang paling sedikit berisi
satu ikatan logam kation.
Senyawa golongan ini tidak mempunyai sifat garam. Seperti
golongan kompleks Werner dan bersifat kovalen umumnya larut dalam
pelarut non polar, mempunyai blok lebur dan titik didih rendah.
Pembuatan kompleks golongan ini dapat yang dilakukan dengan cara
destilasi, sublimasi, dan proses kromatografi.
(Sukardjo, 1992)
2.6 Kompleks Inert dan Labil
Suatu kompleks disebut labil bila ligannya dapat diganti dengan
ligan lain secara cepat, disebut inert bila penggantian ini berjalan secara
lambat. Walaupun biasanya kompleks yang stabil bersifat inert dan
kompleks yang tidak stabil bersifat labil, namun sebenarnya antara
keduanya tidak ada hubungan. Ini disebabkan karena labilitas merupakan
sifat kinetik dan stabilitas merupakan sifat thermodinamik.
Stabilitas kompleks ditentukan oleh energi reaksi, yaitu beda antara
energi hasil reaksi dan pereaksi. Bila energi reaksi ini besar, berarti hasil
reaksi stabil. Labilitas kompleks ditentukan oleh beda energi senyawa
tersebut dentat kompleks aktif. Bila energi ini besar, reaksi lambat,
kompleks bersifat inert.
(Sukardjo, 1992)
2.7 Hibridisasi pada Ion [Cu(NH3)4]2+
Ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ termasuk ion kompleks planar segi
empat yang terbentuk ikatan hibrida dsp2. Hibridisasi yang terjadi pada ion
[Cu(NH3)4]2+, yaitu :
29Cu = [Ar] 3d10 4s1
3d 4s 4p
1. Ionisasi
3d 4s 4p 4d
2. Promosi
3d sp3 4d
3. Hibridisasi
NH3
SO2 H2O
3d sp3 4d
HIbridisasi Ulang
3d sp3d2
4d
(oktahedral)
(Sukardjo, 1992)
2.8 Kimiawi Ion Akuo dan Larutan Akuo
Di antara bebagai kristal, hidrat lainnya sulfat biru CuSo4.5H2O
yang paling dikenal. Ia dapat terhidrasi menjadi zat anhidrat yang benar-
benar putih. Penambahan ligan kepada larutan akuo menyebabkan
pembentukan kompleks dengan pertukaran molekul air secra berurutan,
Dengan NH3, misalnya spesies [Cu(NH3)(H2O)5]2+…[Cu(NH3)4(H2O)2]2+.
(Cotton,1989)
2.9 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang molekul-molekulnya
tersusun dari gabungan dua molekul atau lebih molekul yang sudah jenuh.
Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan
molekul-molekul atau ion-ion tertentu. Penelitian-penelitian pertama selalu
memakai amoniak dan zat yang terjadi disebut logammamine. Kemudian
ternyata, bahwa anion-anion seperti CN-, NO2-, NCS-, dan Cl- juga
membentuk kompleks dengan logam-logam.
(Sukardjo, 1992)
Suatu ion atau molekul kompleks, terdiri dari atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat itu. Jumlah relative
komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti
stoikiometri tertentu. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi
yaitu suatu angka yang dapat menunjukan jumlah ligan yang dapat
membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Bilangan
koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom ion
pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi yang masing-masing
dapat dihuni oleh suatu ligan.
(Vogel,1985)
2.10 Ligan
Ligan adalah molekul netral yang merupakan donor elektron.
Beberapa ligan yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH,
OH-, ligan-ligan seperti ini bila menyumbang sepasang elektronnya kepada
sebuah atom ligan disebut ligan monodentat (ligan bergigi satu),
contohnya NH3, Cl-, CN-.
Ligan yang mempunyai dua atom donor yang dapat melekat pada
sebuah logam disebut ligan bidentat, misalnya etilendiamin dan ion
oksalat, sedangkan ligan yang mempunyai dua atau lebih atom donor yang
secara bersamaan dapat mengikat satu atom logam disebut ligan
polidentat, misalnya ligan tri-kuadripenta dan heksadentat.
(Brady, 1992)
2.11 Stabilitas Kompleks
Ukuran kemantapan senyawa kompleks adalah besarnya reaksi
pembentukan kompleks seperti :
M + nL MLn
Besarnya reaksi pembentukan kompleks itu dinyatakan dalam
bentuk tetapan kesetimbangan :
K+ =
2.18.2 (NH4)2SO4
Sifat Fisik : tidak berbau, padatan kristal orthorombik berwarna putih,
sangat larut dalam air, tidak larut dalam etanol, densitas =
1,679/mL.
Sifat Kimia : BM = 132,149/mol, mengurai pada 235 0c, terurai jika
dipanaskan.
(Daintith, 1994)
2.18.3 NH3
Sifat Fisik : Cairan tak berwarna, berbau tajam, sangat larut dalam air
dan alkohol, densitas 0,59 g/mL, titik leleh = -74 0c.
Sifat Kimia : Bm = 179/mol, zat pereduksi , berasa asam.
(Basri, 1996)
2.18.4 Aquadest
Sifat Fisik : Cairan tak berwarna yang larut dalam etil alcohol, etil
eter, titik didih 100 0c, titik beku 0 0c, pelarut universal, densitas
19/mL
Sifat Kimia : Bm = 189 g/mol.
(Basri, 1996)
2.18.5 C2H5OH
Sifat Fisik : densitas 0,61 g/mL, cairan tak berwarna, alkohol larut
dalam air, titik didih = 102 0c, titik leleh = -1690c.
Sifat Kimia : BM= 46,07 g/mol.
(Daintith, 1994)
Gelas Beker
Penambahan akuades
Pemanasan sampai larut sempurna
Pendinginan dan pendiaman satu malam
Pendinginan dengan water bath
Pendekantiran
Kristal Filtrat
Kertas Saring
Pengeringan
Penimbangan dan Perhitungan rendemen
Hasil
Campuran
Gelas Beker
Penambahan etanol
Penutupan dengan gelas arloji
Pendiaman satu malam
Pengadukan
Pendekantiran
Kristal Filtrat
Kertas Saring
Pencucian dengan 3 mL campuranNH3 dengan 3 mL
etanol (1 : 1)
Pencucian dengan 5 mL etanol
Penyaringan dengan pompa vakum
Penimbangan
Penentuan mol NH3 yang diperlukan
Hasil
3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan
garamtunggal
a. Garam Tunggal
CuSO4.5H2O
Tabung Reaksi
Penambahan akuades 3 mL
Penambahan tetes demi tetes NH3 hingga 5 mL
Tanpa pengadukan
Pengamatan perubahan warna yang terjadi
Hasil
CuSO4.5H2O
Tabung Reaksi
Penambahan akuades 3 mL
Penambahan tetes demi tetes NH3hingga 5 mL
pengadukan
Pengamatan perubahan warna yang terjadi
Hasil
b. Garam Rangkap
1. Reaksi hidrolisis
Tabung Reaksi
Hasil
CuSO4 (NH4)2 SO4. 6 H2O
Tabung Reaksi
Pelarutan masing-masing dalam 20 mL akuades
Pembandingan warna larutan
Hasil
2. Reaksi Pemanasan
Tabung Reaksi
Pemanasan
Pengamatan perubahan warna dan bau
Hasil
c. Garam kompleks
1. Reaksi hidrolisis
Tabung Reaksi
Hasil
Tabung Reaksi
Pelarutan masing-masing dalam 20 mL akuades
Pembandingan warna larutan
Hasil
2.Reaksi Pemanasan
Tabung Reaksi
Pemanasan
Pengamatan perubahan warna dan bau
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1. Pembuatan garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O :
2,5g CuSO4.5H2O +1,32g (NH4)2SO4
Penambahan 5mL akuades
Pemanasan hingga larut sempurna Larutan biru muda
Pendinginan dan pendiaman selama semalam Larutan biru muda yang
mengendap dan mengeras
Pendekantiran
Penyaringan dengan kertas saring Residu:endapan biru
muda
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Filtrat : larutan biru muda
Pengeringan (tidak dipakai)
Diperoleh kristal biru
muda yang kecil-kecil,
Penimbangan rapuh dan lembut
Massa kristal+kertas
saring=3,6 g
m kertas saring=0,5 g
m kristal = 3,1 g
2. Pembuatan garam kompleks
Cu(NH3)4SO4(H2O) :
4 mL larutan NH315 M + 0,02mol
CuSO4.5H2O
Pengenceran dengan 2,5mL akuades
Pencampuran Larutan biru tua
Pengadukan hingga larut sempurna
Penambahan 4 mL etanol
Penutupan dengan kaca arloji Larutan biru tua yang
Pendiaman selama semalam mengendap dan mengeras
Pengadukan
Pendekantiran Residu :endapan biru tua
Penyaringan dengan kertas saring Cu(NH3)4SO4(H2O)
Filtrat:larutan biru tua
(tidak dipakai)
3d 4s 4p
1. Ionisasi
3d 4s 4p 4d
2. Promosi
3d sp3 4d
3. Hibridisasi
NH3
SO2 H2O
3d sp3 4d
HIbridisasi Ulang
3d sp3d2 4d
(oktahedral)
(Sukardjo, 1992)
Hibridasi dan adalah sp3d3berbentuk oktahedral.
NH3 juga dapat berfungsi sebagai pemberi suasana basa dalam larutan.Karena ion
kompleks hanya dapat terjadi dalam suasana basa. Jika ammonia
yang ditambahkan jumlahnya sedikit, maka reaksi kimia yang terjadi adalah :
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Biru
( Vogel, 1985 )
Agar diperoleh kompleks maka ammonia yang ditambahkan harus lebih banyak.
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2 + SO42- + 2OH-
( Vogel, 1985 )
Setelah kristal terbentuk sempurna, kemudian dilakukan penambahan
dengan etanol,penambahan ini harus dilakukan secara pelan-pelan melalui dinding
cawan, sehingga larutan dapat tertutupi oleh etanol. Penambahan etanol bertujuan
untuk melapisi permukaan larutan ,agar NH3 yang berada dalam larutan tidak
menguap, etanol tidak masuk dalam larutan melainkan hanya untuk melapisi
larutan saja. NH3 merupakan senyawa yang mudah menguap, sehingga agar
kompleks terbentuk maka NH3 tidak boleh menguap dan untuk hal itu perlu
ditambahkan etanol untuk melapisi NH3 . Kemudian larutan ditutupi dengan kaca
arloji hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya NH3 yang
menguap dan mencegah kontaminan dari luar yang masuk larutan bila etanol yang
digunakan untuk melapisi NH3 sudah menguap ( hilang ).
Kemudian campuran didinginkan pada suhu kamar selama
seharisemalam. Reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm,yaitu keadaan reaksi
dimana produk akan terbentuk jika menyerap sejumlah enerfi untuk mengatasi
energi aktivasi yang cukup besar. Keadaan ini yang menyebabkan kelarutan
sebanding dengan temperatur. Penurunan temperatur mrnyebabkan penurunan
kelarutan sehingga akan ternbentuk endapan. Kristal atau endapan yang diperoleh
kemudian disaring atau didekantasi agar terpisah dengan larutannya.Kristal ini
dicuci dengan larutan campuran antara NH3 dan etanol (1:1).Tujuannya adalah
untuk mengikat ammonia yang tidak ikut membentuk garam kompleks dan untuk
mengikat kelebihan NH3.Sedangkan etanol dalam campuran dimasukkan untuk
melarutkan etanol yang ada dalam Kristal, selain itu penambahan etanol juga
dimaksudkan untuk mengikat pengotor yang bersifat polar, misalnya ammonia,
sisa etaol, dan air.Kemudian dilakukan penguapan agar diperoleh Kristal. Dari
percobaan ini dihasilkan garam kompleks Cu( NH3 )4SO4.H2O berwarna biru tua
dengan massa yaitu 1,3 gram dan rendemen prosentase sebesar 53,061 %.
5.3 Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam
kompleks
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan sifat
garam tunggal (CuSO4.5H2O), garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, dan
garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O hasil sintesis. Perbandingan dilihat dari sifat
fisik dan sifat kimia.
a. Uji sifat fisik garam tunggal CuSO4.5H2O
Pada percobaan ini dilakukan dua perlakuan, perlakuan pertama yaitu
garam CuSO4.5H2O ditambahkan 3 mL H2O kemudian ditambahkan NH3
hingga 5 mL.Setelah keduanya dimasukkan kemudian dilakukan
pengadukan.Hasil yang diperoleh berupa larutan berwarna biru tua (hanya
1 lapisan).Kemungkinan kompleks yang terbentuk yaitu [Cu (NH3)4SO4].
Perlakuan yang kedua yaitu garam CuSO4.5H2O ditambahkan 3 mL H2O
dan NH3 hingga 5 mL.Larutan ini tidak dikocok dan tidak diaduk sehingga
terbentuk 5 lapisan (dari atas) dimana lapisan pertama berupa lapisan biru
muda yang merupakan akuades, lapisan kedua adalah biru tua yang
merupakan kompleks [Cu (NH3)4SO4.H2O] , lapisan ketiga berupa
endapan putih yang merupakan garam (NH4)2SO4, lapisan keempat yaitu
hijau bening dan lapisan kelima yaitu endapan CuSO4.5H2O yang
berwarna biru tua. Hal ini menggambarkan bahwa berat jenis H2O < [Cu
(NH3)4SO4.H2O] < (NH4)2SO4< CuSO4.5H2O.
b. Uji sifat kimia pelarutan (hidrolisis) dengan H2O
Pada percobaan ini, hidrolisis dilakukan pada garam rangkap dan garam
kompleks. Keduanya bila dihidrolisis akan memberikan produk yang
berbeda-beda.
Apabila suatu garam rangkap dihidrolisis maka akan terurai
menjadi garam-garam penyusunnya sedangkan bila suatu faram kompleks
dihidrolisis maka akan terionisasi menjadi ion-ion penyusunnya. Reaksi
kimia yang terjadi :
1. Hidrolisis pada garam rangkap
CuSO4 (NH4)2SO4.6H2O + H2O → CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + 2H2O
(Vogel, 1985)
2. Hidrolisis pada garam kompleks
Cu (NH3)4SO4. H2O + H2O → Cu2+ + SO42- + 4NH3 + 2H2O
(Vogel, 1985)
Pada percobaan ini masing-masing garam dilarutkan pada 5 mL
H2O dan 20 ml H2O. Pada garam rangkap, setelah penambahan 5 mL H2O
dihasilkan larutan berwarna biru muda dan endapan garam dapat larut dan
garam rangkap yang dilarutkan dalam 20 mL H2O dihasilkan larutan biru
muda yang lebih bening atau encer dibandingkan garam + 5 mL H2O.
Pada garam kompleks, setelah penambahan 5 mL H2O dihasilkan
larutan berwarna biru tua sedangkan garamnya sendiri tidak larut dan
garam kompleks yang dilarutkan dalam 20 mL H2O dihasilkan larutan
berwarna biru dan garam tidak larut. Garam yang tidak larut ini
mengendap berwarna biru di dasar tabung reaksi.
c. Uji sifat kimia (pemanasan)
Pada percobaan ini dilakukan pemansan pada masing-masing
garam.Pada garam rangkap setelah dipanaskan menghilangkan endapan
berwarna biru tua dan bau yang dikeluarkan tidak menyengat.Sedangkan
pada garam kompleks setelah dipanaskan menghasilkan endapan berwarna
biru muda dan mengeluarkan bau ammonia. Reaksi yang terjadi :
2Cu (NH3)4 SO4.H2O → ↑8NH3 + 2CuSO4.5H2O
↑
(Vogel, 1985)
NH3akan menguap dan mengeluarkan bau khas pada saat pemanasan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat dapat disintesis
dangan mereaksikan garam kuprisulfat pentahidrat dan ammonium
sulfat.
6.1.2 Garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dapat
disintesis dengan mereaksikan garam kuprisulfat pentahidrat dengan
ammonia.
6.1.3 Garam rangkap menghasilkan rendemen prosentase sebesar 77,58%,
sedangkan garam kompleks menghasilkan rendemen prosentase
sebesar 53,061%.
6.1.4 garam rangkap yang terbentuk berupa Kristal halus kecil-kecil
berwarna biru muda, sedangkan garam kompleks yang terbentuk
berupa Kristal berwarna biru tua dan bila dipanaskan akan
melepaskan NH3 (bau khas).
6.2 Saran
6.2.1 Sebaiknya praktikan menggunakan sarung tangan dan masker agar
terhindar dari bahaya NH3 yang berkonsentrasi tinggi.
6.2.2 Praktikan harus lebih berhati-hati dalam mereaksikan
larutan/campuran.
6.2.3 Praktikan harus melakukan sesuai dengan prosedur kerja sehingga
kecelakaan laboratorium dapat dihindari.
6.2.4 Praktikan harus selalu menjaga kebersihan laboratorium sebelum
dan sesudah melakukan perobaan.
DAFTAR PUSTAKA
BE(NH3) = 17 mg/mek
15 mek/mL = mg
4ml. 17 mg/mek
mg = 15 mek/mL x 4mL x 17mg/mek
= 1020 mg
g = 1,020 g
mol NH3 = m = 1,020 g = 0,06 mol
BM 17 g/mol
Reaksi Kimia :
H2O + CuSO4.5H2O + 4NH3→ Cu(NH3)SO4.H2O + 5H2O
Mula-mula : 0,01 mol 0,06 mol -
Setimbang : 0,01 mol 0,04 mol 0,01 mol
-
Sisa : - 0,02 mol 0,01 mol
Rendemen teoritis
Massa Cu(NH3)4SO4.5H2O = (mol x BM) Cu(NH3)4SO4.H2O
= 0,01 mol x 245,5 g/mol
= 2,455 g
Maka rendemen teoritis = 2,455 g