Anda di halaman 1dari 4

HAVDJKD JAHHAJ JSNS

HSOSKSNS
NOTULENSI PRESENTASI KASUS 1

WILDAN (CEPHALGIA)
Cephalgia atau nyeri kepala adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai
dengan flushing dan mata dan hidung yang berair.
Klasifikasi cephalgia ada 2, yaitu primer dan sekunder. Cephalgia primer yang paling sering antara lain
migraine, tenstion, cluster. Sedangkan yg sekunder antara lain akibat infeksi sistemik, cedera kepala, kelainan
vaskuler, perdarahan otak, dan tumor.
Pada cephalgia terdapat beberapa tanda bahaya biasa disebut “red flags”, terdiri dari beberapa gejala yang
bias mengarahkan/curiga ke cephalgia sekunder.
RED FLAGS: simptom sistemik, faltor risiko nyeri kepala sekunder, kejang, symptom neurologi/ tanda
abnormal, onset mendadak, usia tua, nyeri kepala progresif, perubahan posisi, papil edema, dan factor
pencetus
Tatalaksana migrain dibagi menjadi langkah umum, terapi abortif, dan terapi preventif. Terapi abortif dibagi
lagi menjadi terapi nonspesifik dan spesifik. Antinyeri over the counters dapat diberikan yaitu NSAID.
NSAID yang direkomendasikan adalah aspirin, paracetamol, atau ibuprofen. Terapi spesifik mulai diberikan
apabila pasien tidak berespon baik pada NSAID. Terapi spesifik yang dapat diberikan yaitu golongan triptan,
ergotamin
Penanganan terbaik untuk cluster yang dapat dilakukan adalah pemberian oksigen, bias juga dengan
tambahan analgetik
Analgetik yang direkomendasikan untuk Tension adalah aspirin 1000 mg/ hari, paracetamol 1000 mg/ hari,
naproxen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400 mg/hari, asam mefenamat,
fenoprofen, ibuprofen, atau natrium diclofenak. Caffein 65 mg dapat ditambahkan sebagai ajuvan.

SEPTIANA (AMOEBIASIS)
Infeksi amoebiasis sering terjadi di daerah tropis dengan air yang tidak diolah. Infeksi ini menyebar melalui
minum atau makan makanan yang tidak dimasak, seperti buah, yang telah dicuci dengan air setempat yang
terkontaminasi.
Dalam melakukan diagnosis amebiasis, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan
menanyakan aktivitas yang dilakukan pasien sebelumnya, termasuk lokasi yang dikunjungi. Selain itu,
beberapa tes lanjutan juga akan dilakukan untuk memperkuat diagnosa, seperti:
Pemeriksaan laboratorium feses rutin.pasien akan diperiksa di laboratorium untuk menemukan adanya
parasit histolytica.
Secara umum, obat-obatan yang diberikan untuk amebiasis adalah:
Obat antibiotik, seperti metronidazoleatau tinidazole, untuk membunuh bakteri yang ada di dalam hati atau
organ lainnya. Obat ini biasa diberikan bersama dengan antiparasit, seperti diloxanide furoate.
Obat antimual bagi penderita yang mengalami gejala mual dan muntah.

VALERIE (MUMPS)
Mumps adalah infeksi virus paramyxovirus yang biasa terjadi pada usia sekolah hingga dewasa muda dengan
manifestasi klinis pembesaran kelenjar parotis.
Angka kejadian saat ini sudah mulai rendah dikarenakan sudah terciptanya vaksin MMR yang secara umum
diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada usia 12 bulan – 15 bulan dan diulang di usia 46 tahun bersamaan dengan
vaksin measles dan rubella.
Cara penularan dari mumps ini yaitu melalui kontak langsung dan droplet. Gejala klinis berupa gejala
prodromal dan pembengkakan kelenjar parotis unilateral. Pemeriksaan penunjang guna mendukung
diagnosis mumps dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah rutin, serologi, isolasi virus yang dapat diambil
dari saliva maupun cairan serebrospinal dan PCR.
Mumps pada umumnya merupakan self limitting sehingga terapi yang dapat diberikan hanya berupa terapi
simtomatik, istirahat yang cukup serta peningkatan imunitas. Mumps baru dikatakan berbahaya jika terjadi
pada ibu hamil trimester pertama, atau jika terdapat keluhan di skrotum pada laki laki.

ANTHONY (KEJANG DEMAM)


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38℃, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak
disebabkan oleh proses intrakranial.
Tata laksana kejang demam dibagi menjadi prehospital dengan diazepam supp. tergantung berat badan &
intrahospotal dengan diazepam iv, 0,3 mg/kg.
Selanjutnya diberikan antikejang intermiten selama 48 jam awal demam dengan diazepam 0,1 mg/kg/kali 3x
sehari dan antipiretik Paracetamol 10-15 mg/kg/4-6 jam.

SHINTA (HFMD)
Flu Singapore = Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki dan Mulut (PTKM).
Terjadi terutama pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Etiologi utama: enterovirus manusia jenis A
(HEV-A), khususnya coxsackievirus A16 (CA16) dan enterovirus 71 (EV71).
Cara penularan HFMD melalui Kontak langsung: Fekal-Oral, Droplet, Air Liur, Tinja, Cairan dari vesikel
atau Ekskreta.
Kontak Tidak Langsung: Barang, Handuk, Pakaian, Peralatan Makanan, Mainan Yang Terkontaminasi,
Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa.
Gejala klinis berupa: Demam akut tidak tinggi 2-3 hari, Rash (ruam pada kulit), Blister (benjolan kecil) di
telapak kaki, tangan dan mukosa mulut, Tidak nafsu makan, Malaise, Timbul vesikel kemudian pecah, ulkus
pada mulut terasa nyeri sehingga sukar menelan, Lesi dapat terjadi pada lidah, gusi atau bagian dalam mulut
lainnya.
HFMD pada umumnya merupakan self limitting sehingga terapi yang dapat diberikan hanya berupa terapi
simtomatik, istirahat yang cukup dan peningkatan imunitas serta rehidrasi yang cukup.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan lingkungan;
kebersihan (Higiene dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan serta meningkatkan kekebalan tubuh
dengan sebisa mungkin makan makanan bergizi, sayur- sayuran berkuah, jus buah.

ARUM (ASMA BRONKIAL)


Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
Asma bronial biasanya ditandai dengan adanya sesak nafas, wheezing pada pemeriksaan fisik thorax dan
spo2 yang menurun.
Alur tatalaksana yang dilakukan pada asma bronkial ketika di IGD
1. dilakukan oksigenisasi nasal kanul
2. dilakukan nebulizer agonis beta 2 kerja singkat dan kortikosteroid
3. spo2 ulang dan pemeriksaan fisik thorax ulang
4. jika respon baik dan stabil dapat diberikan obat pulang inhalasi ataupun oral agonis beta 2 kerja
singkat , misalnya salbutamole 2 mg, 3x1 dan kortikosteroid oral, misalnya metilprednisolon 4 mg,
3x1
5. jika respon tidak membaik, spo2 tidak ada perbaikan dilakukan nebulizer ulang dan dapat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid sistemik
6. dilakukan pemeriksaan fisik thorax ulang dan spo2 ulang
7. jika respon membaik dan stabil dapat diberikan obat pulang
8. jika respon tidak membaik pertimbangkan untuk rawat inap
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas ada 3 diagnosis banding yang harus dipikirkanK:
1. gangguan penyakit paru, paling sering: asma, ppok.
2. gangguan penyakit jantung, paling sering: chf biasanya ditandai terdapat edema ekstremitas
3. gangguan ginjal, paling sering: ckd biasanya terdapat edema pulmo.
Jika terapi 3x nebulizer tidak membaik pikirkan untuk gangguan jantung atau ginjal

Anda mungkin juga menyukai