Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Moral


Dalam pembahasan perkembangan moral pada usia remaja, terlebih
dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan, moral,
dan usia remaja. Berikut ini akan dijabarkan satu persatu.
1. Pengertian Perkembangan
Selainpertumbuhan,makhluk juga mengalami perkembangan.Pengertian
perkembangan adalah perubahan struktur dan fungsi yang bersifat spesifik.Ciri-
ciri perkembangan yaitu fungsi organ tubuh semakin kompleks dan sempurna
serta berkembangnya sikap mental. Bukti adanya perkembangan pada makhluk di
antaranya adalah:
a. Pada manusia, contohnya kemampuan bayi untuk terungkap,
merangkak, kemudian berdiri.
b. Pada hewan, contohnya anak burung semula belum dapat terbang,
beberapa hari kemudian dapat terbang
c. Pada tumbuhan misalnya mulai muncul bunga sebagai perkembang
biakan,
Pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup berlangsung
secara beriringan.
Namun, ada juga pertumbuhan yang tidak diikuti oleh
perkembangan.Contohnya pada anak-anak yang cacat mental.Tubuh mereka
mengalami penambahan tinggi dan berat badan, tetapi mentalnya tidak
berkembang sehingga berperilaku seperti anak kecil meskipun sudah
dewasa.Sebaliknya pada orang pendek, tidak mengalami pertumbuhan tapi
mengalami perkembangan. Meskipun tubuh mereka tidak bertambah tinggi, tetapi
cara berfikirnya tetap berkembang seperti manusia normal.
1. Pengertian Moral
Dalam bukunya Gerald Corey istilah moral berasal dari kata
Latin Moresyang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau
kebiasaan. Maksud moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima

1
tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar. Moral merupakan
kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam
kehidupannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan
standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu sebagai anggota
sosial.Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang
dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan
seimbang.Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang
damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.
Bisa dikatakan moral dengan etika sama yaitu suatu perilaku baik dan
buruk yang menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Prilaku moral diperlukan demi
terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan
keharmonisan. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-
hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai
yang ada.
Menurut buku dari Nurul Zuriah di perlukan suatu pendidikan
moral gunauntuk mengembangkan pola prilaku seseorang sesuai dengan
kehendak masyarakatnya.Kehendaknya ini berwujud moralitas atau
kesusilaan yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam
masyarakat.Karena menyangkut 2 aspek inilah yaitu nilai-nilai dan
kehidupan nyata, maka pendidikan moral lebih banyak membahas masalah
dilema (seperti makan buah siamalakama) yang berguna untuk mengambil
keputusan moral yang terbaik bagi diri dan masyarakatnya.
Pendidikan moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar
sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber
moral dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk
tujuan pendidikan.

2. Pengertian Usia Remaja


Dalam Mighwar, (2006) istilah adolesence atau remaja berasal dari kata
Latin adolescere (kata bendanya , adolescentia yang berarti remaja) yang

2
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Bangsa primitif demikian pula
orang-orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja
tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak
dianggap sudah dewasa dan mampu mengadakan reproduksi.
Menurut Papalia & Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Sprinthall & Collins (1995)
memberikan definisi tentang remaja sebagai transisi antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa yang terjadi secara bertahap, penuh dengan
ketidakpastian dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Ali & Asrori (dalam Monks dkk, 2007) mengungkapkan bahwa Remaja
sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas.Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak tetapi belum juga di terima secara penuh
untuk masuk ke golongan orang dewasa.Remaja ada diantara anak-anak dan
orang dewasa.Oleh karena itu remaja sering kali di kenal dengan fase
“mencari identitas diri” atau fase “topan dan badai”.Remaja masih belum
mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun
psikisnya”.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa secara
bertahap, yang dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia awal dua
puluhan tahun dan pada masa ini penuh dengan ketidak pastian yang
berbeda antara individu satu dengan yang lainnya karena pada masa ini
individu mulai mencari identitas dirinya.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Moral


1. Tingkat Pra Konvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap
ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan
salah.Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau
kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).

3
Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap:
Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan
Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa
menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut.Anak hanya
semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk kepada kekuasaan tanpa
mempersoalkannya. Jika ia berbuat baik, hal itu karena anak menilai
tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan
karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang
didukungolehhukumandanotoritas.
Tahap 2 :Orientasi Relativis-instrumental
Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat
untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan
orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar
(jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas
(timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan
pragmatis. Resiprositas ini merupakan tercermin dalam bentuk: “jika engkau
menggaruk punggungku, nanti juga aku akan menggaruk punggungmu”.
Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau
pun keadilan.

2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau
bangsa.Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri,
tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata.Sikapnya bukan hanya
konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga
loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan
membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta
mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di
dalamnya. Tingkatan ini memiliki dua tahap :
Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”
Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain
serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak

4
konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku
mayoritas atau “alamiah”. Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan
“dia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting.Orang
mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”.
Tahap 4 : Orientasi hukuman dan ketertiban
Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata
tertib/norma-norma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata
melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib
sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri

3. Tingkat Pasca-Konvensional (Otonom/Berlandaskan Prinsip)


Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai
dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari
otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan
terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada
dua tahap pada tingkat ini:
Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial Legalitas
Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utilitarian.Perbuatan
yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual
umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh
masyarakat.Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativitas nilai dan
pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah disepakati
secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal “nilai” dan “pendapat”
pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan
penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial (jadi bukan membekukan
hukum itu sesuai dengan tata tertib gaya seperti yang terjadi pada tahap 4). Di
luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan bebas atau pun
kontrak. Inilah “ moralitas resmi” dari pemerintah dan perundang-undangan
yang berlaku di setiap negara.
Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal

5
Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip
etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas logis,
universalitas, konsistensi logis.Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis
(kaidah emas imperatif kategoris) dan mereka tidak merupakan peraturan
moral konkret seperti kesepuluh Perintah Allah.Pada hakikat inilah prinsip-
prinsip universal keadilan, resiprositas dan persamaan hak asasi manusia serta
rasa hormat terhadap manusia sebagai pribadi individual.

C. Karakteristik Perkembangan Moral


Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah
bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai
tahapan berfikir operasional formal, yakni:
1. Mulai mampu berfikir abstrak.
2. Mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis,
maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya
terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral
yang menjadi dasar hidup mereka.
3. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh
kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang
ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu
mempertanggungjawabkannya secara pribadi.
4. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah.
5. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
6. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
7. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.

6
D. Usaha-usaha Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral
Remaja
Menurut piaget dan kohlberg mengembangkan empati sebagai unsur
afeksi,sangat penting bagi perkembangan moral anak.anak perlu dilatih dan
diberi pengalaman untuk dapat merasakan sesuatu menurut pandangan orang
lain(Duska&whelen,1982 : 105).Dengan demikian pada diri anak akan
terbentuk tanggung jawab untuk dapat merasakan sesuatu yang dialami oleh
orang lain, ”role playing”(bermain peran)merupakan salah satu teknik yang
dapat dilakukan guru untuk melatih empati anak karena anak diberi
kesempurnaan untuk berperan sebagai orang lain yang sedang dimainkan.
Sementara itu Furhmann(1990 :410)mengemukakan perkembangan moral
dapat dibantu melalui usaha pendidikan.Pendidikan moral perlu diberikan
disekolah,disamping diberikan oleh orang tua dirumah.Sejalan dengan itu
Ryan(Furhmann,1990)mengatakan bahwa pendidikan moral disekolah
merupakan tanggung jawab guru,guru bertanggung jawab membantu remaja
untuk menemukan nilai nilai yang dapat diserap sebagai persiapan untuk
memasuki dunia kerja dan untuk hidup secara layak dalam masyarakat.
Dalam memberikan pendidikan moral Duska& Whelen(1982 :13)
mengemukakan pedoman praktis yang dapat digunakan oleh guru,yaitu
sebagai berikut:
1. Menciptakan kelas sebagai lingkungan yang membuat siswa dapat
hidup dan belajar bersama dalam suasana hormat menghormati dan
suasana aman.
2. Beri siswa kesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam
menentukan aturan aturankelas.Pilihlah hukuman yang ada
hubungannya dengan pelanggaran,dan bila mungkin,hukuman yang
diberikan dapat memperlihatkan akibat dari perbuatan siswa terhadap
kelompok.
3. Bedakan antara kritik terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan
pelajaran dan kritik terhadap tindak tanduk,antara aturan tata tertib
sekolah dengan aturan aturan tentang keadilan dan hubungan antar
manusia.

7
4. Dalam bercerita dan berdiskusi tentang pengalaman sehari
hari,bantulah anak anak memikirkan perasaan orang lain,baik yang
benar benar terjadi maupun yang fiktif
E. Memahami perkembangan moral dan moralitas
Istilah moral berasal dari bahasa Latin "MOS" (Moris) yang berarti
kebiasaan, kebiasaan, aturan, atau nilai-nilai atau tata cara kehidupan.
Serta makna moralitas adalah kesediaan untuk menerima dan menjalankan
aturan, nilai atau prinsip moral.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
aturan dan konvensi mengenai apa yang harus dilakukan dalam
interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995).
Moralitas adalah prinsip atau nilai-nilai moral atau keseluruhan
yang baik dan buruk (Bertens, 2002: 7). Moralitas juga bertindak sebagai
pengatur dan panduan bagi manusia yang dapat dikategorikan sebagai
manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku buruk (Keraf, 1993:
20). Dengan demikian, manusia dapat dikatakan tidak bermoral jika tidak
sesuai dengan moralitas yang berlaku.
Keadaan moral, regulasi, sikap, dan perilaku manusia terkait
dengan nilai-nilai baik dan buruk.Nilai-nilai moral seperti:Panggilan untuk
berbuat baik kepada orang lain, menjaga ketertiban dan keamanan,
menjaga kebersihan, dan menjaga hak orang lain dan melarang mencuri,
berzina, membunuh, minum minuman keras, dan berjudi. Seseorang dapat
dikatakan bermoral jika perilakunya sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat. Karena itu, perilaku yang harus
dikontrol oleh remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh
masyarakat dan kemudian membentuk, perilaku yang sesuai dengan
kebutuhan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong untuk
mewujudkan dan mengembangkan perilaku moral.Ada 3 tugas utama
remaja dalam mencapai moralitas, yaitu:
1. Ubah konsep moral khusus dengan konsep moral umum
2. Merumuskan konsep moral baru yang dikembangkan menjadi
kode moral sebagai kode perilaku.

8
3. Mengontrol perilaku sendiri.
4. Makna Perilaku Moral
5. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan norma-norma
moral kelompok sosial. Moral berasal dari bahasa Latin "Mores"
yang merupakan prosedur, adat dan kebiasaan.
F. Sumber moralitas selama masa remaja
Sebagian besar remaja mulai melihat "kenyataan" lain di luar apa
yang telah mereka ketahui dan yakini. Dia akan melihat bahwa ada banyak
aspek untuk melihat kehidupan dan berbagai jenis pemikiran lainnya.
Baginya dunia lebih luas dan sering membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam lingkungan tertentu selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (penalaran moral) pada


remajaberkembang karena mereka mulai melihat ketidakberesan dan
ketidakseimbangan di mana mereka pertama kali percaya pada kenyataan
di sekitar mereka.Mereka kemudian merasa perlu mempertanyakan dan
merekonstruksi pola pikir dengan "realitas" baru.
Perubahan inilah yang sering mendasari sikap "pemberontakan"
remaja terhadap peraturan atau wewenang yang diterima dengan suara
bulat.Misalnya, jika seorang anak telah menerapkan nilai moral sejak kecil
untuk mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan
mempertanyakan mengapa dunia di sekitarnya memungkinkan korupsi
berkembang bahkan jika sangat mungkin korupsi dianggap baik dalam
kondisi tertentu.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi remaja.
Konflik nilai pada remaja pada akhirnya akan menjadi masalah besar, jika
remaja tidak menemukan jalan keluar. Kemungkinan remaja untuk tidak
lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau pendidik
sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orang tua atau pendidik
tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, terutama jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai ini.

9
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja,
ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi perkembangan moral
remaja, di mana faktor-faktor ini dapat berdampak negatif pada
perkembangan mereka dan bahkan dapat mengurangi moral di kalangan
remaja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi moral remaja juga
mempengaruhi ketika dia mencapai usia dewasa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral remaja adalah sebagai berikut:
1. Kurang perhatian dan pendidikan agama oleh keluargaOrang tua
adalah panutan oleh anak-anak yang termasuk dalam aspek
kehidupan sehari-hari tetapi dalam urusan agama seolah-olah
diabaikan. Sehingga generasi baru akan lahir yang bertindak tidak
sesuai dengan ajaran agama dan bersifat materialistis.
2. Pengaruh lingkungan tidak baikSebagian besar remaja yang tinggal
di kota-kota besar hidup secara individualistis dan materialistis.
Sehingga kadang-kadang dalam mengejar kemewahan mereka
mampu melakukan apa saja terlepas dari apakah itu bertentangan
dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
3. Tekanan psikologis yang dialami remaja. Beberapa remaja
mengalami tekanan psikologis ketika di rumah ada perceraian atau
perselisihan orang tua yang menyebabkan anak tidak merasa di
rumah dan menyebabkan dia mencari jalan keluar.
4. Kegagalan dalam studi / pendidikan. Remaja yang gagal dalam
pendidikan atau tidak mendapatkan pendidikan, memiliki banyak
waktu luang, jika saat itu tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa
menjadi hal yang buruk ketika ia berkenalan dengan hal-hal yang
tidak baik untuk mengisi waktu celah.
5. Peran Media Massa. Remaja adalah kelompok atau kelompok yang
mudah dipengaruhi, karena remaja mencari identitas diri sehingga
mereka mudah menyalin atau meniru apa yang mereka lihat,
seperti film atau berita yang penuh kekerasan, dan sebagainya.

10
6. Pengembangan teknologi modern. Dengan perkembangan
teknologi modern saat ini, seperti mengakses informasi dengan
cepat, mudah dan tanpa batas, hal ini juga memudahkan remaja
untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.
H. Upaya konselor dalam membina dan mengaktifkan perkembangan
moral remaja
1. Memberikan bimbingan spiritual religious
2. Memperkenalkan nilai-nilai moral yang berlaku.
3. Menunjukkan sikap penuh kasih.
4. Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai model dalam sikap.
5. Membangkitkan hati.
6. Menumbuhkan situasi sosial emosional moral.
7. Menciptakan komunikasi
8. Menciptakan iklim Lingkungan yang serasi
9. Usaha pengembangan tingkah laku nilai hidup diterima tidak hanya
mengutamakan meminta-coba kebebasan, tapi juga mengutamakan
lingkungan yang kondusif di mana faktor-faktor Lingkungan yang
merupakan penjelmaan nyata dari nilai-nilai hidup tersebut.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa secara bertahap, yang dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia
awal dua puluhan tahun dan pada masa ini penuh dengan ketidak pastian yang
berbeda antara individu satu dengan yang lainnya karena pada masa ini individu
mulai mencari identitas dirinya.
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah
bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan
berfikir operasional formal.
Prilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh
keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan. Etika dan moral sama artinya tetapi
dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian
system nilai yang ada.

B. SARAN
Pembaca tidak hanya berpatokan pada satu sumber makalah ini,
kedepannya dapat melengkapi pengetahuan dengan berbagai sumber bacaan
lainnya, karna makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna.

12
KEPUSTAKAAN

Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.

Papalia, D. E. & Olds, S. W. 2001. Human development. USA: Mc Graw – Hill.

Rice & Dolgin. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Gramedia.

Sprinthall, N. A. & Collins, A. W. 1995. Adolescent psychology, a development


View. USA: Mc Graw – Hill.

Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti.Jakarta: PT Raja


Grafindo

Mighwar. 2006. Psikologi remaja.Jakarta: Gramedia.

Monks, F, J. 2007. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

13
14

Anda mungkin juga menyukai