Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas pengganti UAS
dari mata kuliah Geomorfologi dengan judul “Bentang Alam Kota Depok”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen Geomorfologi saya yaitu Bapak Najib S.T, M.Eng, Ph.D yang telah
membimbing saya dalam mata kuliah Geomorfologi ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang , 16 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I. ................................................................................................................... I-1

PENDAHULUAN ................................................................................................ I-1

I.1 Latar belakang ........................................................................................ I-1


I.2 Tujuan Pembuatan Makalah ................................................................... I-2
BAB II. ................................................................................................................ II-1

PEMBAHASAN ................................................................................................. II-1

II.1 Gambaran Umum Lokasi Kota Depok ................................................. II-1


II.2 Kondisi Geomorfologi Kota Depok ..................................................... II-2
II.3 Penggunaan Lahan Di Kota Depok .................................................... II-12
BAB III. ............................................................................................................. III-1

PENUTUP .......................................................................................................... III-1

III.1 KESIMPULAN ................................................................................... III-1


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ III-1

ii
Gambar II.1-1 Peta Batas Wilayah Kota Depok ................................................ II-1
Gambar II.2-1 Situ Rawa Besar .......................................................................... II-3
Gambar II.2-2 Situ Rawa Besar Dari Google Maps ........................................... II-3
Gambar II.2-3 Situ Rawa Besar .......................................................................... II-4
Gambar II.2-4 Tambak Di Situ Rawa Besar ....................................................... II-5
Gambar II.2-5 Sungai Ciliwung .......................................................................... II-6
Gambar II.2-6 Alur Aliran Sungai Ciliwung ...................................................... II-7
Gambar II.2-7 Debit Aliran Air Sungai Ciliwung .............................................. II-8
Gambar II.2-8 Peta Sebaran Spasial Kelas Lereng Lahan Kota Depok .............. II-8
Gambar II.2-9 Peta Curah Hujan Kota Depok .................................................. II-10
Gambar II.2-10 Peta Jenis Tanah Kota Depok.................................................. II-11
Gambar II.3-1 .................................................................................................... II-13

iii
BAB I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana


geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang
bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu
kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai
bentuk lahan (landform).

Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst,


Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya
yang ada di bawah lapisan permukaan bumi.

Istilah geodesi berasal dari bahasa Yunani yang dalam hal ini adalah geo atau
bisa diartikan sebagai bumi dan daiein atau yang dikenal dengan sebutan membagi,
sehingga disimpulkan menjadi geodeien atau yang diartikan sebagai membagi
bumi. Namun demikian, jika merujuk pada istilah awamnya, istilah keilmuan ini
merupakan cabang dari geosains yang kemudian mempelajari berbagai hal terkait
denganbumi.

Terlepas dari istilah di atas, banyak pula beberapa ahli yang juga menafsirkan
istilah geodesi tersebut. seperti halnya definisi yang diungkapkan oleh Helmert dan
Torge (1880) menjelaskan bahwa disiplin ilmu yang satu ini akan berkonsentrasi
pada permukaan dasar laut serta pemetaan permukaan bumi.
Di lain sisi, pihak IAG ( International Association of Geodesy) mendefinisikan
keilmuan yang tertua ini sebagai kegiatan pembelajaran atas ragam pengukuran atas
bumi dan berbagai benda langit lainnya yang kemudian dihubungkan dengan
perubahan yang ada seiring dengan perubahan waktu di dalamnya.

Dari kedua pendapat tersebut, bisa disimpulkan bahwasannya geodesi ini


merupakan cabang keilmuan yang berkonsentrasi pada pemetaan permukaan bumi
yang didasarkan atas ragam perubahan di dalamnya.

Pada masa sekarang ini, bidang – bidang dari cabang ilmu geodesi yang dapat
dipelajari oleh mahasiswa dapat dibagikan menjadi bidang survei dan pemetaan
secara terestris, survei dan pemetaan secara hidrografis, bidang geoinformatika atau
sistem informasi geografi, bidang administrasi pertanahan dan property, bidang
manajemen wilayah perbatasan dan juga bidang fotogrametri dan penginderaan
jauh. Oleh karena itu, Geodesi menjadi identik dengan kegiatan pengukuran dan

I-1
proses pembuatan peta sehingga mahasiswa dituntut bisa memahamai dan
menguasi metode mulai dari akuisisi data, pengolahan, penyajian, analisis hingga
proses pengambilan keputusan untuk diaplikasikan dalam pekerjaan sehari – hari.
Untuk menunjang semua kurikulum tersebut, seorang mahasiswa geodesi harus
memiliki kemampuan antara lain menyukai perhitungan dan analisa, menyenangi
pemrosesan data menggunakan perangkat lunak dalam komputer, dan menyukai
pekerjaan di lapangan.

Hubungan antara keduanya yaitu saling melengkapi satu sama lain,dengan


geodesi yang selalu hasil akhirnya berupa peta itu justru dalam tahap
pengambilannya disuduhkan dengan kenampakan bentang alam yang ada
disekitarnya dan geodesi ini juga melihat geomorfologi yang ada disekitarnya pada
saat melakukan pekerjaannya. Aplikasinya pada pengukuran bidang
tanah,pengukuran dengan citra satelit,fotogrametri dan lain-lain.

Dan tugas ini dibuat untuk mengenali dan mengidentifikasi kondisi


geomorfologi di daerah tempat tinggal yaitu Kota Depok serta lebih memahami
ilmu geomorfologi itu sendiri.

I.2 Tujuan Pembuatan Makalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Memperdalam pemahaman ilmu geomorfologi dengan mengenali dan


mengidentifikasi kondisi geomorfologi disekitar tempat tinggal
mahasiswa.
2. Pemanfaatan bentuklahan oleh masyarakat sekitar saat ini dan
kemungkinan potensi pemanfaatan yang ada.

I-2
BAB II.

PEMBAHASAN

II.1 Gambaran Umum Lokasi Kota Depok

Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06019’ – 06028’ Lintang


Selatan dan 106043’ BT-106055’ Bujur Timur. Pemerintah Kota Depok merupakan
bagian wilayah dari Propinsi jawa Barat yang berbatasan dengan tiga kabupaten
dan satu propinsi yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat


KabupatenTangerang
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan
Gunungsindur Kabupaten Bogor

Luas keseluruhan Kota Depok 20.504,54 ha atau 200,29 km2 yang


mencakup 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Beji, Limo, Cimanggis, Sawangan,
Sukmajaya dan Kecamatan Pancoran Mas. Kota Depok sebagai pusat pemerintahan
berada di Kecamatan Pancoran Mas.

Gambar II.1-1 Peta Batas Wilayah Kota Depok

II-1
II.2 Kondisi Geomorfologi Kota Depok

Kota Depok jika ditiinjau dari letak geografisnya berada di dekat daerah
Jakarta yang merupakan daerah dataran rendah. Kota Depok membentang dari
Selatan ke Utara dengan bentuk permukaan dataran rendah hingga perbukitan
bergelombang lemah. Dataran di Depok rata-rata memiliki elevasi 50-140 m diatas
permukaan laut

Jika ditinjau secara keseluruhan, sangat jarang bentang alam yang dapat
ditemukan di daerah Depok yang sudah padat penduduk dan penggunaan lahannya
didominasi untuk penggunaan industri atau perdagangan. Tetapi Depok bukan tidak
memiliki kenampakan bentang alam.

Bentang alam yang banyak ditemui di daerah Depok adalah bentang alam
berbentuk perairan, atau yang tergolong bentang alam fluvial. Bentang alam fluvial
memiliki pengertian bentang alam yang di dalamnya berhubungan dengan proses
adanya air yang membentuk suatu morfologi di suatu daerah tertentu.

Secara jelasnya, morfologi yang ada tersebar di wilayah Depok yang


termasuk bentang alam fluvial diantaranya sungai, yaitu sungai Ciliwung,
Cisadane, dan kali Angke, kali Pesanggrahan dan kali Cikeas. Hal ini dapat
disebabkan karena kota Depok berada di dataran rendah yang landai yang tepat
untuk dijadikan zona aliran air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.
Daerah Depok yang tergolong dataran rendah itulah yang seringkali juga
menimbulkan permasalahan ketika musim hujan tiba, yaitu timbulnya banjir di
beberapa daerah, hal tersebut juga didukung oleh pengelolaan drainase yang buruk,
sehingga perairan yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya karena telah tercemar limbah/sampah-sampah dari
kegiatan masyarakat.

Morfologi yang lain yang terdapat di daerah Depok yang tergolong sebagai
bentang alam fluvial lainnya adalah danau/situ yang banyak tersebar di daerah
Depok. Depok memiliki Situ sebanyak 25 buah dengan tingkat keburukan kualitas
air terdapat pada Situ Rawa Besar.

Berikut ini akan diuraikan analisis sederhana mengenai bentang alam yang
terdapat di daerah Depok. Morfologi yang akan dijelaskann adalah sungai Ciliwung
yang melintasi Depok dan Situ Rawa Besar.

II-2
Gambar II.2-1 Situ Rawa Besar

Situ Rawa Besar atau lebih populer di masyarakat dengan sebutan “Lio”,
bertempat di Jalan Anyelir Raya, Depok, Jawa Barat. Situ ini berada di belakang
sekolah-sekolah seperti SMAN 1 Depok, SMA Sejahtera 1, SDN Anyelir 1 yang
berada di Jalan Nusantara Raya, Depok.

Gambar II.2-2 Situ Rawa Besar Dari Google Maps

Situ Rawa Besar terbentang memanjang dari utara ke selatan. Situ Rawa
Besar di bagian tengahnya memiliki kedalaman sekitar 30 meter dan luasnya sekitar
25 hektar. Namun karena pengusahaan penggunaan lahan oleh warga, luas Situ
Rawa besar tereduksi hingga kini hanya 13,5 hektar (pemkot Depok).

II-3
Gambar II.2-3 Situ Rawa Besar

Tanah yang ada di sekeliling Situ Rawa Besar masih sangat gembur
sehingga patut diwaspadai potensi longsong yang mungkin terjadi pada penduduk
sekitar, jenis tanah yang dapat dijumpai berukuran lempung dan jenis batuan yang
dapat ditemukan di sekeliling danau didominasi oleh batuan sedimen. Vegetasi
yang tumbuh di sekeliling Situ Rawa Besar adalah pohon pisang, pohon Jambu, dan
rerumputan. Menurut referensi, terdapat sebuah alur sungai purba yang muncul
sekitar 5000 tahun yang lalu yang melintasi kota Depok, alur sungai tersebut
mengalir hingga ke Jakarta dan melintasi UI beserta daerah Depok. Dan
diprediksikan bahwa Situ Rawa Besar juga merupakan bagian perairan yang
menyusun alur sungai purba tersebut karena pola Situ Rawa Besar mirip dengan
pola danau-danau di UI. Situ-situ dan danau-danau dahulunya diperkirakan saling
berhubungan hingga membentuk pola aliran air yang sangat panjang, dari daerah
Depok hingga daerah Jakarta, dan Situ Rawa Besar sebagai bagian dari aliran
sungai purba tersebut. Situ Rawa Besar tergolong dalam perairan stadia tua.

Namun dikarenakan pengendapan yang terjadi terus menerus akibat aliran


sungai yang terjadi pada waktu yang relatif lama, lama-kelamaan terbentuklah
dataran dari endapan material yang dibawa sungai tersebut dan terjadilah dataran-
dataran yang kini dijadikan lahan pemukiman warga. Daratan yang ada di sekeliling
danau tergolong stadia muda.

Danau-danau yang tersisa hingga saat ini, yang salah satunya adalah situ
rawa besar kemungkinan dari pada mulanya merupakan daerah cekungan yang
sangat dalam lebih dalam dari daerah-daerah di sekitarnya, sehingga walaupun telah
terjadi penimbunan material pada alur sungai purba di masa lampau, daerah Situ

II-4
Rawa Besar tetap tidak dapat tertimbun material berupa pasir, batuan dan
sebagainya hingga menjadi daratan, karena berupa cekungan yang kedalamannya
lebih dari daerah di sekitarnya.

Kini, Situ Rawa Besar dalam hal kualitas air digolongkan telah tercemar
berat sehingga sedang menjalani revitalisasi, revitalisasi tersebut cukup
membuahkan hasil sehingga saat ini air Situ Rawa Besar dapat digunakan sebagai
tambak sebagai pemanfaatan tata guna lahan Situ Rawa Besar.

Gambar II.2-4 Tambak Di Situ Rawa Besar

II-5
Gambar II.2-5 Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung mengalir dari hulu yang berada di Gunung Gede, Gunung
Pangrango dan daerah Puncak dan mengalir ke Jalan Raya Jakarta-Bogor, Depok,
dan memasuki wilayah Jakarta, kemudian bermuara di Teluk Jakarta. Sungai ini
memiliki panjang 120 km dan luasnya 387 km2.

Sungai Ciliwung telah terbentuk dari jutaan tahun lalu, sehingga tergolong
stadia tua. Jutaan tahun lalu, akibat aktivitas sungai Ciliwung yang mengendapkan
material, maka terbentuklah kipas aluvial yang kini menjadi daratan Jakarta.
Pola pengaliran sungai yang melewati kota Jakarta, menurut referensi,
dikarakteristikkan dengan bentuk daerah pengaliran berbentuk bulu burung. Pola
ini berbentuk daerah aliran sungai yang ramping dan memanjang, anak-anak sungai
pada pola ini mengalir ke sungai utama dari sisi kiri-kanan sungai. Secara hidrologis
DAS seperti ini umumnya memiliki debit banjir yang relatif kecil, karena waktu
tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda. Namun, waktu banjirnya
berlangsung relatif lama.

II-6
Gambar II.2-6 Alur Aliran Sungai Ciliwung

Bentukan yang dibuat oleh sungai Ciliwung di daerah bawah jembatan


Panus, Depok hanya berupa endapan pasir bawah sungai yang tampak apabila air
permukaan sungai sedang surut. Namun debit air sungai rata-rata harian sungai
Ciliwung yang melalui Depok yang teramati adalah relatif tinggi, sehingga belum
dapat terbentuk endapan di aliran sungai tersebut.

II-7
Gambar II.2-7 Debit Aliran Air Sungai Ciliwung

Batuan yang terdapat di sekitar sungai Ciliwung berupa batuan jenis


sedimen, karena berada di lingkungan sungai yang memungkinkan terjadinya
transportasi material sebelum akhirnya mengalami kompaksi setelah energi
transportasi material habis, sehingga terbentuklah batuan sedimen.

Kenampakan alam yang berada di sisi sungai Ciliwung berupa tebing-


tebing tinggi yang tersusun dari pasir coklat dengan potensi longsor yang tinggi,
namun digunakan sebagai lahan perumahan bagi warga.

Gambar II.2-8 Peta Sebaran Spasial Kelas Lereng Lahan Kota Depok

II-8
Berdasarkan atas elevasi atau ketinggian garis kontur, maka bentang alam
daerah Depok dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan
bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan data RT/RW Kota Depok (Anonimous, 2000), sebagian besar wilayah
Kota Depok memiliki kemiringan lereng kurang dari 15%.

Bentuk kemiringan wilayah tersebut sangat menentukan jenis penggunaan


lahan, intensitas penggunaan lahan dan kepadatan bangunan. Wilayah dengan
kemiringan datar hingga sedang digunakan untuk berbagai keperluan khususnya
pemukiman, industri dan pertanian.

Geologi Wilayah

Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan


Geologi Bandung tahun 1992, Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, skala 1 :
100.00, stratigrafi wilayah Depok sekitarnya dari tua ke muda disusun oleh batuan
perselingan, batupasir dan batu lempung
sebagai berikut:

 Formasi Bojongmanik (Tmb): perselingan konglomerat, batupasir,


batulanau, batu lempung
 Formasi Serpong (Tpss): breksi, lahar, tuf breksi, tuf batuapung Satuan
Batuan Gunung api Muda (Qv): tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan
dengan konglomeratan
 Satuan Batuan Kipas Alluvium: endapan lempung, pasir, kerikil, kerakal
dan
 Satuan Endapan Alluvial (Qa)

Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan
dengan kemiringan lapisan yang hampir datar, serta sesar mendatar yang
diperkirakan berarah utara-selayan.

Menurut Laporan Penelitian Sumberdaya Air Permukaan di Kota Depok


kondisi geologi Kota Depok termasuk dalam sistem geologi cekungan Botabek
yang dibentuk oleh endapan kuarter yang berupa rombakan gunung api muda dan
endapan sungai. Singkapan batuan tersier yang membatasi cekungan Bogor–
Tangerang–Bekasi terdapat pada bagian barat–barat daya dimana di jumpai pada
Formasi Serpong, Genteng dan Bojongmanik.

II-9
Hidrogeologi Wilayah

Dewasa ini air tanah masih merupakan sumber utama untuk kepentingan air
bersih bagi daerah Depok dan sekitarnya. Reservoir air tanah terdapat pada batuan
tersier dan kwarter. Endapan kwarter dan endapan tersier vulkanik menjari/
bersilang jari/ interfingering dengan endapan kwarter sungai/delta.

Akuifer air tanah dangkal terdapat pada kedalaman 0-20 m dari permukaan
tanah, bersifat preatik. Kedalaman air tanah yang terbesar mengandung air tanah ini
merupakan air tanah semi tak tertekan sampai tertekan. Air tanah dalam dengan
tekanan artesis terdapat di daerah pantai dan di bagian tengah daerah telitian ke arah
timur, diperkirakan hingga kedalaman 270 m. Arah aliran air tanah adalah ke utara
sesuai dengan arah umum sistem drainase.

Iklim dan Curah Hujan

Wilayah Depok termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh


iklim muson, musim kemarau Bulan April – September dan musim penghujan
antara Bulan Oktober – Maret. Kondisi iklim di daerah Depok relatif sama yang
ditandai oleh perbedaan curah hujan yang cukup kecil. Berdasarkan data
pemeriksaan hujan tahun 1998 di Stasiun Depok, Pancoran Mas, banyaknya curah
hujan bulanan berkisar antara 1 – 591 mm dan banyaknya hari hujan antara 10 – 20
hari, yang terjadi pada Bulan Desember dan Oktober. Curah hujan rata-rata bulanan
sekitar 327 mm.

Gambar II.2-9 Peta Curah Hujan Kota Depok

II-10
Jenis Tanah

Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kota Depok menurut RT/RW
Kota Depok terdiri dari:

a. Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari endapan
lempung, debu dan pasir, umumnya tersingkap di jalur-jalur sungai, tingkat
kesuburan sedang – tinggi.

b. Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut


perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis, tingkat
kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi, tekstur
halus.

c. Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang perkembangannya
dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup
banyak, sifat fisik tanah sedang – kurang baik.

Gambar II.2-10 Peta Jenis Tanah Kota Depok

Hasil penelitian Sumberdaya Air Permukaan Kota Depok tahun 2001


menjelaskan bahwa kualitas tanah di wilayah Kota Depok cukup bervariasi dan
cenderung mempunyai nilai kesesuaian lahan yang cocok untuk berbagai macam
tanaman dengan faktor pembatas utama adalah kemiringan lereng yang kecil,
sehingga hanya berkembang pertanian dan perkebunan tanaman keras seperti
tanaman buah-buahan, singkong dan sayuran.

II-11
II.3 Penggunaan Lahan Di Kota Depok

Jenis penggunan lahan di Kota Depok dapat dibedakan menjadi kawasan


lindung dan kawasan budidaya. Jenis kawasan yang perlu dilindungi terdiri dari
Cagar Alam Kampung Baru (Kelurahan Depok) area pinggir sungai dan situ.
Berdasarkan jenis kawasan lindung yang ada menggambarkan bahwa kondisi
morfologis Kota Depok relatif datar. Badan air yang terdiri dari sungai dan situsitu
lokasinya tersebar mencakup luasan 551,61 Ha (2,80%) dari total luas Kota Depok
± 20502,33 Ha.

Tabel 7 menunjukkan proporsi dan jenis penggunaan lahan di Kota Depok.


Jenis penggunaan lahan yang dikategorikan untuk kawasan budidaya pada tahun
2001 didominasi oleh pemukiman 4702,43 ha (22,94%), lahan tidur 3543,39 ha
(17,28%), sawah 3473,93 ha (16,94%), tegalan 1781,93 ha (8,69%), dan jenis
penggunaan lahan vegetasi campuran hanya 27,80% dari total luas Kota Depok.
Kondisi di atas menggambarkan Kota Depok masih mencirikan kegiatan yang
bercampur antara pertanian dan perkotaan yang dipengaruhi oleh Kota
Metropolitan.

Masalah yang dihadapi dalam penggunaan lahan ini adalah konversi lahan
pertanian (lahan basah) menjadi kegiatan non pertanian. Persoalannya adalah
perkembangan nilai tanah (land rent) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
produktifitas pertanian sawah, dan diperkirakan akan semakin mempercepat
perubahan menjadi lahan perkotaan.

Jika dilihat dari sebarannya dapat dikenali kawasan perumahan


terkonsentrasi dominan di bagian utara yang berdekatan dengan Jakarta yaitu
Kecamatan Limo, Beji dan Sukmajaya. Kemudian di bagian tengah diapit oleh
Jalan Margonda Raya, Sungai Ciliwung dan Jalan Tole Iskandar. Penggunaan
pertanian tersebar di Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas bagian selatan dan
sebagian Kecamatan Cimanggis.

II-12
Gambar II.3-1

Selain itu terdapat beberapa penggunaan lahan yang cenderung intensif


seperti industri yang tersebar di Jalan Raya Bogor (Kecamatan Cimanggis),
perdagangan dan jasa, pendidikan dan perkantoran yang tersebar di sepanjang Jalan
Margonda Raya dan Jalan Akses UI.

II-13
BAB III.

PENUTUP
III.1 KESIMPULAN

1. Bentang alam yang banyak tersebar di daerah Depok adalah berupa bentang alam
fluvial, diantaranya yaitu Sungai Ciliwung dan Situ Rawa Besar.
2. Situ Rawa Besar pada mulanya merupakan bagian dari aliran arus sungai purba,
yang kemudian diikuti proses pengendapan sehingga aliran sungai yang besar
tersebut terputus oleh daratan yang terbentuk.
3. Daratan disekeliling Situ Rawa Besar masih cenderung tidak stabil karena
merupakan hasil pengendapan stadia muda.
4. Batuan yang ada di sekeliling danau didominasi oleh batuan sedimen karena
berada di daerah perairan.
5. Sungai Ciliwung mengalir melintasi Depok dari hulu yang berada di Gunung
Pangrango dan Gunung Gede.
6. Debit airnya cenderung tinggi sehingga endapan sulit untuk terbentuk di aliran
sungai Ciliwung yang melalui Depok.
7. Batuan yang terdapat di sekitar sungai Ciliwung berupa batuan jenis sedimen,
karena berada di lingkungan sungai yang memungkinkan terjadinya transportasi
material.

DAFTAR PUSTAKA

https://geologidokterbumi.wordpress.com/kuliah/geomorfologi/
https://www.aanwijzing.com/2018/04/pengertian-geodesi.html
https://konservasisitudepok.wordpress.com/penelitian-situ-depok/rosnila/4-
gambaran-umum-wilayah/
http://sherlymonalisa19.blogspot.com/2012/12/geomorfologi-kota-depok-jawa-
barat.html

III-1

Anda mungkin juga menyukai