Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PKK II

ASKEB PATOLOGI PERDARAHAN ANTEPARTUM

Disusun oleh:

Ni Wayan Sri Sunarsih

NIM. P3.73.24.4.17.009

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


PROGRAM RPL D-III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Segala puji Kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah mata kuliah PKK II ini dengan baik .

Bersama dengan ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yag telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dalam

penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan

makalah ini dan sebagai pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan

tugas-tugas yag lain di waktu yang akan datang. Semoga dengan adanya

tugas ini, kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu

pengetahuan.

Jakarta, Februari 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yan g terjadi setelah

kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya

daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.

Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan

yang tetap berbahaya dan mengancam jiwa ibu.

2. TUJUAN

Untuk mengetahui kelainan tentang Perdarahan Antepartum.

Menjelaskan tentang macam - macam penyebab perdarahan Antepartum

Menjelaskan Penatalaksanaan pada ibu dengan kasus HAP


BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
1. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
diatas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur
kehamilan di atas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan pada trimester ketiga. Perdarahan antepartum dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan :
1) Plasenta previa
2) Solutio plasenta
3) Pecahnya sinus marginalis
4) Pecahnya vasa previa
b. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan :
1) Pecahnya varises vagina
2) Perdarahan polipus servikalis
3) Perdarahan perlukaan serviks
4) Perdarahan karena keganasan serviks.
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua
persalinan. Sedangkan kejadian perdarahan antepartum di rumah sakit lebih
tinggi karena menerima rujukan.
Penangan perdarahan antepartum memerlukan perhatian karena dapat saling
mempengaruhi dan merugikan janin dan ibunya. Setiap perdarahan
antepartum yang dijumpai oleh bidan, sebaiknya dirujuk ke rumah sakit atau
ke tempat dengan fasilitas yang memadai karena memerlukan tatalaksana
khusus.

1. Plasenta Previa
a. Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan suatu bentuk kelainan letak pada plasenta,
dimana plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang
normal adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atu di daerah
fundus uteri.
Secara teoritis plasenta previa dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :
1) Plasenta previa totalis yaitu plasenta menutupi seluruh osteum uteri
internum.
2) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4) Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga tepi bawahnya barada pada jarak lebih kurang 2 cm
dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak
normal.
Derajat plasenta previa sebagian besar akan bergantung pada pembukaan
serviks saat diperiksa. Sebagai contoh, plasenta letak rendah pada
pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta parsialis pada pembukaan 8 cm
karena servik yang berdilatasi mengakibatkan seolah-olah plasenta juga ikut
berpindah atau bergeser. Sebaliknya plasenta previa yang tampak total
sebelum ada pembukaan akan menjadi plasenta previa parsialis pada
pembukaan 4 cm karena serviks berdilatasi di luar tepi plasenta. Palpasi
dengan jari untuk memastikan hubungan perubahan antara tepi plasenta dan
os interna sewaktu serviks membuka dapat memicu terjadinya perdarahan
hebat.

b. Etiologi Plasenta Previa


Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada:
1) Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek sehingga
endometrium bellum sempat tumbuh.
2) Mioma uteri yang mengakibatkan perubahan endometrium
3) Kuretase yang berulang
4) Usia lanjut hal ini disebabkan oleh tumbuh endometrium yang kurang
subur.
5) Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok
berat.
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang
tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik yaitu di tempat yang rendah dekat ostium
uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan luas, seperti
pada eritroblastosis, diabetes melitus, atau kehamilan multipel.

c. Gambaran Klinis Plasenta Previa


Hal yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak nyeri.
Darah yang keluar berwarna merah segar . perdarahan biasanya baru terjadi
pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak
banyakdan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab
yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Perdarahan pada plasenta
previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi pergeseran antara
plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu regangan dinding rahim dan
tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan
bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru. Pada setiap pengulangan
terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta
letak rendah plasenta baru terjadi pada waktu mulai persalinan. Perdarahan
bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahan
diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat
segmen atas rahim. Dengan demikian perdarahan bisa berlangsung sampai
pasca persalinan.servik dan segemen bawah rahim pada plasenta previa
menjadi rapuh sehingga memperbanyak terjadinya perdarahan.
Bagian terendah janin sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul. Terdapat kelainan lletak pada janin dimana letak janin tidak dalam
letak memanjang. Pada palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa
nyeri dan perut tidak tegang.

d. Diagnosis Plasenta Previa


Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang, warna darah
merah segar. Klinis kelainan letak dari perabaan fornises teraba bantalan
lunak pada presentasi kepala.
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan billa dilakukan di
kamar operasi yang telah siap untuk melaukan opersai segera dan donor
darah. Secara “double set-up” ini hanya dilakukan apabila akan dilakukan
terapi aktif yaitu apabila kehamilan akan diterminasi.
Diagnosis plasenta previa dengan perdarahan sedikit diterapi dengan cara
ekspektatif ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan bantuan USG
diagnosis plasenta previa/letak rendah seringkali sudah dapat ditegakkan
sejak dini sebelum kehamilan trimester ketiga. Namun, dalam
perkembangannya dapat terjadi migrasi plasenta. Sebenarnya buka plasenta
yang berpindah tetapi dengan semakin berkembangnya segmen bawah rahim,
plasenta yang berimplantasi pada tempat tersebut akan ikut naik menjauhi
ostium uteri internum.

e. Komplikasi
Ibu hamil yang mengalami pllasenta previa dapat mengalami beberapa
komplikasi, ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan
fatal yang disebabkan oleh :
1) Pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin
banyak serta perdarahan yang terjadi tidak dapat dicegah sehingga penderita
mengalami anemia bahkan syok.
2) Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat
segmen ini yang tipis mengakibatkan jaringan trofoblast dengan mudah
menginvasi menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium
dan menjadi penyebab terjadinya plasenta inkreta atau bahkan perkreta.
3) Serviks dan segemen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak.
4) Kelainan letak janin lebih sering terjadi.
5) Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak bisa dihindari. Hal ini
disebabkan karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan
dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan kurang dari 37 minggu dapat
dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan
pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin untuk
antisipasi.

f. Penatalaksanaan Plasenta Previa


Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan
yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta
previa adalah :
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan
ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian. Dengan seksio
sesarea juga dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga dapat
berkontraksi dan menghentikan perdarahan, selain itu juga dapat mencegah
terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan
pervaginam. Seksio sesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan
plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat.
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan pada
plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, dan plasenta previa lateralis
yang menutupi sebagian dari ostium internum. Pada plasenta previa lateralis
yang plasentanya terletak di belakang lebih baik dilakukan seksio sesarea,
karena pada pemecahan ketuban kepala kurang menekan pada plasenta. Hal
ini disebabkan kepala tertahan di promontorium yang dilapisi oleh jaringan
plasenta. Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena :
a) Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala
anak menekan pada plasenta.
b) Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan
dinding rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding
rahim.
Jika his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban dapat
diberikan infus pitosin. Jika perdarahan tetap ada dilakukan seksio sesarea.
3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Dalam
melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan :
a) Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan
b) Sedapat mungkin diantar oleh petugas
c) Dilengkapi keterangan secukupnya
d) Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah.
Beberapa bentuk pertolongan lainnya pada plasenta previa, antara lain :
1) Versi Braxton Hicks
Tujuan dari braxton hicks ialah untuk mengadakan tamponade plasenta
dengan bokong dan untuk menghentikan perdarahan dalam rangka
menyelamatkan ibu.
Versi braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati ataupun
masih hidup. Mengingat bahayanya yaitu robekan pada serviks dan pada
segmen bawah rahim, perasat ini tidak pernah dilakukan lagi pada rumah sakit
yang besar. Akan tetapi, jika pasien berdarah banyak, anak sudah meninggal
dan kita mendapat kesulitan dalam memperoleh darah atau kamar operasi
maka cara braxton hicks dapat dipertimbangkan.
2) Cunam Willet Gauss
Tujuannya adalah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan kepala.
Dimana kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet gauss dan diberati
dengan timbangan 500 gram. Perasat ini sekarang tidak pernah dilakukan.

2. Solusio Plasenta
a. Definisi Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan
implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya plasenta
sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding
rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.
Solusio plasenta lebih berbahaya daripada plasenta previa bagi ibu hamil dan
janinnya. Pada perdarahan tersembunyi yang luas dimana perdarahan
retroplasenta yang banyak dapat mengurangi sirkulasi utero-plasenta dan
menyebabkan hipoksia pada janin. Selain itu, pembentukan hematoma
retroplasenta yang luas bisa menyebabkan koagulopati konsumsi yang fatal
bagi ibu.

b. Klasifikasi Solusio Plasenta


Solusio plasenta ada bermacam, diantaranya plasenta dapat terlepas pada
pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas
(solusio plasenta parsialis), atau bisa juga seluruh permukaan maternal
plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam
banyak kejadian akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk
seterusnya mengalir di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan
ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina. Namun dalam solusio plasenta
ada kalanya darah tidak keluar melalui vagina, jika :
1) Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2) Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3) Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban
pecah karenanya.
4) Bagian terbawah janin umumnya kepala, menempel ketat pada
segmen bawah rahim.
Secara klinis solusio plasenta dibagi berdasarkan berat ringannya gambaran
klinis dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio
plasenta ringan, solusio plasenta sedang, dan solusio plasenta berat. Solusio
plasenta ringan biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya
hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau ada ruptur sinus
marginalis. Pembagian secara klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif
karena solusio plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio
plasenta yang ringan bisa berkembang menjadi lebih berat dari waktu ke
waktu. Keadaaan umum penderita bisa menjadi buruk apabila perdarahannya
cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage.
1) Solusio plasenta ringan
a) Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
b) Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
c) Keadaan umum ibu dan janinnya tidak mengalami gangguan
d) Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.

2) Solusio plasenta sedang


a) Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ bagian tetapi belum mencapai 2/3
bagian.
b) Dapat menimbulkan gejala klinik seperti : perdarahan dengan rasa
sakit, perut tersa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit
teraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang.
c) Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
d) Dapat terjadi ganguan pembekuan darah.
3) Solusio plasenta berat
a) Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian.
b) Terjadi perdarahan disertai nyeri.
c) Penyulit bagi ibu sperti :
(1) Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan
meningkat.
(2) Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
(3) Pada pemeriksaan dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok,
tidak sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis.
(4) Pemeriksaan abdomen tegang, bagian jani sulit diraba, dinding perut
terasa sakit, dan janin telah meninggal dalam rahim.
(5) Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
(6) Solusio plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan
kontraksi dan atonia uteri.
c. Penyebab solusio Plasenta
Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan
perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.
Penyebab solusio plasenta antara lain :
1) Trauma langsung terhadap uterus hamil :
a) Terjatuh terutam tertelungkup
b) Tendangan anak yang sedang digendong
c) Atau trauma langsung lainnya
2) Trauma kebidanan artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan
kebidanan yang dilakukan :
a) Setelah versi luar
b) Setelah memecahkan ketuban
c) Persalinan anak kedua hamil kembar
3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek
Faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil pada usia tua
b) Mempunyai tekanan darah tinggi
c) Bersamaan dengan preeklamsia dan eklamsia
d) Tekanan vena cava inferior yang tinggi
e) Kekurangan asam folat

d. Gambaran Klinis Solusio Plasenta


Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat
ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Gejala dan
tanda klinis yang klasiok dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan
yang berwarna tua keluar melalui vagina, rasa nyeri perut dan uterus tegang
terus-menerus mirip his partus prematurus.
1) Solusio Plasenta Ringan
Pada solusio plasenta ringan tidak ada gejala kecuali hematoma yang
berukuran beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta.
Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,
sehingga belum keluar melalui vagina. Tanda-tanda vital dan keadaan umum
ibu ataupun janin masih baik. Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai
kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada tempat terbentuk
hematom dan perut sedikit tegang tapi bagian-bagian janin masih bisa teraba.
2) Solusio Plasenta Sedang
Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah sudah jelas seperti rasa nyeri pada
perut yang terus menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan
gawat janin, perdarahan tampak keluar lebih banyak, taki9kardia, hipotensi,
kulit dingi dan keringatan, oliguria mulai ada , kadar fibrinogen berkurang
antara 150 sampai 250 mg/100 ml dan mungkin kelainan pembekuan darah
dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada.
Rasa nyeri dan tegang perut jelas sehingga bagian-bagia janin sulit teraba.
Rasa nyeri akut, perdarahan pervaginam berwana kehitaman, penderita pucat
karena mulai syok sehingga keringat dingin.keadaan janin biasanya sudah
gawat.
3) Solusio Plasenta Berat
Perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai
perdarahan yang berwarna hitam. Sehingga palpasi bagian-bagian janin tidak
mungkin lagi dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi daripada seharusnya hal ini
terjadi karena penumpukan darah di dalam rahim. Jika dalam masa observasi
tinggi fundus betrtambah lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung.
Pada inspeksi rahim kelihatan membulat dan kulit diatasnya kencang dan
berkilat. Pada auskultasi DJJ tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomik
dan fungsi plasenta. Keadaan umum menjadi buruk disertai syok.
Hipofibrinogemia atau rendahnya kadar fibrinogen di dalam darah dan oliguria
telah terjadi sebagai akibat komplikasi pembekuan darah intravaskular yang
luas dan gangguan fungsi ginjal. Kadar fibrinigen darah rendah yaitu kurang
kurang dari 150 mg% dan teoah ada trombositopenia.

e. Diagnosis Solusio Plasenta


Diagnosis solusio plasenta dapat ditegalkkan dengan melakukan :
1) Anamnesa
a) Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
b) Terjadi spontan atau karena trauma
c) Perut terasa nyeri
d) Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
2) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan fisik umum
(1) Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
(2) Tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
(3) Penderita tampak anemis
b) Pemeriksaan khusus
(1) Palpasi abdomen
(a) Perut tegang terus menerus
(b) Terasa nyeri saat palpasi
(c) Bagian janin sukar ditentukan
(2) Auskultasi
(a) Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat.
(3) Pemeriksaan dalam
(a) Terdapatnya pembukaan
(b) Ketuban tegang dan menonjol
(c) Pemeriksaan penunjang denga USG, dijumpai perdarahan antara
plasenta dan dinding abdomen.

f. Komplikasi Solusio Plasenta


Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada solusio plasenta, sebagai berikut :
1) Penyulit komplikasi ibu
a) Perdarahan yang dapat menimbulkan variasi turunnya tekanan darah
sampai keadaan syok, perdarahan yang terjadi tidak sesuai dengan keadaan
penderita anemis sampai syok, dan kesadaran penderita dari baik sampai
koma.
b) Ganguan pembekuan darah disebabkan karena masuknya
tromboplastin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah
intravaskular dan disertai hemolisis. Selain itu juga terjadi penurunan
fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
c) Oligouria, hal ini terjadi karena terdapatnya sumbatan glomerulus
ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d) Perdarahan postpartum. Pada solusio plasenta se3dang sampai berat
terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri, dan kegagalan pembekuan
darah dapat menambah beratnya perdarahan.

2) Penyulit pada janin


Perdarahan yang tertimbun dibelakan plasenta mengganggu sirkulasi dan
nutrisi ke arah janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat
dan kematian di dalam rahim. Kematian janin tergantung dari seberapa bagian
plasenta telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.

g. Penatalaksanaan Solusio Plasenta


Penanganan solusio plasenta harus dilakukan rawat inap di rumah sakit yang
memadai.ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap
termasuk kadar Hb dan golongan darah serta gambaran pembekuan darah.
Jika diagnosis belum jelas dan janin masih hidup tanpa tanda-tanda gawat
janin observasi ketat dengan kesiagaan dan fasilitas yang bisa segera
diaktifkan untuk intervensi jika sewaktu-waktu muncul kegawatan.
Persalinan mungkin pervaginam atau juga mungkin perabdominal tergantung
pada banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau
belum, dan tanda-tanda gawat janin. Penanganan terhadap solusio plasenta
bisa bervariasi sesuai berat ringannya penyakit, usia ibu, serta keadaan ibu
dan janinnya. Jika janin masih hidup dan cukup bulan serta belum ada
tanda-tanda persalinan pervaginam maka dilakukan bedah caesar. Pada
perdarahan yang cukup banyak segera lakukan resusitasi dengan pemberian
transfusi darah dan kristaloid yang cukup diikuti persalinan yang cepat untuk
mengendalikan perdarahan dan menyelamatkan ibu dan janin. Bedah caesar
dilakukan pada kasus yang berat atau telah terjadi gawat janin.
Jika janin telah mati dalam rahim maka lebih sering dipilih persalinan
pervaginam kecuali jika ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan
transfusi darah atau ada indikasi obstetrik untuk melakukan persalinan
perabdominal. Pada persalinan pervaginam diperlukan upaya stimulasi
miometrium secara farmakologikatau masase agar kontraksi miometrium baik.
Hal ini untuk mencegah terjadinya perdarahan sekalipun masih terjadi
gangguan pembekuan darah.

3. Pecahnya Sinus Marginalis


Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang baru diketahui
setelah persalinan. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa rasa sakit
dan menjelang pembukaan lengkap perlu dipikirkan adanya perdarahan
karena sinus marginalis yang pecah. Bahya dari pecahnya sinus marginalis
tidak terlalu membahayakan janin dan ibu.

4. Perdarahan Karena Pecahnya Vasa Previa


Vasa previa adalah keadaan dimana pembuluh darah janin berada di dalam
selaput ketuban dan melewati ostium uteri internum kemudian sampai ke
dalam insersinya pada tali pusat. Perdarahan terjadi bila selaput ketuban yang
melewati pembukaan serviks robek atau pecah dan vaskular janin pun ikut
terputus.
Faktor resiko antara lain pada plasenta bilobata, plasenta suksenturiata,
plasenta letak rendah, kehamilan pada vertilisasi in vitro, dan kemailan ganda
terutama triplet. Secara teknis keadaan ini dimungkinkan pada dua situasi
yaitu pada insersio velamentosa, dan plasenta suksenturiata. Pemeriksaan
terbaik adalah dengan elektroforesis. Bila diagnosis dapat ditegakkan sebelum
persalinan maka tindakan terpilih untuk menyelamatkan janin adalah dengan
seksio sesarea.

5. Perdarahan yang Tidak Ada Hubungannya Dengan Kehamilan.


Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan tidak akan
membahyakan janin dalam rahim. Tetapi lebih memberatkan ibu. Perdarahan
yang terjadi dapat terjadi sebelum hamil trimester ketiga.
Keadaan umum penderita dan janin dalam rahim tidak terpengaruh banyak
karena sifat perdarahan sedikit, spotting atau internitten.
Untuk dapat menegakkan asal perdarahan dapat ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan dalam dan melakukan pemeriksaan inspekulo.
Adapun perdarahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
a. Varises yang pecah
b. Polipus serviks atau endometrium
c. Perlukaan serviks
d. Keganasan pada serviks
e. Penangan lebih lanjut bidan bisa melakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap.

6. Plasenta circumvallata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan vetalis dekat
pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta,
sedangkan jeringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh kesamping
dibawah desidua. Diduga bahwa corionfrondosum terlalu kecil dan untuk
mncukupi kebutuhan, villi menyerbu kedalam desidua di luar permukaan
frondosum, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi. Insidensinya lebih kurang
2-18 %. Menurut beberapa ahli plasenta sirkumvalata sering menyebabkan
abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke
pinggir plasenta, di sebut plasenta marginata. Kedua-duanya disebut sebagai
plasenta ekstra coriel. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi dari
selaput sehingga plsenta lahir telanjang tertinggalnya selaput ini dapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi. Diagnosis plasenta sirkumvalata baru
dapat ditegakan setelah plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan
intermiten atau hidrorea.
Bagian paling penting dari perawatan pralahir adalah untuk memastikan janin
tumbuh dan berkembang dengan baik. Selama ultrasound rutin, dokter
mungkin menemukan bahwa plasenta dan selaput yang tidak tumbuh dengan
baik, sebuah kondisi yang disebut circumvallate plasenta. Kondisi ini dapat
mengakibatkan berat badan lahir rendah, persalinan prematur dan melahirkan,
dan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Diagnosis dari circumvallate
plasenta dan pembatasan pertumbuhan intrauterin awal kehamilan adalah
penting untuk memastikan perawatan yang tepat dan pemantauan bayi. Hal ini
penting untuk memiliki ultrasound dan pemeriksaan rutin.
Circumvallate plasenta adalah ketika kantong membran berada di belakang
plasenta, membatasi efektivitas plasenta. Kantong membran, yang dikenal
sebagai cincin, membatasi perluasan pembuluh darah janin. Wanita hamil
didiagnosis dengan circumvallate plasenta memiliki plasenta yang
melengkung ke dalam. Melengkung dari plasenta dapat menyebabkan stres
dengan pembatasan, dan kadang-kadang pertumbuhan janin pelepasan
plasenta yang dihasilkan dalam pengiriman darurat.

Restriksi pertumbuhan intrauterin adalah suatu kondisi dimana janin


tidak dapat tumbuh ke ukuran yang ditentukan secara genetis. PJT mengacu
pada janin yang diperkirakan berada di persentil 10 atau lebih rendah saat
lahir. Ketika seorang wanita didiagnosis dengan plasenta circumvallate, ini
berkorelasi langsung ke janin dengan PJT. Untuk menjamin keselamatan dan
pertumbuhan yang tepat dari seorang bayi yang belum lahir, penting untuk
mendiskusikan sejarah keluarga dan jadwal ujian reguler.

a. identifikasi

Circumvallate plasenta diidentifikasi sebagai cincin, putih tebal dan


buram putaran membran di sekitar plasenta. Sebagai seorang wanita
mencapai trimester ketiga di kehamilan, cincin putih dapat mulai untuk
menutupi sisi plasenta janin. Untuk mata yang tak terlatih, circumvallate
plasenta tampak seperti kantong plastik putih yang terbentuk di sekitar
plasenta datang dari bawah.

b. fungsi

Plasenta adalah organ dalam tubuh wanita yang menghubungkan janin


berkembang ke dinding rahim. Plasenta memungkinkan limbah dari janin akan
dibuang melalui ginjal ibu. Ketika seorang wanita didiagnosis dengan
circumvallate plasenta, plasenta tidak dapat menyediakan janin dengan
jumlah yang sesuai dari oksigen dan makanan.
c. peringatan

Wanita hamil yang mengalami circumvallate plasenta berada pada risiko


yang sangat tinggi untuk melahirkan bayi prematur atau keguguran. Ketika
plasenta circumvallate terus kurva dan meringkuk di sebagian besar
kehamilan ada kemungkinan bahwa plasenta akan terlepas dan bayi perlu
dikirimkan segera melalui operasi caesar. Jika plasenta terlepas sebelum 25
minggu kehamilan, ada kemungkinan besar keguguran. Sekali seorang wanita
didiagnosis dengan circumvallate plasenta, itu penting untuk memiliki
ultrasound dan tes stres janin setidaknya sebulan sekali.
d. Pencegahan / Solusi

Diet adalah penting, dan pasien dengan janin didiagnosis dengan


pembatasan pertumbuhan harus makan makanan yang sehat. Sementara
plasenta hanya dapat melepaskan nutrisi porsi kecil, penting bahwa apa yang
dirilis yang sehat. Meskipun tidak ada pengobatan untuk circumvallate
plasenta, kebanyakan wanita tidak membawa mereka ke janin usia kehamilan
yang sehat dan melahirkan bayi yang sehat. Wanita yang memiliki
circumvallate plasenta harus memiliki ultrasound bulanan dan akan
diperlakukan sebagai pasien berisiko tinggi kehamilan untuk memastikan janin
dan plasenta dipantau secara ketat. Untuk membantu dengan pertumbuhan
dan perkembangan bayi, vitamin prenatal penting untuk ibu-to-be dan harus
diminum dua kali sehari.
B. CONTOH KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
RUPTURE SINUS MARGINALIS

PENGKAJIAN
Tanggal : 10 Februari 2018
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Poliklinik Kemhan RI

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny. P
Umur : 26 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Alamat : Cempaka Putih

Nama suami : Tn. J


Umur : 30 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : PNS
Alamat : Cempaka Putih

2. ALASAN DATANG
Ibu menyatakan ingin memeriksakan keadaannya serta kondisi kehamilannya.
3. KELUHAN UTAMA
Ibu menyatakan mengeluarkan darah dari kemaluannya sejak 6 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien dirujuk oleh bidan dengan keterangan DJJ tidak
teratur.

4. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


a. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu menyatakan tidak mempuyai riwayat penyakit apapun
b. Riwayat menstruasi
- Menarche : 13 tahun
- Siklus menstruasi : 28 hari
- Lama mentruasi : 7 hari
- Jumlah : 3x ganti pembalut selama sehari
- Keluhan saat menstruasi: -
- HPHT : 3 Juni 2018
c. Gerakan janin
Gerakan janin terakhir dirasakan oleh ibu 3 jam sebelum masuk rumah sakit
d. Obat atau jamu yang dikonsumsi

- Riwayat kesehatan Ibu menyatakan hanya meminum obat yang


diberikan bidan, yaitu Fe 1x1 (malam) dan vitamin C
- Ibu menyatakan tidak mengkonsumsi jamu
e. Frekuensi ANC .
ANC tidak dilakukan teratur di bidan.

5. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit jantung yang ditandai
dengan jantung berdebar-debar, mengeluarkan keringat dingin pada
telapak tangan dan sesak nafas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita hiupertensi yang ditandai
dengan sakit kepala berlebihan , pusing, kaku kuduk.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit DM yang ditandai
dengan banyak makan, banyak minum dan sering kencing.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit malaria yang ditandai
dengan demam tinggi / panas menggigil dan lemas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular seksual atau
HIV AIDS yang ditandai dengan rasa gatal pada vagina, mengeluarkan
cairan berwarna dan berbau saat melakukan hubungan seksual dan
mengeluarkan darah.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit jantung yang ditandai
dengan jantung berdebar-debar, mengeluarkan keringat dingin pada telapak
tangan dan sesak nafas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita hiupertensi yang ditandai
dengan sakit kepala berlebihan , pusing, kaku kuduk.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit DM yang ditandai
dengan banyak makan, banyak minum dan sering kencing.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit malaria yang ditandai
dengan demam tinggi / panas menggigil dan lemas.
- Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular seksual atau
HIV AIDS yang ditandai dengan rasa gatal pada vagina, mengeluarkan cairan
berwarna dan berbau saat melakukan hubungan seksual dan mengeluarkan
darah.
c. Riwayat kesehatan keluarga
- Ibu menyatakan dari pihak keluarga ibu tidak yang menderita penyakit
apapun.

d. Riwayat perkawinan
- Usia menikah : 22th
- Menikah : 1 kali dengan suami sekarang
- Lama menikah : 4th
- Status pernikahan : syah
e. Riwayat kb
Ibu menyatakan belum pernah menjadi akseptor kb
f. Riwayat sosial,budaya dan ekonomi
Ibu menyatakan senang dengan kehamilan ini
Ibu menyatakan pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami
Ibu menyatakan kebutuhannya tercukupi
6. pola kehidupan sehari-hari

a. nutrisi
sebelum hamil
Makan : 3x sehari porsi sedang jenis nasi sayur lauk buah
minum : 5 – 6 gelas perhari jenis air putih teh
Keluhan :-
selama hamil
Makan : 2 x sehari porsi kecil jenis nasi lauk sayur buah
Minum :6 – 7 gelas jenis air putih susu
keluhan : -

b.eliminasi
sebellum hamil
BAB : 1 kali , konsistensi lunak, warna kuning
BAK : 5 kali sehari. Warna kuning jernih
Jumlah : ± 250 cc
Keluhan : -
Selama hamil
BAB ; 1 kali sehari konsistensi agak keras, warna hitam kecoklatan
BAK :4 kali sehari warna kuning jernih
Jumlah : ± 150 cc
Keluhan : -

c.pola istirahat
sebelum hamil
tidur malam : 8 jam
tidur siang : 2 jam
kelluhan :-
Selama hamil
Tidur malam : 7 jam
Tidur siang : 1 jam
Keluhan :-

d. pola aktifitas
seebelum hamil
aktifitas sehari-hari tidak terganggu
selama hamil
aktifitas sehari-hari beraktifitas seperti biasa

e.personal hygiene
sebelum hamil
mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu , gosok gigi 2x sehari, ganti celana
dalam 2x sehari
selama hamil
mandi 2x seshari, keramas 3xseminggu , gosok gigi 2x sehari, ganti celana
dalam 4x sehari

f.pola seksual
sebelum hamil : 2x seminggu
selama hamil : 1x seminggu

B.DATA OBYEKTIF
Ku : sedang
Kesadaran : composmentis
Td :90/60 mmhg
N : 132 x/menit
Rr : 20 x/ menit
S : 36,5 °c
Tb : 152 cm
Bb sebelum hamil : 50 kg
Bb selama hamil : 49 kg
Lila : 24 cm
Pemeriksaan fisik:
Kepala : bersih,tidak ada ketombe
Muka : pucat
Mata : cekung, konjunngtiva pucat, skelera tidak ikterik
Hidung : bersih,tidak ada polip
Mulut : lidah kering,tidak ada caries dentis,
Telinga : bersih , tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan parotis
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limpe
Payudara : membesar,areola menghitam, putting susu menonjol, tidak ada
massa
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi. Tinggi fundus uteri 32 cm.
Abdomen tegang dan terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah
Genetalia : tidak oedema
Ekstremitas : atas : tiak oedeme, tidak ada varises
Bawah : tidak oedma, pucat tidak ada varises
Kulit : kering, turgor kulit memerah
Hb : 6,8 %gr
c. assesment
Ny P. G1 P0 A0 umur 26 tahun,hamil 37 minggu dengan rupture sinus
marginalis
dx potensial :
antisipasi : pemberian cairan iv
PLANNING:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu rendah
dan menganjurkan ibu untuk tenang dan tidak perlu cemas.
Ev: ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami kelainan placenta dan akan
segera dirujuk
Ev: ibu mengerti dan bersedia
3. Kolaborasi dengan dokter SPOG
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa
perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih.
Perdarahan yang terjadi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu perdarahan yang
ada hubungannya dengan kehamilan (plasenta previa, solusio plasenta,
pecahnya sinus marginalis, dan perdarahan vasa previa) dan perdarahan
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan (pecahnya varises, perlukaan
serviks, keganasan serviks, dll). Perdarahan antepartum yang berhubungan
dengan kehamilan harus segera dilakukan tindakan agar tidak berakibat fatal
bagi ibu dan janinnya. Sedangkan perdarahan antepartum yang tidak
berhubungan dengan kehamilan tidak membahayakan janin tapi hanya
memberatkan ibu.

B. Saran
Sebagai seorang calon bidan kita harus mampu mendiagnosis dini
kelainan atau keabnormalan yang terjadi pada ibu masa antepartum,
intrapartum maupun postpartum. Oleh sebab itu kita harus memahami setiap
gejala-gejala yang ditimbulkan dari keabnormalan yang terjadi agar mampu
mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan efisien.
Secara khusus, seperti pembahasan dalam maklah ini yaitu tentang
perdarahan antepartum. Sebagai seorang bidan harus memahami apa saja
perdarahan antepartum yang bisa terjadi, gejal yang ditimbulkan, dan mampu
memberikan asuhan yang tepat serta mampu melakukan rujukan secara cepat
apabila terjadi suatu kegawatan obstetris.
Daftar Pustaka

1. Pengurus Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Perdarahan


Antepartum. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. I. Jakarta.
1991 : 9-13.

2. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N, Rambulangi J. Penatalaksanaan


Perdarahan
Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS, Ujung Pandang,
1997.

Sumber :
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah
Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG.
(editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar, 1999.

Anda mungkin juga menyukai