PENDAHULUAN
4|Page
mengubah posisi seperti posisi sim’s , semi fowler, miring, dorsal recumbent
lithomi dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan membahas mengenai standar
operasional prosedur bagaimana cara melakukan mobilisasi pada pasien yang
akan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan dari tempat tidur ke kereta
dorong (brankart) dan cara mengatur posisi dengan baik dan benar.
1.2 Rumus Masalah
Menurut latar belakang masalah yang ada, maka, maka rumusan masalahnya,
antara lain :
1.2.1 Bagaimana pengkajian pada pasien mobilisasi ?
1.2.2 Bagaimana diagnosa keperawatan ?
1.2.3 Bagaimana Diagnosa keperawan ?
1.2.4 Bagaimana Intervensi diabetes mellitus ?
1.2.5 Bagaimana implementasi diabetes militus ?
1.2.6 Bagaimana evaluasi diabetes militus ?
1.3 Tujuan
Dalam Makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin di dapat, antara lain:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Menyelesaikan tugas seminar Ners
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.3 Untuk mengetahui pengkajian pada pasien mobilisasi
1.3.4 Untuk mengetahui intervensi mobilisasi
1.3.5 Untuk Mengetahui Implementasi mobilisasi
1.3.6 Untuk Mengetahui evaluasi mobilisasi
5|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI
6|Page
2.3. Klasifikasi
Dalam Mobilisasi terdapat tiga rentang yaitu ;
1. Rentang Gerak Pasif Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot. Dan persendian dengan menggerkan otot orang lain
secara pasif.
2. Rentang Gerak Aktif, Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot
sertan sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif.
3. Rentang Gerak FungsionalBerguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi
dengan melakukan aktifitas yangdiperlukan.
2.3 Manifestasi Klinis
Tanda- tanda yang dapat dikaji pada intoleransi aktifitas saat mobilisasi
dan setelahmobilisasi antara lain :a.Denyut nadi frekuensinya mengalami
peningkatan, irama tidak teratur.
1. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekan sistol /hipotensi
orthtostatic.
2. Terjadi peningkatan frekuensi pernapasn cepat dangkal.
3. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
4. Kecepatan dan posisi tubuh akan mengalami kecepatan
aktifitas danketidakstabilan posisi tubuh.
5. Status emosi labil.
2.4 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
1. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
7|Page
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
8|Page
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
2.5 Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi
otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan
otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama
jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus
otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
9|Page
2.7 WOC
Gaya hidup Tingkat energi Usia Ketidakmampuan
Ke engganan untuk bergerak energy dalam tubuh penurunan fungsi tubuh primer Sekunder
Tulang otot ke kurangan nutrisi penurunan fungsi tubuh gangguan modula kelemahan
Kelemahan otot Spinalis otot
Gangguan persendian
Gangguan Aktifitas
Kekuatan otot menurun kemampuan aktifitas menurun frekuensi jantung menurun >20% kurang tenaga
Rentan gerak menurun - sulit tidur mengeluh lelah mengeluh lelah
Sulit menggerakkan ekstermitas - sering terjaga merasa lemah tidak mampu mempertahankan
Gerakan terbatas - tidak puas tidur tidak nyaman setelah aktifitas Aktifitas
MK : gangguan mobilitas fisik - pola tidur berubah MK : Intoleransi aktifitas tampak lesuh
- Istirahat tidak cukup MK: gangguan pola tidur MK: keletihan
10 | P a g e
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Penatalaksanaan umum
1) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,
keluarga, dan pramuwerdha.
2) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring
lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta
mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien.
3) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target
fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula
perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target terapi.
4) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada masalah
imobilisasi, serta penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
5) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang
dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan wajib diturunkan
dosisnya atau dihentkan bila memungkinkan.
6) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
7) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan
gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat
otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/
keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
8) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat
bantu berdiri dan ambulasi.
9) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau
toilet.
b. Penatalaksanaan khusus
1) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi.
2) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
11 | P a g e
3) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada
dokter spesialis yang kompeten.
2. Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien–pasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk
mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas
permanen.
3. Penatalaksanaan Lain
a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
diberdayakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi.
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di
tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-
lain.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak,
serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan isotonik dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban
yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan
dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
1) ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
12 | P a g e
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan
sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal
(klien aktif).
2) ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klien pasif). Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan
tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis
ekstermitas total (suratun, dkk, 2008)
f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.
g. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret
dari paru dengan memanfaatkan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu
sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan
fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak,
postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi
dada.
h. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu
dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan
lain-lain.
13 | P a g e
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi
1. Pengkajian focus
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Kemampuan Mobilitas
Tingkat Aktifitas / Mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
14 | P a g e
g. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan
emosi, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
b. Risiko cedera berhubungan dengan ketidakamanan transportasi
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
d. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
15 | P a g e
h. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
i. Resiko jatuh
3. Perencanaan Keperawatan
a. Dx : gangguan mobilitas fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan
mobilitas fisik meningkat
Kriteria hasil :
- Frekuensi nadi meningkat (5)
- Keluhan lelah menurun (5)
- Dyspnea saat aktifitas menurun
- Dyspnea setelah aktifitas menurun
Intervensi Rasional
Manajemen energy Manajemen energy
Observasi Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi - Mengetahui kondisi umum pasien
tubuh - Mengutamakan kenyamanan
- Monitor lokasi dan pasien dalam melakukan aktivitas
ketidaknyamanan selama - Mengetahui keadaan pasien
melakukan aktivitas Terapeutik
- Monitor kelelahan fisik dan - Untuk menjaga kesehatan tubuh
emosional pasien
Terapeutik
- Lakukan latihan rentang
pasifdan / pasif
Edukasi
- Anjurkan melakkan aktivitas
secara bertahap
- Ajarkan strategi kopinguntuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
16 | P a g e
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
b. Dx : resiko jatuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan tingkat jatuh
menurun dengan
Kriteria hasil :
1. Jatuh dari tempat tidur berkurang
2. Jatuh saat duduk menurun
3. Ketajaman penglihatan meningkat
Intervensi Rasional
Observasi Observasi
1. Identifikasi faktor resiko jatuh 1. Mengetahui penyebab gangguan
(gangguan penglihatan) penglihatan
2. Hitung resiko jatuh dengan 2. Mengetahui tingkat skala resiko
menggunakan skala jatuh
3. Identifikasi resiko jatuh 3. Mengetahui keadaan umum
Terapeutik Terapeutik
4. Pastikan roda tempat tidur terkunci 4. Menjaga keamanan pasien
5. Pasang handrail tempat tidur 5. Agar pasien lebih nyaman
Edukasi Edukasi
6. Anjurkan memanggil perawat jika 6. Mengetahui kondisi pasien
membutuhkan bantuan 7. Untuk menjaga agar pasien tidak
7. Anjurkan berkonsentrasi untuk jatuh
menjaga keseimbangan tubuh
17 | P a g e
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
a. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan pada tanggal 15 agustus 2019 merasa pusing sekali lalu
tanggal 22 agustus 2019 jam .. di bawa ke UGD rumah sakit haji Surabaya lalu
di pindahkan ke marwah 4c. Saat pengkajian pasien merasa mata kabur dan
badan mati separuh pada kaki kanan pasien tidak dapat bergerak. Pasien
mengatakan susah bergerak.
18 | P a g e
Masalah Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik
19 | P a g e
6. Genogram :
: pasien
: meninggal
: tinggal serumah
20 | P a g e
Data Obyektif :
BB : 83 kg, TB : 160 cm, IMT : 32,4 kg/m2, Hb : 14,1, K : 26, GDA : 96, GCS :
456, TD: 140/80 mmhg, N: 87 x/ menit, KU : cukup, diet tim RGRS 1900 kkal,
dengan motivasi sayur dan buah, peristaltic usus 4x/ menit. Pasien tiap hari minum
1 liter terpasang pz 7 tpm, turgor kulit baik
BMR Wanita = 655 + (9,6 x berat badan) + (1,8x tinggi badan) – (4,7 x usia)
= 1.443,7
= 1.443,7 x 1,2
= 1.732,44 kalori/hari
Jika Anda mengalikan BMR Anda dengan faktor aktivitas fisik, maka Anda akan
mendapatkan total kebutuhan kalori per hari Anda. Berikut ini merupakan faktor
aktivitas fisik:
Sangat sering olahraga (setiap hari bisa dua kali dalam sehari), kalikan BMR
dengan 1,9
21 | P a g e
Abdomen simestrik, perstaltik usus 4x/meit, tidak ada hemoroid
Masalah Keperawatan : konstipasi
Eliminasi Uri
Data Subyektif : pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien kencing
sering tergantung banyaknya minum, bau khas, berwarna jernih, saat masuk rumah
sakit memakai pempers sehari ganti 3-4 kali warna jernih +/- 1.500 cc
Data Obyektif : pasien terlihat memakai pempers, tidak ada keluhan saat buang air
kecil
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Pola Istirahat dan tidur
Data Subyektif :
Pasien mengatakan saat sebelum masuk rumah sakit istirahat saat terasa capek saja,
tidak pernah tidur siang, tidur malam mulai jam 21.00-04.00 saat masuk rumah
sakit hanya berbarig saja, siag tidur jika merasa mengantuk dan malam tidur jam
20.00-05.00
Data Obyektif :
Konjungtiva tidak anemis, keadaan umum cukup
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
22 | P a g e
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toiletting √
Ambulasi √
Keterangan :
4 : Mandiri
3 : Membutuhkan Alat
2 : Membutuhkan pertolongan
1 : membutuhkan pertolongan dan alat
0 : Ketergantungan
Masalah Keperawatan : Resiko Jatuh
23 | P a g e
7. Pola Persepsi dan konsep diri
Pola persepsi
Raut muka datar, ada perubahan suara, pasien mampu mempersepsikan
penyakitnya sendiri akibat dari kecapekan selama ini
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Pola Reproduksi Seksual
Pasien tidak ada masalah pada reproduksi seksual, pasien mempunyai 1 anak
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Pola Hubungan Peran
Persepsi klien tentang Pola hubungan : hubungan pasien dengan keluarga baik,
selalu mendapatkan motivasi dalam menghadapi sakitnya dan keluarga dan teman
yang menjenguk setiap keputusan selalu di putuskan bersama keluarga
Persepsi Klien tentang Peran dan Tanggung Jawab : saat sakit peran dalam
usahanya terkendala karea sakit yang sekarang diderita
Masalah Keperawatan : Ansietas
10. Mekanisme Koping
Kemampuan Mengendalikan Stress : pasien mengatakan jika merasa stress
pasien berdiam diri dulu lalu mengutarakan pada adiknya untuk memecahkan
masalah
Sumber Pendukung : adik perempuan pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
24 | P a g e
12. Pemeriksaan Refleks
Refleks : Fisiologis
+ + + +
Biceps Triceps
- + - +
Knee Achiles
Refleks Patologis
Babinski Oppenheim
Dextra Sinistra
Chadok
Masalah Keperawatan : gangguan mobilitas fisik
13. Aspek Sosial
a. Ekspresi efek dan emosi : Senang Sedih Menangis
Cemas Marah √ Diam
Takut Lain….…………….
25 | P a g e
b. Hubungan dengan keluarga : √ Akrab K kurang akrab
2. Pemeriksaan Radiologi
Tanggal Pemeriksaan Hasil
Injeksi
Pz 7 Tpm
Citicolin 3 x 500
Manitol 2 x 100
Ranitidin 2 x 1 amp
26 | P a g e
Oral
Simvastatin 0-0-10
Gabapentin 1x 300
Laxachin 0-0-cthl
Fleet enema extra 1x
Aktual
2. Ansietas
3. Konstipasi
4. Obesitas
5. Intoleransi aktivitas
Resiko
1. Resiko jatuh
Promkes
1. Defisit Pengetahuan
27 | P a g e
ANALISA DATA
Resiko jatuh
28 | P a g e
DS : pasien mengatakan 7 hari CVA Konstipasi
tidak bisa bab, sulit dan keras
Tirah baring
DO: peristaltik 4x/mnt
Penurunan kontraktilitas
abdomen
Konstipasi
29 | P a g e
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
30 | P a g e
RENCANA KEPERAWATAN
31 | P a g e
2. Resiko jatuh Setelah Tingkat jatuh Pencegahan jatuh Pecegahan Jatuh
dilakukan - Jatuh dari Observasi Observasi
tindakan tempat tidur 1. Identifikasi factor 1. Mengetahui
keperawatan menurun (5) resiko jatuh (gangguan keadaan pasien
diharapkan : - Jatuh saat penglihatan) 2. Mengetahui skala
- Tingkat duduk 2. Hitung resiko jatuh resik jatuh pasien
jatuh menurun (5) dengan menggunakan 3. Mengetahui
menurun Fungsi sensori skala perkembangan
- Fungsi - Ketajaman 3. Identifikasi resiko pasien
sensori penglihatan jatuh setiap shift Teraputik
membaik meningkat (5) Terapeutik 4. Menjaga keamanan
4. Pastikan roda tempat pasien
tidur terkunci 5. Menjaga agar
5. pasang handrail tempat pasien tidak jatuh
tidur Edukasi
Edukasi 6. Untuk memastikan
6. Anjurkan memanggil kondisi pasien
perawat jika 7. Agar pasien tidak
membutuhkan bantuan terjatuh
7. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan
tubuh
32 | P a g e
meningkat membaik (5) gejala konstipasi 2. Mengetahui kondisi
- Frekuensi Terapeutik pasien
defekasi 3. Anjurkan diet tinggi Terapeutik
membaik (5) serat 3. Untuk mencegah
- Peristaltik usus Edukasi terjadinya
membaik (5) 4. Anjurkan peningkatan konstipasi
asupan cairan Edukasi
Kolaborasi 4. Agar pasien tidak
5. Kolaborasi kekurangan cairan
Penggunaan obat Kolaborasi
pencahar 5. Untuk mengurangi
terjadinya
konstipasi
33 | P a g e
IMPLEMENTASI
Resiko Jatuh
12.15
- Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
34 | P a g e
menjelaskan manfaat prosedur
Konstipasi
17.00
- Menganjurkan diit tinggi serat
meningkatkan asupan cairan
Resiko jatuh
Konstipasi
35 | P a g e
11.30 Gangguan mobilitas fisik
12.30 Konstipasi
Resiko jatuh
36 | P a g e
R S U
HAJI
RM :
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. T(L/P)
Ruang Rawat : SHOFA IV
: ...........53........................................................ / .............
22-08-19
37 | P a g e
resiko jatuh 17.00 meningkatkan asupan cairan
- Memastikan roda
tempat tidur terkunci
- Menganjurkan pasien
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan
- Memasang handroll
tempat tidur
23-08-19
- Membantu melakukan
38 | P a g e
07.00 Konstipasi pergerakan
- Memberikan obat
pencahar (fleet enema
extro)
24-08-19
Resiko jatuh
07.15
Menghitung skala resiko
jatuh
39 | P a g e
Evaluasi
- Membantu melakukan
pergerakan (ROM)
Dan menjelaskan
tujuan dan prosedur
- TD :140/80 RR :20,
P : intervensi dIlanjutkan
2,3,5,7
40 | P a g e
- Menganjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan
tubuh
3 5 N: 83
2 5
P : Intervensi dilanjutkan
41 | P a g e
bisa BAB
O : TD : 130/70 RR : 22
terlihat berpegangan saat
mobilisasi/duduk SRJ : 85
42 | P a g e
P : intervensi dilanjutkan 3,4
O : kekuatan otot 4 5
2 5
TD: 140/70, N:76
O : TD:140/70 RR : 20,
SRJ : 85
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
20.30 Gangguan mobilitas fisik S : pasien mengatakan kaki
masih berat gerak
4 5
43 | P a g e
2 5
O : TD :130/70 N :82
kekuatan otot
5 5
2 5
P : intervensi dihentikan px
pulang
O : TD :130/70 N :82 RR : 20
A : masalah teratasi
44 | P a g e
P : intervensi dihentikan px
pulang
45 | P a g e
BAB IV
ANALISA JURNAL
PERTANYAAN KLINIS
I : MOBILITAS DINI
46 | P a g e
No. Pertanyaan Artikel 1 Artikel 2 Artikel 3 Kesimpulan
Pengaruh Mobilisasi Pengaruh Mobilisasi Efektifitas Mobilisasi
Dini Sim Kanan Kiri Tiap 2 Jam terhadap Dini Terhadap
Terhadap Kejadian Dekubitus Kekuatan Otot Pada
Konstipasipada Pasien pada Pasien Stroke di Pasien Stroke Di Ruang
Stroke Infark Di Ruang Ruang ICU dan Murai Teratai Rsud Dr. H.
ICU RSUD dr. H. RSU Anutapura Palu Koesnadi Bondowoso
Mohammad Anwar
Sumenep
1. Megapa Menganalisis pengaruh menganalisis pengaruh menganalisis efektifitas Dalam ketiga jurnal
peneltian mobilisasi dini sim kanan mobilisasi tiap 2 jam mobilisasi dini terhadap memiliki tujuan yang
ini kiri terhadap konstipasi terhadap kekuatan otot pada hampir sama yakni manfaat
dilakukan? pada pasien stroke infark kejadian dekubitus pada pasien stroke. dari intervensi mobilisasi
pasien stroke di ruang pada pasien stroke
ICU dan Murai RSU
Anutapura Palu.
2. Seberapa Sampel sebanyak 20 Jumlah populasi Penelitian ini Dari ketiga jurnal jumlah
besar orang, dengan jumlah sebanyak 61 orang, dilaksanakan pada bulan sampel sudah memenuhi
sampel? sampel 10 orang dengan teknik Mei sampai dengan Juni kriteria sebuah penelitian
kelompok control dan 10 pengambilan sampel dengan jumlah sampel
orang kelompok menggunakan accidental sebanyak 13 responden.
perlakuan sampling, sehingga Teknik sampling yang
diperoleh jumlah sampel digunakan adalah
sebanyak 6 responden. consecutive sampling.
43 | P a g e
3. Apakah Penelitian ini Penelitian ini Data dikumpulkan Di dalam ketiga artikel tidak
instrument menggunakan instrument menggunakan Pre test- dengan observasi menuliskan valid dan
yang berupa standart post test dilakukan menggunakan skala reliabel instrumen yang
digunakan operasional procedure dengan cara memberikan kekuatan otot. digunakan.
valid dan (SOP) mobilisasi, pengamatan awal (pre
reliabel? checklist, dan lembar test) terlebih dahulu
observasi sebelum diberikan
intervensi, setelah
diberikan intervensi
kemudian dilakukan
pengamatan akhir
(post test),
4. Bagaimana Analisa data pada Analisa data pada Analisa data yang Dari ketiga jurnal yakni
datanya di penelitian ini penelitian ini digunakan dalam jurnal, kedua, dan ke 3
analisis? menggunakan uji statistik menggunakan bivariat penelitian ini adalah uji menggunakan pre-post tes
Chi Square dengan ɑ uji statistic Wilcoxon. paired t-test dengan dengan ujiwilcoxon dan
(0,05) tingkat signifikan a = paired t-test dan arikel ke 1
0,05 menggunakan uji chi square
5. Ada / tidak Dalam artikel ini Dalam penelitian ini Pada penelitian ini Dari ketiga artikel satu
kejadian menuliskan adanya tidak menjelaskan sampel yang digunakan artikel yang tidak
yang tidak kejadian yang tidak adanya kejadian tidak sebanyak 13 orang menjelaskan kejadian tidak
diinginkan diingankan selama diinginkan dalam penderita stroke, dimana diiginkan dalam penelitian,
selama penelitian. Pelaksanaan penelitian sampel tersebut belum artikel 1 dan 3 mempunyai
penelitian? mobilisasi sim kanan kiri memenuhi kriteria kejadian yang tidak
44 | P a g e
sudah dilakukan, tetapi sampel minimum diinginkan berupa belum
belum secara sebanyak 30 orang. Pada memenuhi kriteria sampel
instruksional setiap 2 penelitian ini dan belum sesuai dengan
jam, sehingga hasilnya pengontrolan bias intruksional.
belum efektif restriksinya masih
kurang terhadap variabel
counfoundingnya. Selain
itu Rancangan yang
digunakan adalah one-
group pretest-posttest
design, dimana desain
ini tidak ada kelompok
kontrol sehingga
confounding factor tidak
dapat dikendalikan.
6. Bagaimana Tidak menjelaskan Penelitian terdahulu yang Wiwit (2010) Di dalam ketiga artikel ada
hasil penelitian terdahulu dan dilakukan mengatakan bahwa dua artikel yang
penelitian tidak menerangkan oleh Bujang et al. (2013) rehabilitasi bagi mencantumkan penelitian
sejalan sejalan dengan penelitian Menurut Huda penderita stroke memang terdahulu, atau adanya
dengan sebelumnya (2015)5, pasien yang akan sangat dibutuhkan penelitian terdahulu dan
penelitian dilakukan posisi untuk mereka dalam sejalan.
sebelumnya miring 30 derajat masa penyembuhan.
sejumlah 19 orang bebas Rehabilitasi ini berupa
dari resiko luka tekan, latihan melemaskan
45 | P a g e
sedangkan 1 orang anggota tubuh yang
terjadi luka tekan. sudah terbiasa kaku
Artinya ada pengaruh akibat terkena panyakit
posisi miring untuk stroke yang
mengurangi luka tekan mengakibatkan
pada pasien dengan kelumpuhan pada
gangguan persyarafan. sebagian anggota tubuh
si penderita yang
membuat anggota tubuh
menjadi mati sebagian.
7. Apa Setelah dilakukan Sebelum Mobilisasi dini dengan Dari ketiga artikel
aplikasi perlakuan didapatkan perlakuan mobilisasi tiap latihan ROM (Range Of menjelaskan bahwasannya
klinis dari responden pada 2 jam didapatkan Motion) perlu dilakukan pasien stroke membutuhkan
hasil kelompok kontrol tidak dekubitus derajat I 10 mobilisasi untuk
penelitian mengalami defekasi, sebanyak 6 responden. memperbaiki defekasi,
tersebut? sedangkan pada Sesudah dilakukan secara terprogram baik kekuatan otot dan mencegah
kelompok perlakuan perlakuan tidak ada oleh ahli fisioterapi decubitus.
seluruhresponden kejadian dekubitus pada maupun bekerja sama
mengalami defekasi. ke 6 responden dengan keluarga setelah
(100%). Ada pengaruh terlebih dahulu keluarga
mobilisasi tiap 2 diajarkan tentang latihan
jam terhadap kejadian ROM (Range Of
dekubitus pada Motion). Selain itu perlu
pasien stroke dibuat prosedur tetap dan
46 | P a g e
jadwal latihan ROM
(Range Of Motion)
secara jelas misalnya
dengan frekuensi 2
kali/hari setiap pagi dan
sore.
47 | P a g e
KESIMPULAN
CLINICAL IMPLICATION
48 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mobilisasi adalah mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang
bagaimana dan mengapakelompok otot tertentu digunakan untuk
menghasilkan dan mempertahankan secara amanyaitu kemampuan
untuk bergerak dengan bebas. (Potter Perry 2006:1184)
Pentingnya gerakan mobilisasi untuk mencegah terjadinya
konstipasi, decubitus dan penurunan kekuatan otot, Jika dilakukan
setiap hari secara rutin dapat meminimalkan terjadinya konstipasi,
kerusakan integritas kulit decubitus dan penurunan kekuatan otot
5.2 Saran
Bisa dijadikan sebagai referensi dan penulis menghapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga makalah ini berguna untuk
kami khususnya dan orang lain.
49 | P a g e