Oleh :
Ahmad Muhtar 1740312619
Yola Anggraini 1740312617
Yudi Putra Wardhana 1740312622
Preseptor :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu terjadi
bersamaan, dapat hanya satu jenis (oligomorfik). Dermatitis cenderung kronik dan
residif.1,2
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar tubuh (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh: deterjen, asam, basa, oli, semen), mikroorganisme (bakteri, jamur);
dan dapat pula dari dalam tubuh (endogen), misalnya dermatitis atopi. Sebagian
yang menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis
kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA). Keduanya dapat bersifat
akut maupun kronik. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit
penyebab/alergen.1,3
2
Seiring dengan banyaknya jumlah produk yang mengandung bahan kimia
yang dipakai oleh masyarakat, penderita dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergi semakin meningkat. Data terbaru dari Amerika menunjukkan bahwa
dermatitis kontak akibat kerja cukup tinggi yaitu berkisar antara 50-60%. Dalam
menegakkan suatu dermatitis kontak alergi tidak lah gampang, seorang dokter
Tujuan dan manfaat penulisan Case report se ini adalah untuk menambah
kontak alergik.
3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi tipe IV,
1.2 Epidemiologi
beberapa studi yang dilakukan, insiden dan tingkat prevalensi DKA dipengaruhi
harus dipahami bahwa angka ini mengacu pada prevalensi DKA dalam populasi
(yaitu, jumlah individu yang potensial menderita DKA bila terkena alergen), dan
ini bukan merupakan angka insiden (yaitu, jumlah individu yang menderita DKA
setelah jangka waktu tertentu).3 Tidak ada data yang cukup tentang epidemiologi
rias di Denpasar, sekitar 27,6 persen memiliki efek samping kosmetik, dimana
Usia
Dalam studi tentang reaktivitas Rhus, individu yang lebih muda (18
sampai 25 tahun) memiliki onset lebih cepat dan resolusi cepat untuk terjadi
4
dermatitis dibandingkan orang tua. Kompetensi reaksi imun yang dimediasi sel T
pada anak-anak masih kontroversi. Studi ini masih menganggap bahwa anak-
anak jarang mengalami DKA karena sistem kekebalan tubuh yang belum
imunitas. Dengan demikian, reaksi alergi terlihat terutama pada pasien anak yang
lebih tua dan yang terjadi sekunder oleh karena obat topikal, tanaman, nikel, atau
wewangian.3
Pola Paparan
hanya pada usia, tetapi juga dengan faktor sosial, lingkungan, kegemaran, dan
pekerjaan. Meskipun sebagian besar variasi yang berkaitan dengan jenis kelamin
dan geografis pada DKA telah dikaitkan dengan faktor-faktor sosial dan
Penyakit Penyerta
defisiensi imun, seperti AIDS atau imunodefisiensi berat, penyakit yang beragam
Ada banyak pekerjaan yang berhubungan dengan DKA dan hal itu
berkaitan dengan alergen yang sering terpapar pada pekerjaan tertentu. Ada
pekerja industri tekstil, dokter gigi, pekerja konstruksi, elektronik dan industri
lukisan, rambut, industri sektor makanan dan logam, dan industri produk
5
pembersih.2,6,7,8,9
1.3 Etiologi
sebanyak setengah dari semua kasus DKA. Ini termasuk nikel, pengawet,
pewarna, dan parfum. Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat
molekul rendah (<100 dalton), disebut sebagai hapten, bersifat lipofilik, sangat
reaktif, dan dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis
potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama
pajanan, oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum dan pH. Selain itu,
faktor individu juga berpengaruh, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak
1.4 Patofisiologi
Fase sensitisasi
Alergen atau hapten diaplikasikan pada kulit dan diambil oleh sel
Langerhans. Antigen akan terdegradasi atau diproses dan terikat pada Human
permukaan sel Langerhans. Sel Langerhans akan bergerak melalui jalur limfatik
ke kelenjar regional, dimana akan terdapat kompleks yang spesifik terhadap sel T
T-sel tertentu (TCR) dan kompleks CD3. Sel Langerhans juga akan mengeluarkan
mensekresi IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2 pada permukaannya. Hal ini
6
menyebabkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel T spesifik yang beredar di
Tahap elisitasi
melalui pembuluh darah kemudian masuk ke kulit. Ketika antigen kontak pada
spesifik dalam kulit (atau kelenjar, atau keduanya), dan elisitasi dimulai.
untuk mengaktifkan baik sel Langerhans maupun sel T. Ini akan menginduksi
sekresi IL-1 oleh sel Langerhans dan menghasilkan IL-2 dan produksi IL-2R
oleh sel T. Hal ini menyebabkan proliferasi sel T. Sel T yang teraktivasi akan
aktivasi sel mast dan pelebaran pembuluh darah secara langsung dan pelepasan
histamin yang melalui sel mast. Karena produk vasoaktif dan chemoattractant,
sel-sel dan protein dilepaskan dari pembuluh darah. Keratinosit yang teraktivasi
1.5 Histopatologi
7
Gambaran histologis pada DKA mengungkapkan bahwa dermis diinfiltrasi
oleh sel inflamasi mononuklear, terutama pada pembuluh darah dan kelenjar
vesikel intraepidermal terbentuk, yang bisa bergabung menjadi lepuh yang besar.
dari reaksi hipersensitivitas tipe TH1, di mana basofil benar-benar tidak ada.12
1.6 Diagnosis
Riwayat Penyakit
Perempuan lebih sering mengalami DKA dari pada laki-laki, dan ada
penyakit ini yang pada akhirnya akan dievaluasi sebagai DKA merupakan
ini dan fokus pada tempat timbulnya masalah dan agen topikal yang digunakan
untuk mengobati masalah. Riwayat penyakit kulit, atopi, dan kesehatan umum
juga secara rutin diselidiki. Gambaran klinis DKA tergantung pada jenis alergen
kemungkinan paparan terhadap alergen saat bepergian, dan juga tentu saja
Pemeriksaan Fisik
8
Penampilan klinis DKA dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan
durasi. Pada kebanyakan kasus, erupsi akut ditandai dengan makula dan papula
eritema, vesikel, atau bula, tergantung pada intensitas dari respon alergi. Namun,
dalam DKA akut di daerah tertentu dari tubuh, seperti kelopak mata, penis, dan
batas dermatitis umumnya tidak tegas. DKA pada wajah dapat mengakibatkan
vesikel kurang menonjol, dan pengerasan kulit, skala, dan lichenifikasi dini bisa
saja terjadi. Pada DKA kronis hampir semua kulit muncul scaling, lichenifikasi,
meningkatkan sensitisasi. Kelopak mata, leher, dan alat kelamin adalah salah
satu daerah yang paling mudah peka, sedangkan telapak tangan, telapak kaki,
yang bersentuhan dengan kulit sehingga alergen dapat ditentukan dan tindakan
9
korektif dapat diambil. Uji tempel merupakan pemeriksaan untuk konfirmasi dan
diagnostik tetapi hanya dalam kerangka anamnesis dan pemeriksaan fisik, uji
tempel ini jarang membantu jika tanpa anamnesis dan pemeriksaan fisik. Uji
(TRUE) atau dengan ruang aluminium yang disiapkan tersendiri (Finn) dimana
dipasang pada tape Scanpor. Zat uji biasanya diaplikasikan pada punggung atas,
meskipun jika hanya satu atau dua yang diterapkan, lengan luar atas juga dapat
digunakan. 13 Tempelan dihapus setelah 48 jam (atau lebih cepat jika gatal parah
atau terbakar pada kulit) kemudian dibaca. Kulit yang ditempel ini perlu
dievaluasi lagi pada hari ke-4 atau 5, karena reaksi positif mungkin tidak muncul
sebelumnya.
positif terhadap bahan-bahan dari zat, seperti kosmetik. Pemeriksaan ini juga
normal pada bagian dalam lengan atas beberapa kali sehari selama lima hari.10
Uji Photopatch
diterapkan selama 24 jam, hal ini kemudian terekspos 5 sampai 15 J/m2 dari
10
seboroik, dermatitis atopik, psoriasis, dan dermatitis iritan primer. Pada
berminyak, predileksi lesi ini adalah kulit kepala, zona T pada wajah, dada
tengah, dan lipatan inguinal. Dermatitis atopik sering onsetnya pada masa bayi
atau anak usia dini. Kulit tampak kering dan meskipun pruritus merupakan fitur
yang menonjol, pruritus akan muncul sebelum lesi, bukan setelah lesi.
dermatitis tidak tegas, dan perkembangan dari eritema ke papula dan ke vesikel
tidak terlihat. Dermatitis psoriatik ditandai oleh plak eritematosa berbatas tegas
dengan sisik warna putih keperakan. Lesi sering didistribusikan secara simetris
di atas permukaan ekstensor seperti lutut atau siku. Dermatitis iritan primer
mungkin hampir tidak bisa dibedakan dalam penampilan fisiknya dari DKA.
menyertai. Hal ini tidak biasa untuk melihat DKA disebabkan oleh obat topikal
lainnya.12 DKA harus dibedakan dari urtikaria kontak di mana ruam muncul
dalam beberapa menit setelah pemaparan dan memudar dalam beberapa menit
sampai beberapa jam. Reaksi alergi terhadap lateks adalah contoh terbaik dari
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal dari semua jenis DKA diduga terdiri dari reduksi
11
Pencegahan
Menghindari Alergen
ditentukan oleh uji tempel, sangat penting untuk menyampaikan informasi ini
kepada pasien dengan cara yang mudah dimengerti. Ini melibatkan penjelasan
Namun, untuk beberapa bahan kimia (seperti nikel dan kromium logam),
perbaikan gejala. Secara keseluruhan, prognosis untuk alergi akibat kerja ini
buruk. Dengan demikian, menghindari alergen yang sudah pernah terpapar sekali
adalah pencegahan yang tidak memadai. Selain itu, menasihati pekerja dengan
DKA untuk meninggalkan posisi mereka saat ini mungkin bukan saran terbaik,
signifikan buruk.3
bermanfaat untuk vesikel akut dan erupsi yang basah, sedangkan erupsi
anestesi sebaiknya dihindari karena risiko merangsang alergi sekunder pada kulit
radiasi ultraviolet yang paling banyak digunakan. Individu dengan DKA akibat
kerja yang secara ekonomi tidak mampu untuk berhenti bekerja dengan alergen
12
dan yang juga tidak dapat bekerja dengan sarung tangan atau krim pelindung,
Pelindung Fisikokimia
alasan, terutama ekonomi, hal ini tidak selalu dapat dilakukan. Banyak bahan
kimia, terutama molekul organik, cepat dapat menembus sarung tangan berbahan
vinyl atau karet lateks yang alami maupun sintetik, dan pekerja mungkin tidak
dapat menghindari kontak setiap hari dengan alergen. Orang-orang ini mungkin
dapat menggunakan sarung tangan plastik yang terbuat dari laminasi proprietary.
tersebut. Namun, krim ini tersedia untuk alergen tertentu saja (terutama poison
ivy dan poison oak), dan hanya efektif jika area yang dilindungi dicuci dalam
beberapa jam setelah kontak dengan alergen, dan pantas bagi banyak pasien oleh
1.10 Prognosis
persisten atau kambuh, terutama jika bahan yang mereka alergi tidak dapat
diidentifikasi atau jika mereka terus menggunakan perawatan kulit yang tidak
lagi sesuai (yaitu, mereka terus menggunakan bahan kimia untuk mencuci kulit
Semakin lama seorang individu mengalami dermatitis yang parah, semakin lama
tampaknya benar terutama pada individu yang alergi terhadap krom. Masalah
13
yang khusus adalah neurodermatitis (lichen simpleks chronicus), di mana
oleh dermatitis kontak alergi. Tes TRUE dapat memberikan informasi dasar yang
14
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. WY
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bercak berwarna merah kehitaman disertai luka lecet dan pus yang terasa
Awalnya, 5 bulan yang lalu pasien datang berobat dengan keluhan gatal-
gatal dan adanya pus pada sela jari ibu kiri. Kemudian pasien diberi obat
dan sembuh.
15
Dua bulan kemudian, pasien datang lagi berobat dengan keluhan gatal-
gatal pada kedua punggung kaki disertai luka lecet dan skuama diatasnya.
keluhan lebih hebat dari sebelumnya yaitu gatal pada kedua punggung
kaki, disetai luka lecet akibat garukan, pustul dan pus yang mongering
diatasnya.
Pasien datang dengan memakaisandal jepit dan mengaku memang
basah
Tidak ada keluhan kulit dengan bercak kemerahan dan terasa gatal pada
sebelumnya.
Tidak ada riwayat kebiasaan berkebun tidak memakai alas kaki.
• Pasien pernah mengalami keluhan ini 5 bulan yang lalu setelah 1 bulan
memakai sandal jepit karet, namun keluhan tersebut sembuh setelah pasien
16
Riwayat pengobatan
sembuh.
Riwayat Atopi
• Riwayat bersin-bersin lebih dari 6 kali pada pagi hari tidak ada
17
•
Pemeriksaan paru : Dalam batas normal
•
Pemeriksaan thorak : Dalam batas normal
•
Pemeriksaan jantung : Dalam batas normal
•
Pemeriksaan abdomen : Dalam batas normal
STATUS DERMATOLOGIS
•
Lokasi : punggung kaki kanan dan kiri
•
Distribusi : terlokalisir, bilateral
•
Bentuk : khas, menyerupai tali sandal jepit
•
Susunan : tidak khas
•
Batas : tegas hingga tidak tegas
•
Ukuran : secara keseluruhan plakat
•
Efloresensi :Papul hiperpigmentasi, Plak
hiperpigmentasi dengan erosi, pustul dan
pus yang telah mengering di atasnya
18
STATUS VENEREOLOGIKUS : Tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnosa Kerja
19
TATALAKSANA
1. Umum
Sistemik
- Vitamin C tab 1 x 1
Topikal
PROGNOSIS
20
Resep
dr. MA
Praktek Umum
SIP : 1740312619
Hari : Senin- Jumat
Jam: 18.00 – 21.00
Alamat : Jl Nanggalo No 9
No Telp : (0751) 14045
R/ Cetirizin Tab 10 mg No X
S1dd tab 1
S 2dd tab 1
S uc
R/Vitamin C No X
S 1dd tab 1
Pro : Tn WY
Umur : 28 Tahun
Alamat : Jln. Perjuangan V No 31 Rt 5 RW 3, Naggalo, Padang
BAB IV
21
DISKUSI
merah kehitaman disertai lecet dan pustul yang terasa gatal di kedua punggung
kaki.
yang terasa semakin gatal di kedua punggung kaki sejak beberapa minggu hari
yang lalu. Bercak merah yang disertai gatal ini sesuai dengan manifestasi dari
peradangan kulit (dermatitis). Pada pasien, bercak merah yang terasa gatal
tersebut muncul setelah memakai sandal jepit dalam jangka waktu lama. Pasien
berkontak dengan sandal jepit karet tersebut sejak 2,5 bulan yang lalu. Hal ini
Gejala klinis yang muncul setelah penggunaan sandal jepit selama ± 2,5
bulan sesuai dengan patogenesis dari dermatitis kontak alergi berupa reaksi
hipersensitifitas tipe lambat. Hipersensitifitas tipe lambat terdiri dari dua fase,
dimana terjadi pajanan ulang dari alergen yang sama. Namun pada kasus ini,
kejadianyang kedua ini lebih parah. Dalam prosesnya banyak histamin yang
22
Riwayat atopi merupakan salah satu presdiposisi dari dermatitis kontak
yang memiliki riwayat atopi memiliki kerentanan terhadap efek iritasi dengan
terjadinya abnormalitas sawar kulit atopi dan menurunnya ambang iritasi. Hal ini
mendukung diagnosa dermatitis kontak alergi pada pasien yang mana terdapat
riwayat rinitis alergi dan urtikaria pada keluarganya. Sebelummnya pasien pernah
berobat dengan dokter umum dan di berikan salap kortikosteroid, setelah itu
keluhan pasien berkurang. Pada dermatitis kontak alergi terjadi peradangan karena
peradangan.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan lesi di punggung kaki kanan dan kiri,
terlokalisir, bilateral, bentuk khas, menyerupai karet sandal jepit, susunan tidak
khas, batas tegas sampai tidak tegas, ukuran keseluruhan plakat, dan efloresensi
atasnya. Efloresensi yang polimorfik ini merupakan ciri khas dari dermatitis.
peradangan zat alergen, dan bentuk lesi menyerupai benda atau zat yang dicurigai
memperjelas dan membantu diagnosa, karena patch test merupakan gold standar
dermatitis kontak. Pemeriksaan patch test dilakukan pada pasien yang sudah
stabil, karena jika dilakukan uji ketika lesi masi aktif, maka akan memperparah
kortikosteroid sistemik terakhir, dan selama pemeriksaan pasien tidak boleh mandi
23
membasahi bagian punggu yang sedang ditempeli oleh finn chamber. Patch test
alergi serta memastikan apakah lesi tersebut suatu lesi dermatitis kontak alergi
menghindari agen penyebab alergi. Pada kasus ini yang dicurigai adalah sandal
jepit berbahan karet. Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan
menimbulkan perlukaan dan lesi baru berupa erosi, sehingga proses penyembuhan
proses inflamasi, dan rasa gatal. Pada pasien dialkukan redressing luka dengan
cara membuang jaringan mati dan kotor. Obat sistemik yang diberikan berupa
keluhan gatal pasien. Steroid oral deksamethason oral 2 x 0,5 mg perhari selama
5 hari dianjurkan pemberiannya pada kasus yang sudah kronis. Vitamin c 1 x 1 tab
sembuh. Untuk obat topikal nya dapat diberikan obat kortikosteroid potensi tinggi
sampai superpoten berupa bethametason salep dioleskan pada lesi 2 kali sehari
maksimal 2 minggu pemakaian. Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam
bonam, quo ad sanactionam dubia ad bonam, quo ad functionam bonam, dan quo
ad kosmetikum bonam.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Patterson’s Allergic Disease. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2002. h. 387-401.
14. Morris A. ABC of Allergology: Contact Dermatitis. Current Allergy and
Clinical Immunology. 2004; 17: 190-191.
15. DermNet NZ. Allergic Contact Dermatitis. New Zealand: 2009 [Diakses
2010 January]. Diunduh dari: http://www.dermnetnz.org/dermatitis-
contactallergy.html
16. Schnuch A, Aberer W, Agathos M, Becker D, Brasch J, Elsner P, Frosch PJ,
Fuchs T, Geier J, Hillen U, Loffler H, Mahler V, Richter G, Szliska C. Patch
Testing with Contact Allergens. JDDG; 2008: 9: 770-775.
26