Aa
Aa
ISSN : 2355-
9284
JURNAL
DESAIN INTERIOR
PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
Jurnal Desain Interior Vol.1 No.1 Hal. 01-63 Juni 2014 ISSN :
2355-9284
i
ISSN : 2355-9284
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Desain Interior “Sekolah Tinggi Desain Bali” Volume 1 Nomor 1 Juni 2014 merupakan
edisi pertama yang bertemakan “Interior dalam Dunia Pendidikan”. Edisi ini diawali dengan
artikel yang berjudul tentang Kajian Interior Elemen Pembentuk dan Pelengkap Pembentuk
Ruang oleh Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T. Artikel kedua dengan judul Variasi Desain
Interior Coffee Shop di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung oleh Freddy Hendrawan, ST, MT.
Artikel ketiga dari I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI dengan judul Penerapan Elemen-Elemen
Interior Gaya Jepang pada Restoran Ryosi Ubud. Artikel keempat yaitu Signifikansi
Pencahayaan Buatan pada Perancangan Interior Galeri oleh I Wayan Juliatmika, S.T., M.T.
Artikel berikutnya oleh Bambang S. Yudhistira yang berjudul Presentasi Visual dalam Proses
Desain Interior. Dan artikel terakhir adalah Lokal Genius pada Interior Etnik Bali Masa Kini oleh
Ni Nyoman Sri Rahayu, ST, MT.
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Desain Bali atas motivasi dan
masukannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi
Desain Bali atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran selanjutnya sangat
kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca
yang budiman, kami ucapkan terimakasih.
Redaksi :
Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali
Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459
Website: http://www. std-bali.ac.id
ii
ISSN : 2355-9284
SEKOLAH TINGGI
DESAIN BALI
Jurnal ini diterbitkan sebagai media publikasi bagi karya-karya tulis dosen-dosen dan civitas akademika pada Program Studi
Desain Interior STD Bali. Selain itu juga sebagai wahana informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni,
desain interior dan arsitektur. Karya yang disajikan berupa hasil penelitian, tulisan ilimah populer, studi kepustakaan, review
buku maupun tulisan ilmiah terkait dalam lingkup desain interior. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat,
dengan frekuensi terbit secara berkala 1 (satu) kali setahun yaitu Juni. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis
dan Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.
3
ISSN : 2355-9284
SEKOLAH TINGGI
DESAIN BALI
KETERANGAN UMUM :
1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan naskah
bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.
2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.
3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria
yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulis
naskah untuk ditanggapi.
DAFTAR ISI
COVER
PENGANTAR REDAKSI i
TIM DEWAN REDAKSI ii
PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH iii
DAFTAR ISI iv
KUMPULAN JURNAL
Oleh:
Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, ST, MT
Ketua Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : emmi_41287@yahoo.com
Abstrak
Ruang merupakan bagian pokok yang menjadi objek dalam perancangan interior. Hal ini
dikarenakan segala sesuatu yang berada di dalam sebuah ruang memerlukan suatu rancangan
interior yang sesuai dengan kebutuhan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam suatu
perancangan interior yaitu perancangan elemen pembentuk ruang yaitu lantai, dinding dan
plafon serta pelengkap pembentuk ruang yaitu pintu, jendela dan ventilasi. Maka dari itu
sebelum merancang elemen-elemen tersebut, diperlukan suatu kajian yang menjelaskan apa
saja bagian-bagian yang perlu dirancang dan diperhatikan. Kajian tersebut berisi mengenai
penjelasan masing-masing elemen tersebut yang terdiri dari bahan/material, jenis-jenis, kesan
atau suasana yang ditimbulkan serta contoh-contoh visual desainnya. Kajian mengenai elemen
pembentuk dan pelengkap pembentuk ruang ini bertujuan menambah pengetahuan didalam
merancang bagian-bagian suatu interior bangunan sehingga dapat menghasilkan suatu desain
yang bermanfaat dan memiliki nilai estetika.
Kata kunci : elemen pembentuk ruang, elemen pelengkap pembentuk ruang, kajian interior.
Abstract
Space is the main part of the object in interior design. It’s because the entire thing inside the
space need an interior design according the needs. One thing that needs to be concern in
interior design is the element design of forming space (floor, wall and ceiling) and the
complementary elements of space (door, window and ventilation). Therefore, before designing
those elements, we need an analysis which are explains what is the part that need to be
designed and concerned. The analysis will explain about each element which is including the
materials, the types, the produce of impressions and environments also the example of the
visual design. The analysis about the forming and complementary space elements will
increase the design knowledge parts of a building interior, in order to creates an useful
design and have aesthetic values.
Keywords : the elements of forming space, the complementary elements of forming space,
interior analysis.
Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355-9284
1. PENDAHULUAN ruang sehingga menjadi satu kesatuan
Ruang merupakan wadah yang berperan dalam suatu bangunan. Adapun elemen
utama dalam proses perancangan interior. pembentuk ruang terdiri dari 3 yaitu :
Sedangkan unsur-unsur pembentuknya
yang merupakan bagian dari perancangan 3.1.1 Lantai
interior adalah elemen pembentuk interior Lantai adalah bagian dari ruang interior
yang terdiri dari lantai, dinding dan plafon yang merupakan unsur bagian dasar suatu
serta elemen pelengkap pembentuk ruang serta penutup ruang bagian bawah
interiornya terdiri dari pintu, jendela dan yang berfungsi menjadi pemikul beban atau
ventilasi. Didalam merancang elemen- benda yang berada diatasnya baik benda
elemen tersebut yang harus diperhatikan mati seperti furniture, aksesoris, maupun
yaitu jenis-jenisnya, material, kesesuaian benda hidup berupa aktivitas manusia (Y.B.
dengan tema dan konsep, kebutuhan civitas Mangun Wijaya, 1980 ; 329). Dalam
dan aktivitas. pemilihan jenis pelapis lantai ditinjau dari
Seiring dengan perkembangan jaman, macam atau jenis kegiatannya, dan pada
terjadi perubahan dalam segala bidang umumnya dikenal beberapa klasifikasi
khususnya yang berhubungan dengan yaitu:
elemen-elemen perancangan interior. Selain a. Untuk lantai keras sifat pemakaian lebih
itu umumnya para desainer belum baik dan banyak menguntungkan, karena
memahami secara keseluruhan apa yang pembersihan yang mudah.
akan dirancang. Sehingga diperlukan suatu b. Sedangkan lantai yang jenisnya medium
kajian yang membahas segala sesuatu yang lebih bersifat hati-hati.
akan dirancang khususnya yang Syarat-syarat bentuk lantai antara lain:
berhubungan dengan elemen-elemen dasar 1. Kuat, lantai harus dapat menahan beban,
yang membentuk suatu ruang. 2. Mudah dibersihkan
Maka dalam pembahasan ini akan dibahas Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup
mengenai elemen pembentuk dan ruang bagian bawah serta lainnya adalah
pelengkap pembentuk interior seperti untuk mendukung beban-beban yang ada di
fungsi/manfaatnya, jenis-jenisnya, dalam ruang (D. K. Ching, 1999). Selain itu
karakteristik, material dan sebagainya. Fungsi lantai juga sebagai unsur dekorasi
dan sebagai penyerap / peredam suara (The
2. TUJUAN DAN METODE Encyclopedia Americana, 1990 : 263 dalam
PENGUMPULAN DATA Edy Dharma, 2012).
Dalam rangka pemanfaatan lantai sebagai
2.1 Tujuan penutup bagian dasar suatu ruang maka
Tujuan pembuatan artikel ilmiah ini untuk antara ruang luar dan dalam dibedakan jenis
mengetahui unsur-unsur dan penjelasan bahannya. Ruang luar pada umumnya
mengenai elemen pembentuk dan (exsterior) digunakan lantai yang bertexstur
pelengkap pembentuk ruang. kasar supaya tidak licin apabila terkena air.
Sedangkan untuk ruang dalam (interior)
2.2 Metode Pengumpulan Data digunakan bahan lantai yang mempunyai
Pengumpulan data ini dilakukan melalui studi warna, pola, dan dimensi serta texstur yang
kepustakaan baik dari buku maupun internet. halus. Macam-macam material penutup
lantai yaitu :
3. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK a. Lantai Tegel
INTERIOR RUANG Lantai tegel merupakan lantai yang terbuat
dari campuran semen dan pasir dengan
3.1 Elemen Pembentuk Ruang kombinasi warna yang beragam seperti abu-
Elemen pembentuk ruang adalah unsur- abu, merah, biru, kuning dan lain
unsur yang terdiri dari struktur wadah suatu sebagainya serta pada umumnya memiliki
ukuran (panjang x lebar) 30 cm x 30 cm kekurangannya lebih mudah berlumut jika
atau 40 cm x 40 cm. Ciri khas lantai ini sering terkena air sehingga untuk
mengikuti iklim Indonesia dan memberikan menanggulangi dilakukan pemolesan ulang.
kesan sejuk terhadap ruangan. Kelebihan c. Lantai Keramik
lantai tegel dibandingkan dengan lantai Lantai keramik merupakan lantai sifatnya
yang lainya adalah harganya yang lumayan sesuai dengan iklim Indonesia dan memiliki
murah dan pemasangan yang mudah. warna, corak dan ukuran lantai yang
Namun lantai tegel juga mempunyai beraneka ragam. Dari segi perawatan lantai
kekurangan yaitu jika terkena asam (cuka) keramik relative murah karena jika terkena
akan membekas/bernoda yang sulit untuk di cairan atau kotoran, cairan atau kotoran
bersihkan. tidak akan membekas.
Untuk pemilihan jenis tekstur, dibedakan
menjadi dua yaitu untuk ruang yang terkena
air secara langsung, menggunakan keramik
yang bertexstur kasar agar tidak licin.
Sedangkan untuk ruangan yang lain seperti
ruangan tamu, ruang tidur, dan ruang
keluarga yang jarang terkena air secara
langsung menggunakan lantai bertekstur
halus.
Gambar 1. Contoh Lantai Tegel Sumber:
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,
diakses tanggal 27 Juni 2014
b. Lantai Teraso
Lantai teraso merupakan lantai yang terbuat
dari semen dan pasir yang pada bagian
atasnya dilapisi bahan keras dengan
beberapa beberapa kombinasi campuran
antara kulit kerang laut dan pecahan
Gambar 3. Contoh Lantai Keramik Sumber:
marmer, sehingga tampak berbagai corak http://www.imagebali.net/detail- artikel/913-
dan texstur sesuai bahan yang digunakan. mengenal-jenis-jenis-keramik.php, diakses
tanggal 27 Juni 2014
d. Lantai Marmer
Lantai Marmer terbuat dari batu marmer
yang terbentuk dari proses alam yang
memakan waktu lama yang ukuran awalnya
berupa bongkahan yang kemudian dipotong
dan diolah dipabrik dengan membutuhkan
waktu yang lama juga. Jenis marmer yang
terdapat dipasaran ada dua yaitu lokal
Gambar 2. Contoh Lantai Teraso Sumber: seperti berasal dari Lampung, Tulungagung
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/, dan Makasar serta impor seperti berasal dari
diakses tanggal 27 Juni 2014
Italia, Australia dan Amerika.
Dari segi warna, motif dan ukuran
Pada umumnya ukuran lantai jenis ini yang
bervariasi karena ditentukan sesuai dengan
dijual dipasaran yaitu ukuran (panjang x
pesanan. Keunggulan lantai marmer yaitu
lebar) 20 cm x 20 cm atau 30 cm x 30 cm
memiliki tampilan yang mewah,
dan berwarna putih. Untuk sifat lantai tegel
menyejukkan suhu ruangan, tahan api dan
ini hamper mirip dengan lantai tegel namun
memiliki struktur kuat sebagai penahan
beban yang berat dibandingkan jenis lantai tidak mudah hilang namun perawatannya
yang lain. Namun lantai marmer juga lebih mudah. Motif dan warna serta ukuran
memiliki kekurangan yaitu : yang terdapat dipasaran pada umumnya
1. Perawatannya susah dan harga yang sesuai dengan desain yang telah
relative mahal direncanakan.
2. Sulit menghilangkan noda dari cairan f. Lantai Kayu (Parquet)
yang berwarna seperti kopi, teh, tinta, Lantai kayu atau parquet berasal dari kata
dan lainnya. parquetry yang berarti seni memasang atau
3. Marmer jika terkena cahaya matahari
menata bilah-bilah kayu tipis dengan pola
secara terus-menerus akan berlumut dan
geometris pada sebidang lantai
mengalami perubahan warna.
Dari kelemahan tersebut maka marmer pada (Chaerunnisa, 2008). Lantai kayu alami ini
umumnya lebih cocok digunakan untuk dibagi menjadi dua jenis yaitu lantai yang
interior seperti ruang tamu, kamar tidur, tidak memerlukan pengolahan dan
ruang keluarga, dan lain-lain. pemasangan secara khusus, biasanya
berbentuk balok atau papan dan lantai kayu
alami yang diolah dahulu untuk dapat
menimbulkan kesan estetika, misalnya parket.
Jenis parket ada 2 yaitu parket yang terbuat
dari kayu solid dan parket yang terbuat dari
kayu asli dengan teknologi layer (engineer
parquet) untuk mencapai tingkat kestabilan
yang sempurna.
e. Lantai Granit
Lantai Granit berasal dari Italia, Australia
dan Amerika dan merupakan jenis batuan
yang terbentuk dalam waktu ratusan tahun
dan tidak dapat diperbaharui sehingga
harganya lebih mahal dari batu marmer.
Gambar 17. Contoh Plafond dari Bahan Gypsum Gambar 19. Contoh Plafond dari Bahan PVC
Sumber: Sumber: http://www.plafonpartisi.com/plafon-
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/, pvc/, diakses tanggal 27 Juni 2014
diakses tanggal 27 Juni 2014
3.2 Elemen Pelengkap Pembentuk disusun secara vertikal diantara frame -
Ruang framenya.
3.2.1 Pintu
Pintu merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai tempat keluar dan
masuknya orang-orang yang melakukan
kegiatan dalam ruang (Suptandar, 1982 :
56). Pintu juga merupakan jalan masuk
untuk akses fisik seperti manusia, perabot,
dan barang-barang untuk masuk dan keluar
bangunan dari satu ruang ke ruang lain
dalam bangunan (Ching, 1996 : 220). Gambar 21. Contoh Pintu Plank
Penempatan pintu berpengaruh pada sistem Sumber:
sirkulasi yang dipergunakan, pengarahan http://www.entryways.com, diakses tanggal 27
Juni 2014
atau pembimbingan jalan. Keberadaan pintu
juga dapat mengendalikan jalan keluar
c. Pintu Flush
masuk cahaya, suara, udara, panas dan
Pintu model flush ini merupakan pintu
dingin (Ching, 1996 : 112). Jalan masuk
dengan permukaan yang datar dan rata yang
bisa dibuat lebar atau sempit. Jalan masuk
dibuat dari frame dan bagian inti tengah
yang lebar pada umumnya banyak dipakai
pintu kemudian ditutup dengan veneer kayu
oleh bangunan kelas atas, sementara jalan
yang halus. Sebagian besar pintu gaya
masuk yang sempit, banyak dipakai oleh
modern dan kontemporer menggunakan
bangunan kelas menengah dan bawah
model pintu flush ini.
(Ma’ruf, 2005 : 206). Terdapat beberapa
d. Pintu Art dan Craft
jenis pintu yaitu :
Tidak ada patokan baku mengenai model
a. Pintu Panel
pintu jenis ini karena pada dasarnya model
Pintu panel adalah model pintu yang dibuat
pintu art dan craft merupakan model pintu
dengan menggunakan konstruksi frame dan
yang penuh dengan nilai seni. Pada pintu
panel. Panel merupakan istilah lain dari
ini, pembuat/desainer pintu dapat dengan
papan kayu yang berukuran besar yang
bebas menuangkan rasa seninya pada model
dipasang diantara frame - frame. Panel ini
pintu ini.
membuat pintu menjadi kuat konstruksinya.
4.1 Simpulan
Kesimpulan dari kajian elemen pembentuk
Gambar 38. Contoh Ventilasi dalam Ruangan dan pelengkap pembentuk ruang yaitu :
Sumber: 1. Elemen pembentuk ruang terdiri lantai,
http://yudhisoegian.wordpress.com/2009/12/27/m dinding dan plafon. Lantai merupakan
erancang-rumah-sehat-nyaman-1/, diakses penutup ruang bagian bawah yang
tanggal 27 Juni 2014 jenisnya terdiri dari lantai tegel, teraso,
Ventilasi terdiri dari dua prinsip, yaitu : keramik, marmer, vinyl dan karpet.
a. Ventilasi Horisontal Dinding merupakan salah satu elemen
Ventilasi horizontal timbul karena udara bangunan yang membatasi satu ruang
dari sumber yang datang secara horizontal. dengan ruang lainnya yang terdiri dari
Kondisi ini bisa terjadi bila ada satu sisi dinding struktur dan nonsturuktur serta
(bagian rumah) yang sengaja dibuat panas untuk finishingnya berupa cat,
sementara di sisi lain kondisinya lebih wallpaper, panel, lubang, ceruk dan
sejuk. Prinsip dasar udara yang mengalir relief. Plafon merupakan penutup ruang
dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke bagian atas dan finishing bahannya
daerah bertekanan rendah/panas. terdiri atas tripleks, eternity/asbes,
serat/fiber, gypsum board, akustik board
dan Polivynil Chloride (PVC).
2. Elemen pelengkap pembentuk ruang
terdiri dari pintu, jendela dan ventilasi.
Pintu merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai tempat keluar dan
Gambar 39. Ventilasi Horisontal Sumber: masuk serta jenis-jenisnya yaitu pintu
http://19design.wordpress.com/2011/04/23/menge panel, pintu plank, pintu flush, pintu art
nal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/, diakses tanggal dan craft, pintu kaca dan pintu louver.
27 Juni 2014 Jendela adalah salah satu bukaan yang
b. Ventilasi Vertikal berfungsi sebagai penghubung ruang
Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah dalam dan luar dan sebagaitempat keluar
memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan masuknya udara dan cahaya. Type-type
udara, baik di dalam maupun di luar yang jendela yaitu jendela geser, ayun, fixed,
memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi double hung, single hung, awning dan
vertikal ini akan sangat bermanfaat untuk hopper, french, pivoted, jalousie, bay,
bangunan rumah 2 lantai atau lebih. bow, bull’s eye, ribbon, sidelight,
fanlight, fortochka, louvre dan skylight.
Untuk bahan finishing jendela yaitu
kayu, aluminium, fiberglass dan vinyl.
Ventilasi merupakan bukaan ruang yang
berfungsi sebagai sirkulasi udara yang
terdiri dari dua prinsip yaitu ventilasi
horizontal dan vertikal.
Gambar 40. Ventilasi Vertikal Sumber:
http://19design.wordpress.com/2011/04/23/menge 4.2 Rekomendasi
nal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/, diakses tanggal Maka dari pembahasan diatas rekomendasi
27 Juni 2014 yang dapat diberikan yaitu perancangan
interior sangat penting untuk diperhatikan
sehingga unsur-unsur didalamnya perlu Suptandar, Pamudji. 1982. Interior Design
dikaji terlebih dahulu. Sehingga nantinya II. Jakarta : Erlangga
dalam melakukan perancangan sudah Suptandar, Pamudji. 1985. Perancangan Tata
menguasai terlebih dahulu apa saja yang Ruang Dalam: Interior Design. Jakarta:
perlu diperhatikan dalam merancang agar Fakultas Teknik Sipil dan
mendapat hasil rancangan yang terbaik. Perencanaan, Universitas Trisakti.
Suptandar, J.Pamudji. 1991. Desain
5. DAFTAR PUSTAKA Interior : Pengantar Merencana
Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior untuk Mahasiswa Desain dan
Interior. Erlangga, Jakarta Arsitektur. Jakarta: Djambatan.
Chressetianto, Ayhwien. 2013. Pengaruh Sutaryono, Putu. 2011. Desain Interior
Aksesoris Dan Elemen Pembentuk Paul Ropp Boutique. Pengantar Karya
Ruang Terhadap Suasana Dan Tugas Akhir. Denpasar : Program
Studi Desain Interior, FSRD ISI.
Karakter Interior Lobi Hotel Artotel
Wilkening, Fritz. (1989). Tata Ruang.
Surabaya. Jurnal Intra Vol. 1, No. 1,
Semarang : Penerbit Kanisius.
1-7. Surabaya : Program Studi Desain
Interior, Universitas Kristen Petra
Sumber Internet
D.K.Ching, Francis. 1999. Arsitektur:
http://www.tipsrawatrumah.com/2013/05/la
Bentuk, Ruang dan Susunannya.
ntai-vinyl.html
Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga.
http://www.bintanghome.com/rubrik-
Dwi Wahyuni, Klara. 2012. Desain Interior
utama/tematik/1485-macam-macam-
Restoran “Waroeng Spesial Sambal”
dinding.html
dengan Konsep Rustic of Javanese.
http://www.desainminimalismodern.com/11
Artikel Ilmiah. Denpasar : Program
2-material-plafon-gipsumtripleks-
Studi Desain Interior, FSRD ISI.
atau-fiber-semen/
Ernst Neufert ; Amril Sjamsu .1989. Data
http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/1
Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
23/, diakses tanggal 27 Juni 2014
Kusumawardhani, Martha. 2006.
http://www.supplierbahanbangunan.com/pl
Perencanaan dan Perancangan afon-pvc-2/plafon-pvc
Interior Restaurant, Coffee Shop dan http://www.plafonpartisi.com/plafon-pvc/
Lobby. Tugas Akhir. Surakarta : http://www.desainminimalismodern.com/11
Jurusan Desain Interior Universitas 2-material-plafon-gipsumtripleks-
Sebelas Maret. atau-fiber-semen/
Lawson, Fred. 1994. Restaurant Planning http://carapedia.com/model_pintu_rumah_i
and Design. Cambridge : Cambridge nfo2404.html
University Press http://mandorbangunan.wordpress.com/arti
Mangunwijaya, Y.B. 1980. Pasal-Pasal kel/memilih-jenis-dan-material-
Penghantar Fisika Bangunan. jendela/
Jakarta: PT Gramedia. http://www.gudangart.com/2011/12/tipe-
Ma’ruf Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. dan-jenis-jendela-rumah.html
Jakarta (p3) : PT. Gramedia Pustaka http://www.imagebali.net/detail-
Utama. artikel/1181-mengenal-jenis-jenis-
Putra, Edy Dharma. 2012. Desain Interior jendela.php
Restoran “Hu’u”. Artikel Ilmiah. http://19design.wordpress.com/2011/04/23/
Denpasar : Fakultas Seni Rupa dan mengenal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/
Desain, ISI.
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27 18
Oleh:
Freddy Hendrawan, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : freddy_hendrawan@yahoo.co.id
Abstrak
Setiap manusia selain dilahirkan sebagai seorang makhluk individu juga memiliki peran
sebagai makhluk sosial. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan untuk berinteraksi dengan
sesamanya mempengaruhi gaya hidup mereka sehari-hari. Semakin maraknya kedai-kedai
kopi (coffee shop) yang mewarnai pembangunan kota Denpasar merupakan salah satu
fenomena di dalam lingkungan masyarakat sebagai sebuah bentuk kreatifitas di dalam
menciptakan wadah untuk berinteraksi sosial. Keberadaan coffee shop menuntut adanya
sebuah kenyamanan, keamanan dan tampilan estetis yang mampu memberikan sebuah daya
tarik bagi setiap penikmat kopi. Di dalam penelitian kualitatif ini akan dilakukan identifikasi
terhadap variasi desain interior coffee shop dengan mengambil beberapa objek di Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung sebagai case study. Beberapa simpulan yang diperoleh
adalah konsep simpel dan moderen pada desain interior coffee shop terlihat melalui penerapan
wujud dasar segi empat dan lingkaran, kejujuran material menjadi salah satu komponen utama
untuk memperkuat karakteristik orisinalitas, suasana hangat, nyaman dan intim, serta adanya
penggunaan dekorasi berupa tulisan dan gambar yang mempromosikan mengenai kopi.
Abstract
Every human was born as an individual and social creature as well. Currently, an interaction
requirement with the other are affects people lifestyle. The growths of coffee shop had given
the color for Denpasar City development which is one of the phenomenon in society as a form
of the creativity to create a social interaction community. The presence of coffee shops
requires a comfortable, security and aesthetic visual, so it will be able gives an attraction to
each coffee drinkers. This qualitative research will identifies the variations of the coffee shop
interior design through some objects in Denpasar City and Badung Regency as a case study.
Some conclusions are the simple and modern concepts on the coffee shop interior design is
visible through the application of the rectangular and circle basic shape, the honestly of the
material become one of the component to makes a strength characteristic of originalities,
warm, comfort and intimae, also the application of word and picture decorations to promote
about coffee.
Dekorasi
Ornamen Mangsi Coffee Shop adalah sebuah kedai
kopi yang berada di Jalan Hayam Wuruk
Gambar 3. Ornamen dan dekorasi No. 195 Denpasar. Menurut pemiliknya
Sumber: http://www.flickr.co m
Made Windu Segara Senet, nama Mangsi
diadopsi dari istilah Bali yang merupakan
Istilah ornamen berasal dari bahasa Yunani, sebuah hasil proses akumulasi pembakaran
yaitu ornare yang artinya hiasan atau api dengan kekuatan Brahma (Dewa Api
perhiasan. Ornamen merupakan elemen dalam terminologi Agama Hindu).
pelengkap dalam suatu karya arsitektur A. Wujud
yang keberadaanya membuat suatu karya Wujud interior Mangsi Coffee Shop dapat
arsitektur menjadi lebih menarik, memiliki terlihat dari denah lantai setiap ruangan dan
jiwa dan karakter yang khas. Selain itu, tampak interior yang sebagian besar berupa
ornamen menjadi sarana untuk wujud dasar segi empat. Selain itu,
mengkomunikasikan konsep, ajaran dan bangunan yang memilih konsep mural
falsafah dalam kehidupan masyarakat. sebagai warna buatan dalam menutup
Ornamen memiliki makna yang lebih dari permukaan bidang ini menggunakan wujud
sekedar tujuan estetika (Depdiknas dalam dasar lingkaran yang diaplikasikan pada
Erisca, 2008:42). Sedangkan menurut furnitur ruangan, seperti meja, lampu hias
Prijotomo dalam Herlina (2010:20) dan beberapa dekorasi dinding.
dekorasi merupakan unsur tata hias yang
Gambar 6. Material pada Mangsi Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
C. Ragam Hias
Ragam hias yang terdapat pada Mangsi
Coffee Shop didominasi dengan dekorasi
mural baik pada furnitur, dinding dan
dekorasi. Mural pada interior bangunan ini
Gambar 5. Wujud Dasar Mangsi Coffee Shop adalah berupa tulisan-tulisan jargon Mangsi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Coffee Shop dan informasi pelayanan yang
disediakan. Terdapat pula beberapa gambar
Tampilan visual terhadap wujud dasar segi labirin, penikmat kopi dan flora baik pada
empat terlihat dengan penggunaan potongan dinding maupun dekorasi.
papan kayu dengan tetap mempertahankan
warna dan tekstur alaminya pada meja,
dekorasi dan dinding pantry serta susunan
bata merah pada kolom interior bangunan.
Sedangkan untuk tampilan visual terhadap
wujud dasar lingkaran terlihat pada meja,
lampu gantung dan dekorasi dinding.
B. Material
Material pada interior Mangsi Coffee Shop
ini sebagian besar menggunakan kayu pada
dinding, furnitur maupun dekorasinya.
Selain itu terdapat beberapa kaleng minyak
bekas berukuran besar yang dimanfaatkan
sebagai kursi bar. Kejujuran material
diaplikasikan dengan mempertahankan Gambar 7. Dekorasi pada Mangsi Coffee Shop
warna dan tesktur papan kayu pada dinding Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
pantry dan penggunaan bata merah pada
kolom serta dinding area bar. Demikian 2. Castro Coffee Shop
pula pengaplikasian lantai plester halus Castro Coffee Shop adalah sebuah
tanpa menggunakan penutup keramik atau bangunan komersil yang berada di tengah-
sejenisnya yang memperkuat konsep alami. tengah permukiman penduduk di pusat kota
Sedangkan penggunaan warna buatan Denpasar, yaitu tepatnya di Jalan Suli
dilakukan dengan menciptakan mural pada No.14. Coffee shop dengan konsep desain
permukaan bidang dinding dan furnitur interior yang unik ini sering dijadikan
dibandingkan menutupi permukaan bidang tempat bagi para musisi untuk
dengan warna solid. menampilkan keahlian mereka.
A. Wujud kayu pada furnitur meja, kursi, list dinding
Wujud dasar segi empat mendominasi dan partisi interior, stainless steel pada
denah lantai hingga furnitur dan dekorasi furnitur kursi, gypsum pada ceiling,
interior. Pengaplikasian balok-balok kayu keramik 40x40 cm sebagai penutup lantai,
dengan mempertahankan warna alami serta lapisan akustik pada beberapa
sebagai partisi dan drop down ceiling permukaan dinding untuk memperkuat
semakin menekankan penggunaaan wujud konsep Rock & Roll. Sebagian besar
segi empat pada desain interior ini. furnitur masih menggunakan warna alami
dari bahan yang digunakan, sedangkan
pewarnaan buatan terlihat hanya pada
ceiling dan sebagian kecil permukaan
dinding.
C. Ragam Hias
Gambar 11. Wujud Dasar Anomali Coffee Shop Gambar 12. Dekorasi pada Anomali Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
C. Ragam Hias untuk menjelaskan jenis Kopi Luwak,
gambar wanita berpakaian adat Toraja
untuk menjelaskan jenis Kopi Toraja
Kalosi, dan lainnya.
C. Ragam Hias
Gambar 16. Wujud Dasar Starbucks Coffee Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa
terhadap empat objek yang dijadikan
sebagai case study mengenai variasi desain
interior coffee shop di Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan wujud dasar geometris segi
empat dan lingkaran menjadi dominansi
desain interior coffee shop yang mampu
Gambar 17. Material pada Starbucks Coffee
Shop
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
memberikan kesan simpel, praktis dan Sumber Internet
moderen. Anonim. 2007. Sejarah Kopi di Indonesia.
2. Kejujuran material sebagai bagian dari Available from URL: http://www.aeki-
konsep desain interior menjadi salah aice.org/page/sejarah/id.
satu peranan untuk memperkuat Anonim. 2014. Company Profile. Available
karakteristik orisinalitas dan suasana from URL:
hangat, nyaman serta intim. http://www.starbucks.com/about-
3. Sebagai bangunan komersil, us/our-heritage.
penggunaan rak etalase, tulisan iklan
http://www.aeki-aice.org/page/sejarah/id
kopi, gambar jenis varian produk dan
biji kopi dioptimalkan sebagai bagian http://www.starbucks.com/about-us/our-
dari dekorasi interior. heritage
Sovereign, Sarah. 2005. Brick. Available
6. DAFTAR PUSTAKA from URL:
Ching, D.K. 2000. Arsitektur: Bentuk http://www.flickr.com/photos/goodbye
Ruang dan Fungsi. Jakarta: Erlangga. pisces/64541307/.
Erisca, Nandita. 2008. “Kelenteng Tanjung
Kait (Tinjauan Arsitektural dan
Ornamentasi)” (skripsi). Jakarta:
Program Studi Arkeologi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas
Indonesia.
Gulendra, I Wayan. 2010. Pengertian
Warna dan Tekstur. Dalam: Jurnal ISI
Volume 1 Nomor 6. Denpasar : Institut
Seni Indonesia.
Herlina, Putu Merry. 2010. “Penerapan
Arsitektur Tradisional Tiongkok pada
Bentuk dan Ragam Hias Bangunan
tempat Ibadat Tri Dharma Cao Fuk
Miao di Denpasar” (skripsi). Denpasar:
Program Studi Arsitektur Fakultas
Teknik. Universitas Udayana.
Kusmiati, Artini. 2004. Dimensi Estetika
pada Karya Arsitektur dan Disain.
Jakarta : Djambatan.
Risnadi, Amer. -. Perancangan Publikasi
Buku Kopi Indonesia: Kisah, Budaya,
Gaya Hidup. Binus University. Jakarta.
Wong, Wucius.1996. Beberapa Asas
Merancang Trimatra. Bandung: ITB.
Yahmadi, Mudrig. 2007. Rangkaian
Perkembangan dan Permasalahan
Budidaya & Pengolahan Kopi di
Indonesia. AEKI Jawa Timur: PT.
Bina Ilmu Offset.
JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37 28
Oleh:
I Kadek Pranajaya, ST., MT., IAI
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : kparchitects@gmail.com
Abstrak
Tulisan ini adalah untuk membandingkan elemen-elemen dan karakteristik dan suasana
interior pada restoran Ryoshi di Ubud Bali. Elemen-elemen yang dianalisis meliputi elemen
pembentuk ruang seperti lantai, dinding, plafond, pintu dan jendela, dan elemen pengisi ruang
meliputi perabot dan aksesoris. Setiap elemen di analisis sesuai bentuk, fungsi, dan makna
budaya Jepang yang terkandung di dalamnya dengan didahului menganalisis orientasi ruang,
sirkulasi, layout, dan bentuk bangunan dan pintu masuk. Setiap restoran memiliki keunikan
gaya desain interiornya, keunikan setiap restoran ini dapat dipengaruhi karena perbedaan
situasi dan kondisi, serta keinginan dan tujuan dari interior restoran tersebut. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, dan studi literatur, sedangkan untuk
analisis data dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data
yang diperoleh, diketahui bahwa penerapan elemen-elemen interior yang mencerminkan
karakteristik interior Jepang pada restoran Ryoshi terlihat pada pintu masuk/torii, elemen
pembentuk ruang seperti lantai, dinding dan plafond, unsur pelengkap ruangan seperti
furniture yang digunakan, unsur dekorasi pada restoran, material dan warna yang digunakan.
Gaya desain adalah Jepang kontemporer, dengan perpaduan gaya desain Jepang tradisional,
Bali dan modern.
Kata Kunci: Penerapan Elemen Interior, Gaya Jepang, dan Restoran Ryoshi
lainnya. Meja makan umumnya terdapat
1. PENDAHULUAN kompor yang digunakan pengunjung untuk
Akulturasi budaya di bidang arsitektur dan memasak langsung makanannya seperti
interior banyak sekali terjadi di Indonesia, sabhu-sabhu.
banyak penerapan kebudayaan asing yang Setiap restoran memiliki keunikan gaya
di masukkan dalam suatu gaya desain desain interiornya, keunikan setiap tersebut
arsitektur dan interior, mulai dari tata letak, dipengaruhi oleh keinginan dari perancang
penataan cahaya, bentuk, warna serta untuk menghadirkan nuansa apa yang ingin
pemilihan material yang di gunakan ditampilkan. Pada penelitian kali ini penulis
sehingga kita dapat menemukan beragam mencoba membandingkan seberapa besar
gaya. penggunaan dan penerapan elemen-elemen
Salah satu akulturasi budaya yang sering interior yang dapat menghadirkan suasana
diterapkan pada bangunan rumah dan sekaligus mencerminkan karakteristik
restoran di Bali adalah desain gaya Jepang. interior Jepang pada restoran Ryoshi
Perkembangan restoran Jepang di Bali ditinjau dari elemen dinding, lantai,
plafond, furniture, dekorasi dan lampu.
dalam beberapa dekade terakhir ini cukup
pesat seiring dengan semakin meningkatnya
2. METODE PENELITIAN
jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. Gaya
Pada penelitian menggunakan analisis
desain Jepang di Bali telah banyak
kualitatif, yaitu metode analisis yang
menghiasi dan mewarnai rancangan desain
menggambarkan atau menguraikan keadaan
interior saat ini. Gaya desain interior Jepang
yang berhubungan dengan data-data yang
diambil dari ajaran Tao, Zen Buddhism
digunakan untuk menarik kesimpulan dari
diambil dari China pada jaman purba.
beberapa kesimpulan dari beberapa
Jepang memiliki budaya yang beragam
peristiwa yang bersifat sulit diukur dengan
yang ditunjukkan dari perbedaan antara
angka (Muhadjir, 1992). Penelitian
teater Noh dan teater Kabuki. Gaya dan
mendeskripsikan mengenai gaya desain
desain interior Jepang memiliki nilai
yang di terapkan pada interior Restoran
estetika yang sederhana dan privacy yang
Ryosi. Metode pengumpulan data dilakukan
sangat tinggi, dengan ciri penggunaan
dengan studi lapangan dan studi pustaka.
bahan dan material yang ringan seperti
Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh
kayu, kertas, jerami, menggunakan
mana konsep-konsep interior Jepang
dominan garis dan bentuk geometris yang
diterapkan pada restaurant Ryoshi di Ubud
transparan. Saat ini penerapan interior pun
sehingga nantinya penelitian ini diharapkan
mulai berkembang terutama dalam
memberikan pengetahuan baru dan
penggunaan material yang disesuaikan
memberikan inspirasi bagi dunia desain
dengan kondisi setempat.
interior pada era globalisasi saat ini
Masyarakat Jepang terkenal sebagai
khususnya desain restoran bergaya Jepang.
penjaga tradisi yang baik dan menerima
modernitas. Pada orang Jepang tradisional
3. TINJAUAN PUSTAKA
cara makan adalah dengan model tatami,
Sebuah desain interior akan mempengaruhi
tetapi pada Jepang modern saat ini gaya
pandangan, suasana hati dan kepribadian
makan tatami berubah menjadi makan
kita. Perancangan interior adalah
dengan menggunakan sofa atau kursi
pengembangan fungsi, pengayaan estetis
makan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
dan peningkatan psikologi ruang interior.
pergeseran antara budaya makan orang
Elemen ruang harus mampu mendukung
Jepang tradisional dan modern begitu pula
dan memperkokoh fungsi ruang sehingga
dengan restoran Jepang tradisional yang
mudah untuk dikenal kegiatan apa yang
menghidangkan sebagai hidangan khasnya.
terjadi di dalam ruang tersebut beserta
Pada restoran Jepang modern menu tersebut
berbagai fasilitasnya. Peran desainer
telah dipadukan dengan berbagai menu
interior adalah untuk mengefektifkan ruang disediakan dan siap untuk disantap dengan
interior guna mendukung segala kegiatan sikap tubuh dan kepala sedikit
manusia yang dilakukan di area tersebut. membungkuk.
Pada interior sebuah restoran, seorang
desainer akan memberi efek nyaman dan
memberikan kesan menarik kepada
pelanggan sehingga membuat konsumen
akan datang kembali dan
merekomendasikan restoran tersebut
kepada orang lain.
Gaya desain Jepang umumnya memiliki
fleksibilitas, efisiensi dan kesederhanaan.
Masyarakat Jepang sangat mementingkan
privasi dengan dominan menggunakan Gambar 1. Desain Ruang Tatami
material alam seperti kayu, bambu, sutra, Sumber : http://desaininterior.biz/
jerami dan kertas. Elemen warna yang
Beberapa elemen pembentuk ruang pada
digunakan didalam desain cenderung
interior bangunan Jepang yang dipakai
menggunakan warna palet netral,
untuk melihat penerapannya di restoran
menggabungkan warna hitam, off-whites,
Jepang adalah:
abu-abu, dan coklat. Pada umumnya
1. Dinding
ruangan restoran Jepang dibagi menjadi tiga
Interior tradisional Jepang menggabungkan
bagian ruang yaitu ruang makan umum,
fitur seperti layar kertas (shoji) agar cahaya
ruang tatami dan ruang bar. Ruang makan
dapat masuk dan tersebar ke dalam
tatami tidak menggunakan kursi, melainkan
ruangan. Shoji biasanya digunakan sebagai
menggunakan tikar/tatami sebagai alas
jendela, pintu dan sekat ruang. Shoji
untuk duduk dibawah. Ruang tatami ini
memberikan cahaya natural menyebar
adalah ruang makan yang lebih private.
masuk ke dalam ruangan saat
Ruang bar terdiri dari 2 jenis yaitu: yaitu
membutuhkan privasi. Shoji terbuat dari
Sushi Bar dan Teppanyaki Bar. Sushi Bar
bingkai kayu yang di tutupi dengan kertas
yang menyediakan bahan-bahan yang segar
mulberry transparan, berfungsi membentuk
seperti ikan sedangkan Teppanyaki adalah
tembok luar bagi ruangan. Selain itu Shoji
cara memasak makanan dipanggang diatas
juga digunakan pada jendela dengan bukaan
plat besi dan dimasak secara langsung oleh
keluar.
pengunjung yang biasa dipakai dengan
pelayanan menggunakan sistem self-
service.
Beberapa restoran Jepang menyediakan
ruang Tokonoma, merupakan sebuah ruang
kecil di dalam kamar yang berfungsi
sebagai ruang upacara teh. Tokonoma
memiliki fokus pada ruang dan display
yang sederhana seperti lukisan Jepang.
Bunga Jepang seperti ikebana atau caligrafi
juga menempati ruang tersebut. Sesaat
setelah minuman tersaji, diadakan “kanpai”
atau bersulang, yaitu mengangkat cawan teh
atau sake dan setelah semua masakan
disajikan mereka mengucapkan
Itadakimasu yang juga berarti ucapan Gambar 2. Contoh Desain Dinding
terima kasih atas makanan yang telah Sumber: http://desaininterior.biz/
Elemen tradisional desain interior Jepang Penggunaan meja dengan ketinggian yang
lainnya adalah fusuma, merupakan panel rendah dan berbentuk empat persegi dengan
yang dapat digeser yang terbuat dari kayu empat kaki di setiap sudutnya. Kursi
dan kertas atau kain opaque. Digunakan menggunakan alas duduk berupa matras
sebagai pintu geser dan pembatas antara dengan bentukan empat persegi. Material
ruang yang menggunakan join yang yang digunakan adalah kayu dengan
fleksibel. menampilkan warna alaminya. Tatami
Terdapat bermacam – macam bentukan sudah dipakai di rumah Jepang sejak sekitar
dinding pembatas seperti layar lipat (biyo- 600 tahun yang lalu.
bu), layar pembatas kayu (tsui-tate), tirai
bambu, layar tirai, dan lain lain. Layar tirai
yang terbuat dari kain biasanya digunakan
pada pintu masuk menuju dapur ataupun
pada pinu masuk toko. Kain tirai tersebut di
potong secara berurutan sehingga
membentuk goseran vertikal panjang
sehingga tidak mudah untuk di gerakkan
angin dan memudahkan orang memasuki
ruangan. (Morse, 1980).
2. Lantai
Lantai rumah Jepang lebih banyak
menggunakan bilah-bilah kayu dan
penutup lantai menggunakan tatami dan
kemudian menjadi modul dari ruang dalam
yang menimbulkan efek pada dimensi dari
ruangan dan bingkai structural. Tatami
adalah lantai tradisional Jepang yang
terbuat dari tikar jerami padi.. Tatami
memiliki ukuran standar 88 cm x 176cm di
Gambar 6. Penerapan Pemasangan Lantai
Tokyo tetapi ukuran standar bervariasi Sumber: http://desaininterior.biz/
menurut wilayah tertentu.
4. Main Entrance/Torii
Main Enterance pada bangunan Jepang
disebut dengan Torii. Gerbang tradisional
Jepang/Torii sering ditemukan di pintu
masuk kuil Shinto, dimana secara Gambar 10. Contoh Lampu Model Jepang
Simbolis menandai transisi dari daerah Sumber: http://desaininterior.biz/
4. PEMBAHASAN sangat menjadi prioritas utama. Ruang-
1. Lay Out ruang dirancang dan dikelompokkan
Restoran Ryoshi Ubud dengan menjadi ruang ruang makan umum, ruang
pemilik adalah Mr. Sagon didirikan sekitar tatami, ruang bar dan ruang makan shusi
tahun 2012. Terletak di Jl. Hanoman (Private). Ruang tersebut merupakan
Monkey Forest Ubud Bali, kira-kira 50 Km konsep dari gaya desain Jepang pada
dari Kota Denpasar. Luas Lahan Restoran umumnya. Sirkulasi yang digunakan adalah
Ryoshi Ubud adalah sekitar 10000 m2 sirkulasi linier. Bentuk pembagian zoning
dengan luas bangunan 4000 m2. Sang sesuai dengan gaya tradisoinal jepang yang
arsitek mencoba membuat desain perpaduan sederhana dan simple dengan
gaya arsitektur Bali dan Jepang. Struktur memanfaatkan potensi lingkungan sekitar
fisik bangunan menggunakan gaya dan existing bangunan lama seperti
bangunan Bali dengan beberapa sentuhan Japaneese garden dan kolam ikan. Pada
Jepang seperti atap, pintu masuk, landscape areal belakang dibuatkan ruang makan
dan desain interiornya. Orientasi bangunan outdor dengan memanfaatkan view kolam
adalah ke tengah dengan membuat taman yang sudah ada dengan membuat bangunan
model Jepang sebagai orientasi kedalam. bale model konstruksi bangunan Bali. Bale
Orientasi ini diambil sebagai upaya ini sebagai tempat makan dengan model
memberikan view yang merata pada setiap lesehan.
tempat duduk dengan dioptimalkan
penggunaan cahaya dan udara alami.
Konsep Struktur dan konstruksi bangunan
memakai model bangunan Bali dengan
adanya pemade, pemucu, lambang sineb
dan tugeh. Bentuk atap Exspose bangunan
Bali dikombinasikan dengan bentuk-bentuk
atap model bangunan Jepang. Plafond
menggunakan bahan dari lampid dari rotan
dengan motif lurus polos, sehingga nuansa
alami menjadi prioritas utama
Pintu Japaneese garden sebagai
Pintu Masuk/Angkul- pusat orientasi/view
Masuk/Torii angkul Bali
Jepang
Dinding Kaca dengan Bale/Lesehan
model Jepang Fusuma dengan tikar
Oleh:
I Wayan Juliatmika, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : iwayanjuliatmika_architectbali@yahoo.com
Abstrak
Desain interior adalah salah satu bidang ilmu yang mempergunakan perencanaan
pencahayaan, khususnya cahaya buatan sebagai salah satu media bagi pemenuhan
kenyamanan manusia melakukan aktivitas di dalam ruangan. Peran penting pencahayaan pada
gallery adalah untuk menerangi sekaligus memberi efek pencahayaan yang dramatis pada
obyek seni yang ada di dalamnya. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk menarik perhatian
pengunjung gallery sehingga dapat menangkap informasi dari obyek seni yang dipamerkan,
secara utuh. Hal tersebut memunculkan rumusan permasalahan penulisan yaitu bagaimana
teknik pencahayaan buatan terkait jenis sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan distribusi
pencahayaan buatan yang digunakan dalam perancangan interior galeri?
Dalam penulisan ini menggunakan metode studi literatur, dalam artian mengumpulkan
seluruh data (data sekunder) yang diperlukan dari berbagai sumber buku, untuk kemudian
ditelaah sehingga mendapatkan hasil berupa sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan
distribusi pencahayaan buatan yang paling tepat digunakan dalam perancangan interior galeri,
yaitu sistem lighting primer berupa General Lighting dan Localized Lighting, Teknik
pengaturan pencahayaan buatan di ruang pamer galeri harus disesuaikan dengan tujuan dan
konsep seniman dalam menampilkan karya seninya. Shadow playing dan highlighting
merupakan teknik pengaturan cahaya yang baik digunakan di ruang pamer galeri serta
menggunakan distribusi pencahayaan direct.
Kata Kunci : Signifikansi, Pencahayaan buatan, Interior Galeri.
Abstract
Interior design is part of science science that uses lighting planning, especially artificial light
as a medium for the fulfillment of human comfort in indoor activities. The important role of
lighting in the gallery is to illuminate and give effect to the dramatic lighting art objects in it.
This course is intended to attract visitors to the gallery so that it can capture the information
of the objects exhibited, in their entirety. This led to the formulation of the problem of writing
is how artificial lighting techniques related types of artificial lighting systems, regulation and
distribution of artificial lighting is used in the design of the interior of the gallery?
In this study, using literature review, in terms of collecting all the data (secondary data) are
needed from various sources of books, and then analyzed so as to get the results in the form of
artificial lighting systems, distribution arrangements and the most appropriate artificial
lighting used in interior design gallery, which is the primary form of lighting systems and
Localized lighting General lighting, Mechanical regulation of artificial lighting in the
showroom gallery should be adapted to the purpose and concept artists to display his art.
Shadow playing and highlighting a good light setting techniques used in galleries and
showrooms using direct lighting distribution.
Keywords : Significance, artificial lighting, Interior Gallery.
1. PENDAHULUAN Galery adalah salah satu fasilitas umum
Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi yang patut memasukkan perencanaan
setiap manusia. Cahaya sangat membantu pencahayaan buatan ke dalam perancangan
dalam melakukan segala kegiatannya interiornya. Galeri pada umumnya
sehari-hari. Pertama kali, manusia merupakan ruang untuk memamerkan
menggunakan bahan-bahan alam dan benda. Salah satu hal yang perlu
memanfaatkan tenaga alami sebagai diperhatikan dalam mendesain galeri adalah
penerangan dalam aktivitasnya di dalam Pencahayaan. Pencahayaan merupakan
dan di luar ruangan. Namun cahaya yang salah satu elemen dasar yang perlu
didapatkan dari pemanfaatan alami tidaklah diperhatikan karena selama ini perancangan
mudah untuk diperoleh, terutama untuk pencahayaan lebih banyak dilihat dari segi
memasukkan cahaya ke dalam suatu fungsi semata, padahal ada segi lain yang
ruangan. Dalam hal ini, manusia dapat dimanfaatkan dari cahaya yaitu segi
menggunakan cahaya buatan (artificial kualitas. Peran penting pencahayaan pada
light) yang dapat digunakan pada interior gallery adalah untuk menerangi sekaligus
maupun eksterior bangunan (Irawan, memberi efek pencahayaan yang dramatis
2013:35). pada obyek seni yang ada di dalamnya. Hal
Desain interior adalah salah satu bidang ini tentu saja dimaksudkan untuk menarik
ilmu yang mempergunakan perencanaan perhatian pengunjung galery. Perencanaan
pencahayaan, khususnya cahaya buatan pencahayaan juga dimaksudkan agar
sebagai salah satu media bagi pemenuhan pengunjung dapat menangkap informasi
kenyamanan manusia melakukan aktivitas dari obyek seni yang dipamerkan, secara
di dalam ruangan. Hasil akhir perencanaan utuh. Terakhir, peran pencahayaan yang
pencahayaan bergantung pada kualitas tidak kalah pentingnya adalah untuk
cahaya yang dihasilkan. Ketepatan kualitas menyenangkan pengunjung. Artinya
cahaya tersebut terkait dengan tiga hal pengunjung diberikan kenyamanan,
sebagai berikut, yaitu cara cahaya khususnya kenyamanan visual selama
dihasilkan, pemilihan bentuk sumber melakukan aktivitasnya di dalam ruang
cahaya, dan pemilihan ukuran dan jenis galery. Dari uraian singkat di atas,
lampu. Dalam sebuah ruangan, perencanaan perencanaan pencahayaan buatan harus
pencahayaan buatan merupakan salah satu mampu berperan dalam menciptakan
hal penting yang berperan sebagai pemberi atmosfir ruang sesuai dengan fungsi ruang
bentuk (formgiver) terhadap elemen-elemen tersebut, baik siang terlebih lagi pada
interior. Dengan perencanaan pencahayaan malam hari. Karena pada malam hari, efek
buatan yang tepat, unsur-unsur seperti pencahayaan yang dramatis akan lebih
tekstur, warna, pola atau kontur permukaan optimal, dan atmosfir ruang akan lebih
bidang yang dimiliki oleh elemen-elemen terasa oleh pengunjung.
interior, menjadi faktor pembentuk atmosfir Mengacu pada uraian di atas, maka pada
ruang. Hal ini menjadi penting karena dasarnya ada 3 (tiga) faktor penyebab
atmosfer ruang yang tercipta sangat mengapa perencanaan pencahayaan buatan
menentukan tingkat kenyamanan visual sangat diperlukan untuk sebuah interior
para pengguna ruang. Selain membentuk galery, terutama pada malam hari. Hal
elemen-elemen interior, perencanaan tersebut merupakan rumusan permasalahan
pencahayaan buatan dapat dimanfaatkan penulisan yaitu bagaimana teknik
untuk memberi penekanan pada obyek- pencahayaan buatan terkait jenis sistem
obyek di dalam ruangan. Sehingga pencahayaan buatan, pengaturan dan
informasi seperti bentuk, detail dan estetika distribusi pencahayaan buatan yang
obyek-obyek tersebut dapat tersampaikan digunakan dalam perancangan interior
dengan optimal kepada pemirsanya. galeri?
2. GALERI - Galeri umum, galeri yang memamerkan
Galeri adalah ruangan atau gedung tempat hasil karya dari berbagai seniman, hasil
memamerkan benda atau karya seni. Kata karya para seniman itu diperjualbelikan
seni merupakan kata umum yang tidak untuk umum.
asing lagi bagi kehidupan manusia, dalam - Galeri kombinasi, merupakan kombinasi
terjemahan bahasa Inggris menjadi kata fine dari galeri pribadi dan galeri umum,
arts atau art. Sedangkan kata art sendiri karya seni yang dipamerkan dalam galeri
berasal dari bahasa latin yang berarti ini ada yang diperjual belikan untuk
skill yang diterjemahkan dalam bahasa umum, ada pula yang merupakan koleksi
Indonesia memiliki arti kemampuan atau pribadi seniman yang tidak
kecakapan. Galeri seni dapat dibedakan diperjualbelikan. Hasil karya seni yang
berdasarkan: dipamerkan merupakan hasil karya seni
1. Tempat penyelenggaraan, dibedakan dari beberapa seniman.
menjadi: 6. Tingkat dan luas koleksi:
- Traditional Art Gallery, galeri yang - Galeri lokal, merupakan galeri yang
aktivitasnya diselenggarakan di selasar atau mempunyai koleksi dengan obyek-obyek
lorong panjang. yang diambil dari lingkungan setempat.
- Modern Art Gallery, galeri dengan - Galeri regional, merupakan galeri seni
perencanaan ruang secara modern. yang mempunyai koleksi dengan obyak-
2. Sifat kepemilikan, dibedakan menjadi: obyek yang diambil dari tingkat
daerah/propinsi/daerah regional I.
- Private Art Gallery, galeri yang dimiliki
- Galeri internasional, merupakan galeri
oleh perseorangan/pribadi atau kelompok. yang mempunyai koleksi dengan obyek-
- Public Art Gallery, galeri milik obyek yang diambil dari berbagai negara
pemerintah dan terbuka untuk umum. di dunia.
- Kombinasi dari kedua galeri di atas.
3. Isi galeri, dibedakan menjadi: 3. PENCAHAYAAN
- Art Gallery of Primitif Art, galeri yang Cahaya adalah suatu bentuk energi yang
menyelenggarakan aktivitas dibidang seni merambat dan memungkinkan mata
primitif. manusia untuk melihat. Cahaya yang
- Art Gallery of Classical Art, galeri yang dihasilkan oleh suatu sumber cahaya
menyelenggarakan aktivitas di bidang seni memiliki karakteristik tertentu yang
klasik. berbeda satu dengan yang lain. Hal ini
- Art Gallery of Modern Art, galeri yang terjadi karena cahaya mengalami perubahan
menyelenggarakan aktivitas di bidang seni sesuai dengan sifat permukaan yang
modern. dikenainya. Perilaku cahaya tersebut sangat
4. Jenis pameran yang diadakan: berpengaruh pada kualitas pencahayaan
- Pameran Tetap, pameran yang diadakan dalam interior.
terus-menerus tanpa ada batasan waktu, Pencahayaan merupakan salah satu faktor
hasil karya seni yang dipamerkan dapat untuk mendapatkan keadaan lingkungan
tetap maupun bertambah jumlahnya.
yang aman dan nyaman dan berkaitan erat
- Pameran Temporer, pameran yang
diadakan dengan batas waktu tertentu. dengan produktivitas manusia. Pencahayaan
- Pameran Keliling, pameran yang yang baik memungkinkan orang dapat
berpindah-pindah dari satu tempat ke melihat objek-objek yang dikerjakannya
tempat yang lain. secara jelas dan cepat.
5. Macam koleksi, dibedakan menjadi: Berdasarkan bidang permukaan yang
- Galeri pribadi, tempat untuk dikenainya, perilaku cahaya dapat
memamerkan hasil karya pribadi seniman dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
itu sendiri tanpa memamerkan hasil karya
seni orang lain dan hasil karya seniman itu
tidak diperjualbelikan untuk umum.
A. Refleksi (Memantulkan) pencahayaan alami tidak mencukupi.
Perilaku cahaya yang mengenai suatu Fungsi pokok pencahayaan buatan baik
bidang permukaan, dimana cahaya yang diterapkan secara tersendiri maupun
dipantulkan secara sempurna. Terjadi pada yang dikombinasikan dengan pencahayaan
permukaan yang padat. alami adalah sebagai berikut:
B. Transmisi (Meneruskan/Menyebarkan) - Menciptakan lingkungan yang
Perilaku cahaya yang melewati suatu memungkinkan penghuni melihat secara
bidang permukaan, dimana cahaya detail serta terlaksananya tugas serta
diteruskan melewati bidang permukaan kegiatan visual secara mudah dan tepat
tersebut, dan sebagian disebarkan. Terjadi - Memungkinkan penghuni berjalan dan
pada permukaan yang transparan. bergerak secara mudah dan aman
C. Absorbsi (Menyerap) - Tidak menimbukan pertambahan suhu
Perilaku cahaya yang terjadi ketika cahaya udara yang berlebihan pada tempat kerja
mengenai permukaan yang padat, dimana - Memberikan pencahayaan dengan
cahaya tidak dipantulkan maupun intensitas yang tetap menyebar secara
ditransmisikan. merata, tidak berkedip, tidak
menyilaukan, dan tidak menimbulkan
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat bayang-bayang.
dibagi menjadi : - Meningkatkan lingkungan visual yang
A. Pencahayaan alami; nyaman dan meningkatkan prestasi.
Pencahayaan alami adalah sumber
pencahayaan yang berasal dari sinar Sistem pencahayaan buatan yang sering
matahari. Sinar alami mempunyai banyak dipergunakan secara umum dapat
keuntungan, selain menghemat energi dibedakan atas 3 macam, yaitu :
listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk a. Sistem Pencahayaan Merata
mendapatkan pencahayaan alami pada suatu Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar
ruang diperlukan jendela-jendela yang besar secara merata di seluruh ruangan. Sistem
ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang
1/6 daripada luas lantai. Sumber tidak dipergunakan untuk melakukan tugas
pencahayaan alami kadang dirasa kurang visual khusus. Pada sistem ini sejumlah
efektif dibanding dengan penggunaan armatur ditempatkan secara teratur di
pencahayaan buatan, selain karena seluruh langit-langit.
intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber b. Sistem Pencahayaan Terarah
alami menghasilkan panas terutama saat Pada sistem ini seluruh ruangan
siang hari. Faktor-faktor yang perlu memperoleh pencahayaan dari arah
diperhatikan agar penggunaan sinar alami tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran
mendapat keuntungan, yaitu: atau penonjolan suatu objek karena akan
- Variasi intensitas cahaya matahari tampak lebih jelas. Lebih dari itu,
- Distribusi dari terangnya cahaya pencahayaan terarah yang menyoroti satu
- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, objek tersebut berperan sebagai sumber
jarak antar bangunan cahaya sekunder untuk ruangan sekitar
- Letak geografis dan kegunaan bangunan melalui mekanisme pemantulan cahaya.
gedung Sistem ini dapat digabungkan dengan
sistem pencahayaan merata karena
B. Pencahayaan buatan; bermanfaat mengurangi efek menjemukan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain c. Sistem Pencahayaan Setempat
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat Pada sistem setempat ini cahaya
diperlukan apabila posisi ruangan sulit dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu
dicapai oleh pencahayaan alami atau saat
misalnya tempat kerja yang memerlukan disarankan langit-langit perlu diberikan
tugas visual. perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sistem ini masalah bayangan praktis tidak
sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan ada serta kesilauan dapat dikurangi.
sistem pencahayaan yang tepat sesuai 5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung
dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan (indirect lighting)
di ruangan dapat dibedakan menjadi lima Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan
macam yaitu (Manurung, 2009:59): ke langit-langit dan dinding bagian atas
1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct
kemudian dipantulkan untuk menerangi
lighting)
seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan
secara langsung ke benda yang perlu dapat menjadi sumber cahaya, perlu
diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif diberikan perhatian dan pemeliharaan yang
dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak
kelemahannya karena dapat menimbulkan menimbulkan bayangan dan kesilauan
bahaya serta kesilauan yang mengganggu, sedangkan kerugiannya mengurangi effisien
baik karena penyinaran langsung maupun cahaya total yang jatuh pada permukaan
karena pantulan cahaya. Untuk efek yang kerja.
optimal, disarankan langi-langit, dinding Satwiko dalam Ilmu Fisika Bangunan
serta benda yang ada didalam ruangan perlu (2004:69) membagi jenis sumber cahaya
diberi warna cerah agar tampak dalam tiga golongan sebagai berikut:
menyegarkan 1. Lampu Pijar
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi Cahaya dihasilkan oleh filament dari bahan
direct lighting) tungsten yang berpijar karena panas. Efikasi
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan lampu rendah 8-10 % energi yang menjadi
langsung pada benda yang perlu diterangi, cahaya. Sisa energi terbuang dalam bentuk
sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-
panas. Lampu Halogen termasuk dalam
langit dan dinding. Dengan sistem ini
kelemahan sistem pencahayaan langsung golongan ini.
dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit- 2. Lampu Fluorescent
langit dan dinding yang diplester putih Cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk
memiliki effiesiean pemantulan 90%, fosfor yang melapisi bagian dalam tabung
sedangkan apabila dicat putih effisien lampu. Ramuan bubuk menentukan warna
pemantulan antara 5-90% cahaya yang dihasilkan. Lebih dari 25 %
3. Sistem Pencahayaan Difus (general energi menjadi cahaya.
diffus lighting) 3. Lampu HID (High-Intensity Discharge)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik
diarahkan pada benda yang perlu disinari, melalui uap zat logam. Termasuk dalam
sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit golongan ini adalah lampu Merkuri, Metal
dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini Halida dan Sodium Bertekanan.
termasuk sistem direct-indirect yakni Masing-masing golongan memiliki
memancarkan setengah cahaya ke bawah kelebihan tersendiri. Lampu pijar lebih
dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah hangat karena sebagian 90% energi menjadi
bayangan dan kesilauan masih ditemui.
panas dan warnanya kekuningan, sesuai
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak
untuk kegiatan santai atau istirahat. Lampu
Langsung (semi indirect lighting)
Fluorescent mempunyai sinar yang terang
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan
dan putih, sesuai untuk kegiatan kerja
ke langit-langit dan dinding bagian atas,
dengan penglihatan. Sedangkan, lampu HID
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian
lebih efisien, sesuai untuk penerangan
bawah. Untuk hasil yang optimal
umum.
4. JENIS DAN EFEK PENCAHAYAAN c. General Lighting dan Localized Lighting
PADA INTERIOR GALERI : sistem ini merupakan gabungan dari
Permasalahan pencahayaan buatan pada sistem general lighting dan localized
perancangan interior tidak hanya tentang lighting. Sistem ini biasanya diterapkan
banyaknya jumlah cahaya yang dihasilkan. pada ruangan yang membutuhkan tingkat
Impresi suasana ruang, kenyamanan serta intensitas cahaya yang besar.
peningkatan efisiensi aktivitas pengguna 2. Sistem Lighting Sekunder
ruang merupakan peran yang harus dicapai a. Ambient Light : sistem penerangan yang
oleh pencahayaan buatan. Pengguna ruang sinarnya dibuat merata (difuse). Cahaya
mempersepsikan sesuatu melalui yang merata mengurangi kepekaaan
kemampuan visualnya. Sedangkan obyek plastisitas (penglihatan 3D) dan tidak
akan memberikan impresi bagi yang memberikan bayangan sehingga ruangan
melihatnya. Kualitas visual obyek menjadi menjadi lebih terang.
faktor penting tersampaikannya informasi
tentang bentuk, warna, tekstur, proporsi dan
pengaruh-pengaruh yang timbul, terhadap
yang melihatnya. Ini semakin menguatkan
pendapat bahwa pencahayaan buatan dapat
digunakan untuk menciptakan tatanan order
dan relevansi dalam lingkungan tempat
aktivitas berlangsung dan tidak sebagai
penerangan semata. Gambar 2. Ambient Light Pada Interior
Berbeda dengan cahaya alami, cahaya Sumber : forum.indowebster.com (16 Mei 2014)
buatan memiliki sistem tersendiri dalam
menerangi ruangan. Sistem tersebut b. Accent Light : penerangan yang sinarnya
dimasudkan untuk tercapainya efektifitas berfungsi sebagai aksen.
dan efisiensi pemanfaatan cahaya buatan di
dalam ruangan (Irawan, 2013:35).
Sistem cahaya buatan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Sistem Lighting Primer
a. General Lighting: sistem pencahayaan
umum, merata di semua ruangan.
b. Localized Lighting (Free Standing Up
Lighter): menyerupai general lighting,
Gambar 3. Accent Light Pada Interior
tetapi sistem ini mempunyai penataan
Sumber : forum.indowebster.com (16 Mei 2014)
khusus untuk mendukung aktivitas tertentu
di area tertentu. c. Task Light:
Penerangan yang sinarnya bertujuan
fungsional. Misalnya untuk kegiatan
membaca.
1. High Lighting
Teknik pengaturan cahaya buatan yang
bertujuan untuk menciptakan interior ruang
yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Hal
Gambar 5. Effect Light Pada Galeri ini dilakukan dengan memberikan sorotan
Sumber : Philips Effect Light Catalog
cahaya pada obyek tertentu, sehingga
mempertajam detail dan warna obyek
e. Architecture Light :
tersebut.
Sistem yang memanfaatkan cahaya sebagai
media pendukung olahan atau karya
arsitektur (disebut juga structural light)
f. Decorative Light :
Sistem penerangan yang mempunyai bentuk
sekaligus sebagai unsur dekoratif interior
dengan intensitas dan warna cahaya
tersendiri untuk menciptakan suasana.
2. Wall Washing
Teknik pengaturan cahaya buatan yang
Gambar 6. Penggunaan Decorative Light Pada memberikan suatu lapisan pencahayaan
Interior pada bidang dinding sehingga dinding
Sumber : http://www.limitsizenerji.com (16 Mei
2014) terkesan merata dengan cahaya.
Oleh:
Bambang S. Yudistira
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : ibeng.ten@gmail.com
Abstrak
Setiap desainer tentunya mempunyai gaya dan karya yang berbeda satu dengan lainnya.
Demikian pula dengan tujuan dan skala dari projeknya tentunya masing-masing berbeda.
Yang sama atau paling tidak serupa adalah proses yang diikuti. Desain adalah sebuah proses
dan dalam proses tersebut ada tahapan yang diikuti oleh semua profesi desainer, dari fashion
designer sampai architect. Tidak terlepas pula dengan desainer interior. Dalam lingkungan
Desain Interior, pada setiap proses tahapan desain diperlukan metode spesifik dari presentasi.
Misalnya presentasi visual pada tahap analisis tentunya berbeda dengan presentasi visual pada
tahap sintesis.
Dititik-beratkan sebagai presentasi Komunikasi Visual dalam Desain Interior, penulisan ini
menerangkan beragam metode, style dan teknik presentasi pada setiap tahap proses desain.
Diharapkan dapat memberikan input dan wawasan pada desainer. Desain yang baik tentunya
memerlukan presentasi yang baik pula.
Abstract
Every designer must have a different style and work with each other. Their results differ, so
their goal and their scale of the projects. What’s similar are the process they follow. Design is
a process and there are stages in the process that is followed by all professional designers,
from fashion designers to architect. Not apart with interior designers. In interior design
environment, at every stage of the design process required a specific method of presentation.
For example, a visual presentation on the stage of the analysis is different than the visual
presentation on the synthesis stage.
Stressed on the presentation of Visual Communication in Interior Design, this paper describes
a variety of methods, styles and presentation techniques at every stage of the design process.
Expected to provide input and insight on the designer. Good design would require good
presentation anyway.
Oleh:
Ni Nyoman Sri Rahayu, ST, MT
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail : ayu_bruno@yahoo.com
Abtsrak
Roh atau lokal genius suatu tempat akan mengarahkan desainer untuk mampu
menciptakan makna suatu tempat atau ruang bagi manusia penghuninya. Interior tidak
hanya bentukan (form), tapi juga (spirit). “Felling that you are somebody
living somewhere”, seseorang yang dapat merasakan/menikmati sebuah bentukan
ruang yang memberinya kesan bahwa ia sedang berada di tempat tertentu, dengan
suasana dan identitas etnik tertentu.
Dominasi budaya modernisme telah mendukung proses pembentukan
kebudayaan modern di Bali. Modernisasi (pariwisata atau globalisasi) bukan sebagai
faktor utama perusak suatu kebudayaan, melainkan mampu menganggapnya sebagai
faktor penentu kokohnya kualitas suatu budaya lokal (lokal genius), dengan menyerap
dan mengadaptasi unsur-unsur modern (global) yang mampu memperkuat dan
memperkaya budaya (interior etnik Bali) itu sendiri. Sehingga diharapkan dapat
memadupadankan teknologi modern dengan warisan budaya lokal setempat.
Abstract
A. Plafon (Langit-langit)
B. Dinding
C.
Kolom
E. Lantai
F. Furniture
G. Dekorasi
Gambar 20. Patung Bali di samping Gambar 22. Stone carving untuk kisi-kisi (lubang
bathtub ventilasi).
Sumber: http://uni- Sumber: http://balireliefcarved.blogspot.com
wall.com
5. DAFTAR PUSTAKA