Anda di halaman 1dari 18

PANDANGAN ISLAM TENTANG IPTEK

DAN SENI

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Elsya Dhitaisma (195060400111055)
Mochamad Misbachussudur (195060401111025)

TEKNIK PENGAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirraahim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala
rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pandangan Islam tentang Iptek dan Seni”.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi mengenai Pandangan Islam tentang
Iptek dan Seni, dan juga untuk memenuhi nilai tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa
artikel dan tulisan yang telah penulis jadikan referensi guna penyusunan makalah ini, semoga
dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang mengacu terwujudnya generasi
masa depan yang lebih baik.
Penulis berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak
kekurangan dan kesalahan. Penulis menerima kritik dan saran yang membantu guna
penyempurnaan makalah ini.

Malang, 3 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………...………...…………………………....i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

BAB II PERMASALAHAN…………………………………………………………………2

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Iptek……………………………………………………………........................3
3.2 Pengertian Seni…………………………………………………………………………….4
3.3 Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Iptek dan Seni ……………………………….5
3.3.1 Iptek Menurut Islam……………………………………………………………………..5
3.3.2 Senii Menurut Islam……………………………………………………………………..9

3.4 Iman Ilmu dan Amal……………………………………………………………………..11


3.5 Kontribusi Iptek dan Seni dalam Dakwah……………………………………………….12

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………...…………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………15
BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan kebutuhan yang sangat penting
bagi setiap umat yang ada di dunia ini, terlebih lagi bagi umat muslim. Perkembangan IPTEK
di zaman ini semakin pesat. Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-
produk IPTEK. Sukar untuk dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan
produk-produk IPTEK. Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari makan, minum,
tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-
alat hiburan, kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari
produk IPTEK.

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya
dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi
seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala
macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang
yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam
kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat
Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang.
Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek
jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan IPTEK dalam
Islam, kita perlu mengembangkan potensi dan memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap
berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber
daya alam yang beranekaragam diciptakan untuk kita semua.

Seni merupakan ekspresi dari jiwa seseorang yang menghasilkan sebuah budaya yang
diidentikan dengan keindahan. Seorang seniman sering menggunakan benda-benda yang
diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga menghasilkan sebuah keindahan.
Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa
nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-
orang yang kematangan jiwanya terus bertambah

Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut
ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “menuntut ilmu
adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah
kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan
BAB II

PERMASALAHAN

Di zaman modern ini, kehidupan manusia tidak lepas dari iptek dan seni karena kedua hal
itu dibutuhkan dalam kemajuan suatu bangsa. Segala segi kehidupan pasti berhubungan
dengan iptek dan sering dipadukan dengan seni budaya. Tentu tujuannya adalah memudahkan
aktivitas manusia agar menjadi lebih efisien, efektif dan berkualitas. Disamping kegunaannya
yang sangat menguntungkan, terdapat pula efek negatif yang ditimbulkan iptek dan seni
dunia. Yang paling nyata adalah perubahan cara dan pola hidup masyarakat sekarang ini yang
dirasakan sudah megkhawatirkan.

Dalam aspek iptek, negara-negara barat memang dikenal dengan kecerdasan dalam
inovasi produk-produk terbaik yang menjanjikan kemudahan dalam pemanfaatannya. Maka
wajar saja bila iptek dunia dipimpin oleh peradaban barat yang senantiasa mencengangkan
banyak orang diberbagai dunia. Kita pasti menyadari, kini berbagai kalangan khususnya
muda-mudi telah sulit melepaskan diri dari kerasukan pengaruh gaya barat. Mereka bahkan
sudah keranjingan dan menggilai segala hal kebarat-baratan. Seni dan budaya kita telah
digantikan dan tergeser oleh seni budaya produk barat yang notabenya menekankan
kehidupan yang bebas tanpa ikatan agama apapun dan cara hidup hedonis, mendewakan
kenikmatan badaniyah. Hasilnya, generasi yang jauh dari Islam, menganggap Islam itu anti-
modernitas, sebaliknya menganggap semua dari barat itu keren, gaul. Karena hal-hal semisal
ini harus menjadi kekhawatiran bersama, di sinilah peran agama menjadi sangat penting. Lalu
muncul pertanyaan, bagaimana iptek dan seni budaya yang sesuai menurut syariat Islam?
Melalui makalah ini, kami merumuskan masalah dalam pembahasan yaitu:

1. Apa pengertian iptek?


2. Apa pengertian seni?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap perkembangan iptek dan seni?
4. Bagaimana korelasi iman, iptek dan amal dalam Islam?
5. Bagaimana kontribusi iptek dan seni dalam dakwah Islam?
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Iptek


Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan. Menurut konsep umum
(barat) ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu yang dapat diindra
oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, pengertian, perasaan, dan
keyakinan) melalui akal atau proses berpikir (logika). Pengetahuan yang telah
dirumuskan secara sistematis merupakan formula yang disebut ilmu pengetahuan
(sains). Dalam Al-Qur’an keduanya disebut “ilmu”. Ilmu adalah sumber teknologi
yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan
ide-ide.

Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan bagi
kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Kalau demikian, mesin atau alat canggih
yang dipergunakan manusia bukanlah teknologi, walaupun secara umum alat-alat
tersebut sering diasosiasikan sebagai teknologi. Adapun teknologi adalah terapan atau
aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan
dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam
kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi
juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak
netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan.
Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi dapat
membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia
juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam
semesta.
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal
budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam
pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat
kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu
yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi,
karena bersumber dari akal pikiran manusia . Dalam pemikiran sekuler perennial
knowledge yang bersumber dari wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan
mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan
ilmu. Sedangkan dalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan
tidak boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah
membimbing dan mengarahkan akal.

3.2 Pengertian Seni

Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia
didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apapun jenis keindahan
itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang dianugerahkan
Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Fungsi seni
Untuk Kebutuhan Individu:
a) Kebutuhan Fisik

Sejarah membuktikan bahwa perkembangan seni musik selalu seiring dengan


peradaban mausia. Sejak dulu, benda-benda diciptakan dengan mempertimbangkan
nilai seni. Misalnya, model baju yang bernilai seni tinggi tentu harganya jauh lebih
mahal dibanding yang kurang berseni.

b) Kebutuhan Emosional

Manusia juga mempunya kebutuhan emosional yang harus dipenuhi. Saat sedang
sedih, gembira, dan sebagainya. Lewat seni inilah seseorang dapat mengungkapkan
perasaan dan daya imajinasinya atau menikmati seni tersebut untuk menghibur
hatinya. Untuk itulah orang seringkali melukis, bernyayi, membuat puisi,
mendengarkan lagu atau menonton drama.

Untuk Kebutuhan Sosial:


a) Bidang Agama

Contoh: Dakwah melalui seni musik yaitu dengan lagu-lagu religi atau
menggambarkan kekuasaan Allah SWT melalui lukisan atau Kaligrafi.

b) Bidang Pendidikan

Seni sering dimanfaatkan oleh dunia pendidikan untuk membantu mempermudah


penyampaian pesan baik berupa gambar (visual) maupun suara (audio) ataupun
keduanya. Contoh film ilmiah, gambar ilustrasi pada buku pelajaran, dan poster
ilmiah

c) Bidang Komunikasi

Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi pula seperti kritik sosial, gagasan,
kebijakan dan memperkenalkan suatu produk kepada khalayak. Contoh : wayang
kulit, seni teater, poster, dan drama komedi.

d) Bidang Rekreasi

Seni pada bidang rekreasi ini digunakan sebagai sarana untuk melepas kejenuhan atau
mengurangi kesedihan. Contoh :film, komedi, tempat rekreasi seni, dan lain
sebagainya

3.3 Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Iptek dan Seni


3.3.1 Iptek Menurut Islam
Ilmu adalah Maha Kumpulan Pengetahuan yang dikuasai Allah, Tuhan Yang Maha
Tahu. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah sebagian dari ilmu yang diperoleh
manusia melalui akan dan daya nalarnya yang disusun secara sistematis. Ilmu
pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal
(pengalaman). Beberapa ayat Al-Qur’an menerangkan bagaimana Allah mangajarkan
ilmu kepada hambanya. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah : 31-32 dan Surah
Al-Alaq : 5, yang artinya sebagai berikut :
“Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu bila kamu memang orang yang benar!” Mereka
menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada (ilmu) yang kami ketahui selain daripada
apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 31-32) “Dia (Allah)
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. AlAlaq : 5)
Namun ilmu Allah sangat luas dan dalam, karena sebanyak apapun sumber daya yang
kita memiliki tak akan cukup bagi kita untuk menjelaskan luas dan dalamnya ilmu
Allah itu. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi
menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditamkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)-nya, niscaya akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman : 27)
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :

Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek
adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah
dipisahkan dari kehidupan agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur
kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa
mencampuri dan mengintervensi yang lainnya.

Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan
eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa
pun dengan iptek. iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari
agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem.
Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan
keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan.
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis. Paham
Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses
perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui
pertentanganpertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih
perkembangan itu sendiri. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara
ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek.

Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah
dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an
dan al-Hadits menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di
atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat
yang pertama kali turun: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan.” (Qs.Al-Alaq : 1). Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk
membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan
bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas
Aqidah Islam. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan
shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari
paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan iptek dunia Islam antara
tahun 700 M - 1400 M.

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua.


Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma
inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat pragmatism atau
utilitarianisme seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh
tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram menurut hukum-
hukum syariah Islam. Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan
oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh
Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan
manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT salah satunya menuntut ilmu.
Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu
adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah
kehidupannya Islam dan kehidupannya keimanan. Islam sebagai agama penyempurna
dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya
untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam
semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi
pengembangan ipteknya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam
mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian
Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris
Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat
bagi seluruh alam. Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang
menentang fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan
tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang
prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau
paradigma materialisme yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern
tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayatayat
suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW adalah tanda-tanda dan
perwujudan Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan
bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber yang sama, Allah Yang
Maha Pencipta dan Maha Pemelihara alam semesta. Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kesempurnaannya karena dibekali seperangkat
potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk
berpikir hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu-ilmu
yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, akan
memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi
lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S Al-Mujadalah : 11:15

ّ َ‫دَ َر َجات ٍْالع ْل َمأهوتهوا َوالّذينَ م ْن هك ْمآ َ َمنهوا الّذين‬


‫َللاه يَ ْرفَع‬

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

3.3.2 Seni Menurut Islam


Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang
dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an
mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan
keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang
ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada
baginya sedikit pun retak-retak?” (QS 50: 6)

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi SAW
kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda : “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong
seberat atom.”Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus
dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai
keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan
orang lain.” (HR. Muslim).

Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga
para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan
keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur
bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya,
kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan
irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda : “Hiasilah Al-Qur’an dengan
suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)

Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai


keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.
Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-
hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai
seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-
anak. Sebaiknya dikembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-
Qur’an disebutkan : “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan
perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu
memperoleh azab yang menghinakan.” (QS.Al-Luqman: 6)

Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak


berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka haram nyanyian
tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal
yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya.
Seni akan menjadi haram jika:
a. Seni suara dan seni musik (membuat orang lupa akan Allah), Al-Khamr (minuman
arak) , dan al-qainat (penyanyi cabul).
b. Seni rupa (gambar, terutama patung), yang ada hubungannya dengan jiwa
kemusyrikan dan penyembahan berhala. Pelukisan Tuhan merupakan
menyekutukanNya sehingga itu merupakan kesenian yang diharamkan.

Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan
Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan
karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu Al-Qur’an yang
dalam hal ini adalah masyarakat Arab. Jika demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni
yang terungkap melalui ekspresi budaya lokal yang senada dengan tujuan Islam.
Sementara itu, bila kita merujuk pada akar makna Islam yang berarti menyelamatkan
ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang namanya seni Islam adalah ungkapan
ekspresi jiwa setiap manusia yang termanifestasikan dalam segala macam bentuknya,
baik seni ruang maupun seni suara yang dapat membimbing manusia kejalan atau
pada nilai-nilai ajaran Islam. Dari difinisi ini jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa
kaum muslim yang terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara
maupun ruang. Hal ini juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam
perkembangannya baik seni suara maupun ruang termanifestasikan. Dengan definisi
demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa lampau maupun masa kini
bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka dasar dari difinisi-difinisi
diatas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni Islam bukan terletak pada
dimana dan kapan eksistensi seni tersebut, melainkan pada esensi dari ajaran-ajaran
Islam yang terkandung dalam karya seni tersebut.

3.4 Iman, Ilmu dan Amal


Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang
disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah,
dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh. Islam merupakan ajaran
agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti
ajarannya. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu
memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik,
akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon
itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”. Dari penjelasan
tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah
dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik.
Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu
kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan
dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan
batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan
seni. Iptek dan seni yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam. Perbuatan baik seseorang tidak
akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai
iman dan ilmu yang benar. Sama halnya dengan perkembangan iptek dan seni yang
lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya.

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai ‘abdun’ (hamba
Allah) dan sebagai khalifah Allah dibumi. Esensi dan “abdun’ adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah sedangkan
esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah swt sebagai
pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh sang
pencipta berupa potensi-potensi dan keikhlasan manusia menghambakan dirinya
kepada Allah akan mencegah kehambaan kepada sesama manusia termasuk kepada
dirinya. Manusia diciptakan dimuka bumi ini dengan dua kecenderungan yaitu
kecenderungan kepada ketakwaan dan kencenderungan kepada perbuatan fasik,
serta berfungsi sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi agar ia mampu
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan
lingkungannya tempat tinggalnya. Sehingga manusia diberi kebebasan untuk
mengeksplorasi, menggali sumber daya alam serta dapat memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya, akan tetapi manusia juga harus dapat menyadari terlebih
dahulu bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk memenuhi
kebutuhan hidup apabila manusia tidak hanya menjaga keseimbangannya.
Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan
mengeksploitasi alam ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya
bukan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsu saja. Terlepas dari pada itu
kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia
sendiri, mereka banyak berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah
dan mereka tidak menjaga amanat Allah untuk menjaga kelestarian alam ini.

3.5 Kontribusi Iptek dan Seni dalam Dakwah


Kontribusi adalah kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang di hasilkan
oleh perkembangan iptek moderen membuat orang mengagumi meniru gaya hidup
peradaban orang barat samapidi barengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif
yang diakibatkannya, bukan hanya bidang iptek saja tetapi dalam bidang seni juga.
Dalam kontribusi iptek dan seni dalam dakwah islam banyak memberikan
perkembangan di dalam dakwahnya, misalnya pada jaman dahulu ketika para ulama
di pulau jawa menyebarkan ajaran agama Islam mereka menyebarkan dakwahnya
melalui kesenian wayang yang isinya tentang ajaran-ajaran agama Islam. Maka
dengan adanya kesenian wayang ini digunakan sebagai media dakwah Islam dan daya
tarik masyarakat untuk menyaksikan kesenian wayang tersebut. Pada saat ini
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, dibuktikan dengan
adanya penemuan-penemuan baru yang fungsinya untuk memudahkan segala aktifias
manusia, begitu juga kemudahan dalam derdakwah bagi para ulama.
Contoh-contoh Kontribusi Iptek dan Seni bagi dakwah Islam
a. Arsitektur masjid yang indah membuat para jamaah senang dan nyaman beribadah
b. Wayang sebagai media dakwah bagi Wali Songo
c. Perkembangan busana muslim seperti jilbab
d. Media dakwah di televisi, internet, koran, dan majalah
e. Penggunaan internet, blog, dan situs Islami sepertisuara Islam, Muslim,dll
f. Al-Qur’an dan Hadist dalam bentuk digital semuga mempermudah pencarian ayat,
terjemaah, tafsiran Al-Qur’an
g. Penggunaan LCD sebagai media dakwah sehingga lebih jelas dipahami.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni. Dari uraian di atas
dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah. Islam sebagai paradigm
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar
penggunaan iptek dan seni. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat
(utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam
mengaplikasikan iptek dan seni. Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan
alam yang ada untuk perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan
tidak merusak apa yang ada. Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya
serta tetap berpegang teguh pada syari’at Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen PAI. 2012. Buku Daras Pendidikan Agama Islam di Universitas Brawijaya. Malang: Citra
Mentari Malang

https://docplayer.info/72973980-Iptek-dan-seni-dalam-islam.html

http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertian-iptek-atau-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-
lengkap.html

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-seni.html

http://santosotegoeh.blogspot.com/2011/12/agama-islam-pandangan-islam-terhadap.html

https://ryantamarasitorus.blogspot.com/2011/12/iman-iptek-dan-amal-sebagai-kesatuan.html

http://materikuliahshare.blogspot.com/2015/11/iptek-dan-seni-dalam-islam.html

http://hubunganiptekdanagama.blogspot.com/2010/07/kontribusi-islam-dalam-perkembangan.html

Anda mungkin juga menyukai