Anda di halaman 1dari 34

BAB XI

TSAQAFAH :
Etika Pengembangan Sainteks dan Lingkungan
dalam rangka Membangun Peradaban Ilahiyah

Editor Ahali :
Prof. Dr. Thomas Jamaluddin (guru besar astronomi ITB).
Dr. Cecep Alba (dosen agama Islam ITB)

Karakter yang mau dibangun dengan bab : “TSAQAFAH : Etika Pengembangan Sainteks
dan Lingkungan dalam rangka Membangun Peradaban Ilahiyah “ adalah (1).
Konsistensi untuk menjadikan tawhid sebagai landasan dan tujuan pengembangan
peradaban (2). Motivasi untuk melakukan studi ilmiah dan penelitian terhadap sejumlah
ayat-ayat Alqur’an yang berisi informasi tentang sains modern (3). Motivasi untuk
mengembangan sains, teknologi dan seni sesuai dengan nilai-nilai Islam (4). Memiliki
attitude yang baik dalam mengembangkan lingkungan hidup. (5). Termotivasi untuk
mewujudkan peradaban Ilahiyah.
1. Tawhid sebagai Intisari Peradaban

Dalam peradaban, tawhid berperan dalam dua sisi yakni dimensi metodologis dan
dimensi konten. Dimensi metodologis meliputi prinsip persatuan, rasionalisme dan toleransi .
sedangkan tawhid sebagai isi atau konten peradaban adalah tawhid sebagai prinsip metafisika
peradaban, etika peradaban, aksiologi peradaban, pembentukan masyarakat beradab, dan
estetika peradaban. 1 Penjelasannya sebagai berikut di bawah ini.

Tawhid dalam Dimensi Metodologi Peradaban

 Kesatuan : Peradaban itu tidak bisa lepas dari unsur-unsur luar yang masuk, baik
disadari maupun tanpa disadari, baik disengaja maupun tanpa disengaja. Ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni akan masuk deras dan bercampur dengan unsur-unsur
peradaban setempat yang telah ada, jika tidak ada kesatuan, maka segala unsur budaya
itu akan berpencar masing-masing, mengakibatkan pecahnya kepribadian bangsa (split
personality). Oleh karena itu dalam membangun peradaban Islam, tawhid menjadi alat
untuk menguji apakah unsur peradaban ini bertentangan dengan kehendak Tuhan atau
tidak, jadi tawhid berfungsi sebagai alat saring dan batu ujian terhadap haq dan bathil-
nya unsur peradaban. Selanjutnya tawhid merupakan alat pemersatu sehingga semua
unsur peradaban termasuk peradaban jahiliyah akan “dibentuk” menjadi peradaban
Ilahiyah.

 Rasionalisme : Rasionalisme bukan penolakan akal terhadap wahyu. Rasionalisme di


sini maksudnya adalah (1). Menolak setiap hal yang tidak berkaitan dengan realitas.
Seorang muslim hanya boleh membuat pernyataan yang benar (ilmu ilmiah) serta
dilarang membuat pernyataan yang bersifat zhann (praduga) yang hanya sebagai
pseudo ilmu, karena hal itu tidak sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Nabi saw
bersabda : Naha Rasulullah ‘an qila wa qala : Rasulullah saw melarang mengatakan
sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. (2). Menolak hal-hal yang bertentangan. Wahyu
dan akal tidak mungkin bertentangan karena keduanya bersumber dari Allah swt.
Hanya saja perlu dicatat bahwa Alqur’an pasti benar karena Tuhan adalah sumber

1
Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya, Menjelajah Khazanah Peradaban
Gemilang, Mizan, Bandung, cetakan III, 2001, hal.112.
kebenaran, sedangkan tafsir Alqur’an yang disampaikan oleh seseorang belum pasti
benar. Muslim yang cerdas adalah yang rasionalis yang mampu memberikan ketegasan
berdasarkan akal dan wahyu. Apabila ada pertentangan antara akal dan wahyu maka
perlu dilakukan kaji ulang, karena muslim yang cerdas tidak akan menerima hal-hal
yang bertentangan. (3). Terbuka terhadap bukti-bukti baru. Tidak ada seorang ilmuwan
pun yang mengklaim bahwa dia menguasai semua kebenaran, oleh karena itu seorang
ilmuwan yang bertawhid selalu bersikap terbuka terhadap bukti-bukti baru yang
bertentangan dengan penemuannya. Bahkan dalam setiap uraiannya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni selalu diakhiri dengan ungkapan wallhu a’lam
maksudnya hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenaran mutlak dan detail.
Ungkapan itu merupakan gambaran sikap rendah hati.

 Toleransi : Tidak semua ilmuwan berpendapat sama dalam satu perkara. Ilmuwan
muslim harus bersikap toleran terhadap semua perbedaan, bukan saling melecehkan
atau saling mengutuk tetapi perbedaan itu harus menjadi pendorong untuk melakukan
kerjasama ilmiah. Harus menjadi tradisi ilmuwan muslim bahwa meneliti dan mengkaji
harus didahulukan daripada menilai. Apabila ilmuwan muslim memperbanyak
penelitian maka peradaban Ilahiyah akan mudah terwujud, sebaliknya memperbanyak
hinaan, cercaan, merendahkan dan mengutuk hanya akan menghasilkan budaya
konfrontasi sebagai bentuk peradaban Jahiliyah.

Tawhid dalam Dimensi Konten Peradaban2

 Tawhid sebagai prinsip utama metafisika peradaban: Peradaban sebagai being pada
hakikatnya adalah semua hasil karya manusia baik benda maupun nonbenda dan segala
interaksi manusia dengan karyanya tersebut sepanjang sejarah. Manusia sebagai
pencipta peradaban telah berikrar asyhadu alla ilaha illallah. Ini adalah persaksian
bahwa Tuhan Allah adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam, sekaligus
menafikan kekuatan luar yang ikut mengatur alam ini. Sebagai muslim yang harus
mengikuti aturan Allah maka peradaban ciptaannya pun harus sesuai dengan kehendak
Allah, dan peradaban harus selalu berada dalam berkah Allah.

2
Atlas BudayaIslam, hal. 116-126.
 Tawhid sebagai prinsip utama Etika Peradaban: Allah menugaskan manusia
sebagai khalifah untuk mengelola alam ini. Penugasan ini disertai sejumlah aturan
moral dan etika yang harus ditaati. Dalam hal ini peradaban adalah hasil usaha manusia
dalam mengeola alam ini, tentu harus sesuai dengan pesan-pesan moral dan etika Sang
Pencipta. Peradaban yang mendekatkan manusia kepada paganisme, patung atau arca
serta simbol-simbol lainnya yang bisa mengotori tawhid harus dijauhkan dari
peradaban Ilahiyah.

 Tawhid sebagai prinsip utama aksiologi Peradaban : Tuhan menciptakan manusia


sebagai khalifah yang harus membuktikan bahwa semua perbuatannya bermanfaat atau
bernilai. Oleh karena itu manusia harus menjadikan bumi ini sebagai kebun buah yang
produktif dan taman yang indah serta mewujudkan peradaban yang kreatif, berhasil
guna dan berdaya guna. Tawhid menentang kerahiban, isolasi, penafian dunia dan
asketisme sufistik, karena itu semua tidak memberikan nilai, dan secara esensial
bertentangan secara frontal dengan peradaban yang kreatif.

 Tawhid sebagai prinsip pertama pembentukan masyarakat beradab: Peradaban


tak dapat dipisahklan dari masyarakat atau umat. Umat ini umat yang satu yang diikat
oleh iman, semuanya bersaudara, saling menasihati dan saling membantu. Jika ada
seorang mukmin menemukan pengetahuan baru maka ia wajib berbagi dengan muslim
lainnya. Jika sekelompok mukimin menemukan kemapanan dan kemakmuran, maka
wajib berbagi dengan yang lain. Kejayaan peradaban di suatu wilayah harus dirasakan
nikmatnya oleh umat manusia di belahan bumi lainnya. Itulah masyarakat beradab atau
berperadaban Tawhid.

 Tawhid sebagai prinsip utama estetika peradaban : Tuhan Allah swt itu cantik, dan
segala ciptaanNya adalah cantik. Alam ciptaan Allah itu indah, estetis, indah dengan
sendirinya, indah karena nilai memiliki nilai seni yang instrinksik, keindahan yang
tidak menimbulkan konflik. Manusia sebagai ciptaan tuhan juga sangat mencintai
keindahan, oleh sebab itu, peradaban yang harus diwujudkan oleh komuniutas muslim,
bukan hanya harus benar secara hukum tetapi peradaban itu harus indah, estetis.

Selanjutnya, untuk mewujudkan peradaban Ilahiyah, Islam memiliki buku panduan


yakni Alqur’an. Kitab Allah ini berisi ayat-ayat atau tanda atau sign. Alqur’an bukan kitab
sciences tetapi kitab sign. Banyak sekali sign Alqur’an yang memberikan informasi tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan sciences yang dikembangkan manusia yang merupakan
bagian inti sebuah peradaban. Bisa demikian karena memang Alqur’an berfungsi untuk
“mushaddiqa lima baina yadaih”, kitab yang berfungsi mengoreksi berbagai macam opini
manusia termasuk persepsi yang keliru tentang ilmu pengetahuan alam.

Pada abad ke tujuh di masa nabi Muhammad hidup, sains belum maju, yang
berkembang adalah mitos dan legenda yang turun temurun. Orang-orang Jahiliyah menyangka
bahwa gunung-gunung itu adalah penopang langit, dan menyangka bahwa bumi itu datar.
Maka turunlah Alquran yang mengoreksi anggapan mereka. Allah berfirman :” Tuhanlah Dia
yang meninggikan langit–langit tanpa tiang” (QS. Al-Ra’du [13]: 2).

Sejak awal, Alqur’an bukan hanya meluruskan kepercayaan masyarakat tentang Tuhan
tetapi mengoreksi berbagai macam persepsi, opini, dan mitos yang keliru tentang sains.
Banyak sekali ayat-ayat Alqur’an yang menerangkan tentang fenomena alam, baik laut,
gunung, langit, bumi, gravitasi serta tumbuhan dan energi. Perhatikan ayat- ayat Alqur’an di
bawah ini.

a). Asal muasal penciptaan langit dan bumi : “Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air, kami jadikan segala sesuatu yang
hidup, maka mengapakah mereka tiada juga beriman? “ (QS. Al-anbiya [21] : 30).

Ini adalah ayat atau sign atau tanda, tentang asal muasal penciptaan langit dan bumi yang harus
menjadi pendorong untuk penelitian. Banyak orang mengaitkan dengan teori Big Bang.
Lahirnya teori big bang dimulai pada tahun 1912. Vesto Slipher adalah orang pertama yang
mengukur efek Dopler pada “nebula spiral”, yang dapat mengetahui bahwa semua nebula
menjauhi bumi. Tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble menunjukkan bahwa jarak terdekat
Nebula Spiral. Tahun 1931 Lemaitre menyatakan bahwa seluruh alam semesta berpusat pada
satu titik yaitu “atom purba” di mana waktu dan ruang bermula. Tahun 1949, Hoyle
mencetuskan untuk pertama kalinya istilah big bang pada siaran radio BBC. Tahun 1964,
ledakan dahsyat (big bang) dianggap sebagai teori terbaik yang menjelaskan asal usul kosmos.
Wallahu a’lam. Kemajuan pesat dalam kosmologi big bang sejak akhir tahun 1990, utamanya
dIsebabkan kemajuan besar teknologi teleskop dan analisis data yang berasal dari satelit-satelit
seperti COBE, teleskop luar angkasa Hubble dan WMAP.3

Ayat lain yang berkaitan dengan dampak big bang adalah “Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS.Adz-
Dzariyat [51] : 47). Ayat ini menyatakan adanya expanding universe atau fakta tentang semakin
meluasnya alam karena partikel-partikel akibat big bang terus menerus saling menjauh.

b). Enam Masa penciptaan langit dan bumi : “Sesunguhnya Tuhan Kami telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemanyam di atas Arasy
untuk mengatur segala urusan...”. (QS. Yunus [10] : 3). Ini ayat memotivasi kita untuk
mengadakan penelitian tentang apa yang dimaksud dengan enam masa, berapa lama enam masa
itu

c). Hukum Rotasi : “Dan matahari beredar ke tempat tujuannya. Demikian ditentukan
oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Yasin [36]: 38 ).

d). Fenomena Hujan : “Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan
awan, Dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu melihat air hujan keluar dari celah-celahnya;
maka apabila air hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba
mereka menjadi gembira (QS. Al-Rum [30] :48). Lihat pula QS. Al-Zumar [39]: 21, QS. Ar-
Rum [30]: 24, QS. Al-Mukminun [23] : 24, QS. Al-Hijr[15] : 22, QS. An-Nur [24]: 43.

Sejak abad 7 sampai abad 17 Masehi, mitos yang berkembang tentang hujan adalah bahwa
hujan terjadi karena percikan air laut yang dibawa oleh angin ke daratan sebagai titik hujan.
Air hujan meresap ke dalam tanah dan kembali ke laut melalui jalan rahasia, itulah teori Rene
Descartes. Aristotels menyatakan bahwa air menguap dari tanah lalu berkondensasi di dalam
gua besar di pegunungan-pegunungan, gua ini membentuk danau dan mengeluarkan mata air.
Teori Aristoletels ini dipercaya sampai abad 19. Penjelasan seputar siklus terjadinya hujan
yang dijelaskan dalam beberapa ayat Alqur’an, telah mengoreksi kesalahan ilmiah yang
dikemukakan para ahli.

3
Makalah Agama dan Etika Islam 2012 an Virgy Nugraha Ashari (NIM : 115010004) yang mengutip
dari Davis Richard A. Jr , Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison Wesley, 1972 , s 92-93)
Volume air di permukan bumi kira-kira 1.360 juta meter kubik. 97,20 % adalah air asin
yang terdapat di lautan, sisanya 2,80 % adalah air tawar dalam ketiga bentuknya; beku, cair
dan karbonasi (soda). Dari total (2,80 %) air tawar di bumi, 2,15 % berupa gumpalan salju di
kutub utara dan selatan dan puncak gunung-gunung, sisanya 0,65 % sebagian besar tersimpan
di lapisan-lapisan porosit bebatuan kerak bumi di bawah permukan bumi sebagai air simpanan
bawah tanah.

Uap air dari seluruh permukaan bumi kira-kira 380.000 km kubik, dengan rincian uap air
yang dihasilkan dari laut sekitar 360.000 km kubik sementara uap air dari daratan hanya
mencapai 60.000 km kubik. Sebahagian besar uap air tersebut berasal dari daerah Khatulistiwa
yang memiliki suhu panas mencapai 25 derajat celcius.

Menurut para ahli terbentuknya awan hujan melalui tiga tahapan, (1). Awan dibawa atau
ditiup oleh angin (2).Awan-awan kecil (awan kumulus) saling bertumpang tindih dan
membentuk awan yang lebih besar.(3). Ketika awan bertumpang tindih membentuk awan yang
lebih besar terjadi gerakan udara vertikal ke atas yang terus meningkat. Gumpalan awan yang
bergerak vertikal memasuki wilayah-wilayah atmosfere yang bersuhu lebih dingin, maka
terbentuklah butiran air dan es. Butiran air dan es yang semakin besar menjadi berat untuk
ditahan oleh hembusan angin vertikal, maka turunlah hujan.4

e). Fenomena Langit : Dan Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan dia
mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS. Fushilat [41]: 12).
Jadi bintang yang jumlahnya banyak itu adalah berada di langit terdekat.

f). Gravitasi Bumi : “Sesunguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap;
dan sungguh jika kedua-dunya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang bisa menahan
keduanya kecuali Allah. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (QS.
Fathir [35]: 41).

g). Fenomena Laut : “Dia membiarkan dua laut mengalir yang kemudian keduanya
bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak terlampaui oleh masing-masing“ (QS. Al-

4
Afiq Fakhry (NIM : 10511083), Makalah Agama dan Etika Islam, ITB, tahun 2012 yang mengutip dari
Anthes, Richard A; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; mand Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosfere, s. 269) .
Millers, Albert; and Jack C.Thompson, 1975, Element of Meterology, s. 141-142.
Rahman [55] : 10-20). Tidak bisa bercampur antara kedua air laut itu karena adanya gaya fisika
yang dinamakan “tegangan permukaan” akibat adanya perbedaan masa jenis seolah-olah ada
dinding pemisah yang tipis.5

h). Pergerakan Gunung : “ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap
di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan”. (QS. An-Naml [27] : 88). “Dan
Gunung sebagai pasak bumi”

Sejak dahulu, semua orang hanya terfokus untuk mengagumi tingginya gunung sehingga
gunung mana saja yang paling tinggi menjadi hafalan anak-anak sekolah dasar. Padahal justeru
yang lebih panjang adalah akar gunung yang tertanam di dalam tanah yang panjangnya
mencapai 15 kali lipat ketinggiannya.

Di dalam Alqur’an terdapat 49 ayat (sign), 22 ayat di antaranya menyebutkan fungsi


gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Para pakar Geofisika menyebutkan bahwa kerak
bumi itu berubah dan bergerak terus, dalam teori lempengan (plate tectonics) yang baru 20
tahun silam ditemukan bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerakan
horizontal lithosfer. Di dalam Alqur’an disebutkan wa al- jibala autada, dan gunung sebagai
pasak bumi.”Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak bergoncang
bersama kamu” (QS. An-Nahl [16]: 15).6

Kerak dan bagian terluar dari magma dengan ketebalan sekitar 100 km terdiri atas lapisan-
lapisan yang disebut lempengan. Dalam teori lempengan tektonik, lempengan-lempengan ini
bergerak pada permukan bumi membawa benua dan dasar lautan bersamanya, pergeserannya
kira-kira 1-5 cm pertahun. Jadi gunung itu bergerak/berjalan seperti awan.7

i). Penciptaan makhluk yang berpasang-pasangan : “Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan dan dari diri
mereka, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (QS. Yasin [36]: 36). Makhluk yang
berpasangan bukan hanya pria dan wanita, malam dan siang, tetapi materi pun diciptakan

55
Makalah Agama dan Etika Islam 2012 an Virgy Nugraha Ashari (NIM : 115010004) yang mengutip
dari Davis Richard A. Jr , Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison Wesley, 1972 , s 92-93)
6
Dian Jaka Praha (NIM : 15010046), Makalah Agama dan Etika ITB 2012,
7
Makalah Agama dan Etika Islam 2012 an Virgy Nugraha Ashari (NIM : 115010004) yang mengutip
dari Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe, General Science, Allyn and Bacon Inc, Newton,
Massachusetts, 19845, s. 30).
berpasang-pasangan dengan anti meteri, elektron bermuatan positif dan proton bermuatan
negatif. Setiap partikel memiliki anti partikel dengan muatan yang berlawanan.8

j). Relativitas Waktu : “Sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu sama dengan seribu
tahun dalam perhitunganmu” (QS. Al-Hajj[22] : 47). “Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun
dalam perhitunganmu” (QS.As-Sajdah [32]:5) Malaikat-malaikat dan Jibril naik
(menghadap) kepada Allah dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun (QS. Al-Ma’arij
[70] :4). Pada ayat-ayat di atas ukuran satu tahun berbeda-beda, ada yang sehari menurut Allah
sama dengan 1000 tahun ada pula yang 50.000 tahun. Ini bukanlah pernyataan Allah yang tidak
konsisten melainkan tentang relativitas waktu.

k). Embriologi : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami bentuk dia menjadi makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling baik” (QS.Al-
mukminun[23] : 12-14).

Secara bahasa, makna ‘alaqah itu ada tiga yakni (1), lintah, (2). sesuatu yang menempel
dan (3). gumpalan darah. Makna pertama adalah lintah, karena pada fase ‘alaqah ini calon
janin memang seperti lintah, selain itu saat itu calon bayi makan melalui aliran darah ibunya
persis lintah. Makna kedua adalah menempel, karena memang menempel pada rahim ibunya.
Makna ketiga adalah segumpal darah karena memang pada fase ini sangat mirip dengan darah
yang menggumpal.

Pada tahun 1981 dalam konferensi kedokteran ke tujuh di Dammam Saudi Arabia, profesor
Moore ahli embriologi paling terkenal menyatakan : “Adalah sebuah kehormatan tersendiri
bagi saya untuk bisa membantu menjelaskan pernyataan Alqur’an tentang perkembangan
manusia. Sangat jelas bagi saya bahwa pernyataan tersebut tentulah sampai kepada nabi
Muhammad dari Allah, karena hampir semua pengetahuan mengenai hal ini baru ditemukan
berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan kepada saya bahwa Nabi Muhammad tentulah

8
Baca karya Ilmuwan Inggris Paul Dirac, pemenang Piala Nobel Fisika, 1933.
utusan Allah”. Kemudian profesor Moore ditanya :”Apakah profesor keberatan bahwa ini
merupakan firman Allah SWT.?” . Moore menjawab :” Saya tidak keberatan dengan itu”.9

l). B e s i :”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksnakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai mafaat bagi manusia supaya mereka mempergunakan besi
itu, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasulNya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS.57/
Al-Hadid : 25). Paling tidak terdapat sembilan ayat Alqur’an yang menerangkan soal besi.

Baja adalah campuran dari besi (Fe) dan karbon (C) yang mempunyai kekuatan (yield
strength) cukup tinggi, Besi mempunyai nama Latin Kimia ferrum yang disimbolkan dengan
Fe. Panduan dari besi dan karbon tadi dapat digolongkan menjadi tiga bagian utama yakni baja
karbon rendah (96C<0,25), baja karbon menengah (0,25<96C<0,6), dan baja karbon tinggi
(96C>0,6). Setiap jenis paduan memiliki sifat yang berbeda-beda sehingga bisa dibuat paduan
lain sesuai dengan baja yang dibutuhkan.

Perhatikan ayat 25 al-Hadid ini : (1) “wa anzalna ma’ahum al-kitab” (dan Kami telah
menurunkan bersama mereka al-kitab), (2). “Wa anzalna al-hadida” (dan Kami turunkan
besi). Jadi besi itu diturunkan dari Langit sebagaimana al-kitab, bukan asli material bumi.

Seorang ilmuwan di Badan Antarikasa Amerika Serikat (NASA) profesor Amstrong


menjelaskan tentang besi. Sistem energi matahari awalnya tidak cukup memproduksi satu atom
unsur besi pun, karena untuk membentuk satu unsur atom besi diperlukan sebanyak empat kali
sistem energi matahari seluruhnya. Dia selanjutnya percaya bahwa unsur besi berasal dari luar
angkasa yang diturunkan ke bumi, bukan dibentuk di bumi seperti unsur yang lain. Besi tercipta
pada bintang-bintang melalui proses nukleossintesis. Ketika bintang itu mati lantaran
kehabisan bahan bakar hedrogen, besi dan unsur-unsur lain dihamburkan ke ruang angkasa
sebagai meteroit, kemudian tertarik oleh gravitasi bumi di awal terbentuknya bumi milyaran
tahun yang silam. Tata surya kita termasuk bumi ini dibentuk dari awan dan gas partikel debu
sisa-sisa bintang yang menjadi rekat akibat rotasi. Unsur terbanyak yang menyusun bumi

9
Romel Hidayat “Embriologi Dalam AlQur’an” Makalah Agama dan Etika Islam, ITB, tahun 2012. Ia
mengutip dari Human Development as Described in The Qur’an and Sunnah, Moore dkk, hal 37. Digubah dari
Integreted Principles of Zoology, Hickman dkk.
adalah besi (34.6 %) yang turun dari langit.10 Lautan yang mencapai kedalaman 100 mil lebur
dan meluas sehingga mencapai planet bumi. Radioaktif di dalam planet ini semakin
memanaskan suhu dalam interior bumi sehingga menjadi sebuah periok besi yang meleleh.
Lelehan meteor besi itu kemudian menyusut ke tengah karena pengaruh gravitasi. Lelehan besi
tersebut mengalir sejauh ribuan kilometer dari permukaan menuju inti bumi. Perjalanan
tersebut memerlukan waktu satu milyar tahun. Dalam skala waktu geologi, ini termasuk
pendek. Jadi besi bukan berasal dari bumi tetapi berasal dari langit. Ini sangat sesuai kalau Al-
Qur’an menyebutkan “Wa anzalna al-hadida” (dan Kami turunkan besi).11

Kewajiban muslim adalah membuktikan sign Alqur’an menjadi science, dengan cara
itu diharapkan lahirlah ilmu – ilmu pengetahuan ilmiah yang baru-baru serhingga peradaban
manusia makin berkembang. Dalam hal ini, seorang muslim harus : (1). Menjadikan sign
Alqur’an sebagai titik tolak penelitian science (2). Menjadikan sign Alqur’an sebagai motivasi
untuk meneliti science. (3). Menggunakan sign-sign Alqur’an sebagai landasan nilai
pengembangan science. (4). Menjadikan science sebagai jembatan pembangunan peradaaban.
Kalau sainteks berkembang dengan baik maka otomatis peradaban pun akan berkembang
dengan baik pula. Sebaliknya stagnasi di bidang sainteks akan berdampak kepada kejumudan
peradaban.

Bagi orang-orang awam yang tidak mampu meneliti sign Alqur’an menjadi science,
paling tidak, dia harus bersikap baik menghadapi fenomena alam seperti angin, hujan, gerhana,
gempa, tsunami dan fenomena lainnya. Jangan sampai merespon fenomena alam dengan sikap
kufur nikmat, misalnya dia mengatakan :” Wah hujan – hujan – hujan terus, dari pagi sampai
sore, ini bagaimana ? sial ...! ?”. Kita harus menjadi orang yang syukur nikmat, ketika turun
hujan misalnya, berdoalah agar hujan ini menjadi rahmat dan memohon perlindungan kepada
Allah dari musibah turunnya hujan. Nabi saw bersabda :

‫عليه‬ َّ ‫ل‬
‫صلى هللا‬- ِ‫اَّلل‬ َ‫َسُو‬‫ر‬ ُ‫ْت‬
‫ِع‬ َ‫َا‬
‫ل سَم‬ ََ
‫ة ق‬ َْ
‫ير‬ ُ ‫با‬
‫هر‬ ََ
‫ن أ‬ََّ
‫أ‬
َُ
‫ة‬‫لم‬ََ‫س‬ ‫ل‬َ‫َا‬ َّ ِ
‫ ق‬.» ِ‫اَّلل‬ ‫َو‬
‫ْح‬ ‫ر‬ ْ
‫ِن‬‫ُ م‬‫ِيح‬‫ل « الر‬ ُ‫ُو‬‫يق‬ َ -‫وسلم‬
‫َا‬ ََ ْ ‫ِى ب‬ ْ ْ
‫إذ‬َِ‫ف‬ ِ‫ذاب‬ ‫ِالع‬ ‫تأت‬ََ
‫و‬ ‫َة‬
ِ ‫ْم‬‫َّح‬
‫ِالر‬
‫ِى ب‬‫تأت‬ َ ِ‫اَّلل‬
َّ ُ ‫ْح‬ ‫َر‬
‫َو‬ ‫ف‬

10
Arianto Aditya (NIM. 15010048), Makalah Agama dan Etika Islam ITB, 2012, hal.5
11
Fathimah Azzahro (NIM: 13710029), Mahasiswa program Studi Teknik Material, Makalah Agama
dan Etika Islam ITB, 2012, hal.2.
ُ ‫َع‬
‫ِيذوا‬ ‫َاسْت‬ ََ
‫ها و‬ ‫َي‬
‫ْر‬ ‫اَّللَ خ‬
َّ ‫لوا‬َُ‫َس‬ َ‫ُّو‬
‫ها و‬ ‫تسُب‬َ َ‫َال‬
‫ها ف‬َ‫ُو‬‫ُم‬
‫يت‬ َْ ‫َأ‬
‫ر‬
» ‫ها‬ ‫ْ شَر‬
َِ ‫ِن‬ َّ ‫ب‬
‫ِاَّللِ م‬
Dari Abu Huraitah ra. Ia berkata : saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda : Angin itu adalah
sebagian dari rahmat-rahmat Allah. Kadangkala angin itu membawa rahmat dan kadangkala
angin itu itu membawa bencana. Apabila kalian melihat angin, maka janganlah kalian
memakinya; mohonlah kepada Allah akan kebaikan angin itu dan berlindung dirilah kepada
Allah dari kejahatan angin itu. (HR. Abu Daud)12
Supaya Alqur’an lebih fungsional, maka kita harus meningkatkan metode membaca
Alqur’an dengan lebih baik, bukan sekadar membaca kuantitas dengan target asal khatam asal
tamat, tetapi membaca kualitas dan analitis. Muslim yang senang meneliti adalah manusia
yang memenuhi harapan Allah sebagaimana firmanNya : “Apakah mereka tidak
memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan ? dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan
gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan ? dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? “
(QS./Al-Ghasyiah [88]: 17-20). Membaca kualitas dan analitis akan lebih bermakna daripada
membaca asal tamat.

Allah menjamin bahwa orang yang beriman dan berilmu akan mendapatkan derajat
yang jauh lebih tinggi daripada manusia pada umumnya. Firman Allah : “Niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapoan derajat. Dan Allah maha mengatahui apa yang kamu kerkakan) (QS.
Al-Mujadilah [58]: 11).

Dengan Alqur’an sebagai panduan peradaban, maka peradaban yang dibangun oleh
muslim adalah peradaban yang sarat nilai Ilahiyah yang berujung kepada pengagungan Allah
SWT sebagai Tuhan yang Maha Sempurna, bukan kebudayaan yang liberal, sekuler dan
hedonistik yang hanya membawa kebahagiaan temporal dan pada bagian kulit luarnya saja
tetapi di dalamnya penuh dengan konflikasi. Naudzubillahi min dzalik.

2. Eksistensi dan Kedudukan Ilmuwan Holistik-Integralistik

Perlu dibedakan antara Ilmuwan yang sekuler dengan ilmuwan yang holistik-
integralistik transendental. Ilmuwan sekuler ialah ilmuwan tidak mengaitkan fenomena alam
dengan Allah sebagai pengatur, sedangkan ilmuwan holistik integralistik transendental adalah

12
Sunan Abu Daud Bab : Ma Yaquuli Idz Hajati Riihi
ilmuwan yang mengaitkan setiap fenomena alam dengan Allah sebagai sumber segenap
fenomena alam.

Dalam menghadapi setiap fenomena alam seperti hujan, gunung meletus, tsunami,
angin topan, atau apa saja, langkah pertama adalah menganalisis fenomana alam dengan
mengedepankan lima hal yang bertingkat yakni benda-benda alam, fenomena alam, hukum
alam, prinsip hukum alam, dan sumber. Di bawah ini akan penulis jelaskan dengan mengambil
ilustrasi tentang apel yang jatuh karena adanya hukum gravitasi.

1) Benda-benda alam : benda apa yang terlibat dalam fenomena alam ini ? apel. Ketika
buah apel dilepaskan dari tangan, ia akan jatuh ke bumi bukan jatuh ke langit.
2) Fenomena alam : fenomena alam apa yang terjadi ? Apel jatuh.
3) Hukum alam : Mengapa apel jatuh ke bumi ? Karena ada hukum gravitasi bumi. Siapa
penemu hukum gravitasi ? Isac Newton.
4) Prinsip-prinsip alam : Bagaimana prinsip hukum gravitasi ? Antara lain semakin berat
bendanya semakin cepat jatuhnya. Rumusnya F = m . g . Keterangannya : F adalah
gaya (N), m : masa benda (kg), g : percepatan gravitasi.
5) Sumber : Dari mana sumber gravitasi itu, siapa penciptanya ? Allah SWT adalah
sumber terjadinya grafitasi, Allah adalah causa prima.
Itu adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh ilmuwan muslim. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan integralistik transendental. Akan tetapi pada umumnya, guru
atau dosen dalam menganalisis fenomena alam tidak tembus sampai kepada sumber,
sehingga anak didik jadi sekuler.

Langkah kedua adalah cara merespon fenomena alam dengan menganalisis lima hal
yakni benda-benda alam, fenomena, informasi, respon prikaku, dan sumber. Di bawah ini akan
penulis jelaskan lima hal ini dalam kasus gerhana.

1) Benda–benda alam : Benda-benda apa yang terlibat dalam gerhana matahari? Ada tiga
benda yakni matahari, bumi dan bulan.

2) Fenomena alam : Fenomena alam apa yang terjadi ? gerhana matahari.\

3) Informasi : Bagaimana informasi gerhana matahari tersebut ? Ialah manakala


matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus, bayangan bulan jatuh pada
matahari.
4) Respon perilaku : bagaimana respon prilaku kita jika ada fenomena alam gerhana
matahari? Hendaklah kita mersponnya dengan bertakbir memuji Allah, melakukan
shalat husuf berjamaah dan bersidkah.

5) Sumber : Dari mana sumbernya bahwa kita harus merespon fenomena gerhana seperti
itu ? Berdasarkan hadits yang diterima oleh Mughirah bin Syu’bah ra, berkata : “Telah
terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah saw pada hari wafatnya Ibrahim.
Orang-orang berkata, terjadinya gerhana matahari ini karena wafatnya Ibrahim.
Maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda
dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Kejadian gerhana matahari dan gerhana bulan
bukan karena kematian atau kehidupan seseorang . Apabila kamu semua melihatnya,
berdaoalah kepada Allah dan lakukanlah shalat sehingga matahari kembali bersinar
“ (HR. Bukari Muslim). 13

Mengajarkan sains dengan cara seperti itu disebut mengajar dengan pendekatan
integralistik transendental. Dengan analisis seperti ini, mahasiswa, dosen dan para ilmuwan
akan menjadi orang yang pandai dan beriman. Mereka kelak akan menjadi ilmuwan holistik
integralistik transendental. Akan tetapi pada umumnya para peneliti, guru dan dosen ketika
mengajar, hanya sampai kepada level informasi tidak masuk ke level respon prilaku dan
sumber. Akibatnya mahasiswa bisa lulus dengan nilai cumlaude tetapi tidak beriman dan tidak
bertaqwa kepada Allah SWT sebagai sumber segala sumber. Itulah yang dikatagorikan sebagai
ilmuwan sekuler.

Pada tataran realitas, banyak orang berekreasi untuk menikmati keindahan pantai;
mandi, berselancar, berlayar dan berfoto-fotoan dengan amat gembira tetapi mereka tidak
shalat. Banyak orang menikmati keindahan gunung, tetapi tidak pernah merebahkan diri untuk
sujud kepada Pencipta gunung. Banyak orang berdecak kagum melihat cantiknya panorama
alam tetapi tidak pernah bersyukur kepada Sang Khalik. Itu semua karena mereka tidak dilatih
sejak kecil untuk merespon semua fenomena alam. Lahirlah generasi yang berperadaban
hedonisme yang lepas dari nilai-nilai tawhid sebagai landasan peradaban Ilahiyah.

Supaya menjadi ilmuwan yang bertaqwa, maka kita wajib secara terus menerus mencari
ilmu, baik ilmu sebagai content, metodologi, maupun sebagai paradigma.

13
Hajar Al-Atsqalany, Bulugh al-Maram min Adilah al-Ahkam, Dar al-Kitab al-Islamiyah, t.t, hal. 107
Eksistensi ilmu sangat luar biasa, tanpa ilmu, manusia ibarat hewan yang bertindak atas
dasar naluri semata. Manusia dengan ilmu dan akalnya akan menjadi manusia yang bukan
hanya mampu mengelola bumi tetapi bisa menembus luar angkasa. “Barang siapa yang
menginginkan dunia hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan akhirat
hendaklah dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan keduanya, hendaklah dengan ilmu”.
Allah menegaskan : “Hai jamah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru langit
dan bumi maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (QS.
Al-Rahman [55]: 33). Kekuatan di sini termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mencari ilmu (thalab al-ilmi) adalah wajib hukumnya, tidak ada yang sunnat. Hal ini
berbeda dengan ibadah lain; sewajib-wajibnya shalat masih ada shalat yang sunnat, sewajib-
wajibnya shaum masih ada shaum yang sunnat, sewajib-wajibnya zakat masih ada infaq yang
sunnat, sewajib-wajibnya haji tapi hanya sekali seumur hidup, selanjutnya adalah haji sunnat.
Adapun mencari ilmu semuanya wajib, tak ada yang sunnat. Bahkan mencari ilmu satu jam
lebih besar pahalanya daripada shalat sunnat ratusan rakaat. Itu amat wajar, karena ibadah yang
banyak tanpa didasari ilmu yang benar, akan sia-sia.

Mencari ilmu untuk kepentingan individual seperti ilmu tawhid, ilmu cara beribadah
adalah fardlu ain (wajib peraseorangan), sedangkan pendalaman ilmu diniyah sampai
mendetail adalah fardlu kifayah (kewajiban kolegial). Mengembangkan ilmu untuk
kepentingan umum seperti pengembangan sains dan teknologi juga fardlu kifayah. Dalam hal
fardlu kifayah, mesti ada sekelompok orang yang mewakili semua muslim secara signifikan.
Apabila tidak ada sekelompok orang yang menjadi pakar dalam bidang-bidang sainteks yang
dibutuhkan umat, maka semua muslim berdosa. Jadi harus ada pakar dalam jumlah yang
mencukupi dalam bidang saintek, baik kedokteran dengan berbagai macam cabangnya, ahli
persenjataan, ahli nuklir, ahli politik, ahli perang, ahli biologi, ahli tsunami, ahli gempa,
maupun ahli yang sainteks lainnya.

Allah SWT memberikan penghargaan yang amat besar bagi para ilmuwan, terutama
ilmuwan yang holistik integralistik transendental (berilmu dan beriman). Firman Allah :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapoan derajat. Dan Allah maha mengatahui apa yang
kamu kerkakan) (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Penghargaan dari Allah kepada ilmuwan antara lain mendapatkan penghormatan dari
sesama manusia. Mengapa orang menghargai ilmuwan ? karena orang-orang butuh ilmunya,
ilmuwan tempat berkonsultasi dan tempat orang menemukan solusi atas permasalahan yang
dihadapi. Selain penghargaan orang, ilmuwan bisa mendapatkan rizki yang lebih banyak
karena keahliannya. Selain itu, ilmu yang diajarkan kepada orang lain termasuk amal investasi
yang dijamin mengalirkan pahala terus menerus. Hadits Nabi saw menegaskan bahwa apabila
bani Adam mati, putuslah semua amalnya kecuali tiga, yakni sidkah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, dan anak saleh yang mendoakan. Itulah tiga amal investasi yang akan terus
mengalirkan pahala. Subhanallah wal hamdulillah.

“Al-ilmu nur “ ilmu itu cahaya yang bisa menerangi pemiliknya sehingga orang berilmu
lebih tenang, percaya diri dan memiliki optimisme yang tinggi dalam menghadapi semua
persoalan. Orang lain pun bisa ikut diterangi dengan ilmunya sehingga tidak tersesat di jalan.
Pada umumnya orang merasa tenang dan tenteram apabila berada di sisi orang berilmu.
Alhamdulillah. Oleh karena itu, jika Anda harus memilih, antara ilmu dan harta sebaiknya
pilihlah ilmu sebab ilmu lebih banyak manfaatnya dibandingkan harta.

Orang berilmu yang disertai keimanan, pasti memiliki karakteristik yang unggul yakni
memiliki integritas, kredibilitas, transparansi, visioner dan komunikatif, sehingga ilmunya
akan lebih memberikan manfaat bagi orang lain. Sebaliknya ilmuwan yang tidak beriman, yang
pinter keblinger, memiliki karakteristik yang rakus dan tega. Ilmunya bukannya bermanfaat
bagi orang banyak tetapi justeru sebaliknya menjadi sumber fitnah dan malapetaka.

Bagaimana metodologi ilmiah untuk mencapai kebenaran science ? antara lain melalui
istidlal pembuktian melalui eksperimen, pengukuran dan pengamatan. Tahapan globalnya
adalah istiqra (mengungkapkan data apa adanya) dan selanjutnya istinbath (menyimpulkan
hasil penenlitian). Lebih rincinya adalah langkah pengumpulan data, klasifikasi data,
penafsiran data, kesimpulan sementara dan kesimpulan akhir termasuk pemetaan (mapping)
dan prediksi.

Prestasi keilmuan dalam berbagai bidang sepanjang sejarah dapat di tampilkan sbb :

Kedokteran :

Umat Islam termotivasi oleh ajaran Islam untuk mengembangkan ilmu kedokteran
termasuk menerjemahkan karya-karya penulis terdahulu, karya Persia dan Hindu. Karya-karya
tersebut dibuktikan, disistimatisir, diterjemahkan dan diberi katagori baru sesuai dengan
prinsip umum agama dan budaya. Misalnya Jurji bin Baktisyu’ (w. 215 H/839 M) yang
diangkat oleh khalifah Al-Mansyur sebagai dokter istana, juga Hunayn bin Ishak (w. 260 H/873
M) yang diangkat oleh khalifah Al-Makmun menjadi kepada Al-Hikmah (Rumah Hikmah)
adalah tokoh-tokoh medis waktu itu yang banyak menerjemahkan karya-karya kuno, dari
sinilah ilmu kedokteran di dunia Islam berkembang. Di antara guru muslim yang paling awal
adalah Ya’kub Al-Kindi pendiri filsafat Hellenisasi Muslim (w. 260 H/ 873 M). Kedokteran
mendapat tempat terhormat sebagai ratu ilmu alam.

Kedokteran mendorong perkembangan Farmakologi. Farmakologi mendorong


perkembangan ilmu botani dan kimia, fisiologi dan ilmu bedah. Kedokeran, farmakologi dan
ilmu Botani dan Kimia berkembang pesat. Pada tahun 88 H/766 M, didirikan untuk pertama
kalinya di Bagdad sekolah kedokteran. Kemudian tahun 319 H/931 M di Bagdad, sebanyak
869 dokter mengikuti ujian untuk mendapatkan izin praktek yang diadakan oleh pemerintah al-
Muqtadir.

Sekolah kedokteran yang dibangun tahun 88 H itu adalah sekolah kedokteran pertama
di Baghdad yang dilengkapi rumah sakit sebagai tempat praktik. Sekolah kedokteran ini
didirikan oleh Walid bin Abdul Malik, khalifah Bani Umyah. Pada perkembangan berikutnya,
rumah sakit dibagi-bagi menjadi rumah sakit yang menangani penyakit fisik dan yang
menangani penyakit mental. Rumah sakit penyakit fisik dibagi dua menjadi rumah sakit yang
menangani penyakit fisik yang menular dan penyakit fisik yang tidak menular. Selain itu
dibangun pula rumah sakit mobile yakni rumah sakit di atas unta dengan menggunakan karavan
yang dikengkapi dengan tempat tidur, makanan, ruang operasi dan ruang isolasi. Bahkan ada
rumah sakit yang dilengkapi dengan tempat rekreasi dan musik.

Rumah sakit yang terkenal adalah rumah sakit yang didirikan oleh Ahmad bin Thulun
di Kairo tahun 259/872 M, rumah sakit Dar asy-Syifa yang didirikan oleh Qawalun di Kairo
tahun 683 H/1284 M, rumah sakit Al-Adhudi di Bagdad yang memiliki 24 dokter , sekolah
kedokteran, perpustakaan dan aula kuliah. Sekolah kedokteran ini didatangi oleh banyak murid
dari seluruh peloksok dunia Islam.

Buku-buku kedokteran hasil pemikiran dan penelitian dokter muslim bermunculan


antara lain; buku As-Sina’ah at-Tibiyah, karangan dokter Ali bin Abbas, berisi 31 bab
mengenai pencegahan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Buku at-Tashrif Liman ‘Ajiza a’
at-Ta’lifI karangan Khalaf Abul Qasim Al-Zahrawi (414 h/1013 M) seorang dokter ahli bedah.
Kitab ini berisi cara-cara membedah beserta sejumlah alat yang diperlukannya. Dialah dokter
penemu metode untuk menghancurkan dan mengeluarakan batu ginjal.
Dokter yang paling terkenal adalah Abu Bakar Muhammad Ar-Razi (w. 311 H/932 M),
dia adalah dokter terbesar pada abad Pertengahan. Dokter lainnya, Abu Ali Husain Ibn Shina
(w. 428 H/`1037 M), filosouf sekaligus dokter yang mengarang buku Al-Qanun fi At-Thibb,
buku ini menjadi referensi utama kedokteran dunia selama 700 tahun. Ibn Shina melakukan
pembedahan jaringan kanker dan membuktikan pengaruh musik dalam penyembuhan. Khalaf
bin Abbas Al-Zahrawi (w.414 H/1013 M), di Cordoba, dia menulis satu risalah kedokteran
yang menampakkan lebih dari 200 gambar alat-alat bedah. Abu Walid Muhammad bin Rusyd
atau dikenal dengan Ibn Rusyd (w. 595 H/1198 M) yang membagi pengetahuan medis menjadi
tujuh cabang.

Farmakologi dan Kimia:

Di bawah para profesor muslim terutama Al-Biruni (w. 443/1051 M), ilmu farmasi
dipisahkan dari ilmu kedokteran sehingga farmasi menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Buku-
buku farmasi pun banyak diterbitkan antara lain buku Al-Mughni fi Al-Adawiyah karangan Al
-Bythar seorang dosen Farmasi, buku ini dipersembahkan kepada raja Shalih al-Ayubi di Kairo.
Kemudian ia menulis buku berikutnya yakni buku Jami Mufradat al-Adiyah wal – Aghdziyah
dan buku Mizan Ath-Thabib. Ahli farmasi muslim terkenal lainnya yang sezaman dengan al-
Bhytar adalah Rasyid Ad-Din Ibn Ash-Shuri (639 H/ 1241 M), dia seorang peneliti tumbuhan
untuk obat. Dia membawa pelukis untuk menggambar beragam tumbuhan untuk obat-obatan.
Jabir Ibn Hayyan, seorang filosouf sekaligus ahli kimia yang memiliki labolatorium kimia
sendiri. Dia menulis lebih dari 200 buku, 80 di antaranya bidang kimia. Izz Ad-Din Aj-Jaldaki
(w. 762/1360 M), ahli kimia yang memberikan sumbangan penting bagi ilmu kimia antara lain
tentang cara pencegahan gas berbahaya serta pemisahan perak dari emas. Dua buku yang paling
terkenal adalah Niyahah ath-Thalab dan buku At-Taqrib fi Anshar at-Tarkib.

Fisika:

Filosouf muslim membagi pengetahuan filsafat kepada dua yakni filsafat Al-Ilahiyat
yang membahas sifat dan eksistensi Tuhan, serta filsafat Ath-Thabi’iyyat (fisika) yang meliputi
material dan pergerakannya, perubahan dan sebab-sebabnya, panas, cahaya, suara, magnet dan
mekanika. Ilmuwan Islam menciptakan instrumen pengukuran berat dan gravitai spesifik
unsur-unsur.

Ibn Haitsam ( w. 431 H/1039 M), yang bertanggung jawab terhadap khalifah Al-Hakim
dalam menentukan pengaruh tekanan atmosfer dan kuat magnetik bumi pada berat. Dia menulis
200 buku, 47 buku di antaranya adalah bidang matematika dan 58 buku bidang teknik.
Prestasinya yang paling termasyhur adalah dalam bidang optik. Penelitiannya dimulai dari
penolakan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa penglihatan disebabkan oleh sinar yang
memancar dari mata. Dia pula yang meletakkan dasar penjelasan tentang pelangi dan obskura
kamera yang kemudian dikembangkan oleh Kamaluddin al-Farisi.

Matematika dan Astronomi:

Sumbangan Islam yang paling nyata terhadap sains adalah sumbangan keilmuan di
bidang matematika, geometri dan astronomi, ini karena diinspirasi oleh Alqur’an surat 41 : 53
tentang pola-pola Ilahiyah di cakrawala. Astronomi pra-Islam yang penuh mitos harus
dibersihkan oleh para astronom muslim dengan berpedoman kepada Alqur’an. Islam
melancarkan serangan terhadap para astrolog yang mempraktekken profesi yang dibangun di
atas kepalsuan.

Tsabit bin Qurrah mengusukan teori bilangan tak terbatas. Umar Khayyam (w. 525
H/1130 M), Nashiruddin Ath-Thusi (w. 645 H/1247 M) berhasil membuat rumusan di mana
jarak dinyatakan dengan angka. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (w.236 H/ 850 M)
memperkenalkan simtem simbol yang menunjukkan sembilan bilangan. Dialah yang
menyumbangkan angka nol (shifr) yang sebelumnya tidak ada. Dengan adanya angka nol
terjadilah revolusi matematika. Dia juga yang pertama kali mengekspresikan nilai numerik
dengan posisi digital.

Abu Wafa al-Buzajani (w.338 H/ 998 M), orang pertama yang menemukan kelainan
dalam gerakan bulan. Al-Baththani menghitung panjang tahun matahari dan hanya keliru 2
menit 20 detik. Untuk mengembangkan astronomi, kaum muslimin membangun observatorium
terbesar sedunia saat itu yang dibangun di Maragha tahun 665/1258 M berdasarkan aturan dari
Nashiruddin Ath-Thusi. Pembangunan observatorium tersebut merupakan salah satu usaha
untuk menjadikan astronomi sebagai ilmu empiris yang bersih dari mitos.

Geografi :

Ruh Alqur’an mendorong kaum muslimin untuk mendalami geografi. Kewajiban shalat
memaksa kaum muslimin mempelajari geografi untuk menentukan arah kibkat yang tepat
untuk setiap wilayah. Perjalanan haji yang berulang-ulang serta penyebaran Islam ke berbagai
belahan dunia telah mengharuskan muslimin mempelajari geografi. Menurut Al-Maqdisi,
waktu itu para pedagang, musafir, sultan, hakim dan ahli Fiqih diharuskan mengetahui
geografi. Dalam prakata buku Muruj adz-Dzahab wa Ma’adin al-Jauhar, Al-Maqdisi menulis
bahwa orang yang mendatangi suatu wilayah dan meneliti geografinya akan memperoleh ilmu
geografi yang jauh lebih baik daripada sekadar mendengar berita dari mulut penduduk tentang
hal ihwal wilayah tersebut.

Al-Khawarizmi (w. 236 H/ 850 M) adalah orang pertama yang menciptakan geografi
bumi. Kaum muslimim menciptakan atlas untuk negeri mereka masing-masing. Ishaq al-
Istharfi ( 322 934), Ahmad al-Bakhli (322 934), Muhammad bin Hawqal. Al-Maqdisi adalah
orang pertama yang membuat peta dengan warna alamiyah. Asy- Syarif al-Idrisi (562 1166)
membuat bola dunia dari bahan perak seberat lk 400 kg. Di atasnya digambar tujuh benua, yang
dilengkapi dengan danau, sungai, kota, gunung, dan dataran. Globe tersebut dibuat atas
permintan Roger II raja Sisilia. Al-Idrisi menulis buku Nuzhat al-Musytaq fi Istiraq al-
Afaq.14

14
Kepada para pembaca dianjurkan untuk membaca buku “ Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang” tulisan Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi. agar memperoleh wawasan
tentang Ilmuwan-ikmuwan Muslim yang telah berjasa dalam memajukan Sainteks Buku ini menjadi referensi
penulis.
3. Prinsip-prinsip pengembangan Sainteks

Pengembangan sains, teknologi dan seni bukan pekerjaan sembarang orang karena
memerlukan ilmu, dan sikap mental yang kuat di samping dukungan finansial yang tidak kecil.
Akan tetapi kita harus berbuat demikian, kalau kita diam apalagi orang lain yang happy dengan
hidup apa adanya. Dalam pengembangan saintek ada beberapa prinsip yang harus dipegang,
yakni :

 Tawhid : Sebagaimana dijelaskan di awal bab bahwa tawhid adalah landasan utama dalam
mengembangkan sainteks. Kita mengimani bahwa semua ilmu bersumber dari Allah, baik
gugusan ilmu kauniyah (kealaman) maupun gugusan ilmu Qur’aniyah, jadi tidak mungkin
terjadi dikhotomi (berdekatan tetapi bertentangan) antara kedua gugusan ilmu tersebut.
Dengan landasan tawhid, itu berarti kita mengembangkan saintek dalam rangka meng-
Esakan Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Dan hasil sainteks adalah untuk
mempermudah manusia beribadah kepada Allah.

 Ikhlas : yakni niatnya harus benar-benar tulus dalam rangka ibadah kepada Allah, bukan
semata-mata karena motif uang atau motif duniawi lainnya. Kalau niatnya karena ibadah,
insya Allah dunia dapat, akhirat pun dapat. Sebaliknya kalau pengembangan sainteks hanya
karena motif-motif dunia seperti uang, kedudukan, jabatan, atau penghormatan orang,
sangat mungkin dapat sukses di dunia tetapi dianggap manusia kufur nikmat di akhirat.
Naudzubillahi min dzalik.

 Jihad : serius, kerja keras dan pantang menyerah. Tekad pengembangan ilmu harus sampai
berhasil : Man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Seorang
peneliti/ilmuwan harus berusaha sungguh-sungguh agar dapat meraih target yang dicita-
citakan, tidak boleh putus asa, lemah semangat atau kurang percaya diri, mudah mengalah
apalagi frustrasi. Sangat mungkin para pencari ilmu dihina orang, dikecilkan, atau dianggap
sok tahu. Itu semua harus dikesampingkan tetapi tetaplah pada cita-cita pencapaian target.

 Objektif : Pengembangan ilmu, teknologi dan seni harus bisa diakui oleh orang banyak,
terbuka untuk dikaji ulang, dan walaupun diuji ulang akan menghasilkan hasil yang sama
(ajeg).

 Maslahah dan manfaat : Tujuan pengembangan sainteks adalah untuk sebesar-besarnya


kemaslahatan umat, dan bermanfaat bagi umum. Dengan pengembangan sainteks hidup
manusia akan lebih mudah, lebih cepat, banyak solusi, dan memiliki nilai ekonomi yang
lebih besar.

 Tadrija (bertahap) : Strategi pengembangan sainteks harus tadrija yakni bertahap,


kontinyu, terus menerus meningkat dari yang paling simple kepada yang paling rumit, dari
sainteks yang mudah kepada sainteks yang lebih sulit. Pencapaian sainteks hari ini akan
menjadi pijakan berarti bagi pengembangan sainteks hari esok. Pada puluhan tahun ke depan
diprediksi bahwa perkembangan sainteks akan tiga kali lebih cepat daripada sekarang.
Mengapa bisa begitu ? karena berbagai ilmu landasan telah dikuasai, insya Allah.

 Tawazun : ialah terjadi keseimbangan dalam semua aspeknya. Jangan sampai terjadi maju
di sisi yang satu tetapi stagnan di sisi yang lain. Keseimbangan akan menjamin stabilitas.

 Jangan Mubadzir : jangan mengembangkan sainteks yang mubadzir, ialah manakala modal
yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh. Pengembangan sainstek
yang mubadzir bukan mendapatkan pahala tetapi mendapatkan “pahalu”. Dalam hal ini,
sebaiknya pengembangan sainsteks mengurangi bahan-bahan alami yang semakin langka
atau tidak terbarukan.

 Jangan Kitman : Ialah menyembunyikan ilmu. Ilmu itu harus diturunkan, harus dibuka,
harus diajarkan kepada orang lain.

Nilai manfaat (axiologi) pengembangan sainsteks antara lain sainsteks bisa


menyadarkan manusia tentang keberadaan Allah SWT sebab dengan kemajuan sainteks
berbagai hal yang di dalam Alqur’an belum diyakini kebenarannya, kini dipercaya ; sainteks
merupakan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan lebih cepat, lebih
mudah dan lebih ringan; dengan sainteks kita sanggup menjawab beberapa pertanyaan yang
selama ini sulit dijawab. Sebaliknya terdapat dampak buruk saintek antara lain modus
kejahatan semakin meningkat, dengan teknologi perang bisa mendorong orang untuk
berperang, saintek dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, dan saintek bisa
mendegradasi sikap humaniora seseorang, misalnya kurang bergaul dan arogan. Ini harus
diakui sebagai kritiks sains, tetapi mengkritik saja tidak bijak jika tidak dibarengi dengan
usulan solusinya.

4. Etika Pengembangan Lingkungan


Salah satu pembentuk peradaban adalah beradab terhadap lingkungan, baik lingkungan
biotik maupun lingkungan abiotik. Lingkungan biotik seperti manusia, hewan dan tumbuhan,
sedangkan lingkungan abiotik seperti udara, air, tanah, batu, dan energi. Manusia memiliki
tugas untuk mengembangkan lingkungan sebaik dan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan
umat manusia juga.

Dalam hal ini, manusia berperan sebagai khalifah di atas bumi (QS. Al-Baqarah [2] :
30), tugasnya adalah untuk memakmurkan bumi, targetnya adalah terbentuknya suatu
lingkungan yang “rahmatan lil ‘alamin” (kawasan yang semua anggota konunitasnya penuh
dengan kasih sayang). Ciri pokok seorang khalifah ialah apabila hidupnya bermanfaat bagi
orang banyak. Semakin banyak bermanfaat bagi orang lain semakin tinggi nilai
kekhalifahannya. Sebaliknya apabila manusia merusak lingkungan dan perilakunya berdampak
buruk bagi diri dan komunitasnya, ia dikatagorikan sebagai sampah, sampah di dunia dan
sampah pula di akhirat. Sekarang tinggal memilih, mau menjadi khalifah atau menjadi sampah
?

Supaya sukses menjalankan tugas-tugas kekhalifahan, maka ayat-ayat Alqur’an yang


berkenaan dengan tugas khalifah untuk memakmurkan bumi, mencegah kehancuran
lingkungan (fasad), serta usaha membangun ekosistem yang baik, bukan hanya harus dibaca
secara tekstual - rasional tetapi harus dibaca secara konseptual yakni sampai kepada
penyusunan action plan secara bertahap dan berkesinambungan.

Membaca ayat Alqur’an secara tekstual – rasional – konseptual meliputi langkah-


langkah membangun ekosistem secara bertahap, simultan, global (bukan hanya regional dan
nasional), memperjelas arah pembangunan ekosistem, menyediakan dana yang diperlukan
secara serius, menginventarisir para pihak yang harus terlibat, serta membuat sanksi bagi siapa
pun yang merusak lingkungan. Itu tugas khalifah. Kita tidak boleh main-main dengan
lingkungan. Kita tidak boleh terlambat mengatasi lingkungan, sebab keterlambatan satu tahun
dampaknya akan terasa puluhan tahun. Jika terlambat sepuluh tahun, dampak buruknya akan
terasa ratusan tahun ke depan. Yang marah bukan hanya Allah SWT tetapi anak cucu kita,
generasi yang akan datang. Mari kita berjihad mengembangkan lingkungan.

Masalah lingkungan yang harus ditangani sekarang ada tiga besaran pokok yakni 1).
Masalah langit (2). Masalah Bumi (3). Masalah Manusianya sendiri. Masalah langit antara lain
pencemaran udara dan kesemerawutan gelombang radio komunikasi. Masalah bumi antara
lain laut yang tercemari, penanaman kembali gunung-gunung yang gundul, illegal loging, serta
perlindungan hewan-hewan langka. Masalah manusia sendiri antara lain sikap mental manusia
yang meremehkan kehancuran lingkungan. Mereka yang berbuat dosa ekosistem bukan merasa
bersalah tetapi malah bangga dengan perbuatannya. Dampak perbuatan mereka menimbulkan
kerusakan ekosistem yang luar biasa, namun mereka tidak menyadarinya.

Perlu diketahui, sebagaimana dijelaskan pada bab-bab terdahulu, bahwa amal ibadah
bisa dikatagorikan secara hireraki menjadi empat klasifikasi yakni :

 Amal Individu : ialah amal yang manfaatnya untuk diri sendiri seperti shalat, shaum dan
haji.

 Amal populasi : ialah amal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain seperti
sidkah kepada orang minta-minta, menolong orang yang susah, dll.

 Amal Komunitas : Ialah amal ibadah yang bersistem dan berstruktur yang manfaatnya
untuk diri sendiri dan untuk orang lain dalam jumlah yang lebih banyak, seperti
membangun masjid, sekolah, tempat olah raga, rumah sakit gratis, Lembaga Bea Siswa,
dll.

 Amal Ekosistem : Ialah amal ibadah untuk meningkatkan keterkaitan antara semua
anggota ekosistem seperti manusia, flora, fauna, dan energi. Contoh-contoh amal
eksistem antara lain menaman pohon dan melestarikan hutan, menyantuni hewan,
menghemat energi, mengelola pertambangan dengan sebaik-baiknya, mengelola secara
tuntas pembuangan sampah, dll.

Banyak sekali orang yang mementingkan amal individu tetapi kurang tanggap terhadap
amal ekosistem. Contoh kecil, banyak orang tahajud yang diiringi doa khusyuk bahkan sambil
menangis, diteruskan dengan shalat Subuh dan sejumlah doa, tetapi setelah itu ia mengambil
sampah di dapur, sejenak ia lirik kiri - lirik kanan, lantas “puah”, sampah dibuang ke sungai.
Akibatnya banjirlah sekecamatan. Mereka rajin melakukan tahajud sebagai amal individu
tetapi diakhiri dengan berbuat dosa ekosistem, wah itu tidak seimbang, mereka bertindak
bodoh, mereka adalah musuh ekosistem.

Sungguh disayangkan jika rupa cantik dan tampan, mengendarai mobil mewah tetapi
buang sampah sembarangan. Naik mobil keren, pegang hand phone mahal, tetapi membuang
kulit pisang ke jalan. Orang-orang seperti itu haarus di peringatkan. Aksi yang lebih hebat
adalah kita wajib mensosialisasikan go green ! serta mulai action menanam pohon.
Banyak manusia pandai tetapi suka bertindak bodoh, membuat kerusakan lingkungan
dari mulai kerusakan level kecil sampai kerusakan dalam skala yang amat besar ; Mereka
melakukan perusakan hutan dengan dalih meningkatkan devisa negara, mereka membabat
hutan dengan alasan demi pembangunan, mereka menyulap daerah resapan air untuk
membangun air port dan apartemen dengan dalil memperceat pembangunan, Mereka
menggunakan fertisida yang berbahaya bagi ekosistem dengan tujuan membasmi hama padahal
akan membunuh hewan-hewan tertentu dan memutus mata rantai ekosistem; Mereka banyak
menggunakan freon yang mengakibatkan efek rumah kaca yang dapat meningkatkan suhu
bumi dan kerusakan lapisan ouzon dengan dalil peningkatan gaya hidup. Mereka jelas-jelas
berbuat kerusakan tetapi mereka justeru mengaku demi pembangunan. Allah menegaskan :
“Dan bila dikatakan kepada mereka janganlah kamu membuat kerusakan di atas bumi, mereka
menjawab “sesungguhnya kami orang-orang yang berbuat kebaikan. Ingatlah sesungguhnya
mereka itulah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”.(QS.Albaqarah [2] : 11-
12).

Apabila pohon-pohon di hutan ditebangi tanpa keseimbangan, baik secara resmi karena
mengantongi izin atau illegal loging, maka gunung-gunung tidak memiliki pohon-pohon yang
signifikan lagi, padahal fungsi pohon antara lain sebagai sumur di gunung. Jika hutannya tidak
ada, maka sumur di gunung pun tidak berair, akibatnya perkampungan dan perkotaan pun
mengalami kekeringan, manusia dan hewan terancam mati. Dalam hal ini, orang bisa saling
bantai hanya gara-gara air. “No forest no water, no water no lifes”.

Jika hutan lenyap, beribu spicies hewan di hutan akan kehilangan habitatnya. Hewan-
hewan bisa punah karena tak ada makanan dan tempat berlindung, ekosistem tanpa jumlah
hewan yang signifikan pasti tidak stabil, bahaya.

Satu pohon dengan volume daun 60 meter kubik, bisa menghasilkan oksigen hanya
untuk dua orang. Jadi jika di suatu perkampungan ada 50 orang, minimal harus ada 25 pohon
yang besar yang volume daunnya minimal 60 meter kubik. Jika hutan-hutan punah, jika di
perkampungan-perkampungan jarang pohon, maka oksigen yang selama ini dihasilkan pohon
akan sangat berkurang, akibatnya bumi kekurangan oksigen. Manusia yang kekurangan
oksigen, otaknya cepat panas, mudah mengantuk, cepat lelah kalau membaca, dan mudah
tersinggung, akibatnya mereka emosional dan bisa bersikap agresif sehingga mudah terjadinya
perkelahian.
Jika pohon-pohon sangat kurang, maka suhu bumi akan naik sehingga mudah terjadi
kebakaran di mana-mana. Apabila gunung tidak memiliki pohon yang signifikan, hujan deras
bakal mengikis tanah dan terjadilah erosi yang menghanyutkan jutaan kubik humus. Kita
kehilangan hutan seluas dua kali lapang sepak bola perhari, dan kehilangan humus 100 juta
truk perhari. Humus yang terbawa banjir akan mendangkalkan sungai sehingga sungai mudah
meluap. Selanjutnya humus yang dihanyutkan sungai akan masuk ke laut dan menutupi dasar
laut, akibatnya sinar matahari tidak bisa masuk ke dasar laut sehingga planton sebagai
penghasil oksigen, mati.

Apabila produksi oksigen terus menerus berkurang secara drastis, maka suhu bumi akan
naik secara signifikan, selanjutnya es di kutub utara dan selatan akan mencair sehingga
permukan laut akan meninggi, dan ebrasi pantai pun akan meluas. Jadi merusak hutan atau
menebangi pohon-pohon tanpa aturan akan berakibat kerusakan lingkungan yang sistemik.

Untuk memperbaiki kerusakan lingkungan perlu waktu ratusan tahun. Apalagi jika
dibiarkan, pasti akan mengakibatkan kehancuran yang lebih parah, anak cucu kitalah yang akan
menuai petaka ekosistem.

Berbeda sekali apabila kita menjaga lingkungan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
sign Alqur’an dan sainteks, hasilnya; air cukup, oksigen memadai, energi terpenuhi, orang
Islam dihormati, non muslim dihargai, hewan disantuni, pohon-pohon pun lestari, semua rantai
kehidupan ekosistem terjalin dengan penuh kasih sayang, lahirlah sebuah kawasan rahmatan
lil ‘alamin, sebuah kasawan yang seluruh anggota ekosistemnya saling menyayangi. Itulah
target al-Islam.

5. Etika Pelestarian Hewan.

Allah menegaskan : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan
(QS. Al-An’am[6] : 38).

Pada ayat di atas dikatakan bahwa hewan di bumi dan burung di udara adalah umat
seperti manusia. Hewan dengan manusia memiliki perbedaan karena manusia memiliki akal
sedangkan hewan tidak. Akal adalah cahaya dalam hati yang mampu memilah mana yang haq
dan mana yang bathil (al-aql nurun fil qalbi yufarriqu bainal haq wal bathil). Dalam banyak
hal, hewan memiliki kesamaan dengan manusia, hewan memiliki kemauan, rasa, perasaan,
naluri, emosi, berbahasa dan berkomunikasi, suka bergaul dan tidak suka diganggu.

Karena eksistensi hewan sebagai umat, maka manusia harus memperlakukan hewan
dalam banyak hal sebagaimana memperlakukan manusia, antara lain menyayanginya, memberi
makan minum dan kandang, kalau mau menyembelih untuk dimakan dagingnya sembelihlah
dengan pisau yang tajam, kalau mau dibunuh karena merusak maka bunuhlah dengan baik,
tidak boleh menjadikan hewan sebagai sasaran latihan memanah, tidak boleh menyiksa hewan
yang berbuat jahat karena hewan tidak punya akal, tidak boleh mengadu hewan karena hewan
pun memiliki rasa sakit. Selain itu, tidak boleh menjadikan hewan sebagai sasaran latihan
memanah.

Hadits dari Ibn Umar riwayat Imam Muslim tentang larangan menjadikan burung
sebagai sasaran latihan memanah, hadits dari Abu Hurairah riwayat Bukari Muslim yang
menerangkan tentang nasib seorang wanita masuk neraka gara-gara menyiksa seekor kucing
sampai mati, hadits dari Abu Hurairah riwayat Muslim tentang seorang pria yang diampuni
Allah gara-gara memberi minum kepada seekor anjing yang kehausan, hadits dari Anas bin
Malik r.a riwayat Imam Bukhari tentang larangan menganiaya hewan yang akan dibunuh,
hadits dari Abdul Rahman ibn Abdillah dari ayahnya tentang larangan mempermainkan
burung, hadits dari Jabir riwayat Muslim yang melarang memberi tanda dengan besi panas
pada hewan. Hadits-hadits tersebut adalah sbb :

‫ُن‬
‫َّا‬ َ‫َا‬
‫ل ك‬ ‫ِ ق‬‫ِيه‬ ‫َب‬
‫ْ أ‬‫َن‬ َّ ‫د‬
‫اَّللِ ع‬ ِْ‫َب‬‫بنِ ع‬ْ ِ‫َن‬
‫ْم‬‫َّح‬‫ِ الر‬ ‫ْد‬ ‫ْ ع‬
‫َب‬ ‫َن‬‫ع‬
ٍ‫َر‬‫ِى سَف‬ ‫ ف‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬ َّ ِ ‫َسُول‬‫َ ر‬‫مع‬َ
ِ‫َان‬ ‫َر‬
‫ْخ‬ ‫ها ف‬ ََ‫مع‬َ ‫ة‬ ًَ
‫َّر‬
‫ُم‬‫َا ح‬ ‫ين‬َْ
‫َأ‬‫َر‬‫ِ ف‬ ‫َت‬
‫ِه‬ ‫َاج‬ ‫لح‬ ِ َ ََ
‫لق‬ ْ َ
‫انط‬ ‫ف‬
ُ‫ُش‬‫ْر‬ َ ْ
‫تف‬ ‫لت‬ ََ
‫َع‬‫َج‬‫ة ف‬َُ‫َّر‬
‫ُم‬ ْ ِ‫ءت‬
‫الح‬ َ‫َا‬‫َج‬‫ها ف‬ ‫َي‬
َْ ‫ْخ‬‫َر‬‫نا ف‬َ‫ذ‬َْ َ
‫َأخ‬‫ف‬
ْ
‫من‬َ « ‫ل‬ َ‫َا‬ ‫َق‬
‫ ف‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ُّ‫ِى‬ ‫َّب‬
‫ء الن‬ َ‫َا‬‫َج‬‫ف‬
‫َى‬‫َأ‬‫َر‬
‫ و‬.» ‫ها‬ ‫َِلي‬
َْ ‫ها إ‬ َ‫ََل‬
َ‫د‬ ‫دوا و‬ ُُّ
‫ها ر‬ َِ‫ََلد‬‫ِو‬‫ِ ب‬‫ِه‬
‫هذ‬ََ ‫َج‬
‫َع‬ ‫ف‬
ِ
‫ِه‬‫هذ‬َ َ‫َّق‬
‫َر‬ ‫ْ ح‬‫من‬َ « ‫ل‬ َ‫َا‬ ‫َق‬ ‫ها ف‬ َ‫َا‬‫ْن‬‫َّق‬
‫َر‬‫د ح‬ َْ‫ٍ ق‬ ‫ْل‬
‫نم‬َ ‫ة‬َ‫ي‬ ‫َر‬
َْ ‫ق‬
َ
‫ِب‬‫َذ‬ ُ ‫ن‬
‫يع‬ َ
ْ‫ِى أ‬ ‫َغ‬‫ْب‬
‫ين‬َ َ‫ه ال‬ ُ‫ن‬ َِّ
‫ل « إ‬ َ‫َا‬ ‫ ق‬.ُ ‫ْن‬‫نح‬َ ‫َا‬ ُْ
‫لن‬ ‫ ق‬.»
.» ِ ‫َّار‬
‫ُّ الن‬ ‫َب‬‫ِالَّ ر‬
‫ِ إ‬‫َّار‬
‫ِالن‬ ‫ب‬
Dari Abdurrahman ibn Abdullah dari bapaknya r.a ia berkata : Ketika kami bersama
dengan Rasulullah s.a.w dalam suatu perjalanan, ketika itu beliau berhajat (ke belakang), tiba-
tiba kami melihat seekor burung yang mempunyai dua anak, kemudian kami mengambil kedua
anaknya itu, lantas induknya datang dengan berputar-pitar, kemudian Nabi s.a.w datang dan
bersabda : “Siapakah yang mempermainkan burung itu dengan mengambil anaknya?”. Kami
menjawab : “Kami !”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa
dengan api kecuali Tuhannya api (Allah s.w.t) itu sendiri (HR. Abu Daud)15

Hadits diterima dari Ibnu Umar, bahwasannya ia bertemu dengan pemuda-pemuda


Quraisy yang memasang burung sebagai sasaran memanah, tetapi masing-masing dari anak
panahnya tidak ada yang tepat mengenai sasarannya. Ketika mereka melihat Ibnu Umar,
mereka memencarkan diri. Kemudian Ibnu Umar berkata : Siapa yang berbuat seperti ini?
Allah mengutuk orang yang berbuat seperti ini. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w mengutuk
orang yang mempergunakan sesuatu yang bernyawa untuk dijadikan sasaran. (HR Muslim)16

‫عن أبي هريرة رضي هللا عنها قال أن رسول هللا‬


ِ
‫ليه‬ ََ‫د ع‬ ‫َاشت‬
ََّ ‫ ف‬,‫ِى‬‫يمش‬َ ٌ‫ُل‬‫َج‬
‫َا ر‬ ‫َم‬
‫بين‬ َ( : ‫م قال‬.‫ص‬
‫َج‬
َ ‫َر‬
‫َّ خ‬
‫ثم‬ُ ,‫ها‬ َ‫ِن‬
‫َ م‬ ‫َشَر‬
‫َب‬ ‫ ف‬,‫ًا‬ ‫ِئر‬‫ل ب‬ ََ
‫َز‬‫َن‬
‫ ف‬,ُ‫َطش‬ ‫الع‬
.ِ‫َطش‬ ‫َ الع‬‫ِن‬‫َى م‬ ‫َر‬
‫ُ الت‬ ‫ُل‬‫يأك‬َ ُ
‫هث‬َ‫يل‬َ ٍ‫ِكلب‬ ‫َ ب‬ ُ ‫َا‬
‫هو‬ ‫إذ‬َِ‫ف‬
َ‫َََل‬‫َم‬
‫ ف‬.‫ِى‬ ‫َ ب‬
‫لغ‬ َ‫ب‬ َ ‫ِى‬ َ ُ
‫الذ‬ ‫ِثل‬‫ذا م‬َ‫ه‬َ َ
‫لغ‬َ‫ب‬َ ‫َد‬‫ َلق‬: ‫ل‬ َ‫َا‬ ‫َق‬‫ف‬
‫َلب‬
ُ ‫َى الك‬ ‫َسَق‬ ‫ ف‬,َ‫ِي‬‫َق‬
‫َّ ر‬ ُ ‫َيه‬
‫ثم‬,ِ ‫ِف‬‫ه ب‬ ‫َمسَك‬
َُ ‫َّ أ‬
‫ثم‬ُ , ‫ه‬ َُّ
‫ُف‬‫خ‬
: ‫ل‬ َ‫َا‬‫َق‬
ََ ُ‫َسُو‬
‫ل هللاِ ف‬ ‫يار‬َ ‫الوا‬ُ َ
‫ ق‬.‫ه‬ ُ‫ََل‬ ‫َف‬
‫ِر‬ ‫َغ‬ ‫َر‬
‫َ هللاُ ف‬ ‫َشَك‬‫ف‬
‫َبد‬
ٍ ‫ِ ك‬‫ُل‬
‫ِى ك‬ ‫ ف‬: ‫ل‬ َ‫َا‬‫ً؟ ق‬ ‫َجرا‬‫ِ أ‬ ‫ِم‬‫هائ‬ََ
‫ِى الب‬ ‫ن ف‬ َِّ
‫إ‬
)‫ (رواه البخارى مسلم‬.ٍ ‫ٌ أجر‬ ‫َة‬‫ُطب‬ ‫ر‬
Dari Abu Hurairah ra : Sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda : Ada seorang pria yang
sedang berjalan (di padang pasir). Ia ditimpa haus (yang luar biasa). Ia pun turun ke sumur,
lantas minum dari air sumur itu. Setelah itu kemudian ia keluar. Ia melihat seekor anjing yang
menjulurkan lidahnya dan menjilat – jilat pasir karena kehausan. Pria itu berkata : Anjing ini
mengalami kehausan seperti yang menimpaku. Ia pun lantas memenuhi sepatunya (dengan air),
kemudian sepatu itu digigitnya, lantas ia naik dari sumur itu, lalu ia memberi minum anjing
itu. Allah bersyukur dan Allah mengampuni dosa-dosanya. Bertanyalah para sahabat “ ‘Apakah

15
Sunan Abu Daud Bab : Fi Karahiyati harqil ‘aduwi bi an-nari
16
Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Darul Jail,
Beirut, t.t), Bab : Nahyi ‘an Shabril Bahaim.
menolong hewan itu dapat pahala? Rasul menjawab : “Pada setiap menolong makhluk hidup
ada pahala” (HR.Bukhari dan Muslim).

‫َّب‬
- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ُّ‫ِى‬ ‫هى الن‬ َ‫ن‬ ََ
َ ٌ‫نس‬‫ل أ‬َ‫َا‬
‫َق‬‫ف‬
ُ
‫ِم‬ ََ
‫هائ‬ ْ َ
‫الب‬ ‫َر‬
‫ْب‬‫تص‬ َْ
ُ ‫ن‬ ‫أ‬
Dari Anas r.a ia berkata : Rasulullah s.a.w melarang menganiaya binatang yang akan di bunuh.
(HR Bukhari dan Muslim)17

َّ
‫َر‬ ‫ م‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- َّ‫َّبِى‬
‫َّ الن‬‫َن‬
‫ٍ أ‬
‫ِر‬‫َاب‬‫ْ ج‬‫َن‬ ‫ع‬
َ
‫َن‬ ‫َال‬
‫َ « َلع‬ ‫َق‬‫ِ ف‬
‫ِه‬‫ْه‬
‫َج‬‫ِى و‬ ‫ِم‬
‫َ ف‬ ‫ُس‬
‫د و‬ْ‫ٌ َق‬ ‫ِ حِم‬
‫َار‬ ‫ْه‬
‫لي‬ََ ‫ع‬
.» ‫ه‬ُ‫م‬
ََ‫َس‬
‫ِى و‬ َّ ُ‫اَّلل‬
‫الذ‬ َّ
Dari Jabir r.a bahwasanya suatu ketika ada seekor keledai yang di cap dimukanya lewat
di hadapan Nabi s.a.w kemudian beliau bersabda : “Mudah-mudahan Allah melaknati orang
yang memberinya tanda (dengan besi panas) (HR. Muslim)18 dalam riwayat lain Rasulullah
melarang memukul muka dan memberi tanda dengan besi panas pada muka.

Rasulullah bersabda :”Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala


sesuatu. Apabila kamu membunuh, maka perbaikilah cara membunuhnya, apabila
menyembelih maka perbaikilah cara menyembelihnya, tajamkanlah pisaunya dan
mudahkanlah penyembelihannya”. (HR. Muslim). Apabila kamu memotong binatang maka
sempurnakanlah (HR. Ibn Majah). Mengapa tidak kamu tajamkan pisau itu sebelum hewan itu
kamu baringkan (HR. Hakim).

Rasulullah pun melarang kita kencing di lubang tanah, karena bisa jadi lubang tanah
tersebut adalah sarang serangga. Itulah beberapa contoh bagaimana ajaran Rasulullah SAW
tentang tatacara beretika kepada hewan.

17
Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari,Shahih al-Bukhari, ( Darul Fikr, Beirut, 1981
M/1401 H), Bab : Ma Yukrahu Minal Mutslah, wal Matsburah, wal mujassamah. Lihat juga : Abu Husain Muslim
bin Hajjaj bin Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Darul Jail, Beirut, tanpa Thn), , Bab : Nahyi ‘an
Shabril Bahaim
18
Abu Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, ( Darul Jail,
Beirut, tanpa Thn), , Bab : Nahyi ‘an Dharbil Hayawani fi wajhihi wa wasmihi fiihi
Manusia beradab adalah manusia yang sanggup berbuat ihsan kepada hewan, di dunia
dia mendapat manfaat dari perbuatannya, dan di kahirat pun mendapat pahala dari Allah SWT.

6. Etika Pelestarian Hutan

Tumbuhan sebagai salah satu anggota ekosistem merupakan lingkungan biotik,


tumbuhan pun termasuk sumber daya alam yang terbaharukan. Etika Islam terhadap tumbuhan
banyak dijelaskan oleh Alqur’an dan hadits nabi, antara lain larangan merusak tumbuhan.
Dahulu terjadi, sebelum negara Islam memberangkatkan tentaranya ke medan perang Yarmuk,
Rasulullah berpesan agar jangan membunuh orang yang sudah tua, anak-anak dan perempuan.
Juga berpesan agar tentara jangan menghancurkan tempat-tempat ibadah penganut agama lain,
jangan merusak pohon-pohon. Dalam keadaan perang pun haram menghancurkan pohon
apalagi di dalam situasi dan kondisi yang normal.

Rasulullah menganjurkan :”Tanamlah satu biji walaupun engkau tahu bahwa besok
engkau akan mati”. Ini adalah motivasi untuk melakukan amal investasi berupa penanaman
pohon. Manusia yang beradab adalah manusia yang bukan hanya pandai memanen tetapi
manusia yang rajin menyemai dan menanam. Jika kita menamam hari ini terus dinikmati
hasilnya sepuluh dua puluh tahun kemudian oleh anak cucu kita, maka itulah amal investasi
atau amal jariyah yang bisa mengalirkan pahala terus menerus walaupun orang yang
menanamkan tekah wafat. Kini, kita tidak cukup dengan wakaf semen untuk membangun
masjid teta;pi harus banyak wakaf pohon untuk kelestarian lingkungan. Istilah Go Green dalam
bahasa sekarang sebenarnya telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw 14 abad yang silam.

7. Etika Pemanfaatan Energi

Ciri lain manusia beradab adalah memperlakukan sumber-sumber energi seperti air dan
api termasuk minyak dan gas bumi dengan bijaksana. Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud
tentang kepemilikan kolegial hutan, air dan api. Hadits ini menegaskan bahwa hutan, air dan
api (energi) adalah milik bersama tidak boleh menjadi milik individual. Hadits dari Imran bin
Umair ra riwayat Imam Bukhari, Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibn Majah, dan Malik bin
Anas, tentang larangan memonopoli kepemilikan air dan kewajiban untuk berbagi air kepada
tetangga. Hadits dari Aisyah riwayat Abu Dawud tentang perintah nabi untuk memberi minum
kepada orang yang kehausan. Hadits dari Abdullah bin Zubair ra, riwayat Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Abu Dawud, al-Nasai, Ibn Majah, dan Ahmad, tentang kewajiban berbagai air dalam
mengairi ladang. Hadits dari Imran bin Umair ra, riwayat Bukhari, sebagaimana tertulis di
bawah ini.

‫َال‬
َ ‫َب‬
‫م ق‬.‫ِيِ ص‬ ‫َصح‬
‫َابِ الن‬ ‫َ م‬
‫ِن أ‬ ‫ِين‬ َُ
‫هاجِر‬ ‫َ الم‬ ‫ِن‬
‫ٍ م‬ ‫َج‬
‫ُل‬ ‫َن ر‬َ
َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫ِم‬‫ُسل‬
‫ل الم‬ُ‫ُو‬ َ ‫ه‬
‫يق‬ ُ‫َع‬ َ
‫ثا أسم‬ َ ِ‫ِي‬
ً‫ثَال‬ ‫َب‬‫َ الن‬ ‫مع‬َ ُ ‫َز‬
‫َوت‬ ‫غ‬
,‫ِ (احمد‬‫َّار‬
‫َالن‬‫ء و‬ِ‫َا‬
‫َالم‬‫َِال و‬
‫ِى الك‬ َ ‫ِى‬
‫ثَالثِ ف‬ ‫ء ف‬ُ‫َا‬ ‫شُر‬
‫َك‬
.)‫ابوداود‬
Hadist diterima dari seorang sahabat nabi dari kalangan Muhajirin. ia berkata : “Aku
berperang beserta Rasulullah saw dan saya mendengar Nabi SAW bersabda bahwa kaum
muslimin itu berserikat dalam kepemilikan tiga hal yaitu rerumputan (hutan dan tempat
gembala ), air dan api/energi (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Kepemilikan sumber-sumber air oleh perusahaan air mineral yang sekarang marak di
mana-mana, jika dilihat dari syari’at Islam, itu bisa jatuh kepada tindakan haram. Apalagi
menguasai sumur-sumur minyak dan gas bumi, mengusai tambang batu bara oleh perseorangan
atau sekelompok orang adalah nyata-nyata melanggar amanah Rasulullah saw, itu harus diubah
menjadi milik bersama (baca : negara). Oleh karena itu syari’ah Islam seputar penguasaan
sumber energi harus diilmiahkan dan di DPR – kan agar jelas operasionalisasi dan sanksi
hukum bagi pelanggarnya.

Hadits diterima dari Imran bin Umair ra, ia berkata : Aku mengadu kepada Ubaidillah
bin Abdillah tentang adanya sekelompok orang yang menghalangiku mengambil air. Lalu ia
berkata : bahwa Rasulullah pernah bersabda : “Jangan menolak orang lain mengambil sisa air
setelah ia mencukupiya sendiri dan jangan menolak juga sisa tempat pengembalaan rumput.
(HR. Al-Bukhari, al-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibn Majah, dan Malik bin Anas)

‫من‬َ :‫م قال‬.‫عن عائشة رضي هللا عنها عن النبي ص‬


َ‫َا‬
‫ء‬ ‫د الم‬ َُ ُ ُ
‫يوج‬ ‫َيث‬
‫ء ح‬ ِ‫َا‬‫َ الم‬‫ِن‬‫ه م‬ً‫ب‬َ‫ًا شُر‬‫ِم‬
‫مسل‬ُ ‫َى‬ ‫سَق‬
َ
‫ِن‬ ً‫ب‬
‫ه م‬ َ‫ًا شُر‬
‫ِم‬‫مسل‬ُ ‫َى‬
‫من سَق‬ َ ,‫ه‬
ًَ‫َقب‬
‫ُ ر‬ ‫ُعت‬
‫ِق‬ ‫َا الم‬‫نم‬ََّ
‫َأ‬‫َك‬‫ف‬
‫ها (رواه‬ َ‫َا‬ َ
‫َا أحي‬ ‫نم‬ َ
َّ‫َأ‬‫َك‬
‫ء ف‬َ‫َا‬
‫د الم‬ َُ
‫يوج‬ ُ ُ
‫َيث‬‫ء ح‬ِ‫َا‬‫الم‬
)‫بن ماجه‬
Hadits diterima dari Aisyah ra ‘ dari Nabi saw, Barang siapa yang memberi minum
kepada seorang muslim dengan air ketika air itu ada, seakan-akan memerdekakan seorang
budak. Barang siapa yang memberi minum dengan air ketika air tidak ada, seakan-akan ia
menghidupkannya (dari kematian).” (H.R. Abu Dawud).
ً‫َج‬
‫ُال‬ ‫ن ر‬ََّ
‫ه أ‬ُ‫ث‬َ‫د‬ََ
‫ن ح‬ ََّ
‫عبد هللا بن زبير رضي هللا عنهما أ‬
‫د النبي صلى هللا عليه‬ َ‫ِن‬‫ِ ع‬ ‫بير‬َُ‫َ الز‬ ‫َاص‬
‫َم‬ ‫ خ‬,ِ ‫َار‬‫َ األَنص‬
‫ِن‬‫م‬
َ
‫َّخل‬‫ها الن‬ َِ‫ن ب‬ َ‫ُو‬ ‫يسق‬َ ‫ِى‬ ‫الت‬ َّ ِ ‫َّة‬
‫َر‬ ‫ِ الح‬ ‫َاج‬‫ِر‬‫وسلم فىِ س‬
‫َليه‬
ِ َ‫بى ع‬ َ
َ‫َأ‬‫ُّ ف‬ ‫ُر‬‫يم‬َ ‫ء‬ َ‫َا‬ ‫ِح الم‬ ‫ِيُّ سَر‬‫َار‬ ‫ل األَنص‬ َ‫َا‬
‫َق‬‫ف‬
‫بير‬ َُ
‫يا ز‬ َ ِ َ
‫بيِر أسق‬ َُّ
‫ِلز‬ ‫م ل‬.‫ِيِ ص‬ ‫َّب‬
‫د الن‬ َ‫ِن‬‫َا ع‬ ‫َم‬‫َص‬‫َاخت‬‫ف‬
ِ
َ‫َا‬
‫ل‬ ‫َق‬
‫ِيُّ ف‬‫َار‬ َ
‫َ األنص‬ ‫ِب‬‫َض‬
‫َغ‬‫َ ف‬ ‫ِك‬‫َار‬‫َِلى ج‬ ‫ء إ‬َ‫َا‬ ‫ِل الم‬ َ
‫َّ أرس‬‫ثم‬ُ
‫ه رسول هللا عليه وسلم‬ َ‫َج‬ ‫ن و‬ َ‫لو‬َُّ
‫َت‬‫ُكَ ف‬ ‫َم‬
‫َّت‬ ‫ُ ع‬‫ن بن‬ َ‫َا‬ ‫َن ك‬‫أ‬
ُ
‫يرجِع‬ َ ‫َّى‬
‫َت‬‫َ ح‬َ‫ء‬َ‫َا‬‫ِس الم‬ ‫ِحب‬ ‫َّ إ‬‫ثم‬ُ ِ‫بير‬ َُ
‫يا ز‬ َ ِ َ
‫ل أسق‬ َ‫َا‬ ‫ثم ق‬
‫ية‬َ‫ِ اآل‬ ‫ِه‬
‫هذ‬َ ُ‫ِب‬ َ
‫ِى َألحس‬ ‫َهللاُ إ‬
‫ِن‬ ‫ِ و‬ ‫بير‬َُّ
‫ل الز‬ َ‫َا‬‫َق‬‫ِ ف‬‫َدر‬ ‫َِلى الج‬ ‫إ‬
َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫ُم‬ ‫َّى يح‬
‫َك‬ ‫َت‬‫ن ح‬ َ‫ُو‬‫ِن‬
‫يؤم‬ ُ ‫ِكَ َال‬ ‫َب‬‫َر‬‫ََال و‬‫ِكَ ف‬‫َال‬ ‫ِى ذ‬ ‫ََلت ف‬‫نز‬َ
,‫ الترميذى‬,‫ مسلم‬,‫هم (البخارى‬ َُ‫بين‬ َ َ‫َر‬‫َا شَج‬ ‫ِيم‬‫ف‬
)‫ أحمد‬,‫ ابن ماجه‬,‫ النسائى‬,‫أبو داود‬
Hadts diterima dari Abdullah bin Zubair ra, bercerita bahwa bahwa ada seorang pria
dari kalangan Anshar yang bertengkar dengan Zubair di dekat Nabi saw di Sarraj al-Hurrah
yang sedang mengairi kebun kurma. Orang Anshar itu berkata kepada Zubair “biarkanlah air
itu lewat” , lalu mereka bertengkar di dekat nabi saw. Nabi saw bersabda: (Hai Zubeir), alirkan
air itu ke tanahmu, kemudian alirkan ke tanah tetanggamu”. Ternyata orang Anshar itu marah
kepada Nabi karena Zubair itu, anak bibinya. Wajah Rasulullah saw merah padam lantas
bersabda :” alirkan air itu ke tanahmu dan tahanlah hingga naik ke batas tanah !”. Menurut
Zubair : Demi Allah, aku menduga ayat ni turun karena persoalan itu, yaitu ayat yang artinya :
‘Tidak demikian, tidak beriman mereka itu. Sehingga mereka berhukum kepadamu pada apa
yang mereka bertengkar di antara mereka’ . (HR. Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, Abu Dawud,
al-Nasai, Ibn Majah, dan Ahmad).

‫عن عمران بن عمير قال شكوت إلى عبيد هللا بن عبد‬


َ‫َا‬
‫ل‬ ‫ة ق‬ََ
‫َير‬‫هر‬ ََ
ُ‫با‬‫ُ أ‬‫ِعت‬ َ‫َا‬
‫ل سَم‬ ‫َق‬‫ء ف‬ َ ‫ِى‬
َ‫ما‬ ‫ُون‬ ‫َع‬ َ ً
‫من‬ ‫هللا قوما‬
‫َب‬
‫م‬.‫ِيِ ص‬ ‫َِلى الن‬ َُ
‫ه إ‬ ‫َع‬ ‫َد ر‬
‫َف‬ ‫ِالَّ ق‬
‫ه إ‬ َ َ
ُ‫ََال أعلم‬
‫ِى و‬ ‫َسع‬
‫ُود‬ ‫الم‬
,‫مسلم‬,‫َى ( البخارى‬ ‫مرع‬ َ ُ ‫َضل‬‫ُ ف‬‫َع‬
‫يمن‬ َ ‫ل َال‬َ‫َا‬
‫ق‬
)‫ مالك‬,‫ احمد بن ماجه‬,‫ ابوداود‬,‫الترميذى‬
Hadits diterima dari Imran bin Umair ra, ia berkata : Aku mengadu kepada Ubaidillah bin
Abdillah tentang adanya sekelompok orang yang menghalangiku mengambil air. Lalu ia
berkata : bahwa Rasulullah pernah bersabda : “Jangan menolak orang lain mengambil sisa air
setelah ia mencukupiya sendiri dan jangan menolak juga sisa tempat pengembalaan. (HR. Al-
Bukhari, al-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, Ibn Majah, dan Malik bin Anas)

ًَ
‫ة‬‫ن شُعب‬َ‫ُّو‬
‫ِت‬ ‫ٌس‬
‫ِضع‬‫ن ب‬ُ‫َا‬‫َِِليم‬ ‫ ا‬: ‫عن أبى هريرة قال‬
َُ
‫ه‬‫ماط‬َِ
‫ها إ‬ َ َ
َ‫دنا‬ ‫ِالَّ هللاِ و‬
‫َأ‬ َ‫َِل‬
‫ه إ‬ َ ‫ل‬
‫الإ‬ ُ‫َو‬ َ‫ل‬
‫ها ق‬ ‫َفض‬
ََ ‫َأ‬‫ف‬
ِ‫َان‬ ‫َ اِل‬
‫ِيم‬ ‫ِن‬‫ٌ م‬‫ة شُعب‬
‫َة‬ ُ‫َا‬ ‫َي‬ ‫َالح‬
‫ِ و‬‫ِيق‬‫َّر‬
‫َن الط‬‫َى ع‬ ‫األَذ‬
)‫(رواه مسلم وابوداود والنسائ وابن ماجه‬
Dari Abu Hurairah, katanya : ‘Iman itu ada 69 cabang. Iman yang paling utama adalah ucapan
Laa ilaaha illa Allah, sedangkan iman yang paling rendah adalah membuang kotoran /duri
dari jalan. Malu adalah sebagian dari iman. (HR. Muslim, Abu Dawud, al-Nasai, dan Ibn
Majah)

Juga beliau melarang kita kencing di air yang tidak mengalir (HR.Abdullah bin
Mughaffal). Rasulullah menyuruh kita agar berhemat dengan air. Beliau bersabda :”Hematlah
dengan air walaupun kamu hidup di pinggir sungai”.

Itulah beberapa contoh bagaimana Islam mengatur etika terhadap lingkungan abiotik
sebagai bagaian dari peradaban Ilahiyah. Dengan penjelasan seputar etika pengembangan
lingkungan ini Mari kita jadikan diri kita sebagai peloplor, bukan hanya pelopor pencegahan
kerusakan lingkungan tetapi pelopor pengembangan lingkungan dengan target akhir
terwujudnya lingkungan yang “rahmatan lil alamin” (rahmat bagi segenap alam) dalam suatu
negeri yang “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” (negeri yang baik dan penuh ampunan).
Amin ya Allah ya Rabbal ‘alamin.

Alangkah baiknya apabila kita membuat berbagai macam sarana untuk melestarikan
lingkungan antara lain membangun reservoar, sumur resapan, danau penampungan, pembibitan
dan penanaman pohon-pohon pilihan, dan penangkaran hewan langka. Mari kita mengail ridha
Allah melalui amal ekosistem, mari kita menjadi pahlawan ekosistem.

Unsur-unsur peradaban adalah benda-benda (meterial), simbol-simbol (sign), ilmu


pengetahuan (science), nilai (value), norma (norm), yang terpadu secara kohern dan menjadi
ciri khas cara hidup dan kehidupan sebuah masyarakat. Jadi peradaban Ilahiyah adalah
peradaban yang dibangun di atas nilai-nilai Islam yang bersumber pada Alqur’an dan Sunnah
Rasulullah saw. Indikator peradaban Ilahiyah antara lain :
 Benda-bendanya tidak boleh mengarah kepada syirik misalnya patung-patung paganisme.
 Simbol-simbol yang ada harus mengarah kepada pengagungan kepada Allah, jangan ada
simbol yang membawa nilai kemusyrikan, atau pensucian makhluk-makhluk tertentu.
 Ilmu pengetahuan yang dikembangkan harus berazaskan tauhidullah, bermanfaat, tidak
mubadzir, dan mempermudah manusia beribadah kepada Allah, bukan ilmu pengetahuan
teknologi dan seni yang membawa kepada kehancuran umat.
 Masyarakatnya terikat nilai-nilai Tawhidullah dan konsisten dengan nilai-nilainya.
 Menjalankan syari’ah Allah dengan baik dan menyeluruh (kaffah).
 Berakhlakul karimah, baik kepada Allah, kepada manusia maupun kepada lingkungan hidup.
 Pengembangan ilmu, teknologi dan seni sangat giat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat.
 Giat mencari ma’isyah atau bekal untuk memenuhi hajat hidupnya.
 Hormat dan taat kepada ayah, ibu dan guru.
 Bersikap ukhuwah kepada sesama muslim
 Bersikap tasammuh kepada nonmuslim
 Bersikap ihsan kepada hewan, hutan, dan energi.
 Setiap individu bersikap syukur nikmat.
 Para pimpinan menjadi tauladan. Rakyat taat dan hormat kepada pimpinannya.

Peradaban dengan ciri-ciri seerti itulah yang harus kita bangun. Mari kita menjadi
pembangun peradaban Ilahiyah, peradaban Qur’ani, peradaban yang diamanahkan oleh
baginda Rasullah saw. Untuk mewujudkannya, kita bisa , saya bisa, Anda juga bisa, semua
bisa, asal kita memiliki niat yang ikhlas, tekad yang kuat, disertai dengan amal yang serius.
Peradaban Ilahiyah, peradaban Islami, peradaban Qur’ani, insya Allah terwujud. Yes....! Ya
Rabb, mudah-mudahan Engkau membimbing kami semua dalam rangka mewujudukan
peradaban Ilahiyah, amin....!

Anda mungkin juga menyukai