Anda di halaman 1dari 20

KONSEP MEDIS

1. Definisi
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah
lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur
mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal
yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat
menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini
disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat
kanker (WHO, 2009).
Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga
mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan
beberapa jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis
kanker.
Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi
didalam rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus
faringeus anterior dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi
kanker bibir gingival, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus
faringeus anterior ( Muttaqin, 2011 ).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut
yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang
sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain
dan sering asimtomatik pada tahap awal.

2. Etiologi
Eiologi dari kanker rongga mulut adalah :
a. Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup,
umumnya kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet
(terutama tembakau atau tembakau yang digunakan dalam sirih, dan
penggunaan alkohol), meskipun faktor lain seperti bahan infeksius,
kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim yang
memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga
berperan dalam terjadinya kanker rongga mulut.
b. Pajaan sinar matahari

1
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.
c. Mutasi Gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel .
mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam
karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan
onkogen dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan
kanker yang tak terkontrol.
d. Alkohol
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker
mulut. Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko
terkena kanker rongga mulut karena alkohol mengandung karsinogen
atau prokarsinogen , termasuk kontaminan dari nitrosamin dan uretan
selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan
oleh sitokrom P450 menjadi asetalhedid yang bersifat karsinogen.
e. Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai
pelarut sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke
dalam jaringan mulut. Efek kombinasi penggunaan alkohol dan
tembakau menjadi berlipat ganda, lebih besar dari kumulatif efek
masing-masing bahan, sehingga risiko berkembangnya kanker rongga
mulut pada pasien pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali
lebih tinggi.
f. Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa
rongga mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan
perubahan-perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut
yang terkena, yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel
mulut (smoker’s keratosis) sampai bercak putih keratotik yang
menandai leukoplakia dan kanker mulut.
g. Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat
dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari
penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf
pusat dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi
yang mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi.

2
Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar nikotin
dalam tubuh dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan
endorfin yang membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun
yang dalam dosis besar dapat mematikan.
h. Diet
Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker
mulut dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan
yang mengikat molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga
dapat mencegah terjadinya kanker.
i. Obat Kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan
efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.
j. Kesehatan Gigi Mulut.
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu
dari logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu
atau tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak
atau hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab kanker.
k. Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan
virus papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel
skuamosa. HPV terutama berperan dalam kanker orofaring

3. Manifestasi Klinis
Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)
di dalam mulut ataupun pada bibir.
1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut.
Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000),
yaitu sebagai berikut.
a. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap
berubah menjadi keabuan.
b. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
c. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi,
mungkin ada kerutan
d. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-
kadang permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka.

3
Pada pemeriksaan mikroskopis nampak perubahan keganasan
dini.
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur
seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi
tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini,
terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan
pilar faucial anterior memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga
sebagai lesi awal kanker rongga mulut. Jarang ditemukan karena tidak
mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti.
3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah
a) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
b) Perdarahan pada rongga mulut.
c) Kehilangan gigi.
d) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
e) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
f) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.

4. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang memicu terjadinya karsinogenesis
(transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesis terbagi
menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel
normal dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut
menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami
poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma
ganas.
Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi
yang sangat kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun
akan mencapai ukuran yang besar.

4
Agen infeksi, merokok, perawatan mulut kurang dan etiologi lainnya

Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak

lesi yang terus menetap

menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel

bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan


memperlihatkan gejala-gejala klinis

Sulit atau pada waktu timbulnya rasa sakit


Bintik putih atau merah di dalam mulut
mengunyah
ataupun pada bibir

5. Penatalaksanaan Kanker rongga mulut


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut
adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan
keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan
tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kanker rongga mulut.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk
mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa,
pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat sel
kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta
meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion.
Terapi radiasi ini dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan
sel-sel kanker, dengan menghancurkan sel DNA pada sel kanker
tersebut sehingga sel kanker tersebut tidak dapat berkembang lagi.

5
Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan yang utama. Radiasi
sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum dilakukan
pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk
menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil keseluruhannya
ketika pembedahan.
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini
dilakukan lima hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua hari
untuk istirahat. Waktu yang digunakan untuk terapi radiasi ini antara
10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara 2-8 minggu, agar sel yang baru
dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif, digunakan
apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau telah terjadi
metastase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bahan
kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat enam
jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, di antaranya alkylating
agent, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant
alkoloid, dan steroid hormone.
Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel,
sehingga sel-sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan
ini adalah Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan
nitrosoureas bekerja seperti alkylating agent yaitu menghalangi
perubahan pada sel DNA, misalnya Carmustine dan Lomustine. Bahan
anti metabolite dapat bekerja langsung pada molekul basal inti sel, yang
berakibatmenghambat sintesis DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan 5-
fluorouracil.
Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan
menghambat sintesis RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C.
Bahan plant alkoloid bekerja dengan menghalangi pembelahan sel,
antara lain Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan steroid
hormone bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan hormon yang
menyebabkan terjadinya kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen
dan Flutamide.
4. Terapi Kombinasi

6
Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau
telah terjadi regional metastase dapat dilakukan terapi kombinasi yang
terdiri dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
5. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut
melalui dokter gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang
sering merokok, mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi
atau menghentikan kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye
yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan tembakau berhasil
mengurangi resiko terjadinya kanker. Beberapa peneliti dari University
of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang banyak mengkonsumsi
buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-40% dapat
mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker.

6. Perawatan pemulihan setelah operasi


a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair,
setelah satu minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien
kanker rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan
warna hijau keunguan dan semakin memburuk, segera melaporkan
ke dokter.
c. Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan
kerongkongan pasien kanker rongga mulut, demi menjaga
kelancaran saluran pernafasan.
Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat
berbicara, tidak dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan,
perlu secara teliti mengamati ada tidaknya gejala dysphoria (cemas,
gelisah, tidak tenang), nasal inflamasi dan gejala penyumbatan saluran
pernafasan lainnya pada pasien kanker rongga mulut dan segera
melaporkan kepada dokter.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki
berbagai macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling
bermanfaat dalam evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai

7
sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan tersebut merupakan
suatu lesi merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan
suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan
interpretasi yang digunakna dalam laporan sitologi mulut adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas,
tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang
menyimpang dari normal
d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan
e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian,
bila hasil sama dapat dilakukan biopsi. Untuk kelas IV dan V indikasi
untuk dilakukan biopsi.
2. Biopsi
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun
sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen,
1996; Coleman dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang
penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari
lesi-lesi mulut yang dicurigai (Bolden, 1982).
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari
tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara
insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi
permukaan besar (>1cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secata intoto
apabila lesi kecil (Pedersen, 1996; Bolden, 1982; Coleman dan Nelson,
1993). Untuk memenuhi kebutuhan yang lebih seksama dalam
mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah
dikembangkan suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral
CDx). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan
menggunakan biopsi dengan cara sikat menunjukkan bahwa cara ini
dapat memberikan bantuan yang tidak terhingga nilainya dalam
memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian tersebut, biopsi
dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang sepadan dengan

8
biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus ditekankan bahwa
Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan memakai skalpel
(Sciubba, 1999).

3. Pemeriksaan Toluidine Blue


Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur
Faktor Lokal Faktor Host
menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikanFaktor
warnaLuar
biru
pada sel kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap.
Teknik
Rongga mulut memberikan warna rongga
kotor mulut adalah :
Genetik Karsinogen Kimia
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
Memicu tumbuhnya
4) Kumur lagi denganSel turunan
larutan yang
asam asetat 1%: 1 menit Rokok
bakteri/jamur
5) Kumur dengan air abnormal
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian.
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET) Kontak sel normal dengan
Infeksi Positron EmissionFungsi
Tomography zat karsinogenik
(PET) adalah pemeriksaan
sistem imun non
menurun
invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari
tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan
Terjadi lesi yang
radiofarmaka
berulang FDG (Fluorodeoxyglucose).
Membentuk Klon melalui
PET scan dengan
radiofarmaka FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel
pembelahan
tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik
Sel membelah secara
berlebih.
berlebihan Cara kerja Poliferasi
PET CT ini ialah dengan menyuntikkan
radiofarmaka FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka
akan ditangkap Muncul
sel-sel kanker, karena
karakteristik sel kanker
neoplasma membutuhkan banyak
ganas
glukosa dan metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker
berkumpul, PET akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien.
Kanker Oral Cavity
Pencitraan ini akan menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul.
Artinya, di situlah lokasi sel-sel kanker yang hidup.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging
memiliki
Benjolan pada sensitivitas
rongga mulut 71% dan spesifitas 99%, sedangkan
Kerusakan untuk
pada sistem deteksi
anatomi
kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.

Benjolan semakin besar dan


memenuhi rongga mulut MK : Ketidakmampuan Intake nutrisi tidak
1. WOC menelan adekuat

Mempengaruhi fungsi lidah 9


MK : Gangguan MK : Nutrisi kurang
komunikasi verbal dari kebutuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
c.1 Asuhan Keperawatan Kanker Rongga Mulut
c.1.1 Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor rekam
medic, tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan atau massa yang tidak sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan
pembelajaran pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk
mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan
yang diajukan mencakup :
1. Memar dan aktivitas flossing
2. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
3. Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah
atau tenggorok
4. Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial
5. Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
6. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
7. Masukan makanan yang dicerna setiap hari
8. Penggunaan alkohol dan tembakau
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tumor atau kanker
sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor atau kanker pada
mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada
rongga mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal
berikut :
1. Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut
berwarna abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan
pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau
keadaan prakanker mulut, seperti leukoplakia, eritoplakia,
submukus fibrosisi dan lain-lain
2. Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar,
ulserasi, asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari
keganasan diawalai ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus

10
tidak sembuh selama dua minggu maka keadaan ini sudah dapat
dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda lain dari ulkus
proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung
lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih keras) dasarnya
dapat berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan karsinoma
bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan endofitik.
3. Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal, lunak,
fluktuan atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini
tidak menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan
berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih,
licin, halus, dan memeperlihatkan evelasi yang minimal.
4. Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan
sempurna
5. Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe.

c.1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi
kerusakan pada sistem anatomi
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi
fisologis ditandai dengan susahnya berbicara

c.1.3 Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil: nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
Nutritional Status (1004)

11
1. Asupan nutrisi atau intoleransi terhadap makanan
2. Asupan makanan 3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
keperawatan selama 2x24 jam
output, turgor kulit, membran mukosa)
kemampuan menelan klien dapat
2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
Swallowing Status (1010) untuk secara bertahap meningkatkan
1. Kemampuan menelan konsistensi makanan pasien.
2. Produksi saliva 4. Membantu pasien untuk menempatkan
3. Waktu reflek menelan
makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)


1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,
memeriksa residu lambung, atau mendengarkan
udara yang disuntikkan sementara dan ditarik
sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi
4. Pantau status cairan dan elektrolit
5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan

12
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use
a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit
keperawatan selama 2x24 jam (4976)
komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar
1. Menggunakan bahasa dan huruf, kode tangan atau gerakan
berbicara lainnya, dan komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi
untuk menyusun rencana komunikasi
efektif

13
suhan Keperawatan Klien dengan Kasus Kanker Rongga Mulut
Pada hari Senin 11 April 2016, Tn. A (50 tahun) datang ke Rumah Sakit
Universitas Airlangga dengan keluhan munculnya plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplakia) disertai lesi ulserasi yang mengeras pada rongga
mulutnya. Lesi tersebut sebenarnya sudah muncul sejak tiga bulan yang lalu,
akan tetapi karena semakin lama semakin nyeri maka dibawa ke rumah sakit.
Tn. A sekarang bekerja sebagai tukang bangunan. Karena kondisi pada
mulutnya tersebut, pasien menolak untuk makan, karena mulutnya perih dan
terasa kering. Pasien mengungkapkan secara verbal ataupun dengan isyarat
tentang nyeri yang dirasakan, sehingga dia malu akan kondisinya saat ini.
Keluarga mengatakan pasien kesulitan dalam berbicara dan dulu nenek pasien
menderita kanker mulut.

c.1.4 Pengkajian
a. Biodata/Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Surabaya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tnggal MRS : Senin 11 April 2016
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri karena munculnya plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplaking). Pasien juga mengeluh nafsu makannya menurun
karena mulutnya perih dan terasa kering.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplakia) disertai lesi
ulserasi yang mengeras pada rongga mulutnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah masuk rumah sakit, klien hanya pernah menderita
penyakit ringan seperti demam, batuk, pilek.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Nenek pasien menderita kanker mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing) : Tidak ditemukan/normal
B2 (blood) : Tidak ditemukan/normal

14
B3 (brain) : Cemas akibat manifestasi klinis
B4 (bladder) : Tidak ditemukan/normal
B5 (bowel) :
Sistem pengkajian fisisk, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok diinspeksi dan palpasi. Secara umum, pemeriksaan dapat
diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan
depressor lindah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah dan
adanya abnormalitas.
1. Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk
kelembaban, hidrasi warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya
ulserasi atau fisura. Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan
simetris.
2. Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan retraksi, dan
perubahan warna. Bau napas juga dicatat.
3. Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papilla
tipis lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal
dorsal lidah, selanjutnya dibagian permukaan ventera lidah dan
dasar mulut lidah. Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan
vena superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel
lidah digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan
visualisasi adekuat terhadap faring.
4. Rongga Oral
Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan
seperti kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresi dari terapi
obat atau AIDS dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga
oral. Leher diperiksa terhadap pembesaran nodus limpa.
B6 (bone) : Kelemahan tonus otot, Malaise

c.1.5 Analisa Data


MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Pasien menolak untuk Kanker rongga mulut Nutrisi kurang dari
makan kebutuhan
DO : Tonus otot buruk,

15
membrane mukosa Kerusakan pada sistem
pucat, inflamasi rongga anatomi
mulut.

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan

DS : Pasien mengeluh Kanker rongga mulut


mulutnya perih dan
terasa kering Kerusakan pada sistem
DO : Rongga mulut terluka anatomi Ketidakmampuan menelan
(inflamasi)
Ketidakmampuan menelan

DS : Keluarga mengatakan Kanker rongga mulut


pasien kesulitan dalam
berbicara Benjolan pada rongga mulut
DO : Pasien lebih banyak
diam, pasien meminta
Gangguan komunikasi
tolong bantuan dengan Benjolan semakin besar dan
verbal
isyarat memenuhi rongga mulut

Mempengaruhi fungsi lidah

Gangguan komunikasi verbal

c.1.6 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi
kerusakan pada sistem anatomi.
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi
fisologis ditandai dengan susahnya berbicara.

16
3.2.4 Intervensi dan Rasional
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil: nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
Nutritional Status (1004)
atau intoleransi terhadap makanan
1. Asupan nutrisi
3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
2. Asupan makanan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien.

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
keperawatan selama 2x24 jam
output, turgor kulit, membran mukosa)
kemampuan menelan klien dapat
2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
Swallowing Status (1010) untuk secara bertahap meningkatkan
1. Kemampuan menelan konsistensi makanan pasien.
2. Produksi saliva 4. Membantu pasien untuk menempatkan
3. Waktu reflek menelan
makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

17
Enteral Tube Feeding (1056)
1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,
memeriksa residu lambung, atau
mendengarkan udara yang disuntikkan
sementara dan ditarik sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi
4. Pantau status cairan dan elektrolit
5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use
a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit
keperawatan selama 2x24 jam (4976)
komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar dan
1. Menggunakan bahasa huruf, kode tangan atau gerakan lainnya, dan
berbicara komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi
untuk menyusun rencana komunikasi efektif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C,. JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal-


Bedah dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Gloria M. Bulechek et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
St Louis, Missouri. Mosby
Hasibuhan, Sayuti. 2004. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker
Rongga Mulut. Melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1159/1/fkg-sayuti2.pdf diakses
pada tanggal 20 April 2016 pukul 14.00
John Wiley & Sons. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and
Classification 2015-2017. UK Wiley Blackwell.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal:
aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC
Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma
Mulut. Jakarta : EGC
Sue Moorhead et al . 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) :
Measurement of Health Outcomes. St Louis, Missouri. Mosby.

19
Vermey A, 1988. Treatment of parotid tumors and cancer of the oral cavity.
Head and Neck Oncology. Dutch Foundation For Post Graduate Courses In
Indonesia, FK Unair-RSU Dr. Soetomo : 91-130

20

Anda mungkin juga menyukai