File PDF
File PDF
ii
Tumor otak merupakan pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang berasal dari dalam
otak atau yang menyokong struktur otak. Batasan tumor otak adalah pertumbuhan sel
akan berproliferasi yang akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat
disekitarnya dan terjadi perubahan suplai darah. Apabila tumor terus berkembang
menyebabkan terjadinya gangguan neurologis dan peningkatan tekanan intrakranial,
yang pada akhirnya akan menyebabkan nekrosis jaringan otak. Masalah kesehatan
yang dimiliki Tn. A adalah :nyeri kepala. Diagnosa utama yang dibahas oleh penulis
dan menjadi fokus dalam karya ilmiah ini adalah diagnosa nyeri akut akibat
peningkatan tekanan intrakranial. Implementasi keperawatan dilakukan pada Minggu
ke1. Penulis hanya akan memaparkan implementasi untuk diagnosa nyeri dengan
intervensi yang diberikan yaitu teknik relaksasi dan nafas dalam. Nyeri kepala akibat
tumor otak merupakan masalah yang cukup serius dan memerlukan perhatian khusus
karena selain dapat menimbulkan gangguan neurologis yang cukup serius.
Kata kunci: Tumor otak, Nyeri kepala, Tehnik Relaksasi dan napas dalam
Brain tumor is an abnormal growth of cells derived from the brain or brain structures
that support. Limitation of brain tumor is a growth of cells will proliferate will
continue to evolve urge the surrounding healthy brain tissue and blood supply
changes. If the tumor continues to grow causing neurological disturbances and
increased intracranial pressure, which in turn will lead to necrosis of the brain tissue.
Mr. owned health problems. A are: headache. The main diagnoses were discussed by
the authors and the focus of this paper is the diagnosis of acute pain due to increased
intracranial pressure. Implementation of nursing conducted on Sunday the 1st. The
author will only describe the implementation of the intervention for pain diagnosis
given the relaxation and deep breathing techniques. Headache due to brain tumor is a
serious problem and requires special attention because in addition can cause a serious
neurological.disorder.
vi
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul
“Analisis Asuhan Keperawatan Masyarakat Perkotaan Pada Tn A Dengan Tumor
Otak Post Kraniotomi di Lantai V Bedah RSPAD Gatot Soebroto.”
Penyusunan karya ilmiah akhir ini dapat terlaksana atas bantuan, dukungan,
bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan
penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, Phd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia;
2. Ibu Kuntarti, SKp, M. Biomed, selaku Ketua Program studi Sarjana Ilmu
Keperawatan;
3. Bapak Masfuri, SKp, MN selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukan berharga
dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;
4. Ibu Ns. Merri Silaban, S. Kep selaku pembimbing Lantai V Bedah yang tak
pernah berhenti memotivasi dan memacu semangat selama praktek di RSPAD
Gatot Soebroto
5. Ibu Riri Maria, SKp., MN, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners
peminatan Keperawatan Medikal Bedah;
6. Seluruh teman ekstensi angkatan 2011 yang selalu berjuang bersama melewati
pahit manisnya profesi sampai bisa mencapai titik final.
Akhir kata semoga karya ilmiah akhir Ners ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu dan sikap professional dimanapun perawat bertugas dan
melaksanakan perannya.
Depok, Juli 2014
Penulis
vii
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
ix
DAFTR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor otak adalah suatu massa abnormal didalam tengkorak yang disebabkan
oleh multipikasi sel-sel yang berlebihan dan menyebabkan adanya proses desak
ruang. Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ±10% dari neoplasma
seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% didalam
kanalis spinalis. Tumor otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh tumor susunan
saraf pusat. Berdasarkan data statistik Central Brain Tumor Registry of United
State ( 2005-2006) angka insidensi tahunan tumor intracranial di Amerika serikat
adalah 14,8 per 100.000 populasi pertahun dimana wanita lebih banyak (15,1)
disbanding dengan pria (14,5). Estimasi insiden tumor intrakranial primer adalah
8,2 per 100.000 populasi per tahun. Data-data insidensi dari Negara-negara
lainnya berkisar antara 7-13 per 100.000 populasi per tahun ( Jepang 9/100.000
populasi/tahun; Swedia 4/100.000 populasi/tahun ). Insidensi tumor otak primer
bervariasi sehubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidensi ini
mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia decade pertama yaitu dari
Universitas Indonesia
Dampak sosial kanker terkait pembiayaan pengobatan yang tinggi yang dapat
mengganggu perekonomian keluarga, bangsa dan Negara. Kanker sebagai global
epidemi berarti kanker telah menjadi masalah dunia karena jumlah penderita
kanker terus meningkat demikian pula kematiannya. Masalah efektifitas
pengobatan contohnya akhir-akhir ini banyak sekali tawaran pengobatan alternatif
untuk kanker di masyarakat. perlu mengevaluasi efektifitasnya, dan meneliti
dampak lain yang dapat ditimbulkan. Fasilitas diagnosis dan pengobatan kanker
yang memadai di Indonesia perlu ditingkatkan. Deteksi dini kanker perlu
ditingkatkan cakupannya dan perlu disebarluaskan bahwa kanker adalah penyakit
yang dapat diobati secara medis, apalagi jika ditemukan pada fase dini. Meskipun
dapat diobati tentunya akan lebih baik jika tidak menderita kanker. Kesadaran
masyarakat bahwa kanker dapat dicegah perlu terus ditingkatkan. Upaya
pencegahan dilakukan melalui pencegahan faktor risiko seperti tidak merokok dan
berperilaku hidup sehat ( The Oncology Group, 2003 ).
Universitas Indonesia
Bedah kraniotomi merupakan prosedur bedah yang paling umum dilakukan untuk
mengangkat massa tumor atau menghilangkan bagian terbesar tumor otak (
Brunner & Suddarth, 2001 ). Pembedahan merupakan pilihan utama untuk
mengangkat tumor. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin
diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek
radiasi yang optimal. Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
pelaksanaan proses keganasan. Sebagian tumor otak bersifat radioresponsif,
Universitas Indonesia
sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi
diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Pada kemoterapi dilakukan
dengan tujuan membunuh sel tumor pada klien. Tindakan ini diberikan dalam
siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti
waktu istirahat dan pemulihan. Risiko kematian pasien pasca kraniotomi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain diagnosis penyakit atau cedera yang
mejadi indikasi dilakukannya kraniotomi, faktor usia, skor Glasgow Coma Scale,
komplikasi pasca operasi dan beberapa faktor medis lainnya ( Brunner & Suddart,
2001 ).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berat otak maunusia sekitar 1.400 gram, tersusun oleh sekitar 100 triliun neuron.
Masing-masing neuron mempunyai 1.000 sampai 10.000 koneksi sinaps dengan sel
saraf lainnya. Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal dan terletak di
dalam ruangan yang tertutup oleh tulang yaitu kranium (tengkorak). Kranium ini
secara absolut tidak dapat bertambah volumenya terutamam pada orang dewasa. Otak
terdiri dari empat bagian besar yaitu: serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil),
diensefalon, dan batang otak ( Ganong, 2013)
Selaput otak terdiri dari tiga lapis : Duramater adalah meningens terluar yang
merupakan gabungan dari dua lapisan selaput yaitu: lapisan bagian dalam (yang
berlanjut ke duramater spinal) dan lapisan bagian luar (yang sebetulnya merupakan
lapisan perios teum tengkorak). Lapisan bagian dalam akan melebar serta melekuk
membentuk sekat-sekat otak (falks, tentorium). Lapisan bagian luar merupakan
jaringan fibrosa yang lebih padat dan mengandung vena serta arteri untuk memberi
makan tulang. Gabungan kedua lapisan ini melekat erat dengan permukaan dalam
tulang sehingga tidak ada celah diantaranya.Arakhnoid merupakan lapisan tengah
Universitas Indonesia
antara duramater dan piamater. Dibawah lapisan ini adalah rongga subarakhnoid yang
mengandung trabekula dan dialiri liquor cerebro spinal. Lapisan arakhnoid tidak
memiliki pembuluh darah, tetapi pada rongga subarakhnoid terdapat pembuluh
darah.Piamater merupakan lapisan selaput otak yang paling dalam langsung
berhubungan dengan permukaan jaringan otak serta mengikuti konvolusinya (
Guyton, 2000)
Serebrum merupakan bagian otak terbesar (85%), yang terdiri dari sepasang hemisfer.
Serebrum merupakan pusat koordinasi untuk gerakan otot dan terletak di belakang
batang otak dan kontrol berbagai ekspresi emosi, moral, dan tingkah laku etika.
Lobus parietal dikaitkan untuk evaluasi sensorik umum dan rasa kecap, dimana
selanjutnya akan diintegrasi dan diproses untuk menimbulkan kesiagaan tubuh
terhadap lingkungan eksternal. Lobus parietal mempuyai dua sulkus utama yaitu
sulkus pascasentral dan sulkus intra-parietal. Lobus temporalis merupakan lobus yang
letaknya paling dekat dengan telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan
dengan pendengaran, keseimbangan, dan juga sebagian dari emosi-memori. Lobus
temporalis mempunyai dua sulkus yaitu sulkus temporalis superior dan inferior yang
membaginya atas tiga girus: girus temporalis superior, medius, dan inferior. Cairan
serebrospinal mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medulla spinalis.
Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan serebrospinalis menyerupai
plasma darah dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung protein. Cairan
cerebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal yang
mengintari pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis (
Guyton, 2000)
Universitas Indonesia
susunan saraf otonom yang melakukan fungsi vegetatif penting dalam kehidupan,
seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air,
selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual. Hipotalamus juga berperan
sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan
kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau
inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem
endokrin. Sistem limbik terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan
diensefalon yang terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas prilaku
sadar. Girus singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan bagian
sistem limbik dalam korteks serebral. Otak tengah merupakan bagian otak pendek
dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dan serebrum dan
berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks. Pons hampir semuanya terdiri
dari substansi putih. Pons menghubungkan medula yang panjang dengan berbagai
bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi terletak dalam pns dan
mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan. Nuklei saraf kranial V, VI dan VII
terletak dalm pons, yang juga menerima informasi dari saraf kranial VIII (
Sheerwood, 2001 )
Serebelum terletak disisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak.
Terdiri dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer
serebral. Serebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan
ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang
dicetuskan di suatu tempat di susunan saraf pusat berlangsung dengan halus
bukannya mendadak dan tidak terkoordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk
mempertahankan postur. Medula oblongata panjangnya sekita 2,5 cm dan menjulur
dari pons sampai medula spinalis dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area
foramen magnum tengkorak. Pusat medula adalah nuklei yang berperan dalam
pengendalian fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk,
menelan dan muntah. Nuklei yang merupakan asal saraf kranial IX, X, XI dan XII
teretak di dalam medula. Formasi retikular atau sistem aktivasi retikular adalah
Universitas Indonesia
jaring-jaring serabut saraf dan badan sel yag tersebar di keseluruhan bagian medula
oblongata, pons dan otak tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan
mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran ( Sherwood, 2001)
2.2.1 Definisi
Neoplasma merupakan setiap pertumbuhan sel-sel baru dan abnormal; secara khusus
dapat diartikan sebagai suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dan progresif.
Neplasma ganas dibedakan dengan neoplasma jinak; neoplasma ganas menunjukan
derajat anaplasia yang lebih besar dan mempunyai sifat invasi serta metastasis. Diseut
juga tumor. Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan
lesi-lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang tumbuh dalam
otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal primer,
metastatik, atau perkembangan yang berasal dari dalam otak atau yang menyokong
struktur otak. Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak
ruang (space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam rongga
tengkorak baik dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial ( Black, J.M
& Hawks, J.H, 2009)
Penyebab dari tumor otak belum diketahui secara pasti tetapi masih ada faktor-faktor
agent yang bertanggung jawab penyebab tumor tertentu. Faktor tersebut diantaranya
herediter yaitu sindrome herediter seperti von Recklinghausen’s Disease, tuberous
sclerosis, retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko
tumor otak. Keturunan memainkan peran yang kecil dalam penyebab tumor otak.
Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita tumor
otak. Gen yang terlibat bisa dibagi pada dua kelas yaitu Tumor-suppressor genes dan
oncogens. Selain itu, sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan genetik untuk
glioma tetapi hanya 2%. Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor
Universitas Indonesia
otak jenis neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors. Selain itu,
paparan terhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko tumor otak ( Anna, 2011).
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa substansi yang karsinogenik seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang
bisa menyebabkan tumor siste saraf pusat. Infeksi virus juga dipercayai bisa
menyebabkan tumor otak. Contohnya, virus Epseien-barr. Penelitian menunjukan
bahwa makanan seperti makanan yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya
berkolerasi dengan peningkatan risisko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak
menurun ketika makan individu lebih banyak buah dan sayuran. ( Ruddon, 2007 )
2.2.3 Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central nervous system (CSN). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh meneyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi
secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskular primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan
perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak. Peningkatan TIK dapat diakibatkan
oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar
tumor, dan perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal. Tumo ganas menyebabkan
edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis
yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar diotak, menimbulkan peningkatan volume
intrakranial dan meningkatkan TIK. Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika
terjadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau
berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah
Universitas Indonesia
intrakranial, volume CSS, andungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim
otak, kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi unkus
sereblum ( Newton, 2009 ).
Terdapat beberapa metode untuk mengukur aktivitas listrik otak dan neuron serta
mengobservasi malformasi, cedera atau tumor diantaranya MRI (magnetic resonance
imaging) adalah pencitraan resonansi magnetik yang menangkap apa yang terjadi di
otak secara fisiologis sebelum, selama dan setelah individu melakukan tugas. MRI
mengandalkan prinsip bahwa setiap atom ditubuh bekrja seperti jarum kompas yang
Universitas Indonesia
kecil dan berbaris dalam arah yang dapat diperkirakan apabila terpajan dengan medan
magnetik. Sinyal yang khas pada setiap atom dipancarkan dan citra dapat dibentuk
dari informasi ini dengan menggunakan program komputer spesifik. Organ
direproduksi dalam detail yang lebih anatomis yang lebih baik dibandingkan dengan
yang dihasilkan oleh pemeriksaan radiograf saja.MRI memberikan dampak dramatis
pada penelitian mengenai fungsi otak dan patofisiologi. Teknik ini memungkinkan
peneliti untuk secara noninvasif menyelidiki konsentrasi oksigen di otak saat individu
melakukan tugas. Karena otak secara cepat berpindah ke glikolisis anaerob pada
lonjakan aktivitas, kadar oksigen meningkat dalam darah vena yang keluar dari area
yang melakukan tugas. Dengan memeriksa area yang memiliki kadar oksigen tinggi,
peneliti dapat mengidentifikasi pola aliran darahdan area otak yang aktif. Dengan
MRI, struktur dan integritas jaringan dapat digambarkan dengan jelas. Diagnosis
terbaik pada tumor otak adalah dengan pemeriksaan MRI. MRI harus menjadi
pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala kelainan pada intrakranial.
MRI dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk
melihat tumor infratentorial, namun mempunyai keterbatasan dalam hal menilai
klasifikasi ( Newton, 2009).
Universitas Indonesia
Penatalaksanaan pada tumor otak dapat berupa initial supportive dan definitive
therapy.Suportive therapy berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan
fungsi neurologik pasien. Supportive treatmen yang utama digunakan adalah anti
konvulsan dan kortikosteroid. Anti konvulsan diberikan pada pasien yang
menunjukan tanda-tanda seizure. Phenitoin (300-400 mg/h)adalah yang paling umum
digunakan, tapi carbamazepine (600-1000 mg/h), phenobarbital (90-15 mg/h), dan
valproic acid (750-1500 mg/h) juga dapat digunakan. Kortikosteroid mengurangi
edema dan mengurangi tekanan intrakranial. Efeknya mengurangi sakit kepala
dengan cepat. Dexamethason adalah kortikosteroid yang dipilih karena aktivitas
mineralocorticoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari 16 mg/h, tetapi
dosis ini dapat ditambahkan mmaupun dikurangi untuk mencapai dosis yang
dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik. Definitive treatment intrakranial
tumor meliputi pembedahan, radiotherapi, kemotherapi dan yang sedang
dikembangkan yaitu immunotherapi ( Sudoyo, 2006 ).
Universitas Indonesia
diteliti lebih lanjut. Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak tumor,
khususnya allograf, telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun yang lalu. Hal itu
hanya sebuah contoh bagaimana sistem imun dapat mengendalikan pertumbuhan
tumor. Tumor umumnya menghasilkan level protein yang berbeda (dibandingkan
protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa protein mengandung asam amino
substitusi atau deletions, atau mengubah phosphorylation atau glycosylation.
Beberapa perubahan protein oleh tumor sudah mencukupi bagi sistem imun untuk
mengenal protein yang dihasilkan tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun
respon untuk melawan protei-protein tersebut ( Black & Hawks, 2009 )
Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapt dipasang untuk memantau
tekanan darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi dan
mendapatkan terapi oksigen tambahan. Pada pasca operasi kraniotomi ada beberapa
intervensi yang dilakukan yaitu mengurangi edema cerebri, meredakan nyeri dan
mencegah kejang serta memantau tekanan intrakranial ( Brunner & Suddart, 2001 )
Universitas Indonesia
2.3.1 Pengkajian
1) Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan adanya
gangguan fokal, seperti nyeri kepala muntah-muntah, kejang, dan penurunan
tingkat kesadaran
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan tingk
kat kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan
pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam intrakranial.
Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
neurolema yang menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah
unilateral.
e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
f. Saraf VIII : pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang
mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks
yang berbatasan.
g. Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan
membuka mulut.
Sistem motorik : gangguan pergerakan, hipotonia terhadap regangan atau
perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya dan hiperekstensibilitas,
gangguan berpakaian.
Refleks : gerakan involunter : kejang umum
Sistem sensorok : nyeri kepala bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari dan
menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan
intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejan pada waktu buang air
besar.
Pekemihan : inkontinensia urine
Pencernaan : kesulitan menelan, nafsu makan menuru, mual, muntah pada
fase akut.
Aktivitas : kesulitan beraktivitas, kehilangan sensori dan mudah lelah.
Universitas Indonesia
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang tau dapat
diadaptasi ditunjukan penurunan skala nyeri
- Klien tidak merasa kesakitan
- Klien tidak gelisah
Intervensi
Universitas Indonesia
Intervensi :
Universitas Indonesia
Intervennsi :
Universitas Indonesia
BAB 3
3.1.2 Anamnesa
1. Keluhan utama
Klien mengatakan badanya lemes saja. Keluarga klien mengatakan klien
gelisah dan susah untuk diajarkan dan diperintahkan. Keluarga klien
mengatakan klien makan agak susah
2. Alasan masuk / dirawat di RS
Keluarga mengatakan klien rujukan dari rumah sakit di serang. Keluarga
mengatakan klien sudah di rawat beberapa hari di rumah sait diserang.
Keluarga mengatakan klien terkena tumor otak setelah dilakukan pemeriksaan
CT Scant dengan menggunakan kontras
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit ekstermitas sebelah kanan
tiba-tiba lemes dan ridak tahu penyebabnya. Selain itu klien tidak pernah
menderita penyakit hipertensi, stroke ataupun diabetes. Tidak ada kelurga
Universitas Indonesia
yang menderita sakit tumor atau sejenisnya. Klien sebelum masuk rumah sakit
juga kurang untuk mengkonsumsi buah dan sayur. Kelurga mengatakan klien
tidak pernah mengkonsumsi alkoohol ataupun sejenisnya. Keluarga juga
mengatakan kebiasaan klien sebelum sakit suka merokok dan juga jarang
berolah raga.
4. Keluhan saat ini
Klien mengatakan nyeri kepala, mual dan muntah jika terasa pusing,
pandangan terasa kabur, tangan sebelah kanan lemah. Klien juga mengatakan
cemas terhadap penyakitnya dan akan dilakukan operasi.
3.1.3 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh
1. Aktivitas/istirahat
Klien sudah tidak bekerja. Klien dirumah selalu berkumpul dengan keluarga.
Klien senang bercakap-cakap dengan anak-anaknya. Aktivitas diwaktu
senggang dirumah klien mengobrol dengan anak-anaknya dan membantu istri
dalam kegiatan sehari-hari. Waktu tidur tidak tentu. Namun akhir-akhir ini
klien kadang waktu tidunya merasa tidak cukup dan kadang terasa susah tidur.
Klien tidak dapat tidur karena pusing sehingga untuk tidur harus hilang dulu
rasa sakit kepalanya. Klien terlihat lemah dan tangan kanan lemas tetapi
masih dapat menggenggam bola, sedangkan untuk mengangkat benda masih
perlu dibantu, tetapi tidak mampu untuk mandi, menyisir. Keadaan umum
klien baik, kesadaran composmentis, rentang gerak agak lemah ditangan
kanan, deformitas tidak ada, tremor tidak ada, kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
2. Sirkulasi
Tidak ada riwayat hipertensi/ sakit jantung pada klien. Edema (-), kesemutan
(-), pusing dan sakit kepala, kebas (-). TD : 110/70 mmHg, Nadi : 84 x/mnt,
Suhu: 360 C, Bunyi jantung S1 dan S2, murmur (-), gallop (-). Warn kulit pada
telapak tangan pink kemerahan, pengisian kapiler < 3 detik, konjungtiva tidak
anemis, membran mukosa oral pink, sklera tidak ikterik.
Universitas Indonesia
3. Eliminasi
Pola BAB1-2x sehari dilakukan secara rutin. Klien mengatakan tidak pernah
konstipasi dan tidak ada masalah yang lain. Selama dirawat klien BAB I
tempat tidur karena dadan klien yang lemah dan tidak memungkinkan untu
BAB dikamar mandi. Pola BAK 5-6x sehari. Tidak ada masalah dalam BAK.
Tidak ada masalah pada prostat. Selama dirawat klien BAK dengan memakai
selang cateter karena klien harus bedrest. Warna urine kuning dan tidak ada
hematuri.
4. Makanan/Cairan
Klien tidak ada masalah dalam makan dan minum. Keluarga klien
mengatakan klien makan selalu habis. Tapi sejak dirawat nafsu makannya
agak berkurang, mual dan muntah kalau kepalanya terasa sakit dan kadang
tidak mau makan. Diit yang diberikan adalah diit makan biasa. Keluarga
mengatakan dalam satu hari klien minum 1-2 liter/hari. Tetapi sejak dirawat
berkurang minumnya paling sedikit 3-4 gelas dalam sehari. Berat badan klien
SMRS adalah 50 kg dan tinggi badan 165 cm. LLA 21 cm.
5. Hygiene
Klien mandi 2x sehari biasanya dikamar mandi sebelum sakit, tetapi setelah
dirawat klien mandi ditempat tidur dan selalu dibantu oleh keluarga dengan
hanya mengelap badan. Klien juga dibantu untuk membersihkan gigi dan
mulutnya, serta mengganti pakaiannya setiap hari. Kebersihan tempat tidur
juga selalu diganti seprei dan sarung bantal jika kotor.
6. Neurosensori
Klien kadang mengeluh sakit kepala, status mental baik, kesadaran kompos
mentis, orientasi waktu, tempat dan orang agak kurang baik, klien kadang
susah kooperatif, mengingat memori yang saat ini dan lalu berkurang,
penggunaan alat baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil isokor,
reaksi pupil 2/2 +/+. GCS E4 M6 V5, extremitas tangan kanan lemah,
penciuman baik, pandangan terlihat kabur, bentuk wajah simetris, pengecapan
baik, pendengaran terganggu, kemampuan menelan baik
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Furniture 30
4 Terapi intravena/heparin lock Tidak : 0 0
Ya : 20
5 Gaya berjalan 20
- Normal/bedrest/immobile 0
- Lemah 10
- Dengan bantuan 20
6 Status mental 15
- Orientasi terhadap kemampuan 0
diri sendiri
- Melebih-lebihkan/ melupakan 15
keterbatasan
TOTAL 35
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4. Inj Ranitidine 2 x 80 mg 06 – 18
5. Inj Vit K 3 x 5 mg 06 – 14 – 22
6. Inj Kalnex 3 x 500 mg 06 – 14 – 22
7. Inj Ketorolac 2 x 100 mg 06 - 18
8. Captopril 3 x 25 mg 06 – 14 – 22
Universitas Indonesia
DS : Nyeri
- Klien mengatakan nyeri
kepala sebelah kanan
- Klien mengatakan kepala
kadang-kadang pusing
- Klien mengatakan skala nyeri
6
DO :
- Keadaan umum lemah
- Kasadaran composmentis
- TD = 150/90 mmHg, Nadi =
98 x/mnt Suhu = 36oC RR=
24 x/mnt
- Skala nyeri 6, intensitas
sering, karakteristik
berdenyut, lokasi kepala
sebelah kanan, durasi 5 menit
- O2 4 ltr/mnt
- Klien terlihat kesakitan
- Posisi kepala semi fowler
Universitas Indonesia
bingung
- Klien mengatakan masih belum
mengenali sekitarnya
- Klien mengatakan pandangan
masih belum terang
DO :
- Kesadaran composmentis
- GCS : E4 M6 V4
- Tangan kanan masih lemah
- Pupil 2/2 reflek +/+
- Penglihatan masih terlihat kabur
- Pendengaran masih terganggu
- Reflek tendon +/+
- Kemampuan bicara lemah
- Kemampuan pengecapan dan
penciuman sedikit terganggu
DS : Cemas
- Klien mengatakan cemas
akan dilakukan operasi
- Klien mengatakan takut kalau
operasinya tidak berhasil
DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien bertanya terus tentang
tindakan operasi
- Klien terlihat susah tidur
Universitas Indonesia
Intervensi :
- Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
Rasionalisasi : mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi,
perluasan dan perkembangan kerusakan susunan saraf pusat.
- Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.
Rasionalisasi : normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak
yang stabil. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi
serebral lokal dan menyeluruh.
- Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 20 – 30 derajat.
Rasonalisasi : kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis
dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
- Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan
membran mukosa.
Rasionalisasi : bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang
terintegrasi dengan perfusi jaringan.
- Bantu pasien untuk menghindari/mengatasi batuk, muntah, pengeluaran feses
yang dipaksakan/mengejan.
Rasionalisasi : aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra
abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
- Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah
laku yang tidak sesuai lainnya
Universitas Indonesia
Intervensi :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Intervensi :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DS : Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan nyeri luka
operasi
- Klien mengatakan badan masih
lemah
Universitas Indonesia
DO :
- Tangan kanan lemah
- Klien masih dibantu oleh
keluarga dalam pemenuhan
ADL
Intervensi :
- Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
Rasionalisasi : mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi,
perluasan dan perkembangan kerusakan susunan saraf pusat.
- Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.
Rasionalisasi : normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak
yang stabil. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi
serebral lokal dan menyeluruh.
- Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 20 – 30 derajat.
Rasonalisasi : kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis
dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
- Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan
membran mukosa.
Universitas Indonesia
Intervensi :
Universitas Indonesia
Intervensi :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISA MASALAH
Kanker otak adalah sebuah penyakit tumor ganas yang tumbuh di dalam sel otak,
penyebab ada dua, yaitu berasal dari sel otak sendiri atau primary brain cancer atau
berasal dari organ lain yang menyebar ke dalam otak manusia (secondary atau
metastatic brain cancer). Ada beberapa jenis dalam kanker ini yang sangat dikenal
Universitas Indonesia
Penanganan penyakit kanker sejak awal sangat penting. Sebab, jika sudah terlambat
biayanya akan semakin tinggi. Check up bisa mengurangi biaya perawatan kesehatan.
Pasalnya, semakin diketahui, pengobatan akan semakin mudah dan murah.
Masyarakat lebih beresiko terkena penyakit kanker atau tumor terutama karena enam
faktor. Faktok pertama adalah wawasan kesehatan yang masih rendah. Kedua, sistem
famili dokter belum menjadi tradisi. Ketiga check up belum menjadi kegiatan rutin.
Keempat, tidak semua masyarakat mampu berobat setaiap sakit. Kelima,
meningkatnya pendapatan kalah cepat dengan percepatan kenaikan ongkos berobat.
Keenam, dampak globalisasi yang terarkulturasi, seperti gaya hidup kebarat-baratan,
terutama mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan
lemak. Menjalani gaya hidup sehat dan melakukan check up medis merupakan upaya
yang efektif untuk meminimalisasi risiko terkena penyakit kanker atau tumor.
Apalagi, kemajuan teknologi saat ini membuat check up medis lebih akurat dalam
mendeteksi penyakit kritis sejak dini.
Universitas Indonesia
4.2 Analisa Asuhan Keperawatan pada Pasien Tumor otak post Kraniotomi
4.2.1 Analisa Diagnosa Keperawatan pada Pasien Tumor Otak Pre dan post
Kraniotomi
Universitas Indonesia
Pada diagnosa keperawatan cemas dimunculkan masalah tersebut karena klien belum
mengerti tentang penyakit ataupun informasi yang didapat selama sakit tentang
penyakit ataupun resiko yang ditimbulkan dari penyakit tersebut dan apa akibat lanjut
setelah perawatan penyakit tersebut. Dampak cemas berpengaruh terhadap kondisi
dan kesiapan klien terhadap keadaan penyakitnya saat ini dan pemulihan kesehatan
pada saat setelah operasi. Menberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya penting bagi
klien agar klien siap secara psikologis.
Universitas Indonesia
Penyebab tumor otak pada Tn. A tidak diketehui sebelumnya. Tetapi ada beberapa
faktor yang dianggap mencetuskan timbulnya tumor intrakranial diantaranya faktor
genetik, fisika, kimia dan virus tumorigenik. Pada faktor genetik Tn. A tidak ada
keluarga yang menderita penyakit tumor sebelumnya dan klien baru pertama kali ini
yang mendrita tumor intrakranial. Sedangkan pada faktor yang lain, klien tidak
bekerja lagi dan jarang terpapar dengan bahan kimiawi. Klien bekerja hanya
wiraswasta dan penyakit ini muncul setelah beberapa bulan saja. Kebisaan klien yang
lain adalah merokok dan klin juga jarang olah raga. Selain itu klien juga jarang
konsumsi makan sayur dan buah. Sebagian besar tumor intrakranial timbul pada
puncak usia antara 20 – 30 tahun. Sedangkan insiden gloma memiliki satu puncak
usia pada 30 – 40 tahun, puncak usia insiden lain adalah 10 – 20 tahun. Ini mungkin
karena klien menganggap keluhan pusing dan sakit kepala hanya hal biasa dan klien
tidak memeriksakan penyakitnya yang kunjung lama dan mengatasinya hanya dengan
minum obat warung saja.
Universitas Indonesia
mual sampai tangan kanan lemah untuk digerakkan. Tn. A mendapatkan terapi
citicolin 3 x 250 mg diberikan jam 06 – 14 – 22 . kemudian ketorolac 2 x 1 amp, yang
diberikan jam 06 – 18. Sedangkan untuk mengurangi peningkatan asam lambungnya
diberikan terapi Ranitidine 2 x 1 amp dan OMZ 2 x 40 mg yang diberikan jam 06 –
18. Terkait dengan persiapan akan dilakukan operasi terdapat peningkatan leukosit
pada pemeriksaan laboratorium tanggal 6 juni 2014 didapatkan peningkatan leukosit
yaitu 13.600/u sedangkan pada pemeriksaan yang lain tidak ada abnormalitas. Dan
untuk pemberian terapi antibiotik belum diberikan. Pada tanggal 9 juni 2014
dilakukan pemeriksaan darah lengkap serta kimia darah terdapat beberapa yang
menunjukan abnormalitas seperti peningkatan leukosit mmenjadi 24.400/u, SGOT
dan SGPT naik dan diperiksa juga Anti HIV tidak reaktif.
Pada Tn. A merasa tidak nyaman bila nyerinya sering muncul dan kadang sering
tidak tertahankan. Nyeri kadang sering muncul sewaktu-waktu. Klien juga sering
diingatkan agar tidak banyak bergerak yang akan meningkatkan tekanan intra kranial.
Peninggian tekanan intrakranial merupakan penyebab lansung gejala klinis dan dapat
membahayakan jiwa klien, maka menurunkan tekanan intrakranial dalam proses
terapi terhadap tumor intrakranial menjadi masalah sentral. Edukasi telah diberikan
terkait bagaimana yang harus dilakukan terkait posisi tubuh untuk mengurangi
tekanan intrakranial dengan memberikan posisi kepala tempat tidur dengan posisi 15
– 30 derajat. Kemudian diajarkan agar menghindari dari pembengkokan leher dan
menghindari penekanan pada daerah dada sehingga aliran darah balik vena ke kavum
kranial dapat lancar. Tn. A mengikuti apa yang sudah diajarkan meskipun klien
belum sepenuhnya mengerti tetapi keluarga mau bekerjasama dan membantu klien
secara mandiri.
Tn. A kadang tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengatasi nyeri yang
kadang muncul setelah operasi karena klien masih perlu bantuan oleh keluarga dan
dalam proses pengawasan. Pada saat nyeri klien biasanya hanya memegang kepala
dan hanya mengerakkan kepala adan kadang meringis menahan rasa sakit. Pada saat
datang untuk melihat kondisi klien pada saat nyeri keluarga langsung meminta obat
Universitas Indonesia
nyeri padahal obat itu sudah diberikan 1 jam yang lalu. Kemudian edukasi telah
diberikan terkait dengan mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri dengan tehnik
relaksasi napas dalam. Ini dilakukan dengan cara klien dalam posisi yang nyaman dan
klien diajarkan napas dalam melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama
beberapa kali hingga kliien merasa lebih nyaman.
Tn. A dan keluarga mengeluhkan terkait dengan luka operasi yang harus diganti dan
kapan harus kembali untuk kontrol ulang dan juga terkait dengan perawatan dirumah.
Komplikasi yang timbul setelah pasca operasi adalah infeksi. Luka operasi harus
selalu bersih dan kering tidak boleh basah terkena air atau yang lainnya. Perawatan
luka sederhana setelah beberapa kali dirmh sakit bau dilakukan dirumah jika memang
bisa dilakukan dirumah. Edukasi diberikan terkait dengan cara merawat luka setelah
beberapa hari dan kontrol ulang. Merawat luka mungkin bisa dilakukan jika memeng
tidak perlu kembali lagi ke dokter ataupun diizinkan utuk merawat luka sendiri
dirumah.
Tn. A telah melewati perawatan pasca kraniotomi. Edukasi penting bagi keluarga dan
klien dalam meneruskan perawatan selanjutnya dirumah. Edukasi yang diberikan
membantu Tn. A dan keluarga dalam mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat
dilakukan dan diperhatikan dalam merawat lukanya. Evaluasi dari pemberian edukasi
ini adalah Tn. A dan keluarga dan dapat memahami dan menyebutkan kembali cara
mengatasi nyeri, nutrisi bagi penyembuhan luka seta perawatan luka. Klien dan
keluarga dibekali media leaflet untuk dibawa pulang. Kondisi klien pada saat pulang
stabil dan kondisi luka kering.
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien Tn. A dengan post
kraniotomi tumor otak didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Faktor terjadinya tumor otak pada Tn. A belum diketahui dengan jelas tetapi
ada beberapa faktor risiko yang kemungkinan dapat menyebabkan tumor otak
diantaranya faktor genetik dalam keluarga, faktor fisika dan kimia serta faktor
biologis yang selalu kontak dengan masalah perkotaan.
2. Tindakan pembedahan kraniotomi pada Tn. A bertujuan untuk mengangkat
massa yang ada didalam otak dilakukan dengan mengeksisi massa tersebut
sehingga kejadian kecacatan pada klien dapat diminimalisasi.
3. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. A adalah nyeri, perubahan
perfusi jaringan cerebral, perubahan persepsi sensori, intoleransi aktivitas .
4. Implementasi yang sudah dilakukan meliputi edukasi nyeri, manajemen TIK
5.2 Saran
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Anna, L., K (2011). Dunia masih perang melawan kanker. 16 Juni 2013. hhtp:
//heatlh.kompas.com/read/2011/02/04/09424894/Dunia.Masih.Perang.Melawan.Kank
er.
Black, J.M & Hawks, J.H. (2009) Medical-surgical Nursing. Clinical management
for positive outcomes. 8th edition. St. Louis : Saunders, an imprint of Elsevier, Inc
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3. EGC:
Jakarta.
Cur Top Med Chem. (2005). 5(12) : 1151-1179. Combining Cytotoxic and Immune
Mediated Gene Therapy to Treat Brain Tumors
Ganong, William F. (2000). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17. Jakarta. EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder, S.J. (2004) Fundamental of nursing :
concept, prosess and practice (alih bahasa : Esty wahyuningsih, Devi yulianti, Yuyun
yuningsih, dan Ana lusiana). Edisi 7 . New Jersey : Prentice hall health
Potter, P.A., & Perry, A.G., (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Universitas Indonesia
Ruddon, R., W. (2007). Cancer biologi. 4th ed. New York : Oxford Iniversity press,
Inc
Satyanegara. (2010). Ilmu bedah saraf. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Edisi 4.
Jakarta.
Sheerwood, Lauralee. (2001) Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. ( Penerjemah
Waluyo, A.). Jakarta : EGC
Sudoyo, W. A., dkk. (2006). Ilmu penyakit dalam. Edisi IV. Jakarta : Pusat
penertiban Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Universitas Indonesia