Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

SISTEM PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA


Mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh
LA USMAN
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul "Sistem perlindungan Anak". Atas dukungan moral dan materi yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Ibu Ella Hayati, S.Kep., M.Pd selaku dosen Pembimbing kami, yang memberikan dorongan,
masukan dan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Serang, 25 Februari 2017

Penulis
Daftar Isi

Halaman Judul .......................................................................................................... i


Kata Pengantar .........................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Anak dalam aspek hukum .................................................................................. 3
2.2 Anak Dalam Pandangan Agama, Negara, dan Psikologis ............................... 4
2.2.1 Definisi ............................................................................................................ 4
2.2.2 Pandangan agama............................................................................................ 4
2.2.3 pandangan Negara ........................................................................................... 5
2.2.4 pandangan psikologis ..................................................................................... 6
2.3 Perlindungan anak ............................................................................................ 10
2.4 Contoh kasus kekerasan terhadap anak............................................................ 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................ 18
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki orang dewasa.
Pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak segencar sebagaimana hak-hak orang dewasa atau
isu gender, yang menyangkut hak perempuan. Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang
turut memikirkan dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga upaya untuk
melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan negara, orang dewasa atau bahkan
orang tuanya sendiri, tidak begitu menaruh perhatian akan kepentingan masa depan anak.
Padahal anak merupakan belahan jiwa, gambaran dan cermin masa depan, aset keluarga, agama,
bangsa dan negara. Di berbagai negara dan berbagai tempat di neger ini , anak-anak justru
mengalami perlakuan yang tidak semestinya, seperti eksploitasi anak, kekerasan terhadap anak,
dijadikan alat pemuas seks, pekerja anak, diterlantarkan, menjadi anak jalanan dan korban
perang/konflik bersenjata. Anak adalah suatu potensi tumbuh kembang suatu Bangsa di masa
depan, yang memiliki sifat dan ciri khusus. Kekhususan ini terletak pada sikap dan perilakunya
di dalam memahami dunia, yang mesti dihadapinya. Oleh karenanya Anak patut diberi
perlindungan secara khusus oleh negara dengan Undang-Undang. Perlindungan anak adalah
segala daya upaya bersama yang dilakukan secara sadar oleh perorangan, keluarga, masyarakat,
badan-badan pemerintah dan swasta untuk pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan
kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak berusia 0-21 tahun, tidak dan belum pernah menikah,
sesuai dengan hak asasi dan kepentingannya agar dapat mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin. Upaya perlindungan hukum bagi anak dapat di artikan sebagai upaya perlindungan
hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak ( fundamental rights and freedoms of
children ) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi
masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas Hukum anak
sebenarnya memiliki makna yang tidak sebatas pada persoalan peradilan anak, namun lebih luas
dari itu. Undang-undang No. 23/2002 tentang perlindungan anak telah membantu memberikan
tafsir, apa saja yang menjadi bagian hukum anak di Indonesia yang dimulai dari hak keperdataan
anak di bidang pengasuhan, perwalian dan pengangkatan anak; juga mengatur masalah
eksploitasi anak di bidang ekonomi, sosial dan seksual. Persoalan lain yang diatur dalam hukum
perlindungan anak adalah bagaimana penghukuman bagi orang dewasa yang melakukan
kejahatan pada anak-anak dan juga tanggung jawab orang tua, masyarakat dan negara dalam
melindungi anak-anak. Dengan demikian cakupan hukum anak sangat luas dan tidak bisa
disederhanakan hanya pada bidang pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak-anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia ?
2. Apa yang di maksud dengan Anak ?
3. Bagaimana identifikasi kasus tentang kekerasan terhadap anak ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Menjelaskan tentang Anak.
2. Menjelaskan Hukum.
3. Mengetahui pandangan hukum dalam Islam mengenai kekerasan terhadap anak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anak dalam aspek Hukum


Terdapat berbagai ragam pengertian tentang anak di Indonesia, dimana dalam berbagai
perangkat hukum berlaku penentuan batas anak yang berbeda-beda pula. Batas usia anak
merupakan pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status
hukum. Hal tersebut mengakibatkan beralihnya status usia anak menjadi usia dewasa atau
menjadi subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan dan
tindakan hukum yang dilakukannya. Beberapa pengertian anak yang terdapat dalam berbagai
peraturan perundang-undangan di Indonesia antara lain adalah : 1. Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata : Pasal 330 KUHPerdata : “Belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila perkawinan itu
dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka mereka tidak kembali dalam kedudukan
belum dewasa.” 2. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak :
Pasal 1 angka 2 : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
pernah kawin.” 3. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak :
Pasal 1 angka 1 : “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8
(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.”
4. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia : Pasal 1 angka
5 : “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya.” 5. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak : Pasal 1 angka 1 : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.” 6. Menurut Hukum Adat : “Ukuran seseorang
telah dewasa bukan dari umurnya, tetapi dari ukuran yang dipakai adalah : dapat bekerja sendiri;
cakap melakukan yang diisyaratkan dalam kehidupan masyarakat; dapat mengurus kekayaan
sendiri.” Hal penting yang perlu diperhatikan dalam peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan anak adalah konsekuensi penerapannya dikaitkan dengan berbagai faktor
seperti kondisi ekonomi, sosial politik, dan budaya masyarakat.
2.2 Anak Dalam Pandangan Agama, Negara, dan Psikologis
2.2.1 Definisi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “anak adalah keturunan yang kedua atau
manusia yang masih kecil”. Pengertian anak ini bersifat secara umum. Untuk lebih
mengkhususkan definisi anak, maka definisi anak dapat di tinjau dari beberapa segi, yaitu segi
agama, negara, dan psikologis.
2.2.2 Pandangan Agama
Anak adalah amanah dari Tuhan yang harus kita jaga dan lindungi mereka. Anak itu suci
dalam keadaan fitrah yang dimana amal baik dan amal buruknya merupakan cobaan atau ujian
dari Tuhan.
Dari segi sifat, anak terbagi atas 2 macam yaitu:
 Anak saleh
Anak saleh adalah anak yang tumbuh, bahkan setelah menjadi manusia dewasa, mengetahui dan
mengamalkan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah SWT, orang tuanya, dan masyarakat di
lingkungan hidupnya.
 Anak durhaka
Anak durhaka adalah anak yang salah asuh dalam pertumbuhannya,
setelah dewasa, dia mengabaikan kewajiban-kewajibannya terhadap orang tuanya dan
masyarakat, bahkan melakukan perbuatan kebalikan dari kewajiban-kewajiban kepada Allah
SWT.

Di dalam Al-qur’an, anak itu di sebutkan bahwa, mereka merupakan kabar gembira. Firman
Allah SWT :
”Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang
anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang
serupa dengan Dia.” ( Q.S , 19 : 7)
Anak telah menjadi perhatian ajaran islam sejak dia belum dilahirkan, bahkan sejak dia
belum berbentuk. Dalam ilmu fikih, anak belum termasuk ke dalam kategori mukalaf, yaitu
manusia dewasa yang dibebani kewajiban-kewajiban agama seperti shalat dan puasa. Hanya saja,
agar kelak anak bisa menjadi anak yang saleh, orang tua dan masyarakat berkewajiban
mendidiknya untuk mengenal dan mengamalkan kewajiban-kewajiban tersebut sebelum dia
dewasa.

2.2.3 Pandangan Negara


“Konvensi Hak Anak (KHA) mendefinisikan anak sebagai manusia yang umurnya belum
mencapai 18 tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, mendefinisikan
“anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
Dari segi pandang negara anak terbagi atas 5 macam yaitu:
 Anak terlantar
Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, naik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial.
 Anak yang menyandang cacat
Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental
sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
 Anak yang memiliki keunggulan
Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa, atau
memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.
 Anak angkat
Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua,
wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan
membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan
putusan atau penetapan pengadilan.
Menurut Hadi Supeno dalam bukunya menerangkan:
“Anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa
dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan
persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Konvensi Hak Anak dan Undang-Undang Perlindungan anak memberikan perhatian yang
sangat sentral atas harkat dan martabat anak. Negara, masyarakat,orang tua, serta aparat hukum
tidak boleh merendahkan anak. Bantuan,bimbingan, pengasuhan, perawatan, pendidikan, dan
sejenisnya harus diberikan dalam konteks sebagai hak, bukan sekadar dalam kaitan relasi kuasa
subjek dan objek. Anak-anak memang memiliki hak untuk itu semua. Maka apa pun yang
diberikan orang dewasa terhadapnya harus dengan cara-cara yang menunjang tinggi harkat dan
matabat.

2.2.4 Pandangan Psikologis


Definisi anak dalam psikologis adalah “seseorang yang belum mencapai tingkat
kedewasaannya. Bisa berarti seorang individu diantara kelahiran dan masa pubertas, atau seorang
individu diantara masa kanak-kanak dan masa pubertas. Anak adalah makhluk sosial seperti
juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan
kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak
tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam
Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan
yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai
peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang
dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak
lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat
memaksa.
Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran,
perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Haditono
(dalam Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan
pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan
bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku
yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.
Pengertian anak juga mencakup masa anak itu ada. Hal ini untuk menghindari
kesalahan mengenai pengertian anak dalam hubugannya dengan orang tua dan pengertian anak
itu sendiri setelah menjadi orang tua. Kasiram (1994), mengatakan anak adalah makhluk yang
sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang
semuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-
tiap fase perkembangannya. Di dalam perkembangan anak, tahapan atau fase harus saling
berkesinambungan, jadi “antara fase yang satu dengan fase yang lain selalu berhubungan dan
mempengaruhi serta memiliki ciri-ciri yang relatif sama pada setiap anak. Disamping itu juga
perkembangan manusia tersebut tidak terlepas dari proses pertumbuhan, keduanya akan selalu
berkaitan. Apabila pertumbuhan sel-sel otak anak semakin bertambah, maka kemampuan
intelektualnya juga akan berkembang. Proses perkembangan tersebut tidak hanya terbatas pada
perkembangan fisik, melainkan juga pada perkembangan psikis.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa “anak merupakan mahkluk sosial, yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga
mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas
psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa
kanak-kanak. Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.
Adapun fase-fase perkermbangan anak menurut beberapa ahli dalam abin Syamsuddin
dibukunya.
 Aristoteles
dia membagi masa perkembangan individu sampai menginjak dewasa dalam tiga septima
berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu:
No Nama Tahapan Waktu
1 Masa Kanak-kanak 0-7 tahun
2 Masa anak sekolah 7-14 tahun
 Hurlock
dia membagi fase-fase perkembangan individu secara lengkap sebagai berikut:
No Nama Tahapan Waktu
1 Prenatal Conception-280
days
2 Infancy 0-10 to 14 days
3 Baby Hood 2 weeks-2 years
4 Child Hood 2 years-adobcence
5 Adolescense (13(girls)-21 years)
(14(boys)-21 years)
6 Adult Hood 21-25 years
7 Midle Age 25-30 years
8 Old Age 30 years-death

 Erikson
dia mengamati beberapa segi perkembangan kepribadian dan mengembangkan model
pertahapan perkembangan tanpa menunjukan batas umur yang jelas atau tegas, namun
menunjukan komponen yang menonjol pada setiap fase perkembangan

No Developmental Satges Basic Components


1 Infancy Trust us Mistrust
2 Early Childhood Autonomy us Shame, doubt
3 Preschool age Iniative us Guilt
4 School age Industry us Inferiority
5 Adolescence Indentity us Confusion
6 Young adulthood Intimacy us Isolation
7 Adulthood Generativity us Stagnation
8 Senescence Egointegrity us despair
 Witherington
Mengobservasi penonjolan aspek perkembangan psikofisik yang selaras dengan jenjang praktik
pendidikan, dia membagi tahap yang lamanya masing-masing tiga tahun perkembangan individu
sampai menjelang dewasa
No Stage Indikator
1 0-3 th Perkembangan fisik ynag pesat
2 3-6 th Perkembangan mental yang pesat
3 6-9 th Perkembangan sosial yang pesat
4 9-12 th Perkembangan sikap yang individualis
5 12-15 th Awal penyesuaian social
6 15-18 th Awal pilihan kecenderungan pola hidup yang akan
diikuti smpai dewasa
Anak adalah individu unik yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa, baik segi
fisik,emosi,pola pikir maupun perlakuan terhadap anak membutuhkan spesialisasi perlakuan
khusus dan emosi yang stabil.
Allah SWT telah menitipkan anak dalam jiwa manusia,rasa cinta yang dalam kepada
anak dan tak tertandingi dengan cinta lain.Sebab anak merupakan jantung hati, cahaya kalbu di
dalam rumah tangga. Ini bisa dilihat dari perhatian besar yang diberikan orang tua kepada anak-
anak mereka, disertai dengan rasa kasih sayang yang abadi.
Al-Our’an telah menerangkan sejumlah faktor yang menerangkan orang tua mencintai
anak.Seperti fiman Allah berikut:
“Dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kelompok
yang lebih besar”.
Pada anak terdapat tanggung jawab yang besar karena anak merupakan masa depan suatu
bangsa dan agama yang disandarkan. Anak merupakan bapak masa depan, penerus cita-cita dan
pewaris keturunan.
Banyak cara yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak. Diantaranya menggunakan
komunikasi yang baik bahkan ada yang menggunakan kekerasan sebagai bentuk mendidik anak
yang diharapkan anak menjadi baik dan disiplin. Baik melalui kekerasan fisik atau psikis.
Sering juga terjadi kekerasan terhadap anak yang tidak kita sadari.Sebagai contoh
seorang guru melakukan kekerasan fisik terhadap seorang siswa. Tentu kita berpikir hal tersebut
termasuk wajar dalam sekolah. tetapi hal itu telah merampas hak seorang anak. Karena seorang
anak harus mendapatkan kasih sayang tanpa ada unsur kekerasan.

2.3 Perlindungan anak


Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar
setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan
anak tersebut secara wajar, baik fisik, mental, maupun sosial. Hal tersebut adalah sebagai
perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Perlindungan anak tidak boleh dilakukan
secara berlebihan dan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak
itu sendiri, sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak menjadi berakibat negatif.
Perlindungan anak harus dilaksanakan secara rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat yang
mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien terhadap perkembangan pribadi anak yang
bersangkutan. Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreativitas
dan hal-hal lain yang menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak
terkendali. Sehingga anak menjadi tidak memiliki kemampuan dan kemauan dalam
menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dalam Pasal 1 angka 2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dijelaskan bahwa
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal
tersebut didukung dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 yang mengatur tentang tujuan perlindungan anak yaitu untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia
dan sejahtera. Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Secara langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang
menjadi sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat berupa cara
melindungi anak dari berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam dirinya, mendidik,
membina, mendampingi anak dengan berbagai cara, mencegah kelaparan dan mengusahakan
kesehatannya dengan berbagai cara, serta dengan cara menyediakan pengembangan diri bagi
anak. Sedangkan yang dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung adalah
kegiatan yang tidak langsung ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau
melakukan kegiatan dalam usaha perlindungan terhadap anak tersebut. Dalam Pasal 20 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, telah diatur bahwa yang
berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak adalah
negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Jadi yang mengusahakan perlindungan
bagi anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai
macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Perlindungan anak menyangkut berbagai aspek
kehidupan agar anak benar-benar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar sesuai dengan
hak asasinya. Dalam masyarakat, ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai masalah
perlindungan anak dituangkan pada suatu bentuk aturan yang disebut dengan Hukum
Perlindungan Anak. Hukum Perlindungan Anak merupakan sebuah aturan yang menjamin
mengenai hak-hak dan kewajiban anak yang berupa : hukum adat, hukum perdata, hukum
pidana, hukum acara perdata, hukum acara pidana, maupun peraturan lain yang berhubungan
dengan permasalahan anak. Dalam bukunya yang berjudul Hukum dan Hak-Hak Anak, mantan
hakim agung, Bismar Siregar mengatakan bahwa masalah perlindungan hukum bagi anak-anak
merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia, di mana
masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis saja tetapi juga perlu pendekatan yang
lebih luas, yaitu ekonomi, sosial dan budaya. Perlindungan khusus terhadap anak yang berada
dalam situasi darurat, misalnya anak yang sedang berhadapan dengan hukum serta anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi diatur secara terperinci dalam Bab VIII Bagian Kelima
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 64 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 menjelaskan bahwa perlindungan khusus bagi anak yang
berhadapan dengan hukum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 59 adalah meliputi anak
yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana, yang merupakan kewajiban dan
tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan
Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi :
a. non diskriminasi
b. kepentingan yang terbaik bagi anak
c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
d. penghargaan terhadap pendapat anak.
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya
anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Sebetulnya usaha perlindungan
terhadap anak telah cukup lama dibicarakan baik di Indonesia maupun di dunia internasional.
Sejak tahun lima puluhan perhatian ke arah terwujudnya peradilan anak telah timbul dimana-
mana. Perhatian mengenai masalah perlindungan anak ini tidak akan pernah berhenti, karena
disamping merupakan masalah universal juga karena dunia ini akan selalu diisi oleh anak-anak.
Sepanjang dunia tidak sepi dari anak-anak, selama itu pula masalah anak akan selalu
dibicarakan. Perhatian akan perlunya perlindungan khusus bagi anak berawal dari Deklarasi
Jenewa tentang Hak-hak Anak tahun 1924 yang diakui dalam Universal Declaration of Human
Right tahun 1958. bertolak dari itu, kemudian pada tanggal 20 Nopember 1958 Majelis Umum
PBB mengesahkan Declaration of The Rights of The Child (Deklarasi Hak-hak anak). Sementara
itu masalah anak terus dibicarakan dalam konggres-konggres PBB mengenai The Prevention of
Crime and The Treatment of Offenders. Pada konggres ke I di Jenewa tahun 1955 dibicarakan
topic Prevention of Juvenile Delinquency. Pada tahun 1959 Majelis Umum PBB kembali
mengeluarkan pernyataan mengenai hak anak yang merupakan deklarasi internasional kedua
bagi hak anak. Tahun 1979 saat dicanangkannya Tahun Anak Internasional, Pemerintah Polandia
mengajukan usul bagi perumusan suatu dokumen yang meletakkan standar internasional bagi
pengakuan terhadap hak-hak anak dan mengikat secara yuridis. Inilah awal perumusan Konvensi
Hak Anak. Tahun 1989, rancangan Konvensi Hak Anak diselesaikan dan pada tahun itu juga
naskah akhir tersebut disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB tanggal 20
November. Konvenan ini kemudian diratifikasi oleh setiap bangsa kecuali oleh Somalia dan
Amerika Serikat. C. Instrumen Hukum Instrumen hukum yang mengatur perlindungan hak-hak
anak diatur dalam Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak ( Convention on The Rights of The
Child ) tahun 1989 (Convention on The Right of The Child, UNICEF, 1990 ), telah di ratifikasi
oleh lebih 191 negara. Indonesia sebagai anggota PBB telah meratifikasi dengan Kepres Nomor
36 tahun 1990. Dengan demikian Konvensi PBB tentang Hak Anak tersebut telah menjadi
hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga Negara Indonesia. Lahirnya Konvensi Hak Anak
Gagasan mengenai hak anak pertama kali muncul pasca berakhirnya Perang Dunia I. Sebagai
reaksi atas penderitaan yang timbul akibat bencana peperangan terutama yang dialami oleh kaum
perempuan dan anak-anak, para aktivis perempuan melakukan protes dengan menggelar pawai.
Dalam pawai tersebut, mereka membawa poster-poster yang meminta perhatian publik atas nasib
anak-anak yang menjadi korban perang. Salah seorang di antara aktivis tersebut, Eglantyne Jebb,
kemudian mengembangkan sepuluh butir pernyataan tentang hak anak yang pada tahun 1923
diadopsi oleh Save the Children Fund International Union. Untuk pertama kalinya, pada tahun
1924, Deklarasi Hak Anak diadopsi secara internasional oleh Liga Bangsa-Bangsa. Selanjutnya,
deklarasi ini juga dikenal dengan sebutan Deklarasi Jenewa Konvensi Hak-hak anak merupakan
instrument hukum yang berisi rumusan prinsip-prinsip universal dan ketentuan norma hukum
mengenai anak. Konvensi hak anak merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai hak
asasi manusia yang memasukan masing-masing hak-hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak
sosial dan hak budaya. Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat dikategorikan sebagai
berikut, pertama penegasan hak-hak anak, kedua perlindungan anak oleh negara, ketiga peran
serta berbagai pihak (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam menjamin penghormatan
terhadap hak-hak anak. Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak
dapat dikelompokan menjadi: 1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights) Hak
kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan
hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya.
Konsekwensinya menurut Konvensi Hak Anak negara harus menjamin kelangsungan hak hidup,
kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6). Disamping itu negara berkewajiban
untuk menjamin hak atas tarap kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau, dan melakukan
pelayanan kesehatan dan pengobatan, khususnya perawatan kesehatan primer. (Pasal 24).
Implementasinya dari Pasal 24, negara berkewajiban untuk melaksanakan program-program :
1. melaksanakan upaya penurunan angka kematian bayi dan anak
2. menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan
3. memberantas penyakit dan kekurangan gizi
4. menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan bagi ibu
5. memperoleh informasi dan akses pada pendidikan dan mendapat dukungan pada pengetahuan
dasar tentang kesehatan dan gizi
6. mengembangkan perawatan kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua, serta penyuluhan
keluarga berencana.
7. mengambil tindakan untuk menghilangkan praktik tradisional yang berprasangka buruk terhadap
pelayanan kesehatan.
Terkait dengan itu, hak anak akan kelangsungan hidup dapat berupa:
1. hak anak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan semenjak dilahirkan (Pasal 7)
2. hak untuk memperoleh perlindungan dan memulihkan kembali aspek dasar jati diri anak (nama,
kewarganegaraan dan ikatan keluarga) (Pasal 8)
3. hak anak untuk hidup bersama (Pasal 9), dan hak anak untuk memperoleh perlindungan dari
segala bentuk salah perlakuan (abuse) yang dilakukan orang tua atau orang lain yang bertangung
jawab atas pengasuhan (Pasal 19)
4. hak untuk memperoleh perlindungan khusus bagi bagi anak- anak yang kehilangan lingkungan
keluarganya dan menjamin pengusahaan keluarga atau penempatan institusional yang sesuai
dengan mempertimbangkan latar budaya anak (Pasal 20)
5. adopsi anak hanya dibolehkan dan dilakukan demi kepentingan terbaik anak, dengan segala
perlindungan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 21)
6. hak-hak anak penyandang cacat (disabled) untuk memperoleh pengasuhan, pendidikan dan
latihan khusus yang dirancang untuk membantu mereka demi mencapai tingkat kepercayaan diri
yang tinggi (Pasal 23)
7. hak anak menikmati standar kehidupan yang memadai dan hak atas pendidikan (Pasal 27 dan
28).
Hak terhadap perlindungan (protection rights). Hak perlindungan yaitu perlindungan anak dari
diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga, dan
bagi anak pengungsi. Hak perlindungan dari diskriminasi, termasuk:
1. perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh pendidikan, perwatan dan latihan
khusus
2. hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli dalam kehidupan masyarakat
negara.

Perlindungan dari ekploitasi, meliputi :


1. perlindungan dari gangguan kehidupan pribadi.
2. perlindungan dari keterlibatan dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan, pendidikan dan
perkembangan anak.
3. perlindungan dari penyalahgunaan obat bius dan narkoba, perlindungan dari upaya penganiayaan
seksual, prostitusi, dan pornografi.
4. perlindungan upaya penjualan, penyelundupan dan penculikan anak.
5. perlindungan dari proses hukum bagi anak yang didakwa atau diputus telah melakukan
pelanggaran hukum.
Hak untuk Tumbuh Berkembang (development rights) Hak tumbuh berkembang meliputi segala
bentuk pendidikan (formal maupun non formal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang
layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Hak anak atas
pendidikan diatur pada Pasal 28 Konvensi Hak Anak menyebutkan :
1. negara menjamin kewajiban pendidikan dasar dan menyediakan secara cuma-Cuma.
2. mendorong pengembangan macam-macam bentuk pendidikan dan mudah dijangkau oleh setiap
anak.
3. membuat imformasi dan bimbingan pendidikan dan ketrampIlan bagi anak.
4. mengambil langkah-langkah untuk mendorong kehadirannya secara teratur di sekolah dan
pengurangan angka putus sekolah.

2.4 Contoh kasus kekerasan terhadap anak


Mengenai kekerasan terhadap anak disini kami membahas tentang kekerasan yang sangat
amat tragis.Yaitu seorang anak yang bernama Bastien (AFP) anak asal Paris.Untuk lebih jelasnya
mari kita pahami kronologisnya.Seorang ayah di Prancis tega menghabisi nyawa anak
kandungnya yang masih berumur 3 tahun. Sang ayah dengan kejam memasukkan sang balita ke
dalam mesin cuci dan kemudian menyalakannya.
Atas perbuatannya tersebut, sang ayah yang bernama Christophe Champenois (33)
dikenai tuduhan pembunuhan terhadap anak kecil oleh pengadilan setempat di Meaux, Paris.
Demikian seperti diberitakan kantor berita AFP dan dilansir Sydney Morning Herald, Selasa
(29/11/2011).

Insiden tragis tersebut terjadi di apartemen mereka, Germiny L'Eveque, Paris, pada Jumat
(25/11) lalu. Sang ayah, Champenois memasukkan anaknya yang bernama Bastien dalam
keadaan telanjang ke dalam mesin cuci. Hal ini dilakukan untuk menghukum Bastien yang
terlibat masalah di tempat penitipan anak.
Salah seorang saksi mata bernama Alice yang merupakan tetangga apartemen mereka
mengaku, dirinya sempat melihat kondisi jasad Bastien saat ibu sang anak mendatangi
apartemennya untuk meminta bantuan. Alice menyebut kondisi Bastien saat itu sangat tragis.
"Saya sempat menggendong anak kecil itu di lengan saya, dia kaku, dalam keadaan benar-benar
telanjang. Semua tubuhnya putih, lemas, sungguh-sungguh seperti sebuah mainan," terang Alice.
Menurut Alice, sang ibu datang dengan panik sambil menggendong Bastien untuk
meminta pertolongan. Bantuan pernapasan kepada Bastien sempat dilakukan, tapi sayangnya
nyawa Bastien tak terselamatkan.
Atas tindakannya ini, Champenois telah ditahan Kepolisian Prancis atas tuduhan
pembunuhan. Sedangkan sang ibunda juga ikut ditahan atas tuduhan lalai mencegah terjadinya
tindak kriminal dan lalai hingga menyebabkan seseorang dalam bahaya. Kedua orangtua Bastien
ditahan tanpa jaminan.
Sementara itu, Champenois membantah semua tuduhan yang dikenakan padanya. Dia
berdalih, anaknya tewas karena terjatuh di tangga. Namun, berdasar keterangan saksi dan hasil
visum terhadap jasad Bastien, ditemukan fakta bahwa anak tersebut memang dimasukkan ke
dalam mesin cuci. Selain itu, terungkap juga bahwa Bastien pernah mengalami penganiayaan
secara berulang-ulang, salah satunya dikunci selama berjam-jam di dalam lemari.
Ditambah seorang pejabat setempat mengatakan bahwa keluarga Champenois mendapat
bantuan pekerja sosial sejak 2006 karena tekanan sosial dan psikologis. Pada akhir bulan ini,
tingkah laku Bastien dinilai agak aneh, di mana balita 3 tahun tersebut selalu tampak cemas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa
sekaligus modal sumberdaya manusia bagi pembangunan nasional. Melihat arti pentingnya anak
bagi kelangsungan bangsa dan negara, pemerintah tetap memandang perlu adanya acuan yuridis
formal yang mengatur tentang pelaksanaan perlindungan anak. Atas dasar pertimbangan tersebut,
pemerintah telah menerbitkan peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur
tentang perlindungan anak yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Disebutkan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 bahwa yang
dimaksud dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi. Seiring dengan perkembangan jaman, perlindungan terhadap anak semakin
dituntut pelaksanaannya. Perkembangan teknologi dan budaya yang terjadi dewasa ini telah
memunculkan beberapa efek positif dan negatif dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu menjadi kewajiban bagi orang dewasa, baik orang tua, keluarga, masyarakat maupun
bangsa untuk memberikan jaminan, memelihara dan mengamankan kepentingan anak serta
melindungi dari gangguan yang datang dari luar maupun dari anak itu sendiri. Asuhan anak,
terutama menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua di lingkungan keluarga, akan tetapi
demi kepentingan kelangsungan tata sosial maupun untuk kepentingan anak itu sendiri, perlu
adanya campur tangan dari pemerintah.

3.2 Saran
Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung.
Secara langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang menjadi
sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat berupa cara melindungi
anak dari berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam dirinya, mendidik, membina,
mendampingi anak dengan berbagai cara, mencegah kelaparan dan mengusahakan kesehatannya
dengan berbagai cara, serta dengan cara menyediakan pengembangan diri bagi anak. Sedangkan
yang dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung adalah kegiatan yang tidak
langsung ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau melakukan kegiatan
dalam usaha perlindungan terhadap anak tersebut.
Daftar Pustaka
Admin Blog.2008. Psikologi Anak, tersedia.

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-anak-

tinjauan-secara-kronologis-dan-psikologis/, [25 Februari 2017]

Chaplin JP.1999.Kamus Lengkap Psikologis Penerjemah Dr Kartini

Karotono.Edisi 1.Cetakan 5.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

CatatanFilsufGila: http://umam74.blogspot.com/2012/05/perlindungan-anak-di-
indonesia.html?m=1
Azharruddin Hasbi: http://escampur-sari.blogspot.co.id/2012/05/makalah-uud-perlindungan-
anak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai