Anda di halaman 1dari 3

Cakupan program/sasaran

Pada tahun 2006, pemerintah menerbitkan Perpres nomor 75 sebagai


tonggak intensifikasi penanggulangan AIDS, yang dilanjutkan dengan terbitnya
berbagai peraturan kementerian. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS di
Indonesia kemudian terus ditingkatkan dengan memperkuat manajemen dan
kapasitas layanan. Koordinasi multi-sektor dilakukan melalui KPA Nasional dan
pengembangan layanan kesehatan yang dipimpin Kementerian Kesehatan menjadi
elemen utama penanggulangan AIDS, yang meningkatkan keterlibatan
masyarakat sipil dan dukungan mitra kerja pembangunan internasional. Sejak
dilaksanakannya SRAN 2010-2014, telah terjadi pengembangan kapasitas dan
upaya yang memfokuskan sasaran primer pada populasi kunci dan daerah dengan
beban penyakit terbesar. Cakupan program telah meningkat sejalan dengan
perluasan penanggulangan, dan layanan telah tersedia di semua provinsi, di
kabupaten/ kota prioritas, baik layanan pemerintah maupun non pemerintah.
Perubahan kebijakan berdampak pada penguatan kelembagaan, peningkatan
pendanaan, penguatan sistem layanan kesehatan dan sistem komunitas. Berikut ini
adalah beberapa data perkembangan penanggulangan HIV dan AIDS dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2013(Komisi Penanggulangan AIDS, 2015).

Kajian Paruh Waktu SRAN 2010-2014 menyebutkan bahwa akupan


pengobatan pada tahun 2012 baru 17%. Kemudian dilanjutkan ntervensi yang
optimal untuk tahun 2015-2019 dan didapatkan haasil Memilih sebagian yaitu 75
dari 141 kabupaten/ kota prioritas dengan tingkat kinerja tinggi, yaitu yang
memiliki tingkat risiko penularan, beban penyakit dan kesiapan lokal yang tinggi.
Selain itu rencana progaram selanjutnya berupa bahwa cakupan program
penanggulangan AIDS yang komprehensif diharapkan dapat mencapai sasaran
universal access pada tahun 2019. Atas dasar ini sasaran-sasaran tahunan
ditetapkan agar populasi kunci dan mereka yang terinfeksi HIV dapat mengakses
layanan-layanan pencegahan dan pengobatan (Komisi Penanggulangan AIDS,
2015).
Harapannya nantinya bagi WPS dan penasun sasaran universal access
akan dicapai pada tahun 2019. Bagi LSL pada tahun 2019, target program
pencegahan baru akan mencapai 60%. Diharapkan pada tahun 2019 perilaku aman
sudah dijalankan oleh 70%-80% populasi kunci, dan perilaku tersebut perlu
dipertahankan seterusnya. Diharapkan pada akhir tahun 2019, sedikitnya 80%
populasi kunci yang berperilaku seksual berisiko sudah menggunakan kondom
secara konsisten, 80% Penasun sudah tidak bertukar alat suntik secara konsisten,
50% ODHA yang membutuhkan sudah menggunakan ARV secara
berkesinambungan. Diharapkan pada akhir tahun 2019, kebutuhan pendanaan
program HIV dan AIDS sudah terpenuhi dan 70% bersumber dari dalam negeri.
Ketersediaan dana merupakan salah satu indikator yang penting untuk
menunjukkan adanya keberlangsungan program.Target tahunan untuk cakupan
program pencegahan, perubahan perilaku dan pengobatan pada populasi kunci
dapat dilihat pada tabel-tabel berikut (Komisi Penanggulangan AIDS, 2015).

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2016, disebutakan bahwa data
cakupan layanan, meliputi :

1. Perkirakan jumlah ibu hamil baru setiap tahun di wilayah kerja Faskes
2. Data Pasien TB baru setiap tahun
3. Data pasien HIV di wilayahnya dengan berjejaring dengan RS di sekitar
4. Data pasien IMS

Referensi

Komisi penanggulangan AIDS. 2015. Strategi dan Rencana Aksi Nasional 2015-
2019]. [serial online].
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/SRAN_2015_2019_FINAL.pdf
[diakses pada 24 Maret 2018].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit. 2016. Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV AIDS
dan PIMS Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. [serial online].
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/4__Pedoman_Fasyankes_Primer_ok.p.
[diakses pada 24 Maret 2018].

Anda mungkin juga menyukai