Anda di halaman 1dari 10

UPAYA MEREKONSTRUKSI ULANG

PENDIDIKAN NASIONAL

Ali Nupiah
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyyah STAIN Batusangkar
Korespondensi: Jorong Tabek, Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar

Abstract
Low quality of human resources in Indonesia can be separated from crucial
problems that have not been solved until today. In general, those problems deal
quality, distribution, relevance, efficiency and effectiveness of education. High
rate of unemployment is indicates low relevance of education and the society’s
demand. Consequently, curriculum development should provide the pupils with
the ability to reach expected standard of life. Therefore, curriculum should be
able to reflect real life which constantly develops and prepares the pupils to face
and take part in any changes. Dealing with the demand, pupils should be provided
with basic life skills and instrument skills. Those skills will be elaborated into
competency in curriculum development and becomes the goals to be achieved in
learning process and evaluation.

Kata kunci: merekonsruksi ulang, pendidikan, nasional

PENDAHULUAN sama teman-temannya, sementara orang


tua mereka mandi keringat mengolah

A
khir-akhir ini muncul fenomena
yang menarik untuk dicermati sawah. Seakan-akan mata pelajaran itu
kalangan pendidikan. Banyak hanya ada di buku dan tidak terkait
lulusan SLTP, SLTA, bahkan Perguruan dengan kehidupan sehari-hari.
Tinggi tidak tahu apa yang harus di- Apalagi jika dihadapkan pada
kerjakan, kecuali meneruskan atau men- tantangan ke depan dengan adanya
cari pekerjaan dengan bekal selembar kesekapatan perdagangan bebas AFTA
ijazah. Bahkan ketika masih sekolahpun, dan AFLA telah bergulir dengan mem-
mereka seperti tidak lagi tahu apa yang bawa konsekuensi membuka peluang
harus dikerjakan di rumah, kecuali ber- masuknya tenaga kerja dari luar negeri
main dan maksimal mempelajari buku yang berkualitas dan berdaya saing
pelajaran. Siswa SLTA yang sudah se- tinggi ke dalam dunia kerja di Indonesia.
kian tahun belajar Biologi, Matematika, Hal ini jelas mengancam keberadaan
Ekonomi dan sebagainya, menjadi ke- tenaga kerja Indonesia, lebih-lebih bagi
bingungan ketika harus merancang mereka yang tidak memiliki kecakapan
masakan yang bergizi tetapi harganya hidup yang memadai untuk memasuki
murah. Seorang sarjana tidak termotivasi kesempatan kerja yang ada (Abuddin
untuk mencari pemecahan, ketika diha- Nata, 2009:13). Kenyataan ini meng-
dapannya banyak sampah yang me- implikasikan bahwa keterbukaan negara
numpuk, kecuali mengeluhkan kerja dan masyarakat Indonesia terhadap
petugas pengangkut sampah. Siswa- berbagai aktivitas sosial, ekonomi, bu-
siswa SLTA asyik bercengkrama ber- daya dan komunikasi telah menuntut
tersedianya modal sumber daya manusia
72
Ali Nupiah, Upaya Merekonstruksi Ulang Pendidikan Nasional 73

berupa kecakapan hidup yang bermutu nyelenggaraan pendidikan di Indonesia


dan mampu bersaing dengan tenaga yaitu rendahnya mutu sistem pembe-
kerja asing. lajaran atau sistem pendidikan di
Hal lain yang perlu mendapat sekolah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
perhatian adalah banyaknya siswa SLTP pengembangan sistem pendidikan yang
yang amat rentan dengan droup out dalam hal ini pengembangan kurikulum
karena kondisi ekonomi yang sulit dan yang mampu mengatasi persoalan-
banyak tamatan SLTP yang terpaksa persoalan tersebut.
harus menjadi penganggur karena tidak
mendapatkan lapangan pekerjaan dan
juga merasa kesulitan untuk menerapkan KECAKAPAN HIDUP
pengetahuan yang diperoleh di sekolah Menurut Indrajati Sidi (2002),
dalam kehidupan nyata. Hal yang demi- kecakapan hidup adalah kecakapan yang
kian menuntut dunia pendidikan me- dimiliki seseorang untuk mampu meng-
lakukan intropeksi pada pola pembe- hadapi problema hidup dan kehidupan
lajaran yang dikembangkan di sekolah secara wajar tanpa merasa tertekan,
karena selama ini pembelajaran yang kemudian secara proaktif mencari serta
dikembangkan di sekolah bersifat teo- menemukan solusi sehingga akhirnya
ritis. mampu mengatasinya. Dalam pandangan
Masalah di atas masih ditambah Slamet PH (2002), kecakapan hidup
lagi dengan fakta bahwa sebagian besar adalah pendidikan kemampuan, kesang-
tamatan pendidikan dasar dan menengah gupan dan keterampilan yang diperlukan
umum tidak dapat terserap ke dalam oleh seseorang untuk menjalankan
dunia kerja. Faktor-faktor penyebabnya kehidupan dengan nikmat dan bahagia.
antara lain adalah: (1) jumlah angka Sedangkan Brolin (1989) mengemuka-
kerja yang hanya tamatan pendidikan kan bahwa kecakapan hidup merupakan
dasar dan menengah umum jauh lebih pengetahuan dan kemampuan yang
besar daripada kesempatan kerja yang dibutuhkan oleh seseorang untuk ber-
ada. (2) angkatan kerja tamatan pen- fungsi dan bertindak secara mandiri dan
didikan dasar dan menengah umum otonom dalam kehidupan sehari-hari,
kalah bersaing dengan angkatan kerja tidak harus selalu meminta bantuan dan
tamatan pendidikan menengah kejuruan petunjuk pihak lain. Ini berarti bahwa
dalam memasuki lapangan kerja, karena bentuk kecakapan hidup berupa penge-
kecakapan yang mereka miliki sangat tahuan sebagai praktis dan kita (praxis
minim dan terbatas, (3) kecapakan hidup dan techne), bukan teori: pengetahuan
yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sebagai skills of doing sekaligus skills of
khususnya dunia kerja yang ada di being.
masyarakat tidak sesuai dengan kecakap- Pendidikan berjalan pada setiap
an yang dimiliki tamatan pendidikan saat dan pada segala tempat. Setiap
dasar dan menengah umum (Saryono, orang dari kanak-kanak hingga tua
Djoko, 2002). Hal-hal tersebut menye- mengalami proses pendidikan melalui
babkan para lulusan pendidikan dasar apa yang dijumpai atau apa yang
dan menengah di Indonesia tidak me- dikerjakan. Walaupun tidak ada pen-
miliki keunggulan komperatif, apalagi didikan yang sengaja diberikan, secara
keunggulan kompetitif. alamiah setiap orang akan terus belajar
Bertolak dari berbagai gambaran di dari lingkungannya. Pendidikan diarti-
atas, dapat dilihat bahwa ada perma- kan sebagai proses perolehan peng-
salahan besar dan mendasar dengan pe- alaman belajar yang berguna bagi
74 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012)

peserta didik. Apabila dikaitkan dengan hidup lebih luas dari keterampilan untuk
life skills maka pendidikan sebagai bekerja, dan dapat dipilah menjadi lima,
sistem yang pada dasarnya merupakan yaitu: (1) kecakapan mengenal diri (self
sistematisasi dari proses perolehan awarness), yang juga disebut kemampu-
pengalaman. Oleh karena secara filosofis an personal (personal skill), (2) ke-
pendidikan diartikan sebagai proses cakapan berpikir rasional (thingking
pengalaman belajar yang berguna bagi skill), (3) kecakapan sosial (social skill),
peserta didik. Pengalaman belajar ter- (4) kecakapan akademik (academic skill)
sebut diharapkan mampu mengembang- dan (5) kecakapan vokasional (vocation-
kan potensi yang dimiliki peserta didik, al skill).
sehingga siap digunakan untuk meme- Tiga kecakapan yang pertama
cahkan problema dalam kehidupan yang dinamakan General Life Skill (GLS),
dihadapi. Pengalaman yang diperoleh sedangkan dua kecakapan yang terakhir
diharapkan dapat mengilhami mereka disebut Specific Life Skill (SLS). Di
ketika menghadapi problema dalam dalam kehidupan nyata, antara GLS dan
kehidupan sesungguhnya. SLS antara kecakapan mengenal diri,
Tahun 2001 Pemerintah Pusat, kecakapan berpikir rasional, kecakapan
dalam hal ini Departemen Pendidikan sosial, kecakapan akademik dan ke-
Nasional mengembangkan konsep Pen- cakapan vokasional tidak berfungsi
didikan Kecapakan Hidup (Life Skills secara terpisah-pisah atau tidak terpisah
Education), yaitu suatu pendidikan yang secara ekslusif. Hal yang terjadi adalah
dapat membekali peserta didik dengan peleburan kecakapan-kecakapan terse-
kecakapan hidup yaitu keberanian meng- but, sehingga menyatu menjadi sebuah
hadapi problema hidup dan kehidupan tindakan individu yang melibatkan aspek
secara wajar tanpa merasa tertekan, fisik, mental, emosional dan intelektual.
kemudian secara kreatif menemukan Derajat kualitas tindakan individu dalam
solusi serta mampu mengatasinya. Pen- banyak hal dipengaruhi oleh kualitas
didikan yang dapat mensinergikan ber- kematangan berbagai aspek pendukung
bagai mata pelajaran menjadi kecakapan tersebut di atas.
hidup yang diperlukan seseorang, di- Tujuan pendidikan kecakapan hi-
manapun ia berada, bekerja atau tidak dup adalah memfungsikan pendidikan
bekerja, apa pun profesinya. Dengan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengem-
bekal kecakapan hidup tesebut, diharap- bangkan potensi manusiawi peserta didik
kan para lulusan akan mampu meme- untuk menghadapi perannya di masa
cahkan problema kehidupan yang di- datang. Secara khusus, pendidikan yang
hadapi, termasuk mencari atau men- berorientasi kecakapan hidup bertujuan:
ciptakan pekerjaan bagi mereka yang (1) mengaktualisasikan potensi peserta
tidak melanjutkan pendidikannya didik sehingga dapat digunakan untuk
(Depdiknas, 2002). Kendall dan memecahkan problema yang dihadapi,
Marzano (1997) menegaskan bahwa ke- (2) memberikan kesempatan kepada se-
cakapan hidup (life skills) telah menjadi kolah untuk mengembangkan pembe-
salah satu hal yang harus dimiliki dan lajaran yang fleksibel, sesuai dengan
dikuasi oleh masyarakat, termasuk pe- prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3)
serta didik, agar mereka mampu ber- mengoptimalisasikan pemanfaatan sum-
peran aktif dalam lapangan kerja yang ber daya di lingkungan sekolah, dengan
ada serta mampu berkembang. memberikan peluang pemanfaatan sum-
Lebih lanjut dikemukakan oleh ber daya yang ada di masyarakat, dengan
Indrajati Sidi (2002) bahwa kecakapan
Ali Nupiah, Upaya Merekonstruksi Ulang Pendidikan Nasional 75

prinsip manajemen berbasis sekolah yang akan muncul dan secara proaktif
(Indrajati Sidi, 2002). mengasinya secara arif dan kreatif. Kita
Dari uraian di atas maka dapat akan sukses jika mampu secara kreatif
disarikan bahwa kecakapan hidup (life mengubah masalah menjadi peluang.
skills) adalah kemampuan yang di- Oleh karena itu, kecakapan hidup itulah
perlukan untuk menempuh kehidupan yang seharusnya menjadi orientasi
dengan sukses, bahagia dan secara ber- pendidikan. Dengan cara itu, peserta
martabat, seperti kemampuan berpikir, didik yang telah menyelesaikan suatu
berkomunikasi secara efektif, mem- jenjang pendidikan, dapat menggunakan-
bangun kerjasama, melaksanakan peran nya untuk menghadapi kehidupan nyata
sebagai warga negara yang bertang- di lapangan.
gungjawab dan kesiapan untuk terjun di Untuk mengembangkan kecakap-
dunia kerja. an hidup, anak perlu mempelajari mata
pelajaran tertentu, misalnya untuk be-
lajar kearifan anak perlu belajar agama,
SISWA BELAJAR KEHIDUPAN PPKn, dan sebagainya. Untuk mampu
DAN ILMU PENGETAHUAN membuat perhitungan tertentu, siswa
Jika ditanya “untuk apa anak harus perlu belajar Matematika dan seterusnya.
sekolah”, jawaban yang biasa muncul Namun tetap harus diingat bahwa
“biar pandai”. Jika ditanya lagi “me- penguasaan materi ajar bukanlah tujuan
ngapa anak perlu pandai” biasanya di- tetapi alat untuk membentuk kecakapan
jawab “biar hidupnya nanti sukses”. Jadi hidup. Jangan sampai siswa hanya be-
pandai hanyalah alat untuk meng- lajar mata pelajaran, tanpa mengetahui
antarkan seseorang menjadi sukses. bagaimana menggunakannya, secara ter-
Tentu saja sukses dalam berbagai integrasi dengan mata pelajaran lain,
dimensinya, baik dilihat dari profesi atau untuk memahami dan memecahkan
pekerjaan yang ditekuni, kehidupan problema kehidupan.
pribadi/keluarga dalam keagamaan dan Dengan pola pikir tersebut berarti
kemasyarakatan. pendidikan haruslah fungsional, yang
Kemampuan yang diperlukan agar berarti apa yang dipelajari seharusnya
seseorang dapat hidup dengan sukses dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam
(sebagai pribadi, sebagai hamba Tuhan, kehidupan. Seperti kata pepatah bijak
sebagai anggota masyarakat/bangsa/ dalam bahasa latin “non scholae sed
negara) itulah yang disebut dengan ke- vitae discimus” yang artinya: kita belajar
cakapan hidup (life skills). Beberapa ahli bukan untuk sekolah, tetapi untuk hidup.
mendefinisikan kecakapan hidup sebagai Finch dan Crunkilton (1979) juga
kemampuan untuk menghadapi prob- mengingatkan bahwa pendidikan itu
lema kehidupan, kemudian secara pro- pada dasarnya education for life pada
aktif mengatasinya secara arif dan kreatif pendidikan yang bersifat umum dan
(Depdiknas, 2004). Definisi ini bertolak educatif for earning a living pada
dari asumsi bahwa dalam kehidupan kita pendidikan kejuruan. Jadi menurut dia,
selalu dihadapkan dengan masalah, ka- pendidikan itu untuk kehidupan atau
rena masalah adalah kesenjangan antara untuk mendapatkan penghasilan untuk
harapan dengan kenyataan. Masalah kehidupan.
itulah yang harus diantisipasi dan di- Dalam ajaran Islam, Allah men-
selesaikan secara arif dan kreatif. Kita dorong setiap orang untuk belajar, tetapi
akan sukses dalam kehidupan, jika bukan memberikan pahala yang berlipat,
mampu melakukan prediksi masalah jika apa yang dipelajari tersebut di-
76 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012)

aplikasikan dalam kehidupan. Tentu dipahami bahwa kehidupan jauh lebih


saja, dalam kehidupan yang sesuai de- luas daripada bekerja dalam arti mencari
ngan prinsip agama dan itulah yang penghasilan. Sikap jujur, tanggung-
dimaksudkan kearifan dalam menerap- jawab, kerja keras, ulet, cerdas, kreatif,
kan ilmu. Dua kecakapan hidup yang pandai berkomunikasi dan bekerjasama
fungsional untuk masa depan anak. tidak hanya diperlukan bagi mereka yang
Bukan belajar untuk belajar, tetapi mencari penghasilan. Ibu rumah tangga
belajar untuk mengembangkan kecakap- dan para pensiunan tetap memerlukan
an kehidupan, demi perannya di masa kecakapan tersebut, walaupun mereka
depan. tidak bekerja dalam arti mencari peng-
Beberapa ahli melakukan iden- hasilan. Bahkan anak yang masih se-
tifikasi apa saja yang dicakup dalam kolah juga memerlukan kecakapan
kecakapan hidup. Namun yang paling tersebut, demi keberhasilan sekolahnya.
mudah dipahami adalah menggunakan Konsep pendidikan kecakapan
pola pikir induktif, yaitu mencermati hidup sebenarnya justru “meluruskan”
orang-orang yang dianggap sukses kembali praktek pendidikan yang selama
dalam kehidupannya dan kemudian ini menganggap seakan-akan pendidikan
dilakukan generalisasi. Pencermatan se- adalah untuk upaya menguasai ilmu
perti itu menemukan kecakapan kunci yang dipelajari dalam mata pelajar-
orang sukses antara lain: jujur, kerja an/mata kuliah. Lebih menyedihkan,
keras, disiplin, kreatif, pantang menye- kemudian hasil pendidikan juga hanya
rah, menguasai bidang yang dikerjakan, diukur dari penguasaan mata pelajaran
tanggung jawab pandai melihat peluang, secara kognitif dan parsial. Oleh karena
pandai berkomunikasi, pandai bekerja- itu dapat dipahami mengapa perilaku
sama dengan orang lain dan berani siswa/mahasiswa bahkan lulusan seperti
mengambil resiko. Ketika kesuksesan yang diilustrasikan pada bagian pen-
tersebut dilebarkan ke dalam kehidupan dahuluan.
bermasyarakat, biasanya muncul ke-
cakapan kunci; toleransi dan suka
membantu sesama, aktif dalam aktivitas KECAKAPAN HIDUP DAN KURI-
kemasyarakatan dan sebagainya. KULUM PENDIDIKAN
Jika yang dicermati adalah orang Depdiknas (2004) merinci ke-
sukses dalam bidang lain atau tolok ukur cakapan hidup menjadi kecakapan hidup
kesuksesan yang digunakan berbeda, generik dan kecakapan hidup spesifik.
sangat mungkin ditemukan aspek ke- Kecakapan hidup generik, dirinci (1)
cakapan hidup yang berbeda pula. Tetapi kesadaran diri, (2) kecakapan berpikir,
dari diskusi dengan beberapa teman, (3) kecakapan komunikasi dan (4)
ternyata aspek-aspek tersebut berlaku kecakapan bekerjasama. Kesadaran diri
untuk berbagai profesi. Bahkan, ke- banyak terkait dengan sikap dan dirinci
cakapan kunci tersebut juga berlaku bagi menjadi (a) kesadaran diri sebagai
persayaratan untuk promosi bagi kar- hamba Tuhan, yang diwujudkan dengan
yawan di berbagai perusahaan. ibadah ritual maupun sikap hidup yaitu:
Beberapa orang mempertanyakan jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja
apakah kecakapan hidup tidak me- keras dan ulet/pantang menyerah; (b)
nyempitkan makna pendidikan, karena kesadaran diri sebagai makhluk sosial,
seakan-akan pendidikan hanya untuk yang diwujudkan dengan toleransi dan
mencari pekerjaan seperti pada pendidik- menghormati orang lain, serta berempati
an kejuruan. Dalam konteks ini, perlu dan memberikan bantuan kepada sesama
Ali Nupiah, Upaya Merekonstruksi Ulang Pendidikan Nasional 77

manusia, (c) kesadaran diri sebagai bagi- relatif murah, tidak membutuhkan
an dari lingkungan, yang diwujudkan ongkos mahal, dan tidak menambah
dengan memelihara lingkungan dan beban sekolah terutama kepala sekolah,
menggunakannya secara bijak, dan (d) guru, dan peserta didik.
kesadaran akan potensi diri sebagai Dalam model komplementatif,
karuniah Tuhan, yang diwujudkan dalam implementasi pendidikan kecakapan
mengenal kekuatan dan kelemahan diri, hidup dimasukkan dan atau ditambahkan
mengembangkan potensi diri, serta ke dalam program pendidikan kurikuler
bekerja keras. dan struktur kurikulum yang ada; bukan
Kecakapan berpikir dirinci men- mata pelajaran. Pelaksanaannya bisa
jadi kecakapan: (a) menggali informasi berupa menambahkan mata pelajaran
melalui berbagai sumber, (b) mengolah kecakapan hidup dalam struktur kuri-
informasi, (c) mengambil keputusan, dan kulum atau menyelenggarakan program
(d) menyelesaikan masalah secara arif kecakapan hidup dalam kalender pen-
dan kreatif. Kecakapan komunikasi didikan. Model ini tentu saja membutuh-
diwujudkan dalam (a) komunikasi lisan, kan waktu tersendiri, guru tersendiri di
melalui menyimak dan berbicara, serta bidang kecakapan hidup dan ongkos
(b) komunikasi tulis, melalui membaca yang relatif besar. Selain itu, peng-
dan menulis. Kecakapan kerjasama, di- gunaan model ini dapat menambah
wujudkan dalam kecakapan (a) bekerja- beban tugas siswa dan guru selain beban
sama dengan rekan setara, dan (b) be- finansial sekolah. Meskipun demikian,
kerjasama dalam posisi sebagai anggota model ini dapat digunakan secara
tim, dan (c) bekerjasama dalam posisi optimal dan intensif untuk membentuk
sebagai pimpinan tim. Di samping itu kecakapan hidup pada peserta didik.
ada kecakapan spesifik, yang menunjuk Dalam model diskrit, implementasi
dalam bidang yang ditekuni. pendidikan kecakapan hidup dipisahkan
Implementasi pendidikan kecakap- dan dilepaskan dari program-program
an hidup dapat mempertimbangkan be- kurikuler, kurikuler reguler, dan atau
berapa model, antara lain adalah: (1) mata pelajaran (pembelajaran kurikuler).
model integratif, (2) model komple- Pelaksanaannya dapat berupa pengem-
mentatif, dan (3) model diskrit (Saryono, bangan program kecakapan hidup yang
Djoko: 2002). Dalam model integratif, dikemas dan disajikan secara khusus
implementasi pendidikan kecakapan kepada peserta didik. Penyajiannya bisa
hidup melekat dan terpadu dalam prog- terkait dengan program kokurikuler atau
ram-program kurikuler, kurikulum yang bisa juga berbentuk program ekstra-
ada, dan atau mata pelajaran yang ada. kurikuler. Model ini membutuhkan per-
Berbagai program kurikuler dan mata siapan yang matang, ongkos yang relatif
pelajaran yang ada seharusnya ber- besar dan kesiapan sekolah yang baik.
muatan atau berisi kecakapan hidup. selain itu, model ini memerlukan pe-
Model ini memerlukan kesiapan dan rencanaan yang baik agar tidak salah
kemampuan tinggi dari sekolah, kepala penerapan. Meskipun demikian, model
sekolah, dan guru mata pelajaran. Ke- ini dapat digunakan membentuk ke-
pala sekolah dan guru harus pandai dan cakapan hidup peserta didik secara
cekatan menyiasati dan menjabarkan komprehensif dan leluasa.
kurikulum, mengelola pembelajaran, dan Menurut Parjono (2002) model
mengembangkan penilaian. Ini berarti, pembelajaran pendidikan life skills di
mereka harus kreatif, penuh inisiatif dan sekolah dibagi menurut jenjang sekolah
kaya gagasan. Keuntungannya, model ini sebagai berikut:
78 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012)

1. Untuk peserta didik itngkat SD dan hanya melalui mendengarkan. Selanjut-


SLTP dilakukan dengan meng- nya kecakapan interaksi akan dimiliki
integrasikan paket-paket diklat provo- oleh siswa bila pelajaran berlangsung
kasional melalui reorganisasi materi dalam suasana interaksi dengan orang
pembelajaran dan penetapan bahan lain, misalnya berdiskusi dan tanya
ajar minimal agar dapat menguasai jawab. Sedangkan kecakapan komuni-
general life skill. Program ini diharap- kasi merupakan kecakapan untuk meng-
kan dapat memberikan wawasan yang ungkapkan pikiran dan perasaan, baik
luas tentang dunia kerja dan karir, secara lisan maupun tulisan dan hal ini
sehingga kalau akan memilih sekolah menjadi kebutuhan setiap manusia dalam
selanjutnya sudah memiliki pilihan rangka mengungkapkan gagasannya
yang tepat. kepada orang lain dan mendapat tang-
2. Bagi peserta didik SMU ditawarkan gapan maka orang itu akan merenungkan
paket-paket diklat yang diperlukan kembali gagasannya, kemudian melaku-
masyarakat melalui reorganisasi ma- kan perbaikan, sehingga memiliki gagas-
teri pembelajaran dan menetapkan an yang lebih mantap. Inilah yang
bahan ajar minimal agar dapat me- dimaksud refleksi. Refleksi ini dapat
nguasai generasi life skills. Selain itu terjadi sebagai akibat dari interaksi dan
juga ditawarkan program kecakap-an komunikasi.
vokasional (vocational skills) yang Temuan dari Tim Peneliti Univer-
akan memberikan bekal kepada me- sitas Negeri Malang (2002) mengenai
reka untuk dapat bekerja atau men- faktor-faktor penghambat pendidikan
ciptakan pekerjaan sendiri setelah kecakapan hidup di Jawa Timur me-
selesai sekolah. Sementara untuk nunjukkan bahwa faktor internal yang
peserta didik SMK kecakapan voka- berasal dari guru, sistem sekolah, kuri-
sional telah menjadi isi kurikulum, kulum, serta fasilitas yang dimiliki
sehingga mereka perlu kecakapan sekolah merupakan faktor penghambat
generik dan kecakapan akademik. yang utama. Faktor penghambat yang
lain juga termasuk faktor eksternal yang
Model manapun yang dipilih, yang berasal dari dukungan pemerintah, so-
penting adalah bahwa pembelajaran ke- sial/budaya, dukungan dunia usaha/in-
cakapan hidup tersebut pada hakekatnya dustri dan dukungan orang tua. Hasil
adalah pembelajaran yang menempatkan penelitian itu juga menjelaskan bahwa
siswa sebagai pelaku belajar. Siswa menurut peringkatnya, guru menduduki
mempunyai kesempatan untuk belajar peringkat pertama sebagai penghambat,
aktif, baik mental maupun fisik, dan hal disusul berturut-turut oleh sistem
ini dapat diperoleh bila lingkungan sekolah, kurikulum, fasilitas, dukungan
belajar dibuat menyenangkan bagi siswa. pemerintah, dukungan dunia usaha/in-
Model pembelajaran yang dimak- dustri, orang tua, dan sosial budaya.
sud adalah model pembelajaran aktif. Faktor penghambat dari guru
Model pembelajaran aktif merupakan meliputi guru kurang mengerti pen-
model pembelajaran yang membuat sis- didikan kecakapan hidup, kurang pro-
wa melakukan perbuatan untuk beroleh fesional dalam mengajar, tidak mem-
pengalaman, interaksi, komunikasi, dan punyai keterampilan khusus, gaji rendah,
refleksi. Siswa akan belajar banyak motivasi untuk berkembang rendah dan
melalui perbuatan beroleh pengalaman kurang tekun dalam mengembangkan
langsung. Dengan berbuat, siswa meng- diri. Faktor penghambat sistem sekolah
aktifkan lebih banyak indera daripada meliputi sistem yang sering beruba-ubah,
Ali Nupiah, Upaya Merekonstruksi Ulang Pendidikan Nasional 79

tidak mendukung pelaksanaan pendidik- hadapi oleh sekolah dalam rangka im-
an kecakapan hidup, kurang terpadu plementasi pendidikan kecakapan hidup,
antar jenjang, dan kurang waktu dalam baik itu faktor internal dari sekolah
pembinaan keterampilan siswa. sendiri maupun faktor eksternal. Mem-
Selanjutnya faktor penghambat perhatikan kendala-kendala tersebut,
kurikulum meliputi terlalu sarat materi, maka di dalam implementasi pendidikan
kurang sesuai dengan aset unggulan kecakapan hidup di sekolah, tahap awal
daerah, masih seragam terpusat, tidak yang harus dilakukan adalah memberi-
mengarah kepada pendidikan kecakapan kan pengertian dan pemahaman kepada
hidup serta mengabaikan minat dan pelaksana sekolah (terutama guru dan
bakat siswa. Faktor penghambat dari sisi kepala sekolah) mengenai pendidikan
fasilitas meliputi fasilitas kurang me- kecakapan hidup itu sendiri. Hal ini
madai, fasilitas yang ada kurang men- penting karena berdasarkan temuan di
dukung pendidikan kecakapan hidup, atas, ternyata faktor guru merupakan
dan fasilitas tidak merata antara sekolah salah satu penghambat utama, yang
meskipun untuk jenjang sekolah yang antara lain karena guru kurang mengerti
sama. pendidikan kecakapan hidup, kurang
Sementara itu faktor penghambat profesional dalam mengajar, tidak mem-
dukungan pemerintah meliputi bantuan punyai keterampilan khusus, dan kurang
dana tidak merata, relatif kecil, nara tekun dalam mengembangkan diri. Im-
sumber ahli pendidikan kecakapan hidup plementasi pendidikan kecakapan hidup
sedikit, bantuan yang ada kurang men- di sekolah, tidak akan berhasil dengan
dukung pelaksanaan program pendidikan baik bila berbagai kendala di atas,
kecakapan hidup. Sedangkan faktor terutama yang terkait dengan faktor
penghambat dukungan dunia industri guru, belum diatasi lebih dahulu.
adalah meliputi keterbatasan jumlah Pengenalan kecakapan hidup ter-
serta sumber daya dunia usaha/industri hadap peserta didik bukanlah untuk
di daerah, merasa tidak mempunyai mengganti kurikulum yang ada, akan
ikatan, tidak ada akad kerjasama yang tetapi melakukan reorientasi terhadap
jelas, alokasi waktu sekolah dengan kurikulum yang ada agar benar-benar
dunia usaha/industri yang tidak seiring dapat merefleksikan nilai-nilai kehidup-
dan tidak ada koordinasi. an nyata. Jadi pendidikan kecakapan
Kemudian mengenai faktor peng- hidup merupakan upaya untuk men-
hambat sosial/budaya adalah meliputi jembatani kesenjangan antara kurikulum
tatanan sosial/budaya yang tidak men- yang ada terhadap tuntutan kehidupan
dukung siswa sekolah bekerja, tidak nyata.
memahami pendidikan kecakapan hidup, Keberhasilan implementasi pen-
serta masih berorientasi pada perolehan didikan kecakapan hidup tidak hanya
gelar sesudah selesai sekolah. Peng- bergantung pada model yang digunakan,
hambat bagi orang tua meliputi ke- namun juga sangat bergantung pada
banyakan berpendapatan rendah sedang- terpenuhi tidaknya syarat-syarat minimal
kan yang berpendapatan tinggi kurang yang harus diupayakan untuk masing-
sadar, tidak mengerti pendidikan ke- masing model. Model-model implemen-
cakapan hidup, pola pikir berorientasi tasi di atas sifatnya adalah kondisional,
pada gelar kesarjanaan dan motivasi oleh sebab itu, pihak sekolah perlu
untuk mendorong anak memperoleh memilih dan menggunakannya secara
kecakapan hidup rendah. hati-hati sesuai dengan kondisi, ke-
Jelaslah bahwa banyak faktor mampuan dan keinginan sekolah beserta
penghambat yang sangat mungkin di- seluruh stakeholder-nya. Model mana-
80 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012)

pun yang dipilih, implementasi pen- yang diberikan bagi mereka yang tidak
didikan kecakapan hidup membutuhkan mematuhinya.
suatu reorientasi kurikulum, pembelajar- Mungkin ada yang mengatakan
an, dan penilaian (Saryono, Djoko, sangat sulit untuk mengembangkan bu-
2002). Selain itu juga memerlukan refor- daya seperti itu. Tetapi dari pengamatan,
masi manjemen sekolah, budaya se- ternyata juga ada beberapa sekolah yang
kolah, dan peningkatan hubungan se- telah berhasil dan ternyata sekolah yang
kolah dengan masyarakat. berhasil mengembangkan budaya seperti
Aspek-aspek kecakapan hidup, mampu hasil belajar siswa juga sangat
khususnya yang bersifat sikap (merupa- bagus. Di beberapa negara budaya se-
kan perwujudan kesadaran diri) banyak kolah (school culture) juga sedang men-
yang sebenarnya merupakan bagian jadi kajian untuk meningkatkan mutu.
aktivitas sehari-hari manusia. Secara Mungkin kita dapat mendahuluinya de-
teoritik aspek sikap atau ranah afektif ngan mengaitkan dengan gagasan
lebih efektif jika dikembangkan melalui kecakapan hidup.
kebiasaan sehari-hari. Misalnya disiplin
pada siswa akan lebih mudah di- PENUTUP
kembangkan jika disiplin telah menjadi
kebiasaan sehari-hari di sekolah. Jujur, Implementasi kecakapan hidup di
kerja keras, saling toleransi dan se- sekolah dapat dimasukkan dalam mata
bagainya akan mudah dikembangkan pelajaran muatan lokal, sehingga tidak
jika aspek-aspek tersebut sudah menjadi menambah beban bagi guru dan sekolah.
kebiasaan sehari-hari di sekolah. Ibarat Kecakapan hidup dalam pengembangan
anak yang memasuki gedung yang ber- kurikulum lebih merefleksikan kehidup-
sih, tentu sungkan kalau akan membuang an nyata, penyelenggaraannya benar-
sampah di sembarang tempat. Jika benar memiliki penguasaan kehidupan
kepala sekolah dan guru selalu datang di yang kuat, siswa aktif dan mempelajari
kelas beberapa menit sebelum pelajaran kenyataan, metode pembelajaran lebih
dimulai, tentu secara bertahap siswa konkrit, kerja tim kuat, media pen-
akan mengikutinya. Jika kepala sekolah didikan menggunakan kenyataan, tempat
dan guru biasa membaca dan kemudian belajar tidak harus di kelas, pembe-
membuat rangkuman yang ditempel di lajaran tergantung kompetensi yang
majalah dinding sekolah, akan men- ingin dikuasai, pengalaman hidup lebih
dorong siswa menirunya. Jika antara nyata dan evaluasi belajar lebih me-
guru dan karyawan terjadi kebiasaan nekankan pada kenyataan.
saling menyapa dan menghormati bah- Implementasi pendidikan kecakap-
kan saling menolong akan menubuhkan an hidup harus ditangani secara hati-hati,
hal serupa pada siswa. serius, dan cermat. Kesalahan dalam pe-
Dari contoh di atas, budaya se- nanganan hanya akan memunculkan ma-
kolah memang harus dirancang dan di- salah baru dalam pendidikan. Sebaliknya
lakukan dengan keteladanan. Kepala penanganan yang benar akan membuat
sekolah, guru, karyawan dan bahkan sebagai besar permasalahan pendidikan
orang tua siswa dapat berunding bagai- sekaligus permasalahan sosial-ekonomi
mana memulai dan mengembangkan masyarakat dapat diatasi. Ini berarti
budaya itu. Pada jenjang tertentu, siswa keberhasilan atau kegagalannya sangat
juga dapat dilibatkan untuk merancang bergantung pada para pelaku pendidikan
dan memutuskan budaya apa yang akan itu sendiri, pakar-pakar pendidikan,
dikembangkan, termasuk sangsi apa birokrat, dan semua stakeholder pen-
didikan.
Ali Nupiah, Upaya Merekonstruksi Ulang Pendidikan Nasional 81

DAFTAR RUJUKAN
Bambang Sartono. 2003. Pengenalan Life Skills Development di Seoul
Pelatihan Kewirausahaan dalam Korea, Tanggal 9-12 Desember
Rangka Pendidikan Berorientasi 2003.
Kecakapan Hidup, Semiloka Pe- Indrajati Sidi. 2002. Konsep Pendidikan
ngembangan Model Pembelajaran, Berorientasi Kecakapan Hidup
Lembaga Penelitian UNY, 13 (Life Skills) melalui Pendidikan
Agustus 2003 Berbasis Luas (Broad-Based Edu-
Brolin, D.E. 1989. Life Centred Career cation-BBE), Direktorat Jenderal
Education: A Competency Based Pendidikan Dasar dan Menengah
Approach. Reston VA: The Departemen Pendidikan Nasional
Council for Exeptional Children. Kendall, John S dan Marzano, Robert J.
Depdiknas RI. 2004. Pendidikan Ke- 1997. Content Knowledge: A Com-
cakapan Hidup: Buku I Edisi 2. pedium of Standards and
Jakarta: Depdiknas RI Benchmarkes for K-12 Education.
Aurora, Colorado, USA: Mc REL
Dinas Pendidikan Jawa Barat. 2002. Mid – Continent Regional Edu-
Pendidikan Berbasis Luas Ke- cation Laboratory, Alexandria,
cakapan Hidup dengan Model Virginia, USA: ASCD
Pelaksanaan Pembelajaran Hidup
di Sekolah. Bandung: Dwi Rama. Parjono. 2002. Upaya Meningkatkan
Kualitas Pendidikan melalui Pen-
Eun-Sonn Baik & Namhee Kim. 2003. didikan Kecakapan Hidup (Life
Life Skills Development From the Skills). WUNI, Edisi Mei 2002.
Perspective of Korea. Makalah LPM Universitas Negeri Yogya-
pada Asian Approach to Life Skills karta.
Development di Seoul Korea,
Tanggal 9-12 Desember 2003 Saryono, Djoko. 2002. Pendidikan
Kecakapan Hidup: Konsepsi dan
Finch, Curtis R & John R. Crunkilton. Implementasinya di Sekolah. Ma-
1979. Curriculum Development in kalah dalam Workshop Pengem-
Vocational and Teachnical Edu- bangan Sistem pendidikan Dasar
cation. Boston: Allyn and Bacon dan Menengah Berorientasi Ke-
Inc. cakapan Hidup di Jawa Timur, 11
Inciong, Teresita G. 2003. Life Skills Nopember 2002, Universitas
Development in the Philippines. Negeri Malang.
Makalah pada Asia Approach to
Indeks
budaya .................................... 79, 80, 81 pendidikan72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79,
guru .................................. 77, 79, 80, 81 80, 81, 2
kurikulum............. 73, 77, 78, 79, 80, 81 sekolah ..... 73, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81
media.................................................. 81 sistem ..................................... 73, 74, 79
model ..................................... 77, 78, 80 siswa... 72, 73, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81
pelajaran... 72, 74, 75, 76, 77, 78, 80, 81 solusi ............................................ 73, 74

Anda mungkin juga menyukai