ABSTRAK
ABSTRACT
Domba lokal merupakan sumber genetik ternak Indonesia yang perlu dilestarikan
keberadaannya. Salah satu contohnya adalah domba lokal yang berada di Kampung
Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat yang
menjadi objek pada penelitian kali ini.
Peternakan domba merupakan komoditas strategis, baik secara tradisional maupun
komersial karena dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap ketahanan pangan.
Permintaan akan domba masih tinggi maka pengembangan ternak domba masih terbuka luas.
Kunci utama dalam pembangunan peternakan adalah pembangunan ternak yang berbasis
sumber daya alam lokal.
Pertumbuhan adalah peningkatan bobot badan dan ukuran tubuh persatuan waktu.
Pertumbuhan bobot badan dan ukuran tubuh ternak berkaitan dengan proporsi daging, tulang
dan lemak karkas domba. Perubahan ukuran tubuh merupakan indikator yang baik dan
memiliki nilai korelasi yang cukup erat dengan parameter bobot hidup. Kemudian, diketahui
bahwa tingkat perbedaan pertumbuhan di setiap bagian sangat tergantung pada fungsi dari
bagian tersebut. Maka dari itu identifikasi laju pertumbuhan ukuran tubuh ternak menjadi
penting diketahui untuk mempelajari pertumbuhan secara lebih mendalam.
Telah banyak dituliskan berbagai macam model kurva pertumbuhan, namun model kurva
terbaik bagi suatu pertumbuhan ternak ditandai dengan standar eror yang kecil dan koefisien
determinasi yang terbesar. Kurva pertumbuhan domba lokal belum tersedia di Breeding Farm
Sempur dan Breeding Farm Station Fakultas Peternakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai identifikasi laju pertumbuhan ukuran tubuh ternak perlu dilakukan
penelitian.
Model Kurva
Model yang digunakan adalah model Gompertz, Weibull, Logistic, Richards dan
MMF (Morgan Mercer Flodin). Alasan dari pemilihan model kurva pertumbuhan tersebut
karena model tersebut telah banyak digunakan dalam berbagai studi kurva pertumbuhan pada
ternak dan mempunyai tingkat keakuratan yang baik dan kemampuan dalam menjelaskan
titik infleksi pertumbuhan.
Tabel 2. Model Matematik Kurva Pertumbuhan
Model Persamaan Sumber Pustaka
-kt
Gompertz Y = A exp(-Be ) Blasco et al. (2002)
Weibull Y= A-Be-kt Ratkowsky (1983)
-kt -M
Logistic Y = A (1+e ) Brown et al. (1976)
MMF Avanza et al. (2008)
Richards Fang dan Gertner (2003)
Keterangan:
Y = Proporsi kedewasaan ukuran tubuh ternak
A = Bobot badan dewasa (Asimtot)
B = Nilai Skala Parameter (konstanta Integrasi)
e = Bilangan natural (e = 2,718282)
t = Umur
k = Rataan laju pertumbuhan menuju dewasa tubuh
M = Nilai yang berfungsi dalam pencarian titik infleksi (bentuk kurva)
v = Parameter yang menentukan titik belok (-1 hingga 1)
δ = Parameter yang menentukan letak titik belok kurva
Jumlah domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 29 ekor. Domba
tersebut merupakan domba yang lahir pada tahun 2014 dan 2015, terdiri dari 15 ekor domba
jantan dan 14 ekor domba betina. Domba dengan kelahiran tunggal sebanyak 10 ekor yang
terdiri dari 5 ekor jantan dan 5 ekor betina, sementara 19 ekor domba merupakan domba
kelahiran kembar. Domba dengan kelahiran kembar dua sebanyak 16 ekor yang terdiri dari 9
ekor jantan dan 7 ekor betina. Domba dengan kelahiran kembar tiga (triplet) sebanyak 3 ekor
yang terdiri dari 1 ekor jantan dan 2 ekor betina. Ini menunjukkan sifat profilik yang tinggi
pada domba lokal. Menurut Inounu (1996), domba lokal memilki gen FecJ atau Fecundity
Java yang mempengaruhi laju ovulasi sehingga meningkatkan produksi sel telur. Tipe
kelahiran dapat mempengaruhi bobot lahir secara signifikan (Petrovic, dkk, 2009).
Hasil analisis deskripsi ukuran-ukuran tubuh ternak diperoleh setelah dilakukan
pengoreksian data terlebih dahulu. Beberapa faktor koreksi tersebut adalah tipe kelahiran,
dan umur induk. Pengoreksian data dilakukan untuk menyamakan atau menyeragamkan
terhadap kondisi tertentu bila hal tersebut tidak sama, sehingga ternak yang telah
dikoreksi/distandardisasi mempunyai peluang yang sama secara genetik.
Tabel 3. Lingkar Dada Jantan dan Betina Domba Lokal yang Dipelihara Kampung
Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan
Lingkar dada (LD) diukur melingkar rongga dada di belakang sendi tulang bahu
(satuan dalam cm) menggunakan pita ukur dengan ketelitian 0,10 cm. Lingkar dada dapat
memberikan gambaran organ-organ dalam ternak terutama organ pernafasan.
Lingkar dada dapat digunakan untuk menaksir bobot badan ternak, karena lingkar
dada dengan bobot badan memiliki korelasi yang positif dan paling erat diantara ukuran
tubuh lainnya. Hal ini tentunya dipengaruhi juga oleh jenis kelamin, umur ternak dan jenis
domba.
Tabel 4. Panjang Badan Jantan dan Betina Domba Lokal yang Dipelihara Kampung
Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan
Panjang Badan (PB) adalah jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang os scapula
sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk atau os ischium) (satuan dalam cm) menggunakan
Pita ukur dengan ketelitian 0,10 cm. Pada saat mengukur panjang badan, pastikan ternak
berdiri pada bidang yang datar agar tulang punggung ternak lurus.
Panjang badan memiliki korelasi yang positif dan cukup erat dengan bobot badan,
karena di sepanjang badan ternak terdapat banyak tulang tempat melekatnya otot. Hal
tersebut tentunya akan berpengaruh pada kualitas karkas.
Tabel 5. Tinggi Pundak Jantan dan Betina Domba Lokal yang Dipelihara Kampung
Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan
Tinggi Pundak (TP) adalah jarak tertinggi badan sampai tanah, diukur menggunakan
tongkat ukur (satuan dalam cm) dengan ketelitian 0,10 cm. Pada saat mengukur tinggi
pundak, pastikan ternak berdiri pada bidang yang datar agar tulang pundak ternak lurus.
Tinggi pundak memiliki korelasi yang positif dengan bobot badan. Tinggi pundak
merupakan salah satu ukuran tubuh yang menyumbang proporsi yang berarti dalam
mengukur suatu pertumbuhan ternak.
Pada hakikatnya pertumbuhan pada domba jantan lebih tinggi daripada domba betina
berdasarkan hormon pertumbuhan yang dihasilkan. Namun, hasil menunjukkan bahwa
pertumbuhan pada domba betina yang lebih tinggi daripada pada domba jantan dan atau
campuran (jantan dan betina), hal ini disebabkan oleh faktor koreksi yang dilakukan.
Hormon androgen, testosteron, dan estrogen diproduksi baik pada domba jantan
maupun pada domba betina, namun dengan jumlah yang berbeda. Hormon androgen dan
testosteron diproduksi oleh domba jantan lebih banyak dibandingkan oleh domba betina.
Sementara hormon androgen lebih banyak diproduksi oleh domba betina dibandingkan oleh
domba jantan.
Hormon testosteron mampu mempengaruhi perpanjangantulang pipa, sehingga
meningkatkan luas bidang perlekatan otot (Brody, 1945 dalam Kunto, 2013). Hormon
androgen memiliki aktivasi metabolik terhadap protein yang meliputi seluruh tubuh
organisme. Sementara, hormon estrogen mampu memperkuat pertulangan tetapi
menghambat perpanjangan tulang, sehingga luas bidang perlekatan otot menjadi terbatas
(Brody, 1945 dalam Nugroho, 2013).
Pada jantan pertambahan ukuran lingkar dada tertinggi sebesar 4,28 cm pada rentang
umur 1 ke umur 2 bulan. Pertambahan ukuran panjang badan maksimum sebesar 4,55 cm
pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan. Pertambahan ukuran tinggi pundak maksimum
sebesar 3,66 cm pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ukuran tubuh (lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak) tertinggi pada
domba jantan terjadi secara bersamaan yaitu pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan.
Pada betina pertambahan ukuran lingkar dada maksimum sebesar 6,21 cm pada
rentang umur 1 ke umur 2 bulan. Pertambahan ukuran panjang badan maksimum sebesar 6,3
cm pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan. Pertambahan ukuran tinggi pundak maksimum
sebesar 6,71 cm pada rentang umur 5 ke umur 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ukuran tubuh paling pesat pada domba betina yaitu terjadi pada lingkar dada
dan panjang badan lebih dulu pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan, baru kemudian diikuti
dengan pertumbuhan tinggi pundak pada rentang umur 5 ke umur 6 bulan.
Hasil penelitian untuk jenis domba yang berbeda mungkin akan berbeda pula. Hal ini
bergantung pada kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan.
Kurva Pertumbuhan Terbaik Ukuran Tubuh
KESIMPULAN
1. Model kurva pertumbuhan terbaik ukuran-ukuran tubuh domba lokal selama umur 1
– 6 bulan adalah sebagai berikut:
Pada jantan:
Model Logistic untuk lingkar dada dengan persamaan
Y=57.735741/(1+0.58145378*exp(-0.38947465x)).
Model Gompertz untuk panjang badan dengan persamaan: Y=55.679287*exp(-
exp(-0.64506985-0.21983533x))dan
Model Gompertz untuk tinggi pundak dengan persamaan: Y=51.82578*exp(-
exp(-1.1455609-0.3101568x)).
Pada betina:
Model MMF untuk lingkar dada dengan persamaan:
Y=(32.695356*3.7547027+73.166203*x^1.1060112)/(3.7547027+x^1.1060112),
Model Weibull untuk panjang badan dengan persamaan: Y=110.39673-
87.150108*exp(-0.17919378*x^0.49628585) dan
Model Logistic untuk tinggi pundak dengan persamaan: Y=-10.066438/(1+-
1.2503413*exp(-0.0098284408x)).
2. Pada jantan pertambahan ukuran lingkar dada tertinggi sebesar 4,28 cm pada rentang umur
1 ke umur 2 bulan. Pertambahan ukuran panjang badan maksimum sebesar 4,55 cm pada
rentang umur 1 ke umur 2 bulan. Pertambahan ukuran tinggi pundak maksimum sebesar 3,66
cm pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan, sedangkan pada betina pertambahan ukuran lingkar
dada maksimum sebesar 6,21 cm pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan. Pertambahan ukuran
panjang badan maksimum sebesar 6,3 cm pada rentang umur 1 ke umur 2 bulan.
Pertambahan ukuran tinggi pundak maksimum sebesar 6,71 cm pada rentang umur 5 ke umur
6 bulan.
SARAN
Penelitian mengenai pertumbuhan ukuran-ukuran tubuh domba lokal sebaiknya
dilakukan dengan data yang lebih banyak untuk mendapatkan model kurva yang baik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis dengan rasa hormat dan bangga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Sri Bandiati Komar Prajoga dan Ir. Drs. Nono Suwarno, MP
selaku Dosen Pembimbing dalam menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brody, S.1945. Bioenergetics and Growth. Reinhold Publishing Corperation. Reprinted 1974.
New York. USA.
Ruth, M. G. 1986. Sheep Production in the Tropics and Sub-Tropics. Longman. Singapore
Publishers. Singapore.
Williamson, G and W.J.A Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.