Anda di halaman 1dari 4

Hukum Perikatan

Hukum perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan
pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini
merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain
yang menimbulkan perikatan. Dari rumusan ini dapat diketahui bahwa perikatan itu terdapat
dalam bidang hukum harta kekayaan (law of property), juga terdapat dalam bidang hukum
keluarga (family law), dalam bidang hukum waris (law of succession) serta dalam bidang
hukum pribadi(pers onal law). Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian
perikatan adalah suatu hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.
Di dalam perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat
sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan
yang sifatnya positif, halal, tidak melanggar undang-undang dan sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan
tertentu yang telah disepakati dalam perjanjian. Contohnya; perjanjian untuk tidak mendirikan
bangunan yang sangat tinggi sehingga menutupi sinar matahari atau sebuah perjanjian agar
memotong rambut tidak sampai botak
Dasar hukum perikatan
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah sebagai berikut:
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)
2. Perikatan yang timbul dari undang-undang
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum dan
perwakilan sukarela.
Sumber perikatan berdasarkan undang-undang :
1. Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata ) : Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau
karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
2. Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata ) : Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana
satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
3. Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata ) : Perikatan yang lahir karena undang-undang
timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang.
Asas-asas hukum perikatan
1. ASAS KONSENSUALISME
Asas konsnsualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 ayat 1 KUHPdt.
Pasal 1320 KUHPdt : untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat sarat :
(1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
(2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
(3) suatu hal tertentu
(4) suatu sebab yang halal.
Pengertian kesepakatan dilukiskan dengan sebagai pernyataan kehendak bebas yang disetujui
antara pihak-pihak ASAS-ASAS HUKUM PERIKATAN
2. ASAS PACTA SUNT SERVANDA
Asas pacta sun servanda berkaitan dengan akibat suatu perjanjian. Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt:
· Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang….”
· Para pihak harus menghormati perjanjian dan melaksanakannya karena perjanjian itu
merupakan kehendak bebas para pihakASAS-ASAS HUKUM PERIKATAN
3. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK
Pasal 1338 KUHPdt : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang
bagi mereka yang membuatnya”
Ketentuan tersebut memberikan kebebasan parapihak untuk :
· Membuat atau tidak membuat perjanjian;
· Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
· Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
· Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.ASAS-ASAS HUKUM
PERIKATAN

HUKUM BENDA

Menurut Pasal 499 KUHPerdata, pengertian benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat
menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa barang dan dapat
pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain – lain. Namun pengertian benda yang
dimaksud oleh KUHPerdata adalah benda berwujud seperti kendaraan bermotor, tanah, dan
lain – lain. Sedangkan benda tak berwujud seperti hak cipta, paten, tdak diatur oleh
KUHPerdata, melainkan diatur dalam undang – undang tersendiri, yaitu Undang – Undang
Perlindungan HKI. Jadi di dalam KUHPerdata, kata zaak mempunyai dua arti, yaitu barang
berwujud dan bagian dari pada harta kekayaan, yang termasuk zaak selain dari pada barang
yang berwujud, juga beberapa hak tertentu sbagai barang yang tak berwujud, juga beberapa
hak tertentu sebagai barang yang tak berwujud.

Selain pengertian tersebut, benda (zaak) dapat berarti bermacam – macam, yaitu : a.
Benda sebagai obyek hukum (Pasal 500KUHPerdata) b. Benda sebagai kepentingan (Pasal
1354 KUHPerdata) c. Benda sebagai kenyataan hukum (Pasal 1263 KUHPerdata) d. Benda
sebagai perbuatan hukum (Pasal 1792 KUHPerdata)

Sistem Hukum Benda System pengaturan hukum benda adalah system tertutup, artinya
orang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah ditetapkan dalam
undang-undang. Jadi hnya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas pada yang sudah
ditetapkan dalam undang-undang saja (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981: 2) Hal ini
berlawanan dengan system hukum perikatan, di mana hukum perikatan mengenal system
terbuka, artinya orang dapat mengadakan perikatan ataupun perjanjian mengenai apa pun juga,
baik yang sudah ada aturannya dalam undang-undang maupun yang belum ada peraturannya
sama sekali. Jadi, siapapun boleh mengadakan suatu perikatan atau perjanjian mengenai apa
pun juga.

Macam – macam Benda Undang – undang membagi benda dalam beberapa macam,
yaitu : a. Benda yang dapat diganti (contoh : uang ) dan yang tak dapat diganti (Contoh : seekor
kuda) b. Benda yang dapat diperdagangkan(praktis tiap barang dapat diperdagangkan) dan
yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar perdagangan (contoh : jalan – jalan dan lapangan
umum) c. Benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor
kuda) d. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh: tanah)

Menurut Pasal 540 KUHPerdata, tiaptiap kebendaan adalah benda bergerak atau benda
tak bergerak a. Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya atau karena penetapan
undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak, misalnya kendaraan, suratsurat berharga,
dan sebagainya. Dengan demikian kebendaan bergerak ini sifatnya adalah kebendaan yang
dapat dipindah atau dipndahkan (Pasal 509 KUHPerdata). Menurut Pasal 505 KUHPerdata,
benda bergerak ini dapat dibagi atas benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat
dihabiskan b. Benda tidak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuan
pemakaiannya atau karena penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak,
misalnya tanah, bangunan, dan sebagainya.
Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan adalah : 1. Gadai 2. Fidusia 3. Hipotek
4. Hak tanggungan 5. System resi gudang. Buku II KUHPerdata juga mengatur hak-hak lain
yang bukan merupakan hak kebendaan, tetapi mempunyai persamaan dengan hak kebendaan
karena memberikan jaminan, seperti Privilage, (hak istimewa), hak retensi, dan hak reklame.

Anda mungkin juga menyukai