ii
6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien .......................................... 32
BAB VII. Keselamatan Kerja ............................................................ 34
7.1. Pengertian ................................................................................ 34
7.2. Tujuan ....................................................................................... 34
7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan ..................................... 34
BAB VIII. Pengendalian Mutu .......................................................... 36
BAB IX. Penutup .............................................................................. 37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan
2
- Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di
mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
- Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit
membuat kerja/aktifitas karyawan lebih aman.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi Pengalaman
Nama Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
BLS/PPGD/BTL
Kepala Instalasi Minimal Minimal S/
Gawat Darurat dokter umum 2 tahun ATLS/ACLS
Kepala Perawat Minimal
Minimal BLS/PPGD/BTL
Instalasi Gawat D-3
2 tahun S
Darurat Keperawatan
Perawat D-3 BLS/PPGD/BTL
-
Pelaksana Keperawatan S
Pekarya
(Pembantu SLTA - BLS
Perawat)
Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Tk. II
dr. Soepraoen .
4
1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi
diatur sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Wakil Direktur
Pelayanan setiap bulan
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing
spesialisasi oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memenuhi
jadwal jaga yang ditetapkan harus memberitahukan terlebih
dahulu
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan
harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD
dengan sepengetahuan Wakil Direktur Pelayanan dan
diperbanyak untuk didistribusikan pada minggu terakhir setiap
bulan kepada setiap dokter jaga IGD, Instalasi Gawat Darurat,
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, dan instalasi/
bagian lain yang terkait
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang
sudah ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat/Pekarya
a. Pengaturan jadwal jaga perawat/pekarya IGD terbagi dalam 3
shift, yaitu sebagai berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan
harinya)
5
b. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD disusun setiap bulan oleh
Kepala Perawat IGD dengan sepengetahuan Wakil Direktur
Pelayanan
c. Bila perawat/pekarya IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga
yang sudah ditentukan, maka harus berkoordinasi
mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada
Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat/pekarya IGD terpasang di papan informasi
IGD
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
JL. S. SUPRIYADI
SATPAM SATPAM
P P
(AMBULANCE)
KANTOR
P INFORMASI
INSTALASI
P GAWAT
DARURAT
7
R. R. Dokter Toilet Toilet
Ganti jaga Pasien Pasien
Ruang
Bedah
Minor
3.2. DENAH RUANG.
R.Obat
R. O2 Life Saving Ruang
Tunggu
R.Ka Pasien
Gudang
IGD
Toilet Dokter
8
Pendafta
Triase
ran
Toilet
pasien
Perawat
R. Spool Perawat
Hock Pekarya Ruang
Resusitasi
Ruang
Ruang Ruang Ruang
Ruang Pertemuan
Observasi Tindakan Tindakan Ruang Ruang
Tindakan IGD
Non Non Tindakan Tindakan
Obsgyn
Bedah Bedah Bedah Bedah
3.3. STANDAR FASILITAS.
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan
pertolongan tindakan resusitasi segera dan memerlukan
pengawasan ekstra, misalnya :
Kasus henti nafas
Kasus henti jantung
Pasien yang dicurigai sakit jantung
Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, syok, dan sebagainya)
Kasus kejang demam
Kasus cedera kepala berat
Kasus tenggelam
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :
Tempat tidur
Tensimeter
Oksigen sentral + selang O2
Monitor set
Oksimeter
Defibrilator
Suction set
EKG
Syringe pump set
Nebulizer
Lampu senter
Stetoskop
Papan keras
Neck collar
Catheter set (dengan berbagai ukuran)
Nasogastric tube set (dengan berbagai ukuran)
Tempat sampah
Emergency trolley
9
Ventilation bag dewasa
Ventilation bag anak
Ventilation bag bayi
Laryngoscope + blade
Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
Stilet
Spuit (dengan berbagai ukuran)
Jelly
Sarung tangan
Plester
Gunting plester
Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)
2. Infus Trolley
Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
Tourniquet
Alcohol swab
Plester
Gunting plester
3. Cairan infus, obat, dan alat kesehatan
a. Cairan infus
RL
NaCl 0,9%
D10% (500 cc)
Asering
Manitol
b. Obat
Adrenalin injeksi
Atropine sulfate injeksi
Morphine injeksi
Pethidine injeksi
10
Diazepam injeksi
Diazepam suppository
Dexamethasone injeksi
Aminophylline injeksi
Dextrose 40%
NaCL 0,9% 25 ml
Aquadest 25 ml
Natrium bicarbonate
Lidocaine injeksi
ISDN
Asam asetilsalisilat
MgSO4 20%
Dopamin injeksi
Furosemide injeksi
Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD Rumah
Sakit Royal Prima Jambi berikut dengan penjelasan indikasi
penggunaan dan dosisnya :
11
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
menit sampai total
0,4 mg/10 kg BB.
Dosis : 1 4 mg IV
- Intoksikasi Diulang tiap 10 –
insektisida 15 menit sampai
atropinisasi
5. Diazepam Kejang Anak 0,25 mg/kg,
(Valium ®) IV pelan
Ampul Dewasa 10 mg, IV
10 mg/2 ml pelan
6. Dopamin Shock 2,5 – 20 μg/kg/min
Ampul Yang belum IV drip
200 mg/10 ml teratasi Dosis ginjal 1 – 5
dengan μg/kg/’ drip
pemberian Dosis jantung 5 –
cukup cairan 10 μg/kg/’ drip
Dosis syok /
Vasopresor
10 – 20 μg/kg/’
drip
7. Furosemide Edem Paru 20 – 40 mg IV
(Lasix ®) Akut 0,5 – 1 mg/kg IV
Ampul (TD > 90 (max 2 mg/kg)
20 mg/2 ml mm/Hg)
Hypertensi
berat
8. Morphin AMI 3 – 5 mg IV
Ampul Edem Paru 5 – 10 mg IM
10 mg/1 ml Akut Dapat diulang bila
(TD > 90 perlu
mm/Hg)
9. Glucose 40% Hypoglycemia 25 – 50 ml, IV
Vial 10 gr/25 ml pelan
10. Sodium
Bolus 1 meq/kg, IV
Bicarbonate
Metabolic pelan
(Meylon ®)
acidosis Drip 0,05
Vial 25 meq / 25
meq/kg/menit
ml
11. Isosorbide Angina 1 tablet Sublingual
dinitrite Pectoris Diulang tiap 5
(Cedocard ®) menit, max 3 tablet
12. Dexamenthasone Asthma 0,05 – 0,2 mg/kg,
(Oradexon ®) Bronchiale IV (1 ml untuk 10 –
Ampul 4 mg/1ml Anaphylactic 25 kg BB)
reaction
13. Digoxin (Lanoxin) Flutter / 1 tablet peroral,
0,25 mg/tablet fibralasi atrial dapat diulang 6
12
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
CHF jam kemudian.
14. Pethidin Analgetik kuat 1 mg/kg BB iv/im
Ampul (100 mg/2
ml)
15. MgSO4 20% Ventrikel 5 – 10 ml iv, pelan
Ampul 5 gr/25 ml Takikardi – pelan.
(Torsade de
pointes) 10 ml iv, pelan –
Eklampsia pelan.
16. Lidokain Cardiac I mg/kgBB bolus
(Xylocard 500®) aritmia pelan-pelan, dapat
Ampul (500mg/5 (karena MI) diulang 10 menit
ml) Takikardi kemudian 0,5
Ventrikel mg/kg lalu drip 2-4
mg.
17. Combivent Asma 1 amp untuk
nebulizer Bronkhiale pasien dewasa
18. Diazepam Kejang Dewasa : 10 mg
(stesolid®) rectal
Rectal enema 10 Anak-anak : 5 mg
mg/2,5 ml dan 5 rectal
mg/2,5 ml
13
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu refleks
f. Lampu senter
5. Ruang Bedah Minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan
bedah minor, misalnya :
Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya
Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage
Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture
(thoracentesis)
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain
:
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine
cair, H2O2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
Tromol gauze + gauze steril
Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
Plester + gunting plester
ABD, berbagai tampon
Sofratulle®
Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
Pisau aesculap
Berbagai salep antibiotik
14
Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
Set pemasangan nasogastric tube
Set pemasangan foley catheter
Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
Operating lamp
Tempat sampah
Sarung tangan
Korentang dan tempatnya
Scoop strecher
Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set
Sprei lobang
Baskom steril
Cath kawat
Alat buka jahit
Alat jahit wajah
Alat jahit isi 6, 7
Haemostat bengkok
Haemostat lurus
Tangkai pisau
Speculum hidung
T. Jarum biasa
T. Jarum besar
Ring forcep
Slang karet
Gunting metz
Catheter tray
Tabung enema
Baskom irigasi
15
Hak bergigi
Korentang klem
Alat vena sectie
Alat thoracentesis
Alat umbilikel
Alat THT
Slang dubur
Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
Tromol kasa
Bak instrumen
Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk
memberikan pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien
sesuai dengan tujuan utama IGD, yaitu :
Mencegah kematian dan cacat
Menerima rujukan pasien gawat darurat
Menanggulangi korban bencana
Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang triase, antara lain :
- Tempat tidur
- Lembar status emergency
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer
g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)
Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
Dilakukan pemeriksaan fisik
Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologi)
16
Menunggu masuk ke ruang rawat inap
Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang
catheter, pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
Menunggu obat
Menunggu proses penyelesaian administrasi
Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang
diperlukan di ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-
bedah, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set (sentral)
d. Tensimeter dinding
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker
6. Ruang Tindakan Obstetriginekologi
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
tindakan obstetriginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinding
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon
7. Ruang Spool Hock
17
Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat- alat keperawatan, seperti
pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang
spool hock, antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak
8. Ruang Penyimpanan Oksigen
Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta
perangkatnya.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
penyimpanan oksigen, antara lain :
a. Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
b. Etiket O2
9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di
IGD.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang,
antara lain :
Form PermintaanLaborat
Persetujuan tindakan medik
18
Form cairan keluar masuk
Surat persetujuan perawatan
Data pasien
Peraturan opname pasien
Form pemeriksaan fisik
Catatan/Pesan-pesan dokter
Plastik sampah
Rinso
Pipet
Envelope uk. 95 x 152 mm
Envelope uk. 110 x 230 mm
Karet gelang
Clear pembersih kaca
Pengharum ruangan
Tissue gulung
Clips
Batu baterai kecil
Batu baterai sedang
Batu baterai besar
Lem
Buku tulis biasa/quarto
Buku folio kecil panjang
Form permintaan pemeriksaan USG
Resep
Surat rujukan
Surat keterangan dokter
Memo
Pemeriksaan radiologi
Form penolakan tindakan medis/opname
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
gudang medis, antara lain :
Inf. Cath. 14 gr x 2’
19
Inf. Cath. 16 gr x 2’
Inf. Cath. 18 gr x 1¼’
Inf. Cath. 20 gr x 1¼’
Inf. Cath. 22 gr x 1¼’
Inf. Cath. 24 gr x ¾’
Spuit 1 cc
Spuit 3 cc
Spuit 5 cc
Spuit 10 cc
Spuit 20 cc
Spuit 50 cc
Infus set pediatrik
Infus set dewasa
Infus set darah
Jarum suntik 18
Jarum suntik 20
Jarum suntik 23
Jarum suntik 25
RL 500 cc
NaCl 3% 500 cc
NaCl 500 cc
NaCl 1000 cc
D5 500 cc
Asering
Kaen 3 B
D 10% 500 cc
Folleycath No. 8
Folleycath No. 14
Folleycath No. 16
Folleycath No. 18
Folleycath No. 20
Slang lambung No. 4
20
Slang lambung No. 16
Slang lambung No. 18
Jelly
Sofratul
Electroda
Hansaplast
Leukopon 2.5 cm x 9.2 m
Leukocrefe 7.5 cm x 4.5 m
Leukocrefe 10 cm x 4.5 m
Leukocrefe 15 cm x 5 m
Verband gulung 5 cm
Verband gulung 10 cm
Kondom cath
Urine bag
Endotracheal tube no. 6
Endotracheal tube no. 7
Endotracheal tube no. 7.5
Endotracheal tube no. 8
Meylon 84 25 cc
Dextrose 40% 25 cc
Spatel tongue
Catheter tip
Spinal needle no. 23
Sarung tangan 6 ½
Sarung tangan 7
Sarung tangan 7 ½
Alkohol
Savlon
Kapus
H2O2
Bethadine cair
EKG rol
21
Formalin 10%
10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampat
e. Ember
f. Gayung
11. Ruang Istirahat Dokter Jaga
Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat dokter
jaga, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Telepon dalam
c. Televisi
d. Kursi
12. Ruang Ganti Perawat
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang ganti perawat, antara
lain :
a. Pipa penggantung baju
b. Hanger
13. Ruang Tunggu Pasien
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda- tanda vital
Menunggu hasil (laboratorium dan X – Ray)
Menunggu penyelesaian proses administrasi
Menunggu proses masuk ke Instalasi Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien,
antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah
c. Rak brosur
22
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
23
4.2. SISTEM KOMUNIKASI.
Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan
penderita gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi
kegawat daruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana
tertentu dapat menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita
gawat darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan.
Komunikasi Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Royal Prima Jambi siap
24 jam menggunakan sarana komunikasi intern dan extern.
Intern dengan ext. 109
Extern dengan hotline (0341) 325111 – 325112 ext. 109
24
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkna
cidera (fisik, mental, sosial)
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat
kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan
atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
serta pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori
kasus emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang
termasuk pasien emergency adalah : kasus Prioritas 1 (P1) yaitu
pasien gawat darurat, prioritas 2 (P20 yaitu pasien gawat tidak
darurat dan/atau pasien darurat tidak gawat. Sedangkan yang
termasuk pasien false emergency adalah kasus Prioritas 3 (P3)
yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus prioritas 0 (P0)
yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah meninggal dunia
(death on arrival)
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara
pengklasifikasian dalam triase setelah diperoleh informasi akurat
tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :
1. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernafasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal masif
25
Gangguan jantung yang mengacam
Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah
terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
Korban dengan risiko syok (korban dengan
gangguan jantung, trauma abdomen berat)
Fraktur multiple
Fraktur femur / pelvis
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran / trauma kepala
Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
ditunda, misalnya :
Fraktur minor
Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia
Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.
26
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang
perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan
jalan nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang
petugas termasuk dokter dan ventilasi harus tetap
diperthankan dalam perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar
petugas dan membawa surat rujukan.
Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang
perawat dengan membawa surat rujukan dan memakai
ambulans.
27
4.6. PELAYANAN VISUM ET REPERTUM.
Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter
atau permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang
dilihat / diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk
kepentingan peradilan.
Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan visum et
repertum adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak
yang berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika
kejadiaannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta
atau melihatnya.
28
4.8. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
IGD Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen diklasifikasikan sebagai
Instalasi Pelayanan Gawat Darurat kelas II, karena telah memiliki dokter
spesialis empat besar yang siap dipanggil (on – call), dokter umum yang
siaga ditempat (on – site) 24 jam yang memiliki kualifikasi pelayanan
GELS (General Emergency Life Support) dan mampu memberikan
resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi untuk
rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjang medis : Pelayanan Radiologi, laboratorium, farmasi
2. Penunjang non medis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani
pasien gawat darurat via telepon :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans,
petugas IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun
informasi pelayanan pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana
sebagai berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil
ambulans tidak menginformasikan apapun kepada petugas IGD
di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil
ambulans menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada
petugas IGD di rumah sakit dengan menggunakan sarana
telekomunikasi handphone.
29
persetujuan salah satu dokter spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam,
anak, dan kebidanan). Dokter jaga IGD sebelum melakukan rujukan
pasien harus mengkorfirmasikan pasien tsb kepada dokter spesialis yang
sesuai dengan penyakit pasien. Adapun bentuk rujukan yaitu :
1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
- Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
- Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
- Permintaan pasien
- Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan
b. Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang
tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Royal Prima Jambi
3. Spesimen
a. Darah
b. Urin
c. Jaringan
d. Mukus / sekret
30
BAB V
LOGISTIK
31
diketahui, dipertimbangkan dan disetujui serta ditandatangani oleh
Kepala Bagian Gawat Darurat / Ka. IGD dan Kepala Departemen
Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen
Pelayanan, selanjutnya diajukan kepada Tim Pengadaan, untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk
mendapat kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas
pembelian, untuk membeli barang – barang sesuai kebutuhan
bagian yang meminta. Dalam hal kebutuhan barang – barang rutin
yang telah dilakukan perjanjian kerjasama, maka pembelian dapat
langsung di lakukan ke pemasoknya, setelah ada pengesahan dari
Tim Pengadaan.
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian
barang – barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang
rutin atau barang – barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke Rumah Sakit Royal Prima Jambi
sesuai pesanan dan barang tersebut diterima oleh bagian, Petugas
Gudang memeriksa apakah barang – barang tersebut sesuai
dengan pesanan baik jenis maupun jumlah pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian
Gawat Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan,
Petugas IGD melakukan prosedur pada permintaan alat – alat
umum diatas.
32
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1. PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau idak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
6.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
33
4. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian
langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi
kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD.
Konsultasi spesialistik dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit
pasien dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa
status maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau
kamar operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan
diketahui oleh kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien
: sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan cara pemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan
pasien
34
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1. PENGERTIAN.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
7.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Royal
Prima Jambi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
35
- Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan
sesudah menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani
kasus :
- HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
- Flu burung
Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam
menghadapi penderita dengan dugaan flu burung adalah :
Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan
menyikat selruh telapak tangan maupun punggung
tangan.
Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
penderita.
Memakai masker N95 atau minimal masker badan
Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
Menggunakan apron / gaun pelindung
Menggunakan sarung tangan
Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
- Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
36
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
37
ini dari waktu ke waktu. Tidak dimasukkan didalam angka kematian ini
Death On Arrival (DOA).
BAB IX
PENUTUP
Dikeluarkan di Jambi
Pada tanggal
38