Anda di halaman 1dari 15

PERANCANGAN PETA JALUR EVAKUASI DENGAN M ETODE

DJIKSTRA ( STUDI KASUS UNIVERSITAS DIRGANTARA


MARSEKAL SURYADARMA )
M. DADAN GUNAWAN DAN W.T. BHIRAWA
Program Studi Teknik Industri, Universitas Suryadarma, Jakarta

ABSTRAK
Peta evakuasi merupakan salah satu syarat untuk memenuhi standar nasional
indonesia untuk bengunan bertingkat yang ditetapkan oleh pemerintah. Peta evakuasi
sangat penting bagi setiap gedung bertingkat. Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma
belum memiliki peta evakuasi. Hal tersebut mendorong pihak universitas untuk memiliki
peta evakuasi yang memenuhi standar akreditasi bangunan betingkat dan pedoman saat
terjadi bencana (gempa bumi, kebakaran dll).
Dengan menggunakan metode Algoritma Djikstra , menyediakan dasar untuk
algoritma yang paling efisien untuk memecahkan masalah penentuan jalur terpendek.
Kebanyakan perbaikan komputasi untuk memecahkan masalah jalur terpendek telah
dihasilkan dari peningkatan struktur data yang digunakan untuk mengimplementasikan
algoritma Djikstra ini. Perbandingan dari Perancangan Assembly Point 1 dengan
Assembly Point 2 adalah sebagai berikut : Assembly Point 1 dengan total jarak 559,92 m,
tempatnya lebih dekat dengan jalan keluar kampus, sudah masuk ke jalan besar sehingga
proses evakuasi lebih cepat. Assembly Point 2 dengan total jarak 688,38 m lebih jauh
jaraknya dengan jalar keluar,sehingga proses evakuasi lebih lama. Perhitungan untuk
proses evakuasi harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk ke Assembly Point 2
sedangkan untuk Assembly Point 1 lebih dekat.
Dengan demikian alternatif untuk Assmbly Point adalah menggunakan Assembly point
1 yaitu tempat parkir di bagian depan kampus A Universitas Suryadarma. Perancangan jalur
penunjuk arah jalur evakuasi pemasangan Display untuk Assembly Point juga akan sangat
membantu pada proses evakuasi , sehingga para pengguna gedung tidak kebingungan bila
ada bencana, dan untuk proses evakuasi menjadi lebih mudah.

Kata kunci : Jalur Evakuasi, Assembly point

PENDAHULUAN diimplementasikan maka perusahaan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus melakukan audit atau evaluasi di
(K3) adalah salah satu bentuk upaya setiap unit kerja yang ada. Hal ini sesuai
untuk menciptakan tempat kerja yang dengan ketentuan yang ditetapkan
aman, sehat, bebas dari pencemaran dalam PER.05/MEN/1996, Bab III Pasal
lingkungan, sehingga dapat melindungi 4 yaitu perusahaan wajib mengukur,
dan bebas dari kecelakaan kerja pada memantau dan mengevaluasi kinerja
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi keselamatan dan kesehatan kerja serta
dan produktivitas kerja. Kecelakaan melakukan tindakan perbaikan dan
kerja tidak saja menimbulkan korban pencegahan.
jiwa tetapi juga kerugian materi bagi Universitas Suryadarma adalah
pekerja dan pengusaha, tetapi dapat Lembaga Pendidikan Tinggi yang
mengganggu proses produksi secara merupakan pengembangan dari
menyeluruh, merusak lingkungan yang Sekolah Tinggi Tekhnologi Dirgantara
pada akhirnya akan berdampak pada oleh TNI Angkatan Udara dengan dasar
masyarakat luas. Untuk mengetahui hukum Keputusan MenDikBud RI
sejauh mana program K3 telah nomor : 109/D/O/1999 tanggal 24 Juni
1999. Keinginan TNI-AU untuk

21
mendirikan perguruan tinggi seperti evakuasi. Hal tersebut mendorong
Institut Angkatan Udara, sesungguhnya pihak universitas untuk memiliki peta
sudah mulai timbul sejak tahun 1970- evakuasi yang memenuhi standar
an, namun baru terlaksana pada tahun akreditasi bangunan betingkat dan
1987. Sebagai inti kekuatan HANKAM pedoman saat terjadi bencana (gempa
di wilayah Dirgantara Nasional, TNI AU bumi).
melalui Yayasan "ADI UPAYA"
(YASAU) menyadari pentingnya METODE
penyiapan tenaga profesional di bidang Keselamatan kerja adalah membuat
kedirgantaraan dan penguasaan kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi
terhadap tekhnologi kedirgantaraan dan alat-alat pengaman, penerangan yang
untuk itulah didirikan Institut Tekhnologi baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari
Dirgantara (ITD).Pada awalnya ITD air, minyak, nyamuk dan memelihara
membuka 3 jurusan yaitu Tekhnik fasilitas air yang baik (Tulus Agus, 1989).
Logistik Penerbangan, Tekhnik Menurut Malthis dan Jackson (2002),
Aeronautika, Tekhnik Elektro keselamatan kerja menunjuk pada
Penerbangan. perlindungan kesejahteraan fisik dengan
Sistem Manajemen Keselamatan dengan tujuan mencegah terjadinya
dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah kecelakaan atau cedera terkait dengan
bagian dari sistem manajemen secara pekerjaan. Muhammad Sabir (2009)
keseluruhan yang meliputi struktur mendefinisikan, keselamatankerja adalah
organisasi, perencanaan, tanggung keselamatan yang berhubungan dengan
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses mesin, pesawat,alat kerja, bahan dan
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pengelolaannya, landasan tempat
pengembangan penerapan, kerja dan lingkungannya serta cara-cara
pencapaian, pengkajian dan melakukan pekerjaan.
pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja guna terciptanya Keselamatan dan kesehatan kerja
tempat kerja yang selamat, aman, (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
efisien dan produktif. Tujuan dari produksi baik jasa maupun industri.
penelitian ini adalah mengetahui Perkembangan pembangunan setelah
gambaran pelaksanaan penerapan Indonesia merdeka menimbulkan
SMK3 pada Universitas Suryadarma konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
dan mengetahui tingkat keberhasilan yang mengakibatkan pula meningkatnya
penerapan Sistem Manajemen resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Universitas Suryadarma. Salah Keamanan kerja adalah unsur-unsur
satu syarat agar rumah sakit penunjang yang mendukung terciptanya
memperoleh akreditasi ialah dengan suasana kerja yang aman, baik berupa
tersedianya peta evakuasi beserta materil maupun nonmateril.
penandaanya. Akreditasi sangat
penting bagi rumah sakit karena dapat
meningkatkan image di masyarakat Unsur – unsur penunjang
akan kualitas pelayanan, tentunya Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
disertai dengan pelayanan yang baik Unsur-unsur penunjang keamanan yang
dan didukung sumber daya manusia bersifat material diantaranya sebagai
yang handal. berikut.
Peta evakuasi merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi standar a) Baju kerja
nasional indonesia untuk bengunan
bertingkat yang ditetapkan oleh b) Helm
pemerintah. Peta evakuasi sangat
penting bagi setiap gedung bertingkat. c) Kaca mata
Universitas Dirgantara Marsekal d) Sarung tangan
Suryadarma belum memiliki peta

22
e) Sepatu d) Melaksanakan Prosedur kerja dengan
memperhatikan keamanan dan
Unsur-unsur penunjang keamanan kesehatan kerja.
yang bersifat nonmaterial adalah sebagai Dengan demikian dapat disimpulkan
berikut. bahwa Kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja adalah upaya
a) Buku petunjuk penggunaan alat perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu
b) Rambu-rambu dan isyarat bahaya. dalam keadaan sehat dan selamat selama
bekerja di tempat kerja. Tempat kerja
c) Himbauan-himbauan adalah ruang tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, atau sering dimasuki
d) Petugas keamanan tenaga kerja untuk keperluan usaha dan
tempat terdapatnya sumber-sumber
Kesehatan Kerja bahaya.
Kesehatan kerja adalah suatu Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi
kondisi kesehatan yang bertujuan agar kecelakaan yang disebabkan oleh :
masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, 1. Mesin
rohani, maupun sosial, dengan usaha 2. Alat angkutan
pencegahan dan pengobatan terhadap 3. Peralatan kerja yang lain
penyakit atau gangguan kesehatan yang 4. Bahan kimia
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan 5. Lingkungan kerja
kerja maupun penyakit umum. 6. Penyebab yang lain

Kesehatan dalam ruang lingkup


kesehatan, keselamatan, dan keamanan Tujuan Kesehatan, keselamatan, dan
kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keamanan kerja.
keadaan bebas dari penyakit. Menurut Kesehatan, keselamatan, dan
Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. keamanan kerja bertujuan untuk menjamin
9 Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan kesempurnaan atau kesehatan jasmani
sehat diartikan sebagai kesempurnaan dan rohani tenaga kerja serta hasil karya
keadaan jasmani, rohani, dan dan budayanya.
kemasyarakatan. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja adalah
Keselamatan Kerja sebagaai berikut :
Keselamatan kerja dapat diartikan
sebagai keadaan terhindar dari bahaya a. Memelihara lingkungan kerja yang
selama melakukan pekerjaan. Dengan sehat.
kata lain keselamatan kerja merupakan b. Mencegah, dan mengobati kecelakaan
salah sau faktor yang harus dilakukan yang disebabkan akibat pekerjaan
selama bekerja. Tidak ada seorang pun sewaktu bekerja
didunia ini yang menginginkan terjadinya c. Mencegah dan mengobati keracunan
kecelakaan. Keselamatan kerja sangat yang ditimbulkan dari kerja
bergantung .pada jenis, bentuk, dan d. Memelihara moral, mencegah, dan
lingkungan dimana pekerjaan itu mengobati keracunan yang timbul dari
dilaksanakan. kerja.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja e. Menyesuaikan kemampuan dengan
adalah sebagai berikut: pekerjaan, dan
f. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan sakit akibat pekerjaan.
kesehatan kerja yang telah dijelaskan Keselamatan kerja mencakup
diatas. pencegahan kecelakaan kerja dan
b) Adanya kesadaran dalam menjaga perlindungan terhadap terhadap tenaga
keamanan dan kesehatan kerja. kerja dari kemungkinan terjadinya
c) Teliti dalam bekerja kecelakaan sebagai akibat dari kondisi

23
kerja yang tidak aman dan atau tidak a. Tempat kerja di mana dilakukan
sehat. pekerjaan bagi suatu usaha.
Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, b. Adanya tenaga kerja, dan
dan keamanan kerja ditetapkan sejak c. Ada bahaya di tempat kerja.
tahap perencanaan, pembuatan, UUKK bersifat preventif, artinya
pengangkutan, peredaran, perdagangan, dengan berlakunya undang-undang ini,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, diharapkan kecelakaan kerja dapat
pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang
barang, produk teknis, dan aparat produksi membedakan dengan undang-undang
yang mengandung dan dapat yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan
menimbulkan bahaya kecelakaan. untuk mencegah, mengurangi dan
menjamin tenaga kerja dan orang lain
ditempat kerja untuk mendapatkan
Undang-undang Keselamatan Kerja perlindungan, sumber produksi dapat
UU Keselamatan Kerja yang dipakai dan digunakan secara aefisien,
digunakan untuk mencegah terjadinya dan proses produksi berjalan lancar.
kecelakaan kerja, menjamin suatu proses
produksi berjalan teratur dan sesuai Memahami Prosedur yang Berkaitan
rencana, dan mengatur agar proses dengan Keamanan
produksi berjalan teratur dan sesuai Prosedur yang berkaitan dengan
rencana, dan mengatur agar proses keamanan (SOP) Standards Operation
produksi tidak merugikan semua pihak. Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan antara lain adalah penggunaan peralatan
perlindungan keselamatan dalam kesalamatan kerja. Fungsi utama dari
melakukan pekerjaannya untuk peralatan keselamatan kerja adalah
kesejahteraan dan meningkatkan produksi melindungi dari bahaya kecelakaan kerja
serta produktivitas nasional. dan mencegah akibat lebih lanjut dari
UU Keselamatan Kerja yang berlaku di kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO
Indonesia sekarang adalah UU (International Labour Organization)
Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun menerangkan bahawa kesehatan kerja
1970. Undang-undang ini merupakan sangat penting untuk mencegah terjadinya
undang-undang pokok yang memuat kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:
aturan-aturan dasar atau ketentuan-
ketentuan umum tentang keselamatan a. Melindungi pekerja dari setiap
kerja di segala macam tempat kerja yang kecelakaan kerja yang mungkin
berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. timbul dari pekerjaan dan lingkungan
kerja.
Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah
UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 b. Membantu pekerja menyesuaikan diri
tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan dengan pekerjaannyac. Memelihara
bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atau memperbaiki keadaan fisik,
atas pekerjaan dan penghidupan yang mental, maupun sosial para pekerja.
layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti
setiap warga negara berhak hidup layak c. Alat keselamatan kerja yang biasanya
dengan pekerjaan yang upahnya cukup dipakai oleh tenaga kerja adalah
dan tidak menimbulkan kecelakaan/ helm, masker, kacamata, atau alat
penyakit. UU No. 14 tahun 1969 perlindungan telinga tergantung pada
menyebutkan bahwa tenaga kerja profesinya.
merupakan modal utama serta Alat-alat pelindung badan
pelaksana dari pembangunan. Pada waktu melaksanakan pekerjaan,
Ruang lingkup pemberlakuan UUKK badan kita harus benar-benar terlindung
dibatasi oleh adanya 3 unsur yang dari kemungkinan terjadinya kecelakaan.
harus dipenuhi secara kumulatif Untuk melindungi diri dari resiko yang
terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang ditimbulkan akibat kecelakaan, maka
harus dipenuhi adalah: badan kita perlu menggunakan ala-alat

24
pelindung ketika melaksanakan suatu peta evakuasi di Universitas Dirgantara
pekerjaan. Narsekal Surydarma . Hal ini dikarenakan
untuk mengurangi resiko saat terjadi
Berikut ini akan diuraikan beberapa bencana (gempa bumi, kebakaran dll).
alat pelindung yang biasa dipakai dalam
melakukan pekerjaan listrik dan Peta evakuasi sangat penting bagi
elektronika. setiap univeritas baik negeri maupun
swasta. Universitas Dirgantara Narsekal
a. Pakaian kerja Surydarma belum memiliki peta evakuasi.
b. Pemilihan dan pemakaian pakaian kerja Hal tersebut mendorong pihak univeritas
dilakukan berdasarkan ketentuan untuk memiliki peta evakuasi yang
berikut: memenuhi standar akreditasi univeritas
1) Pemakaian pakaian dan pedoman saat terjadi bencana (gempa
mempertimbangkan bahaya yang bumi).
mungkin dialami
2) Pakaian longgar, sobek, dasi, dan Pada saat terjadi bencana, penghuni
arloji tidak boleh dipakai di dekat univeritas sebagian besar berlarian
bagian Mesin menyelamatkan diri tanpa arah atau
3) Jika kegiatan produksi berhubungan pedoman. Baik penghuni bangunan yang
dengn bahaya peledakan/ kebakaran ada di bagian tengah maupun belakang
maka harus memakai pakaian yang semuanya berlarian menuju jalan keluar
terbuat dari seluloid. tanpa memperhatikan jalur yang ditempuh
4) Baju lengan pendek lebih baik dan titik berkumpul (assembly point) yang
daripada baju lengan panjang. aman. Terdapat beberapa area kosong
Benda tajam atau runcing tidak boleh yang dapat digunakan sebagai titik
dibawa dalam kantong. berkumpul (assembly point), yaitu di
5) Tenaga kerja yang berhubungan bagian utara, barat, dan selatan. Akan
langsung dengan debu, tidak boleh tetapi, area ini pemanfaatannya belum
memakai pakaian berkantong atau maksimal karena sebagian besar penghuni
mempunyai lipatan. univeritas tidak mengetahui keberadaan
titik berkumpul (assembly point) tersebut.
Dengan adanya peta evakuasi, diharapkan
P2K3 Pedoman Pelaksanaan, saat terjadi bencana, penghuni dapat
Kesehatan Keselamatan Kerja. dengan mudah mengikuti arah panah
P2K3 digunakan untuk melindungi evakuasi menuju tempat yang telah
kesejahteraan pekerja atau buruh guna ditentukan. Model simulasi juga akan
mewujudkan produktivitas kerja yang dilakukan untuk mengevaluasi arah alur
optimal diselenggarakan upaya dalam peta evakuasi yang diterapkan.
keselamatan kesehatan kerja.
Perancangan peta evakuasi
Syarat syarat K3: dengan cara menentukan lintasan
a) mencegah dan mengurangi kecelakaan terpendek menuju titik berkumpul
b) mencegah, mengurangi dan (assembly point). Penentuan lintasan
memadamkan kebakaran terpendek memperhatikan alternatif jalur-
c)mencegah dan mengurangi bahaya jalur yang dapat dilalui menuju titik
peledakan berkumpul (assembly point). Jarak yang
d) memberikan pertlongan pada terpendek merupakan jalur tercepat menuju
kecelakaan titik berkumpul (assembly point).
e)memberi alat-alat perlindungan diri pada
pekerja Metode yang digunakan untuk
Penyelenggaraan Pendidikan di penentuan lintasan terpendek ialah
Universitas sangatlah perlu mendapat Algoritma Floyd- Warshall. Algoritma
perhatian yang serius. Dengan adanya Floyd-Warshall adalah salah satu varian
ketetapan serta peraturan tentang dari pemrograman dinamis, yaitu suatu
evakuasi saat terjadi keadaan darurat dari metode yang melakukan pemecahan
pihak terkait, maka sangat penting adanya masalah dengan memandang solusi yang

25
akan diperoleh sebagai suatu keputusan 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
yang saling terkait. Solusi-solusi tersebut Gedung.
dibentuk dari solusi yang berasal dari
tahap sebelumnya dan ada kemungkinan Tingginya potensi kerugian akibat
solusi lebih dari satu (Novandi, 2007). bencana pada bangunan bertingkat dan
kompleksnya proses evakuasi penghuni
Hal yang membedakan pencarian gedung bertingkat, membuat pihak
solusi menggunakan pemrograman pengelola gedung bertingkat perlu
dinamis dengan algoritma greedy mengantisipasi bahaya yang tidak bisa
adalah bahwa keputusan yang diambil diprediksi. Pembangunan gedung di
pada tiap tahap pada algoritma greedy Indonesia harus memenuhi standar
hanya berdasarkan pada informasi bidang konstruksi dan bangunan, yang
yang terbatas sehingga nilai optimum ditetapkan oleh Badan Standardisasi
yang diperoleh pada saat itu. Pada Nasional (BSN). Salah satu standar
algoritma greedy, konsekuensi yang penting yang ditetapkan BSN dalam
akan terjadi tidak perlu dipikirkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu
seandainya memilih suatu keputusan mengenai perlindungan terhadap
pada suatu tahap (Rinaldi, 2007). bahaya gempa bumi dan kebakaran
pada bangunan bertingkat, antara lain
Algoritma Floyd-Warshall yang tata cara perencanaan, pemasangan,
menerapkan pemrograman dinamis dan pengujian sistem deteksi dan alarm
lebih menjamin keberhasilan penemuan kebakaran untuk pencegahan bahaya
solusi optimum untuk kasus penentuan gempa bumi dan kebakaran pada
lintasan terpendek (single pair shortest bangunan bertingkat (SNI 03-3985-
path). Solusi lintasan terpendek dari 2000). Kebanyakan korban adalah
masing-masing ruang dalam bangunan manula, hal ini dikarenakan adanya
univeritas dapat ditentukan dengan faktor keterbatasan dalam berjalan
menerapkan Algoritma Floyd-Warshall. ataupun ketahanan fisik saat bertahan
Terdapat beberapa kelebihan Algoritma dalam kesesakkan ataupun dari asap
Floyd-Warshall dibandingkan dengan yang timbul karena kebakaran. Salah
metode lainnya (Handaka, 2010). satu standar perlindungan terhadap
Kelebihan tersebut diantaranya bahaya adalah standar rencana
algoritma ini mempunyai jenis all pairs evakuasi. Evakuasi merupakan tahapan
yang artinya penentuan lintasan kritis dalam menanggapi bencana atau
terpendek dapat ditentukan dari semua keadaan bahaya. Terdapat dua fase
pasangan simpul, kecepatan dalam yang sangat menentukan dalam proses
penentuan lintasan terpendek sangat evakuasi gedung, yaitu fase pre-
cepat apabila diterapkan dalam suatu evacuation dan fase movement (Chow,
sistem, performansinya stabil, dan 2007). Dimana fase pre-evacuation
keputusan yang nantinya diambil saling merupakan tahap sebelum penghuni
terkait. gedung meninggalkan ruang kerja atau
kamarnya dan fase movement
Standar Nasional Indonesia K3 merupakan tahap penghuni mulai
bangunan bertingkat berjalan atau berlari menuju titik
Gempa bumi, Kebakaran dan teraman atau titik berkumpul (Assembly
bencana lainnya merupakan bahaya Point). Pada fase movement, penghuni
yang dapat mengancam bangunan gedung berusaha mencari jalan keluar
berpenghuni, dan bangunan dari gedung hunian dengan berjalan
perkantoran yang bertingkat. Peraturan cepat. Bahwa fase movement
yang mengatur mengenai bangunan merupakan fase kedua setelah fase pre-
gedung terdapat pada Peraturan evacuation yang memilki total waktu
Pemerintah Republik Indonesia nomor terlama. Hal ini disebabkan pada fase
36 Tahun 2005 tentang Peraturan movement ini para penghuni gedung
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor mulai berjalan dan mencari jalan
teraman untuk dilalui agar sampai pada

26
titik berkumpul (assembly point). Dalam jalan teraman. Petugas kebakaran yang
kondisi panik dan lingkungan yang tidak terdapat pada tiap lantai memiliki
normal, penghuni dapat mengalami tanggung jawab yang besar, yaitu
kesulitan dalam menemukan jalur memandu dan memastikan bahwa tidak
evakuasi yang aman dan cepat ada lagi penghuni gedung yang tetinggal
(Rahman & Mahmood, 2008). Pada saat terjadibahaya. Tetapi petugas
proses evakuasi, selain kelengkapan tersebut juga akan mengalami error
peralatan evakuasi, behaviour karena tekanan psychology, seperti
seseorang akan sangat menentukan panik atau beban dalam memimpin
kesesuaian dan kecepatan proses kelompok penghuni gedung lainnya saat
evakuasi. Penghuni yang berjalan cepat evakuasi. Oleh karena itu diperlukan exit
dalam kondisi bahaya terkadang sign yang dinamis untuk membantu
memiliki kebiasaan untuk mengikuti petugas-petugas tersebut dalam
gerombolan orang didepannya tanpa mengarahkan penghuni gedung lainnya
memikirkan jalur yang ditempuh tersebut ataupun mengarahkan langsung para
pendek atau tidak (Rahman & penghuni dalam proses evakuasi. Selain
Mahmood, 2008). Saat penghuni itu dynamic exit sign ini juga dapat
mengalami kepanikan, penghuni tidak menunjukkan jalan yang aman bagi
akan mudah dalam mencari jalan keluar. penghuni gedung dan secara tidak
Penghuni juga akan melalui familiarty langsung dapat memberi tahu penghuni
route (Rahman & Mahmood, 2008), pada tingkat tertinggi keadaan lantai di
yaitu jalan yang biasanya dilalui atau bawahnya. Cara kerja dari dynamic exit
jalur yang dikenal saat keluar-masuk sign, yaitu saat sensor mendeteksi
gedung, daripada mengikuti arah exit adanya keadaan bahaya, pusat kendali
sign karena penghuni lebih akan mendeteksi titik dari bahaya
mempercayai insting mereka. Namun tersebut lalu melakukan calculating jalur
berdasarkan insting tersebut belum teraman lalu mengirimkan jalur tersebut
tentu jalur tersebut merupakan jalan pada exit sign dengan cara lampu pada
yang teraman untuk dilewati. Fasilitas exit sign yang merupakan jalur teraman
evakuasi memegang peranan penting akan menyala jika tersdapat perubahan
saat terjadi keadaan bahaya, seperti titik bahaya, maka pusat kendali akan
alarm, pintu darurat dan tanda keluar melakukan calculating ulang dan
(exit sign). Saat lingkungan gedung memberikan jalur terbaru penghuni
tidak normal, dalam hal ini adalah gedung tidak melewati jalur yang salah
kebakaran, alarm dan exit sign akan saat evakuasi berlangsung.
menyala. Fungsi dari exit sign tersebut Berdasarkan permasalahan diatas,
adalah untuk menunjukkan jalur penelitian ini merancang exit sign yang
evakuasi kepada penghuni gedung dinamis dalam proses evakuasi pada
menuju titik berkumpul (assembly point). bangunan bertingkat.
Terkadang penghuni gedung atas yang
tejebak dalam jalur yang salah, secara
tidak sadar penghuni tersebut akan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan jalan yang biasa dilewati
(familiarty route) tanpa mengikuti arah Jalur Evakuasi
exit sign. Dalam keadaan eksistingnya, Jalur evakuasi adalah lintasan yang
exit sign bersifat statis, lampu-lampu exit digunakan sebagai pemindahan
sign yang ada pada bangunan langsung dan cepat dari orang-orang
bertingkat akan menyala untuk yang akan menjauh dari ancaman atau
menunjukkan jalur evakuasi. Tetapi exit kejadian yang dapat membahayakan
sign yang statis tersebut tidak bisa bahaya (Abrahams, 1994). Ada dua
menunjukkan jalur yang teraman untuk jenis evakuasi yang dapat dibedakan
sampai pada titik berkumpul (assembly yaitu evakuasi skala kecil dan evakuasi
point) walaupun dalam proses evakuasi skala besar. Contoh dari evakuasi
terdapat petugas-petugas evakuasi skala kecil yaitu penyelematan yang
yang akan mengarahkan penghuni pada dilakukan dari sebuah bangunan yang

27
disebabkan karena ancaman bom
atau kebakaran. Contoh dari evakuasi
skala besar yaitu penyelematan dari
sebuah daerah karena banjir, letusan
gunung berapi atau badai. Dalam situasi
ini yang melibatkan manusia secara
langsung atau pengungsi sebaiknya
didekontaminasi sebelum diangkut
keluar dari daerah yang terkontaminasi.

Algoritma Djikstra
Algoritma djikstra menyediakan
dasar untuk algoritma yang paling Gambar 1. Ilustrasi Algoritma Djikstra
efisien untuk memecahkan masalah
penentuan jalur terpendek. Kebanyakan
perbaikan komputasi untuk memecahkan
masalah jalur terpendek telah dihasilkan Alat Peraga (Display) pada
dari peningkatan struktur data yang Lingkungan Kerja dalam
digunakan untuk mengimplementasikan Penyampaian Komunikasinya terhadap
algoritma Djikstra ini. Algoritma Djikstra Manusia
adalah algoritma dalam label yang Penyampaian informasi tesebut di
dibuat permanen oleh setiap iterasi. dalam “sistem manusia-mesin” adalah
Rumus yang digunakan dapat dilihat merupakan suatu proses dinamis dari
sebagai berikut: suatu presentasi visual indera penglihatan
(Nurmianto, 1996). Di samping ini
d(x)=min{d(x),d(y)+a(y,x)} (1) keterandalan proses tersebut akan
sangat banyak dipegaruhi oleh desain
Gagasan utama yang mendasari dari alat peraganya. Banyak desain
algoritma djikstra cukup sederhana. instrument/alat peraga/display yang tidak
Misalkan kita tahu K merupakan panjang disadari oleh suatu pengetahuan yang
total dalam grafik dan juga jalur memadai tentang nilai fungsionalnya. Oleh
terpendek dari titik S ke masing- masing karena itu, pada saat ini sudah waktunya
simpul (jalur terpendek dari titik S untuk untuk mengadakan suatu pemikiran kritis
dirinya sendiri adalah nol karena tidak ada yang beranjak dari prinsip-prinsip dasar
busur, sehingga panjang sama dengan ergonomi. Display befungsi sebagai suatu
nol). Maka simpul (k + 1) terdekat dengan “sistem komunikasi” yang
X akan dipilih. Untuk setiap simpul yang menghubungkan antara fasilitas kerja
belum dipilih, membangun jalur yang maupun mesin kepada manusia. Yang
berbeda dari S ke Y dengan bertindak sebagai mesin dalam hal ini
menggabungkan jalur terpendek dari S adalah stasiun kerja dengan perantaraan
ke X dengan busur (x, y) untuk semua alat peraga. Sedangkan, manusia disini
simpul x dapat dilihat pada Gambar 1. berfungsi sebagai operator yang dapat
Pilih jalur ini dan membiarkannya diharapkan untuk melakukan suatu respon
sementara menjadi jalur terpendek dari S yang diinginkan.
ke Y.
Display Visual
Menurut informasi yang
disampaikannya, display dapat dibagi
menjadi tiga kelompok besar yaitu:
kuantitatif, kualitatif, dan represntasional.
Display kuantitatif menampilkan informasi
kuantitatif mengenai variabel yang
nilainya berubah-ubah. Display kualitatif
adalah display representational “modal
kerja” atau “diagram mimik” dari suatu

28
sistem. Secara lebih mendetail display
dapat dikelompokkan seperti pada
Gambar 2. (3)

Keterangan :
HL= tinggi huruf
R = proporsi rasio (R = 0,097) dan
3,9 ialah konstanta point.

Aktivitas Visual (Visual Activity)


Perbedaan aktivitas visual dibedakan
berdasarkan target dari detail yang akan
diselesaikan (McCormick, 1993). Hal
yang harus diperhatikan pada aktivitas
visual ialah daya tangkap mata (visual
angle). Daya tangkap mata (VA)
merupakan aktivitas visual yang dilakukan
oleh mata pada saat mata mulai melihat
Ukuran Huruf display atau tanda dan langsung
Ukuran huruf yang digunakan tergantung merangsangnya ke otak berikut ini
dari tulisan yang dibacanya apakah merupakan penjelasannya:
dibaca dalam jarak dekat atau jarak yang
jauh. Perancangan display memakai 1. Visual Angle
padangan jarak jauh untuk tulisannya
yang digunakan yaitu: Visual angle merupakan sudut yang
dibentuk dari parameter tinggi display
1. Lebar huruf (Stroke Width) yang akan dilihat dan juga jarak
pandang mata menuju display. Visual
Ketebalan dari karateristik angle dapat diukur dengan
alphanumeric dalam backround menggunakan Rumus 4.
material. Untuk dapat mengetahui
Stroke Width pada rancangan huruf
maka dapat digunakan rumus dari (4)
National Bureau of Standars
(McCormick, 1993). Keterangan :

Ws = 1,45 x 10-5 x S x d (2) H = tinggi display yang akan dilihat


D = jarak pandang mata menuju display
Keterangan :

Ws= Stroke width 2. Visual Activity


S = nilai Snellen Actuity Visual Activity merupakan aktivitas-
aktivitas visual yang dilakukan oleh
(Snellen Actuity = ; S = 20 untuk tulisan mata pada saat mata mulai melihat
dengan ukuran kecil dan Snellen Acuity = display atau tanda dan langsung
; S = 40 untuk tulisan dengan ukuran merangsangnya ke otak dalam
besar) d = jarak pandang saat membaca satuan waktu. Setelah diketahui
display visual angle maka visual activity
dapat langsung diketahui dengan
2. Tinggi huruf (Letter Height)
melihat pada tabel visual activities
Tinggi huruf yang akan dihitung dapat dilihat pada Tabel 1.
dengan menggunakan
paremater Stroke Width.

29
Tabel 1. Visual Activities Terdapat 2 alternatif yang akan
menjadi assembly point, yaitu
Line Snelle Vis Visual daerah parkir kawasan kampus
Equivalent ual Activity depan dan parkir dekat hanggar .
- 20 0 2
Perhitungan jarak dapat dilihat
- 10/1,25 0, 1
- 20 0 1, sebagai berikut:
0 20 1 1 Daerah Parkir Depan Kampus
1 20 1, 0 Foto menggunakan Google Earth
2 20 1 0, untuk alternatif satu dapat dilihat
pada Gambar Perhitungan jarak
dari gedung 21 menuju Daerah
Kekontrasan Parkir Depan Kampus
dapat dilihat pada Gambar 6.
Kekontrasan digunakan untuk
memperhatikan kemungkinan perbedaan
cahaya yang diterima pada warna dasar 1
yaitu Hitam-dan-Putih. Untuk mengukur 26 m
pencahayaan sendiri dapat diukur dengan 9
8

menggunakan Lux Meter. Dan ketajaman 2

pada mata akan menurun pada saat 15 7

umur 40 tahun dan terus berlanjut 53m


13 12

(McCormick,1993). 6

14
(5) 3 11
5

10

Reflectance Gambar 5. Photo Alternatif Satu


Menggunakan Google Earth
Reflectance (pemantulan) yaitu
rasio pencahayaan dan sinar pada
5
permukaan dari banyaknya persentase 81,34 m

cahaya yang diterima dan dipantulkan


38,90 m

pada permukaan dan itu semua 52,38 m 3


4

tergantung dari material yang 32,34 m 2


1
digunakan. Untuk menghitung 31,27 m
34,39 m
31,39 m
7 8
Reflectance digunakan 15,68 m
6

12,24m
35,34 m
9 10 11

rumus dibawah ini: 15,18 m 17,81m


12 14

13

30,62m 15

(6) Gambar 6. Algoritma Alternatif Satu

Berdasarkan hasil perhitungan,


diketahui bahwa jalur
Luminance merupakan cahaya yang
dipancarkan dari permukaan, sedangkan Untuk Lantai 1 :
Illuminance merupakan besarnya cahaya
sinar pada permukaan. 1 cd = 1 radius m 1 5 dan sejauh 81,34 m dan
atau 1 luxmeter/m2. Objek yang diterima jalur 1 2 3 4 sejauh
seluruhnya dapat kembali kepada daya 123,62 m.
tangkap manusia itu masing- masing.
Untuk Lantai 2 :
Penentuan Jarak Assembly Point
1 7 8 6 dan sejauh
97,05 m dan

30
jalur 1 7 8 9 10 11 1 2 3 dan sejauh 67,36 m
sejauh 128,92 m. dan

Untuk Lantai 3 : jalur 1 6 5 4 sejauh


85,62 m.
1 7 8 12 13
14 dan sejauh 98,56 m dan Untuk Lantai 2 :

jalur 1 7 8 12 13 1 10 dan sejauh 1


127,05 m
15 sejauh 111,37 m. dan

Daerah Parkir Depan Kampus jalur 1 2 8 9 sejauh


Foto menggunakan Google Earth 101,45 m.
untuk alternatif dua dapat dilihat
pada Gambar Perhitungan jarak Untuk Lantai 3 :
dari gedung 21 menuju parkir
sebelah kanan Kampus dengan 1 11 12 dan sejauh
Hangar ,dapat dilihat pada Gambar 105,56 m dan
7. jalur 1 11 13 12 13
15 sejauh 18
84,45 m.
3
12 8

2
9 Perancangan Tiang Penunjuk Arah dan
4
13 Tiang Assembly Point
7
Rancangan tiang assembly point
11 menggunakan data antropometri yaitu
1
10 5 tinggi badan tegak. Dibutuhkan 100 data
6
antropometri untuk menentukan tinggi
tiang. Untuk menentukan tinggi tiang
menggunakan persentil 99 yaitu:
P99 = X + 2,325 σ x
P99 = 163,968 +
2,325×8,120
5×8,120 = 182,847 cm
Gambar 7. Photo Alternatif Satu Tinggi Tiang = P99+Tinggi Display
Menggunakan Google Earth Tinggi Tiang = 182,847+23 = 205,847 cm
Rancangan tiang display dapat dilihat
pada Gambar 10.

Gambar 6. Algoritma Alternatif Dua

Berdasarkan hasil perhitungan,


diketahui bahwa jalur
Gambar 10. Rancangan Tiang
Untuk Lantai 1 : Display

31
Perancangan Display
Rancangan display jalur evaluasi
meliputi, perhitungan ukuran huruf, visual
Activity (VA), contrast activity, reflectance,
warna, jenis huruf, gambar dan simbol.
Hasil Perancangan dapat dilihat sebagai
berikut: 021 - 8193113
1. Display jalur evakuasi

Hasil rancangan display jalur


evakuasi dapat dilihat pada Gambar 11 Gambar 14. Rancangan Display Nomor
dan 12. Telp Pemadam Kebakaran

Display jalur evakuasi


Hasil rancangan display jalur evakuasi
dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 11. Rancangan Display Jalur


Evakuasi Menggunakan Warna

Gambar 12. Rancangan Display Jalur


Evakuasi

Gambar 15. Rancangan Display


Assembly Point Warna
Display alat pemadam api Display Assembly Point

Hasil rancangan display alat pemadam api Hasil rancangan display assembly
dapat dilihat pada Gambar 13. point dapat dilihat pada Gambar 16. 5.2
Analisis Hasil Perancangan Display

Analisis hasil perancangan display


berisikan posisi penempatan display yang
berada didalam gedung Universitas
Suryadarma kampus A.

1. Lokasi dari display jalur evakuasi ini


direncanakan terpasang menempel
tembok gedung. Posisi display dapat dilihat
pada Gambar 17.
Gambar 13. Rancangan Display Alat
Pemadam Api Warna

Display nomor telp pemadam kebakaran

Hasil rancangan display nomor telp


pemadam kebakaran dapat dilihat pada
Gambar 14.

32
Gambar 19. Display Alat Pemadam
Kebakaran dan Nomor Telpon
Pemadam Kebakaran
Gambar 17. Rancangan Display Jalur
Evakuasi Lokasi Tiang Display

Lokasi penempatan tiang display di


halaman depan Kampus Universitas
Suryadarma di taman didepan gedung.
Alasan mengapa lokasi ini yang dipilih
adalah karena jalur yang dilalui untuk
menuju assembly point untuk memilih jalur
yang aman serta mempermudah penghuni
gedung untuk menuju assembly point.
Gambar 20 menunjukkan lokasi Assembly
Point dan Tiang Display Assembly Point.

Gambar 18. Rancangan Display Jalur


Evakuasi untuk Tangga

Lokasi dari display alat pemadam api dan


nomor telp pemadam kebakaran
menempel pada dinding tiang pondasi
bagian pojok gedung pada setiap lantai.
Posisi display dapat dilihat pada Gambar
19.

Gambar 20. Lokasi Tiang Display


Assembly Point.

Peta Jalur Evakuasi


Dari perhitungan sebelumya mengenai
jalur yang palig pendek dari proses
evakuasi menuju assembly point yag sdh
ditentukan , maka di bawah ini adalah

33
perancangan jalur evakuasi secara
keseluruhan dari 3 lantai gedung
Universitas Suryadarma Kampus A
sebagai berikut :

Jalur Evakuasi lantai 1:


Di bawah ini adalah gambar peta Jalur
Evakuasi lantai 1, diambil posisi – posisi Gambar 22. Jalur Evakuasi lantai 2 .
yang jauh dari Assembly point.
Dari gambar 2.2. dengan mengambil
posisi-posisi
posisi yang paling jauh dari
Assembly Point, dapat dilihat bahwa bila
terjadi bencana, dari Ruang TI mengikuti
petunjuk panah ke arah tangga depan
Perpustakaan langsung ke Assembly
Point, sedangkan dari Aula Herkule
Herkules
menuju Assembly Point melalui lorong
tengah menuju tangga Perpustakaan turun
ke lobby kampus ke Assembly point,
sedangkan dari Aula Herkules turun ke
tangga depan Ruang UKM melalui
halaman parkir mobil depan hanggar
Gambar 21. Jalur Evakuasi lantai 1 . pesawat menuju halaman depan kampus
Dari gambar 21 dengan mengambil kemudian
emudian kearah Assembly point.
posisi-posisi
posisi yang paling jauh dari Jalur Evakuasi lantai 3:
Assembly Point, dapat dilihat bahwa bila
terjadi bencana dari Musholla mengikuti Di bawah ini adalah gambar peta Jalur
petunjuk panah langsung ke Assembly Evakuasi lantai 3, diambil posisi – posisi
Point melalui tempat parkir motor, yang jauh dari Assembly point.
sedangkan dari Kantin menuju Assembly
Point melalui lorong tengah menuju ke
Assembly point, sedangkan dari
d Ruang
UKM dan sekitarnya melalui halaman
parkir mobil depan hanggar pesawat
menuju halaman depan kampus kemudian
kearah Assembly point. Sedangkan dari
Hanggar pesawat menuju ke halaman
depan kampus, kemudian menuju ke arah Gambar 31. Jalur Evakuasi lantai 3 .
Assembly Point.
Dari gambar 3.3. dengan mengambil
posisi-posisi yang paling jauh dari
Assembly Point, dapat dilihat bahwa bila
Jalur Evakuasi lantai 2: terjadi bencana, dari Ruang 306 mengikuti
Di bawah ini adalah gambar peta Jalur petunjuk panah ke arah tangga tengah
Evakuasi lantai 2, diambil posisi – posisi kemuadian turun ke lantai 2 dan turun ke
yang jauh dari Assembly point. lantai 1 , keluar ke arah depan Hanggar
pesawat kemudian langsung ke AssAssembly
Point, dari Ruang 301 mengikuti petunjuk
panah ke arah tangga tengah kemuadian
turun ke lantai 2 dan turun ke lantai 1 ,
keluar ke arah depan Hanggar pesawat
kemudian langsung ke Assembly Point.

34
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan dua alternatif yang Buchari, 2007. ,Manajemen Kesehatan
terpilih adalah depan gedung serbaguna Kerja dan Alat Pelindung Diri.
karena memiliki jarak yang lebih paling Universitas Sumatera Utara,Medan.
dekat dan dapat menampung lebih banyak Irwan Iftadi , Wakhid Ahmad Jauhari, dan
orang. Hasil Usability Testing menunjukkan Beny Nugroho (2011) , Studi Kasus
perbedaan jarak tempuh antara Assembly Lundy, James L.1960. Effective industrial
1 bagian depan Kampus A Unsurya management. New York : The
dengan Assembly 2 di sebelah kanan Macmillan Company
gedung unsurya Kampus A Unsurya . Moore, Franklin G.1961. Manufacturing
Management, Third Edition [s.l:Richard
Perbandingan dari Perancangan D. Erwin. Purnama, Hadi. 2010.
Assembly Point 1 dengan Assembly Point Nurmianto, E. 1996. Ergonomi Konsep
2 adalah sebagai berikut : Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. Guna
a. Assembly Point 1 dengan total jarak Widya
559,92 m, tempatnya lebih dekat Perancangan Peta Evakuasi
dengan jalan keluar kampus, sudah Menggunakan Algoritma Floyd-
masuk ke jalan besar sehingga proses Warshall untuk Penentuan Lintasan
evakuasi lebih cepat. Terpendek: Jurusan Teknik Industri,
b. Assembly Point 2 dengan total jarak Universitas Sebelas Maret, Performa
688,38 m lebih jauh jaraknya dengan Vol. 10, No. 2: 95 - 104
jalar keluar, sehingga proses evakuasi Phoolan Devi, Arief Rahman (2011)
lebih lama. Perancangan Sistem Deteksi Posisi
c. Perhitungan untuk proses evakuasi Penghuni Pada Proses Evakuasi
harus menempuh jarak yang lebih jauh Gedung Bertingkat dengan Teknologi
untuk ke Assembly Point 2 sedangkan RFID. Jurusan Teknik IndustriInstitut
untuk Assembly Point 1 lebih dekat. Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
d. Pemasangan Display akan sangat Surabaya
membantu pada proses evakuasi , Silalahi, Bennett N.B. [dan]
sehingga para pengguna gedung tidak Silalahi,Rumondang.1995. Manajemen
kebingungan bila ada bencana. keselamatan an kesehatan
e. Pemasangan Display untuk pemadam kerja.Pustaka Binaman Pressindo.
kebakaran beserta nomor telpon Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan
Pemadam kebakaran terdekat juga pencegahan kecelakaan. Jakarta
akan membantu proses :Gunung Agung
penanggulangan bahaya kebakaran. Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan
f. Pemasangan Display untuk Assembly kesehatan kerja. Jakarta :Haji
Point akan sangat membantu pada MasAgung
proses evakuasi , sehingga para Sutalaksana, dkk. 1979. Teknik Tata Cara
pengguna gedung tidak kebingungan Kerja. ITB , Bandung.
bila ada bencana, dan untuk proses Tambusai, M.2001. Pengawasan
evakuasi menjadi lebih mudah. Kesehatan danKeselamatan Kerja
Dengan demikian alternatif untuk Assmbly Untuk Meningkatkan Produktivitas
Point adalah menggunakan Assembly Kerja. Makalah Seminar K3 RS.
point 1 yaitu tempat parkir di bagian Persahabatan Jakarta. Penerbit
depan kampus A Universitas Universitas Indonesia (UI-Press).
Suryadarma. Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai