Anda di halaman 1dari 11

KERACUNAN

1. EFIDENT BASE

Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat membahayakan


kesehatan. Keracunan zat kimia dapat merusak organ-organ didalam tubuh meliputi:
saluran pencernaan, saluran pernafasan, organ hati, organ ginjal. Karena keracunan
zat kimia akan merusak jaringan tubuh terpenting sehingga menggangu atau
menghentikan fungsinya. Beberapa jaringan tubuh yang rentan terhadap keracunan
diantaranya kulit, susunan syaraf, sumsum tulang, ginjal, hati, dan organ pencernaan
(Anggrawati & Riyadi, 2009).Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur
tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman (Pedum
Kajian Pestisida, 2012).
Dampak penggunaan pestisida sering ditemui keluhan antara lain muntah-
muntah, ludah terasa lebih banyak, mencret, gejala ini dianggap oleh petani sebagai
sakit biasa (Wudianto, 2008). Beberapa efek kronis akibat dari keracunan pestisida
adalah berat badan menurun, anorexia, anemia, tremor, sakit kepala, pusing, gelisah,
gangguan psikologis, sakit dada dan lekas marah.Pestisida organofosfat yang masuk
ke dalam tubuh manusia mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat
kerja enzim kholinesterase, suatu bahan kimia esensial dalam menghantarkan impuls
sepanjang serabut syaraf (Achmadi, 2005).

Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan berakibat pada kesehatan


petani itu sendiri dan lingkungan pada umumnya. Hingga tahun 2000 penelitian
terhadap para pekerja atau penduduk yang memiliki riwayat kontak pestisida, banyak
sekali dilakukan. Dari berbagai penelitian tersebut diperoleh gambaran prevalensi
keracunan tingkat sedang hingga berat disebabkan pekerjaan, yaitu antara 8,5%
sampai 50 % (Achmadi, 2005). World Health Organization (WHO) memperkirakan
setiap tahun terjadi 1 – 5 juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian
dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa.Sekitar 80 % keracunan
pestisida dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang (Imelda, 2010).

Tahun 2006 di Kabupaten Magelang telah dilaksanakan pemeriksaan aktifitas


kholinesterase untuk mengetahuai keracunan pestisida pada petani berlokasi di 7
Kecamatan dengan jumlah yang diperiksa sebanyak 550 orang menunjukan
keracunan sedang 72,73%. Pada tahun 2006 di Kecamatan Ngablak telah
dilaksanakan pemeriksaan aktifitas kholinesterase pada petani dengan jumlah sampel
yang diperiksa 50 orang menunjukan keracunan sedang 48% akibat pestisida. Pada
tahun 2008 hasil penelitian dengan jumlah sampel yang diperiksa 68 orang
menunjukkan kadar kholinesterase darah petani sayuran di Desa Sumberejo yang
mengalami keracunan sebesar 76,47% (Prihadi, 2008).

Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau
mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau
berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh (Afriyanto,
2008).Penanganan keracunan pestisida yaitu perawatan resusitasi pasien dan
memberikan oksigen, antagonis muskarinik (biasanya atropin), cairan, dan
reactivatoracetylcholinesterase (sebuah oksim yang mengaktifkan kembali
acetylcholinesterase dengan penghilangan kelompok fosfat).Dekontaminasi atau
bilas lambung harus dipertimbangkan setelah diresusitasi dan stabil.Pasien harus
diobservasi terkait perubahan kebutuhan atropin, memburuknya fungsi pernafasan
karena sindrom menengah, dan fitur kolinergik berulang yang terjadi dengan
organofosfat yang larut dalam lemak (Michael et al, 2008).

Keracunan pestisida adalah kondisi gawat darurat yang harus segera


ditangani.Menurut Nurlaila dkk (2005) penatalaksanaan keracunan pestisida harus
sesuai dengan penatalaksanaan, jika tidak dilakukan dengan cepat dan tepat dapat
mengakibatkan kematian. Penanganan keracunan pestisida dengan memberikan
cairan kristaloid, antimuskarinik (atropine sulfat), bilas lambung dengan
aquadestilata, anatasida, susu, air es.
2. MANFAAT

Hasil dari pengalaman perawat dalam penanganan keracunan pestisida di


RSUD Karanganyar diperoleh dari hasil wawancara dari ketiga partisipan dari
perawat yang bekerja di IGD yang memiliki pengalaman penanganan keracunan
pestisida berdasarkan panduan wawancara terstruktur yang telah dibuat sebelumnya.
Wawancara dilakukan selama kurang lebih 20-30 menit, waktu dan tempat diruang
jaga perawat IGD yang sudah disepakati oleh partisipan sebelumnya dan saat
wawancara dipilih tempat yang jauh dari keramaian supaya partisipan dapat
mengungkapkan jawaban yang diberikan oleh sipeneliti secara mendalam dan
terbuka mengenai pengalaman perawat dalam menangani keracunan pestisida.
Penelitian ini menghasilkan 9 tema berdasarkan hasil analisis tematik yang
dilakukan. Analisis tema disusun mulai dari pencarian kata kunci, pengelompokan
kategori-kategori yang kemudian menjadi tema yang sudah dihasilkan dari
penelitian. Penelitian ini menemukan penyebab keracunan, mekanisme keracunan,
manifestasi klinik, pengkajian, penanganan keracuanan, menyelamatkan nyawa,
upaya pencegahan penyebaran racun, minimnya pengetahuan keluarga dan
pengetahuan tentang tindakan. Berikut akan dijelaskan tema-tema yang ditemukan.

1. Tujuan khusus 1 : Untuk mengetahui pengetahuan perawat dalam keracunan


pestisida.
Mengetahui pengetahuan perawat dalam penanganan keracunan pestisida
didapatkan 3 tema yaitu penyebab keracunan, mekanisme keracunan dan
manifestasi klinikdari tema diatas didapatkan dari analisa terhadap katagori-
katagori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan.Berikut
penjelasan mengenai beberapa tema tersebut :
a. Penyebab keracunan
Penyebab keracunan dikategorikan dalam dua kategori yaitu zat toksik dan
zat kimia. Penyebab keracunanan adalah zat toksik dan zat kimia diungkapkan
oleh tiga partisipan seperti berikut :
“keracunan adalah masuknya zat toksik...” (P1, P2) “keracunan adalah masuknya
zat kimia ...”( P3)

Pernyataan partisipan menggungkapkan bahwa pengertian keracunan


adalah zat toksik dan zat kimia yang tertelan dan terhirup yang mengakibabtkan
kematian pada pasien.
b. Mekanisme keracunan

Mekanisme keracunan dihasilkan dari beberapa katagori yaitu masuknya


ke dalam tubuh dan proses masuknya racun. Mekanisme keracunan masuknya zat
tosik ke dalam tubuh melalui udara, terhirup dan tertelan untuk proses masuknya
racun.

Diungkap oleh partisipan mengenai masuknya ke dalam tubuh seperti berikut :


“…ya yang masuk kedalam tubuh mbak…”(P1, P2)

Pernyataan partisipan diatas menggungkapkan bahwa keracuna pestisida


masuknya zat toksik atau zat racun ke dalam tubuh manusia sehingga pasien
mengalami keracunan.
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai proses masuknya racun :
“…masuk melalui udara, tertelan dan terhirup..” (P1, P2, P3)

“..dapat masuk melalui kulit…” (P3)

Partisipan mengatakan bahwa racun masuk ke dalam tubuh dapat melalui


udara, terhirup, tertelan dan melalui kulit yang dapat membahayakan keselamatan
pasien jika tidak segera ditanggani.
c. Manfestasi klinik keracunan
Manifestasi klinik keracunan didapat dari katagori gejala keracunan.
Diungkapkan oleh partisipan mengenai gejala keracunan :
“…ya biasanya pusing, sakit kepala, lemas,

lama kelamaan kebiruan dan sesak nafas mbak..” (P1, P 2, P3)

“…biasanya pupil mengecil mbak …” (P2)

“..keringat dingin, produksi air liur yang asin banyak dan mualmuntah….” (P3)

Pernyataan dari ketiga partisipan di atas mengungkapkan bahwa keracunan


adalah masuknya zat toksik ke dalam tubuh melalui udara, terhirup, tertelan dan
melalui kulit yang dapat menyebabkan keracunan,

2. Tujuan khusus 2 Untuk mengetahui tindakan yang diberikan perawat dalam


penanganan keracunan pestisida.
Mengetahui tindakan yang diberikan perawat dalam penanganan
keracuan pestisida didapatkan hasil tema pengkajian dan penanganan
keracuanan.Pengkajian dikategorikan ke dalam kategori sadar,anamnesa,
dilihat, pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik.Penanganan keracunan
kategori pertolongan perawat.
a. Pengkajian
Dikategorikan ke dalam kategori sadar, anamnesa, dilihat, pemeriksaan
TTV dan pemeriksaan fisik Katagori sadar diungkapkan oleh partisipan
sebagai berikut :
“..pasien dalam keadaan sadar mbak..” (P1)
Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa pasien sadar saat dilakukan
pengkajian sehingga dapat mempermudah saat melakukan pengkajian.

Katagorianamnesa, yang diungkapkan oleh 1 partisipan sebagai


berikut :
“... ditanya dulu dianamnesa..”(P1)

Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa pasien dalam keadaan


sadar dapat ditanya dan dianamnesa saat pengkajian untuk mengetahui jenis
keracunan apa yang dialami oleh pasien sehingga dapat menentukan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya.
Kategori dilihatjuga diungkapakan oleh 1 partisipan sebagai berikut
“...kitalihat dulu tandanya itu seperti apa…”(P3)

Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa perawat harus


mengetahui terlebih dulu atau melihat tandanya keracunan melalui apa saat
melakukan pengkajian.
Kategori pemeriksaan TTV juga diungkapkan oleh 3 partisipan sebagai
barikut :
“.ukur tekanan darah, ukur nadi, dan pernafasanya.” (P1, P2, P3)

Ungkapan diatas menandakan bahwa pemeriksaan TTV sangat penting


saat pengkajian agar dapat menentukan tindakan selanjutnya dan
memprioritaskan kegawatan yang dialami oleh pasien keracunan.
Kategori pemeriksaan fisik juga diungkapkan oleh 1 partisipan sebagai
berikut :
“pengecilan pupil mata...”(P3)

Pernyataan dari partisipan di atas bahwa penanda keracunan juga bisa


dilihat dari mengecilnya pupil mata sehinnga dapat segera mengetahui tindakan
apa yang harus segera dilakukan.
b. Penanganan keracunan
Penanganan keracunan didapatkan dari kategori pertolongan perawat
ditentukan berdasarkan ungkapan oleh 3 partisipan sebagai berikut:
“…kita memberikan cairan cristaloid…”(P1, P2, P3)

“...jika pasien jelek lakukan cuci lambung..”(P1, P2)


“…kalau tertelan itu nanti kita pasang NGT nantidibilas lambung…”(P3)

Pernyataan partisipan di atas mengungkapkan bahwa perawat


melakukan tindakan bilas lambung untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh
agar tidak menyebar keseluruh tubuh.

3. Tujuan khusus 3 : Untuk mengetahui alasan tindakan yang diberikan perawat


dalam penanganan keracunan pestisida.
Menengetahui alasan tindakan yang diberikan perawat dalam penanganan
keracunan pestisida diIGD didapat 2 tema yaitu menyelamatkan nyawa dan
upaya pencegahan penyebaran racun.tema tersebut dibangun oleh beberapa
katagori berikut :

a. Tema menyelamatkan nyawa


Menyelamatkan nyawa didapatkan dari katagori menyelamatkan pasien
diungkap oleh 3 partisipan sebagai berikut :
“..ya agar pasien dapat tertolong mbak...” (P1, P2)

“..untuk pasien yang sadar dirangsang muntah untuk


pasien tidak sadar dibuka jalan nafasnya” (P3)

Pernyataan partisipan di atas adalah prioritas dalam melakukan tindakan itu


untuk menolong dan menyelamatkan pasien sehingga perawat sesegera mungkin
melakukan tindakan merangsang muntah jika pasien sadar jika tidak sadar
makan dilakukan pembukaan jalan nafas guna menyelamatkan pasien.
b. Tema upaya pencegahan penyebaran racun
Upaya pencegahan penyebaran racun didapat dari katagori racun tidak
menyebar diungkap oleh 1 partisipan sebagai berikut :
“ agarracun tidak menyebar keseluruh tubuh” (P2)

Ungkapan di atas merupakan upaya pencegahan racun tidak menyebar


keseluruh tubuh dengan melakukan bilas lambung.
Katagori observasi diungkap oleh 1 partisipan sebagai berikut:
“…dikasih obat terus nanti diobservasi selama beberapa jam…” (P3)
Pernyataan partisipan di atas bahwa untuk mengobservasi pasien untuk
memastikan bahwa racun yang ada di dalam tubuh sudah keluar semua dan
untuk memberika terapi selanjutnya.

4. Tujuan khusus 4 : Untuk mengetahui hambatan penanganan keracunan pestisida.


Menengetahui hambatan perawat dalam penanganan keracunan pestisida
diIGD didapat 1 tema yaitu kurangnya pengetahuan keluarga.tema tersebut
dibangun oleh beberapa katagori berikut :
a. Tema kurangnya pengetahuan keluarga
Kurangnya pengetahuan keluarga didapat dari Katagori minimnya
pengetahuan keluarga diungkap oleh 2 partisipan sebagai berikut :
“…kendala dari keluarga pasien yang belum tau apa tindakan yang akan
dilakukan..” (P2)

“…jadi kendalanya keluarga kadang menolak tinadakan karna tidak


mengetahui…” (P3)

Pernyataan partisipan di atas bahwa terkadang keluarga masih belum


mengetahui tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan racun sehingga dapat
menghambat pertolongan yang akan diberikan oleh perawat dan penolakan
tindakan yang dilakukan oleh keluarga karena takut jika nanti membahayakan
nyawa pasien.

5. Tujuan khusus 5 : untuk mengetahui cara mengatasi hambatan dalam


penanganan keracunan pestisida.
Menengetahui hambatan perawat dalam penanganan keracunan pestisida
diIGD didapat 1 tema yaitu pengetahuan tentang tindakan.tema tersebut
dibangun oleh beberapa katagori berikut :
a. Tema pengetahuan tentang tindakan
Pengetahuan tindakan didapat dari katagori memberikan edukasi,
memberikan informasi dan diberikan perawatan. Katagori memberikan edukasi
diungkap oleh 1 partisipan sebagai berikut:
“…kita beri edukasi atau memberikan informasi tentang tindakan yang akan
diberikan…” (P2)

Ungkapan di atas merupakan upaya untuk mengatasi hambatan tindakan


yang akan dilakukan oleh perawat untuk menolong pasien, sehingga harus
memberikan edukasi kepada keluarga agar dapat mengerti tindakan yang akan
dilakukan perawat itu untuk mengeluarkan racun dan tidah membahayakan
pasien.
Katagori diberikan perawatan diungkap oleh 1 partisipan sebagai berikut:
“…jika tertelan sampai keserap sampai saluran cerna terus harus diobservasi
lebih lama mungkinmembutuhkan perawatan…”(P3)

Ungkapan di atas merupakan upaya perawat agar keluarga dapat mengerti


tindakan yang akan dilakukan oleh perawat untuk melakukan penanganan
keracunan dan untuk mengatasi hambatan penanganan keracunan.

3. EFEK SAMPING
 Mual dan muntah
 Diare (bahkan dapat disertai darah bila penyebabnya adalah bakteri
Campylobacter atau E. coli).
 Perut nyeri dan kram, biasanya dalam 12-72 jam setelah makan
 Dehidrasi, sebagai gejala lanjutan dari mual dan muntah
 Sakit kepala
4. ASPEK LEGAL ETIK
Pasien yang tidak mampu harus kehilangan kebebasannya dalam memilih
pengobatan yang terbaik untuk kesembuhannya justru haknya sebagai pasien
dihilangkan begitu saja dikarenakan terbatasnya materi yang pasien miliki. Padahal
pasien dapat memanfaatkan kebebasannya tersebut untuk kebaikan dirinya.
Dalam nilai ini, perawat menyampaikan instruksi dengan benar dari pimpinan
rumah sakit untuk memindahkan nenek ke bangsal umum. Perawat menyampaikan
dengan jujur kepada nenek apa yang harus dilakukannya untuk mematuhi aturan dari
instansi.

KESIMPULAN

1. Pengetahuan perawat tentang penanganan keracunan meliputi penyebab


keracunan, mekanisme keracunan dan manifestasi klinis.
2. Tindakan perawat yang diberikan dalam penanganan keracunan meliputi
pengkajian dan penanganan keracunan.
3. Alasan perawat memberikan tindakan penanganan keracunan meliputi
menyelamatkan nyawa dan upaya pencegahan penyebaran racun.
4. Hambatan perawat dalam penanganan keracunan pestisida meliputi kurangnya
pengetahuan keluarga karena keluarga tidak mengetahui tindakan yang akan
diberikan oleh perawat.
5. Cara mengatasi hambatan dalam penanganan keracunan pestisida pengetahuan
tentang tindakan. Pemberian edukasi atau informasi tentang tindakan – tindakan
yang akan dilakukan oleh perawat
DAFTAR PUSTAKA

Achmad R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Andi.


Achmadi, UF. (2005). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah.Jakarta : Kompas.
Keunggulan Kompetitif, BPFE, Yogyakarta.
Bickley, Lynn S.(2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. ECG.
Desni dkk. (2011), Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Kepala Keluarga Dengan
Pengambilan Keputusan Pengobatan Tradisional Di Desa Rambah Tengah Hilir
Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Djojosumarto, P. (2008) Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.Yogyakarta : Kanisius.
Donatus I.A. 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi,
Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, 193 - 196.

Guy’s and St Thomas’ Hospital Trust. (2010) .Keracunan parakuat; pedoman praktis untuk
diagnosis, pertolongan pertama dan perawatan di rumah sakit. London: Syngenta.
Hardianti.(2008). Keperawatan Gawat Darurat. Jurnal Kesehatan. http://www.
Indira A. Hundekari et al. (2012). Acute Poisoning with Organophosphorus Pesticide:
patients Admitted to A Hospital in Bijapur, Karnataka. Journal of Krishna Institute
of Medical Sciences University.
Iserson.Kenneth V. (2005).Ethical Considerations in Emergency Care.Israeli Journal of
Emergency.
Krisanty P, dkk. ( 2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta : Trans Info Media.
MG Catur Yuantari, Budi Widiarnako, Henna Rya Sunoko. (2013). Tingkat Pengetahuan
Petani Dalam Menggunakan Pestisida: Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan
Penawangan Kabupaten Grobokan. Universitas Diponegoro. Semarang .
Michael eddleston et al. (2008).Management of Acute Organophosphorus Pesticide
Poisoning.Journal management nursing vol 371.
Musliha, (2010).Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika. Notoatmodjo,
Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi 2010), Jakarta :
Rineka Cipta.
Nurlaila dkk, (2005).Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Keracunan Pestisida Pasien Rawat
Inap Di Rumah Sakit A Yogyakarta Periode Januari 2001 Sampai Dengan Desember
2002.Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3).
Oluwole, Oluwafemi, Cheke, Robert a, (2009).Health And Enviromental Impact Of Pesticide
Use Practices: A Case Study Of Farmers In Ekiti State.
Nigeria. International Journal Of Agricultural Sustainability Volume.7 , No. 3; pp 153-163.
Potter, PA & Perry, Ag.(2005). Fundamentalof Nursing concept, Processand Practice,
4thedition, Mosby Company, StLouis.
Prihadi. (2008) Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida
Organofosfat Pada Petani Sayuran di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, PPs
Universitas Diponegoro, Semarang
Raini, M. (2007).Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, Media
Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi Edisi (12 ed).
Jakarta : Salemba Empat.

Salameh Pascale R. Isabelle Baldi, Patrick Brochard, and Bernadette Abi Saleh,
(2004).Pesticide in libanon: a knowledge, attitude, and practice study, Environmental
Research 94,1-6, available online at www.sciencediret.com

Anda mungkin juga menyukai