BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi klinis pertumbuhan janin terhambat berlaku untuk neonatus yang lahir
terlepas dari pengukuran berat lahirnya. Pertumbuhan janin bila berat janin kurang
dari 10% dari yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu diketahui setelah 2
2.2 Epidemiologi
banyak bayi yang lahir tidak di fasilitas kesehatan sehingga catatan kelahiran tidak
ada. Di Jakarta, prevalensi PJT pada golongan ekonomi rendah lebih tinggi (14%)
dibandingkan dengan ekonomi menengah atas (5%). Sekitar 75% dari semua kasus
IUGR terjadi di Asia, diikuti dengan Afrika, dan Amerika Latin. Dampak yang dapat
ditimbulkan akibat PJT berupa risiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jiak
2.3 Klasifikasi
usia kehamilan 20 minggu. Faktor yang berperan faktor janin (kelainan genetik)
2
2. Asimetris, ukuran badannya tidak proporsional, yaitu lingkar perut lebih kecil
daripada lingkar kepala. Gangguan pertumbuhan janin pada trimester akhir yang
sering disebabkan karena insufisiensi plasenta sehingga janin menjadi oksigen dan
nutrisi.
3. Campuran, janin yang memilki jumlah sel dan ukuran sel kecil yang lebih sedikit.
Gambaran klinis saat lahir merupakan campuran dari simetris dan asimetris. Hal
ini terjadi apabila telah terjadi ganggguan pertumbuhan di awal kehamilan yang
Indeks Ponderal adalah hubungan antara berat dan panjang badan yang
memberikan evaluasi status gizi, sehingga biasa digunakan pada bayi saat lahir untuk
mengkategorikan bayi dengan berat badan kurang masa kehamilan (KMK) yang
termasuk dalam pertumbuhan janin terhambat akut (asimetris) atau kronik (simetris).4
PB(cm)
ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur kehamilan. Beberapa faktor risiko
Faktor risiko yang dapat dideteksi sebelum kehamilan antara lain ada riwayat
(APS), indeks massa tubuh yang rendah, dan keadaan hipoksia maternal.4
Sedangkan faktor risiko yang dapat dideteksi selama kehamilan antara lain
2.5 Etiologi
IUGR dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor maternal, plasenta,
janin, genetik, serta kombinasi dari beberapa faktor tersebut.Kurang lebih 80-85%
PJT terjadi akibat perfusi plasenta yang menurun atau insufisiensi utero-plasenta dan
20% akibat karena potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang
tersebut disebabkan oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan. Secara garis
besar, penyebab PJT dapat dibagi berdasarkan faktor maternal, faktor plasenta dan
tali pusat, serta faktor janin. Dengan kemajuan teknologi, terutama dalam bidang
molekular dan genetika, peran berbagai gen ibu, janin dan plasenta menjadi penting,
5
Gambar 2.2 Faktor predisposisi IUGR1
2.6 Diagnosis
6
Pada janin yang berisiko tinggi, maka penapisan PJT menjadi penting sekali.
Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini:4
3. Pertambahan berat badan <5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau <8kg pada
6. Volume cairan ketuban berkurang (Indeks cairan amnion < 5 cm atau cairan
7
Gambar 2.3 Persentil berat lahir rata (gram) terhadap usia kehamilan di
Amerika Serikat3
Gambar 2.4. Perbandingan berat lahir bayi Indonesia dan penelitian Hadlock
(Eropa)5
kurang masa kehamilan sebesar 30%, sehingga tidak boleh rutin digunakan dan
4. Taksiran berat janin (TBJ) dan abdominal circumference (AC) melalui USG.
8
1. Dalam kehamilan
dapat menduga PJT dari ukuran tingginya fundus uteri dan lingkaran perut
dibandingkan dengan usia kehamilan. Penambahan berat badan ibu yang kurang
atau tidak ada, dapat juga memperkuat dugaan PJT. Pemeriksaan dapat dilakukan
secara serial. Apabila didapatkan dua kali dibawah kurva normal, maka dapat
b. Penentuan kadar estriol dalam urin ibu, kadarnya menurun pada gangguan
pertumbuhan janin
2. Setelah lahir
Pada saat lahir, dapat dinilai keadaan bayi dengan PJT. Bayi biasanya
terlihat kurus dan panjang, kulit kering, lapisan lemaknya tipis dan ototnya
hipotrofi. Pada saat ditimbang didapatkan berat badan kurang sesuai dengan usia
kehamilan. Selain itu, bayi dapat ditemukan hipoglikemi yang menimbulkan gejala
a. Pengaturan suhu badan lebih baik, terutama pada PJT tipe II.
1. USG
2.7 Tatalaksana
10
Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan
ialah:6
11
Jika End Diastolic (ED) masih ada, persalinan ditunda sampai umur
abnormal maka segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika umur kehamilan >
rumah sakit dengan fasilitas resusitasi yang memadai dan sumber daya
harus ditentukan tipe PJT apakah termasuk tipe simetris atau asimetris.
ditemukan keadaan seperti ICA < 2,5 persentil dengan Doppler velocimetry
(Absent end diastolic flow / AEDF) atau terbalik (Reverse end diastolic flow
selama 2 minggu tidak ada pertumbuhan janin dan paru janin sudah matang,
dan pada pemeriksaan Doppler velocimtery adanya AEDF atau REDF, maka
minggu, maka penilaian profil biofisik dilakukan dua kali seminggu,. AEDF
dikatakan abnormal apabila kurang atau sama dengan 4/10, dan jika profil
4-6 jam, jika hasilnya masih equivokal maka kehamilan segera diterminasi.
13
Secara garis besar, pada usia kehamilan 32-36 minggu perawatan konservatif
2.8 Prognosis
Prognosis PIT (terutama tipe II) lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan,
tetapi sering pada anak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan setelah lahir.
Prognosis PJT tipe I (terutama dengan kelainan kongenital yang multipel) adalah
buruk.6
BAB III
KESIMPULAN
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari
yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. IUGR dapat terjadi karena beberapa
faktor seperti faktor maternal, plasenta, janin, genetik, serta kombinasi dari beberapa
faktor tersebut. Penyebab terbanyak adalah akibat perfusi plasenta yang menurun atau
insufisiensi utero-plasenta. Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau
lebih tanda-tanda yaitu: gerak janin berkurang, Tinggi Fundus Uterus <3cm TFU
normal sesuai kehamilan, pertambahan berat badan <5 kg pada usia kehamilan 24
minggu atau <8kg pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI <30),
>1, Volume cairan ketuban berkurang (Indeks cairan amnion < 5 cm atau cairan
Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan
14
fungsi plasenta membaik, perbaikan gizi ibu jika perlu pengakhiran kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al., Williams obstetric 24th edition.
Indonesia. 2016;25:228–33.
2013.
15
7. Hariadi R. Ilmu kedokteran fetomaternal. Surabaya: Himpunan kedokteran
Med 2017;14(1)
16