Anda di halaman 1dari 7

Indonesia Raya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Indonesia Raya

Salah satu dari dua terbitan asli lagu Indonesia Raya, di surat

kabar Tionghoa berbahasa Melayu Sin Po, edisi 10 November 1928.

Juga dikenal sebagai Indonesia Raja(ejaan lama)

Pencipta lirik Wage Rudolf Supratman, 1924

Komposer musik Wage Rudolf Supratman, 1924

Diadopsi 17 Agustus 1945

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali diperkenalkan
oleh komponisnya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28 Oktober 1928 pada saat Kongres
Pemuda II di Batavia. Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara
di Indonesia yang mendukung ide satu "Indonesia" sebagai penerus Hindia Belanda, daripada
dipecah menjadi beberapa koloni.
Stanza pertama dari Indonesia Raya dipilih sebagai lagu kebangsaan ketika Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Indonesia Raya dimainkan pada upacara bendera. Bendera Indonesia dinaikkan dengan khidmat
dan gerakan yang diatur sedemikian supaya bendera mencapai puncak tiang bendera ketika lagu
berakhir. Upacara bendera utama diadakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus untuk
memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Upacara ini dipimpin oleh Presiden Indonesia.
Setiap orang yang hadir pada saat Lagu Kebangsaan diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib
berdiri tegak dengan sikap hormat.[1] Anggota Militer berseragam lazimnya melakukan
penghormatan dengan mengangkat tangan kanan pada saat lagu kebangsaan
diperdengarkan/dinyanyikan.

Sejarah
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas
menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh
seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan.
Setelah dikumandangkan tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan biola,
pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia
Raya. Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka menyanyikan lagu itu dengan
mengucapkan "Mulia, Mulia!" (bukan "Merdeka, Merdeka!") pada refrein. Akan tetapi, tetap saja
mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan.[2] Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu
dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan
sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kontroversial dan pada
kompas tahun 1990-an, Remy Sylado, seorang budayawan dan seniman senior Indonesia
mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan
tahun 1600-an berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda. Kaye A. Solapung, seorang pengamat musik,
menanggap tulisan Remy dalam Kompas tanggal 22 Desember 1991. Ia mengatakan bahwa Remy
hanya sekadar mengulang tuduhan Amir Pasaribupada tahun 1950-an. Ia juga mengatakan dengan
mengutip Amir Pasaribu bahwa dalam literatur musik, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda
di Belanda, begitu pula Boola-Boola di Amerika Serikat. Solapung kemudian membedah lagu-lagu
itu. Menurutnya, lagu Boola-boola dan Lekka Lekka tidak sama persis dengan Indonesia Raya,
dengan hanya delapan ketuk yang sama. Begitu juga dengan penggunaan Chord yang jelas
berbeda. Sehingga, ia menyimpulkan bahwa Indonesia Raya tidak menjiplak.[3]
Naskah pada koran Sin Po (1928)
Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman dan dikumandangkan pertama kali di muka
umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta (pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan
oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928. Naskah tersebut ditulis oleh WR Supratman
dengan Tangga Nada C (natural) dan dengan catatan Djangan Terlaloe Tjepat, sedangkan pada
sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman pada Tangga Nada G (sesuai kemampuan umum
orang menyanyi pada rentang a - e) dan dengan irama Marcia, Jos Cleber (1950) menuliskan
dengan irama Maestoso con bravura (kecepatan metronome 104).[4]
Aransemen simfoni Jos Cleber (1950)
Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama Jos
Cleber (pada waktu itu ia berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999 pada usia 83 tahun. Setelah
menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta adalah Jusuf Ronodipuro sejak pada
tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan
setelah juga menerima masukan dari Presiden Soekarno.
Rekaman asli (1950) dan rekam ulang (1997)
Rekaman asli dari Jos Cleber sejak pada tahun 1950 dari Jakarta Philharmonic Orchestra dimainkan
perekaman secara bersuara stereo di Bandar Lampung sejak peresmian
oleh Presiden Soeharto sejak pada tanggal 1 Januari 1992 dan direkam kembali secara digital
di Australia sejak bertepatan pada Kerusuhan Mei 1998 yang diaransemen oleh Jos Cleberyang
tersimpan di RRI Jakarta oleh Victoria Philharmonic Orchestra di bawah konduktor oleh Addie
Muljadi Sumaatmadja yang berkerjsama oleh Twilite Orchestra yang diletak debut album pertama
oleh Simfoni Negeriku yang durasi selama 1-menit 47-detik.[4]
Lirik asli, ejaan 1958, dan EYD
Lirik asli (1928) Lirik resmi (1958) Lirik modern
INDONESIA RAJA[2] INDONESIA RAJA[5] INDONESIA RAYA[6]
I I I
Indonesia, tanah airkoe, Indonesia tanah airku, Indonesia tanah airku,
Tanah toempah darahkoe, Tanah tumpah darahku, Tanah tumpah darahku,
Disanalah akoe berdiri, Disanalah aku berdiri, Di sanalah aku berdiri,
Mendjaga Pandoe Iboekoe. Djadi pandu ibuku. Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaankoe, Indonesia kebangsaanku, Indonesia kebangsaanku,


Kebangsaan tanah airkoe, Bangsa dan tanah airku, Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseroe: Marilah kita berseru, Marilah kita berseru,
"Indonesia Bersatoe". Indonesia bersatu. Indonesia bersatu.

Hidoeplah tanahkoe, Hiduplah tanahku, Hiduplah tanahku,


Hidoeplah neg'rikoe, Hiduplah neg'riku, Hiduplah neg'riku,
Bangsakoe, djiwakoe, semoea, Bangsaku, Rajatku, sem'wanja, Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangoenlah rajatnja, Bangunlah djiwanja, Bangunlah jiwanya,
Bangoenlah badannja, Bangunlah badannja, Bangunlah badannya,
Oentoek Indonesia Raja. Untuk Indonesia Raja. Untuk Indonesia Raya.
II II II
Indonesia, tanah jang moelia, Indonesia, tanah jang mulia, Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita jang kaja, Tanah kita jang kaja, Tanah kita yang kaya,
Disanalah akoe hidoep, Disanalah aku berdiri, Di sanalah aku berdiri,
Oentoek s'lama-lamanja. Untuk s'lama-lamanja. Untuk s'lama-lamanya.

Indonesia, tanah poesaka, Indonesia, tanah pusaka, Indonesia, tanah pusaka,


Poesaka kita semoea, P'saka kita semuanja, P'saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa: Marilah kita mendoa, Marilah kita mendoa,
"Indonesia Bahagia". Indonesia bahagia. Indonesia bahagia.

Soeboerlah tanahnja, Suburlah tanahnja, Suburlah tanahnya,


Soeboerlah djiwanja, Suburlah djiwanja, Suburlah jiwanya,
Bangsanja, rajatnja, semoeanja, Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja, Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sedarlah hatinja, Sadarlah hatinja, Sadarlah hatinya,
Sedarlah boedinja, Sadarlah budinja, Sadarlah budinya,
Oentoek Indonesia Raja. Untuk Indonesia Raja. Untuk Indonesia Raya.
III III III
Indonesia, tanah jang soetji, Indonesia, tanah jang sutji, Indonesia, tanah yang suci,
Bagi kita disini, Tanah kita jang sakti, Tanah kita yang sakti,
Disanalah kita berdiri, Disanalah aku berdiri, Di sanalah aku berdiri,
Mendjaga Iboe sedjati. Ndjaga ibu sedjati. N'jaga ibu sejati.

Indonesia, tanah berseri, Indonesia, tanah berseri, Indonesia, tanah berseri,


Tanah jang terkoetjintai, Tanah jang aku sajangi, Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berdjandji: Marilah kita berdjandji, Marilah kita berjanji,
"Indonesia Bersatoe" Indonesia abadi. Indonesia abadi.

S'lamatlah rajatnja, S'lamatlah rakjatnja, S'lamatlah rakyatnya,


S'lamatlah poet'ranja, S'lamatlah putranja, S'lamatlah putranya,
Poelaoenja, laoetnja, semoea, Pulaunja, lautnja, sem'wanja, Pulaunya, lautnya, semuanya,
Madjoelah neg'rinja, Madjulah Neg'rinja, Majulah Neg'rinya,
Madjoelah Pandoenja, Madjulah pandunja, Majulah pandunya,
Oentoek Indonesia Raja. Untuk Indonesia Raja. Untuk Indonesia Raya.
Refrain Refrain Refrain
Indones', Indones', Indonesia Raja, Indonesia Raya,
Moelia, Moelia, Merdeka, merdeka, Merdeka, merdeka,
Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta. Tanahku, neg'riku jang kutjinta! Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Indones', Indones', Indonesia Raja, Indonesia Raya,
Moelia, Moelia, Merdeka, merdeka, Merdeka, merdeka,
Hidoeplah Indonesia Raja. Hiduplah Indonesia Raja. Hiduplah Indonesia Raya.

Notasi
0:00
0:00

0:00

Protokol
Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan penggunaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 1958.[7] Setiap orang yang hadir
pada saat Lagu Kebangsaan diperdengarkan dan/atau dinyanyikan, wajib berdiri tegak dengan sikap hormat.[8]

Anda mungkin juga menyukai