BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes miletus (penyakit gula darah) bisa di akibatkan oleh faktor
keturunan atau pola hidup yang tidak sehat contohnya sering memakan
makanan yang manis atau gula berlebihan, diabetes miletus di tandai dengan
badan sering merasa lapar, sering merasa haus, dan sering mengantuk. Diabetes
miletus bila di diamkan atau tidak di obati maka akan timbul penumpukan
glukosa (gula) pada darah yang bisa menyebabkan luka.
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan kesemutan.
Menurut data dari organisasi kesehatan di dunia World Health Organisation
(WHO), diperkirakan jumlah penyandang diabetes mellitus di Indonesia
mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030, Sedangkan dari hasil International
Diabetes Federation (IDF), diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus
mencapai lebih dari 371 juta jiwa di seluruh dunia yang berusia antara 20-79
tahun. Indonesia menduduki urutan ketujuh dengan kejadian diabetes paling
tinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia, dan Meksiko (World Health
Organisation: 2015)
Pada tahun 2013 terdapat 15 kabupaten kota dengan angka kejadian diabetes
melitus melebihi angka kejadian diabetes mellitus Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan tahun 2012 sebanyak 10 kabupaten kota. Berarti pada tahun 2013
mengalami peningkatan jumlah kabupaten kota dengan kejadian diabetes
mellitus melebihi angka kejadian provinsi (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2013).
Pada tahun 2017 angka kejadian di puskesmas Nagrak Kabupaten Cianjur
sebanyak 281 jiwa. (Puskesmas Nagrak, 2017)
1
2
mencuci kaki setiap hari, dan memakai sepatu dengan ukuran yang sesuai dan
nyaman di pakai (Johnson, 2005).
Perawat dapat memberikan informasi tentang perawatan kaki pada
penderita Diabetes melitus melalui pendidikan kesehatan. Media yang dapat
dilakukan diantaranya dengan menggunakan leaflet dan metode demonstrasi.
Pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet akan mendapatkan tingkat
pemahaman 40% sedangkan dengan menggunakan metode demonstrasi tingkat
pemahaman akan mencapai 90% (Silaban, 2012).
Hal terpenting dalam asuhan keperawatan pasien diabetes mellitus adalah
perawatan secara farmakologi dan non farmakologis. Secara farmakologis
yaitu dengan suntik insulin, dan secara non farmakologis yaitu seperti olahraga,
diet yang di atur, dan perawatan luka juga.
Berdasarkan data di atas penulis menerapkan konsep asuhan keperawatan
“pendidikan kesehatan dan metode demostrasi terhadap kemampuan merawat
kaki anggota keluarga yang mempunyai diabetes mellitus di wilayah kerja
Puskesmas Karang Tengah”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan pendidikan kesehatan dan metode demostrasi
terhadap kemampuan merawat kaki anggota keluarga yang mempunyai
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan melaksanakan
penerapan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan metode demostrasi
terhadap kemampuan merawat kaki anggota keluarga yang mempunyai
diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
Diabetes Melitus
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan ilmu keperawatan yang
menerapkan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan metode
demostrasi terhadap kemampuan merawat kaki anggota keluarga
mempunyai diabetes mellitus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Menambah wawasan juga terhadap intervensi yang akan digunakan
dan bisa juga digunakan untuk implementasi agar penambahan ilmu
kepada klien.
b. Institusi Pendidikan
Dapat menjadi sumber acuan terhadap mahasiswa dalam melakukan
pendidikan kesehatan terhadap penderita diabetes mellitus yang ada
di anggota keluarganya.
c. Klien
Menambah wawasan terhadap keluarga yang mempunyai anggota
keluarga yang mempunyai luka diabetes melitus
5
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
5
6
dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria.
Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau
poliuria dan selalu merasa haus atau polidipsi.
c. Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati
dan otot terganggu.
d. Meningkatkan glikognolisis, glukogeogenesis yang memecah sumber
selain karbohidrat seperti asam amino dan laktat.
e. Meningkatkan lipolisis, dimana pemecah trigliserida menjadi gliserol
dan asam lemak bebas.
f. Meningkatkan ketogenesis (merubah keton dari asam lemak bebas.
Proteolisis, dimana merubah protein dan asam amino dan dilepaskan
ke otot
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Melitus dapat di golongkan menjadi gejala
akaut dan kronik (Perkeni, 2011: 66).
a. Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain
bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai
saat tertentu. Pemula gejala yang ditunjukkan yaitu banyak makan
(poliphagia), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing
(poliuria). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan
timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam
waktu 3-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak segera diobati, akan
timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut
dengan koma diabetik.
b. Gejala Kronik Diabetes Melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderiata diabetes melitus
adalah kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk
jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur,
biasanya sering ganti kaca mata, gatal di sekitar kemaluan terutama
9
2) Media elektronik
a) Televisi: dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara,
dan vorum diskusi tanya jawab dan lain sebagainya.
19
h) Verband
i) Obat luka sesuai kebutuhan
4) Prosedur Pelaksanaan
a) Tahap Pra Interaksi
(1) Melakukan Verifikasi program terapi
(2) Mencuci tangan
(3) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b) Tahap Orientasi
(1) Memberikan salam dan menyapa nama pasien
(2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/klien
(3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan.
c) Tahap Kerja
(1) Menjaga Privacy
(2) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
jelas
(3) Membuka peralatan
(4) Memakai sarung tangan
(5) Membasahi plaster dengan alkohol/wash bensin dan
buka dengan menggunakan pinset
(6) Membuka balutan lapis terluar
(7) Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
(8) Membuka balutan lapis dalam
(9) Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk
mengeluarkan pus
(10) Melakukan debridement
(11) Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl
(12) Melakukan kompres desinfektant dan tutup dengan
kassa
(13) Memasang plester atau verband
21
d. Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks
kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian
perilaku kesehatan.
Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
1) Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalan pengetahuan yang masih
tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-
faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi,
persfektif, dan prinsip. Biasanya pengalaman seseorang sulit
untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya
bahkan bisa tidak disadari. Contoh seseorang mengetahui tentang
bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata ia merokok.
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam
wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan
dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Contoh seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan dan ia tidak merokok (Agus, 2013: 45).
e. Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2012: 42) dari berbagai macam cara yang
telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yakni:
1) Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu:
25
3) Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses
yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan
(Notoatmodjo, 2012: 85).
4) Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang
tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
5) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
6) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manisfestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah
dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.
29
7) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual,
pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir
tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai
jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuan.
b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang
yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik
fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun
sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan pengetahuan
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya
usia (Agus, 2013: 32).
g. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek
penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus
diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan
pengetahuan (Agus, 2013: 33).
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-
angka yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan
peningkatan yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai
30
5) Agama
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji yaitu panutan keluarga
tersebut dan bagaimana keluarga tersebut menjalankan
ibadahnya.
6) Status sosial ekonomi keluarga
Pada status sosial ekonomi yang dikaji yaitu tentang pekerjaan,
tempat kerja, dan penghasilan setiap anggota yang sudah bekerja,
sumber penghasilan, berapa jumlah yang dihasilkan oleh setiap
anggota keluarga yang bekerja.
7) Aktivitas rekreasi kelurga
Dimana pengkajian ini berisi tentang kegiatan keluarga dalam
mengisi waktu luang dan kapan keluarga pergi bersama ketempat
rekreasi.
b. Riwayat dan perkembangan keluarga
Menurut Susanto (2012: 105) ada beberapa hal yang harus dikaji
dalam riwayat dan perkembangan keluarga:
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga saat ini, dan
komunikasi antar keluarga tersebut, apaka ada pertengkaran,
perdebatan dan sebagainya antar keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yg berlaku yg belum terpenuhi
Pada tahap ini yang dikaji adalah tugas perkembangan keluarga
saat ini yg belum belum dilaksanakan secara optimal oleh
keluarga.
3) Riwayat keluarga inti
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti, dan apa
latar belakang sebelum menjalani sebuah kelurga.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Pada tahap ini yang dikaji adalah bagaimana keaadan keluarga
sebelumnya, sampai keadaan sekarang.
32
c. Lingkungan
Menurut Susanto (2012: 114) beberapa hal yang penting dikaji dalam
lingkungan keluarga tersebut:
1) Karakteristik rumah
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak posisi rumah pada denah
perkampungan yg ditinggali keluarga dengan jelas.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Pada tahap ini yg dikaji adalah gambaran tentang rumah keluarga
dan apa yg dilakukan keluarga setiap harinya, misalnya berbaur
dengan tetangga.
3) Mobilitas geografis keluarga
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak daerah rumah keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga
Pada tahap ini yg dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga,
misalnya apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan
ibu-ibu rumah tangga lainnya ataupun kegiatan lainya
5) Sistem pendukung keluarga
Pada tahap ini dikaji adalah tentang kesulitan keungan yang
keluarga dapat diatasi dengan dukungan keluarga.
d. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dikaji yaitu (Mubarok, 2010: 98):
1) Pola-pola komunikasi keluarga
Menjelaskan komunikasi antar anggota keluarga, termasuk pesan
yang disampaikan, bhsa yang digunakan, komunikasi secara
langsung atau tidak, pesan emosional (positif/negatif), frekuensi
kualitas komunikasi yang berlangsung. Adakah hal – hal yang
tertutup dalam keluarga dan untuk didiskusikan.
2) Strukrur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat yang
memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambilan
keputusan dalam pekerjaan tempat tinggal, serta siapa yang
33
c. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah
selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga. Faktor yang dapat mempengaruhi peentuan
prioritas masalah adalah:
1) Sifat masalah, bobot yang paling berat diberikan pada tidak/
kurang sehat yang pertama memerlukan tindakan segera dan
biasanya disadari, dirasakan oleh keluarga.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu
memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan, dan
tenaga.
c) Sumber daya perawat: dalam bentuk pengewtahuan
keterampilan dan waktu.
d) Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas dalam
masyarakat.
3) Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a) Kepekaan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah.
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat
dalam mempengaruhi masalah.
d) Adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi
untuk mencegah masalah.
e) Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai presepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
38
Tabel 2.1
Skoring
Skoring:
1) Tentukan skore untuk setiap kinerja
2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Skor x bobot
Angka tertinggi
39
3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Susanto, 2012: 63) Perencanaan keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-
sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan.
a. Menetapkan tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang
dapat dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi
keperawatan (mandiri). Dalam penyususnan tujuan keperawatan
keluarga perawat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga
diarahkan untuk mencapai suatu hasil.
2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-
benar bisa diukur dan dicapai oleh keluarga.
3) Tujuan menggambarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah
yang dapat dipilih oleh keluarga.
4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks
diagnosa keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang
berhubungan.
5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan atau tanggung jawab
keluarga dalam pemecahan masalah.
6) Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan keluarga
Dalam menyusun tujuan terdapat dua macam yaitu tujuan jangka
pendek (khusus), dan tujuan jangka panjang (umum). Hal ini
bertujuan untuk membedakan masalah yang dapat diselesaikan
sendiri oleh keluarga dan masalah yang harus diserahkan pada tim
keperawatan atau kolektif.
a) Tujuan jangka pendek (tujuan khusus) sifatnya spesifik,
dapat diukur, dapat dimotivasi atau member kepercayaan
pada keluarga bahwa kemajuan sedang dalam proses dan
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian kualitatif yang
digolongkan ke dalam strategi penelitian case study research. Penelitian ini
menghimpun data-data naratif dengan kata-kata (bukan angka-angka,
nonnumerical) untuk menjawab pertanyaan–pertanyaan yang dilontarkan.
Biasanya penelitian ini memiliki beberapa jenis rancangan (design) dalam
bidang sosial dan kesehatan, metode ini merupakan salah satu bentuk penelitian
formatif yang menerapkan teknik tertentu untuk memperoleh jawaban yang
mendekati tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan khalayak sasaran
(William Chang, 2014).
Berg (dalam Satori dan Komariah, 2010: 23) menyatakan bahwa
“Qualitative Research (QR) thus refers to the meaning, conceps, definition,
characteristics, simbols, and descriptions of things”. Maksudnya adalah
penelitian kualitatif mengacu pada suatu maksud atau arti, konsep-konsep,
definisi, karakteristik, simbol-simbol, dan deskripsi dari berbagai hal. Bogdan
dan Taylor (dalam Moleong, 2010: 4), menjelaskan metode kualitatif
merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang
dapat diamati.
Metode ini dipilih peneliti untuk mengaplikasikan tindakan keperawatan
penerapan penkes dengan metode demonstrasi terhadap keluarga dengan
diabetes miletus di Puskesmas Karang Tengah, Cianjur.
43
44
juga harus memelurkan sebuah subjek untuk mereka teliti karena tanpa subjek
penelitian tidak akan bisa dilakukan atau tidak aka nada sebuah masalah yang
dapat dipecahkan. Hal yang perlu dilakukan untuk mengumpulkan data-data
atau informasi tentang subjek yang akan diteliti.
Dalam penelitian yang digunakan penulis, pengambilan sumber data
penelitian menggunakan teknik purpose. Pengambilan sampel ini didasarkan
pada pilihan peneliti tentang aspek dan siapa yang dijadikan fokus pada saat
situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepenjang dilakukannya penelitian.
Didalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah 2
keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita luka diabetes
melitus di wilayah kerja puskesmas karang tengah kabupaten cianjur.
D. Setting Penelitian
Setting penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang
ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian ini, peneliti
dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors)
yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2009: 215).
Situasi rumah ramai, jenis rumah permanen, rumah satu lantai, terdapat
2, 1 ruang tamu, dan 1 mushola pada kasus I. Situasi rumah tidak terlalu ramai,
45
ANALISA PICOT
Format PICOT adalah suatu pendekatan yang sangat membantu dalam
meringkas pertanyaan penelitian yang mengungkap efel dari terapi (Riva.,
Keshena., Stephen., Andrea & Jason, 2012, Hal: 1)
Tabel 3.1
PICOT
Problem/pasien Problem: pasien dengan diabetes miletus grade 2
pasien : 2 responden yang memiliki penyakit diabetes
miletus dengan luka
Intervention Intervensi yang diberikan adalah penerapan penkes
dengan metode demontrasi cara perawatan luka kaki
penderita diabetes miletus.
Comparison Mengidentifikasi intervensi yang digunakan peneliti
dengan referensi yang digunakan dalam perencanaan.
Pada penelitian ini digunakan pembanding 2
responden dengan penerpan penkes penkes dengan
metode demontrasi cara perawatan luka kaki
penderita diabetes miletus pada respasonden pertama
dan kedua sebelum dan setelah dilakukan tindakan
Penkes terhadap kecemasan pada klien dengan
masalah ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah pada anggota keluarga yang sedang sakit.
Outcome Mempresentasikan hasil apa yang peneliti rencanakan
dalam pengkuruan untuk memeriksa keefektifan
intervensi peneliti. Pada peneliti ini outcome yang
diharapkan adalah setelah dilakukan intervensi
penerapan Penkes penkes dengan metode demontrasi
cara perawatan luka kaki penderita diabetes miletus
48
H. Etik Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan
untuk mendapatkan ijin melakukn penelitian di desa sindanglaka kec. karang
tengah. Setelah ada persetujuan barulah penelitian ini dilakukan dengan
menekankan pada masalah kesehatan yang meliputi:
1. Informed Concent (lembar persetujuan)
Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan
suatu tindakan, seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif,
berdasarkan pemberitahuan lengkap tentang risiko, manfaat, alternatif, dan
akibat penolakan. Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi
penyelengara pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi dalam
istilah yang dimengerti oleh klien sehingga klien dapat membuat pilihan.
Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien tidak berada dalam
pengaruh obat seperti narkotika (Guwandi, 2009: 39)
Lembar pesetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti,
peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yng mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia,
maka mereka harus menandatangani surat persetujuan penelitian, jika
responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian data umum
a. Kasus I
Tn.M merupakan anak pertama dari 4 bersaudara, Tn.M menikah
dengan Ny.Y yang merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, Tn.M dan
Ny.Y mempunyai 3 anak yang terdiri dari 1 anak perempuan dan 2
anak laki-laki. Pada genogram di temukan ada faktor keturunan
Diabetes miletus dari keluarga (bapak) Tn.M
Nama klien Tn.M dengan umur 63 tahun, beralamat di Kp.
Sindanglaka RT/RT 05/01, agama islam, suku bangsa jawa/
Indonesia, berpendidikan terakhir SD, keluhan utama yang dirsakan
saat dikaji yaitu pusing, pemeriksaan fisik ekstremitas bawah : bentuk
simetris, terdapat lika pada kaki kanan, terdapat nyeri pada bagian
sebelah kanan klien dan ada pembengkakan juga, jari tidak lengkap.
b. Kasus II
Nama klien Tn.C dengan umur 41 tahun, beralamat di Kp. Pateken
RT/RT 01/09, agama islam, suku bangsa sunda/ Indonesia,
berpendidikan terakhir SLTP, keluhan utama yang dirsakan saat dikaji
yaitu nyeri pada kaki, pemeriksaan fisik ekstremitas bawah: bentuk
simetris, tidak ada kelainan, terdapat nyeri pada kaki bagian kiri dan
ada pembengkakan juga, jari tidak lengkap.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kasus I
Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada tanggal 10
april 2018 di dapatkan data subjektif klien mengatakan bingung harus
memilih makanan karena bila makan yang manis-manis luka akan
kembali basah. Dan data objektif klien tampak bingung. Penyebab
50
51
c. Masalah 0
tidak
dirasakan
Jumlah 4
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah 2 5/6
b. Kasus II
Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada tanggal 16
april 2018 di dapatkan data subjektif klien mengatakan bingung harus
memilih makanan karna bila makan yang manis-manis luka akan
kembali basah. Dan data objektif klien tampak lemas. Penyebab yang
didapatkan adalah Gangguan perfusi berhubungan dengan Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal
masalah.
Tabel 4.4
Skoring Diagnosa Pertama kasus II
No. Kriteria Skor Bobot Nilai pembenaran
1. Sifat masalah Keluarga Tn.M
skala: tidak tahu
a. Aktual 3 bagaimana cara
(Tidak / penanganan tentang
kurang sehat) 1 2/3 luka diabetes
b. Ancaman 2 melitus
kesehatan
c. Sejahtera 1
2. Kemungkinan Dengan Pendidikan
masalah dapat kesehatan
diubah skala: pengetahuan
a. Mudah 2 keluarga meningkat
b. Sebagian 1 2 1
c. Tidak dapat 0
diubah
3. Potensi masalah Dengan demostrasi
untuk dicegah dapat
a. Tinggi 3 meningkatkan
b. Sedang 2 1 1 pengetahuan akan
c. Rendah 1 luka gangrene
4. Menonjolnya Akan terjadinya
masalah: penyebaran/
a. Masalah 2 perluasan daerah
berat, harus luka gangrene
55
segera 1 1
ditangani
b. Ada masalah, 1
tidak perlu
segera
ditangani
c. Masalah 0
tidak
dirasakan
Jumlah 3 2/3
c. Rendah 1
4. Menonjolnya Takut terjadinya
masalah infeksi atau
a. Masalah 2 perluasan luka
berat, harus terhadap luka yang
segera sudah di deritanya.
ditangani
b. Ada 1 1 1
masalah,
tidak perlu
segera
ditangani
c. Masalah 0
tidak
dirasakan
Jumlah 4
3. Intervensi Keperawatan
a. Kasus I
Intervensi yang pertama dari Gangguan perfusi berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah adalah Ajarkan
pasien untuk melakukan mobilisasi, Ajarkan tentang faktor-faktor
yang dapat meningkatkan aliran darah: Tinggikan kaki sedikit lebih
rendah dari jantung (posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal,
di belakang lutut dan sebagainya, Ajarkan tentang modifikasi faktor-
faktor resiko berupa: Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi,
menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat
vasokontriksi.
Intervensi yang pertama dari diagnosa Gangguan integritas
jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota
keluarga adalah Kaji luas dan keadaan luka serta proses
penyembuhan, Rawat luka dengan baik dan benar: Membersihkan
luka secara aseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat
sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang
mati, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
58
b. Kasus II
Pada tanggal 15 April 2018 peneliti datang ke tempat tinggal
Tn.C Melakukan perkenalan dan inform consent. Pada tanggal 16
April 2018 penulis datang ke rumah untuk melakukan tindakan
keperawatan yaitu penkes dengan menggunakan media leaflet, penkes
dilakukan selama 30 menit dan metode demonstrasi kepada keluarga
Tn.C cara merawat luka diabetes miletus dengan menggunakan NaCl
dan betadine, karena teknik ini keluarga Tn.C mulai sedikit mengerti
cara perawatan luka diabetes melitus. Pada tanggal 17 April 2018
penulis datang kembali ke rumah Tn.C untuk melakukan kembali
tindakan keperawatan yaitu penkes dengan menggunakan media
leaflet, penkes dilakukan selama 30 menit dan metode demonstrasi
kepada keluarga Tn.C cara merawat luka diabetes miletus dengan
menggunakan NaCl dan betadine, karena dengan menggunakan
teknik ini keluarga Tn.C menjadi mengerti akan perawatan luka
diabetes melitus. Pada hari keempat tanggal 18 April 2018 penulis
datang kembali ke rumah Tn.C untuk melakukan kembali tindakan
yaitu penkes dengan menggunakan media leaflet, penkes dilakukan
selama 30 menit dan metode demostrasi kepada keluarga Tn.C cara
merawat luka diabetes melitus dengan menggunakan NaCl dan
betadine, karena teknik ini keluarga Tn.C menjadi mengerti dan dapat
mengaplikasi cara merawat luka diabetes melitus dengan baik dan
benar
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Menurut Doenges (2014: 726), data pengkajian pada
pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya
69
ketidak seimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang
perlu dikaji meliputi
Kasus I dan kasus II tidak terdapat kesenjangan sesuai teori dengan
gejala sering mengantuk, penglihatan kabur, sering mengalami kencing
tidak tertahan, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah merupakan keputusan klinik tentang
respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
actual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamanya,
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pastiuntuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah,
dan merubah status kesehatan klien (carpenito, 2000; dan Nanda.)
Diagnosa keperawatan Diabetes Millitus secara teori
menurut (Carpenito, Lyna juall. 2000).
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah anggota keluarga.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan
merawat anggota keluarga.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan ketudaktahuan
keluarga mengenal masalah.
e. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidaktahuan mengenal masalah.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan
ketidaktahuan mengenal masalah.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga merawat
dan mengenal masalah anggota keluarga.
70
pasien, lakukan massage saat rawat luka, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik. Adanya kesesuaian antara intervensi keperawatan
dalam Pratik dengan teori pada kasus I dan kasus II
4. Implementasi Keperawatan
Fase implementasi dimulai ketika perawat menempatkan intervensi
tertentu ke dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik mengenai
efeknya. Umpan balik muncul kembali kedalam bentuk observasi dan
kemunikasi serta memberi dasar data untuk mengevaluasi hasil intervensi
keperawatan. Selama hasil implementasi keaamanan dan kenyamanan
psikologi pasien berkenaan dengan asuhan atraumatik tetap harus
diperhatikan (Donna dkk, 2009, p. 24).
Perbandingan antara teori menurut (Carpenito, Lyna juall. 2000). Pada
kasus I menurut teori, yang di lakukan pada diagnosa Gangguan perfusi
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah adalah
mengajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi, mengajarkan tentang
faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : tinggikan kaki sedikit
lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di
belakang lutut dan sebagainya, mengajarkan tentang modifikasi faktor-
faktor resiko berupa : hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi,
menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi,
kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
mememeriksa gula darah secara rutin dan terapi oksigen (HBO).
Implementasi pada diagnosa keperawatan kedua yakni Ganguan integritas
jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga adalah mengkaji luas dan keadaan luka serta proses
penyembuhan, merawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka
secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa
balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik. Implementasi pada
73
6. Analisa PICOT
Tabel 4.7
Analisa PICOT
Problem/ Pasien problem: pasien dengan diabetes miletus grade 2
pasien: 2 responden yang memiliki penyakit diabetes
miletus dengan luka
Intervensi problem : pasien dengan diabetes miletus grade 2
Sampel : 2 responden yang memiliki penyakit
diabetes miletus dengan luka
Comparison Kasus I
Hasil akhir tindakan selama 3 hari keluarga klien
mengerti dan bisa mendemonstrasikan cara
perawatan luka diabetes melitus pada penderita
diabetes melitus.
Kasus II
Hasil akhir tindakan selama 3 hari keluarga klien
mengerti dan bisa mendemonstrasikan cara
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hasil pengkajian saat Pratik pada kasus I maupun kasus II dengan
teori tidak terjadi kesenjangan. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang
didapatkan dan hasil dari pengkajian pun sesuai dengan teori.
Hasil dari praktik dan teori di bagian diagnosa keperawatan terdapat
kesenjangan, dalam teori terdapat 7 diagnosa sedangkan dalam praktik hanya
ditemukan 3 diagnosa.
Intervensi keperawatan yang digunakan saat praktik sesuai dengan teori
dari Nanda (2012). Intervensi semua digunakan untuk perumusan rencana yang
akan digunakan.
Implementasi keperawatan yang digunakan saat praktik sesuai dengan
teori dari Nanda (2012). Implementasi yang digunakan sesuai kebutuhan
keluarga maupun klien yang menderita diabetes melitus.
Tidak ada kesenjangan dalam evaluasi keperawatan karena kasus I dan
kasus II sesuai dengan teori bahwa tindakan penkes perawatan luka diabetes
miletus terhadap pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat luka pada Tn.
M dan Tn. C dengan diabetes miletus karena luka diabetes miletus terbukti
keluarga dan klien mampu merawat luka diabetes miletus.
Berdasarkan analisis PICOT didapatkan hasil Pasien diabetes miletus
dengan luka bisa merawat luka setelah di berikan pendidikan kesehatan dan
demonstrasi tentang perawatan luka diabetes miletus.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Untuk perawat diharapkan dapat melakukan perawatan luka sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai
secara optimal.
80
81
2. Bagi Puskesmas
Tindakan penkes perawatan luka dapat dijadikan salah satu tindakan atau
prosedur tetap yang dapat dilakukan perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan bagi klien diabetes miletus terutama yang mengalami luka
diabetes miletus.
3. Bagi Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur.
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam melalui praktik klinik dan
pembuatan laporan
4. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat berpartisipasi dalam tindakan penkes
perawatan luka diabetes miletus dan dapat merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit diabetes miletus.
82
DAFTAR PUSTAKA
ADA. 2012. Diagnosis and Clasification of Diabetes Melitus. Diakses pada 10 Juni
2018.
Chang, William. 2014. Metologi Penulisan Ilmiah Teknik Penulisan Esai, Skripsi,
Tesis, & Disertai untuk Mahasiswa. Penerbit Erlangga
Dimyati, Tjutju Tarliah & Ahmad Dimyati. 2011. Operation Research : Model-
model pengambilan keputusan. Bandung : sinar baru algesindo.
Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. 2006. Medical Surgical Nursing : Critical
thinking for collaborative care. Fifth edition. St. Louis, Missouri: Elsevier
Sauder.
J Corwin, Eliszabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
J Lexy, Meoleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
82
83
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pedriatrik Volume 1. Ahli Bahasa
Agus Sutarna dkk. Jakarta : EGC