Anda di halaman 1dari 4

Seseorang yang mengalami ketergantungan/kecanduan memerlukan psikoterapi bahkan

farmakoterapi untuk mengurangi tingkat adiksi dan dampak dialami. Ada tiga jenis terapi
yang digunakan para praktisi psikiatri untuk menangani kasus adiksi, antara lain:

1) Cognitive Behavior Therapy (CBT)


Orang yang memiliki ketergantungan terhadap sesuatu, dia sudah mempunyai pola pikir
tertentu. Untuk itu, CBT digunakan untuk memodifikasi pikiran-pikiran negatif agar dapat
disubstitusi dengan pola pikir yang lebih positif.

Dia kan sudah punya pikiran bahwa dengan main game saya senang, kalau saya

mau senang saya harus game. Nah, untuk memodifikasi pikirannya, kita ganti menggunakan
metode ini, ujar dr. Kristiana Siste, SpKJ(K) saat ditemui dari Departemen Psikiatri FK UI
RSCM, Senin petang (2/7).

2) Motivational Interview (MI)


Metode ini lebih cocok bagi pasien para remaja dan dewasa muda. Mengingat pengambilan
keputusan (otonomi) dalam terapi sepenuhnya ada di tangan pasien.

3) Terapi Perilaku
Metode ini dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan motivasi
pasien untuk menghambat ketergantungannya. Salah satu contohnya, untuk pasien yang
kecanduan gadget dan internet, perlu membuat rule, misalnya menggunakan gadget hanya
di area keluarga atau tidak ada wifi di kamar.
Terapi kognitif dan perilaku (selanjutnya disebut CBT) adalah salah satu
cabang psikoterapi yang bertujuan untuk mengubah proses pola pikir (kognitif) serta perilaku
Anda jadi lebih baik. Dalam terapi ini, klien akan bertatap muka dengan terapis untuk
menggali akar permasalahan yang dihadapi. Setelah itu, klien dan terapis akan bekerja
sama untuk mengubah pola pikir dan perilaku klien sesuai target yang diharapkan.

Sebagai contoh, seseorang perokok berat tidak bisa melepaskan diri dari rokok, terutama
ketika sedang dilanda stres. Dalam CBT, terapis akan mengajak klien untuk menyadari
bahwa pola pikirnya, yaitu rokok bisa melepas stres, adalah pola pikir yang salah dan perlu
diubah. Setelah itu, klien akan dilatih untuk membentuk perilaku baru yang positif untuk
menggantikan perilaku lama yang merugikan. Daripada merokok, klien tersebut akan
dibiasakan untuk berolahraga ringan dan mengambil napas dalam saat stres menyerang.
Hal ini dilakukan dengan berbagai teknik, mulai dari bercerita pada terapis, menulis buku
harian, atau melakukan relaksasi.

Kondisi yang bisa ditangani dengan CBT


CBT adalah terapi yang ampuh untuk mengatasi berbagai gangguan psikologis. Namun,
terapi ini sebaiknya tidak diterapkan untuk orang-orang yang memiliki masalah
perkembangan mental atau cacat mental yang cukup serius. Berikut adalah beberapa
contoh gangguan psikologis yang bisa ditangani dengan CBT.

 Depresi
 Gangguan kecemasan
 Kecanduan (alkohol, obat-obatan, rokok, judi, dll.)
 Fobia atau trauma psikologis
 Kepribadian ganda
 Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
 Gangguan makan (bulimia, anoreksia, dll.)
 Gangguan tidur (insomnia, mengigau, dll.)
 Stres karena pekerjaan, hubungan pribadi, dan tekanan lainnya
 Duka karena kehilangan orang tercinta atau habis bercerai

Manfaat terapi CBT


CBT adalah salah satu terapi psikologis yang cukup populer dibanding terapi-terapi lainnya.
Ini karena CBT menawarkan berbagai keunggulan yang tidak didapat dari terapi lain. Inilah
beberapa keunggulannya.

1. Tidak memakan waktu yang terlalu lama

Dibandingkan dengan terapi lain seperti terapi psikonalitik atau psikoterapi interpersonal,
terapi kognitif dan perilaku biasanya berlangsung lebih cepat. Ini karena CBT fokus pada
pola pikir dan perilaku Anda saat ini. Sementara itu, terapi lain biasanya perlu menggali
masalah yang Anda alami di masa kecil atau kejadian di masa lampau.

2. Mencegah ketergantungan pada obat-obatan

Biasanya terapis tidak akan meresepkan obat-obatan seperti antidepresan, obat tidur, atau
obat penenang untuk membantu perubahan perilaku. Ini karena pola pikir Anda benar-benar
dilatih supaya bisa disetel ulang secara naluriah, bukan karena dibantu obat-obatan.
Hasilnya akan lebih terasa dalam jangka panjang. Selain itu, kemungkinan Anda mengalami
efek samping atau ketergantungan terhadap obat-obatan pun jadi lebih kecil.

3. Teknik yang diajarkan bisa diterapkan sendiri seumur hidup

CBT memiliki struktur yang sangat jelas dan mudah diikuti. Maka, meskipun Anda sudah
selesai menjalani sesi terapi, teknik perubahan pola pikir dan perilaku tersebut bisa Anda
terapkan secara terus-menerus. Tak seperti terapi lain yaitu hipnoterapi atau terapi
psikodinamik yang mengharuskan Anda untuk memasuki alam bawah sadar, CBT sifatnya
lebih praktis dan bisa dibiasakan sendiri tanpa bantuan terapis.

Kelemahan terapi CBT


Meskipun sangat bermanfaat untuk kesehatan mental, bukan berarti CBT cocok untuk
semua orang. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa CBT kurang efektif bagi orang-
orang tertentu.

1. Membutuhkan komitmen dan motivasi diri yang sangat kuat

Dalam terapi ini, klien diharuskan memiliki komitmen dan motivasi diri yang kuat untuk
berubah. Pasalnya, teknik yang diterapkan dalam CBT tidak bersifat memaksa. Terapis
hanya bisa memberikan panduan dan saran, tetapi klien sendiri yang harus mewujudkan
perubahan yang diharapkan. Klien harus mau membuka diri dan menerapkan teknik yang
diajarkan terapis. Jika ikut CBT hanya karena dipaksa orang lain, hampir tak mungkin
seorang klien bisa mencapai hasil yang diinginkan.

2. Kurang ampuh untuk yang kondisi psikologisnya cukup rumit

CBT tidak bisa menangani berbagai gangguan psikologis sekaligus. Maka, sulit bagi orang
yang memiliki lebih dari satu gangguan psikologis, misalnya PTSD dan gangguan makan
untuk mencapai perubahan yang ditargetkan. Terapis dan klien harus fokus dulu pada satu
masalah. Namun, hal ini sulit karena biasanya satu gangguan psikologis berkaitan sangat
erat dengan gangguan lainnya.

3. Hanya fokus pada faktor individu di masa sekarang

Terapi kognitif dan perilaku menargetkan masalah yang sangat spesifik, yaitu pola pikir dan
perilaku Anda sendiri pada saat ini. Padahal, kadang faktor eksternal seperti keluarga atau
lingkungan sosial Anda sangat berpengaruh terhadap pembentukan pola pikir dan perilaku
Anda. Begitu juga dengan kejadian yang Anda alami di masa lalu. Sayangnya, faktor-faktor
eksternal tersebut tidak begitu diolah dalam terapi ini.
Dari hasil perhitungan yang telah berhasil dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa durasi ideal
yang baik untuk melakukan aktivitas online dalam satu hari adalah 257 menit atau sekitar 4
jam 17 menit.

Anda mungkin juga menyukai