Fetal death adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya
tanpa memandang tuanya kehamilan.
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu (Winknjosastro, 2008; Cuningham et al., 2004): Golongan I : Kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh (early fetal death). Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate fetal death) Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death) Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas. Anomali kromosom janin merupakan penyebab terbanyak terjadinya kematian janin yakni sebesar 30 - 60%. Perkiraan ini didasarkan pada karyotyping konvensional jaringan janin. Antiphospolipid Syndrome (APS) adalah salah satu diantara banyak penyebab kematian hasil konseptus yang ditandai antibodi multiple yang berbeda yang timbul bersama antibody antifosfolipid dengan thrombosis arteri dan vena. APS dikenal juga sebagai sindrom Hughes. Trombosis telah diketahui secara luas sebagai salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas kehamilan. Tanda Dan Gejala Perdarahan pervaginam yang bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku), Rasa mulas dan kram pada daerah simfisis dan sering kali nyeri pinggang, Pemeriksaan dalam didapati servik dan teraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servik atau kavum uteri, karena sebagaian dari janin atau jaringan sudah keluar, dan uterus berukuran lebih kecil dari dan seharusnya (Silver, 2007). Pemeriksaan Penunjang Ultrasonografi Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, pulsasi tali pusat negatip. Tanda Spalding (Menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih (overlapping) Tanda Nojosk (Menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi). Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. Tampak udema di sekitar tulang kepala. Uji laboratorium Tes darah: darah lengkap, jumlah sel darah, antibodi antinuklear, anticardio lipin antibodi, lupus antikoagulan, kadar prolaktin, dan kadar thyrotropin. Kromosom kedua orang tua harus dievaluasi, meliputi uji trombofilia untuk protein C, protein C teraktivasi, faktor V Leiden dan mutase protrombin, protein S, antithrombin, dan kadar homosistein puasa.faktor. Biopsi endometrium dapat membantu mengkonfirmasi ovulasi atau mengevaluasi fase luteal yang cacat. Pengujian untuk sitomegalovirus, listeria, dan toksoplasmosis dapat juga dilakukan mungkin, tetapi umumnya tidak dianjurkan (Ware, 2010). Penatalaksanaan Menurut Achdiat (2004), Penatalaksanaan pada fetal death meliputi penanganan pasif dan aktif. Penanganan Pasif, meliputi: Menunggu persalinan spontan dalam waktu 2-4 minggu Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu Penanganan Aktif, meliputi: Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi atau kuretase. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan pemasangan kateter foley intra uterus selama 24 jam. Komplikasi Gangguan psikologis, Infeksi, terjadi terutama oleh mikroorganisme pembentuk gas seperti Clostridium welchii. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati berlangsung melebihi 4 minggu, dapat terjadi defibrinasi akibat silent Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC) (Cunningham, 2005). Prognosis Jika dapat dideteksi segera, prognosis untuk ibu baik (dapat kembali hamil).