Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila pada Era Orde Lama

Pada masa orde lama yaitu pada masa kepemimpinan presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi, dimana Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai
keyakinan, dan kepribadian bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila yang berangkat dari mitologi
atau mitos yang disampaikan oleh Presiden Soekarno, belum jelas dapat mengantarkan bangsa
Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini
untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia.
Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya yang berada di dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini merupakan masa
pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.

1. Periode 1945-1950
Pada periode ini, dasar negara yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem
pemerintahan presidensil, namun dalam prakteknya sistem ini tidak dapat terwujudkan setelah
penjajahan dapat diusir. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan, dan
muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar Negara dengan faham komunis
oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan oleh DI/TII yang ingin
mendirikan Negara dengan berlandaskan Agama Islam.
2. Periode 1950-1959
Pada periode ini, Pancasila diterapkan sebagai ideologi liberal yang pada kenyatannya tidak
dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar Negara tetap Pancasila, tetapi rumusan
sila ke-empat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Dalam bidang
politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling
demokratis.
3. Periode 1959-1965
Pada periode ini, bangsa Indonesia menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Akan tetapi,
demokrasi pada periode ini justru tidak berada dan memihak pada kekuasaan rakyat (walaupun
yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila) melainkan kepemimpinan berada pada kekuasaan
pribadi presiden Soekarno (melaksanakan pemahaman Pancasila dengan paradigma USDEK;
UUD 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, dan kepribadian
nasional). Sehingga terjadi berbagai penyimpangan penfsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi yang berakibat pada ke-otoriteran presiden Soekarno yang menjadi presiden seumur
hidup dan membuat politik konfrontasi, serta menggabungkan nasionali, agama, dan komunis,
yang ternyata tidak cocok dengan kehidupan Negara Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
kemerosotan moral sebagain masyarakat yang sudah tidak mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain serta terjadi
masalah-masalah yang memprihatinkan, seperti kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang semakin
merosot.

B. Pancasila pada Era Orde Baru


Pada masa orde baru, pemerintah ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang menyimpang dari Pancasila melalui
program P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa.
Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus
berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan, tetapi tidak sebanding dengan
implementasi dan aplikasinya yang buruk. Beberapa tahun kemudian, kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan ternyata sudah tidak sesuai dengan jiwa dan nilai-nilai dari Pancasila (Pancasila
ditafsirkan sesuai dengan kepentingan penguasa pemerintahan dan tertutup bagi tafsiran lain).
Pancasila yang dijadikan indoktrinasi (melalui pengajaran P4 yang dilakukan di sekolah-
sekolah melalui pembekalan atau seminar; asa tunggal, dimana presiden Soeharto
memperbolehkan rakyat untuk membentuk organisasi-organisasi dengan syarat berasaskan
Pancasila; stabilisasi dengan kekuatan militer, dengan melarang adanya kritikan-kritikan yang
dapat menjatuhkan pemerintah karena dianggap menyebabkan ketidakstabilan di dalam negara)
oleh presiden Soeharto untuk melanggengkan kekuasaanya.
Selama pemerintahannya, presiden Soeharto melakukan beberapapenyelewengan dalam
penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik (demokrasi yang terpusat pada
pemerintah). Selain itu, presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislatif, eksekutif,
dan yudikatif (peraturan yang dibuat harus sesuai dengan persetujuannya) ; melemahkan aspek-
aspek demokrasi terutama pers karena dinilai membahayakan kekuasaanya (dengan membentuk
Departemen Penerangan atau lembaga sensor secara besar-besaran yang bertujuan agar setiap
berita yang dimuat di media tidak menjatuhkan pemerintahan). Praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme merajalela di kalangan para pejabat pada masa ini, sehingga Indonesia juga
mengalami krisis moneter yang disebabkan oleh ketidakstabilan keuangan negara dan banyaknya
hutang kepada pihak negara asing. Hal ini mengakibatkan tidak berjalannya demokratisasi dan
pelanggaran HAM (dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara) yang mulai terjadi dimana-
mana.

C. Pancasila pada Era Reformasi


Reformasi yang belum berlangsung dengan baik (Pancasila yang belum difungsikan
secara maksimal sebagaimana mestinya) dan banyaknya masyarakat yang belum memahami
makna Pancasila sesungguhnya membuat eksistensi Pancasila masih banyak dimaknai sebagai
konsepsi politik yang substansinya belum mampu diwujudkan secara riil.
Pada era reformasi, Pancasila bertindak sebagai re-interpretasi (Pancasila harus selalu di-
interpretasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, dan harus relevan dan kontekstual
serta harus sinkron atau sesuai dengan kenyataan pada zaman saat itu.) Berbagai perubahan pun
dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah ideologi
Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum terjawab.
Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi dipertanyakan karena tidak jauh berbeda
dengan Pancasila pada masa orde lama dan orde baru.
Perdebatan mengenai relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan sebagai ideologi masih
kerap terjadi saat ini. Seakan Pancasila tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila yang telah banyak diselewengkan, dianggap sebagai bagian dari
pengalaman buruk di masa lalu dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi penyebab kehancuran.
Tantangan-tantangan pada masa reformasi dalam mempertahankan ideologi Pancasila
adalah KKN yang merupakan masalah-masalah yang sangat besar dan sulit untuk
dituntaskan.Pada masa ini, korupsi sudah merajalela. Selain KKN, globalisasi menjadi racun
bagi bangsa Indonesia (semakin lama Ideologi Pancasila akan tergeruts oleh ideologi liberal dan
kapitalis).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
 Periode 1945-1950
Pancasila diterapkan dalam sistem demokrasi parlementer dengan sistem pemerintahan
presidensial.
 Periode 1950-1959
Pancasila diterapkan dalam sistem demokrasi liberal dengan sistem pemerintahan parlementer .
 Periode 1959-1965
Pancasila diterapkan dalam sistem demokrasi terpimpin dengan sistem pemerintahan
presidensial.
2. Pancasila pada masa orde baru pancasila diimplementasikan dalam sistem demokrasi
terpimpin dengan sistem pemerintahan presidensial.
3. Pancasila pada masa reformasi diimplementasikan dalam sistem demokrasi pancasila dengan
sistem pemerintahan presidensial.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba Allah yang tak luput dari salah.

DAFTAR PUSTAKA

 Tim Lembaga Analisis Informasi, Kontroversi Supersemar dalam Transisi Kekuasaan


Soekarno-Soeharto, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007.
 Salm B, Filsafat Pancasilaisme, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
 Soesmadi, Hartati, Pemikiran tentang Filsafat Pancasila, Cetakan ke-2, 1992.
 Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD '45 dalam Paradigma Reformasi, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003.
 Oetojo Oesman, Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa, Surabaya: Karya Anda, 1993.
 Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, Pancasila Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani, Jakarta: Kencana, 2012.
 Dikti, Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, 2013

 Juliardi, Budi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Press,
2014.

Anda mungkin juga menyukai