Anda di halaman 1dari 3

“Sejak kecil hingga lulus kuliah, saya tidak pernah mengerti arti kata “sukses” karena tidak

pernah ada indikator yang pasti bagi setiap orang. Sebagian dari kita berfikir bahwa sukses
adalah sesuatu yang dapat diukur dengan materi, nilai, pendidikan, bahkan jabatan. Tidak
ada istilah benar atau salah dalam hal ini. Pun tidak ada definisi baku tentang kesuksesan.
Karena kesuksesan sejatinya dibentuk dari pengalaman-pengalaman setiap individu dan
setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang hal ini.

Sering sekali saya bertanya kepada diri saya sendiri “sudah suksesah diriku?” namun saya
selalu gagal dalam menentukan apakah saya sudah merasakan sebuah kesuksesan atau
malah belum mendapatkannya sama sekali. Saya pernah merasa bahwa pendidikan dan
prestasi yang sudah saya peroleh adalah sebuah kesuksesan, namun ternyata sukses ini
hanya dapat saya rasakan bagi diri saya sendiri, sementara predikat sukses itu sendiri tidak
bisa kita berikan kepada diri kita sendiri karena kita perlu penilai dari luar pikiran dan
tubuh kita yang juga merasakan dampaknya.

Namun dari berbagai macam arti kesuksesan itu terdapat suatu benang merah yang bisa
ditarik, yaitu sebuah kepuasan dan kenyamanan di dalam hati setelah melakukan suatu
pekerjaan dengan perjuangan dan kerja keras. Sehingga pencapaian tersebut benar-benar
memiliki makna bagi sesama dan meresap di dalam hati sanubari.

Begitu pula dengan saya. Pengalaman-pengalaman yang telah saya lalui membentuk
pemahaman tentang makna kesuksesan itu sendiri. Pada bulan April 2016 saya
memutuskan untuk menjadi relawan Pengajar Muda, Indonesia Mengajar, selama setahun
di kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Keputusan yang amat sulit bagi
pemuda seperti saya, karena saya selalu dipengaruhi oleh lingkungan bahwa sukses adalah
tentang materi, sementara menjadi seorang Pengajar Muda adalah sebuah keputusan yang
sangat keliru. Di saat para sarjana baru mencari pengalaman dengan bekerja di
perusahaan, namun saya malah memutuskan untuk mengabdikan diri di daerah terpencil
dan tanpa jaminan materi serta kenyamanan.

Ternyata memang berat menjadi seorang Pengajar Muda, karena saya harus melakukan
pengabdian kepada masyarakat dengan pemberdayaan, mengajar di sekolah dasar, dan
pelibatan daerah. Bayangan bahwa tugas akan berjalan mulus dan diterima dengan
mudah oleh masyarakat di sana seketika pupus setelah melihat kenyataan di lapangan.
Saya mendapat penolakan di desa, tidak memiliki tempat tinggal, bahkan bahan makanan.
Hari-hari terasa amat pahit dan pedih hanya untuk melakukan pengabdian ini dan nyaris
menyerah pada keadaan.

Hari-hari di penempatan menjadi tantangan bagi saya di setiap detiknya, karena saya
harus bermanfaat di tengah masyarakat yang dengan jelas menolak saya, bahkan fitnah
dan ancaman pun sering saya terima. Sungguh ini adalah tugas terberat yang pernah saya
emban dan hari pun terasa begitu panjang dan lama. Tapi saya menyadari bahwa sukses
dalam bertugas adalah prinsip yang harus saya pegang erat, meskipun segalanya
dipertaruhkan. Sehingga prinsip ini yang terus memicu saya untuk berfikir dalam mencari
jalan dan solusi di pengabdian ini.

Tiga bulan berlalu di penempatan telah mengajarkan saya bagaimana cara mengabdikan
diri saya di Hulu Sungai Selatan, saya berproses dengan masyarakat dari bawah hingga
mendapat kepercayaan di di kecamatan untuk melakukan banyak perubahan, baik dari
segi pendidikan maupun sosial. Tak berselang lama, saya memutuskan untuk melibatkan
diri saya di tingkat kabupaten. Di mana saya harus membangun jejaring positif dengan
pemuda lokal yang potensial untuk digerakkan dalam menciptakan gerakan sosial
pendidikan di kabupatennya sendiri, sehingga lahirlah beberapa gerakan sosial di
kabupaten tersebut.

Tak terasa masa pengabdian pun tersisa beberapa hari lagi, di mana saya harus
merefleksikan diri saya selama setahun terakhir ini dengan melihat indikator kemajuan di
daerah dan juga kematangan pribadi saya yang sudah ditempa selama setahun. Dengan
demikian saya menarik kesimpulan, bahwa ternyata kesuksesan yang saya harapkan
bukanlah semata tentang materi dan keberhasilan saya sendiri tetapi juga tentang
kemanfaatan bagi orang lain meski diri kita dalam kondisi yang tidak ideal.

Saya meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan sesuatu unik dan khas sebagai
pemberi warna dalam kehidupan. Dengan potensi dan anugerah tersebut kita diharapkan
mampu menebar kebaikan bagi sesama. Dan kembali kepada pernyataan di atas “sudah
sukseskah diriku?”, bagi saya sukses terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita mampu
memberi kemanfaatan kepada orang lain dengan anugerah potensi yang telah diberikan
kepada kita sesuai dengan “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia lain” dan makna sukses ini akan selalu menjadi haluan hidup saya di setiap
perjalanan yang akan saya hadapi.”

Anda mungkin juga menyukai