Anda di halaman 1dari 345

351.

770 212
Ind
p

PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2008

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.


JAKARTA
2009
TIM PENYUSUN

Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH
Sekretaris Jenderal Depkes

Ketua
dr. Untung Suseno S., MKes
Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes

Editor
Hasnawati, SKM, MKes
Sugito, SKM, MKes
Hary Purwanto, MKes, MMSi
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes

Anggota,
Sunaryadi, SKM, MKes; Fetty Ismandari, dr.; Nuning Kurniasih, SSi, Apt;
Farida Sibuea, SKM, MScPH; Evida V. Manullang, SSi; Marlina Indah Susanti, SKM;
Supriyono Pangribowo, SKM; Dewi Roro Kumbini, SPd; Istiqomah, SS;
Sarijono; Sondang Tambunan; Maryati; B.B Sigit

Kontributor
Badan Pusat Statistik; Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional;
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal; Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat;
Ditjen Bina Pelayanan Medik; Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
Ditjen Bina Kefarmasian & Alkes; Badan Litbangkes; Badan PPSDMKes;
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Kepegawaian;
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; Pusat Penanggulangan Krisis
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
351.770 212
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p Profil Kesehatan Indonesia 2008. - - Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2009

I. Judul 1. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh


Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes.go.id
Web site: http://www.depkes.go.id
KATA PENGANTAR

“Profil Kesehatan Indonesia 2008” merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari
kinerja Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan, maka
tahun yang tercantum dalam judul profil kesehatan disamakan dengan tahun dari data dan
informasi yang disajikan.

“Profil Kesehatan Indonesia 2008” ini selain memuat informasi seperti profil
kesehatan sebelumnya, juga memuat kejadian-kejadian penting yang terjadi pada tahun 2008.
Penyajian dalam “Profil Kesehatan Indonesia 2008” ini masih terdapat keterbatasan karena
ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul sehingga untuk beberapa indikator
masih memuat data tahun 2007, termasuk kontribusi dari hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
2007 yang diselenggarakan Balitbangkes Depkes. Beberapa data dan informasi tahun 2008
yang belum terdapat dalam Profil Kesehatan Indonesia 2008 ini akan disajikan dalam bentuk
sajian lain selain Profil Kesehatan Indonesia.

“Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasannya tetap diupayakan agar


dapat terbit lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan Indonesia 2008 ini
akan diterbitkan dalam dua versi bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Selain
diterbitkan dalam bentuk cetakan, Profil Kesehatan Indonesia 2008 juga dapat diakses
melalui internet; http://www.depkes.go.id.

Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2008” ini bermanfaat dalam mengisi


kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.

Jakarta, 2009

Kepala Pusat Data dan Informasi

Dr. Untung Suseno S., MKes


NIP. 19581017 198403 1 004

i
ii
SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES

Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2008” yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak
tantangan di dalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini, akhirnya Pusat
Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2008 dan menyusunnya dalam bentuk
“Profil Kesehatan Indonesia 2008”.

Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu
ternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program
masih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia
2008” ini, saya harapkan dapat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan yang
didasari atas data dan informasi (evidence based) dan dapat digunakan pula sebagai salah satu
bahan evaluasi program pembangunan kesehatan.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga
memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2008” ini.

Jakarta, 2009

Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH


NIP. 19490929 197712 1 001

iii
iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I: PENDAHULUAN 1

BAB II: GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3


A. Keadaan Penduduk 3
B. Keadaan Ekonomi 6
C. Keadaan Pendidikan 10
D. Keadaan Lingkungan 12
E. Keadaan Perilaku Masyarakat 18

BAB III: SITUASI DERAJAT KESEHATAN 24


A. Mortalitas 24
B. Morbiditas 31
C. Status Gizi 67

BAB IV: SITUASI UPAYA KESEHATAN 73


A. Pelayanan Kesehatan Dasar 73
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 90
C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 94
D. Perbaikan Gizi Masyarakat 114
E. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana 118

BAB V: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 120


A. Sarana Kesehatan 120
B. Tenaga Kesehatan 133
C. Pembiayaan Kesehatan 137

v
BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN DAN SEARO 140
A. Kependudukan 140
B. Derajat Kesehatan 149
C. Upaya Kesehatan 158

DAFTAR PUSTAKA 163

LAMPIRAN

***

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Menurut Provinsi Tahun


2007 - 2008
Lampiran 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.4 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2006
- 2008
Lampiran 2.5 Persentase Penduduk Buta Huruf Menurut Kelompok Umur
Lampiran 2.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Provinsi Tahun 2004 - 2008
Lampiran 2.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Provinsi Tahun 2004 - 2008
Lampiran 2.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 2.8.a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 2.8.b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 2.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Rata - Rata Pemakaian Air Bersih
per Orang per Hari dan Provinsi, Riskesdas Tahun 2007
Lampiran 2.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Fisik Air Minum per
Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.11 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari
Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat
Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar,
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.13 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun
2008
Lampiran 2.13.a Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun
2008
Lampiran 2.13.b Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun
2008

vii
Lampiran 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.14.a Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.14.b Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2).
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Tipe Daerah, dan Jenis Lantai
Terluas (m2) dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 2.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Tipe Daerah, dan Jenis Dinding
Terluas (m2) dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 2.18 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang dialami dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.18.a Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang dialami dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.18.b Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang dialami dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.19 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.19a Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.19.b Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.20 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama
Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.21 Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi
Menurut Jenis Obat yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun
2008
Lampiran 2.22 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.22.a Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.22.b Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2008

viii
Lampiran 2.23 Persentase Rumah Tangga yang Memenuhi Kriteria Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Baik Menurut Provinsi Riskesdas Tahun 2007
Lampiran 2.24 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam
Buang Air Besar dan Cuci Tangan Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.25 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan
Merokok dan Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 2.26 Prevalensi Perokok Saat Ini dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang
Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun
2008
Lampiran 2.27 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut
Usia Mulai Merokok Tiap Hari dan Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 2.28 Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir Menurut
Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 2.29 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk Umur 10 Tahun ke
Atas Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Harapan Hidup, Net
Reproduction Rate, Angka Kelahiran Kasar, dan Angka Fertilitas Total
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.2 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi Tahun
2005 - 2007
Lampiran 3.3 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2008
Lampiran 3.3.a Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2007
Lampiran 3.4 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2008
Lampiran 3.4.a Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2007
Lampiran 3.5 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.6 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997 -
2008
Lampiran 3.7 Hasil Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru Tahun 2008
Lampiran 3.8 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.9 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Kelompok Umur
(Tahun), Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.10 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2008

ix
Lampiran 3.11 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS yang Menggunakan Napza Suntikan
(IDU) Menurut Provinsi s.d 31 Desember 2008
Lampiran 3.12 Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.13 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.14 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.15 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.16 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.16.a Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.17 Jumlah Kasus Penyakit Campak dan Status Vaksinasi Campak Menurut
Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.18 Frekuensi dan Jumlah Kasus Pada KLB Campak Menurut Provinsi
Tahun 2005-2008
Lampiran 3.19 Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.20 Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klasifikasi Klinis dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.21 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2003 - 2008
Lampiran 3.22 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2003 -
2008
Lampiran 3.23 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2005 - 2008
Lampiran 3.24 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2003 - 2008
Lampiran 3.25 Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek) Tahun
2008
Lampiran 3.26 Situasi Leptospirosis pada Manusia di Indonesia Tahun 2004 - 2008
Lampiran 3.27 Situasi Antraks pada Manusia di Indonesia Tahun 2004 - 2008
Lampiran 3.28 Situasi Pes pada Manusia di Indonesia Tahun 2008
Lampiran 3.29 Jumlah dan Presentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.30 Kasus Penyakit dapat dicegah dengan Imunisasi Menurut Provinsi Tahun
2008
Lampiran 3.31 Jumlah Kasus Hepatitis C (Hanya Data yang Positif) Tahun 2008
Lampiran 3.32 Persentase Balita Menurut Status Gizi (BB/U)* Per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.33 Persentase Balita Menurut Status Gizi (TB/U)* Per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.34 Persentase Balita Menurut Status Gizi (BB/ TB )* Per Provinsi Tahun
2007

x
Lampiran 3.35 Prevalensi Kurus dan Berat Badan Lebih Anak Umur 6 - 14 Tahun
Menurut Jenis Kelamin per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.36 Persentase Status Gizi Penduduk Dewasa (15 Tahun ke Atas) Menurut
IMT Per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.37 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur 15 - 45 Tahun Menurut
Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.38 Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhir Menurut
Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.39 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.40 Rawat Jalan Jemaah Haji di Arab Saudi Berdasarkan Pola Penyakit
Tahun 2006 – 2008
Lampiran 3.41 Jumlah Haji Indonesia Pola Penyakit - Pemeriksaan Kesehatan di
Embarkasi Tahun 2006 - 2008
Lampiran 3.42 Rawat Jalan Jemaah Haji di Arab Saudi Berdasarkan Pola Penyakit
Tahun 2006 – 2008
Lampiran 3.43 Sebab Jemaah Haji Wafat di Arab Saudi Berdasarkan Pola Penyakit
Tahun 2006 – 2008
Lampiran 3.44 Jemaah Haji Indonesia Berdasarkan Jumlah Wafat per 1000 Jemaah
(Rate Wafat) Tahun 2008
Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Dan K4, Persalinan ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.2 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.2.a Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan)
Lampiran 4.2.b Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Provinsi
Tahun 2008 (Perdesaan)
Lampiran 4.3 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.3.a Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan)
Lampiran 4.3.b Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Provinsi
(Perdesaan)
Lampiran 4.4 Cakupan Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti, dan Penanganan
Komplikasi Ibu Hamil dan Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.5 Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke atas Yang Pernah Kawin dan
Jumlah Anak Yang Dilahirkan Hidup Menurut Provinsi Tahun 2008
(Perkotaan+Perdesaan)

xi
Lampiran 4.5.a Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke atas yang Pernah Kawin dan
Jumlah Anak yang dilahirkan Hidup Menurut Provinsi Tahun 2008
(Perkotaan)
Lampiran 4.5.b Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke atas yang Pernah Kawin dan
Jumlah Anak yang dilahirkan Hidup Menurut Provinsi Tahun 2008
(Perdesaan)
Lampiran 4.6 Rata - Rata Jumlah Anak Lahir Hidup per Wanita Usia 15-49 Tahun
Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2008
Lampiran 4.7 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Yang
Sedang Menggunakan /Memakai Alat Kb Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 4.8 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Pernah Menggunakan / Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 4.9 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat / Cara KB yang sedang digunakan / dipakai dan Provinsi, Tahun
2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.9.a Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang sedang digunakan /dipakai dan Provinsi, Tahun 2008
(Perkotaan)
Lampiran 4.9.b Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang sedang digunakan /dipakai dan Provinsi, Tahun 2008
(Perdesaan)
Lampiran 4.10 Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.11 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.12 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (Uci) Menurut Provinsi
Tahun 2006 - 2008
Lampiran 4.13 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2008*
Lampiran 4.14 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.15 Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1 - Campak pada Bayi Menurut
Provinsi Tahun 2003 - 2008
Lampiran 4.16 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Provinsi,
Tipe Daerah dan Jenis Imunisasi, 2008
Lampiran 4.17 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.18 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut
Provinsi Tahun 2007

xii
Lampiran 4.19 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut Provinsi
Tahun 2007
Lampiran 4.20 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Rumah Sakit Umum
Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.21 Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesmas di Puskesmas Tahun 2008
Lampiran 4.22 Jumlah Masyarakat Miskin dan Tidak Mampu untuk Jaminan Kesehatan
Masyarakat Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.23 Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesmas di RS/BKMM/BKIM/BKN/BP4
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.24 Jumlah Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut Jamkesmas
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.25 Penanganan Penyalahgunaan Napza di Rumah Sakit Menurut
Kepemilikan Tahun 2007
Lampiran 4.26 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
Succes Rate (Sr) Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.27 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 4.28 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin "A" Tahun 2008
Lampiran 4.29 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 4.30 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah disusui Menurut Lamanya
disusui Per Provinsi Tahun 2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.30.a Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah disusui Menurut Lamanya
disusui Per Provinsi Tahun 2008 (Perkotaan)
Lampiran 4.30.b Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah disusui Menurut Lamanya
disusui Per Provinsi Tahun 2008 (Perdesaan)
Lampiran 4.31 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2008
Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi
Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan Menurut
Provinsi Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.3 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2008
Lampiran 5.4 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola Dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit Umum dan Tempat Tidur Menurut Pengelola
Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.6 Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum Menurut Kelas Perawatan
dan Provinsi Tahun 2008

xiii
Lampiran 5.7 Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.8 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
Rumah Sakit Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.9 Jumlah Sarana Produksi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.10 Jumlah Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.11 Jumlah Institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Menurut Jurusan dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.12 Jumlah Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Politeknik Kesehatan
(Poltekkes) Kumulatif sampai dengan Desember Tahun 2008
Lampiran 5.13 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan (Poltekkes)
Menurut Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.14 Jumlah Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Kumulatif sampai
Desember Tahun 2008
Lampiran 5.15 Jumlah Institusi Diknakes Non-Poltekkes Menurut Status Kepemilikan
Kumulatif sampai dengan Desember Tahun 2008
Lampiran 5.16 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Hasil Pendataan Potensi Desa
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.17 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.18 Rasio Dokter, Dokter Gigi, Perawat dan Bidan Terhadap Jumlah
Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.19 Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.20 Jumlah Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT)
yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.21 Jumlah Alokasi dan Realisasi Anggaran Departemen Kesehatan Menurut
Eselon I Tahun Anggaran 2008
Lampiran 5.22 Persentase Penduduk dengan Jaminan Pembiayaan/Asuransi Kesehatan
Menurut Provinsi dan Tipe Daerah Tahun 2007
Lampiran 5.23 Persentase Penduduk dengan Jaminan Pembiayaan/Asuransi Kesehatan
Menurutjenis Jaminan Kesehatan dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara-Negara ASEAN
& SEARO Tahun 2008
Lampiran 6.2 Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan Manusia
di Negara-Negara ASEAN & SEARO

xiv
Lampiran 6.3 Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yang
Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara-Negara ASEAN &
SEARO Tahun 2006
Lampiran 6.4 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Tahun 2006/2007
Lampiran 6.5 Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Tahun 2007
Lampiran 6.6 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Lampiran 6.7 Perbandingan Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi di Negara-Negara
ASEAN & SEARO Tahun 2007
Lampiran 6.8 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Tahun 2000-2008
Lampiran 6.9 Pembiayaan Kesehatan di Negara-Negara ASEAN & SEARO Tahun
2006

***

xv
Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar
manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang, khususnya dalam bidang pendapatan,
kesehatan, dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan
secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan
sehat, berpengetahuan, dan memiliki kehidupan yang layak. Masing-masing dimensi
direpresentasikan oleh indikator. Umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator
angka harapan hidup; pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah; serta kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator
kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga dimensi
pembangunan manusia ini terangkum dalam suatu nilai tunggal, yaitu Indeks Pembangunan
Manusia (human development index).
Sedangkan pembangunan kesehatan adanya upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi
indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada
periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan
pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan ba-
gi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular,
penanggulangan gizi buruk, dan penanganan krisis kesehatan akibat bencana.
Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008 ini berupaya untuk
menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber
daya kesehatan, dan faktor-faktor terkait lainnya, serta perbandingan Indonesia dengan
negara anggota ASEAN dan SEARO.
Profil Kesehatan Indonesia 2008 ini terdiri atas 6 (enam) bab, yaitu:
Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang diterbitkannya Profil
Kesehatan Indonesia 2008 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II - Situasi Umum dan Perilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum,
yang meliputi: kependudukan, perekonomian, pendidikan, dan lingkungan fisik; serta
perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan.

1
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2008 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2008, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar,
pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.
Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2008. Gambaran tentang keadaan sumber daya
mencakup tentang keadaan tenaga, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini
menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data kependudukan, Angka
Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka
estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, cakupan
imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan.

***

2
Indonesia terbentang antara 6o garis Lintang Utara sampai 11o garis Lintang
Selatan, dan dari 97 o sampai 141o garis Bujur Timur serta terletak antara dua benua
yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, menurut data Bakosurtanal,
jumlah pulau di Indonesia 17.508 (17.506 pulau setelah dikurangi Sipadan dan
Ligitan). Jumlah pulau itu termasuk yang berada di muara dan tengah sungai, serta
delta. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat
dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek
tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Secara administratif wilayah Indonesia pada tahun 2008 terbagi atas 33
provinsi, 495 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 96 kota). Jika dibandingkan
dengan jumlah kabupaten/kota yang ada pada tahun 2007, maka selama tahun 2008
telah terjadi pembentukan 30 kabupaten/kota baru. Pembagian wilayah Indonesia
secara administratif pada tahun 2007 - 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku
penduduk pada tahun 2008 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi,
keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan
dengan kesehatan.

A. KEADAAN PENDUDUK

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2008 tercatat sebesar 228.523.342 jiwa terdiri dari 114.399.238 laki-laki dan
114.124.104 perempuan. Melalui estimasi BPS hasil SUPAS 2005 (estimasi
penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2008),
kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut.

3
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik, Estimasi Penduduk Indonesia Dirinci Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Secara nasional, dengan luas wilayah Indonesia 1.910.931,32 km2 maka


tingkat kepadatan penduduk adalah sebesar 120 jiwa per km2. Tingkat kepadatan
yang tinggi masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa. Provinsi yang
memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13.774
jiwa per km2. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi ke-2 dengan kepadatan 1.157 jiwa per km2. Provinsi dengan
tingkat kepadatan tertinggi ke-3 yaitu DI Yogyakarta sebesar 1.107 jiwa per km2.
Kepadatan penduduk terendah di Papua, yaitu hanya 6 jiwa per km2, Papua Barat
merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2 yaitu sebesar
8 jiwa per km2, yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Tengah dengan kepadatan 13
jiwa per km2.
Dari proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui terdapat ketimpangan
persebaran penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh penduduk Indonesia
berada di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,14%, dengan luas hanya 6,77% wilayah
Indonesia. Selebihnya tersebar di Sumatera sebesar 21,36 %, Sulawesi 7,23%,
Kalimantan 5,62%, Kepulauan Nusa Tenggara - Bali 5,43%, Papua dan Maluku

4
2,22%. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 2.2.

GAMBAR 2.2
PERSENTASE PERSEBARAN PENDUDUK INDONESIA
MENURUT KELOMPOK PULAU-PULAU BESAR TAHUN 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik, Estimasi Penduduk Indonesia Tahun 2008,


Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 6 tahun 2008.

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan


bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 27,23%, yang berusia
produktif (15-64 tahun) sebesar 67,67%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar
5,10%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebesar 47,77%.
Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur sebesar 60,44%, diikuti oleh Maluku sebesar 58,23%, dan Sulawesi
Tenggara sebesar 58,00%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan
terendah yaitu DKI Jakarta sebesar 37,76%, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar
38,12% dan Jawa Timur sebesar 40,36%. Rincian jumlah penduduk menurut
kelompok umur, provinsi, dan Angka Beban Tanggungan tahun 2008 dapat dilihat
pada Lampiran 2.3.

5
GAMBAR 2.3
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Badan Pusat Statistik, Estimasi Penduduk Indonesia Tahun 2008

B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian Indonesia pada
tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1% dibanding tahun 2007. Nilai
Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai
Rp 2.082,1 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp 1.963,1 triliun. Bila dilihat
berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2008 naik sebesar Rp 1.004,7 triliun, yaitu
dari Rp 3.949,3 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp 4.954,0 triliun pada
tahun 2008.
Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama periode Januari sampai Desember
tahun 2008 telah terjadi inflasi sebesar 11,06%. Selama tahun 2008 kelompok bahan
makanan memberi kontribusi terbesar pada inflasi sebesar 16,35%. Kelompok
lainnya dalam tahun 2008 masing-masing kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar menyumbang sebesar 10,92% pada inflasi nasional; kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau 12,53%, kelompok sandang 7,33%, kelompok
kesehatan 7,96%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 6,66% dan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 7,49%.
Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang
mencapai 16,7%, diikuti oleh sektor listrik, gas dan air bersih 10,9%, sektor
keuangan, real estate dan jasa perumahan 8,2%, sektor konstruksi 7,3%, sektor

6
perdagangan, hotel dan restoran 7,2%, sektor jasa-jasa 6,4%, sektor pertanian 4,8%,
dan sektor industri pengolahan 3,7%, serta sektor pertambangan dan penggalian
0,5%. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5% yang berarti
lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,1%.
Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas). Sakernas merumuskan konsep pengangguran sebelum tahun
2001 sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang mencari pekerjaan. Sejak tahun 2001 konsep pengangguran menjadi angkatan
kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja
yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha (MP), tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa
(sebelumnya dikategorikan sebagai Bukan Angkatan Kerja) dan yang punya
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai Bekerja).
Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari
kerja dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka disini didefinisikan
sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan
usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi
mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi
belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih
sekolah atau mengurus rumah tangga, sehingga hanya orang yang temasuk angkatan
kerja saja yang merupakan pengangguran terbuka.
Menurut Sakernas, definisi operasional Angkatan Kerja adalah penduduk
usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan
penganggur. Sementara Bekerja menurut definisi Sakernas adalah kegiatan ekonomi
yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu
yang lalu. Kegiatan itu termasuk juga kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi.
Berdasarkan data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 – 2008, tahun 2008 ada penurunan angka
pengangguran, dengan bertambahnya lapangan kerja pada sektor jasa
kemasyarakatan seperti jasa pertukangan, pembantu rumah tangga, transportasi, dan
pertanian. Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran
pada Agustus 2007 - Agustus 2008 adalah sebagai berikut.
TABEL 2.1
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2008
Tahun
Agustus 2007 (juta org) Agustus 2008 (juta org)
Jumlah Angkatan Kerja 109,94 111,95
Jumlah penduduk yang bekerja 99,93 102,55
Pengangguran terbuka 10.01 9,39

Persentase pengangguran terbuka (%) 9,11 8,39

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional 2007-2008

7
Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu
mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok
negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah
dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu
geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah
rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan
prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan
masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah
administrasi kabupaten. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan 6 (enam) kriteria dasar
yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur),
kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah,
serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah perbatasan antarnegara dan
gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik.
Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, pada tahun
2006 -2008 jumlah kabupaten tertinggal mencapai 199 kabupaten/kota di seluruh
Indonesia. Tahun 2008 persentase daerah tertinggal adalah 40,2% dari 495
kabupaten/kota. Menurut jumlah kabupaten/kota yang tertinggal angka ini sedikit
bertambah dibandingkan tahun 2005, yang menunjukkan jumlah 197 kabupaten
tertinggal. Penambahan 2 kabupaten tersebut terdapat pada Provinsi Sumatera Barat
yang pada tahun 2005 berjumlah 7 kabupaten kemudian bertambah menjadi 9
kabupaten. Provinsi dengan persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah
Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100% (2006-2008), diikuti oleh Sulawesi Tengah yang
sebesar 81,8% (2008) dan Bengkulu 80% (2008). Jumlah dan persentase
kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4.

GAMBAR 2.4
PROVINSI DENGAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal


Tahun 2004-2009

8
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan
termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan
daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-
penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan
kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan
pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan
vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.
Pada bulan Maret 2007, jumlah penduduk miskin menurun menjadi 37,17
juta dari 39,3 juta penduduk miskin pada bulan Maret 2006. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penurunan 2,13 juta penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin pada
bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,6%),
berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang.
Selama periode Maret 2007 - Maret 2008, penduduk miskin di daerah
perdesaan berkurang 1,42 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79
juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak
banyak berubah. Pada bulan Maret 2008, sebagian besar (63,47%) penduduk miskin
berada di daerah perdesaan.
Persentase penduduk miskin dari tahun 2004-2008 disajikan pada Gambar 2.4
berikut ini.

GAMBAR 2.5
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007


Press Release BPS 2008: Jumlah Kemiskinan.pdf

9
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan,
pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus
(predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk
berperilaku sehat.
Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk
yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.
Komposisi penderita buta huruf di Indonesia beragam. Jumlah penduduk buta huruf
di Indonesia tidak hanya dialami satu generasi, tetapi terdiri atas generasi muda dan
tua.
Berdasarkan data BPS 2004-2008, persentase penduduk yang buta huruf
cenderung menurun karena akses terhadap pendidikan meningkat dalam 5 tahun
terakhir ini. Persentase terbesar penduduk yang buta huruf berada dalam kelompok
umur lebih dari 45 tahun, diikuti kelompok umur kurang dari 15 tahun. Dengan
demikian, pendidikan sebagai senjata utama penghapusan buta huruf itu senantiasa
harus menyentuh baik generasi muda maupun generasi tuanya.
GAMBAR 2.6
PERSENTASE PENDUDUK YANG BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber: BPS, www.bps.go.id

Tahun 2008 persentase tertinggi penduduk berumur 15-45 tahun ke atas yang
buta huruf pada tahun adalah Provinsi Papua (26,23%), diikuti Nusa Tenggara Barat
(7,54%) dan Sulawesi Barat (6,70%). Persentase terendah adalah DKI Jakarta
(0,07%), diikuti Sulawesi Utara (0,32%) dan Riau (0,47%). Persentase penduduk
buta huruf menurut kelompok umur dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.5.
Persentase penduduk berumur 15-45 tahun yang buta huruf menurut provinsi dapat
dilihat pada Gambar 2.7 berikut ini.

10
GAMBAR 2.7
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 15-45 TAHUN YANG BUTA HURUF
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: BPS, www.bps.go.id

Angka Partisipasi Kasar (APK) dari BPS dikategorikan menjadi 3 kelompok


umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur
setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SLTA. Secara umum,
APK setingkat SD sebesar 109,37%, SLTP 81,08% dan SLTA 57,51%. Semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah APK. Persentase angka partisipasi kasar
menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6.

GAMBAR 2.8
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber: BPS, www.bps.go.id

11
Berbeda dengan APK, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan
banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya. Secara umum, APM setingkat SD sebesar 93,98%,
SLTP 66,75% dan SLTA 44,22%. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
rendah APM. Persentase angka partisipasi murni menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.7.
GAMBAR 2.9
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber: BPS, www.bps.go.id

D. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya
status derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator
seperti; persentase rumah tangga terhadap akses air minum, persentase rumah tangga
menurut sumber air minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari
pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja,
dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar.

1. Akses Terhadap Air Minum


Berdasarkan data Susenas tahun 2008, BPS mengkategorikan sumber air
minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air
minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air
kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan.

12
Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata
air tak terlindung, air sungai, dan sumber lainnya.
Susenas tahun 2008 menyebutkan bahwa persentase rumah tangga yang
memiliki sumber air minum terlindung sebesar 94,20%, sedangkan persentase rumah
tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 5,80%. Provinsi
dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum
terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu 99,62%, diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar
98,17% dan Maluku Utara sebesar 97,78%. Persentase rumah tangga yang memiliki
sumber air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Bengkulu, yaitu
sebesar 69,56%, diikuti oleh Lampung (82,33%) dan Kalimantan Tengah (83,62%).
Pada kelompok sumber air minum terlindung, sebagian besar rumah tangga di
Indonesia memiliki sumur terlindung dengan persentase 28,60%. Persentase rumah
tangga yang menggunakan sumber air minum pompa menempati urutan ke-2 yaitu
17,06%, kemudian ledeng meteran (11,46%), mata air terlindung (8,73%), air isi
ulang (7,16%), air kemasan (4,11%), ledeng eceran (3,57%), dan air hujan (2,65%).
Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia
sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 9,48%, diikuti
oleh mata air tak terlindung sebesar 4,05%, air sungai sebesar 2,75% dan lainnya
sebesar 0,38%. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan
wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.8, 2.8.a, dan Lampiran 2.8.b.

GAMBAR 2.10
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM
DI INDONESIA TAHUN
2008

Sumber: BPS, Susenas Tahun 2008

13
2. Pemakaian Air Bersih
Jumlah pemakaian air bersih rumah tangga per kapita sangat terkait dengan
risiko kesehatan masyarakat yang terkait dengan higiene. Risiko kesehatan
masyarakat pada kelompok yang akses terhadap air bersih rendah dikategorikan
sebagai mempunyai risiko tinggi. Definisi operasional berdasarkan Riskesdas
tersebut menyebutkan rerata pemakaian air bersih individu adalah rerata jumlah
pemakaian air bersih rumah tangga dalam sehari dibagi dengan jumlah anggota
rumah tangga. Rerata pemakaian air individu dikelompokkan menjadi ‘<5
liter/orang/hari’, ‘5-19,9 liter/orang/hari’, ‘20-49,9 liter/orang/hari’, ’50-99,9
liter/orang/hari’ dan ‘≥100 liter/orang/hari’.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menyatakan bahwa secara nasional terdapat
16,2% rumah tangga yang masih rendah dalam pemakaian air bersih, terdiri dari
5,4% memakai air bersih kurang dari 5 liter/orang/hari dan 10,8% memakai air
bersih 5-19,9 liter/orang/hari, sehingga mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
gangguan kesehatan/penyakit. Adapun rumah tangga yang mempunyai akses dasar
(minimal) sebesar 26,9%, akses menengah sebesar 25,3% dan akses optimal sebesar
31,6%.
Provinsi yang akses rumah tangga terhadap air bersih masih rendah (di atas
16,2%) antara lain Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sumatera Barat. Sedangkan
provinsi yang mempunyai akses optimal yang tinggi adalah DKI Jakarta, DI
Yogyakarta dan Banten.
Persentase rumah tangga menurut rerata pemakaian air bersih per orang per
hari dan provinsi secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.9.

3. Kualitas Fisik Air Minum


Kualitas fisik air minum baik jika air tersebut tidak keruh, tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna dan tidak berbusa. Riskesdas 2007 menunjukkan secara
nasional persentase rumah tangga dengan air minum berkualitas fisik baik sebesar
86,0%. Ada 15 provinsi yang persentase kualitas fisik air minum yang baik yang ada
di bawah persentase nasional, yang terendah adalah Kalimantan Tengah (58,6%).
Persentase rumah tangga menurut kualitas fisik air minum dan provinsi
secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.10.

4. Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan


Akhir Kotoran/Tinja
Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada penyakit water
borne disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi
dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari
pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan cubluk

14
(kakus) lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan sumber-sumber
pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya.
Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotor termasuk
tempat penampungan akhir (TPA) kotoran/tinja tidak kurang dari 10 meter dan
diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah sumber-sumber tersebut.
Susenas tahun 2008 juga menampilkan persentase rumah tangga dengan
sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat
penampungan akhir kotoran/tinja terdekat. Data tersebut menyebutkan bahwa secara
nasional sebanyak 51,88% rumah tangga memiliki jarak sumber air minum dari
pompa/sumur/mata air terhadap tempat penampungan kotoran akhir/tinja > 10 meter.
Sedangkan sebanyak 24,14 % memiliki jarak < 10 meter dan sisanya sebanyak
23,97% tidak tahu.
Pada rumah tangga yang memiliki jarak > 10 meter pada sumber air
minumnya, persentase terbesar adalah DI Yogyakarta sebesar 71,73%, diikuti oleh
Kalimantan Selatan sebesar 66,00% dan Jambi 63,66%. Sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Gorontalo sebesar 33,39% diikuti oleh Banten sebesar
34,35% dan Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 35,82%. Persentase rumah tangga
dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut tipe daerah, jarak ke
tempat penampungan akhir kotoran/tinja/ terdekat dan provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.11.
GAMBAR 2.11
PROVINSI DENGAN PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN
JARAK SUMBER AIR MINUM KE TPA KOTORAN/TINJA >10 METER
DI INDONESIATAHUN 2008

Sumber: BPS, Susenas Tahun 2008

5. Fasilitas Tempat Buang Air Besar


Susenas tahun 2008 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan
fasilitas tempat buang air besar yang terdiri atas milik sendiri, milik bersama, umum,

15
dan tidak ada. Secara nasional, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri
fasilitas tempat buang air besar sebesar 61,68%, rumah tangga yang memiliki
bersama 13,38%, umum sebesar 3,79% dan tidak ada sebesar 21,14%.
Persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air
besar di perkotaan dan perdesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Persentase di perkotaan sebesar 71,92%, sedangkan di perdesaan sebesar 52,00%.
Provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat
buang air besar tertinggi adalah Kepulauan Riau sebesar 82,54% diikuti oleh Riau
sebesar 81,88% dan Kalimantan Timur sebesar 77,03%. Sedangkan persentase
rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar terendah
terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 31,82% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
sebesar 37,76% dan Maluku Utara sebesar 44,21%. Persentase rumah tangga
menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan provinsi tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 2.12.
GAMBAR 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : BPS, Susenas Tahun 2008

Rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa sebesar 74,67%,


cemplung/cubluk sebesar 13,19%, dan yang tidak pakai kloset sebesar 3,70%.
Penggunaan jenis kloset leher angsa di perkotaan lebih besar dibanding di perdesaan.
Sementara penggunaan jenis kloset cemplung/cubluk di perdesaan 5 kali lipat lebih
banyak dibanding di perkotaan. Persentase rumah tangga menurut jenis kloset dan
provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.13, 2.13.a dan Lampiran 2.13.b.
Berdasarkan tempat akhir pembuangan tinja, terlihat bahwa tangki septik
(53,33%) merupakan tempat penampungan akhir tinja yang paling banyak digunakan
rumah tangga, terutama di daerah perkotaan yang mencapai 72,29% sedangkan di
daerah perdesaan sebesar 35,39%. Namun di provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Lampung sebagian besar penduduknya memilih lubang tanah sebagai tempat

16
penampungan akhir tinja (51,33% dan 42,85%). Persentase rumah tangga menurut
tempat pembuangan akhir tinja dan provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran
2.14, 2.14.a dan Lampiran 2.14.b.
6. Luas Lantai
Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun perdesaan berdampak
negatif terhadap terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap
penghuni dan berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja
memiliki implikasi terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah
penduduk sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada
umumnya adalah penyebab penyakit menular saluran napas semakin banyak bila
jumlah penghuni semakin banyak.
Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak
memerlukan lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya
kreatifitasnya. Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan
media yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran
napas juga dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga
memiliki luas lantai 50-99 m2, sebesar 43,08%, diikuti oleh rumah tangga dengan
luas lantai 20-49 m2, sebesar 34,60% dan rumah tangga dengan luas lantai 100-149
m2 sebesar 10,43%. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal
(m2), tipe daerah, dan provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.15.

7. Jenis Lantai
Apabila dilihat berdasarkan jenis lantai terluas yang ditempati, sebagian besar
rumah tangga menempati rumah yang berlantai bukan tanah. Persentase penggunaan
lantai “bukan tanah” di seluruh Indonesia sudah mencapai di atas 80%, dimana DKI
Jakarta merupakan provinsi dengan lantai terluas yang tertinggi dengan persentase
98,20% dan Nusa Tenggara Timur merupakan yang terendah dengan persentase
58,99%. Bila dibandingkan menurut tipe daerah, rumah tangga di perkotaan yang
lantai rumahnya bukan dari tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga
di perdesaan (94,10% berbanding 81,32%). Persentase rumah tangga menurut jenis
lantai terluas, tipe daerah, dan provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.16.

8. Jenis Dinding
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat dilihat menurut
penggunaan jenis dinding, yaitu berupa tembok, kayu, bambu atau lainnya. Secara
nasional sebanyak 65,49% rumah tangga menggunakan dinding tembok, dengan
persentase tertinggi di Bali (93,67%) dan terendah di Kalimantan Selatan (14,23%).

17
Persentase rumah tangga menurut jenis dinding, tipe daerah, dan provinsi tahun 2008
dapat dilihat pada Lampiran 2.17.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: persentase
penduduk yang menderita sakit selama bulan referensi, persentase penduduk yang
berobat jalan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu, menurut tempat
tinggal (perkotaan dan perdesaan), persentase penduduk yang berobat jalan selama
sebulan yang lalu menurut tempat/cara berobat. Indikator yang disajikan mengacu
pada Susenas tahun 2008.

1. Penduduk yang Menderita Sakit selama Sebulan Referensi


Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
penduduk adalah angka kesakitan. Berikut ini adalah tabel persentase penduduk yang
menunjukkan distribusi penduduk menurut tipe daerah, jenis kelamin dan keluhan
kesehatan dalam sebulan referensi tahun 2008.
Persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan secara nasional
adalah 33,24%. Provinsi yang persentase penduduk yang mempunyai persentase
keluhan kesehatan terbesar adalah Gorontalo 49,66%, Nusa Tenggara Timur 47,04%
dan Kalimantan Selatan 40,19%.
Dari beberapa jenis keluhan kesehatan yang dialami ada 3 jenis keluhan yang
paling banyak disampaikan dalam sebulan referensi pada tahun 2008, yaitu batuk
(15,24%), pilek (14,83%) dan panas (11,56%). Menurut tipe daerah. persentase
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan lebih tinggi di daerah perdesaan
dibandingkan dengan perkotaan. Persentase rumah tangga menurut jenis keluhan
kesehatan, tipe daerah, dan provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.18,
2.18.a dan Lampiran 2.18.b.
Penduduk yang sakit sampai mengakibatkan terganggunya pekerjaan, sekolah
atau kegiatan sehari-hari selama sebulan yang lalu yaitu penduduk yang sakit kurang
dari 4 hari mencapai 49,44% dan yang mengalami sakit antara 4-7 hari sebesar
35,25%. Persentase penduduk yang menderita sakit selama bulan referensi menurut
provinsi dan jumlah hari sakit dapat dilihat pada Lampiran 2.19, 2.19.a dan Lampiran
2.19.b.

2. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan


Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih
untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu
ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan.

18
Sebanyak 65,59% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama
sebulan referensi memilih untuk mengobati sendiri. Sedangkan yang memilih untuk
berobat jalan hanya sebesar 44,37% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan
kesehatan selama sebulan referensi.
Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan
referensi dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi
Bali, yaitu 55,04% yang diikuti oleh Sumatera Barat 50,75% dan DKI Jakarta
sebesar 50,71%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Sulawesi
Tenggara sebesar 28,03%, Kalimantan Tengah sebesar 28,10%, dan Maluku sebesar
31,97%.
Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang
dialami selama sebulan referensi, Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas
dengan persentase sebesar 81,64%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 78,79% dan
Kalimantan Selatan sebesar 78,01%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah
adalah Papua sebesar 50,72%, Bali sebesar 51,85% dan Nusa Tenggara Timur
sebesar 55,68%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.20.
Dari penduduk yang mengobati sendiri, 90,49% di antaranya menggunakan
obat modern, 22,26% menggunakan obat tradisional dan 5,53% menggunakan jenis
obat lainnya. Persentase penduduk yang mengobati sendiri selama bulan referensi
menurut provinsi, jenis obat yang digunakan, dan tipe daerah tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 2.21.

3. Tempat Penduduk Berobat Jalan


Persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan
referensi dan memutuskan untuk berobat jalan, dikelompokkan berdasarkan tempat
berobat, yaitu Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter,
Puskesmas/Pustu (Puskesmas Pembantu), Praktek Nakes (tenaga kesehatan), Praktek
Batra (Pengobatan Tradisional) dan Dukun. Menurut Susenas tahun 2008, tempat
yang paling banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 35,50%,
diikuti oleh praktek Dokter sebesar 30,11%, dan Petugas Kesehatan sebesar 28,82%.
GAMBAR 2.13
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN
MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DI INDONESIA TAHUN 2008

19
Sumber : BPS, Susenas Tahun 2008

GAMBAR 2.14
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN KE PUSKESMAS/PUSTU
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : BPS, Susenas Tahun 2008

Pada tahun 2008, tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat
jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar adalah Papua Barat sebesar 73,83%, diikuti oleh
Nusa Tenggara Timur sebesar 73,36% dan Papua 72,36%. Sedangkan provinsi
dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah
Sumatera Utara sebesar 20,28%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 26,18% dan Riau
sebesar 28,75%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.22.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Berdasarkan Riskesdas 2007, persentase rumah tangga yang memenuhi
kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kategori baik secara

20
nasional sebesar 38,7%. Provinsi yang memiliki persentase di atas 38,7% ada 5
provinsi yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%),
Jawa Tengah (47%) dan Sulawesi Utara (46,9%). Provinsi dengan persentase PHBS
yang rendah adalah Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo
(27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%).
Persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan
sehat yang baik menurut provinsi secara rinci disajikan pada Lampiran 2.23.

5. Perilaku Higienis
Perilaku higienis yang disurvey dalam Riskesdas tahun 2007 meliputi
kebiasaan buang air besar (BAB) dan kebiasaan mencuci tangan. Perilaku BAB yang
benar adalah bila penduduk melakukannya di jamban dan mencuci tangan yang benar
adalah bila penduduk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak dan
setelah memegang unggas/binatang.
Data dari Riskesdas 2007 secara nasional menunjukkan 71,1% penduduk 10
tahun ke atas berperilaku benar dalam kebiasaan BAB, tetapi hanya 23,2% yang
mempunyai kebiasaan cuci tangan yang baik. Provinsi yang mempunyai persentase
tertinggi dalam perilaku higienis ini adalah DKI Jakarta yaitu 98,6% dalam perilaku
BAB dan 44,7% dalam kebiasaan cuci tangan yang benar.
Provinsi yang persentasenya rendah dalam perilaku BAB ini adalah Sulawesi
Barat (57,4%), Gorontalo (59,2%) dan Sumatera Barat (59,3%). Sedangkan provinsi
yang persentasenya rendah dalam perilaku cuci tangan adalah Sumatera Barat (8,4%,
Sumatera Utara (14,5%) dan Riau (14,6%).
Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang berperilaku benar dalam BAB
dan cuci tangan yang baik menurut provinsi secara rinci disajikan pada Lampiran
2.24.

6. Perilaku Merokok
Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, persentase penduduk umur 10 tahun ke
atas 23,7% merokok setiap hari, 5,5% merokok kadang-kadang, 3,0% adalah mantan
perokok dan 67,8% bukan perokok.
GAMBAR 2.15
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT
KEBIASAAN MEROKOK DI INDONESIA TAHUN 2008

21
Sumber : Badan Litbangkes, Riskesdas Tahun 2007

Menurut karakteristik responden, persentase penduduk yang merokok setiap


hari yang nilainya cukup tinggi adalah pada kelompok umur produktif (25-64 tahun)
dengan rentang antara 29% sampai 32%, di samping itu hampir separuh penduduk
laki-laki yang merokok setiap hari (45,8%). Menurut tingkat pendidikan, persentase
tertinggi penduduk yang merokok setiap hari adalah pada penduduk tamat SLTA.

GAMBAR 2.16
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT KEBIASAAN MEROKOK DAN JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Badan Litbangkes, Riskesdas Tahun 2007

Prevalensi perokok saat ini yang terdiri dari perokok setiap hari dan perokok
kadang-kadang adalah 29,2%. Prevalensi perokok tertinggi adalah di Provinsi
Lampung (34,3%), Bengkulu (34,1%) dan Gorontalo (32,6%). Berdasarkan rata-rata
jumlah batang rokok yang dihisap oleh perokok saat ini adalah 12 batang per hari.

22
Jumlah batang rokok yang dihisap per hari paling tinggi adalah di Nanggroe Aceh
Darussalam (19 batang), Kepulauan Riau dan Bangka Belitung masing-masing 16
batang rokok.
Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut kebiasaan merokok, jumlah
rokok yang dihisap, usia mulai merokok dan provinsi secara rinci disajikan pada
Lampiran 2.25, 2.26 dan Lampiran 2.27.

7. Perilaku Minum Minuman Beralkohol


Kebiasaan minum alkohol merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
risiko kesehatan. Berdasarkan Riskesdas 2007, secara nasional prevalensi penduduk
umur 10 tahun ke atas yang minum minuman alkohol selama 12 bulan terakhir
sebesar 4,6%, dan yang masih minum alkohol dalam 1 bulan terakhir sebesar 3,0%.
Provinsi yang prevalensi minum alkoholnya termasuk tinggi adalah Nusa Tenggara
Timur (17,7%), Sulawesi Utara (17,4%) dan Gorontalo (12,3%).
Berdasarkan karakteristik umur peminum alkohol, prevalensi peminum
alkohol 12 bulan terakhir dan satu bulan terakhir mulai tinggi pada umur antara 15-
24 tahun sebesar 5,5% dan 3,5%, kemudian meningkat menjadi 6,7% dan 4,3% pada
umur 25-34 tahun, dan selanjutnya prevalensi menurun dengan bertambahnya umur.
Menurut jenis kelamin, maka prevalensi peminum alkohol lebih besar pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Menurut pendidikan, prevalensi peminum alkohol yang
tinggi terdapat pada peminum yang berpendidikan tamat SLTP dan tamat SLTA.
Persentase penduduk umur 10 tahun ke atas menurut kebiasaan minum
minuman alkohol dan provinsi secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.28.

8. Perilaku Kurang Makan Buah dan Sayur


Berdasarkan Riskesdas 2007, penduduk dikategorikan cukup konsumsi sayur
dan/atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Secara
nasional, persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang mempunyai kebiasaan
kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%. Provinsi yang persentasenya tertinggi
dalam kebiasaan kurang makan buah dan sayur adalah Riau (97,9%) dan Sumatera
Barat (97,8%). Sedangkan yang terendah adalah Gorontalo (83,5%), DI Yogyakarta
(86,1%) dan Lampung (87,7%).
Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut kebiasaan makan buah dan
sayur dan provinsi secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.29.

***

23
Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya
ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan,
namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan
faktor lainnya. Faktor-faktor ini berpengaruh pada kejadian morbiditas, mortalitas dan
status gizi di masyarakat. Angka morbiditas, mortalitas dan status gizi dapat
menggambarkan keadaan dan situasi derajat kesehatan masyarakat. Angka ini juga dapat
digunakan untuk perencanaan bidang kesehatan. Situasi derajat kesehatan masyarakat pada
tahun 2008 dapat dilihat melalui keadaan morbiditas, mortalitas dan status gizi berikut ini.

A. MORTALITAS

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu. Berikut ini adalah angka kematian pada
bayi, balita, ibu, angka kematian kasar, dan umur harapan hidup.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi
yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama.
AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tingkat provinsi maupun nasional. Selain itu, program-
program kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB.
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 S.D TAHUN 2007

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

24
Secara umum dari tahun ke tahun terjadi penurunan AKB. Hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh estimasi AKB di Indonesia sebesar
34 per 1.000 kelahiran hidup. Perkembangan AKB hasil estimasi SDKI tahun 1991-2007
dapat dilihat pada Gambar 3.1 di atas. Perlu diperhatikan bahwa pengukuran angka
kematian SDKI tersebut mengestimasikan Angka Kematian Bayi dalam periode 5 tahun
terakhir sebelum survei, misalnya pada SDKI tahun 2007 diperoleh AKB untuk periode 5
tahun sebelumya yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Kecenderungan penurunan AKB dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan
kesehatan berikut fasilitasnya. Pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berperan
melalui perbaikan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit.
AKB hasil SDKI tahun 2007 untuk masing-masing provinsi merupakan estimasi
AKB dalam periode 10 tahun sebelum survei (1998-2007). AKB terendah dimiliki oleh
Provinsi DI Yogyakarta sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Nanggroe Aceh
Darussalam sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur serta Jawa
Tengah sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh
Provinsi Sulawesi Barat (74/1.000 kelahiran hidup), diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
(72/1.000 kelahiran hidup) dan Sulawesi Tengah (60/1.000 kelahiran hidup). Besarnya
AKB per provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.2. Distribusi Angka Kematian Bayi menurut
provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
GAMBAR 3.2
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007


Data mengenai kematian bayi dapat juga dilihat dari data kematian di Rumah sakit.
Jumlah lahir mati dan jumlah lahir hidup di rumah sakit 6 tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut.

25
TABEL 3.1
JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN KELAHIRAN HIDUP
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2007

Jumlah Lahir Jumlah Kelahiran


Tahun Jumlah RS Mati Hidup di Rumah Sakit

2003 1,234 3,160 135,094


2004 1,246 3,321 109,297
2005 1,268 3,220 132,745
2006 1,292 3,041 116,991
2007 1,319 3,354 138,282
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI 2009

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
Nilai normatif AKABA > 140 sangat tinggi, antara 71 – 140 tinggi, 20-70 sedang dan < 20
rendah (Pedoman MDGs).
Angka Kematian Balita atau AKABA menggambarkan peluang terjadinya kematian
pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Dari hasil SDKI tahun 2007
diestimasikan AKABA untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 44 per
1.000 kelahiran hidup.
Gambaran perkembangan AKABA hasil SDKI tahun 1991 – 2007 disajikan pada
Gambar 3.3 berikut ini, di mana tahun menunjukkan waktu pelaksanaan SDKI dan
AKABA diestimasi untuk periode 5 tahun terakhir sebelum survei.

GAMBAR 3.3
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2007

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

SDKI tahun 2007 dapat mengestimasi AKABA masing-masing provinsi untuk 10


tahun sebelum survei (1998-2007). Diperoleh hasil bahwa provinsi dengan AKABA
tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Maluku
sebesar 93 per 1.000 kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan AKABA terendah dimiliki oleh Provinsi DI Yogyakarta
sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 per 1000

26
kelahiran hidup dan Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Besarnya
AKABA per provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.4.
GAMBAR 3.4
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007

Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

Rincian AKABA menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

3. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000
kelahiran hidup.
Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan
kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum,
pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi
indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah
kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5
tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
turun dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000
kelahiran hidup.
Pada Gambar 3.5 berikut terlihat bahwa AKI dari hasil SDKI 1994-2007
menunjukkan kecenderungan penurunan. Tahun pada grafik menunjukkan tahun
pelaksanaan survei.

27
GAMBAR 3.5
ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007

Sumber : Badan Pusat Statistik,2008

Sedangkan jumlah kematian ibu dan jumlah kelahiran hidup di rumah sakit pada
tahun 2003- 2007 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
TABEL 3.2
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008

Jumlah Kematian Jumlah Lahir


Tahun
Ibu Hidup
2003 153 135,094
2004 956 109,297
2005 116 132,745
2006 237 116,991
2007 170 138,282
2008 505 139,086
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2009

4. Angka Kematian Kasar (AKK)


Angka kematian kasar adalah jumlah kematian yang terjadi pada suatu waktu dan
tempat tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun.
Angka Kematian Kasar (AKK) yang diestimasikan berdasarkan hasil SUPAS 2005,
menyebutkan bahwa AKK tahun 2007 sebesar 6,9 per 1.000 penduduk. Angka ini tidak
berubah sejak tahun 2005.
Dalam Riskesdas 2007 didapatkan mortalitas satu tahun yang terkumpul dari 33
provinsi dalam kurun waktu tersebut sebanyak 4.552 kejadian kematian dari 258.488
rumah tangga responden. Dengan demikian angka kematian kasar adalah 4 per 1.000, yaitu
4.552 per 1.163.196 (=258.488 RT yang berhasil diwawancarai x 4,5 rata-rata jumlah
ART).
Tabel 3.3 memperlihatkan bahwa penyebab kematian utama untuk semua umur
adalah stroke (15,4%), yang disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%) dan cedera (6,5%).
Bila dibandingkan dengan hasil SKRT 1995 dan SKRT 2001, menurut empat (4) kelompok
penyebab kematian, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi
epidemiologi dengan meningkatnya proporsi penyakit tidak menular, yang diikuti dengan
transisi demografi.

28
TABEL 3.3
POLA PENYEBAB KEMATIAN SEMUA UMUR
RISKESDAS 2007

No Penyebab Kematian Proporsi Kematian (%)


1 Strok 15.4
2 TB 7.5
3 Hipertensi 6.8
4 Cedera 6.5
5 Perinatal 6.0
6 Diabetes Mellitus 5.7
7 Tumor ganas 5.7
8 Penyakit hati 5.1
9 Penyakit jantung iskemik 5.1
10 Penyakit saluran nafas bawah 5.1
11 Penyakit jantung 4.6
12 Pneumonia 3.8
13 Diare 3.5
14 Ulkus lambung dan usus dua belas jari 1.7
15 Tifoid 1.6
16 Malaria 1.3
17 Meningitis Ensefalitis 0.8
18 Malformasi kongenital 0.6
19 Dengue 0.5
20 Tetanus 0.5
21 Septikemi 0.3
22 Malnutrisi 0.2
Sumber: Laporan Riskesdas 2007

Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa proporsi penyakit menular di Indonesia dalam


12 tahun telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 28%, dan proporsi penyakit tidak
menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 42% menjadi 60%. Proporsi gangguan
maternal/perinatal dalam 6 tahun terakhir tidak mengalami penurunan, sehingga
membutuhkan perhatian khusus dalam menanganinya.

GAMBAR 3.6
DISTRIBUSI KEMATIAN PADA SEMUA UMUR MENURUT KELOMPOK PENYAKIT
SKRT 1995-2001 DAN RISKESDAS 2007

Sumber: SKRT dan Laporan Riskesdas 2007

29
Angka kematian di rumah sakit (Gross Death Rate) pada periode 2003 - 2007
berada pada kisaran 3,3 - 4,7% seperti dapat dilihat dalam Tabel 3.4.
TABEL 3.4
ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2001- 2008

Jumlah pasien
Tahun Jumlah Mati %
keluar
2003 2,270,657 81,943 3.61
2004 2,140,954 99,615 4.65
2005 2,561,106 85,567 3.34
2006 2,233,204 84,214 3.77
2007 2,687,996 94,700 3.52
2008 2,775,813 100,410 3.62
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2009
Tabel 3.5 dan 3.6 berikut menyebutkan 10 penyebab kematian terbanyak pada
penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2007 dan 2008.
TABEL 3.5.
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007

Jumlah
No Golongan Sebab Sakit CFR (%)
Pasien Mati
1 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 21,830 11.02
2 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 14,323 2.52
3 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 9,822 11.89
4 Penyakit Sistem Napas 7,214 3.65
5 Penyakit Sistem Cerna 6,590 2.93
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
6 5,945 2.94
Lainnya
7 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 5,277 6.73
8 Neoplasma 4,585 4.82
9 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 4,557 3.75
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
10 3,967 2.60
Abnormal YTK
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2009

30
TABEL 3.6
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2008

Pasien
No Golongan Sebab Sakit CFR (%)
Mati
1 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 23,163 11.06
2 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 16,769 2.89
3 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 9,108 9.74
4 Penyakit Sistem Napas 8,190 3.99
5 Penyakit Sistem Cerna 6,825 2.91
6 Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya 5,767 2.99
7 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 5,585 6.73
8 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 4,542 3.56
9 Neoplasma 4,332 4.70
10 Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal YTK 4,238 2.80
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik (data sementara yang diterima s.d. Agustus 2009)

Pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 terlihat bahwa penyakit sistem sirkulasi darah
merupakan penyakit yang menempati urutan teratas sebagai penyakit utama penyebab
kematian di rumah sakit baik pada tahun 2007 maupun 2008. Penyakit sirkulasi darah pada
tahun 2007 menyebabkan kematian sebanyak 21.830 orang dengan Case Fatality Rate
(CFR) 11,02% dan pada tahun 2008 menyebabkan kematian sebanyak 23.163 orang
dengan Case Fatality Rate (CFR) 11,06%.

5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir


Selain AKB dan AKI, Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk menilai
derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik kabupaten/kota, provinsi, maupun
negara. UHH juga menjadi salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan
Manusia. Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan melalui keberhasilan pembangunan
pada sektor kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan Umur Harapan
Hidup waktu lahir. Badan Pusat Statistik menyatakan UHH tahun 2007 sebesar 68,7,
terdapat sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 68,5 dan tahun 2005
yang sebesar 68,1 tahun.
Provinsi dengan UHH tertinggi pada tahun 2007 adalah DI Yogyakarta, yaitu
sebesar 73,1 yang diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 72,8 dan Sulawesi Utara sebesar 72,0
tahun. Sedangkan Nusa Tenggara Barat menjadi provinsi dengan UHH terendah, yaitu
sebesar 61,2 tahun, yang diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 62,6 tahun dan Banten
sebesar 64,5 tahun. Data lebih rinci menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.1.

B. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu penyakit
yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas berhubungan dengan
terjadinya atau terjangkitnya penyakit di dalam populasi, baik fatal maupun non-fatal.
Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan masyarakat daripada angka
mortalitas, karena banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai

31
mortalitas yang rendah. Berikut ini akan disajikan mengenai pola 10 penyakit terbanyak di
rumah sakit, penyakit menular, dan penyakit tidak menular .

1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit


Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tahun 2007
menurut bab ICD-10 menunjukkan pasien yang paling banyak berkunjung adalah pasien
dengan penyebab ”faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan”, kemudian disusul dengan penyakit sistem pernapasan,
gejala, tanda dan penemuan laboratorium, klinik abnormal YTK, penyakit sistem cerna,
dan penyakit infeksi dan parasit tertentu, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.
Perincian jumlah pasien rawat jalan di rumah sakit menurut bab pada ICD-10 tahun 2007
dapat dilihat pada Lampiran 3.3.a.

TABEL 3.7
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2007

Jumlah Admission
No Golongan Sebab Sakit
Kunjungan Rate
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
1 2,142,968 1.71
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
2 Penyakit Sistem Napas 1,762,200 1.01
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
3 1,246,455 1.87
Abnormal YTK
4 Penyakit Sistem Cerna 1,195,670 1.02
5 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 1,143,694 1.08
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
6 955,081 1.85
Lainnya
7 Penyakit Mata dan Adneksa 723,844 1.01
8 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 545,482 1.01
9 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 529,743 2.09
10 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 500,640 1.79
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik 2009

Sedangkan untuk tahun 2008, pasien yang paling banyak berkunjung adalah pasien
dengan penyakit sistem pernapasan, kemudian disusul dengan ”faktor yang mempengaruhi
keadaan kesehatan dan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan”, penyakit sistem
cerna, penyakit infeksi dan parasit tertentu, dan penyakit sistem sirkulasi darah seperti
dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini. Perincian jumlah pasien rawat jalan di rumah sakit
menurut bab pada ICD-10 tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.3.

32
TABEL 3.8
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2008

Jumlah Admission
No Golongan Sebab Sakit
Kunjungan Rate
1 Penyakit Sistem Napas 469,067 1.86
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
2 463,664 1.91
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
3 Penyakit Sistem Cerna 360,247 1.68
4 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 344,635 1.95
5 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 324,656 2.84
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal
6 211,419 1.46
YTK
7 Penyakit Mata dan Adneksa 181,210 1.76
8 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 180,926 3.99
9 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 175,132 2.98
10 Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya 168,123 1.41
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, 2009

Tabel 3.9 berikut menunjukkan pola 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit tahun 2007 menurut ICD-10. Pasien rawat inap terbanyak adalah pasien
dengan penyakit infeksi dan parasit tertentu, kemudian disusul pasien kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Akan tetapi kematian atau Case Fatality Rate (CFR) terbesar
adalah kematian dari pasien dengan alasan kondisi tertentu yang bermula pada masa
perinatal, kemudian disusul dengan pasien dari penyakit sistem sirkulasi darah. Perincian
jumlah pasien rawat inap di rumah sakit menurut bab pada ICD-10 tahun 2007 dapat
dilihat pada Lampiran 3.4.a.
TABEL 3.9
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007

No Golongan Sebab Sakit Jumlah Pasien Mati CFR (%)


1 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 568,981 14,323 2.52
2 Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas 335,221 887 0.26
3 Penyakit Sistem Cerna 225,212 6,590 2.93
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
4 202,100 5,945 2.94
Lainnya
5 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 198,180 21,830 11.02
6 Penyakit Sistem Napas 197,780 7,214 3.65
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
7 188,052 778 0.41
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
8 141,857 3,967 2.60
Abnormal YTK
9 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 121,538 4,557 3.75
10 Neoplasma 95,070 4,585 4.82
Sumber: Ditjen Yanmedik 2009

Pada tahun 2008, data yang terkumpul sampai dengan bulan Agustus 2009
menunjukkan pasien rawat inap terbanyak masih sama dengan tahun 2007 yaitu penyakit
infeksi dan parasit tertentu, kemudian disusul pasien kehamilan, persalinan dan masa nifas.

33
Sedangkan CFR terbesar terjadi pada penyakit sistem sirkulasi darah disusul penyakit
susunan saraf. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini dan Lampiran 3.4.
TABEL 3.10
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2008
Jumlah Pasien Pasien
No Golongan Sebab Sakit CFR (%)
Baru Mati
1 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 209,347 23,163 11.06
2 Penyakit Susunan Syaraf 31,082 3,218 10.35
3 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 93,466 9,108 9.74
4 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 83,045 5,585 6.73
5 Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom 12,030 605 5.03
6 Neoplasma 92,110 4,332 4.70
7 Penyakit Sistem Napas 205,076 8,190 3.99
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu
8 31,069 1,223 3.94
yang Melibatkan Mekanisme Imun
9 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 127,742 4,542 3.56
10 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 63,707 2,046 3.21
Sumber: Ditjen Yanmedik 2009

2. Penyakit Menular

a. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vektor-borne disease). Pada tubuh manusia,
parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel
darah merah.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendalian dan
penurunan kasusnya merupakan komitmen internasional dalam Millenium Development
Goals (MDGs). Kasus malaria di Indonesia secara umum menunjukkan kecenderungan
menurun, namun masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat.
GAMBAR 3.7a
ANNUAL PARASITE INSIDENCE MALARIA (‰)
DI JAWA BALI TAHUN 2000 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

34
GAMBAR 3.7b
ANNUAL MALARIA INSIDENCE (‰)
DI LUAR JAWA BALI TAHUN 2000 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada Gambar 3.7a dan 3.7b dapat diketahui baik API maupun AMI menunjukkan
kecenderungan penurunan selama periode 2000-2008. API tahun 2000 yang berada pada angka
0,81 per 1.000 penduduk terus turun hingga 0,15 per 1.000 penduduk pada tahun 2004. Angka
ini meningkat menjadi 0,19 pada tahun 2006, untuk kemudian kembali turun hingga berada
pada angka 0,16 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 dan 2008. Kecenderungan penurunan
juga ditunjukkan oleh AMI. Pada periode tahun 2000-2004 AMI cenderung menurun dari 31,09
menjadi 21,2 per 1.000 penduduk. Angka ini naik pada tahun 2005 menjadi 24,75, dan
kemudian terus mengalami penurunan sampai pada tahun 2008 menjadi 16,82 per 1.000
penduduk.
Di provinsi luar Jawa dan Bali, AMI tertinggi adalah di Papua Barat, yaitu sebesar
167,47 per 1.000 penduduk, diikuti oleh NTT (104,10), Papua (84,74) dan Maluku Utara
(51,42). Meskipun Papua Barat masih menjadi provinsi dengan AMI tertinggi pada tahun 2008,
angka ini telah banyak mengalami penurunan dari AMI tahun 2007 yang sebesar 346,04 per
1.000 penduduk. Sedangkan untuk wilayah Jawa dan Bali, API tertinggi adalah Provinsi Jawa
Timur sebesar 0,71 per 1.000 penduduk diikuti Jawa Barat sebesar 0,58 per 1.000 penduduk.
Sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Banten dan DI Yogyakarta yaitu masing-masing
sebesar 0,03 per 1.000 penduduk. Rincian API dan AMI menurut provinsi tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 3.5.

b. TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Penyakit ini menyebar dan ditularkan melalui udara, ketika orang yang
terinfeksi TB paru, batuk, bersin, berbicara atau meludah. Millenium Development Goals
(MDGs) menjadikan penyakit TB paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk
diturunkan, selain malaria dan HIV dan AIDS.
Cakupan penemuan kasus TB paru menurut provinsi tahun 2008 yang tertinggi adalah di
Provinsi Sulawesi Utara yakni 89,6% diikuti DKI Jakarta sebesar 85,5% dan Banten sebesar
78,6% dari angka perkiraan kasus menular TB Paru.

35
GAMBAR 3.8
CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Kasus TB dapat dikategorikan menjadi BTA Positif, BTA Negatif, relaps/kambuh


dan ekstra paru. Perkembangan proporsi kasus TB menurut tipe/jenisnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
TABEL 3.11
HASIL CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA TB TAHUN 2001-2008

Penemuan Kasus
BTA Pos
Target Realisasi BTA Neg
Tahun Ekstra TB Anak
Rotgen Jumlah
Estimasi Kambuh Paru All Cases
% CDR Abs. % CDR Abs. Positive

2001 269,078 30 80,723 20 53,780 2,822 31,377 1,727 89,706


2002 259.97 40 103,988 29 76,230 3,731 72,219 3,008 155,188
2003 241,104 50 120,552 38 92,516 4.07 77,102 3,974 177,662
2004 248,877 60 149,326 54 128,981 4,429 76,981 4,267 214,658
2005 233,115 70 163,181 68.1 158,640 4,446 85,373 6,142 5,360 259,969
2006 231,645 70 162,152 75.7 175,320 4,227 91,029 7,013 1,884 277,589
2007 232,358 70 162,651 69.12 160,617 3,915 102,630 8,048 26,492 275,210
2008 228,485 70 161,539 72.82 166,376 3294 107,005 9,016 30,728 298,329
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Proporsi kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin di Indonesia pada tahun
2005 sampai tahun 2008 tidak banyak berubah, laki-laki berkisar 57-59% dan perempuan
40-43%.

36
GAMBAR 3.9
PROPORSI KASUS BARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

c. HIV & AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus (retrovirus) yang menginfeksi
sel-sel sistem imunologi sehingga merusak sistem kekebalan manusia. HIV dapat ditularkan
dari satu orang ke orang lain melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi HIV,
misalnya melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi, dan penularan dari ibu ke anak yang dilahirkan atau disusui.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi kesehatan seseorang
ketika HIV telah merusak sistem kekebalan terhadap penyakit.
Peningkatan kasus HIV dan AIDS terjadi setiap tahunnya. Sampai dengan Desember
2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif
kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun
2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian.
Pada Gambar 3.10 dapat dilihat adanya peningkatan kasus baru dan kumulatif
penderita AIDS yang terjadi sampai tahun 2008.
GAMBAR 3.10
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS
YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

37
Kasus AIDS telah terdeteksi di 32 provinsi, hanya provinsi Sulawesi Barat yang
belum tercatat adanya kasus AIDS. Jumlah kumulatif kasus AIDS dibandingkan jumlah
penduduk (case rate) sebesar 7,12 per 100.000 penduduk, case rate tertinggi di provinsi
Papua sebesar 129,35 per 100.000 penduduk.
Pada Gambar 3.11 terlihat bahwa provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak,
secara berurutan dari yang tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur,
Papua dan Bali.

GAMBAR 3.11
10 PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KASUS AIDS TERBANYAK
S.D 31 DESEMBER 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Berdasarkan jenis kelamin, 74,9% penderita AIDS adalah laki-laki, 24,6%


perempuan dan 0,5% tidak tercatat jenis kelaminnya. Berdasarkan kelompok umur,
sebagian besar penderita AIDS berada pada usia produktif, yaitu kelompok umur 20-29
tahun sebesar 50,82% diikuti kelompok umur 30-39 tahun sebesar 29,36%.
Salah satu kelompok berisiko tinggi tertular HIV adalah penguna NAPZA suntik.
Kasus AIDS pada pengguna NAPZA suntik menunjukkan peningkatan yang tajam pada
periode tahun 2003-2006. Terjadi peningkatan sampai 13 kali lipat dari tahun 2003 yaitu
sebesar 120 kasus, menjadi 1.517 kasus baru pada tahun 2006. Pada tahun 2007 dan tahun
2008 terjadi sedikit penurunan jumlah kasus baru AIDS pada pengguna NAPZA suntik,
yaitu sebanyak 1.437 kasus baru pada tahun 2007 menjadi 1.255 kasus baru pada tahun
2008. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.12 berikut ini.

38
GAMBAR 3.12
JUMLAH KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI INDONESIA
S.D 31 DESEMBER 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Berdasarkan jenis kelamin, 92% kasus AIDS pada pengguna NAPZA adalah laki-
laki, 7% perempuan dan 1% tidak tercatat jenis kelaminnya. Berdasarkan umur, sebagian
besar juga terjadi pada usia produktif yaitu usia 20-29 tahun (65,2%) dan usia 30-39 tahun
(26,3%) seperti terlihat pada Gambar 3.13.
GAMBAR 3.13
PERSENTASE KUMULATIF KASUS AIDS PADA PENGGUNA
NAPZA SUNTIK BERDASARKAN GOLONGAN UMUR
DI INDONESIA s.d. 31 DESEMBER 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan padanan istilah bahasa
Inggris Acute Respiratory Infection (ARI) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura (selaput paru). Penyakit ISPA yang menjadi fokus program kesehatan adalah
Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian anak.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat

39
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau
orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus
mendapat tata laksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga
menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Jumlah kasus ISPA di masyarakat
diperkirakan sebanyak 10% dari populasi. Target cakupan program ISPA nasional pada
Pneumonia Balita sebesar 76% dari perkiraan jumlah kasus, namun pada tahun 2008
cakupan penemuan kasus baru mencapai 18,81,% (laporan dari 26 provinsi).
Pada kasus Penumonia yang terjadi pada balita berdasarkan laporan 26 provinsi
tiga provinsi dengan cakupan tertinggi berturut-turut adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 56,50%, Jawa Barat sebesar 42,50% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar
21,71%. Sedangkan cakupan terendah adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 1,81%,
Kepulauan Riau sebesar 2,08%, dan NAD sebesar 4,56%. Data cakupan masing-masing
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.12.

e. Kusta
Kusta atau Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani dengan baik, Kusta dapat menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Strategi Global WHO menetapkan indikator eliminasi Kusta adalah angka
penemuan penderita (Newly Case Detection Rate, NCDR) yang menggantikan indikator
utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar (prevalensi rate < 1/10.000
penduduk).
Prevalensi penyakit Kusta di Indonesia sejak tahun 2000 – 2008 tidak banyak
mengalami perubahan, hanya pada tahun 2008 ada penurunan sedikit dari tahun
sebelumnya. Sedangkan persebarannya hampir terdapat di seluruh provinsi di Indonesia,
dengan jumlah kasus Kusta yang berbeda-beda. Jumlah kasus Kusta terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. (Lampiran 3.14)
NCDR penyakit Kusta di Indonesia sejak tahun 2005 hingga 2008 menunjukkan
penurunan hingga menjadi 0,76 per 10.000 penduduk pada tahun 2008. NCDR tertinggi
terdapat di Provinsi Papua Barat kemudian Provinsi Papua. Prevalensi dan NCDR per
provinsi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.14.

40
GAMBAR 3.14
PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA BARU
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2008

Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI 2009

Jumlah kasus Kusta di Indonesia pada tahun 2008 adalah 17.441 kasus terdiri dari
tipe PB 3.113 kasus dan tipe MB 14.328 kasus (Sumber Profil DitJen P2PL 2008).
Perkembangan jumlah penderita Kusta di Indonesia tahun 2003 - 2008 dapat dilihat
pada Tabel 3.12 berikut ini.
TABEL 3.12
JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008

NCDR
Tahun Jumlah Kasus Tipe PB Tipe MB
(per 100.000 pddk)
2003 15,550 3,594 11,956 7.29
2004 16,572 3,615 12,957 7.80
2005 18,735 3,859 14,876 8.68
2006 18,300 3,550 14,750 8.35
2007 17,726 3,643 14,083 7.84
2008 17,441 3,113 14,328 7.60
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI 2009

Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia, salah satu indikator


yang digunakan untuk menilai keberhasilannya adalah angka proporsi cacat tingkat II
(kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka
proporsi cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya penemuan
kasus. Angka proporsi cacat tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan
dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda-tanda dini penyakit kusta. Sedangkan
indikator proporsi anak di antara kasus baru mampu merepresentasikan penularan kusta
yang masih terjadi di masyarakat.

41
GAMBAR 3.15
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA
KASUS BARU DI INDONESIA TAHUN 2000-2008

Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI 2009

Pada tahun 2008 angka kecacatan tingkat II di Indonesia mencapai 9,56%


meningkat dari angka tahun 2007 yang sebesar 8,8%. Di samping terjadi peningkatan,
angka ini masih berada di atas target indikator program, yaitu sebesar 5%. Provinsi yang
tertinggi angka tingkat kecacatannya adalah Sumatera Utara (22,87%) kemudian
Kalimantan Tengah (20,39%). Jumlah kasus baru dan kecacatan tingkat II menurut provinsi
pada tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.14.
Proporsi penderita berumur 0-12 tahun pada tahun 2008 menunjukkan angka
11,3%, meningkat dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 10,2%. Tingginya proporsi
penderita usia 0-12 tahun (di atas target indikator program sebesar 5%) menunjukkan masih
adanya penularan Kusta pada masyarakat di Indonesia. Persentase Kusta tertinggi adalah
Provinsi Riau, yaitu sebesar 25,12%.

f. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

1) Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bacillus Clostridium tetani,
yang masuk ke tubuh melalui luka. Tetanus Neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir)
merupakan penyakit Tetanus yang masih terjadi di negara berkembang yang disebabkan
oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril.
Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa pada tahun 2008 terjadi 165 kasus Tetanus
Neonatorum dengan kematian sejumlah 91 kasus atau CFR 55%. Dari kasus Tetanus
Neonatorum tersebut sebagian besar adalah bayi yang persalinannya ditolong oleh dukun
bersalin.

42
TABEL 3.13
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM
DI 10 PROVINSI TAHUN 2008

% Penolong persalinan
No Provinsi Total Kasus Meninggal CFR Tenaga Dukun Tidak
kesehatan bersalin diketahui
1 Banten 50 23 46 6.00 86.00 8.00
2 Jawa Barat 41 28 68 17.07 60.98 21.95
3 Sumatera Selatan 17 9 53 23.53 64.71 11.76
4 Jawa Timur 17 8 47 35.29 64.71 -
5 Riau 9 4 44 44.44 33.33 22.22
6 Lampung 9 6 67 33.33 66.67 -
7 Jawa Tengah 7 3 43 28.57 - 71.43
8 Sulawesi Tengah 7 5 71 28.57 57.14 14.29
9 Sumatera Barat 4 3 75 25.00 50.00 25.00
10 Sulawesi Selatan 4 2 50 0.00 100.00 -
Total 165 91 55.15
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009

2) Campak
Campak atau Morbili merupakan penyakit infeksi yang akut dan sangat menular,
dan sering terjadi pada anak–anak. Campak dapat menular secara langsung maupun tidak
langsung melalui pernafasan yang terkontaminasi sekret orang yang terinfeksi, pada fase
catarhall (ditandai dengan bintik bintik merah di kulit, demam, conjunctivitis, bronchitis).
Pada Tabel 3.14 berikut ini menunjukkan bahwa kasus Campak pada tahun 2008
paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebanyak 3.424 kasus, dengan tidak ada
satu pun kasus terjadi pada orang yang telah divaksinasi. Data terinci menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 3.17.

TABEL 3.14
10 PROVINSI JUMLAH KASUS CAMPAK TERBANYAK DAN STATUS VAKSINASI
TAHUN 2008

Jumlah Kasus % Kasus


No Provinsi Meninggal
kasus divaksinasi divaksinasi
1 Jawa Barat 3424 0 0.0 0
2 Banten 1552 36 2.3 0
3 Jawa Tengah 1001 610 60.9 0
4 Sumatera Selatan 766 232 30.3 1
5 Jawa Timur 735 407 55.4 0
6 Sulawesi Selatan 711 202 28.4 0
7 Lampung 707 312 44.1 0
8 Nanggroe Aceh Darussalam 596 119 20.0 0
9 Sumatera Utara 542 143 26.4 0
10 DKI Jakarta 511 0 0.0 0
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009

43
3) Difteri
Difteri adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan bagian atas yang
ditandai dengan sakit leher, demam ringan, sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai
tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Difteri
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae.
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri. Kuman ini amat sensitif pada faktor-
faktor alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan
melalui saluran pernafasan. Tingkat kematian akibat Difteri paling tinggi di kalangan bayi
dan orang tua dan kematian biasanya terjadi dalam masa tiga hingga empat hari.

TABEL 3.15
JUMLAH KASUS DIFTERI DAN STATUS VAKSINASI
DI BEBERAPA PROVINSI TAHUN 2008

Jumlah Kasus
No Provinsi Tidak
Vaksinasi Total
Vaksinasi
1 Jawa Timur 35 28 63
2 Sumatera Selatan 19 42 61
3 Jawa Barat 0 33 33
4 Jawa Tengah 9 4 13
5 Papua 6 6 12
6 Sumatera Barat 5 4 9
7 Sulawesi Selatan 2 4 6
8 Banten 0 5 5
9 Kalimantan Tengah 1 4 5
10 Lampung 1 2 3
11 DKI Jakarta 0 3 3
12 Sumatera Utara 0 2 2
13 Kalimantan Selatan 2 0 2
14 DI Yogyakarta 1 0 1
15 Sulawesi Tenggara 1 0 1
Indonesia 82 137 219
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009

Pada Tabel 3.15 di atas terlihat bahwa kasus Difteri tertinggi terdapat di Provinsi
Jawa Timur, yaitu sebanyak 63 kasus. Dari 63 kasus tersebut 35 kasus di antaranya adalah
dari orang yang telah mendapat imunisasi. Peringkat berikutnya adalah Provinsi Sumatera
Selatan, yaitu sebanyak 61 kasus dengan 19 kasus di antaranya adalah dari orang yang telah
mendapat imunisasi.

4) Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)


Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem
syaraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini dapat menyerang semua umur,
akan tetapi terutama pada anak usia di bawah tiga tahun (>50% dari semua kasus). Virus ini
masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam sistem percernaan.
Gejala utamanya adalah demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di
tungkai dan lengan. Satu di antara 200 orang yang terinfeksi dapat menyebabkan

44
kelumpuhan permanen dan biasanya pada kaki. Di antara semua kelumpuhan, 5%-10%
meninggal karena otot-otot pernafasannya tidak dapat bergerak.
AFP adalah kondisi yang abnormal yang ditandai dengan melemahnya, lumpuhnya
atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh
penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini
sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti pada penyakit Polio.
TABEL 3.16
10 PROVINSI DENGAN AFP RATE TERTINGGI TAHUN 2008

AFP Rate / Non Polio AFP Persentase


Jumlah
No Provinsi 100.000 Rate / 100.000 Spesimen
Kasus AFP
penduduk penduduk Adekuat
1 Sulawesi Utara 27 4.91 4.91 81.4
2 DI Yogyakarta 29 4.83 4.67 86.2
3 Gorontalo 12 4.80 4.80 100
4 Bali 36 4.50 4.38 94.4
5 Kepulauan Riau 14 4.00 3.71 78.5
6 Sumatera Selatan 84 3.91 3.77 95.2
7 Kalimantan Timur 32 3.76 3.76 87.5
8 Nanggroe Aceh Darussalam 45 3.60 3.52 84.4
9 Lampung 79 3.59 3.55 83.5
10 Nusa Tenggara Timur 46 3.41 3.41 91.3
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009

Jumlah kasus AFP pada tahun 2008 di seluruh Indonesia sebanyak 1.683 kasus.
Dari semua kasus AFP, yang tertinggi ratenya adalah di Sulawesi Utara sebesar 4,91 per
100.000 penduduk, namun bila melihat pada total kasus jumlah tertinggi terdapat di
Sumatera Selatan, yaitu sebanyak 84 kasus kemudian Lampung dengan 79 kasus. Jumlah
kasus AFP menurut provinsi pada tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.19.

g. Penyakit Potensial KLB/Wabah


Ada beberapa penyakit yang berpotensi KLB/wabah yang sering terjadi di
Indonesia, di antaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare dan Chikungunya.
DBD banyak mengakibatkan kematian, demikian juga Diare, sementara Chikungunya
sangat berdampak pada economic loss.

1) Demam Berdarah Dengue


Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypty. Umumnya menyerang anak di bawah umur 15 tahun, akan tetapi
dapat juga menyerang orang dewasa.
Gambar 3.16 menunjukkan terjadinya penurunan Insidence Rate (IR) Demam
Berdarah Dengue dari tahun 2007 ke tahun 2008, akan tetapi masih menunjukkan angka
yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. IR yang menurun
tahun 2008 diiringi dengan menurunnya Case Fatality Rate (CFR) juga, di mana CFR
menurun dari 1,01% pada tahun 2007 menjadi 0,86% pada tahun 2008. Data terinci
menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.22 dan 3.23.

45
GAMBAR 3.16 GAMBAR 3.17
INCIDENCE RATE DBD PER 100.000 PENDUDUK CASE FATALITY RATE DBD
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008 DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

2) Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi
buang air besar. Dikatakan Diare bila feses lebih berair dari biasanya. Diare dapat juga
didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi
tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan sebagai
disentri.
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya KLB Diare di 15 provinsi dengan jumlah
penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau CFR sebesar
2,48%. Jumlah provinsi, jumlah kasus dan CFR dari KLB Diare pada tahun 2000 – 2008
dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut ini. Sedangkan jumlah penderita, meninggal dan CFR
dalam KLB Diare menurut provinsi dari tahun 2003-2008 dapat dilihat pada Lampiran
3.21.
TABEL 3.17
JUMLAH KASUS, CFR, DAN JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB DIARE
TAHUN 2000 – 2008

Jumlah Provinsi Jumlah


Tahun Meninggal CFR (%)
dengan KLB Kasus
2000 16 5,680 109 1.92
2001 12 4,428 100 2.26
2002 15 5,789 94 1.62
2003 22 4,622 128 2.77
2004 17 3,314 53 1.60
2005 11 5,051 127 2.51
2006 16 13,451 291 2.16
2007 8 3,659 69 1.89
2008 15 8,443 209 2.48
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan prevalensi


nasional Diare klinis (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) adalah 9,0%
dengan rentang 4,2 % - 18,9 %. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Diare di atas
prevalensi nasional, dengan prevalensi tertinggi terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan yang terendah di Provinsi DI Yogyakarta.

46
GAMBAR 3.18
JUMLAH KASUS KLB DIARE DAN CFR DI INDONESIA TAHUN 2000-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

3) Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan virus Chik yang merupakan grup
Arbovirus dari Alphavirus yang merupakan famili Togaviridae. Chikungunya berasal dari
bahasa Swahili (suatu daerah di Afrika) yang berarti “berjalan membungkuk”. Hal ini
dimungkinkan karena penderitanya merasakan sakit sendi yang amat sangat sehingga kalau
berdiri harus membungkuk menahan sakit. Penderita tidak bisa keluar rumah, sehingga tidak
dapat melakukan aktifitas karena mengalami lumpuh sementara.
Demam Chikungunya dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menyebabkan
epidemi dalam interval tertentu (10-20 tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya demam Chikungunya antara lain rendahnya status kekebalan kelompok
masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk
yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Selama lima tahun terakhir (2004 - 2008), Demam Chikungunya menyebar di 11
provinsi (Sumatra Utara, Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat)
dengan jumlah kasus sebanyak 13.634 penderita tanpa kematian yang tersebar di 42
kabupaten/kota, 90 kecamatan dan 134 desa/kelurahan. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadi di
Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Barat dan DI Yogyakarta dengan jumlah
kasus sebanyak 2.608 penderita.

47
TABEL 3.18
JUMLAH KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA
DI INDONESIA TAHUN 2008

Jml Kasus Jumlah


No Provinsi Kab/Kota
P M Kecamatan Desa/Kel
1 Jawa Barat Kab. Bogor 177 0 2 7
Kota Bandung 145 0
Kota Cirebon 90 0
Kota Tasikmalaya 10 0
Kota Depok 10 0
Kota Cimahi 12 0
Kab. Karawang 102 0
Kab. Sukabumi 211 0
Kab. Bandung 82 0
Kab. Sumedang 43 0
Kab. Cirebon 80 0
Kab. Bandung Barat 30 0
2 DKI Jakarta 2 Kodya 149 0 3 3

3 DI Yogya Kota Yogyakarta 784 0 22


Total 1925 0 5 32
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

h. Rabies
Rabies adalah salah satu penyakit yang CFR-nya tinggi. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing,
kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya terdapat virus Rabies.
Situasi yang berkaitan dengan Rabies di Indonesia sampai tahun 2008 dapat dilihat
dalam Gambar 3.19. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kejadian gigitan rabies cenderung
menurun sejak tahun 2005 sampai tahun 2007, namun mengalami peningkatan kembali
pada tahun 2008 dan bahkan melampaui kejadian gigitan yang terjadi dalam lima tahun
terakhir. Hal ini tentunya juga diikuti dengan meningkatnya pemberian Vaksin Anti Rabies
(VAR).
GAMBAR 3.19
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008

Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009

48
Pada tahun 2008 dilaporkan jumlah spesimen positif Rabies pada hewan sebanyak
1.024 spesimen. Selama 6 tahun terakhir (2003-2008) jumlah kasus positif pada hewan
bervariasi, meskipun pada tahun 2008 bila dibandingkan dengan tahun 2007 mengalami
penurunan dari 1.396 kasus menjadi 1.024 kasus positif. Situasi Rabies menurut provinsi
pada tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.28.
GAMBAR 3.20
JUMLAH SPESIMEN POSITIF RABIES PADA HEWAN
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2008

Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009

i. Filariasis
Limphatic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria (Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan B. timori) menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Parasit
ini ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi, dan kemudian
menjadi cacing dewasa dan hidup di jaringan limfe. Penyakit ini juga sering menyebabkan
pembengkakan di lengan dan organ genital, sebagai tanda tingkat lanjut dari penyakit.
Penyakit ini juga sering disebut Elefantiasis, karena penderitanya sering mengalami
bengkak di kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah. Orang yang terkena penyakit ini
sering tidak dapat melakukan pekerjaan karena kecacatan mereka atau karena sebagian
orang enggan berdekatan dengan mereka.
Bila melihat pada Gambar 3.21 di bawah ini maka terlihat bahwa jumlah penderita
Filariasis yang dilaporkan dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan. Pada
tahun 2008 dilaporkan terdapat 11.699 kasus Filariasis di Indonesia. Tiga provinsi dengan
kasus terbanyak berturut-turut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Timur
dan Papua. Data jumlah penderita Filariasis menurut provinsi tahun 2003 – 2008 dapat
dilihat di Lampiran 3.24.

49
GAMBAR 3.21
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2002-2008

Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI 2009

j. Frambusia
Frambusia adalah penyakit infeksi kronis yang sering terjadi di daerah tropis seperti
Afrika, Asia, Amerika Selatan dan Tengah, serta Kepulauan Pasifik. Penyakit ini
mempunyai banyak nama seperti pian, parangi, paru, frambesia tropica. Biasanya kasus ini
mulai terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun, dan insiden paling tinggi biasanya pada
anak usia 6-10 tahun. Insiden pada laki-laki dan perempuan biasanya hampir sama.
Frambusia merupakan penyakit yang sangat jarang ditemukan. Penyakit ini
berhubungan dengan hygiene/kebersihan perorangan dan ketersediaan air pada suatu area.
Di Asia, saat ini Frambusia hanya ditemukan di Indonesia dan Timor Leste. Dalam hal
pengobatan, Frambusia termasuk penyakit yang mudah diobati. Hanya dengan sekali
penyuntikan dengan menggunakan Benzathine Penicillin, Frambusia dapat disembuhkan
dengan mudah.
Pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 5.926 kasus Frambusia. Jumlah kasus
terbanyak dilaporkan terjadi di Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua. Penyakit
Frambusia seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Namun, walaupun
prevalensinya sudah di bawah 1% masih perlu mendapat perhatian khusus. Apabila kurang
mendapat perhatian, maka dapat menimbulkan suatu fenomena yang disebut neglected
disease, atau penyakit yang terabaikan.

GAMBAR 3.22
KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 2004-2008

Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI 2009

50
Penyakit Frambusia ada yang menular dan tidak menular. Kasus Frambusia yang
menular sebanyak 3.466 kasus, dan yang tidak menular 2.460 kasus. Jumlah kasus
Frambusia menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.20 di bawah ini.

TABEL 3.19
KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA TAHUN 2008

Frambusia
NO Provinsi Total Notes District
Menular Tidak Menular
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0 23
2 Sumatera Utara 0 0 0 28
3 Sumatera Barat 0 0 0 7
4 Sumatera Selatan 0 2 2 15
5 Lampung 0 0 0 10
6 Jawa Timur 17 2 19 7
7 Sulawesi Tengah 16 22 38 2
8 Sulawesi Tenggara 2 25 27 2
9 Nusa Tenggara Timur 2245 1950 4195 20
10 Maluku 795 237 1032 8
11 Papua 385 222 607 9
12 Banten 6 0 6 1
13 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 9
14 Bali 0 0 0 9
Total 3466 2460
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009

k. Antraks
Penyakit Antraks adalah penyakit infeksi yang akut yang disebabkan oleh spora dari
bakteri Bacillus anthracis. Spora Bacillus anthracis dapat bertahan hidup di lingkungan
selama bertahun-tahun hingga mendapatkan host baru. Umumnya penyakit ini terjadi pada
mamalia herbivora baik yang liar maupun peliharaan, meskipun dapat juga menyerang
mamalia lain dan beberapa jenis unggas. Manusia dapat tertular Antraks melalui kontak
langsung maupun tidak langsung atau mengkonsumsi binatang yang terinfeksi atau produk
hewan yang terkontaminasi bakteri/spora Antraks.
Sepanjang tahun 2008 dilaporkan 20 kasus Antraks pada manusia di Indonesia yaitu
18 kasus di Kabupaten Bogor dan 2 kasus di Kotamadya Jakarta Selatan, dengan Case
Fatality Rate 0%. Sampai dengan tahun 2007 masih terdapat beberapa daerah endemis
Antraks yaitu antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur dan Sulawesi Selatan. Perkembangan jumlah kasus dan kematian Antraks pada
manusia dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

51
GAMBAR 3.23 GAMBAR 3.24
JUMLAH KASUS & KEMATIAN ANTRAKS CASE FATALITY RATE ANTRAKS PADA
PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 – MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2008
2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009


Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

l. Pes
Penyakit pes (bubonic plaque) disebabkan oleh bakteri yang bernama Pasteurella
pestis. Pes merupakan infeksi pada hewan pengerat liar, yang dikeluarkan dari satu hewan
pengerat ke hewan lain dan kadang-kadang dari hewan pengerat ke manusia karena gigitan
pinjal.
Surveilans aktif dan pasif terhadap binatang pengerat dan pinjalnya dilakukan
secara rutin di 4 daerah fokus Pes yaitu Provinsi Jawa Tengah (Boyolali), Jawa Barat
(Bandung), DI Yogyakarta (Sleman) dan Jawa Timur (Pasuruan). Pada tahun 2008
diperiksa 3.450 binatang pengerat, 416 di Sleman dan 3.034 di Pasuruan, didapatkan 2 hasil
positif Pes. Kemudian juga dilakukan pemeriksaan terhadap 6 orang yang diduga Pes di
Pasuruan dan didapatkan hasil positif 3 orang. Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 3.27.
Untuk mengetahui keadaan kejadian Pes di Indonesia dapat dilihat pada Gambar
3.25 di bawah ini. Terdapat beberapa daerah fokus Pes, dimana di daerah tersebut pernah
ditemukan kejadian penyakit Pes yaitu DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Hasil survei rutin
rodent Pes di daerah fokus pes menunjukkan adanya fluktuasi jumlah rodent yang diperiksa
maupun jumlah rodent yang positif mengandung bakteri.

GAMBAR 3.25
HASIL SURVEILANS RUTIN RODENT PES DI DAERAH FOKUS PES
TAHUN 2003-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI 2009

52
Menurut data yang ada pada tahun 2008, terjadi penurunan yang sangat drastis dari
kejadian gejala/mirip Pes pada manusia dibandingkan beberapa tahun sebelumnya seperti
dapat dilihat pada Gambar 3.26 berikut ini.
GAMBAR 3.26
SITUASI PES PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2003-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

m. Kecacingan
Gambar di bawah ini menunjukan pada tahun 2008 terjadi penurunan prevalensi
Kecacingan pada anak SD di daerah terpilih sebagai lokasi survei. Sedangkan pada tahun
2007 tidak dilaksanakan survei.

GAMBAR 3.27
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD
DI KABUPATEN TERPILIH TAHUN 2002 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Pada tahun 2008 pemeriksaan tinja dilaksanakan di 8 provinsi. Hasil pemeriksaan


tersebut menunjukkan prevalensi Kecacingan mempunyai rentang yang cukup lebar, yaitu
antara 2,7 % di Sulawesi Utara sampai dengan 60,7 % di Banten seperti dapat dilihat pada
Gambar 3.28 berikut ini.

53
GAMBAR 3.28
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN DI 8 PROVINSI TAHUN 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI 2009

Sedangkan distribusi prevalensi Kecacingan menurut jenis cacing pada anak SD di


kabupaten terpilih di 27 provinsi tahun 2002 – 2008, dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
GAMBAR 3.29
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN MENURUT JENIS CACING
PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH DI 27 PROVINSI
TAHUN 2002-2008

Sumber: Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI 2009

n. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan umumnya ada
di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan tinggi. Leptospirosis dapat menyebabkan
gangguan pada berbagai bagian dari tubuh manusia. Binatang yang terinfeksi, termasuk
binatang peliharaan dapat menularkan bakteri penyebab Leptospirosis melalui urinnya.
Manusia dapat tertular Leptospirosis melalui kontak dengan air, tanah basah, atau
tumbuhan yang terkontaminasi urin dari binatang yang terinfeksi.
Manifestasi klinis Leptospirosis dapat bervariasi dari gejala seperti flu biasa hingga
gangguan yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian.
Leptospirosis dapat dicegah dengan mengurangi kontak dengan air dan lumpur yang
kemungkinan telah terkontaminasi dengan urin binatang yang terinfeksi.

54
Kasus penyakit Leptospirosis terutama dilaporkan pada daerah-daerah yang sering
terjadi bencana banjir. Selama tahun 2003–2007, kasus Leptospirosis terbanyak adalah di
DKI Jakarta bila dibandingkan dengan provinsi endemis Leptospirosis yang lain. Namun
pada tahun 2008 kasus Leptospirosis terbanyak dilaporkan terjadi di DI Yogyakarta, yaitu
sebanyak 125 kasus. Provinsi lain yang melaporkan kasus Leptospirosis pada tahun 2008
adalah Jawa Tengah 72 kasus, DKI Jakarta 37 kasus dan Jawa Timur 29 kasus.
Dibandingkan tahun 2007, terjadi penurunan jumlah kasus dari 666 kasus dengan
57 kematian menjadi 263 kasus dengan 16 kematian pada tahun 2008.

GAMBAR 3.30
SITUASI LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

o. Avian Influenza (AI)


Avian Influenza atau flu burung adalah penyakit menular pada binatang yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1) yang umumnya menginfeksi unggas dan
sedikit kemungkinan menginfeksi babi. Penyakit ini bisa menular kepada manusia dan
dapat menimbulkan penyakit flu yang berakibat kematian.
Jumlah kasus baru konfirmasi Avian Influenza pada tahun 2008 menurun jika
dibandingkan pada tahun 2007, yaitu dari 42 kasus pada tahun 2007 menjadi 20 kasus pada
tahun 2008. Demikian juga terjadi penurunan angka kematian (CFR) dari 88,1% pada tahun
2007 menjadi 85% pada tahun 2008. Perkembangan kasus konfirmasi AI sampai dengan
tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 3.31 di bawah ini.

55
GAMBAR 3.31
SITUASI KASUS KONFIRM AI DI INDONESIA
TAHUN 2005 – 2008

Sumber: Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI 2009

Pada Gambar 3.32 terlihat bahwa pada tahun 2008 tidak terjadi penambahan
sebaran kasus konfirmasi AI. Perluasan daerah tertular AI pada manusia menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2007, sebanding juga dengan penurunan jumlah kasus
konfirmasi pada tahun 2008.

GAMBAR 3.32
JUMLAH PROVINSI DAN KABUPATEN YANG BARU TERTULAR
FLU BURUNG PADA MANUSIA TAHUN 2005 – 2008

Sumber: Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI 2009

Dari Tabel 3.21 dapat dilihat bahwa kasus konfirmasi AI terbanyak dilaporkan dari
Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, kemudian secara berturut-turut adalah Jawa
Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur, Riau. Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan
sampai dengan Desember 2008 sudah tidak dilaporkan adanya kasus konfirmasi pada
manusia.

56
TABEL 3.20
KASUS KONFIRM AI PER TAHUN DARI TAHUN 2005 – 2008

2005 2006 2007 2008 Total


No Provinsi
K M K M K M K M K M
1 DKI 8 7 11 10 8 8 6 4 33 29
2 Banten 5 4 4 4 11 9 7 7 27 24
3 Jabar 3 2 22 18 5 4 4 4 34 28
4 Jateng 1 0 3 3 5 5 2 2 11 10
5 Jatim 0 0 5 3 2 1 7 4
6 Lampung 3 0 0 0 0 0 3 0
7 Sumbar 0 0 2 0 1 1 1 0 4 1
8 Sumut 0 0 7 6 1 1 8 7
9 Sulsel 0 0 1 1 0 0 1 1
10 Sumsel 0 0 0 0 1 1 1 1
11 Riau 0 0 0 0 6 5 6 5
12 Bali 0 0 0 0 2 2 2 2
Total 20 13 55 45 42 37 20 17 137 112
Sumber : Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Kasus konfirmasi AI terbanyak dilaporkan dari Provinsi Jawa Barat, kemudian


secara berturut-turut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.
Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan pada tahun 2007 sudah tidak dilaporkan adanya
kasus konfirmasi pada manusia. Perluasan daerah tertular pada manusia menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2006, sebanding juga dengan penurunan jumlah kasus
konfirmasi pada tahun 2007.
GAMBAR 3.33
SEBARAN PENEMUAN KASUS AVIAN INFLUENZA DI INDONESIA
S.D TAHUN 2008

Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI

Sejak ditemukan kasus pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, jumlah kasus
konfirmasi pada laki-laki relatif sama dengan jumlah kasus pada perempuan.

57
GAMBAR 3.34
KASUS KONFIRMASI AI MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2005-2008

Sumber : Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Kasus konfirmasi AI yang terjadi pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008
paling banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Persebaran
jumlah kasus dan kematian karena AI pada tahun 2005 – 2008 dapat dilihat pada Gambar
3.35 berikut ini.

GAMBAR 3.35
KASUS KUMULATIF KONFIRM AI DAN KEMATIAN AVIAN INFLUENZA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005-2008

Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI

Menurut riwayat kontak penderita AI sebanyak 48,91% mempunyai riwayat


keterpaparan secara langsung dengan unggas sakit, unggas mati atau dengan produk unggas
lainnya, 37,23% riwayat keterpaparan dengan lingkungan, 2,19% riwayat keterpaparan
dengan pupuk, dan 11,68% kasus riwayat keterpaparannya tidak jelas.

58
GAMBAR 3.36
KASUS KONFIRM AI MENURUT RIWAYAT KONTAK
DI INDONESIA TAHUN 2005-2007

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

p. Hepatitis C
Hepatitis C adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis C.
Virus Hepatitis C menular melalui darah dan produk darah, antara lain melalui transfusi
darah, pemakaian berulang jarum atau alat medis yang tidak steril, saling tukar alat suntik
oleh pengguna NAPZA, tindik dan tato dengan alat yang tidak steril. Penularan dapat juga
terjadi melalui hubungan seksual dan perinatal, namun hal ini jarang terjadi. Terjadinya
infeksi tidak selalu ditandai adanya gejala akan tetapi sebagian besar orang yang terinfeksi
menjadi hepatitis kronis, berjalan terus membentuk scar atau parut pada hati dan dapat
menjadi sirosis hati maupun kanker hati yang biasanya muncul setelah beberapa tahun.
Penyakit ini belum ada vaksin pencegahannya.
Departemen Kesehatan melaksanakan pendataan penyakit Hepatitis C tahap I di 11
provinsi pada bulan Oktober 2007, yaitu Provinsi DKI Jakarta, Sumatera Utara (Medan),
Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Semarang), Jawa
Timur (Surabaya), Sulawesi Selatan (Makasar), Sulawesi Utara (Manado), Bali (Denpasar)
dan Kalimantan Barat (Pontianak), serta Papua (Jayapura). Pendataan tahap II melibatkan
10 provinsi dilaksanakan tanggal 1 Oktober 2008 - 31 Maret 2009 meliputi Provinsi
Kepulauan Riau, Jambi, Riau, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera
Barat, Banten, DI Yogyakarta dan NTB. Program ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran epidemiologi dan permasalahan penyakit Hepatitis C melalui pelaporan dari unit-
unit yang terlibat.
Pada tahun 2008, dilaporkan adanya 7.235 kasus positif Hepatitis C dari 21
provinsi. Tiga provinsi dengan kasus terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa
Timur seperti tersaji pada Tabel 3.22 di bawah ini, sedangkan data terinci menurut
golongan umur dapat dilihat pada Lampiran 3.30.

59
TABEL 3.21
JUMLAH KASUS HEPATITIS C DI INDONESIA TAHUN 2008

No Provinsi Jumlah Kasus


1 DKI Jakarta 2,810
2 Jawa Barat 960
3 Jawa Timur 621
4 Bali 576
5 Sulawesi Selatan 571
6 Jawa Tengah 418
7 Sumatera Utara 233
8 Sumatera Selatan 226
9 Kalimantan Barat 195
10 Sulawesi Utara 111
11 DI Yogyakarta 91
12 Banten 85
13 Riau 81
14 Papua 60
15 Sumatera Barat 47
16 Lampung 44
17 Kepulauan Riau 39
18 Kalimantan Timur 24
19 Nusa Tenggara Barat 21
20 Kalimantan Selatan 14
21 Jambi 8
Indonesia 7,235
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

3. Penyakit Tidak Menular


Pola penyebab kematian di Indonesia menunjukkan peningkatan proporsi kematian
disebabkan penyakit tidak menular. Bila dibandingkan hasil SKRT 1995, SKRT 2001 dan
Riskesdas 2007 terlihat proporsi kematian karena penyakit tidak menular semakin
meningkat sedangkan proporsi penyakit menular telah menurun. Proporsi kematian akibat
penyakit menular di Indonesia dalam 12 tahun telah menurun sepertiganya dari 44%
menjadi 28%, dan proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi
dari 42% menjadi 60%. Menurut hasil Riskesdas 2007, stroke, hipertensi, penyakit jantung
iskemik dan penyakit jantung lainnya adalah penyakit tidak menular utama penyebab
kematian.
TABEL 3.22
PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN ANTARA PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
TAHUN 1980-2001

Jenis Tahun
Penyakit 1980 1986 1992 1995 2001
Menular 69.49% 60.48% 50.72% 48.46% 44.57%
Tidak
25.41% 33.83% 43.60% 45.42% 48.53%
Menular
Sumber: Laporan Riskesdas 2007 (dari SKRT 2003)

60
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah meliputi:
hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit jantung hipertensi, stroke, gagal
jantung, penyakit jantung koroner (PJK), kardiomiopati, penyakit jantung rematik, penyakit
jantung bawaan, dan infark miocard akut.
Angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah cenderung meningkat dan
dapat menimbulkan kecacatan dan kematian. Sebagian besar kasus sebenarnya dapat
dicegah dengan metode intervensi yang efektif dengan perubahan perilaku kesehatan dan
penatalaksanaan yang tepat. Oleh karena itu pengendalian penyakit jantung dan pembuluh
darah perlu mendapat perhatian di bidang kesehatan masyarakat. Di negara maju terjadi
kecenderungan penurunan kasus penyakit jantung dan pembuluh darah dengan perbaikan
gaya hidup dan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan. Sementara di negara
berkembang terdapat kecenderungan peningkatan kasus yang disebabkan gaya hidup,
urbanisasi dan peningkatan usia lanjut.

1) Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm
Hg (tekanan sistolik) dan/atau >90 mmHg (tekanan diastolik) (Joint National Committe on
Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII, 2003). Hipertensi
berkontribusi secara substansial terhadap risiko penyakit lain antara lain jantung koroner,
trombo-embolik, dan stroke dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan jantung, otak dan
ginjal.
Hipertensi merupakan penyakit sirkulasi darah yang merupakan kasus terbanyak
pada rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit. Hasil pencatatan dan pelaporan rumah
sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit) menunjukkan kasus baru penyakit sistem
sirkulasi darah terbanyak pada kunjungan rawat jalan maupun jumlah pasien keluar rawat
inap dengan diagnosis penyakit Hipertensi tertinggi pada tahun 2007
Hasil Riskesdas 2007 prevalensi Hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas
di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi Hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).

2) Penyakit Jantung
Penyakit Jantung meliputi berbagai penyakit yang mengganggu fungsi jantung.
Riskesdas 2007 mendata penyakit Jantung yang berdasarkan jawaban pertanyaan adanya
riwayat didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan adanya gejala yang mengarah ke penyakit
jantung kongenital, angina, aritmia dan dekompensasi kordis. Diperoleh hasil prevalensi
penyakit Jantung di Indonesia berdasarkan wawancara sebesar 7,2%, berdasarkan riwayat
didiagnosis tenaga kesehatan hanya ditemukan sebesar 0,9%. Cakupan kasus Jantung yang
sudah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 12,5% dari semua responden yang
mempunyai gejala subyektif menyerupai gejala penyakit Jantung.

61
Hasil pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit)
menunjukkan jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan dan jumlah pasien rawat inap
penyakit Jantung pada pada tahun 2007 sebagai berikut.

GAMBAR 3.37
JUMLAH PASIEN PENYAKIT JANTUNG DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber: Ditjen Yanmedik

Dari grafik di atas terlihat kasus terbanyak adalah penyakit Jantung Iskemik
lainnya, jika ditambah kasus Infark Miokard Akut maka semakin jelas bahwa kasus
terbanyak adalah kasus penyakit Jantung Iskemik atau yang biasanya lebih dikenal sebagai
penyakit Jantung Koroner. Sedangkan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada
Infark Miokard Akut (13,49%), Gagal Jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya
(13,37%).
GAMBAR 3.38
CFR PENYAKIT JANTUNG DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber: Ditjen Yanmedik

62
3) Penyakit Pembuluh Darah Otak
Penyakit pembuluh darah otak merupakan penyakit dengan kejadian, kecacatan dan
kematian yang cukup tinggi. Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak dengan
jumlah pasien terbanyak pada rawat jalan (jumlah kasus baru) maupun rawat inap (jumlah
pasien keluar) seperti tergambar pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.39
JUMLAH PASIEN PENYAKIT PEMBULUH DARAH OTAK DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber: Ditjen Yanmedik


CFR penyakit pembuluh darah otak pada pasien rawat inap di rumah sakit juga
tinggi berkisar 11,2% pada infark serebral hingga tertinggi 34,46% pada perdarahan
intrakranial. Stroke tak menyebut perdarahan atau infark dan perdarahan intrakranial
merupakan penyebab kematian terbanyak di rumah sakit pada tahun 2007 masing-masing
5,24% dan 3,99% dari seluruh kematian di rumah sakit. CFR dari penyakit pembuluh darah
otak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
GAMBAR 3.40
CFR PENYAKIT PEMBULUH DARAH OTAK DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber: Ditjen Yanmedik, 2009

Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi stroke di Indonesia ditemukan


sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6
per 1.000 penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di Nanggroe Aceh
63
Darussalam (16,6‰ atau 16,6 per 1.000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8‰/ atau 3,8
per 1.000 penduduk).

b. Diabetes Melitus (DM)


Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis
atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme
dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh atau bisa disebutkan sebagai suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara adekuat.
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang
tepat terhadap insulin.
Menurut para pakar jumlah penderita atau penyandang DM dari tahun ke tahun
meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
(ICD-10) membagi DM menjadi lima kelompok, yaitu:
1. DM bergantung insulin (termasuk DM tipe 1)
2. DM tidak bergantung insulin (termasuk DM tipe 2)
3. DM berhubungan malnutrisi
4. DM YDT lainnya (DM yang ditentukan lainnya=Other specified DM)
5. DM YTT (DM yang tidak tentu= unspecified diabetes mellitus)
Jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan rumah sakit pada tahun 2007 adalah
28.095 kasus. Keseluruhan DM menyebabkan 4.162 kematian atau CFR sebesar 7,02%.
Dari kelima jenis DM, DM YTT dan DM tidak bergantung insulin yang masuk dalam 50
peringkat utama penyebab kematian, rawat inap dan rawat jalan di RS di Indonesia selama
tahun 2007. DM YTT merupakan 2,34% penyebab kematian, 1,21% penyebab rawat inap
dan 0,89% kunjungan rawat jalan di rumah sakit pada tahun 2007. Sedangkan DM tidak
bergantung insulin merupakan 1,34% penyebab kematian, 0,56% penyebab rawat inap dan
0,48% kunjungan rawat jalan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL 3.23
SITUASI PENYAKIT DM DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007

Kematian Rawat Inap Rawat Jalan


Jenis DM
Jumlah %* Jumlah %* Jumlah %*
DM YTT 2,178 2.34 35,513 1.21 79,016 0.89
DM tidak bergantung 1,247 1.34 14,989 0.56 43,104 0.48
Semua DM 4,162 56,378 28.095
kasus baru
(CFR=7,38
Ket: %* adalah persentase dari seluruh kematian atau dari seluruh pasien rawat inap atau dari seluruh
kunjungan rawat jalan rumah sakit
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, 2009

Riskesdas 2007 melakukan wawancara dan pemeriksaan kadar glukosa darah pada
sejumlah sampel usia 15 tahun ke atas di daerah perkotaan, dengan diagnosis DM

64
menggunakan kriteria WHO 1999 dan American Diabetic Association 2003, yaitu kadar
glukosa darah dua jam pembebanan < 140 mg/dl didiagnosis tidak DM, 140 - < 200 mg/dl
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan > 200 mg/dl Diabetes Mellitus (DM). Diperoleh
hasil prevalensi total DM pada penduduk perkotaan (gabungan persentase responden yang
sudah mengetahui bahwa dirinya menderita DM dan persentase responden yang baru
terdiagnosis dalam Riskesdas) sebesar 5,7%, namun hanya 1,5% (kira-kira 26% dari total
DM) yang telah mengetahui dirinya menderita DM sebelum pemeriksaan Riskesdas.
Sedangkan prevalensi TGT diperoleh 10,2%. Prevalensi DM tertinggi terdapat di
Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4 %) dan
Nanggroe Aceh Darussalam (8,5%). Prevalensi DM terendah di Papua (1,7%), diikuti NTT
(1,8%). Prevalensi TGT tertinggi di Papua Barat 157 (21,8%), diikuti Sulawesi Barat
(17,6%), dan Sulawesi Utara (17,3%), sedangkan terendah di Jambi (4%), diikuti NTT
(4,9%) .
Hasil Riskesdas 2007 tampaknya lebih rendah dibandingkan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yang mendapatkan hasil prevalensi DM
adalah 1.2%, tahun 2001 sebesar 7.5% dan tahun 2003 sebesar 14,7% di perkotaan dan
7.2% di perdesaan.
Jumlah pasien keluar rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan diagnosis DM
tahun 2007 sebanyak 56.378 pasien dengan CFR 7,38%, sedangkan kasus baru pada rawat
jalan sebanyak 28.095 kasus.

c. Neoplasma/Tumor

Neoplasma atau tumor adalah pembengkakan atau luka yang terjadi karena
pertumbuhan sel yang abnormal. Tumor bisa berupa benign, pre-malignant dan malignant.
Tipe malignant inilah yang yang biasa disebut dengan kanker.
Data penyakit neoplasma/tumor ganas atau kanker diperoleh dari data pasien di
rumah sakit. Data yang tersedia adalah data jumlah pasien keluar rawat inap dengan
diagnosis kanker, jadi tidak menunjukkan jumlah kasus kanker yang dirawat. Meskipun
data ini belum menunjukkan jumlah pasti penderita kanker, namun data ini dapat
memberikan gambaran besaran masalah kanker di Indonesia.
Sepuluh peringkat utama penyakit neoplasma ganas pasien rawat inap di rumah
sakit sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 tidak banyak berubah. Tiga peringkat pertama
adalah neoplasma ganas payudara disusul neoplasma ganas serviks uterus dan neoplama
ganas hati dan saluran empedu intrahepatik. Neoplasma ganas colon yang pada tahun
sebelumnya peringkat 8 menjadi peringkat 9 bertukar peringkat dengan neoplasma ganas
daerah rektosigmoid rectum. Grafik 10 peringkat utama penyakit neoplasma ganas dalam 4
tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut ini.

65
GAMBAR 3.41
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT KANKER PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2004-2007

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes

Riskesdas 2007 mendata responden yang pernah didiagnosis menderita


tumor/kanker oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan jawaban responden, diperoleh hasil
prevalensi nasional penyakit Tumor/Kanker adalah 0,43%, tertinggi di Provinsi DI
Yogyakarta (0,96%) dan terendah di Maluku (0,15%).

3. Morbiditas dan Mortalitas Jemaah Haji

Profil Kesehatan tahun 2008 ini memberikan gambaran morbiditas dan mortalitas jemaah
haji dalam penyelenggaraan kesehatan haji, dari mulai persiapan, keberangkatan sampai
tiba kembali di tanah air. Beberapa data mengenai jemaah haji dapat dilihat dalam Gambar
3.42 dan 3.43 serta Lampiran 3.39; 3.40; 3.41; 3.42; dan Lampiran 3.43.
GAMBAR 3.42
JEMAAH HAJI RISIKO TINGGI DI INDONESIA TAHUN 2006-2007

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

66
GAMBAR 3.43
JEMAAH HAJI RISIKO TINGGI DI INDONESIA TAHUN 2006-2007

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dalam gambar 3.43 dan 3.44 dapat dilihat perbandingan jumlah jemaah haji non
resiko tinggi dan dan risiko tinggi.
GAMBAR 3.44
POLA PENYAKIT JEMAAH HAJI BERDASARKAN PEMERIKSAAN
KESEHATAN DI EMBARKASI DI INDONESIATAHUN 2007-2008

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pola penyakit jemaah haji pada tahun 2007 dan 2008, hampir menunjukkan pola yang
sama, dimana penyakit Kardiovaskuler merupakan penyakit yang terbanyak tahun tersebut
(Gambar 3.44).

C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi
Kronis (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), sebagaimana
diuraikan berikut ini. Data terakhir mengenai status gizi dikumpulkan dalam Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007.

67
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram
yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat Badan
Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori
yaitu (1) BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu), dan (2) BBLR
karena intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu
berstatus gizi buruk, anemia, Malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS)
sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi BBLR
dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI).
Riskesdas 2007, mendata berat badan bayi baru lahir dalam 12 bulan terakhir. Tidak
semua bayi diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir. Dari bayi yang
diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir, 11,5% lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram atau BBLR. Tiga provinsi dengan persentase BBLR tertinggi
adalah Papua sebesar 27%, Papua Barat sebesar 23,8% dan NTT sebesar 20,3%. Tiga
provinsi dengan BBLR terendah adalah Bali sebesar 5,8%, Sulawesi Barat sebesar 7,2%
dan Jambi sebesar 7,5%. Jika dilihat dari jenis kelamin, persentase BBLR lebih tinggi pada
bayi perempuan dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10% (Riskesdas,
2007)
Persentase BBLR hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-
2003 menunjukkan 7,6% bayi lahir dengan BBLR, dan Riskesdas 2007 seperti disebutkan
di atas sebesar 11,5%. Meskipun metode surveinya berbeda, sehingga tidak dapat langsung
dinilai adanya peningkatan BBLR, hal ini perlu mendapat perhatian.

TABEL 3.24
PROPORSI BAYI DENGAN BERAT LAHIR RENDAH
TAHUN 1992-1997 DAN 2002-2003

SDKI Riskesdas
1992-1997 2002 - 2003 2007
Nasional 7.7 7.6 11.50%
Perkotaan 6.6
Perdesaan 8.4
Provinsi 3,6 - 15,6
Sumber: SDKI, Riskesdas 2007

2. Gizi Balita
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
Variabel BB dan TB tersebut disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu:
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Angka berat badan dan tinggi badan setiap balita
dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku
antropometri WHO 2006.

68
Berdasarkan indikator BB/U, disebut (a) gizi buruk jika Z-score < -3,0, (b) gizi
kurang Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0, (c) gizi baik Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0, (d)
gizi lebih Z-score >2,0. Berdasarkan indikator TB/U, disebut (a) sangat pendek jika Z-
score < -3,0, (c) pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0, (c) normal Z-score >=-2,0.
Berdasarkan indikator BB/TB, disebut (a) sangat kurus jika Z-score < -3,0, (b) kurus Z-
score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0, (c) normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0, (d) gemuk Z-
score >2,0.
Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum,
tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang
mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi
apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut.
Secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang
13,0% atau 18,4% untuk gizi buruk dan kurang. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara
nasional target-target tersebut sudah terlampaui.
Dari hasil Susenas dan SKRT 2003-2005 serta Riskesdas 2007, diperoleh gambaran
perkembangan status gizi Balita seperti terlihat pada Gambar 3.45 berikut.
GAMBAR 3.45
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK
DAN GIZI LEBIH DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2007

Sumber: Susenas/Survei Garam Yodium Rumah Tangga,


SKRT, Riset Kesehatan Dasar 2007

Meskipun target nasional tercapai, namun pencapaian tersebut belum merata di 33


provinsi. Persentase gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 3.31; 3.32; 3.33. Gambaran persentase balita status gizi buruk
menurut provinsi dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

69
GAMBAR 3.46
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2007

Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2007


Berdasarkan kelompok umur, persentase gizi buruk terbesar berdasarkan hasil
Riskesdas 2007 adalah pada kelompok umur 0-5 bulan. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin, gizi buruk pada laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan.

TABEL 3.25
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK
DAN GIZI LEBIH (BB/U) MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2007

Gizi
Karakteristik Gizi Buruk Gizi Baik Gizi Lebih
Kurang
Kelompok umur
(bulan)
0–5 6.5 8.2 76.7 8.7
6-Nov 4.8 8.1 82.2 4.9
Dec-23 5 11.3 78.8 4.9
24-35 5.9 14.5 75.7 3.9
36-47 6.3 14.8 75.4 3.6
48-60 4.9 14.2 77.2 3.7

Jenis kelamin
Laki-laki 5.8 13.3 76.3 4.6
Perempuan 5 12.7 78.2 4
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2007

Indikator TB/U menggambarkan status gizi yang yang dipengaruhi kondisi-kondisi


yang sifatnya kronis (akibat kondisi yang berlangsung dalam waktu lama). Masalah pendek
pada balita secara nasional masih serius yaitu sebesar 36,8% dengan 18 provinsi
menghadapi prevalensi pendek di atas angka nasional. Kondisi status gizi berdasarkan
TB/U dapat dilihat pada Lampiran 3.32.
Indikator BB/TB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut (akibat keadaan
yang berlangsung dalam waktu pendek). Indikator BB/TB juga digunakan sebagai indikator
kegemukan. Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam

70
manajemen gizi buruk adalah indikator sangat kurus yaitu anak dengan nilai Z-score < -3,0
SD. Prevalensi balita sangat kurus secara nasional masih cukup tinggi yaitu 6,2%. Besarnya
masalah kurus (sangat kurus dan kurus) pada balita yang masih merupakan masalah
kesehatan masyarakt adalah jika prevalensi kurus > 5%. Masalah kesehatan masyarakat
sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,1% - 15,0%, dan dianggap kritis bila
prevalensi kurus sudah di atas 15,0% (UNHCR).
Secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Hal ini berarti bahwa
masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Bahkan, dari 33 provinsi, 18 provinsi di antaranya masuk dalam kategori kritis (prevalensi
kurus >15%), 12 provinsi pada kategori serius (prevalensi kurus antara 10-15%). Hanya 3
(tiga) provinsi yang tidak termasuk dalam kategori serius ataupun kritis adalah: Jawa
Barat, DI Yogyakarta dan Bali. Berdasarkan indikator BB/TB juga dapat dilihat prevalensi
kegemukan di kalangan balita di Indonesia adalah 12,2%. Kondisi status gizi berdasarkan
BB/TB dapat dilihat pada Lampiran 3.33.

3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)


Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur (WUS) umur 15-49
tahun adalah dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Hasil pengukuran
ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang
wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang Energi Kronik
(KEK) menggunakan standar LILA <23,5 cm.
Pada Riskesdas 2007, untuk menggambarkan adanya risiko KEK dalam kaitannya
dengan kesehatan reproduksi pada WUS, digunakan ambang batas nilai rerata LILA
dikurangi 1 SD, yang sudah disesuaikan dengan umur. Jika LILA lebih kecil dari nilai
rerata sesuai umur dikurangi 1 SD maka disebut berisiko KEK.
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi risiko KEK secara nasional sebesar
13,6%. Tiga provinsi dengan prevalensi risiko KEK tertinggi adalah NTT sebesar 24,6%,
Papua 23,1% dan DIY 20,2%, sedangkan tiga provinsi dengan prevalensi risiko KEK
terendah adalah Sulawesi Utara sebesar 5,8%, Sumatera Utara 7,9% dan Bengkulu 8,2%.
Prevalensi risiko KEK wanita usia subur 10 provinsi tertinggi dapat dilihat pada Gambar
3.47 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.36.
Pada Riskesdas 2007 digunakan ambang batas nilai rerata LILA dikurangi 1 SD,
yang sudah disesuaikan dengan umur. Jika LILA lebih kecil dari nilai rerata sesuai umur
dikurangi 1 SD maka disebut berisiko KEK.
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi risiko KEK secara nasional sebesar
13,6%. Tiga provinsi dengan prevalensi risiko KEK tertinggi adalah NTT sebesar 24,6%,
Papua 23,1% dan DIY 20,2%, sedangkan tiga provinsi dengan prevalensi risiko KEK
terendah adalah Sulawesi Utara sebesar 5,8%, Sumatera Utara 7,9% dan Bengkulu 8,2%.
Prevalensi risiko KEK wanita usia subur menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.47
dan Lampiran 3.36.

71
GAMBAR 3.47
PREVALENSI RISIKO KEK PENDUDUK WANITA UMUR 15 - 45 TAHUN
DI 10 PROVINSI TERTINGGI TAHUN 2007

Sumber: Riskesdas 2007


Demikian gambaran singkat mengenai situasi derajat kesehatan di Indonesia sampai
dengan tahun 2008.

***

72
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh
potensi bangsa. Jika upaya kesehatan tersebut tidak dapat terselenggara dengan baik
dan pelayanan kesehatan belum terjangkau secara merata oleh masyarakat, maka
sulit diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan
jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat
aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif
dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan selama lima tahun terakhir,
khususnya untuk tahun 2008.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan
kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan

73
masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut ini.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi
dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang
hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran
dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus
berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru
lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu
sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan swasta.

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)


Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap ibu hamil oleh
petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya yang dilaksanakan sesuai standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Tujuan
pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat
dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan
kehamilan, dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.
Pelayanan antenatal meliputi 5 hal yang dikenal dengan istilah 5T, yaitu
timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, nilai status
imunisasi TT, dan memberikan Tablet Fe (tablet tambah darah). Pada petunjuk teknis
pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota, pelayanan antenatal meliputi 7T, yaitu 5T yang tersebut di atas
ditambah dengan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling)
dan test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau berdasarkan indikasi
(HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC). Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat pada
cakupan K1 dan K4.
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang dilakukan pada trimester pertama
kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama kehamilan, 1
kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga.
Gambar 4.1 memperlihatkan peningkatan cakupan K1 dan K4 dari tahun
2004 sampai 2008. Peningkatan K4 pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya terlihat cukup tinggi. Jika pada tahun-tahun sebelumnya kenaikan hanya
berkisar 0,1-2,5%, pada tahun 2008 terjadi peningkatan hampir 6% dibandingkan
tahun 2007.

74
GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas

Dari gambar tersebut juga dapat dilihat selisih yang terjadi antara cakupan K1
dan K4. Kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4 semakin rendah. Jika
pada tahun 2004 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 11% kemudian
tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008 semakin kecil, yaitu 6,61%. Hal itu
berarti semakin rendah angka drop out K1-K4 nasional dengan kata lain semakin
banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal
diteruskan hingga kunjungan keempat pada trimester 3 sehingga kehamilannya dapat
terus dipantau oleh petugas kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Cakupan pelayanan K4 pada ibu hamil menurut provinsi dapat dilihat pada
Gambar 4.2 berikut.
GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, 2009

75
Berdasarkan cakupan K4 per provinsi pada tahun 2008, DKI Jakarta, Jawa
Barat, dan Sumatera Utara menempati peringkat 3 tertinggi yaitu masing-masing
95,78%, 95,78%, dan 94,53%. Sedangkan Papua (38,46%), Sulawesi Barat
(64,02%), dan Maluku (64,02%) merupakan 3 provinsi dengan cakupan K4 terendah.
Terjadi kesenjangan yang besar antara provinsi dengan cakupan K4 tertinggi (95,78)
dan terendah (38,46%), walaupun dibandingkan dengan tahun 2007 keduanya
mengalami peningkatan dengan cakupan tertinggi 93% dan terendah 25%.
Target K1 yang ingin dicapai di tiap provinsi pada tahun 2008 adalah 92,9%
dan target K4 adalah 87%. Pada tahun 2008 hanya 36% (12 provinsi) yang berhasil
mencapai target K1 dan sekitar 20% (7 provinsi) yang telah mencapai target K4
seperti pada gambar berikut ini.

GAMBAR 4.3a GAMBAR 4.3b


PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 IBU HAMIL PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber: Ditjen Binkesmas, 2009 Sumber: Ditjen Binkesmas, 2009

Gambar 4.3a dan 4.3b memperlihatkan provinsi-provinsi yang berhasil


mencapai target K1 dan K4. Provinsi yang berhasil mencapai target K4 yakni DKI
Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, DI Yogyakarta, Bali, NTB, dan NTT.
Selain mengupayakan peningkatan cakupan K4, harus diupayakan pula
peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu pelayanan yang diberikan
saat pelayanan antenatal yang menjadi standar kualitas adalah pemberian zat besi
(Fe) 90 tablet dan imunisasi TT (Tetanus Toksoid). Dengan demikian seharusnya
ibu-ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan K4 juga tercatat dalam laporan
pemberian Fe3 dan TT2. Pada Gambar 4.4 cakupan K4 pada tahun 2008 sebesar
86,04%, namun pemberian 90 tablet besi hanya sebesar 48,14%. Ada kemungkinan
sistem pelaporan ketiga variabel tersebut yang belum terpadu. Begitu pula dengan
status imunisasi TT2 pada ibu hamil juga merupakan syarat kualitas pelayanan K4,
akan tetapi seperti halnya Fe3, imunisasi cakupan TT2 masih lebih rendah
dibandingkan dengan cakupan K4.

76
GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN K4, Fe3 DAN STATUS IMUNISASI TT
PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, 2009

Rincian cakupan K1 dan K4 tahun 2008 menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan


Kompetensi Kebidanan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan
adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Tenaga kesehatan yang kompeten adalah dokter spesialis kebidanan,
dokter umum, dan bidan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan beberapa hal,
yaitu 1) pencegahan infeksi; 2) metode pertolongan persalinan yang sesuai standar;
3) merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi; dan 4)
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Gambar 4.5 memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dengan kompetensi kebidanan sejak tahun 2004 sampai tahun 2008
cenderung mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2008 cakupan pertolongan
persalinan oleh petugas kesehatan di Indonesia telah mencapai lebih dari 80%.

77
GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi terlihat pada


Gambar 4.6 berikut ini.
GAMBAR 4.6
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, 2009

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di antara 33 provinsi


tertinggi dicapai oleh Bali (97,72%), DI Yogyakarta (94,45%), dan Kepulauan Riau
(92,67%). Sedangkan 3 provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (45,47%),
Maluku Utara (58,66%), dan Papua Barat (60,10%).
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2008, penolong
kelahiran terakhir pada balita yang tertinggi adalah oleh bidan (53,96%), diikuti oleh
dukun (30,27%), dan dokter (12,32%). Di daerah perkotaan sebagian besar penolong

78
persalinan pertama pada ibu bersalin adalah bidan (64,26%), kemudian oleh dokter
(20,71). Berbeda dengan di perdesaan di mana penolong kelahiran terakhir pada
balita oleh dukun sebesar 42,75%, sedangkan di perkotaan hanya sebesar13,40%. Di
perdesaan bidan dan dukun sama-sama diminati oleh ibu bersalin sebagai penolong
persalinannya. Perbandingan persentase penolong persalinan di perkotaan dan di
perdesaan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
TABEL 4.1
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR
DAN TIPE DAERAH TAHUN 2008

Tipe Daerah Dokter Bidan Nakes Lain Dukun Famili Lainnya


Perkotaan+Perdesaan 12,32 53,96 0,52 30,27 2,69 0,24
Perkotaan 20,71 64,25 0,39 13,40 1,12 0,13
Perdesaan 6,11 46,34 0,61 42,75 3,86 0,33
Sumber: BPS, Susenas 2008

Rincian persentase balita menurut penolong kelahiran terakhir menurut


provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.3.

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi
waktu: 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 7
hari; 2) kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan;
dan 3) kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan.
Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di
posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi (KB1).
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan nifas adalah dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, perawat dan bidan. Pelayanan yang diberikan
meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan
tinggi fundus uteri (involusi uterus); 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per
vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5)
pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam); dan 6)
pelayanan KB pasca persalinan.
Gambar 4.7 berikut menyajikan persentase ibu nifas yang mendapat Vitamin
A menurut provinsi.

79
GAMBAR 4.7
PERSENTASE IBU NIFAS YANG MENDAPAT VITAMIN A
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber : Dit. Gizi, Ditjen Binkesmas, 2009

Pada tahun 2008, ibu nifas yang mendapat Vitamin A sebesar 58,57%.
Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Jawa Tengah (87,85%), Kepulauan Bangka
Belitung (86,37%), dan Sumatera Selatan (83,91%). Sedangkan provinsi dengan
cakupan terendah adalah Papua Barat (13,01%), NTB (18,83%), dan Maluku
(23,97%).

d. Kunjungan Neonatus

Bayi sampai umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari)
minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-
28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping
melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi
kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar
(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian

80
imunisasi); pemberian Vitamin K; Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM); dan
penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) tahun 2003 - 2005 cenderung menurun
namun pada tahun 2006 hingga 2008 cakupan KN2 selalu mencapai lebih dari 75%.
Pada tahun 2008 cakupan KN2 sebesar 78,04%. Cakupan KN2 selama periode tahun
2003 – 2008 dapat dilihat pada Gambar 4.8. berikut ini.
GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Binkesmas, Depkes RI

Tahun 2008 provinsi dengan cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) tertinggi


adalah DI Yogyakarta, Bali, dan Jawa Tengah. Sedangkan provinsi dengan cakupan
KN2 terendah adalah Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Barat seperti terlihat pada
Gambar 4.9 berikut ini.

81
GAMBAR 4.9
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber: Dit. Bina Kes. Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI, 2009

Rincian mengenai cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi terdapat


pada Lampiran 4.1.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan
sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian,
usia subur seorang wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Oleh karena itu untuk
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2008, persentase wanita berumur 10 tahun
ke atas yang pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah
0-2 orang (49,72%) dan 3-5 orang (35,83%) untuk daerah perkotaan dan perdesaan.
Persentase wanita berumur 10 tahun ke atas yang pernah kawin yang memiliki anak
yang dilahirkan hidup > 3 orang di perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan di
perkotaan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini. Data selengkapnya
menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.5.
TABEL 4.2
PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG PERNAH KAWIN
DAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP TAHUN 2008
Jumlah Anak yang Dilahirkan
Daerah
0-2 3-5 6-8 ≥9
Perkotaan 52,07 35,57 9,11 3,25
Perdesaan 47,65 36,06 12,03 4,27
Perkotaan+Perdesaan 49,72 35,83 10,65 3,79
Sumber : BPS, Susenas 2008

82
Rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita umur 15 – 49 tahun adalah 1,77
dengan rincian: di perkotaan sebesar 1,57 dan di perdesaan sebesar 1,98. Data rata-
rata jumlah anak lahir hidup per wanita umur 15 – 49 tahun menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 4.6.
Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan
peserta KB yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah
tempat tinggal, tempat pelayanan KB, serta jenis kontrasepsi yang digunakan
akseptor. Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus menikah yang sedang dan yang
pernah menggunakan/memakai alat KB dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut ini.

GAMBAR 4.10
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG DAN YANG PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
TAHUN 2004-2008

Sumber : BPS, Susenas 2008

Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang


menggunakan/memakai alat KB menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun
2008 sebesar 56,62%, tidak banyak mengalami perkembangan sejak tahun 2004.
Cakupan tertinggi dicapai oleh Provinsi Kalimantan Tengah (68,40%), Bengkulu
(67,62%) dan Sulawesi Utara (65,19%). Sedangkan provinsi dengan cakupan
terendah adalah Papua Barat (26,69%), Papua (27,71%) dan Maluku (32,10%). Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.7.
Persentase wanita umur 15-49 tahun berstatus kawin menurut alat/cara KB
yang sedang digunakan tahun 2008 tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11 berikut ini. Pada
tahun 2008 suntikan dan Pil KB masih banyak diminati sebagai alat KB oleh wanita
umur 15-49 tahun berstatus kawin yaitu masing-masing sebesar 58,7% dan 23,9%.

83
GAMBAR 4.11
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008

Sumber: BPS, Susenas

Berdasarkan alat/cara ber-KB menurut provinsi, alat kontrasepsi dalam rahim


(AKDR/IUD) banyak digunakan di Provinsi Bali dan DI Yogyakarta dengan
persentase jauh di atas provinsi yang lain. Jika pemakaian AKDR nasional sebesar
7,1% maka di Bali dan DI Yogyakarta pemakaian AKDR masing-masing sebesar
35,35% dan 21,56%. Rincian menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.9.
Persentase tempat pelayanan peserta KB baru tahun 2005-2008 dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
GAMBAR 4.12
PERSENTASE TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB BARU
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2008

Sumber : BKKBN

84
Sesuai dengan data BKKBN, tempat pelayanan peserta KB baru pada tahun
2008 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak peserta KB baru
yang memanfaatkan klinik KB pemerintah sebagai tempat pelayanan KB (61,51%).
Selain klinik KB pemerintah, sebesar 31,01% peserta KB baru memanfaatkan bidan
praktek swasta sebagai tempat pelayanan KB. Data lebih rinci menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 4.10.

3. Pelayanan Imunisasi
Bayi, anak umur muda maupun orang dewasa sama-sama memiliki risiko
terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, Influenza, Typhus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih
banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat
vital agar kelompok berisiko terlindungi adalah melalui imunisasi.
Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada
umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena
tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan
seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut
sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam
jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang
dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit
tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah
imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan
sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya
adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi
tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama
masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Campak.
a. Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi dasar pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio,
4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak. Imunisasi pada ibu hamil dan WUS
meliputi 2 dosis TT dan imunisasi pada anak sekolah dasar meliputi 1 dosis DT, 1
dosis Campak, dan 2 dosis TT.
Di antara penyakit pada anak yang dapat dicegah dengan vaksin, Campak
adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan Campak
merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa

85
tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah
mempertahankan cakupan imunisasi Campak sebesar 90%. Di seluruh negara
ASEAN dan SEARO, imunisasi Campak diberikan pada bayi umur 9-11 bulan dan
merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib
lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak).
Pada tahun 2008, Indonesia telah mencapai cakupan imunisasi Campak
sebesar 90,5%. Dengan demikian Indonesia telah mampu mencapai target imunisasi
Campak yang telah ditetapkan oleh WHO. Angka tersebut meningkat dibandingkan
dengan capaian tahun sebelumnya yang sebesar 89,8%.
Gambar 4.13 berikut ini adalah persentase cakupan imunisasi Campak
menurut provinsi tahun 2008.
GAMBAR 4.13
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Dari 33 provinsi di Indonesia, 14 provinsi mencapai cakupan imunisasi


Campak ≥ 90%, 13 provinsi mencapai cakupan 80%-90%, dan 6 provinsi masih di
bawah 80%. Cakupan tertinggi dicapai DKI Jakarta (104,3%), DI Yogyakarta
(99,5%), dan Jawa Tengah (99,3%). Sedangkan cakupan terendah adalah Papua
(58,6%), Maluku (68,7%), dan Nanggroe Aceh Darussalam (70%). Data mengenai
cakupan imunisasi dasar pada bayi menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.13.
Menurut hasil Riskesdas 2007, pendidikan dan pengeluaran perkapita
berhubungan dengan persentase anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi
dasar termasuk juga Campak. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga
maka semakin tinggi pula anak mendapat imunisasi. Begitu pula dengan pengeluaran
perkapita, bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran perkapita semakin tinggi pula
anak mendapat imunisasi dasar. Tabel 4.3 berikut ini menjelaskan hubungan tersebut.

86
TABEL 4.3
PERSENTASE ANAK UMUR 12-23 BULAN YANG MENDAPATKAN IMUNISASI DASAR
MENURUT KARAKTERISTIK RESPONDEN, 2007
Jenis imunisasi
Karakteristik responden
BCG Polio DPT3 HB3 Campak
Tipe daerah
Perkotaan 92,4 78,7 74,9 71 86,0
Perdesaan 83,5 66,2 63,1 57,3 78,8
Pendidikan Kepala Keluarga
Tidak sekolah 78,6 61,9 54,0 50,5 71,6
Tidak tamat SD 79,3 62,4 59,1 53,7 74,1
Tamat SD 84,8 67,4 63,3 57,5 78,2
Tamat SMP 88,4 71,6 68,2 62,8 82,3
Tamat SMA 92,4 79,7 76,9 72,3 88,6
Tamat PT 95,7 82,6 81,8 75,9 93,1
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 83,0 66,6 62,9 58,7 78,1
Kuintil 2 85,7 68,1 64,7 59,7 78,5
Kuintil 3 87,2 72,8 69,1 63,2 83,1
Kuintil 4 89,6 73,6 71,0 65,5 84,3
Kuintil 5 91,9 77,6 74,7 70,9 86,8
Sumber: Balitbangkes Depkes, Riskesdas 2007
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan),
ibu hamil, WUS dan anak sekolah dasar. Desa UCI merupakan gambaran
desa/kelurahan dengan ≥ 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Standar pelayanan
minimal menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap
kabupaten/kota.
Gambar 4.14 berikut ini menggambarkan persentase desa/kelurahan UCI
yang belum menunjukkan perkembangan yang signifikan selama lima tahun terakhir.
Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 76,23%. Tahun 2008 terdapat
74,02% desa/kelurahan UCI di Indonesia. Provinsi dengan pencapaian desa/
kelurahan UCI tertinggi pada tahun 2008 adalah Jawa Tengah (86,59%) dan terendah
di Maluku Utara (49,22%). Namun pada tahun 2008 angka nasional tersebut
diperoleh dari 20 provinsi yang menyampaikan laporan. Data lebih rinci mengenai
pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2006-2008 terdapat pada Lampiran
4.12.

87
GAMBAR 4.14
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya,


sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dapat optimal. Namun kenyataannya, sebagian anak tidak mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap. Anak-anak inilah yang disebut dengan drop out
imunisasi. Sebagai proksi bayi yang drop out digunakan imunisasi DPT1-Hb dan
Campak sebagai dasar perhitungan. Imunisasi DPT1-Hb adalah jenis imunisasi yang
pertama kali diberikan pada bayi. Sebaliknya, imunisasi Campak adalah imunisasi
dasar yang terakhir diberikan pada bayi. Diasumsikan bayi yang mendapat imunisasi
Campak telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Selama enam tahun terakhir, angka drop out nasional paling rendah terjadi
pada tahun 2005 yaitu 1,4%. Angka drop out di Indonesia tahun 2008 sebesar 5,4%,
provinsi dengan angka drop out terendah adalah DI Yogyakarta (0%) dan tertinggi
adalah Papua Barat (19,9%). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.15. Rincian tentang
angka drop out menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.13.

88
GAMBAR 4.15
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1Hb - CAMPAK PADA BAYI
DI INDONESIA TAHUN 2003-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

a. Imunisasi pada Ibu Hamil


Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut
Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi (Tetanus Neonatorum)
yang ditularkan melalui ibunya yang memang terinfeksi Tetanus atau pada saat
persalinan. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia.
Akan tetapi masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di
daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih "jauh" dari
kondisi steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun
bayinya terkena Tetanus.
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program
eliminasi Tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi
yang dilakukan untuk mengeliminasi Tetanus Neonatorum dan maternal adalah 1)
pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin yang tinggi
dan merata; dan 3) surveilans.
Bila ibu hamil terpapar oleh bakteri atau spora tersebut, maka si ibu berisiko
terinfeksi. Infeksi juga bisa diperoleh dari pusar bayi baru lahir. Karena bakteri ini
tumbuh melalui luka dan biasanya terjadi saat proses pemotongan tali pusat yang
menggunakan alat-alat seperti gunting atau pisau yang tidak steril.
Para ibu yang sudah menerima vaksin selama masa kehamilan, sudah
memberikan perlindungan untuk bayinya yang tentu saja akan mengurangi risiko
terkena Tetanus. Perlindungan tersebut cukup untuk masa dua bulan setelah
kelahiran di mana bayi akan mendapat imunisasi kombinasi sebagai bagian dari
program rutin imunisasi pemerintah untuk mencegah Difteri, Batuk rejan, dan
Tetanus setelahnya.

89
Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia
subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari
kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan
cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4.
Dari Gambar 4.16 terlihat keadaan cakupan imunisasi TT2 selama enam
tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, bahkan cenderung menurun.
Cakupan terendah terjadi pada tahun 2007. Tahun 2008 sebanyak 42,85% ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT2 dengan cakupan tertinggi dicapai Nusa Tenggara Barat
dengan 80,89% dan terendah dicapai Kalimantan Timur dengan 4,08%.
GAMBAR 4.16
CAKUPAN TT2 PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
TAHUN 2003-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Beberapa langkah yang perlu segera dilakukan adalah sosialisasi ke seluruh


petugas lapangan agar mengacu pada kriteria Ante Natal Care (ANC) berkualitas
yang salah satunya dengan imunisasi TT dan semua sistem pencatatan dalam
pelaksanaan imunisasi TT WUS termasuk ibu hamil memakai sistem pencatatan
yang sama yaitu T1-T5.

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan
pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III
di rumah sakit, cakupan pelayanan gawat darurat, dan lain-lain.

1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit


Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari
berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan.
Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata
lama hari perawatan (Length of Stay/LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn
Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI),

90
persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase
pasien keluar yang meninggal >48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR).
Berdasarkan data Ditjen Pelayanan Medik, pemakaian tempat tidur BOR di
rumah sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya
walaupun belum mencapai angka ideal yang diharapkan (60-85%), yaitu berkisar
antara 55% – 57%. Namun pada tahun 2007 pemakaian tempat tidur meningkat
menjadi 65%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tempat tidur di
rumah sakit telah mencapai angka ideal.
GAMBAR 4.17
PENCAPAIAN BOR DAN BTO RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2003-2007

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI


Keterangan:
BOR = Bed Occupation Rate/persentase pemanfaatan tempat tidur
BTO = Bed Turn Over/rata-rata tempat tidur dipakai

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Berdasarkan data yang sama, pada
tahun 2007 angka BTO rumah sakit telah mencapai angka ideal, yaitu sebesar 44
kali. Perkembangan BOR dan BTO sejak tahun 2003 dapat dilihat pada Gambar
4.17.
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3
hari. Seperti halnya BOR dan BTO, pada tahun 2007 angka TOI rumah sakit di
Indonesia telah mencapai angka ideal, yaitu terdapat selang waktu 2,9 hari tempat
tidur tidak terisi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan tempat tidur
di rumah sakit telah memenuhi standar.
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar dari
rumah sakit. Nilai ideal GDR adalah < 45/1.000 pasien. Pada tahun 2007 angka GDR
di Indonesia sebesar 48,7 kematian per 1.000 pasien keluar rumah sakit.

91
NDR adalah angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1.000
pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada
faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien.
Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 masa perawatan, dianggap faktor
keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien
meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25/1.000 pasien. NDR sejak tahun 2003
hingga 2007 berada di bawah 25, pada tahun 2007 sebesar 23,6. Dengan demikian
NDR mencapai angka ideal.
LOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini di samping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari.
Pada tahun 2007 LOS sebesar 5 hari. Gambar 4.18 memperlihatkan selama tahun
2003-2007 angka LOS belum mencapai angka ideal.
GAMBAR 4.18
PENCAPAIAN NDR, GDR DAN LOS RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2003-2007

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI


Keterangan:
NDR = Net Death Rate (per 1.000 pasien keluar)
GDR = Gross Death Rate (per 1.000 pasien keluar)
LOS = Length of Stay rata-rata hari rawatan seorang pasien

2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat


Tujuan penyelenggaraan Jamkesmas yaitu untuk meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu
agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat menurunkan
angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta
penurunan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan
bagi masyarakat miskin umumnya. Program ini telah berjalan 4 tahun, dan telah

92
memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan
masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya yang disalurkan langsung ke
puskesmas. Pelayanan kesehatan di rumah sakit dikelola Departemen Kesehatan dan
pembayaran ke PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) langsung melalui kas negara.
Sejak tahun 2005 hingga 2008 sasaran Jamkesmas yaitu jumlah orang miskin
dan hampir miskin terus bertambah kecuali pada tahun 2008 dengan jumlah sasaran
sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 76,4 juta jiwa. Provinsi dengan jumlah sasaran
terbesar adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Gambar 4.19 berikut ini
menyajikan realisasi progrsm JPKM tahun 2005-2008.
GAMBAR 4.19
REALISASI PROGRAM JPKM
TAHUN 2005 – 2008

Sumber: Pusat PJK, Depkes RI

Dari 76,4 juta sasaran masyarakat miskin dan hampir miskin, 26,22 juta
memanfaatkan sarana kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit sebagai
pelayanan kesehatan. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya yang tidak lebih dari 7 juta jiwa. Mudahnya mendapatkan
pelayanan Jamkesmas bisa jadi meningkatkan pemanfaatan pelayanan Jamkesmas
oleh masyarakat miskin dan hampir miskin.
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Jamkesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Pemberi pelayanan
kesehatan dasar Jamkesmas adalah seluruh puskesmas dan jaringannya (pustu,
polindes/poskesdes, pusling) yang berjumlah 8.234 unit. Sedangkan pemberi
pelayanan kesehatan Jamkesmas tingkat lanjut pada tahun 2008 berjumlah 920
dengan rincian sebagai berikut: 56% rumah sakit pemerintah, 7% rumah sakit
TNI/POLRI, 33% rumah sakit swasta, dan 4% balai pengobatan seperti yang terlihat
pada Gambar 4.20.

93
GAMBAR 4.20
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN JAMKESMAS TINGKAT LANJUT
TAHUN 2008

Sumber: Pusat PJK, Depkes RI, 2009

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan provinsi
dengan jumlah PPK tertinggi untuk pelayanan tingkat lanjut, yaitu masing-masing
140, 115, dan 80 PPK. Besarnya jumlah PPK di tiga provinsi tersebut juga
disebabkan tingginya jumlah sasaran Jamkesmas. Jika di provinsi lain, jumlah
anggota masyarakat miskin dan hampir miskin kurang dari 5 juta jiwa, bahkan
beberapa di antaranya kurang dari 1 juta jiwa, namun di tiga provinsi tersebut
mencapai lebih dari 10 juta jiwa.

C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

1. Pengendalian Penyakit Polio

Pada tahun 1988, sidang ke 41 WHA (World Health Assembly) yang dihadiri
para menteri kesehatan dari negara-negara anggota WHO, telah menetapkan program
eradikasi Polio secara global (global polio eradication initiative) yang ditujukan
untuk mengeradikasi penyakit Polio pada tahun 2000. Kesepakatan ini diperkuat oleh
sidang World Summit for Children pada tahun 1989, di mana Indonesia turut
menandatangani kesepakatan tersebut. Eradikasi dalam hal ini bukan sekedar
mencegah terjadinya penyakit Polio, melainkan mempunyai arti yang lebih luas lagi,
yaitu menghentikan terjadinya transmisi virus Polio liar di seluruh dunia.
Pengertian Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus Polio liar
indigenous selama 3 tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan

94
surveilans AFP yang sesuai standar sertifikasi. Dasar pemikiran Eradikasi Polio
adalah:
1. Manusia satu-satunya reservoir dan tidak ada longterm carrier pada manusia.
2. Sifat virus polio yang tidak tahan lama hidup di lingkungan.
3. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas > 90% dan mudah dalam
pemberian.
4. Layak dilaksanakan secara operasional.
Di Indonesia, selama 10 tahun terakhir tidak ditemukan kasus AFP yang
disebabkan virus Polio liar. Surveilans AFP di Indonesia dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 1995. Pencapaian kinerja sampai tahun 2002 berfluktuasi, namun
sejak adanya tenaga khusus (surveillance officer) di tingkat provinsi, kinerja
menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui
gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans
epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)
kelompok umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan
adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan
spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP
pada penduduk <15 tahun selama tahun 2003 – 2008, secara nasional diperoleh
gambaran seperti terlihat pada Gambar 4.21 berikut ini.
GAMBAR 4.21
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

95
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans,
akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus
Polio liar yang menyerang masyarakat. Gambar 4.21 menunjukkan bahwa persentase
spesimen adekuat yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio semakin meningkat,
dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili
kondisi di lapangan.
Sejak tahun 2003, kinerja surveilans AFP terus mengalami peningkatan.
WHO menetapkan target untuk non Polio AFP rate sebesar ≥ 2,5 per 100.000 anak
umur < 15 tahun. Sedangkan untuk standar spesimen adekuat adalah >80%, artinya
minimal 80% spesimen tinja penderita harus sesuai dengan persyaratan yaitu diambil
≤ 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0-8ºC sampai di laboratorium.
Dengan demikian sejak tahun 2003 hingga 2008 spesimen adekuat telah sesuai
standar WHO, kecuali pada tahun 2006 yaitu 79,10%.
Provinsi yang telah memenuhi target non polio AFP rate ≥ 2,5 per 100.000
anak umur < 15 tahun dan spesimen adekuat sesuai standar WHO sebanyak 18
provinsi. Provinsi-provinsi yang telah memenuhi standar kedua variabel tersebut
dapat dilihat pada Gambar 4.22 berikut ini.

GAMBAR 4.22
PENEMUAN KASUS AFP BERDASARKAN SPESIMEN ADEKUAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

Tahun 2005, sistem surveilans AFP di Indonesia berhasil mendeteksi kasus


virus Polio liar impor dari negara di Timur Tengah. Tahun 2008, berdasarkan
surveilans AFP kasus Polio liar sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia.

2. Pengendalian TB-Paru
Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah: 1) menurunkan insidens TB
Paru pada tahun 2015; 2) menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat
TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990; 3)
sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS

96
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru
dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan 4)
sedikitnya 85% tercapai succes rate.
Pengembangan Program Pengendalian Penyakit TB Paru dengan strategi
DOTS sampai tahun 2008 telah dilaksanakan di seluruh provinsi, di 462
kabupaten/kota yang ada. Secara kuantitatif, DOTS telah dilaksanakan di 8.088
puskesmas (94,7%) dari 8.548 puskesmas. Untuk pelaksanaan DOTS di Balai
Pengobatan Penyakit Paru Provinsi (BP4)/ Rumah Sakit TB Paru (RSTP) sudah
mencapai 41 BP4 dan RSTP (65%) dari 63 BP4 dan RSTP. Sedangkan untuk rumah
sakit, sebanyak 563 (38,1%) dari 1.478 rumah sakit yang melaksanakan program
DOTS. Pelaksanaan pengendalian penyakit TB Paru sampai tahun 2008 telah dapat
menurunkan insidens kasus menular dari 130/100.000 penduduk (WHO-1995)
menjadi 101/100.000 penduduk.
DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan
pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses
penyembuhan TB Paru dapat berlangsung secara cepat. DOTS menekankan
pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obatnya secara
teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS memberikan
angka kesembuhan yang tinggi, dapat mencapai angka 95%. Strategi DOTS
direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB Paru.
Strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu:
1) Adanya komitmen politis dari pemerintah untuk bersungguh-sungguh
menanggulangi TBC.
2) Diagnosis penyakit TBC melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3) Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka pendek, diawasi secara
langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat).
4) Tersedianya paduan obat anti-TBC jangka pendek secara konsisten.
5) Pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TBC sesuai standar.
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TBC, setiap tahunnya semakin
menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita
yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun.
Gambar 4.23 memperlihatkan persentase penemuan suspek terhadap jumlah
perkiraan kasus TB Paru dan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru
selama tahun 2001-2008. Selama tahun 2001-2008 persentase penemuan suspek
terhadap jumlah perkiraan kasus TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan
terendah pada tahun 2001.

97
GAMBAR 4.23
PROPORSI SUSPEK TERHADAP PERKIRAAN KASUS TB PARU DAN
BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK
TAHUN 2001-2008

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes


Menurut standar, persentase BTA+ diperkirakan 10% dari suspek yang
diperkirakan di masyarakat dengan nilai yang ditoleransi antara 5-15%. Dengan
demikian, sejak tahun 2001-2008 persentase BTA+ terhadap suspek masih dalam
batas yang ditolerir. Berarti, petugas kesehatan mampu mendiagnosis kasus BTA+
sesuai standar.
Gambar 4.24 memperlihatkan kecenderungan angka penemuan kasus baru
(Case Detection Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Selama
tahun 2000-2008, angka CDR mengalami peningkatan yang berarti dari 20% pada
tahun 2000 menjadi 72,82% pada tahun 2008. CDR tertinggi terjadi pada tahun 2006
sebesar 75,7%. Target dunia CDR sebesar 70%. Dengan demikian pada tahun 2006
dan tahun 2008 Indonesia telah mampu mencapai target tersebut, walaupun pada
tahun 2007 sedikit menurun berada di bawah target.

98
GAMBAR 4.24
PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN
KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2000-2008

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI


Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan
dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Angka keberhasilan pengobatan
semenjak 2000-2008 terlihat fluktuatif dengan kisaran 86% (pada tahun 2001 dan
2002) sampai 91% (pada tahun 2005 dan 2006). Namun semenjak tahun 2000,
Indonesia telah mencapai target keberhasilan pengobatan (85%).
Berdasarkan standar WHO, angka keberhasilan pengobatan penderita TB
Paru minimal 85%. Angka keberhasilan pengobatan penderita pada tahun 2008
mencapai 91,02%, dengan kisaran antara 60% (Papua) sampai 99% (Gorontalo).
Gambar 4.27 memperlihatkan sebanyak 27 provinsi di Indonesia telah mencapai
target.
GAMBAR 4.26
ANGKA KEBERHASILAN (SUCCESS RATE) PENGOBATAN
PENDERITA TB PARU BTA+ PER PROVINSI TAHUN 2007

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

99
3. Pengendalian Penyakit ISPA
ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya. Antara 40% - 60% dari kunjungan di puskesmas adalah karena penyakit
ISPA. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena Pneumonia dan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan.
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu Pneumonia dan yang bukan Pneumonia. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu Pneumonia berat dan Pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan Pneumonia. Etiologi dari sebagian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus
mendapat antibiotik.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang
ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan
kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.
Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita Pneumonia pada balita
hingga saat ini masih belum mencapai target, seperti tampak pada Gambar 4.27 di
bawah ini.
GAMBAR 4.27
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA DI INDONESIA
TAHUN 2005 – 2008

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

100
Cakupan penemuan penderita Pneumonia tetap rendah sejak tahun 2005
hingga 2008, bahkan cenderung menurun. Hambatan yang ditemui dalam
meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia balita di puskesmas yaitu:
a. Tenaga terlatih tidak melaksanakan MTBS/Tatalaksana Standar ISPA di
puskesmas.
b. Pembiayaan (logistik dan operasional) terbatas.
c. Pembinaan (bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secara berjenjang masih
sangat kurang.
d. ISPA merupakan pandemi yang dilupakan/tidak prioritas sedangkan masalah
ISPA merupakan masalah multisektoral.
e. Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan
yang tidak terlatih.
Pada Gambar 4.28 memperlihatkan data cakupan penemuan Pneumonia pada
balita menurut provinsi belum ada yang mencapai target nasional yaitu 76%, tetapi
ada provinsi yang dengan cakupan yang jauh lebih tinggi dari provinsi lainnya, yaitu
NTB (56,60%) dan Jawa Barat (41,63%). Rata-rata cakupan secara nasional baru
mencapai 19,19%.
GAMBAR 4.28
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009

4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS


Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit
HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga
diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang
dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap
darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular
Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan
suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan

101
penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.
Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS selama lima tahun terakhir menunjukkan
peningkatan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
TABEL 4.4
PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS DI INDONESIA
TAHUN 2003 – 2008
Pengidap HIV Penderita AIDS Penderita AIDS Meninggal
Tahun
Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif
2003 168 2.720 316 1.487 261 479
2004 649 3.369 1.195 2.682 361 740
2005 875 4.244 2.638 5.321 592 1.332
2006 986 5.230 2.873 8.194 539 1.871
2007 836 6.066 2.947 11.141 498 2.369
2008 4.969 16.110 993 3.362
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Case rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2008
adalah 7,12 per 100.000 penduduk. Case rate kumulatif kasus AIDS tertinggi
dilaporkan dari Provinsi Papua (129,35), Bali (33,75), dan DKI Jakarta (30,52).
Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah ”window
periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini
menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping
dilakukan pengobatan, yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan
lebih lanjut.

5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan
kejadian luar biasa di Indonesia.
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu: 1)
peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor; 2) diagnosis dini dan
pengobatan dini; dan 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit
DBD. Upaya pemberantasan vektor ini yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) dan pemeriksaan jentik berkala. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat
diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Kegiatan PSN dilakukan
dengan cara “3M”, yaitu: 1) menguras tempat-tempat penampungan air; 2) menutup
tempat penampungan air; dan 3) mengubur barang-barang bekas yang dapat
menampung air. Sedangkan pemeriksaan jentik berkala dilakukan oleh kader PKK
dan juru pemantau jentik (Jumantik).

102
Tabel 4.5 memperlihatkan pencapaian target indikator program P2DBD
selama dua tahun terakhir, yaitu tahun 2007 sampai tahun 2008. Angka Bebas Jentik
selama tahun 2007-2008 belum berhasil mencapai target (>95%). Begitu pula dengan
persentase kejadian DBD yang ditangani sesuai standar, belum mencapai target
(80%). Indikator pencapaian program P2DBD tahun 2007-2008 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
TABEL 4.5
INDIKATOR PROGRAM P2DBD DAN PENCAPAIAN TARGET 2007-2008
2007 2008
INDIKATOR Target Realisasi Target Realisasi
Persentase Rumah/ Bangunan Bebas > 95 84 > 95 82,6
Jentik (%)
Persentase Kejadian DBD ditangani 80 50 80 -
sesuai Standard (%)
Angka Kesakitan DBD < 20 71,78 < 20 60,06
(per 100.000 pddk)
Angka Kematian DBD (%) <1 1,01 <1 0,86

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sejak tahun 2004 telah diperkenalkan suatu metode komunikasi/


penyampaian informasi/pesan yang berdampak pada perubahan perilaku dalam
pelaksanaan PSN melalui pendekatan sosial budaya setempat yaitu Metode
Communication for Behavioral Impact (COMBI). Pada tahun 2007 pelaksanaan PSN
dengan metode COMBI telah dilaksanakan di beberapa kota antara lain Jakarta
Selatan, Jakarta Timur, Padang dan Yogyakarta; sedangkan pada tahun 2008
dilaksanakan di 5 kota, yaitu Jakarta Selatan, Bandung, Tangerang, Semarang dan
Surabaya. Kegiatan PSN dengan metode pendekatan COMBI tersebut menjadi salah
satu prioritas kegiatan dalam program P2DBD di masa yang akan datang.

6. Pengendalian Penyakit Malaria


Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Dari
seluruh daerah, 73,6% merupakan daerah endemis Malaria dengan hampir separuh
(45%) penduduk Indonesia berisiko tertular Malaria. Meningkatnya jumlah penderita
Malaria dan terjadinya Kejadian Luar Biasa Malaria sangat berkaitan erat dengan
beberapa hal sebagai berikut: 1) adanya perubahan lingkungan yang berakibat
meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria; 2) mobilitas penduduk yang
cukup tinggi; 3) perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari
musim kemarau; 4) krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan dampak pada
daerah-daerah tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk
sehingga lebih rentan untuk terserang Malaria; 5) tidak efektifnya pengobatan karena
terjadi Plasmodium falciparum resisten klorokuin dan meluasnya daerah resisten;
dan 6) menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya
penanggulangan Malaria secara terpadu.

103
Eliminasi penyakit Malaria memiliki tujuan berikut:
Tujuan Umum
• Pembebasan DKI Jakarta, Bali, Barelang Binkar: 2010
• Pembebasan Jawa, NAD, Kepulauan Riau: 2015
• Pembebasan Sumatera, NTB, Kalimantan, Sulawesi: 2020
• Pembebasan Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara: 2030
Tujuan Khusus2
1. Tahun 2010 jumlah desa dengan positif Malaria ≥ 5 per 1.000 penduduk
menurun 50%.
2. Tahun 2010 semua kabupaten/kota mampu melakukan pemeriksaan sediaan
darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau.
3. Tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan intensifikasi dan
integrasi dalam pengendalian Malaria.
Penduduk yang menggunakan cara pencegahan terhadap Malaria diketahui
berdasarkan survei penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk
memerangi Malaria dengan kelambu. Pada tahun 2005 diketahui sebesar 1% dan
pada tahun 2006 berdasarkan survei yang dilaksanakan di Alor, Sumba Barat, Flores
Timur dan beberapa kabupaten di wilayah Sumatera rata-rata sebesar 24%. Bila
dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka angka tersebut masih lebih
kecil di mana pada tahun 2006 targetnya adalah sebesar 60%, sedangkan untuk tahun
2007 tidak dilakukan survey. Pada tahun 2008 berdasarkan survey yang dilakukan di
NAD, Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan) serta di 5 provinsi wilayah
timur diketahui bahwa persentase penduduk yang menggunakan kelambu yaitu pada
balita rata-rata sebesar 86,7% dan pada ibu hamil sebesar 87,75%. Target dan
realisasi persentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif
untuk memerangi Malaria selama tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Gambar 4.29
berikut ini.
GAMBAR 4.29
PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN CARA PENCEGAHAN EFEKTIF
UNTUK MEMERANGI MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2005-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

104
Penderita Malaria yang diobati merupakan persentase penderita tersangka
Malaria dan/atau positif Malaria yang datang ke sarana kesehatan, diobati sesuai
pengobatan standar dalam kurun waktu 1 tahun.
Persentase penderita Malaria yang diobati sejak tahun 2003 hingga 2008
sebesar 100%, berarti semua penderita tersangka Malaria dan/atau positif Malaria
yang datang ke sarana kesehatan diobati sesuai pengobatan standar. Realisasi
pengobatan penderita tersangka Malaria dan/atau positif Malaria yang datang ke
sarana kesehatan sudah mencapai target seperti yang diperlihatkan Gambar 4.30
berikut ini.
GAMBAR 4.30
TARGET DAN PERSENTASE PENGOBATAN MALARIA
TAHUN 2003 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua penderita klinis


Malaria dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya. Konfirmasi laboratorium 100%
telah dilakukan di Jawa Bali. Secara keseluruhan di Indonesia selama periode tahun
2004 – 2008 persentase pemeriksaan sediaan darah dibandingkan kasus Malaria
klinis mengalami peningkatan yang bermakna yaitu pada tahun 2004 sebesar 48%
sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 71% seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4.31 di bawah ini.

105
GAMBAR 4.31
PENCAPAIAN KONFIRMASI LABORATORIUM/MIKROSKOP MALARIA
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

7. Pengendalian Penyakit Kusta


Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus penyakit Kusta,
digunakan angka proporsi cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat
terlihat). Tingginya proporsi cacat tingkat II menunjukkan keterlambatan dalam
penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja petugas yang rendah dalam
menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah.
Penderita cacat tingkat II selama tahun 2004-2007 relatif stabil (8,6%-8,7%),
namun pada tahun 2008 terjadi sedikit kenaikan yaitu 9,6% seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 4.6. Proporsi cacat tingkat II hingga tahun 2008 belum
mencapai target program (<5%). Hal ini berarti penularan masih terjadi di
masyarakat dan kasus ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita
sudah mengalami cacat tingkat II.
TABEL 4.6
HASIL PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU (CDR)
DAN PENDERITA CACAT TINGKAT II DI INDONESIA TAHUN 2004 - 2008
Suspek Positif Penderita Cacat
Tahun CDR Tingkat II (%)
PB MB

2004 3.615 12.957 7,8 8,6


2005 4.056 15.639 8,9 8,7
2006 3.550 14.750 8,3 8,6
2007 3.643 14.083 7,8 8,6

2008 3.113 14.328 7,3 9,6


Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller, CDR = Case Detection Rate

106
8. Pengendalian Penyakit Filariasis
Di Indonesia penyakit Filariasis (penyakit kaki gajah) tersebar luas hampir di
seluruh provinsi. Program eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan
global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic
Filariasis as a Public Health Problem the year 2020” yang merupakan realisasi dari
resolusi WHA (World Health Assembly) pada tahun 1997.
Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
a. Pengobatan massal (Mass Drug Administration/MDA) kepada semua penduduk
di kabupaten endemis Filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna
memutuskan rantai penularan.
b. Tatalaksana kasus klinis Filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
Implementation Unit (IU) yang digunakan dalam program eliminasi Filariasis
sejak tahun 2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam
program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun
pengobatan massal. Bila sebuah kabupaten/kota sudah endemis Filariasis, maka
sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk di kabupaten/kota tersebut.
Semua penduduk harus minum obat, tetapi pengobatan untuk sementara ditunda
bagi: anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita
kronis Filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwashiorkor.
Target dan pencapaian pengobatan massal Filariasis tahun 2003-2008 dapat dilihat
pada Gambar 4.32 berikut ini.
GAMBAR 4.32
REALISASI PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Kegiatan penatalaksanaan kasus kronis Filariasis mulai tahun 2005–2008


terlihat adanya peningkatan. Pada tahun 2005 kasus kronis yang ditangani sebanyak
1.461 (21%), sedangkan pada tahun 2008 menjadi 4.695 kasus (40,13%). Diharapkan

107
pada tahun-tahun selanjutnya kasus kronis Filariasis yang mendapat tatalaksana
sesuai standar meningkat hingga mencapai target yaitu 90%.
Sejak tahun 2005 terjadi peningkatan persentase kabupaten/kota yang
melaksanakan pengobatan massal (MDA) setiap tahunnya, yaitu dari 13,25%
kabupaten/kota di antara 234 kabupaten/kota endemis pada tahun 2005 menjadi
30,70% kabupaten kota yang melaksanakan pengobatan massal pada tahun 2008.
Begitu pula dengan persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pengobatan
massal seluas kabupaten/kota juga mengalami peningkatan pesat selama 4 tahun
terakhir, dari 9,68% pada tahun 2005 menjadi 53,61% pada tahun 2008.

GAMBAR 4.33
PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2005-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Belum semua kabupaten/kota yang dapat melakukan pengobatan massal


dengan sasaran seluruh penduduknya, disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya
adalah karena besarnya biaya operasional yang harus disediakan serta belum semua
pemerintah daerah mempunyai komitmen untuk melakukan pengobatan massal
Filariasis tersebut. Padahal biaya operasional menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah baik kabupaten/kota maupun provinsi, sedangkan pengadaan obat merupakan
tanggung jawab pemerintah pusat. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya
koordinasi dan komitmen dari pemerintah daerah maupun pusat serta mengupayakan
bantuan luar negeri untuk membantu daerah dalam penyediaan biaya operasional
pengobatan massal. Jumlah pengobatan massal Filariasis dapat dilihat pada Gambar
4.34 berikut ini.

108
GAMBAR 4.34
JUMLAH PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2004 - 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2008, target pengobatan massal adalah sekitar 29,7 juta penduduk,
sedangkan realisasinya adalah sekitar 12,3 juta (41,34%). Walaupun cakupan MDA
terlihat meningkat namun jika dibandingkan dengan target yang juga terus meningkat
setiap tahunnya, persentase pengobatan penduduk yang meminum obat Filariasis
sejak tahun 2004 cenderung menurun yaitu dari 86,85% pada tahun 2004 menjadi
41,34% pada tahun 2008.

9. Pengendalian Penyakit Avian Influenza


Upaya pencegahan penularan Avian Influenza (AI) dilakukan dengan cara
menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa
tindakan seperti:
− Mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan
sesudah melakukan suatu pekerjaan;
− Melaksanakan kebersihan lingkungan;
− Melakukan kebersihan diri;
− Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna
unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata khusus);
− Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditata
laksana dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber
penularan bagi orang di sekitarnya;
− Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan;
− Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan;
− Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 80o Celcius
selama satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 64o Celcius selama
lima menit.

109
Dari Gambar 4.35 dapat dilihat bahwa sebanyak 28% penderita Avian
Influenza berobat ke klinik swasta dan 18% ke bidan/mantri sebelum ke
pelayanan kesehatan yang lebih lengkap baik sarana maupun prasarananya.
Dengan demikian sosialisasi penatalaksanaan kasus yang meliputi identifikasi
kasus dan rujukan kasus AI ke RS rujukan saat ini adalah prioritas program
penatalaksanaan kasus AI.
GAMBAR 4.35
SARANA KESEHATAN PERTAMAKALI YANG DIKUNJUNGI
OLEH KASUS KONFIRMASI AI DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Upaya-upaya yang sudah dilakukan dalam Penguatan Surveilans Avian


Influenza:
1. Pelatihan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB khususnya AI untuk Tim
Gerak Cepat (TGC) tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
a. TGC provinsi: sudah dilatih 28 provinsi (sebanyak 5 regional), dan 5 provinsi
yang tersisa akan dilatih pada awal tahun 2009.
b. TGC kabupaten/kota: sudah dilatih sebanyak 345 kabupaten/kota, dan yang
lain sedang dalam proses pengusulan proposal pendanaan ke WHO.
2. Pertemuan review TGC provinsi sudah dilakukan sekali, untuk membahas
perkembangan TGC yang sudah dilatih.
3. Pelatihan District Surveillance Officer (DSO)/ petugas surveilans kabupaten/kota
untuk 90 kabupaten/kota di 9 provinsi, yaitu Banten, DI Yogyakarta, Bali,
Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara dan DKI
Jakarta. Masing-masing kabupaten/kota mempunyai 2 orang DSO yang
bekerjasama dengan PDSR (Participatory District Surveillance and Response)
dari sektor peternakan. DSO – PDSR ini merupakan focal point pelaksana
surveilans integrasi AI di wilayah masing-masing, dengan harapan deteksi dini
kasus dan berbagi informasi dapat ditingkatkan.
4. Pertemuan review DSO (Agustus 2008), yang dihadiri oleh DSO dan
kasubdin/kasi untuk membahas permasalahan DSO di lapangan dan peningkatan
kinerja DSO ke depan.
5. Assessment terhadap DSO dan TGC yang dilakukan oleh tim eksternal yaitu
WHO. Assessment dilakukan di 6 provinsi dan 2 kabupaten/kota di masing-

110
masing provinsi tersebut. Hasil dari assessment tersebut secara garis besar adalah
bahwa TGC dan DSO sudah melakukan respon terhadap kasus-kasus AI, namun
perlu ditingkatkan untuk penyakit potensial KLB lainnya. Juga diperlukan
adanya perbaikan terhadap sistem manajemen data DSO, pelatihan penyegaran
untuk DSO dan TGC.
6. Masing-masing provinsi pilot secara berkala juga melakukan pertemuan review
DSO dan petugas teknis dari pusat (subdit surveilans) juga terlibat di dalam
pertemuan tersebut. Pertemuan dimaksudkan untuk mereview kegiatan-kegiatan
DSO, koordinasi dengan sektor peternakan dan berbagi informasi serta
pengalaman antar DSO dalam melaksanakan tugas dan memecahkan masalah di
lapangan. Dalam pertemuan ini juga disampaikan umpan balik dari pusat maupun
provinsi tentang laporan yang DSO kirimkan.
7. Penyelidikan epidemiologi terhadap kasus-kasus yang dianggap perlu dibantu
penyelidikan oleh pusat, sekaligus on the job training.
8. Sosialisasi tentang surveilans AI integrasi pada pertemuan-pertemuan teknis di
tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.
9. Beberapa analisis dari laporan DSO dan kinerja DSO.

10. Surveilans Vektor


Salah satu hal yang senantiasa harus diperhatikan dalam pengendalian vektor
adalah monitoring resistensi vektor terhadap insektisida yang dipergunakan oleh
berbagai kalangan, seperti instansi pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan
kabupaten/kota dan jajarannya sebagai unit pelaksana kegiatan pengendalian vektor
di lapangan. Di samping itu UPT pusat yang berada di daerah seperti Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) termasuk salah satu instansi yang melakukan
pengendalian vektor dan binatang pengganggu lainnya secara rutin.
Keberadaan perusahaan pest control yang jumlahnya cukup banyak baik yang
terdaftar resmi maupun yang belum terdaftar, melakukan pengendalian vektor dan
serangga pengganggu pada umumnya menggunakan insektisida sebagai metode yang
paling sering dipergunakan untuk menurunkan populasi vektor.
Penggunaan insektisida rumah tangga merupakan permasalahan tersendiri
yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Insektisida rumah tangga yang dijual bebas di
pasaran serta penggunaannya di masyarakat yang tidak terpantau akan lebih
mempercepat terjadinya resistensi.
Pengendalian vektor saat ini memang identik dengan penggunaan insektisida,
meskipun upaya pengendalian dengan metode lain juga perlu dipertimbangkan.
Dengan kondisi seperti itu, maka pengawasan atau monitoring terhadap penggunaan
insektisida dan dampaknya perlu dilakukan agar hasilnya tetap efektif dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan.

111
A. Indikator Program Pengendalian Vektor

Pencapaian target indikator program pengendalian vektor sampai dengan


tahun 2008 seperti terlihat pada Tabel 4.7. Masih banyak indikator yang belum
mencapai target yang telah ditentukan. Ada beberapa faktor atau kendala yang bisa
menjadi alasan. Pertama dari sisi pembiayaan yang sering tidak terealisasi sampai
akhir tahun karena tidak dapat dicairkan, faktor kedua yaitu indikator tersebut bukan
hanya menjadi tugas dan fungsi dari Subdit Pengendalian Vektor tetapi juga tugas
dan tanggung jawab dari instansi lainnya (lintas program dan lintas sektor di pusat
dan daerah).
TABEL 4.7
PENCAPAIAN PROGRAM SUBDIT PENGENDALIAN VEKTOR
PER JENIS INDIKATOR SAMPAI DENGAN TAHUN 2008
No Jenis Indikator Satuan Target Realisasi
1 Persentase kabupaten endemis (tertular) penyakit % 40 38,64
bersumber binatang yang mempunyai tenaga teknis
2 Persentase kabupaten yang melaksanakan kegiatan % 30 27,95
pemberantasan vector Malaria berdasarkan data
vektor dan dinamika penularan Malaria
3 Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan uji % 60 35,68
kerentanan vektor
4 Persentase provinsi yang melaksanakan pemetaan % 70 7,27
vektor Malaria
5 Persentase kabupaten/kota yang melakukan uji % 5 2,73
efikasi terhadap insektisida yang digunakan
6 Persentase kabupaten/kota endemis Malaria yang % 25 27,5
dilakukan evaluasi terhadap mutu pengendalian
vektor
7 Persentase kab/kota endemis DBD yang dilakukan % 25 27,5
evaluasi terhadap mutu pengendalian vektor
8 Persentase kabupaten/kota yang positif jentik Aedes % 1,36
aegypty ( House Index/H I < 5%)
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

B. Insektisida
Pengendalian vektor dilakukan dengan berbagai macam cara/metode seperti
pengendalian secara fisik, biologis, kimiawi, dan bentuk pengendalian vektor yang
dianjurkan sekarang adalah pengendalian secara terpadu atau yang lebih dikenal
dengan Integrated Vector Control.
Dalam kondisi tertentu jumlah populasi vektor meningkat tajam dan kasus
meningkat secara signifikan. Perlu adanya upaya-upaya untuk menurunkan populasi
vektor secara cepat dan penggunaan bahan insektisida merupakan pilihan yang tidak
bisa dihindarkan. Berikut ini data insektisida yang disetujui WHO untuk
pengendalian nyamuk dewasa dengan jenis yang terbatas untuk kurun waktu 15
tahun seperti yang terlihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.

112
TABEL 4.8
JENIS INSEKTISIDA YANG DISETUJUI WHO
UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK

Tahun Jenis Insektisida


1940 - 45 DDT
1946 - 50 Lindane
1951 - 55 Malathion
1956 - 60
1961 - 65 Fenitrothion Propoxur
1966 - 70 Chlorpyrifos-methyl
1971 - 75 Pirimiphos-methyl Bendiocarb Permethrin
1976 - 80 Cypermetrin
1981 - 85 Alpha-cypermethrin Cyfluthrin
Lambda-cyhalothrin Deltamethrin Bifenthrin
1986 - 90 Etofenprox
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Keterangan:
Organochlorines Carbamates
Organophosphates Pyrethroids

C. Monitoring Resistensi
Penggunaan insektisida secara terus menerus di suatu wilayah tertentu akan
dapat menyebabkan resistensi terhadap spesies sasaran. Untuk mencegah terjadinya
resistensi vektor terhadap insektisida diperlukan kebijakan penggunaan insektisida
sesuai dengan standar yang berlaku.
Untuk memastikan status kerentanan vektor perlu dilakukan pemantauan
vektor di berbagai wilayah dengan institusi lain di bawah Departemen Kesehatan
maupun perguruan tinggi. Berikut ini gambaran resistensi Aedes aegypti terhadap
malathion 0,8 % di berbagai wilayah.
GAMBAR 4.36
RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP MALATHION 0,8%
DI INDONESIA SAMPAI DENGAN TAHUN 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

113
Monitoring resistensi juga dilakukan terhadap vektor Malaria terhadap
beberapa jenis insektisida yang digunakan. Hasil uji resistensi beberapa spesies
vektor Malaria terhadap Lamda cihalothrin, Bendiocarb 0,1 % dan Deltametrin
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.37 berikut ini.
GAMBAR 4.37
MONITORING RESISTENSI VEKTOR MALARIA
DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani
permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah
dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada
kelompok masyarakat antara lain kekurangan Vitamin A dan anemia gizi besi.

1. Pemberian Kapsul Vitamin A


Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (esensial) bagi manusia, karena
zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin
A dapat diperoleh tubuh melalui bahan makanan antara lain bayam, daun singkong,
pepaya matang, ASI, bahan makanan yang diperkaya dengan Vitamin A, dan kapsul
Vitamin A dosis tinggi.
Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih
penting lagi Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup
mendapat vitamin A, bila terkena Diare, Campak atau penyakit infeksi lain, maka
penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak
membahayakan jiwa anak.
Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan peranan Vitamin A dalam
menurunkan angka kematian, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya

114
Vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber Vitamin A melalui
proses Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman
dan berkelanjutan. Namun seringkali penyuluhan tidak akan segera memberikan
dampak nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi Vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh
sebab itu penanggulangan kekurangan Vitamin A saat ini masih bertumpu pada
pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi.
Kelompok sasaran pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi yaitu bayi, anak
balita, dan ibu nifas.
1. Bayi
Kapsul Vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6-11
bulan) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak pada
bulan Februari dan Agustus.
2. Anak Balita
Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur 1-4
tahun) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak pada
bulan Februari dan Agustus.
3. Ibu Nifas
Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (nifas)
sehingga bayinya akan memperoleh Vitamin A yang cukup melalui ASI.
Diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
Pemberian kapsul Vitamin A menurut sasaran tahun 2008 dapat dilihat pada
Gambar 4.38 berikut.
GAMBAR 4.38
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
MENURUT SASARAN DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2009

Selain 3 kelompok di atas, ada kejadian tertentu yang harus segera diberikan
kapsul Vitamin A, yaitu:

115
a. Xerophthalmia; dengan tanda-tanda buta senja, bercak putih (bercak bitot), mata
keruh atau kering. Pemberian Vitamin A dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
• Saat ditemukan: segera diberi 1 (satu) kapsul Vitamin A 200.000 SI;
• Hari berikutnya: 1 (satu) kapsul Vitamin A 200.000 SI;
• 4 (empat) minggu berikutnya: 1 (satu) kapsul Vitamin A 200.000 SI.
b. Campak
Anak yang menderita campak, segera diberi satu kapsul Vitamin A 200.000 SI.
Untuk bayi diberi satu kapsul Vitamin A 100.000 SI.

2. Pemberian Tablet Besi


Anemia gizi merupakan masalah kesehatan yang ikut berperan sebagai
penyebab tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, produktivitas kerja,
prestasi olahraga dan kemampuan belajar. Oleh karena itu, penanggulangan anemia
gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, yang telah dilaksanakan pemerintah sejak Pembangunan Jangka Panjang I.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi
terutama anemia akibat kekurangan zat besi (Fe). Hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT)/Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada Gambar 4.39. Terjadi penurunan yang signifikan terhadap
persentase anemia pada ibu hamil, dari 73,3% pada tahun 1986 (SKRT) menjadi
24,5% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007).
GAMBAR 4.39
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDERITA ANEMIA DI INDONESIA
TAHUN 1986-2007

Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, dan Balitbangkes, Depkes RI

Untuk menentukan apakah seseorang menderita anemia atau tidak, umumnya


digunakan nilai-nilai batas normal yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 736a/Menkes/XI/1989, yaitu :

116
− Hb laki-laki dewasa: >13 g/dl
− Hb perempuan dewasa: >12 g/dl
− Hb anak-anak: >11 g/dl
− Hb ibu hamil: >11 g/dl
Seseorang dikatakan anemia bila kadar Hb-nya kurang dari nilai baku tersebut di
atas.
Kurangnya asupan zat besi (Fe) yang adekuat mengakibatkan timbulnya
penyakit anemia gizi. Gejala yang tampak jika kadar Hb di bawah 11 g/dl adalah
pucat, lesu, letih, lemah dan terjadinya pendarahan.
Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah masih relatif
tingginya prevalensi anemia ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya adalah
kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga
anemia yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi. Keadaan kekurangan besi
pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik
pada sel tubuh maupun sel otak pada janin. Pada ibu hamil dapat mengalami
keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan
sebelum serta pada waktu melahirkan, dan pada anemia berat dapat menimbulkan
kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak
dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas.
Gambar 4.40 memperlihatkan kecenderungan cakupan pemberian Fe1 dan
dan Fe3 sejak 2003 yang cenderung menurun pada tahun 2008.
GAMBAR 4.40
CAKUPAN PEMBERIAN Fe1 DAN Fe3 PADA IBU HAMIL
DI INDONESIA TAHUN 2003-2008

Sumber: Dit.Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Pada tahun 2008 cakupan pemberian Fe3 (90 tablet) sebesar 48% dengan
rentang antar provinsi 20% di Maluku sampai 86% di Kepulauan Bangka Belitung.
Cakupan pemberian Fe3 pada ibu hamil menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar
4.41 berikut ini.

117
GAMBAR 4.41
CAKUPAN PEMBERIAN FE3 PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008

Sumber: Dit.Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes, 2009

Mengingat dampak anemia tersebut di atas yang dapat menurunkan kualitas


sumber daya manusia di Indonesia, maka perlu penanggulangan kekurangan zat besi
pada ibu hamil dengan segera. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia mulai
menerapkan suatu program penambahan zat besi sekitar dua puluh tahun yang lalu.
Program ini dilaksanakan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur
memeriksakan diri ke puskesmas atau posyandu selama masa kehamilannya. Tablet
besi dibagikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil secara gratis.

E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA


Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana
lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari
kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan
lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak di laut; sedangkan bencana alam terjadi
sebagai akibat aktivitas lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa bumi,
gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya
sulit diprediksi.
Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penanggulangan Krisis Depkes,
sepanjang tahun 2008 tercatat 456 kali kejadian bencana yang mengakibatkan krisis
kesehatan dan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jenisnya pun beraneka
ragam seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kecelakaan industri dan
konflik sosial. Beberapa di antaranya merupakan bencana besar yang menyebabkan
puluhan korban jiwa dan ratusan bahkan ribuan korban luka-luka serta adanya
pengungsi.

118
Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan frekuensi 42%
dari seluruh kejadian bencana. Jenis kejadian bencana lain yang juga sering terjadi
berturut-turut yaitu tanah longsor (17%) dan angin puting beliung (14%). Frekuensi
banjir yang tinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan November-Desember. Angka
kematian tertinggi diakibatkan tanah longsor yaitu sebanyak 103 jiwa. Kemudian
disusul akibat banjir yang menelan 58 korban meninggal.
Jumlah pengungsi tertinggi pada tahun 2008 diakibatkan oleh bencana banjir
sebanyak 303.277 jiwa, banjir bandang 23.075 jiwa dan gempa bumi 10.747 jiwa.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.30
Demikian gambaran mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai
dengan tahun 2008.

***

119
i

BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam


penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan
menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan
kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang digambarkan dalam bab ini meliputi: puskesmas, rumah
sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi farmasi, alat
kesehatan, serta institusi pendidikan tenaga kesehatan.

1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan terintegrasi dengan peran dan fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan
berwawasan kesehatan; 2) pusat penggerakan peran serta masyarakat; dan 3) pusat
pelayanan kesehatan dasar.
Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2008 adalah sebanyak
8.548 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.438 unit dan puskesmas non
perawatan sebanyak 6.110 unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui
keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000
penduduk. Dalam kurun waktu 2004 hingga 2008, rasio ini menunjukkan adanya
peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2004 sebesar 3,48, pada
tahun 2008 meningkat menjadi 3,74, seperti terlihat pada Gambar 5.1 berikut ini.

98
GAMBAR 5.1
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2004-2008

Sumber : Ditjen Bina Kesmas dan Pusdatin, Depkes RI

Rasio puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi menunjukkan


gambaran bahwa rasio tertinggi pada tahun 2008 adalah Provinsi Papua Barat, yaitu
sebesar 13,15, sedangkan rasio terendah adalah Provinsi Banten, yaitu sebesar 2,02.
Rasio puskesmas di tiap provinsi pada tahun 2008 terdapat pada Gambar 5.2. Sedangkan
rincian jumlah dan rasio puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi pada tahun
2008 terdapat pada Lampiran 5.1.
GAMBAR 5.2
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008

Sumber : Ditjen Bina Kesmas dan Pusdatin, Depkes RI

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas,


beberapa puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya menjadi puskesmas
perawatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2004 – 2008 telah terjadi
peningkatan jumlah puskesmas perawatan dari 2.010 unit pada tahun 2004 menjadi 2.438
unit pada tahun 2008. Perkembangan jumlah puskesmas perawatan dan non perawatan
pada tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Gambar 5.3. Rincian mengenai jumlah
puskesmas non perawatan dan perawatan menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.2.

99
GAMBAR 5.3
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2004 – 2008

Sumber: Ditjen Bina Kesmas dan Pusdatin, Depkes RI

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap


masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan
kesehatan berupa puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling dan
polindes/poskesdes. Menurut hasil pendataan Potensi Desa oleh BPS, jumlah
pustu pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 23.163 unit. Dengan demikian, maka
rasio pustu terhadap puskesmas sebesar 2,7 pustu per puskesmas. Rincian jumlah
pustu menurut provinsi pada tahun 2008 terdapat pada Lampiran 5.3.

2. Rumah Sakit

Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di


dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah
sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan
kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan
rujukan.
Pada tahun 2008 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.372 unit, yang
terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 1.080 unit dan rumah sakit khusus (RSK)
berjumlah 292 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Departemen Kesehatan,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, TNI/POLRI, departemen lain/BUMN
serta sektor swasta.
Bila melihat perkembangan sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, maka
terjadi peningkatan jumlah rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit
khusus. Pada tahun 2004 terdapat 1.246 rumah sakit di Indonesia, jumlah ini naik 10,11%
menjadi 1.372 unit pada tahun 2008.

100
Tabel 5.1 berikut menampilkan perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan
khusus) di Indonesia tahun 2004 – 2008. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada tahun
2008 menurut pengelola dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.4.

TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

No. Pengelola/Kepemilikan 2004 2005 2006 2007 2008

1 Departemen Kesehatan 435 452 464 477 509


dan Pemerintah Provinsi/
Kab/Kota
2 TNI/POLRI 112 112 112 112 112
3 BUMN/Departemen Lain 78 78 78 78 78
4 Swasta 621 626 638 652 673
Jumlah 1.246 1.268 1.292 1.319 1.372

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2004-2008) jumlah rumah sakit umum baik
yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami peningkatan,
pada tahun 2004 terdapat 976 unit menjadi 1.080 unit pada tahun 2008. Jumlah rumah
sakit umum di Indonesia menurut pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
Perkembangan RSU di Indonesia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.4
berikut ini.

GAMBAR 5.4
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Dari rumah sakit umum yang dikelola oleh Departemen Kesehatan, pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota menunjukkan bahwa sebagian besar tergolong RSU kelas C.

101
Dari jumlah 432 RSU, terdapat 256 unit (59,26%) kelas C, 88 unit (20,37%) kelas D, 79
unit (18,29%) kelas B dan 8 unit (1,85%) kelas A. Gambar 5.5 berikut ini menjelaskan
persentase RSU menurut kelas.

GAMBAR 5.5
PERSENTASE RUMAH SAKIT UMUM
MILIK DEPARTEMEN KESEHATAN/PEMERINTAH DAERAH
MENURUT KELAS TAHUN 2008

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Terdapat 8 RSU milik Departemen Kesehatan dan pemerintah daerah yang


termasuk kelas A, yang terdapat di 8 kota yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Informasi lebih rinci mengenai jumlah
RSU yang dikelola oleh Departemen Kesehatan dan pemerintah daerah menurut kelas
dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.7.
Jumlah rumah sakit khusus baik milik pemerintah maupun swasta dalam kurun
waktu tahun 2004-2008 menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2004 terdapat 270
unit rumah sakit khusus, meningkat menjadi 292 pada tahun 2008. Perkembangan jumlah
RSK selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut ini.

102
GAMBAR 5.6
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Sebagian besar rumah sakit khusus tersebut adalah RS Ibu dan Anak sebanyak 79
unit dan RS Bersalin sebanyak 57 unit, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.7. Jumlah
rumah sakit khusus beserta jumlah tempat tidurnya tahun 2004-2008 terdapat pada
Lampiran 5.8.

GAMBAR 5.7
JENIS RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Jumlah tempat tidur suatu rumah sakit dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum dan rumah sakit khusus dalam

103
5 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan. Gambaran peningkatan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 5.8 di bawah ini.

GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR
RUMAH SAKIT UMUM (RSU) DAN RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK)
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Rasio jumlah tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk juga dapat
menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan. Rasio jumlah
tempat tidur per 100.000 penduduk dari tahun 2004-2008 juga mengalami peningkatan,
rasio pada tahun 2004 sebesar 60,92 naik menjadi 65,44 pada tahun 2008. Gambar 5.9
menampilkan jumlah tempat tidur dan rasio tempat tidur per 100.000 penduduk di rumah
sakit pada tahun 2004-2008. Data mengenai jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus dapat dilihat pada Lampiran 5.5, Lampiran 5.6 dan Lampiran 5.8.

GAMBAR 5.9
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2004 – 2008

104
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Proporsi tempat tidur di rumah sakit umum menurut kelas perawatan


menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar adalah Kelas III, yaitu sebesar 44,4%,
diikuti oleh Kelas II sebesar 23,6% dan Kelas I sebesar 11,9%. Selain tiga jenis kelas
perawatan tersebut, terdapat kelas VIP sebesar 8,4% dan tanpa kelas sebesar 11,7%.
Rincian mengenai jumlah dan persentase tempat tidur di RSU menurut jenis kelas
perawatan dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.6.
Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir
miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Departemen Kesehatan dan
beberapa pemerintah daerah telah memberikan jaminan pelayanan kesehatan secara gratis
di puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jamkesmas. Jumlah penduduk
yang ditanggung oleh program Jamkesmas pada tahun 2008 sebanyak 76.400.000 jiwa.
Sedangkan jumlah tempat tidur kelas III di RSU sebanyak 57.147 tempat tidur. Dengan
demikian, maka rasio jumlah tempat tidur kelas III di RSU terhadap jumlah peserta
Jamkesmas adalah 75 tempat tidur per 100.000 peserta.

3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat
digunakan untuk melihat kemampuan ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi
masyarakat. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir terlihat adanya kecenderungan
peningkatan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 5.12 berikut ini. Jumlah sarana produksi bidang kefarmasian dan alat
kesehatan menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.9.

GAMBAR 5.10
JUMLAH SARANA PRODUKSI BIDANG KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2004-2008

105
Sumber: Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI

Jumlah sarana distribusi bidang kefarmasian dan alat kesehatan selama lima tahun
terakhir (2004-2008) terdapat pada Gambar 5.11 berikut ini. Rincian menurut provinsi
pada kurun waktu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.10.

GAMBAR 5.11
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI BIDANG KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN 2004 -2008

Sumber: Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI

106
4. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan
berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Hal
ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat. Langkah tersebut
tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM). UKBM di antaranya terdiri dari Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes
(Pondok Bersalin Desa) dan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) di Desa Siaga, Toga
(Tanaman Obat Keluarga), dan POD (Pos Obat Desa).
Salah satu jenis UKBM yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar di
masyarakat adalah Posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat
melaksanakan 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Dalam rangka menilai kinerja dan
perkembangnnya, posyandu diklasifikasikan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,
Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Menurut pendataan Potensi
Desa yang diselenggarakan oleh BPS, pada tahun 2008 terdapat 70.046 posyandu yang
aktif, dengan demikian maka rasio terhadap desa/kelurahan sebesar 0,9 posyandu aktif per
desa/kelurahan.
Keberadaan polindes dan poskesdes di desa-desa merupakan salah satu wujud
upaya mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di
dalamnya pelayanan kebidanan. Pelayanan yang diberikan polindes mencakup tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan KIA. Data Podes menyebutkan bahwa pada tahun
2008 terdapat 25.271 unit Polindes. Rasio Polindes terhadap desa secara nasional pada
tahun 2008 sebesar 0,32. Rasio tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur dengan rasio 0,66
diikuti oleh Kalimantan Barat sebesar 0,59 dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,53.
Informasi selengkapnya mengenai rasio polindes menurut provinsi pada tahun 2008 dapat
dilihat pada Gambar 5.12 berikut ini.

GAMBAR 5.12
RASIO POLINDES TERHADAP JUMLAH DESA TAHUN 2008

107
Sumber: Potensi Desa, BPS, 2008

Sedangkan jumlah Poskesdes pada tahun 2008 sebesar 11.287 unit. Rasio
Poskesdes terhadap jumlah desa pada tahun 2008 sebesar 0,14. Rasio tertinggi terdapat
pada Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jawa Timur sebesar 0,32, diikuti oleh Jawa
Tengah sebesar 0,31. Gambar 5.13 berikut ini menyajikan rasio poskesdes menurut
provinsi pada tahun 2008. Sedangkan data mengenai sarana kesehatan hasil pendataan
Potensi Desa oleh BPS Tahun 2008 terdapat pada Lampiran 5.3.

GAMBAR 5.13
RASIO POSKESDES TERHADAP JUMLAH DESADI INDONESIA TAHUN 2008

108
Sumber: Potensi Desa, BPS, 2008

5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang
memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan
yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula.
Departemen kesehatan merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di
dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Institusi yang mengelola
pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) di lingkungan Departemen Kesehatan adalah
institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes Non Poltekkes.
Jumlah institusi pendidikan tenaga kesehatan pada tahun 2008 sebanyak 1.068
dengan rincian institusi Poltekkes sebanyak 214 dan institusi non Poltekkes sebanyak
854. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang berjumlah 954
institusi yang terdiri dari Poltekkes sebanyak 208 dan Non Poltekkes sebanyak 746.
Berdasarkan klasifikasi jenis program studi, institusi poltekkes terbanyak adalah program
studi Keperawatan sebanyak 137 program studi (64,02%); Gizi sebanyak 26 program
studi (12,15%) dan Kesehatan Masyarakat sebanyak 20 program studi (9,35%). Jumlah
program studi pada institusi diknakes Poltekkes terdapat pada Gambar 5.14 berikut ini.

109
GAMBAR 5.14
PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI DIKNAKES POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Pusdiknakes, Badan PPSDM Kesehatan, Depkes 2008


Pada institusi Diknakes non Poltekkes dari jumlah 854 insititusi, jurusan
Keperawatan menempati jumlah terbanyak yaitu sebesar 640 (74,94%), diikuti oleh
Kefarmasian berjumlah 97 (11,36%), dan Keteknisian Medis berjumlah 77 (9,02%).
Gambar 5.15 berikut ini menunjukkan jumlah program studi pada institusi Diknakes non
Poltekkes tahun 2008.

GAMBAR 5.15
JUMLAH PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Pusdiknakes, Badan PPSDM Kesehatan, Depkes 2008

Dalam rangka mengevaluasi perkembangan dari insititusi Diknakes Poltekkes,


Departemen Kesehatan telah melakukan proses akreditasi. Hingga tahun 2008 terdapat
183 program studi yang telah terakreditasi dan 31 program studi belum terakreditasi. Dari
seluruh program studi yang telah terakreditasi sebagian besar memiliki akreditasi B
dengan jumlah 99 program studi (54,1%). Sedangkan program studi dengan akreditasi A

110
sebanyak 77 program studi (42,08%) dan akreditasi C sebanyak 7 program studi (3,83%).
Gambar 5.16 berikut ini menunjukkan persentase akreditasi program studi pada institusi
Diknakes Poltekkes. Informasi selengkapnya mengenai jumlah dan persentase program
studi poltekkes yang telah terakreditasi menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
5.12.
GAMBAR 5.16
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
PROGRAM STUDI POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Pusdiknakes, Badan PPSDM Kesehatan, Depkes 2008

Akreditasi juga dilakukan pada institusi Diknakes non Poltekkes. Jumlah institusi
yang telah terakreditasi sebanyak 538 institusi dan jumlah yang belum terakreditasi
sebanyak 316 institusi. Dari jumlah yang sudah terakreditasi, terdapat 67 institusi
(12,45%) dengan strata A, 424 institusi (78,81%) dengan strata B dan 47 institusi
(8,74%) dengan strata C. Gambar 5.17 berikut ini menunjukkan persentase strata
akreditasi institusi Diknakes non Poltekkes pada tahun 2008. Sedangkan informasi
selengkapnya menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.14.

111
GAMBAR 5.17
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Pusdiknakes, Badan PPSDM Kesehatan, Depkes 2008

Jumlah institusi Diknakes non Poltekkes menurut status kepemilikan


menunjukkan sebagian besar institusi dimiliki oleh swasta, yaitu sebesar 85,25%.
Sedangkan kepemilikan oleh Pemerintah Daerah sebesar 11,24% dan TNI/POLRI sebesar
3,51%. Informasi lebih rinci mengenai jumlah dan persentase institusi Diknakes non
Poltekkes menurut kepemilikan dapat dilihat pada Lampiran 5.15.

B. TENAGA KESEHATAN

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan


Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah
tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut
pendataan Potensi Desa (Podes) oleh BPS pada tahun 2008, jumlah dokter di Indonesia
sebanyak 44.759 orang, dengan rasio sebesar 19,59 dokter per 100.000 penduduk, dengan
kisaran antara 10,36 – 53,89 dokter per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio
tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar 53,89 dokter per 100.000 penduduk, sedangkan
yang terendah adalah Provinsi Lampung dengan rasio 10,36 dokter per 100.000
penduduk. Rasio dokter terhadap jumlah penduduk di tiap provinsi pada tahun 2008
dijelaskan pada Gambar 5.18 berikut ini.

112
GAMBAR 5.18
RASIO DOKTER TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Potensi Desa, BPS, 2008

Jumlah tenaga dokter gigi pada tahun 2008 sebanyak 7.649 orang dengan rasio
sebesar 3,35 dokter gigi per 100.000 penduduk dengan kisaran antara 1,56 - 17,67 dokter
gigi per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi adalah Papua Barat sebesar
17,67 dokter gigi per 100.000 penduduk, sedangkan terendah adalah Sumatera Selatan
dengan rasio 1,56 dokter gigi per 100.000 penduduk.
Hasil pendataan potensi desa menunjukkan bahwa jumlah bidan pada tahun 2008
sebanyak 98.074 orang, sehingga rasionya terhadap penduduk sebesar 42,92 bidan per
100.000 penduduk. Menurut Indikator Indonesia Sehat 2010, rasio bidan terhadap
penduduk pada tahun 2010 diharapkan mencapai 100 bidan per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2008 terdapat 2 provinsi yang telah mencapai rasio 100 bidan per 100.000
penduduk, yaitu Papua Barat dan NAD. Pada pendataan yang sama, jumlah nakes lainnya
/mantri kesehatan sebanyak 80.605 orang. Pada tahun yang sama tercatat dukun bayi
sebanyak 155.470 orang. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan hasil pendataan Podes oleh
BPS tahun 2008 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.16.

2. Persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

a. SDM Kesehatan di Puskesmas


Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama
ketersediaan tenaga kesehatan. Pada tahun 2008, terdapat 185.401 orang yang bertugas di
puskesmas dengan rincian 157.030 tenaga kesehatan dan 28.371 tenaga non kesehatan.
Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang bertugas di puskesmas sebanyak

113
11.865 orang. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2007, yaitu sebanyak 11.701
orang. Bila dibandingkan antara jumlah puskesmas yang ada (8.548 puskesmas) dengan
jumlah dokter, maka rasio dokter umum adalah 1,39 dokter umum per puskesmas. Rasio
dokter umum terhadap jumlah puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau
sebesar 3,05 dokter umum per puskesmas, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 2,43 dokter
umum dan Bali sebesar 2,23 dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum di
puskesmas terhadap jumlah puskesmas tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 5.19 berikut
ini.

GAMBAR 5.19
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Pusdatin, Depkes, 2008

Jumlah dokter gigi pada tahun 2008 sebanyak 5.278 orang. Bila dibandingkan
dengan jumlah seluruh puskesmas maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas
memiliki dokter gigi.
Pada tahun 2008 terdapat 109 dokter spesialis yang bertugas di puskesmas,
sebagian besar dokter spesialis tersebut berada di Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah 63
orang (58%).
Jumlah perawat di seluruh puskesmas sebanyak 55.194 orang, sehingga rata-rata
tiap puskesmas memiliki 6 - 7 orang perawat.
Jumlah masing-masing tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Gambar
5.20 di bawah ini. Rincian jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada
Lampiran 5.17, sedangkan rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah puskesmas dapat dilihat
pada Lampiran 5.18.

114
GAMBAR 5.20
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Pusdatin, Depkes, 2008

Pada kelompok tenaga non kesehatan, sebagian besar berasal dari kelompok
pegawai Tata Usaha sebanyak 9.617 orang dan pekarya sebanyak 8.006 orang. Data lebih
rinci mengenai tenaga non kesehatan di puskesmas menurut jenis tenaga dan provinsi
terdapat pada Lampiran 5.19.

3. SDM Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT)


Tenaga kesehatan dengan status pegawai tidak tetap terdiri dari dokter umum,
dokter gigi dan bidan. Pada tahun 2008 terdapat 17.553 tenaga kesehatan PTT yang
bertugas di wilayah sangat terpencil, terpencil dan biasa. Jumlah dokter umum PTT
sebanyak 4.619 orang, dokter gigi berjumlah 1.502 orang, dan bidan berjumlah 11.432
orang. Sebagian besar tenaga kesehatan PTT berada di wilayah dengan kategori biasa
sebanyak 9.109 orang, sedangkan yang bertugas di wilayah terpencil sebanyak 6.123
orang dan yang bertugas di wilayah sangat terpencil sebanyak 2.321 orang.
Provinsi dengan dokter umum PTT terbanyak adalah Sumatera Utara sebanyak
459 orang, diikuti oleh Jawa Tengah sebanyak 371 orang dan Nanggroe Aceh
Darussalam sebanyak 304 orang, sedangkan dokter gigi PTT terbanyak bertugas di Jawa
Timur sebanyak 133 orang, diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 121
orang dan Jawa Tengah sebanyak 107 orang. Bidan PTT terbanyak bertugas di Sumatera
Utara dengan jumlah 2.104 orang, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 1.783 orang dan
Jawa Timur sebanyak 1.483 orang. Untuk Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008 tidak
terdapat tenaga kesehatan PTT. Gambar 5.21 berikut ini menampilkan jumlah tenaga
kesehatan berstatus PTT pada tahun 2008. Data selengkapnya mengenai distribusi tenaga
kesehatan PTT di seluruh provinsi dapat dilihat pada Lampiran.5.20.

GAMBAR 5.21

115
JUMLAH TENAGA KESEHATAN PTT DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: Biro Kepegawaian, Depkes RI, tahun 2009

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan
pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan
bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat. Berikut ini
diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk Departemen Kesehatan dan
anggaran yang disediakan untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

1. Anggaran Departemen Kesehatan


Departemen Kesehatan pada tahun 2008 mengalokasikan anggaran sebesar
Rp18.475.260.479.000 dengan jumlah realisasi sebesar Rp 15.885.074.513.113 (85,98%).
Distribusi anggaran Departemen Kesehatan menurut unit kerja eselon I menunjukkan
bahwa alokasi terbesar dimiliki oleh Ditjen Bina Pelayanan Medik dengan jumlah Rp
10.250.275.495.000 (55,48%), sedangkan alokasi terkecil adalah Inspektorat Jenderal
sebesar Rp 103.743.900.000 (0,56%).
Realisasi anggaran tertinggi adalah Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan persentase penyerapan 94.91%. Sedangkan
realisasi terendah adalah Inspektorat Jenderal sebesar 63.84%. Dalam kurun waktu 5
tahun terakhir terdapat peningkatan alokasi dan realisasi anggaran Departemen
Kesehatan. Pada Tahun 2004 Departemen Kesehatan memiliki alokasi anggaran sebesar
Rp 6,16 trilyun dengan realisasi Rp 5,2 trilyun (84,42%), jumlah tersebut meningkat pada
tahun 2008 menjadi Rp 18,48 trilyun dengan realisasi Rp 15,89 trilyun (85,98%).
Peningkatan tersebut dijelaskan dalam Gambar 5.22 di bawah ini. Sedangkan informasi
selengkapnya tentang alokasi dan realisasi anggaran Departemen Kesehatan tahun 2008
terdapat pada Lampiran 5.21.

116
GAMBAR 5.22
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES
TAHUN 2004 – 2008

Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Depkes RI

2. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat


Menurut data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Departemen Kesehatan, pada
tahun 2007 hanya 26,05% penduduk yang tercakup oleh jaminan pembiayaan/asuransi
kesehatan. Persentase penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan kesehatan oleh program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPK MM), Kartu Sehat dan JPK
Gakin Kartu Miskin dengan persentase 14,35%. Gambar 5.23 di bawah ini menyajikan
persentase penduduk yang dilindungi oleh pembiayaan kesehatan masyarakat menurut sumber
pembiyaan pada tahun 2007. Data mengenai persentase penduduk yang memiliki jaminan
pembiayaan/asuransi kesehatan menurut provinsi pada tahun 2007 terdapat pada Lampiran
5.22 dan Lampiran 5.23.
GAMBAR 5.23
PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT/
ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Depkes RI

117
***

118
ASEAN (Association of Southeast Asia Nations ) merupakan sebuah organisasi
geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Anggota ASEAN
ada 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja (Cambodia), Laos
(Lao People's Democratic Republic), Malaysia, Myanmar, Singapura (Singapore), Thailand,
dan Vietnam.
Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam
negara SEARO (South East Asia Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu
Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic People's Republic of Korea), India, Maladewa
(Maldives), Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.
Perbandingan antar negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun SEARO,
dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang
sama. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan
SEARO dari aspek yang berhubungan dengan kesehatan yaitu aspek kependudukan, derajat
kesehatan, dan upaya kesehatan.

A. KEPENDUDUKAN
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan
sesuai kebutuhan penduduk sebagai sarana sekaligus pelaku pembangunan. Jumlah penduduk
yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan
angka kelahiran.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Menurut World Populations Data Sheet 2008, pada pertengahan tahun 2008,
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN
lainnya dengan jumlah penduduk 239,9 juta jiwa. Dengan wilayah negara terluas, Indonesia
selalu menempati peringkat satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN.

140
Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu sekitar 0,4 juta
jiwa.
Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan jumlah
penduduk terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India
(dengan jumlah penduduk 1.149,3 juta jiwa). Sedangkan 9 negara lainnya berpenduduk
kurang dari 150 juta jiwa, bahkan terdapat 2 negara dengan jumlah penduduk 1 juta atau
kurang, yaitu Bhutan (0,7 juta), dan Maladewa (0,3 juta). Jumlah penduduk di kawasan
ASEAN dan SEARO dapat kita lihat pada Gambar 6.1.
GAMBAR 6.1
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2008

Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai


negara yang paling padat di kawasan ASEAN yaitu 7.013 penduduk per km2. Angka tersebut
jauh di atas negara anggota ASEAN lainnya.Kepadatan penduduk terendah di Laos yaitu 25
penduduk per km2.
Sedangkan di kawasan SEARO, walaupun memiliki jumlah penduduk terkecil,
dengan luas wilayah yang juga kecil, Maladewa merupakan negara dengan kepadatan
penduduk tertinggi di kawasan SEARO yaitu 1.040 jiwa per km2. Kepadatan penduduk
terendah adalah Bhutan yaitu 14 jiwa per km2.
Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 126 jiwa per km2 . Bila dilihat dari tahun 2006-
2008 kepadatan penduduk per km2 terus meningkat (tahun 2006 kepadaatannya 118 jiwa per
km2 , tahun 2007 kepadaatannya 122 jiwa per km2). Indonesia di kawasan ASEAN berada
pada peringkat ke lima terpadat. Sedangkan di kawasan SEARO, Indonesia menempati
peringkat ke delapan terpadat (perikat ke empat terjarang) di antara 11 negara. Tingkat
kepadatan penduduk negara-negara ASEAN dan SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada
Gambar 6.2 di bawah ini.

141
GAMBAR 6.2
KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEARO
(Jiwa per km2) TAHUN 2008

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2008

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah
penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya
jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk di segenap
bidang kehidupan termasuk di bidang kesehatan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju
pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni
kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di negara-negara
ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.3 di bawah ini.

142
GAMBAR 6.3
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 1990 - 2007

Sumber: World Population Data Sheet 2008, USAID

Pada periode 1990-2007, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di antara negara
anggota ASEAN adalah Brunei Darussalam dengan laju pertumbuhan penduduk 2,5%.
Sedangkan Thailand merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling rendah
yaitu 1%.
Pada negara-negara SEARO selama periode 1990-2007 laju perumbuhan penduduk
berkisar 0,7% dan 2,7%. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di negara Timor Leste dan
terendah pada negara Korea Utara dan Sri Lanka.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,4. Bila dilihat dari kawasan ASEAN,
Indonesia menduduki peringkat ke-3 terendah untuk laju pertumbuhan penduduk. Sedangkan
bila dilihat dar kawasan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan laju
pertumbuhan penduduk dari 11 negara. Data kependudukan negara-negara ASEAN dan
SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

3. Penduduk Menurut Kelompok Umur


Salah satu indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang adalah Angka
Beban Tanggungan (dependency ratio). Semakin tinggi persentase dependency ratio
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun) dan
tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun keatas).
Persentase penduduk menurut kelompok umur non produktif ( kelompok umur 0-14
tahun dan kelompok umur 65 tahun keatas) untuk keadaan tahun 2008, Laos merupakan
negara yang terbesar untuk kelompok umur tersebut dibandingkan negara-negara lain di
kawasan ASEAN yaitu 48% . Sebaliknya Singapura merupakan negara dengan komposisi
penduduk kelompok umur non produktif terendah yaitu 28%.
Di antara negara-negara di kawasan SEARO, Timor Leste adalah negara dengan
komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 48%. Sebaliknya, negara dengan

143
penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Korea Utara yaitu 26%, yang
dapat dilihat pada Gambar 6.4.
GAMBAR 6.4
KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

Sumber: World Population Data Sheet 2008, USAID

Persentase penduduk non produktif yaitu kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok
umur 65 tahun ke atas memberikan pengaruh terhadap rasio beban tanggungan (dependency
ratio). Rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi
yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja/produktif yaitu penduduk yang berumur 15-64
tahun.
Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan diatas, Laos merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi yaitu 92% di kawasan ASEAN.
Sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu
39%.
Di kawasan SEARO, Timor Leste merupakan negara dengan Angka Beban
Tanggungan tertinggi yaitu 92% sedangkan Korea Utara merupakan negara dengan Angka
Beban Tanggungan terendah yaitu 35%.
Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan yaitu 54%, hal tersebut
berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 54 orang yang belum
produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar angka beban tanggungan di
negara-negara kawasan ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
4. Indeks Pembangunan Manusia
Human Development Index (HDI) merupakan suatu ukuran gabungan tiga dimensi
tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia
harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan rata-
rata tamat sekolah di sekolah dasar, sekolah tingkat lanjutan dan perguruan tinggi) dan
memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli, penghasilan).

144
Berdasarkan standar internasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dikategorikan sebagai berikut : kategori sangat tinggi, jika IPM > 0,900; kategori tinggi, jika
IPM > 0,800 – 0,899; kategori sedang, jika IPM 0,500-0,799; dan kategori rendah, jika IPM <
0,500.
Menurut kategori tersebut di atas, pada tahun 2007 terdapat 2 (dua) negara anggota
ASEAN masuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu Singapura dan Brunai Darussalam.
Malaysia masuk dalam kategori tinggi, sedangkan 7 negara anggota ASEAN lainnya berada
pada kategori sedang, termasuk Indonesia. Bila dilihat dari peringkat di negara ASEAN pada
tahun yang sama, Singapura merupakan negara dengan peringkat IPM tertinggi yaitu pada
peringkat ke-24 dan yang terendah adalah Myanmar dengan peringkat 138; sedangkan
Indonesia berada pada peringkat 111 dari 182 negara.
IPM Indonesia pada tahun 2007 sebesar 0,734, bila dibandingkan dengan tahun 2006
IPM Indonesia meningkat (IPM 2006 adalah 0,729). Menurut Human Development Report
(HDR) 2007/2008, pada tahun 2006 IPM Indonesia berada pada peringkat 109 dari 179
negara.

GAMBAR 6.5
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 2007

Sumber: Human Development Report 2009

Pada tahun 2007 di kawasan SEARO, dari 11 negara (Korea Utara tidak ada data),
tidak ada negara yang memiliki IPM dengan kategori sangat tinggi dan tinggi, 9 negara
memiliki IPM dengan kategori sedang, dan satu negara yaitu Timor Leste masuk dalam
kategori rendah. Data IPM negara-negara di kawasan ASEAN dan SEARO tahun 2006 -
2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

145
5. Total Fertility Rate
Total Fertility Rate (TFR) merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang
dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar
negara dapat menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial
ekonominya. Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah,
tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau
tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan
program keluarga berencana yang dilaksanakan di negara tersebut.
Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.
Angka Fertilitas Total atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan menjadi
3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah
terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2-3,9; dan
kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.
Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2008 negara-negara yang
termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,4) dan Thailand
(1,6). Sedangkan Laos merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN yang termasuk
dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,3. Sedangkan Indonesia masuk dalam
kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,6 yang berarti untuk setiap wanita di
Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai 3 orang selama masa suburnya.
Pada tahun 2007, diantara 11 negara SEARO, Thailand dan Korea Utara termasuk
negara dengan Angka Fertilitas Total berkategori rendah. Indonesia, Myanmar, Maladewa,Sri
Lanka, Bhutan, India, Bangladesh, dan Nepal masuk dalam kategori sedang. Sedangkan
Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang masuk dalam kategori tinggi
yaitu sebesar 6,7. Besaran Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEARO dapat dilihat
pada Gambar 6.6 berikut ini.
GAMBAR 6.6
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

146
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID

Tingginya angka kelahiran kasar juga memberikan kontribusi pada persentase


penduduk kelompok umur 0-14 tahun dan akhirnya memberi dampak pada Angka Beban
Tanggungan. Negara yang memiliki Angka Fertilitas Total tinggi kemungkinan memiliki
Angka Beban Tanggungan tinggi seperti yang terjadi pada Laos dan Timor Leste. Sementara
negara yang memiliki Angka Fertilitas Total rendah memiliki kemungkinan Angka Beban
Tanggungan yang rendah pula seperti terjadi pada Singapura dan Thailand. Data Angka
Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

6. Angka Kelahiran Kasar


Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang
sama. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini.
Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan
menyebabkan bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi.
Angka Kelahiran Kasar pada tahun 2007 di negara-negara ASEAN dengan kisaran 11
sampai 34 per 1000 penduduk. Angka tertinggi, seperti tahun-tahun sebelumnya, terjadi di
Laos dengan Angka Kelahiran Kasar 34 per 1000 penduduk dan diikuti oleh Kamboja yaitu
26 per 1000 penduduk. Sedangkan Singapura memiliki Angka Kelahiran Kasar terendah
yaitu 11 kelahiran per 1.000 penduduk. Indonesia sendiri memiliki Angka Kelahiran Kasar
sebesar 21 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk.
Pada tahun 2007 kisaran angka kelahiran kasar di negara-negara SEARO antara 13
sampai 42 per 1000 penduduk. Terendah adalah Thailand (13) dan Korea Utara (16)
sedangkan tertinggi Timor Leste (42) dan Bhutan (30).
Sementara di Indonesia terdapat 21 kelahiran per 1000 penduduk pada tahun 2007.
Pada kawasan ASEAN Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi sedangkan di kawasan
SEARO menempati peringkat ke-6 tertinggi untuk angka kelahiran kasar.

GAMBAR 6.7
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

Sumber: World Population Data Sheet 2008, USAID

147
Gambar 6.7 memperlihatkan perbandingan angka kelahiran kasar negara-negara kawasan
ASEAN dan SEARO. Data Angka Kelahiran Kasar di negara ASEAN dan SEARO tahun
2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

7. Sosial Ekonomi
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri
dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan
yang diterima dari negara lain.
Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di antara negara anggota ASEAN
(tidak termasuk Myanmar) adalah Brunai Darrusalam (US$ 49.900 perkapita) diikuti oleh
Singapura (US$ 48.520 per kapita). Laos dan Kamboja merupakan negara dengan
Pendapatan Nasional Bruto perkapita terendah yaitu masing-masing US$ 1.940 dan US$
1.690. Sedangkan Indonesia memiliki pendapatan nasional bruto perkapita US$ 3.580.
Pendapatan Nasional Bruto di negara ASEAN dan SEARO tahun 2007 dapat di lihat pada
Gambar 6.8 di bawah ini.
GAMBAR 6.8
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

Sumber: World Population Data Sheet 2008, USAID

Dari sembilan negara di SEARO (2 negara tidak terdapat data), pendapatan nasional
bruto perkapita tertinggi adalah Thailand yaitu sebesar US$ 7.800. Sedangkan negara lainnya
memiliki Pendapatan Nasional Bruto perkapita kurang dari US$ 6000. Jika dibandingkan
dengan 9 negara di SEARO, Indonesia berada di peringkat ke-5 tertinggi pendapatan nasional
bruto per kapita.

148
B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika
AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per
1000 kelahiran hidup.
GAMBAR 6.9
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID


Maladewa

Gambar 6.9 menunjukkan bahwa 5 negara ASEAN yaitu Singapura, Brunei


Darussalam, Malaysia,Vietnam dan Thailand termasuk negara dengan angka kematian bayi
rendah. 2 negara yaitu Filipina dan Indonesia termasuk kelompok sedang. Sedangkan 3
negara lainnya masuk dalam kelompok negara yang memiliki angka kematian bayi tinggi.
Tidak ada negara yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi sangat tinggi (>100 per
1000 kelahiran hidup).
Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 2 negara di SEARO, yaitu Sri Lanka dan
Thailand masuk dalam kategori negara dengan angka kematian bayi rendah, 5 kategori
sedang dan sisanya, yaitu 4 termasuk kategori tinggi.
Besaran angka kematian bayi di negara-negara ASEAN dan SEARO antara 2,4 dan
88. Indonesia memiliki angka kematian bayi 34 per 1000 kelahiran hidup dan berada di
peringkat 10 di antara 18 negara tersebut. Data Angka Kematian Bayi di negara ASEAN dan
SEARO tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

2. Angka Kematian Balita


Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap
penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya
jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap

149
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare,
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.
GAMBAR 6.10
ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

Sumber: World Health Statistics 2009

Data yang didapat dari “World Health Statistics 2009” memperlihatkan perbedaan
yang mencolok Angka Kematian Balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun
2007. Angka Kematian Balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1000
kelahiran hidup sedangkan yang adalah dicapai Myanmar yaitu sebesar 113 kematian per
1000 kelahiran hidup. Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita kurang
dari 50 per 1000 kelahiran hidup, hanya Myanmar, Kamboja, dan Laos yang memiliki angka
kematian balita diatas 50 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut sumber yang sama, Angka Kematian Balita di SEARO berkisar antara 7
sampai 113 per 1000 kelahiran hidup. Seperti di ASEAN, Myanmar merupakan negara
dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan terendah adalah Thailand. Jika di ASEAN
hanya terdapat 3 negara (dari 10 negara) dengan AKABA lebih dari 50 per 1000 kelahiran
hidup, sebaliknya di SEARO hanya 4 negara dengan AKABA kurang dari 50.
Pada Gambar 6.10 terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki Angka Kematian
Balita relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara SEARO. Telah
dipaparkan sebelumnya bahwa sebagian besar kematian balita disebabkan oleh diare,
pneumonia, dan malnutrisi. Hal itu berarti negara-negara ASEAN mungkin memiliki sanitasi
dan keadaan ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara SEARO.
Sementara di Indonesia terdapat 31 kematian balita per 1000 kelahiran hidup. Pada
kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya,
sedangkan pada Kawasan SEARO, Indonesia menempati peringkat ke-4 terendah kematian
balita per 1000 kelahiran hidup. Data Angka Kematian Balita di negara ASEAN dan SEARO
tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

150
3. Angka Kematian Maternal

Berdasarkan klasifikasi angka kematian maternal dari WHO adalah sebagai berikut;
<15 per 100.000 kelahiran hidup; 15-199 per 100.000; 200-499 per 100.000; 500-999 per
100.000; dan ≥1000 per 100.000.
GAMBAR 6.11
ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2005

Sumber: World Health Statistics 2008

Pada tahun 2005 hanya 2 negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam dan Singapura
yang mencapai angka kematian maternal <15 masing-masing 13 dan 14 per 100.000
kelahiran hidup. Negara-negara dengan angka kematian maternal > 500 di ASEAN pun ada 2
negara yaitu Laos (660 per 100000 kelahiran hidup) dan Kamboja (540 per 100000 kelahiran
hidup).
Pada tahun yang sama, negara-negara di SEARO tidak ada yang mencapai angka
kematian maternal <15. Sekitar 55% memiliki angka kematian maternal 200-499 per 100.000
kelahiran hidup. Dan 18% memiliki angka kematian maternal >500, yaitu Nepal (830) dan
Bangladesh (570).
Di antara kedua kawasan tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-12 (dari 18
negara di ASEAN dan SEARO) untuk angka kematian maternal yaitu 420 per 100.000
kelahiran hidup. Data Angka Kematian Ibu di negara ASEAN dan SEARO tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.

4. Angka Kematian Kasar


Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka
ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai
risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Jika
tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran
mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.

151
GAMBAR 6.12
ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

Sumber: World Population Data Sheet 2008, USAID

Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2007 Laos dan Myanmar
merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi,
yakni sebesar 10 per 1000 penduduk. Keadaan Angka Kematian Kasar di negara-negara
kawasan SEARO, tidak berbeda jauh dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Timor
Leste merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi yaitu 11 per 1000
penduduk dan terendah adalah Maladewa (4 kematian per 1.000 penduduk).
Sementara di Indonesia terdapat 6 kematian per 1.000 penduduk. Di kawasan
ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke-5 tertinggi Angka Kematian Kasar sedangkan di
kawasan SEARO , Indonesia menduduki peringkat ke-2 terendah. Data Angka Kematian
Kasar di negara ASEAN dan SEARO tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

5. Usia Harapan Hidup

Usia Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Usia Harapan Hidup yang rendah di suatu negara harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Gambar 6.13 memperlihatkan bahwa pada tahun 2007 di antara sepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan Usia Harapan Hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 81 tahun. Negara yang memiliki Usia
Harapan Hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 61 tahun.

152
GAMBAR 6.13
USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

Sumber: World Population Data Sheet 2008, USAID

Untuk kawasan SEARO, Maladewa merupakan negara dengan Usia Harapan Hidup waktu
lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 73 tahun. Negara yang memiliki umur
harapan hidup waktu lahir terendah adalah Timor Leste yaitu 60 tahun.
Di kawasan ASEAN Indonesia dengan harapan hidup waktu lahir 70 tahun
menempati peringkat ke-6 tertinggi, sedangkan di kawasan SEARO menempati peringkat ke-
5 tertinggi. Data Usia Harapan Hidup di negara ASEAN dan SEARO tahun 2007 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.

MORBIDITAS

1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)

Data dari “World Health Statistics 2009” menunjukkan besarnya perbedaan


prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk dan kematian yang berhubungan dengan
tuberkulosis per 100.000 penduduk di negara-negara ASEAN dan SEARO. Angka prevalensi
tuberkulosis pada tahun 2007 di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 27 sampai
664 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi Tuberkulosis
tertinggi di ASEAN yaitu 664 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura dan Brunei
Darussalam memiliki prevalensi tuberkulosis di bawah 100 kasus per 100.000 penduduk
yaitu masing-masing 27 dan 65 kasus per 100.000 ribu penduduk.
Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2007
tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 77 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus kematian
akibat tuberkulosis terendah terjadi di Singapura dan Brunei Darussalam masing-masing 3
dan 7 kematian per 100.000 penduduk.

153
GAMBAR 6.14
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007

Sumber: World Health Statistics 2009

Seperti halnya negara-negara di ASEAN, angka prevalensi tuberkulosis pada tahun


2007 di negara-negara SEARO memiliki kesenjangan yang cukup besar, berkisar antara 48
sampai 750 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi tahun
2007 adalah Timor Leste (750 per 100.000 penduduk) dan terendah adalah Maladewa (48 per
100.000 penduduk).
Sedangkan kematian akibat tuberkulosis di negara-negara kawasan SEARO berkisar
antara 4 sampai 47 per 100.000 penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka
kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 47 kematian per
100.000 penduduk. Begitu pula dengan angka terendah kematian akibat tuberkulosis terjadi
di Maladewa (4 per 100.00 penduduk).
Di antara 18 negara di ASEAN dan SEARO, Indonesia dengan prevalensi 326 per
100000 penduduk berada pada urutan ke 6 tertinggi yang dapat dilihat pada Lampiran 6.4.

2. Avian Influenza
Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama
kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan
6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus avian influenza
dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini
penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.
Avian influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui
Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Sampai
dengan akhir tahun 2008, 6 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi avian influenza yaitu
Vietnam, Thailand, Indonesia, Laos, Myanmar dan Kamboja.

154
GAMBAR 6.15
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2004-2008

Sumber: WHO, 2008

Gambar 6.15 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat avian influenza di
wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2008. Kasus pertama kali menyerang Vietnam
dengan 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004 jumlah kasus
meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam, Thailand
pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara yang
terinfeksi avian influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini jumlah
kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun 2005
dari 90 penderita 42,22% meninggal. Semenjak itu jumlah kasus avian influenza terus
menurun, namun tidak dengan Angka Kematian (CFR). Pada tahun 2008 terdapat 31 kasus
dari 3 negara di ASEAN dengan CFR 80,65%.
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2004-2008
2003 2004 2005 2006 2007 2008 Total
NEGARA
K M K M K M K M K M K M K M
Kamboja 0 0 0 0 4 4 2 2 1 1 1 0 8 7
Laos 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2
Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 8 5 6 5 104 49
Indonesia 0 0 0 0 20 13 55 45 42 37 24 20 141 115
Myanmar 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Thailand 0 0 17 12 5 2 3 3 0 0 0 0 25 17
ASEAN 3 3 46 32 90 38 60 50 54 45 31 25 281 183
SEARO 0 0 17 12 25 15 58 48 43 37 24 20 167 132
Sumber: WHO, 2008
Keterangan: K = Kasus M = Meninggal

Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa Laos dan Myanmar mampu mengendalikan


penyebaran virus avian influenza sehingga terjadi penurunan jumlah kasus avian influenza,
bahkan pada tahun 2008 tidak ditemukan kasus.
Penyakit flu burung mulai menyerang manusia di kawasan SEARO pada tahun 2004,
yaitu di Thailand. Negara-negara di SEARO yang terjangkit flu burung sejak 2004 adalah
155
negara-negara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Thailand
dan Indonesia. Pada tahun 2007, sejak pertama kalinya sejak empat tahun terakhir, 1
penduduk Myanmar terserang virus ini walaupun tidak mengakibatkan kematian dan
kemudian pada tahun 2008 tidak ditemukan lagi penyakit flu burung.
3. POLIO
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa. Namun, diantara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat
dicegah dengan melakukan imunisasi. Penyakit tersebut biasa disingkat dengan PD3I
(Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Penyakit-penyakit tersebut adalah Difteri,
Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio.
TABEL 6.2
JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA
TAHUN 2004-2007
NEGARA 2004 2005 2006 2007
Kamboja 0 1 1 0
Laos 1 0 0 0
Indonesia 0 349 2 0
Myanmar 0 0 1 15
Bangladesh 0 0 18 0
India 134 66 676 873
Nepal 0 4 5 5
ASEAN 1 350 4 15
SEARO 134 419 702 893
Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007

Sejak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN. Namun,
pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN.
Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan
Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006
penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di
kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari
Kamboja dan Myanmar. Pada tahun 2007, di antara negara-negara anggota ASEAN, hanya
Myanmar yang masih ditemukan kasus polio bahkan jumlahnya meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 1 kasus. Indonesia yang pada tahun 2005 terjadi
kejadian luar biasa dengan ditemukannya 349 kasus polio mampu mengendalikan kejadian
tersebut sehingga pada tahun 2007 tidak ditemukan lagi kasus polio.

156
GAMBAR 6.16
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2004-2007

Sumber: WHO, 2007

Jika dibandingkan dengan kawasan ASEAN, jumlah seluruh kejadian polio di


kawasan SEARO cukup tinggi sejak tahun 2002 dan tahun-tahun sebelumnya. Semenjak
2004 sampai 2006 jumlah kasus lambat laun kembali meningkat. Tingginya angka kejadian
ini karena kontribusi jumlah kasus yang sangat besar oleh India yang merupakan salah satu
dari 4 negara endemis polio. Pada tahun 2007 kejadian polio di SEARO sebesar 893 kasus,
98% di antaranya terjadi di India.

4. Tetanus Neonatorum
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan,
kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara
maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan
kematian.
Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya
terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium
tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.
Pada tahun 2007 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara 8 negara ASEAN,
tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi
100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus
tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada di urutan ke-5. Sedangkan
Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus
maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Di Singapura dilaporkan tidak ada
kasus tetanus neonatorum.
Berdasarkan Incidence Series Immunization, pada tahun 2007 pada kawasan SEARO
jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain di
kawasan ASEAN, yaitu 937 kasus. Bila dibandingkan dengan jumlah kasus kedua dan ketiga
terbesar di kawasan ini yaitu Bangladesh dan Indonesia masing-masing 206 dan 127 kasus.

157
Sedangkan di Bhutan, Korea Utara, Maladewa dan Sri Lanka dilaporkan tidak ada kasus
tetanus neonatorum.
Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka angka kasus tertinggi
terjadi di Timor Leste dan Bangladesh. India justru menempati urutan ke-5 angka kasus
tetanus neonatorum tertinggi. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi di negara-negara ASEAN dan SEARO tahun 2006 secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 6.6.

C. UPAYA KESEHATAN

1. Cakupan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian
pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi
adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan
proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun
pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan
kesehatan.
Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio
merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau
campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk
mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah
mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali).
Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah
penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati dalam
pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi
campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan
rata-rata umur 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di
antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan
demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan
imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan
besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.
Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada gambar 6.17 cakupan imunisasi
BCG pada bayi umumnya lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian
imunisasi BCG yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lain—bahkan
beberapa negara memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkan—sehingga bayi
masih dalam pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2007 cakupan imunisasi BCG tertinggi
di antara negara anggota ASEAN dicapai Thailand dan Malaysia 99% dan terendah Laos
56%.
Di kawasan SEARO, 7 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 90%.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, Maladewa,
Indonesia dan Sri Lanka. Sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan
imunisasi BCG terendah yaitu 74%.

158
GAMBAR 6.17
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 2007

Sumber: WHO vaccine - preventable diseases: monitoring system 2007

Pada tahun 2007, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai cakupan imunisasi
polio 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 99% dan terendah adalah
Laos yaitu 46%. Menurut sumber yang sama, 55% negara di kawasan SEARO telah
mencapai cakupan imunisasi polio3 90%. Cakupan imunisasi polio3 tertinggi adalah Korea
Utara 99% dan terendah adalah India dengan 62%.
Pada tahun yang sama, 50% negara anggota ASEAN juga telah mencapai target
imunisasi campak yaitu 90%. Negara-negara tersebut adalah Brunei Darussalam, Filipina,
Malaysia, Singapura dan Thailand. Brunei Darussalam merupakan negara dengan cakupan
imunisasi campak tertinggi yaitu 97%. Sedangkan yang terendah adalah Laos dengan
cakupan campak sebesar 40%.
Di kawasan SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi Campak 90%.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa dan Sri Lanka.
Sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan imunisasi Campak terendah
yaitu 63%.
Hampir di seluruh negara ASEAN dan SEARO imunisasi hepatitis merupakan
imunisasi dasar yang diberikan pada bayi, namun tidak dengan yang terjadi India. Di India
imunisasi hepatitis bukan merupakan imunisasi dasar, maka pada Lampiran 7 dapat dilihat
hanya India negara dengan persentase bayi yang diberi imunisasi hepatitis3 6%, sedangkan
negara-negara lain telah mencapai imunisasi tersebut di atas 50%, bahkan beberapa di
antaranya telah melebihi 90%.
Sementara di Indonesia sebanyak 91% bayi telah mendapatkan imunisasi BCG, 83%
mendapatkan imunisasi polio3, dan 80% mendapatkan imunisasi campak. Cakupan 5
imunisasi dasar di ASEAN dan SEARO lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.7.

2. Pengendalian TB Paru
WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi DOTS
70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara pencapaian secara global di dunia kasus
temuan TB Paru adalah 60% dan angka kesembuhan mencapai 84%. Hal tersebut berarti

159
pencapaian kedua indikator tersebut belum mencapai target walaupun untuk angka
kesembuhan hampir mencapai target.
Pada tahun 2007, 80% negara-negara ASEAN telah mencapai target penemuan
penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Bahkan beberapa negara telah mencapai 100%
yaitu Myanmar. Kamboja dan Indonesia yang belum mencapai target penemuan penderita
penyakit paru yaitu 61% dan 68%.
Dari 11 negara-negara di kawasan SEARO hanya 36% negara yang sudah mencapai
target penemuan penderita Tuberkulosis. Negara-negara tersebut adalah Maladewa,
Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Penemuan penderita tuberkulosis terendah terdapat di
Bhutan. Sedangkan penemuan kasus Tuberkulosis tertinggi adalah Myanmar yang telah
mencapai 100%.
GAMBAR 6.18 GAMBAR 6.19
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN & ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN &
SEARO TAHUN 2006 SEARO TAHUN 2005

Sumber: World Health Statistic 2008 Sumber: World Health Statistic 2008

Menurut sumber yang sama, pada tahun 2006 terdapat 50% negara di ASEAN dengan
angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang
mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 91%. Brunei, Malaysia, Singapura,
Myanmar dan Thailand termasuk negara yang belum mencapai target penyembuhan
penderita. Angka kesembuhan tertinggi dicapai Kamboja dengan 93% dan terendah adalah
Malaysia dengan 48%.
Pada Gambar 6.19 terlihat bahwa 63% negara di kawasan SEARO telah mencapai
angka penyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Bangladesh dengan angka penyembuhan
masing-masing 92% dan terendah adalah Thailand dengan angka penyembuhan 77%.
Dari Gambar 6.18 dan 6.19 terlihat bahwa Indonesia telah mencapai target yang
ditetapkan terhadap indikator case detection rate (angka penemuan penderita) dan succes rate
(angka kesembuhan). Bahkan untuk angka kesembuhan, Indonesia mencapai angka
kesuksesan tertinggi ke-2 di kawasan SEARO.

160
3. Sumber Air Bersih dan Sanitasi
Pada tahun 2006, di antara 10 negara anggota ASEAN (Brunai Darussalam tidak ada
data), penduduk yang menggunakan sumber air bersih yang telah mencapai 80% atau lebih
sebanyak 7 negara. Hanya Kamboja dan Laos dengan persentase penduduk yang memiliki
akses terhadap air bersih kurang dari 80%. Persentase tertinggi dicapai Singapura yaitu 100%
dan terendah Laos dengan 60%.
Pada tahun yang sama, di antara negara-negara di kawasan SEARO hampir seluruh
negara dengan penduduk yang menggunkakan sumber air bersih 80% atau lebih, kecuali
Timor Leste dengan persentase sebesar 62%. Negara dengan persentase tertinggi adalah
Korea Utara yaitu 100%.
GAMBAR 6. 20
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN
SARANA SANITASI SEHAT DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006

Sumber: World Health Statistics 2009

Berdasarkan Gambar 6.20 di atas terlihat bahwa di antara negara-negara di ASEAN


dan SEARO terdapat perbedaan persentase yang besar antar negara dengan penduduk yang
menggunakan sarana sanitasi sehat tertinggi dan yang terendah dengan kisaran 27% dan
100%. Negara dengan cakupan 27% adalah Nepal dan negara dengan cakupan 100% adalah
Singapura. Dibandingkan persentase penduduk yang menggunakan sumber air bersih, maka
persentase penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat relatif rendah, masih terdapat
11 negara di kawasan ini dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat di bawah
80%. Persentase penduduk yang menggunakan sumber air bersih dan sarana sanitasi sehat di
negara ASEAN dan SEARO tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 6.3.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu


Dari 10 anggota ASEAN (Brunai, Laos, Malaysia dan Singapura tidak ada data),
Indonesia merupakan negara dengan persentase pemeriksaan ibu hamil (K4) tertinggi yaitu

161
sebesar 81%. Sedangkan yang terendah tercatat di Kamboja yaitu sebesar 27%. Untuk
kawasan SEARO cakupan pemeriksaaan ibu hamil (K4) tertinggi dicapai oleh Korea Utara
yaitu sebesar 95%, diikuti oleh Maladewa (91%), dan yang terendah adalah Bangladesh
sebesar 21 %.

Cakupan pertolongan persalinan di negara-negara ASEAN bervariasi dengan cakupan


tertinggi di Negara Singapura, Brunai Darussalam dan Malaysia masing-masing sebesar
100% dan yang terendah di Laos dengan cakupan 20%. Indonesia dengan cakupan K4 73%
berada pada peringkat ke-6 dari 10 negara. Untuk kawasan SEARO cakupan K4 tertinggi
dicapai oleh Sri Lanka yaitu sebesar 99% dan yang terendah di Bangladesh sebesar 18%.

Persentase peserta KB aktif pada wanita suburdi negara-negara anggota ASEAN


(Brunei Darussalam dan Malaysia tidak ada data) yang tertinggi dicapai oleh Vietnam
dengan cakupan sebesar 78%, dan yang terendah di Laos sebesar 32%. Indonesia dengan
cakupan peserta KB aktif sebesar 61% berada pada peringkat ke-4 dari 10 negara ASEAN.
Untuk negara-negara anggota SEARO cakupan peserta KB aktif tertinggi dicapai oleh
Thailand sebesar 72% dan yang terendah di Timor Leste sebesar 10%.

***

162
DAFTAR PUSTAKA

ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta.

___________. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2002. BPS, Jakarta.

___________. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. BPS, Jakarta.

___________. 2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004. BPS, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta.

___________. 2007. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2006. BPS, Jakarta.

___________. 2008. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2007. BPS, Jakarta.

___________. 2005. Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia 2005. BPS,


Jakarta.

___________. 2007. Beberapa Indikator Penting mengenai Indonesia. BPS, Jakarta.

___________. 2007. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2007. BPS, Jakarta.

___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta.

___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. BPS, Jakarta.

___________. 2007. Statistik Indonesia 2007. BPS, Jakarta.

___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta.

___________. 2008.. Pedoman Millenium Development Goals. BPS, Jakarta.

___________. 2008.. Press Release BPS 2008: Jumlah Kemiskinan. www.bps.go.id, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 1997. Calverton, Maryland, USA.
___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003.
Calverton, Maryland, USA.

___________. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Macro.
Calverton, Maryland, USA.

Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection 2000 - 2025). BPS, Jakarta.

Departemen Dalam Negeri. 2005. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005.
Depdagri, Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

___________. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2007. Depkes, Jakarta.

___________. 2008. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)


2008. Depkes, Jakarta.

___________. 2008. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2007.


Depkes, Jakarta.

___________.2008. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA, Departemen Kesehatan RI,


Jakarta.

___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia


Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan.


Depkes, Jakarta.

___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta.

___________. 2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas.


Depkes, Jakarta.

___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes
RI, Jakarta.

___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta.

___________.2005. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia, Dirjen PPPL


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
___________.2000. Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

___________.1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan


Litbangkes, Jakarta.

Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007. Strategi Nasional


Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 2004-2009. Jakarta.

USAID, 2008. The World Population Data Sheet. Population Reference Bureau.

The United Nations Development Programme. 2008. Human Development Report


2007/2008. UNDP, New York.

UNAIDS. 2008. 2008 Report on The Global AIDS Epidemic. UNAIDS/WHO.

UNICEF. 2008. The State of the World’s Children 2008. UNICEF/WHO, New York.

___________. 2009. The State of the World’s Children 2009. UNICEF/WHO, New York.

___________. 2008. Incidence Series Immunization 2007. UNICEF/WHO, New York.

___________. 2008. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York.

WHO. 2008. World Health Statistics 2007. WHO Press, Geneva.

___________. World Health Statistics 2008. WHO Press, Geneva.

___________. 2008. WHO Vaccine – Preventable Diseases, Monitoring System. WHO, New
York.

***
Lampiran 2.1 
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Pembagian Wilayah 
No  Provinsi 
Kabupaten  Kota  Kab + Kota  Kecamatan Kel. + Desa 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  18  5  23  276  6,424 
2  Sumatera Utara  25  8  33  417  5,855 
3  Sumatera Barat  12  7  19  175  965 
4  Riau  9  2  11  151  1,622 
5  Jambi  9  2  11  128  1,346 
6  Sumatera Selatan  11  4  15  217  3,122 
7  Bengkulu  9  1  10  117  1,438 
8  Lampung  12  2  14  204  2,365 
9  Kepulauan Bangka Belitung  6  1  7  40  360 
10  Kepulauan Riau  5  2  7  59  351 
11  DKI Jakarta  1  5  6  44  267 
12  Jawa Barat  17  9  26  620  5,877 
13  Jawa Tengah  29  6  35  573  8,574 
14  DI Yogyakarta  4  1  5  78  438 
15  Jawa Timur  29  9  38  662  8,506 
16  Banten  4  4  8  154  1,535 
17  Bali  8  1  9  57  714 
18  Nusa Tenggara Barat  8  2  10  116  917 
19  Nusa Tenggara Timur  20  1  21  286  2,836 
20  Kalimantan Barat  12  2  14  175  1,868 
21  Kalimantan Tengah  13  1  14  120  1,510 
22  Kalimantan Selatan  11  2  13  151  1,981 
23  Kalimantan Timur  10  4  14  136  1,420 
24  Sulawesi Utara  11  4  15  150  1,580 
25  Sulawesi Tengah  10  1  11  147  1,733 
26  Sulawesi Selatan  21  3  24  304  2,953 
27  Sulawesi Tenggara  10  2  12  201  2,098 
28  Gorontalo  5  1  6  66  619 
29  Sulawesi Barat  5  0  5  66  602 
30  Maluku  9  2  11  73  906 
31  Maluku Utara  7  2  9  112  1,062 
32  Papua Barat  9  1  10  136  1,286 
33  Papua  28  1  29  368  3,416 
Indonesia  397  98  495  6,579  76,546 
Sumber: BPS, 2009 
Lampiran 2.2 
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Luas  Jumlah Penduduk (Jiwa) [b]  Kepadatan 


No  Provinsi  Wilayah  Penduduk 
Laki­laki  Perempuan  Total
(Km²) (a)  Per Km² 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  57,956.00  2,136,055  2,157,860  4,293,915  74 
2  Sumatera Utara  72,981.23  6,488,969  6,553,352  13,042,321  179 
3  Sumatera Barat  42,012.89  2,346,332  2,416,771  4,763,103  113 
4  Riau  87,023.66  2,735,840  2,453,318  5,189,158  60 
5  Jambi  50,058.16  1,422,226  1,366,049  2,788,275  56 
6  Sumatera Selatan  91,592.43  3,599,683  3,522,112  7,121,795  78 
7  Bengkulu  19,919.33  835,230  806,688  1,641,918  82 
8  Lampung  34,623.80  3,769,465  3,621,654  7,391,119  213 
9  Kepulauan Bangka Belitung  16,424.06  592,621  529,905  1,122,526  68 
10  Kepulauan Riau  8,201.72  709,795  743,282  1,453,077  177 
11  DKI Jakarta  664.01  4,491,374  4,654,807  9,146,181  13,774 
12  Jawa Barat  35,377.76  20,642,010  20,276,286  40,918,296  1,157 
13  Jawa Tengah  32,800.69  16,192,277  16,434,109  32,626,386  995 
14  DI Yogyakarta  3,133.15  1,740,799  1,727,706  3,468,505  1,107 
15  Jawa Timur  47,799.75  18,393,133  18,701,708  37,094,841  776 
16  Banten  9,662.92  4,848,788  4,753,659  9,602,447  994 
17  Bali  5,780.06  1,773,812  1,742,183  3,515,995  608 
18  Nusa Tenggara Barat  18,572.32  2,084,380  2,279,378  4,363,758  235 
19  Nusa Tenggara Timur  48,718.10  2,256,643  2,277,674  4,534,317  93 
20  Kalimantan Barat  147,307.00  2,146,971  2,102,141  4,249,112  29 
21  Kalimantan Tengah  153,564.50  1,074,780  982,521  2,057,301  13 
22  Kalimantan Selatan  38,744.23  1,727,815  1,718,821  3,446,636  89 
23  Kalimantan Timur  204,534.34  1,618,194  1,476,480  3,094,674  15 
24  Sulawesi Utara  13,851.64  1,124,738  1,083,276  2,208,014  159 
25  Sulawesi Tengah  61,841.29  1,242,169  1,196,200  2,438,369  39 
26  Sulawesi Selatan  46,717.48  3,761,801  4,043,223  7,805,024  167 
27  Sulawesi Tenggara  38,067.70  1,023,756  1,051,221  2,074,977  55 
28  Gorontalo  11,257.07  491,729  480,482  972,211  86 
29  Sulawesi Barat  16,787.18  522,221  510,034  1,032,255  61 
30  Maluku  46,914.03  670,130  650,625  1,320,755  28 
31  Maluku Utara  31,982.50  485,709  473,892  959,601  30 
32  Papua Barat  97,024.27  383,090  346,876  729,966  8 
33  Papua  319,036.05  1,066,703  989,811  2,056,514  6 
Indonesia  1,910,931.32  114,399,238  114,124,104  228,523,342  120 
Sumber:   (a) Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 6 tahun 2008, tanggal 31 Januari 2008 
(b) Badan Pusat Statistik: Estimasi Penduduk Sasaran Program Kesehatan, dari "Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 ­ 2011", Depkes RI, 2009. 
Lampiran 2.3 
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN 
DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan+Perdesaan 
Laki­laki  Perempuan  Laki­laki + Perempuan 
No  Provinsi  Kelompok Umur  Kelompok Umur  Kelompok Umur  Angka Beban 
Jumlah Jumlah  Jumlah 
0­14  15­64  65+  0­14  15­64  65+  0­14  15­64  65+  Tanggungan 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  676,701  1,380,497  78,857  2,136,055  652,798  1,404,605  100,457  2,157,860  1,329,499  2,785,102  179,314  4,293,915  54.17 

2  Sumatera Utara  2,106,300  4,153,105  229,564  6,488,969  2,040,699  4,232,699  279,954  6,553,352  4,146,999  8,385,804  509,518  13,042,321  55.53 

3  Sumatera Barat  736,000  1,499,001  111,331  2,346,332  710,099  1,553,402  153,270  17,590,501  1,446,099  3,052,403  264,601  4,763,103  56.04 

4  Riau  869,401  1,798,100  68,339  2,735,840  770,300  1,623,903  59,115  2,453,318  1,639,701  3,422,003  127,454  5,189,158  51.64 

5  Jambi  426,801  946,003  49,422  1,422,226  409,302  910,799  45,948  1,366,049  836,103  1,856,802  95,370  2,788,275  50.17 

6  Sumatera Selatan  1,105,800  2,369,201  124,682  3,599,683  1,053,801  2,331,602  136,709  3,522,112  2,159,601  4,700,803  261,391  7,121,795  51.50 

7  Bengkulu  249,600  557,098  28,532  835,230  236,699  540,600  29,389  806,688  486,299  1,097,698  57,921  1,641,918  49.58 

8  Lampung  1,092,500  2,518,996  157,969  3,769,465  1,062,301  2,404,595  154,758  3,621,654  2,154,801  4,923,591  312,727  7,391,119  50.12 

9  Kepulauan Bangka Belitung  162,200  406,399  24,022  592,621  146,702  360,399  22,804  529,905  308,902  766,798  46,826  1,122,526  46.39 

10  Kepulauan Riau  225,502  467,603  16,690  709,795  226,599  499,901  16,782  743,282  452,101  967,504  33,472  1,453,077  50.19 

11  DKI Jakarta  1,113,401  3,235,199  142,774  4,491,374  1,095,399  3,404,201  155,207  4,654,807  2,208,800  6,639,400  297,981  9,146,181  37.76 

12  Jawa Barat  5,740,800  13,945,502  955,708  20,642,010  5,541,602  13,736,902  997,782  20,276,286  11,282,402  27,682,404  1,953,490  40,918,296  47.81 

13  Jawa Tengah  4,220,899  10,954,800  1,016,578  16,192,277  4,026,199  11,114,798  1,293,112  16,434,109  8,247,098  22,069,598  2,309,690  32,626,386  47.83 

14  DI Yogyakarta  327,802  1,273,200  139,797  1,740,799  309,299  1,238,102  180,305  1,727,706  637,101  2,511,302  320,102  3,468,505  38.12 

15  Jawa Timur  4,100,301  13,143,501  1,149,331  18,393,133  3,911,499  13,284,702  1,505,507  18,701,708  8,011,800  26,428,203  2,654,838  37,094,841  40.36 

16  Banten  1,498,101  3,196,101  154,586  4,848,788  1,451,300  3,138,799  163,560  4,753,659  2,949,401  6,334,900  318,146  9,602,447  51.58 

17  Bali  422,502  1,246,104  105,206  1,773,812  401,400  1,217,000  123,783  1,742,183  823,902  2,463,104  228,989  3,515,995  42.75 

18  Nusa Tenggara Barat  687,600  1,318,699  78,081  2,084,380  687,700  1,499,100  92,578  2,279,378  1,375,300  2,817,799  170,659  4,363,758  54.86 

19  Nusa Tenggara Timur  767,400  1,389,003  100,240  2,256,643  730,899  1,437,198  109,577  2,277,674  1,498,299  2,826,201  209,817  4,534,317  60.44 

20  Kalimantan Barat  670,298  1,403,799  72,874  2,146,971  655,098  1,374,900  72,143  2,102,141  1,325,396  2,778,699  145,017  4,249,112  52.92 

21  Kalimantan Tengah  316,800  727,999  29,981  1,074,780  298,799  655,899  27,823  982,521  615,599  1,383,898  57,804  2,057,301  48.66 

22  Kalimantan Selatan  489,999  1,179,201  58,615  1,727,815  470,201  1,174,001  74,619  1,718,821  960,200  2,353,202  133,234  3,446,636  46.47 

23  Kalimantan Timur  460,201  1,118,501  39,492  1,618,194  439,200  997,900  39,380  1,476,480  899,401  2,116,401  78,872  3,094,674  46.22 

24  Sulawesi Utara  275,999  789,300  59,439  1,124,738  265,301  749,602  68,373  1,083,276  541,300  1,538,902  127,812  2,208,014  43.48 

25  Sulawesi Tengah  370,298  829,000  42,871  1,242.169  358,199  797,199  40,802  1,196,200  728,497  1,626,199  83,673  2,438,369  49.94 

26  Sulawesi Selatan  1,135,099  2,460,704  165,998  3,761,801  1,120,099  2,704,097  219,027  4,043,223  2,255,198  5,164,801  385,025  7,805,024  51.12 

27  Sulawesi Tenggara  347,400  645,503  30,853  1,023,756  347,598  667,802  35,821  1,051,221  694,998  1,313,305  66,674  2,074,977  58.00 

28  Gorontalo  147,600  326,200  17,929  491,729  137,601  322,704  20,177  480,482  285,201  648,904  38,106  972,211  49.82 

29  Sulawesi Barat  156,400  343,500  22,321  522,221  140,999  341,101  27,934  510,034  297,399  684,601  50,255  1,032,255  50.78 

30  Maluku  221,700  422,603  25,827  670,130  211,401  412,099  27,125  650,625  433,101  834,702  52,952  1,320,755  58.23 

31  Maluku Utara  163,100  308,500  14,109  485,709  158,401  300,102  15,389  473,892  321,501  608,602  29,498  959,601  57.67 

32  Papua Barat  117,601  259,006  6,483  383,090  112,597  230,300  3,979  346,876  230,198  489,306  10,462  729,966  49.18 

33  Papua  329,699  718,600  18,404  1,066,703  316,600  659,099  14,112  989,811  646,299  1,377,699  32,516  2,056,514  49.27 
Indonesia  31,731,805  77,330,528  5,336,905  113,158,311  30,496,691  77,320,112  6,307,301  129,297,834  62,228,496  154,650,640  11,644,206  228,523,342  47.77 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.4 
JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 ­ 2008 

2006  2007  2008 


No  Provinsi
Jumlah Kab/Kota  Kabupaten Tertinggal  (%)  Jumlah Kab/Kota  Kabupaten Tertinggal  (%)  Jumlah Kab/Kota  Kabupaten Tertinggal  (%) 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  21  16  76.19  23  16  69.57  23  16  69.57 
2  Sumatera Utara  25  6  24.00  28  6  21.43  33  6  18.18 
3  Sumatera Barat  19  9  47.37  19  9  47.37  19  9  47.37 
4  Riau  11  2  18.18  11  2  18.18  11  2  18.18 
5  Jambi  10  2  20.00  10  2  20.00  11  2  18.18 
6  Sumatera Selatan  14  6  42.86  15  6  40.00  15  6  40.00 
7  Bengkulu  9  8  88.89  9  8  88.89  10  8  80.00 
8  Lampung  10  5  50.00  11  5  45.45  14  5  35.71 
9  Kepulauan Bangka Belitung  7  3  42.86  7  3  42.86  7  3  42.86 
10  Kepulauan Riau  6  1  16.67  6  1  16.67  7  1  14.29 
11  DKI Jakarta  6  0  0.00  6  0  0.00  6  0  0.00 
12  Jawa Barat  25  2  8.00  26  2  7.69  26  2  7.69 
13  Jawa Tengah  35  3  8.57  35  3  8.57  35  3  8.57 
14  DI Yogyakarta  5  2  40.00  5  2  40.00  5  2  40.00 
15  Jawa Timur  38  8  21.05  38  8  21.05  38  8  21.05 
16  Banten  6  2  33.33  7  2  28.57  8  2  25.00 
17  Bali  9  1  11.11  9  1  11.11  9  1  11.11 
18  Nusa Tenggara Barat  9  7  77.78  9  6  66.67  10  6  60.00 
19  Nusa Tenggara Timur  16  15  93.75  20  15  75.00  21  15  71.43 
20  Kalimantan Barat  12  9  75.00  14  10  71.43  14  10  71.43 
21  Kalimantan Tengah  14  7  50.00  14  7  50.00  14  7  50.00 
22  Kalimantan Selatan  13  0  0.00  13  2  15.38  13  2  15.38 
23  Kalimantan Timur  13  5  38.46  14  3  21.43  14  3  21.43 
24  Sulawesi Utara  9  2  22.22  13  2  15.38  15  2  13.33 
25  Sulawesi Tengah  10  9  90.00  10  9  90.00  11  9  81.82 
26  Sulawesi Selatan  23  13  56.52  23  13  56.52  24  13  54.17 
27  Sulawesi Tenggara  10  8  80.00  12  8  66.67  12  8  66.67 
28  Gorontalo  5  4  80.00  6  4  66.67  6  4  66.67 
29  Sulawesi Barat  5  5  100.00  5  5  100.00  5  5  100.00 
30  Maluku  8  7  87.50  9  7  77.78  11  7  63.64 
31  Maluku Utara  8  6  75.00  8  6  75.00  9  6  66.67 
32  Papua Barat  9  7  77.78  9  7  77.78  10  7  70.00 
33  Papua  20  19  95.00  21  19  90.48  29  19  65.52 
Jumlah  440  199  45.23  465  199  42.80  495  199  40.20 
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal 
Lampiran 2.5 
PERSENTASE PENDUDUK BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 ­ 2008 

< 15  15 ­ 44  > 44 


No  Provinsi 
2004  2005 2006  2007  2008  2004  2005  2006  2007  2008  2004  2005  2006  2007  2008 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  4.31  ­  5.73  5.49  4.06  1.39  ­  2.44  2.09  1.11  12.60  ­  14.81  14.48  11.71 
2  Sumatera Utara  3.36  3.61  3.39  3.27  2.96  1.21  1.68  1.57  1.51  0.81  9.25  8.74  7.90  7.41  7.85 
3  Sumatera Barat  4.27  4.02  4.12  3.90  3.34  1.53  1.53  1.50  1.76  0.83  10.07  8.94  9.43  7.97  7.99 
4  Riau  3.59  2.24  2.76  2.72  2.24  1.65  0.84  1.20  1.35  0.47  11.41  7.00  7.85  6.85  7.52 
5  Jambi  4.24  5.46  5.29  5.17  4.69  1.41  2.22  2.22  2.15  1.11  12.91  15.39  13.79  13.38  14.01 
6  Sumatera Selatan  4.31  4.37  3.41  3.34  2.95  1.66  1.79  1.11  1.40  0.86  11.99  11.45  9.29  8.05  8.00 
7  Bengkulu  5.79  6.53  6.31  6.09  5.40  1.96  2.44  2.42  2.36  1.20  18.48  18.62  17.08  15.76  16.15 
8  Lampung  6.92  7.15  7.16  6.87  6.37  1.89  2.13  2.12  2.33  0.97  20.20  19.29  19.64  17.15  18.08 
9  Kepulauan Bangka Belitung  6.49  4.56  5.14  5.13  4.66  2.97  2.31  2.09  2.59  1.61  15.96  10.77  12.99  11.46  12.00 
10  Kepulauan Riau  ­  4.03  4.71  4.33  4.19  ­  1.80  1.94  1.76  1.57  ­  13.08  15.34  15.12  12.60 
11  DKI Jakarta  1.69  1.68  1.77  1.24  1.30  0.47  0.65  0.62  0.38  0.07  5.40  5.00  5.22  3.63  4.71 
12  Jawa Barat  6.04  5.35  5.09  4.68  4.47  1.73  1.69  1.57  1.57  0.76  16.82  14.04  13.03  11.25  11.99 
13  Jawa Tengah  13.28  12.59  11.76  11.38  10.76  3.35  2.92  2.53  2.98  1.67  32.76  30.43  28.29  25.13  24.92 
14  DI Yogyakarta  14.22  13.28  13.57  12.22  10.54  2.21  2.10  2.29  1.53  0.72  34.51  31.28  31.34  28.76  24.87 
15  Jawa Timur  15.46  14.16  12.90  12.58  12.69  5.08  4.23  3.54  4.08  2.73  35.69  32.14  29.13  26.48  28.24 
16  Banten  6.02  4.37  4.99  4.76  4.79  2.20  1.45  1.74  2.06  1.02  19.58  14.06  14.99  12.94  15.15 
17  Bali  14.48  13.78  14.21  14.02  13.06  4.32  3.95  4.41  4.38  3.20  35.53  32.80  33.18  31.59  30.69 
18  Nusa Tenggara Barat  23.15  21.21  21.22  20.25  20.15  12.88  10.71  10.24  8.90  7.54  49.08  46.40  48.03  45.38  47.61 
19  Nusa Tenggara Timur  14.84  15.05  13.50  12.75  12.34  6.38  7.02  6.50  6.54  4.49  34.81  33.33  29.04  26.15  28.89 
20  Kalimantan Barat  11.82  12.34  11.01  10.60  11.48  4.85  5.23  4.69  5.02  3.78  32.21  31.80  27.71  24.22  29.83 
21  Kalimantan Tengah  3.77  2.50  3.65  3.36  2.73  0.87  0.83  1.38  1.46  0.71  13.76  8.11  10.74  8.89  8.33 
22  Kalimantan Selatan  5.24  5.53  6.10  5.95  4.92  2.09  2.29  2.70  2.36  0.98  14.36  14.45  14.85  15.22  14.54 
23  Kalimantan Timur  5.03  4.69  4.52  4.30  3.64  2.12  1.75  1.55  1.86  1.04  15.15  14.72  13.61  11.93  11.40 
24  Sulawesi Utara  0.85  1.13  1.01  1.05  0.85  0.41  0.57  0.60  0.69  0.32  1.82  2.23  1.79  1.74  1.83 
25  Sulawesi Tengah  5.59  6.07  5.19  5.14  4.32  2.58  3.01  2.51  2.89  1.63  14.74  15.24  12.61  11.37  11.34 
26  Sulawesi Selatan  15.51  15.40  14.30  13.76  13.47  6.90  7.17  6.07  6.49  4.97  35.60  34.64  32.87  29.49  31.34 
27  Sulawesi Tenggara  9.27  10.01  10.16  9.50  8.85  3.26  3.92  3.81  4.53  2.11  27.43  28.55  28.69  22.94  26.67 
28  Gorontalo  5.34  4.97  4.30  4.25  4.49  3.40  3.49  3.06  3.35  1.84  10.72  9.09  7.75  6.63  11.01 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  14.10  13.60  12.69  ­  ­  7.57  7.52  6.70  ­  ­  31.57  29.91  28.82 
30  Maluku  2.22  3.84  3.50  3.15  2.69  0.89  2.15  2.21  1.92  1.17  5.92  8.29  6.98  6.19  6.29 
31  Maluku Utara  4.84  4.82  5.59  5.35  4.56  2.58  2.06  2.69  2.33  1.15  11.65  14.01  14.25  14.63  14.70 
32  Papua Barat  ­  ­  11.45  9.68  7.85  ­  ­  7.95  7.60  5.58  ­  ­  22.65  17.15  16.15 
33  Papua  25.78  28.42  30.99  24.94  27.53  22.96  26.59  29.41  22.99  26.23  38.03  37.11  38.52  32.93  32.94 
Indonesia  9.62  9.09  8.55  8.13  7.81  3.30  3.09  2.89  2.96  1.94  24.87  22.83  21.09  18.94  19.62 
Sumber: www.bps.go.id 
Lampiran 2.6 
ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 ­ 2008 

2004  2005  2006  2007 2008 


No  Provinsi  S M A /  S M A /  S M A /  S M A /  S M A / 
S D  S M P  S D  S M P  S D  S M P  S D  S M P  S D  S M P 
Sederajat  Sederajat  Sederajat  Sederajat  Sederajat 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  108.84  95.87  75.28  ­  ­  ­  113.40  96.50  73.70  114.36  91.12  76.88  114.38  87.41  76.15 
2  Sumatera Utara  106.62  89.92  70.91  105.84  90.80  66.36  111.57  89.48  68.78  111.01  91.36  69.09  112.26  87.54  68.31 
3  Sumatera Barat  106.66  88.80  65.32  104.14  87.25  67.56  108.85  83.53  67.69  110.42  82.27  67.23  109.86  78.88  70.01 
4  Riau  108.52  87.54  59.05  106.21  91.11  59.89  110.00  89.88  63.18  110.97  87.70  65.25  112.34  83.57  67.09 
5  Jambi  109.29  85.04  54.04  107.27  84.60  48.18  113.35  81.47  51.51  112.01  79.94  56.88  110.51  77.76  57.41 
6  Sumatera Selatan  107.75  83.95  51.11  108.52  76.55  51.72  112.92  84.24  53.16  112.26  83.05  53.79  111.88  82.60  52.98 
7  Bengkulu  110.73  83.59  63.10  103.82  83.29  55.33  110.40  85.60  60.72  109.23  85.88  60.85  110.43  84.24  62.11 
8  Lampung  109.33  83.82  44.26  106.80  80.36  47.66  111.55  80.83  51.55  109.48  82.99  53.38  106.66  82.21  55.82 
9  Kepulauan Bangka Belitung  109.94  77.43  48.99  106.77  81.11  47.49  114.87  73.74  50.27  113.10  69.63  51.08  111.67  70.09  52.64 
10  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  107.56  87.42  66.98  111.33  91.79  67.52  115.18  88.93  75.70  115.15  85.54  70.16 
11  DKI Jakarta  108.02  96.88  77.63  104.67  97.20  66.85  109.63  92.66  68.95  111.42  88.89  65.49  109.80  89.35  63.98 
12  Jawa Barat  104.67  75.19  46.42  100.69  74.44  42.85  107.52  75.13  51.07  107.26  80.29  46.69  105.97  80.60  46.35 
13  Jawa Tengah  108.14  85.21  52.69  107.01  82.21  53.17  111.00  82.11  54.54  112.29  83.23  54.83  109.76  82.29  56.98 
14  DI Yogyakarta  107.36  97.29  77.48  106.26  98.37  75.47  107.97  91.30  72.57  109.36  95.34  74.66  112.78  93.22  74.08 
15  Jawa Timur  107.79  84.77  53.77  107.15  82.43  54.04  109.26  86.19  58.14  110.00  84.49  60.81  109.70  84.56  61.32 
16  Banten  106.28  79.90  49.56  105.08  76.57  48.34  108.28  77.47  50.16  108.34  76.67  49.97  107.28  78.56  51.09 
17  Bali  109.31  88.01  67.23  102.97  86.13  64.37  110.45  85.01  67.33  111.26  77.92  70.77  110.29  78.10  70.44 
18  Nusa Tenggara Barat  102.69  73.51  47.49  101.18  79.60  50.16  107.19  83.58  54.87  108.20  83.60  56.17  105.75  82.32  62.24 
19  Nusa Tenggara Timur  111.64  63.43  39.31  107.48  58.41  35.82  114.12  65.39  44.65  110.63  65.42  48.13  108.42  62.50  51.87 
20  Kalimantan Barat  113.52  70.27  42.94  108.93  73.03  40.08  114.56  77.93  43.76  117.63  70.96  49.28  115.71  70.46  52.23 
21  Kalimantan Tengah  111.20  83.78  48.79  108.36  85.53  49.11  113.11  80.46  50.84  117.82  75.31  49.49  115.98  74.45  52.70 
22  Kalimantan Selatan  107.07  79.30  43.27  109.00  72.88  43.51  112.21  78.02  47.37  115.46  75.27  43.82  111.34  75.49  47.47 
23  Kalimantan Timur  109.29  90.49  69.96  105.42  90.31  63.65  111.45  83.41  71.54  111.43  91.27  70.57  110.95  87.53  69.89 
24  Sulawesi Utara  105.87  90.79  69.03  105.54  83.22  70.95  112.70  83.71  67.53  113.11  83.45  70.36  111.69  83.98  69.98 
25  Sulawesi Tengah  107.54  79.28  47.63  103.43  75.84  45.50  113.45  77.48  53.34  108.93  77.53  52.82  109.34  75.23  56.42 
26  Sulawesi Selatan  103.28  70.10  48.23  101.43  71.15  48.93  107.70  74.28  55.54  108.56  71.70  52.69  109.25  72.43  52.47 
27  Sulawesi Tenggara  105.90  83.40  51.47  105.41  83.08  56.33  109.25  91.40  57.58  109.66  82.53  59.14  113.34  77.16  59.78 
28  Gorontalo  102.41  64.43  37.92  98.50  63.06  43.09  111.20  65.68  46.48  110.35  64.05  50.60  108.89  63.93  52.80 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  106.06  68.90  44.41  109.93  63.79  41.80  106.83  59.46  43.52 
30  Maluku  110.22  89.62  74.57  106.93  94.58  70.74  112.24  96.96  70.05  115.34  87.56  77.88  112.96  82.80  79.66 
31  Maluku Utara  110.49  77.65  54.93  109.99  80.49  66.80  116.06  84.28  67.80  112.55  86.30  67.79  110.78  83.56  71.06 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  114.44  77.68  52.21  119.62  64.89  59.04  111.41  70.63  62.85 
33  Papua  104.64  71.07  42.29  91.06  69.20  54.90  98.83  71.87  49.41  101.01  71.28  50.14  99.42  63.72  54.10 
Indonesia  107.13  82.24  54.38  104.91  80.52  52.62  109.96  81.87  56.69  110.35  82.03  56.71  109.37  81.08  57.51 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.7 
ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 ­ 2008 

2004  2005  2006  2007 2008 


No  Provinsi  S M A /  S M A /  S M A /  S M A /  S M A / 
S D  S M P  S D  S M P  S D  S M P  S D  S M P  S D  S M P 
Sederajat  Sederajat  Sederajat  Sederajat  Sederajat 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  95.88  79.98  62.04  ­  ­  ­  95.48  78.39  57.07  95.73  76.36  61.76  96.16  76.67  62.05 
2  Sumatera Utara  93.61  73.02  56.65  92.58  70.73  51.71  93.96  73.08  54.14  93.91  73.61  54.84  94.25  73.95  54.84 
3  Sumatera Barat  93.64  69.55  53.13  91.84  66.09  51.51  94.17  67.77  51.05  94.45  67.23  54.19  94.70  66.95  53.87 
4  Riau  94.64  69.65  47.73  93.86  71.00  47.10  94.72  72.93  49.43  94.80  69.96  51.43  95.24  69.70  50.08 
5  Jambi  93.46  65.69  42.24  92.33  62.72  36.09  94.36  65.32  40.95  93.88  65.77  44.24  94.17  65.60  44.08 
6  Sumatera Selatan  93.13  64.81  39.48  92.65  59.97  39.98  93.01  68.01  43.15  92.69  64.97  42.64  93.05  64.92  42.22 
7  Bengkulu  94.72  67.02  49.01  90.62  60.74  42.11  93.89  66.73  47.10  94.21  68.73  48.53  94.63  68.64  47.96 
8  Lampung  92.73  63.65  35.66  91.60  62.54  37.82  93.94  66.65  39.87  94.04  68.30  40.59  94.23  68.78  40.21 
9  Kepulauan Bangka Belitung  90.02  56.38  38.15  89.98  60.82  37.62  91.51  55.30  34.84  91.59  52.24  37.09  91.53  52.04  37.14 
10  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  90.49  62.90  47.93  93.66  72.01  52.13  93.50  71.34  52.48  94.95  72.00  54.35 
11  DKI Jakarta  91.87  76.08  61.25  91.09  73.83  52.19  90.78  71.41  52.82  93.27  71.26  49.58  93.71  71.35  49.74 
12  Jawa Barat  93.41  61.74  37.18  89.49  58.27  33.15  94.21  62.13  37.84  94.16  66.90  37.88  94.09  67.21  37.28 
13  Jawa Tengah  93.32  67.82  41.67  93.39  66.32  41.09  94.05  67.67  42.36  94.78  68.84  43.81  95.12  69.14  43.51 
14  DI Yogyakarta  92.55  77.37  61.51  94.40  81.20  59.44  94.38  72.30  55.85  93.53  74.48  57.88  94.28  74.42  57.72 
15  Jawa Timur  93.71  67.10  41.94  93.17  64.78  42.40  94.20  70.28  46.35  94.45  69.02  47.60  94.53  68.90  47.02 
16  Banten  94.12  63.75  39.68  90.91  60.39  39.13  94.83  66.56  41.44  92.97  58.41  38.44  93.34  58.28  37.54 
17  Bali  93.48  69.37  54.11  91.57  69.01  50.57  93.33  70.15  53.54  94.43  66.63  55.64  94.82  67.03  55.04 
18  Nusa Tenggara Barat  92.42  61.70  38.63  90.91  65.41  40.03  94.50  69.62  43.58  94.09  70.65  47.98  94.36  70.51  48.45 
19  Nusa Tenggara Timur  90.79  43.26  28.27  88.07  38.67  25.42  91.58  47.23  30.97  91.59  49.48  33.64  91.67  49.56  33.51 
20  Kalimantan Barat  93.11  53.28  31.51  89.52  51.48  28.87  93.82  60.92  34.77  93.48  54.62  36.12  93.94  54.77  36.23 
21  Kalimantan Tengah  95.10  65.15  38.82  93.62  66.66  37.51  95.97  67.69  42.66  95.42  60.07  39.04  95.61  60.12  39.18 
22  Kalimantan Selatan  93.19  59.27  35.57  93.29  55.77  30.06  93.28  62.12  37.23  94.00  59.27  35.18  94.15  59.53  34.95 
23  Kalimantan Timur  92.87  70.20  52.42  91.16  67.09  46.73  92.86  64.00  50.41  93.23  71.14  52.68  93.59  71.19  53.94 
24  Sulawesi Utara  88.26  67.87  50.71  89.09  62.61  49.38  90.40  66.03  48.78  90.75  65.95  50.24  91.24  66.39  49.44 
25  Sulawesi Tengah  91.44  59.45  36.33  89.60  58.11  34.05  92.87  62.97  39.51  92.04  59.04  39.01  92.83  59.08  39.53 
26  Sulawesi Selatan  90.64  57.41  38.39  88.13  56.02  37.94  91.08  60.27  40.86  92.06  60.36  41.55  92.15  60.62  41.84 
27  Sulawesi Tenggara  90.18  64.02  40.17  90.57  62.12  43.16  92.26  72.42  47.28  93.64  65.77  47.26  94.24  65.95  47.56 
28  Gorontalo  88.85  49.27  28.12  82.62  45.01  30.89  90.48  52.31  34.47  90.18  52.16  37.70  90.44  52.35  37.43 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  91.67  55.19  32.35  92.17  52.21  33.03  92.90  51.72  33.74 
30  Maluku  90.92  68.06  56.39  89.39  68.14  52.53  92.24  76.86  55.66  93.45  70.08  59.21  93.77  70.01  59.60 
31  Maluku Utara  93.80  64.17  44.08  91.75  60.04  50.68  93.10  65.31  48.66  91.95  64.67  51.32  92.44  65.01  50.62 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  88.16  53.94  35.31  90.67  48.76  43.16  91.20  54.47  43.14 
33  Papua  85.21  47.78  30.39  72.56  44.21  38.50  78.11  47.36  33.36  80.92  48.60  35.66  82.90  48.56  35.23 
Indonesia  93.04  65.24  42.96  91.24  62.70  40.66  93.54  66.52  43.77  93.75  66.64  44.56  93.98  66.75  44.22 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.8 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI. TAHUN 2008 
Perkotaan+Perdesaan 
Air  Air  Ledeng  Ledeng  Sumur  Sumur  Mata Air  Mata Air 
No  Provinsi  Pompa Air sungai  Air hujan  Lainnya  Jumlah 
Kemasan  Isi Ulang  Meteran  Eceran  Terlindung  Tak Terlindung  Terlindung  Tak Terlindung 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  0.50  13.93  7.04  1.85  5.25  41.19  17.99  4.15  3.20  3.31  1.22  0.35  100.00 

2  Sumatera Utara  0.75  4.69  19.43  2.82  18.62  23.47  12.10  6.85  4.89  3.06  2.70  0.60  100.00 

3  Sumatera Barat  0.62  5.24  18.24  1.84  7.64  30.93  13.47  8.70  6.43  3.75  2.58  0.57  100.00 

4  Riau  1.09  18.62  1.88  0.28  8.86  27.83  13.68  0.79  0.66  2.25  23.87  0.17  100.00 

5  Jambi  1.31  5.56  15.82  1.23  2.33  30.05  19.62  2.82  0.70  6.76  13.50  0.28  100.00 

6  Sumatera Selatan  1.02  8.27  13.39  4.01  2.70  33.11  16.88  2.14  1.05  10.02  6.93  0.47  100.00 

7  Bengkulu  0.12  4.52  11.72  0.86  5.21  20.25  44.55  3.42  5.73  2.88  0.15  0.58  100.00 

8  Lampung  2.39  3.78  2.31  1.51  5.71  45.33  27.40  4.86  4.35  1.17  0.93  0.27  100.00 

9  Kepulauan Bangka Belitung  8.28  8.52  2.99  0.08  10.95  47.29  18.73  1.35  0.88  0.78  0.13  0.03  100.00 

10  Kepulauan Riau  2.19  21.41  13.41  5.17  1.92  27.10  20.46  5.39  1.16  0.20  1.50  0.10  100.00 

11  DKI Jakarta  24.37  24.64  17.73  7.56  23.43  1.28  0.18  0.17  ­  0.02  0.44  0.19  100.00 

12  Jawa Barat  4.57  8.01  7.53  3.30  26.70  26.04  8.06  9.10  5.59  0.53  0.23  0.34  100.00 

13  Jawa Tengah  1.57  2.52  10.69  4.15  16.30  39.97  7.38  12.35  3.61  0.79  0.45  0.21  100.00 

14  DI Yogyakarta  9.87  4.20  9.92  0.68  14.21  44.43  6.90  3.61  3.10  0.16  2.66  0.25  100.00 

15  Jawa Timur  4.55  4.93  10.78  4.06  22.00  34.18  4.91  10.97  2.37  0.23  0.36  0.66  100.00 

16  Banten  11.09  16.68  4.38  3.92  29.79  16.90  6.94  3.48  3.52  3.05  0.15  0.09  100.00 

17  Bali  12.94  8.18  29.80  0.86  6.06  13.81  1.64  16.84  3.87  1.70  3.72  0.59  100.00 

18  Nusa Tenggara Barat  3.78  3.51  11.16  2.46  9.99  40.99  9.61  12.70  5.33  0.28  0.10  0.09  100.00 

19  Nusa Tenggara Timur  0.17  0.84  14.10  2.73  1.52  18.51  9.73  28.46  16.14  4.90  2.42  0.48  100.00 

20  Kalimantan Barat  1.17  4.35  6.30  1.66  1.98  4.97  9.18  4.98  4.21  20.25  40.72  0.22  100.00 

21  Kalimantan Tengah  0.92  4.45  13.09  1.57  14.14  13.01  10.54  1.00  0.63  32.86  7.44  0.35  100.00 

22  Kalimantan Selatan  0.58  2.70  24.80  11.00  12.41  10.72  15.82  0.98  0.75  17.60  2.16  0.49  100.00 

23  Kalimantan Timur  1.70  14.49  37.57  6.59  4.84  6.00  7.23  2.12  1.13  9.91  7.78  0.65  100.00 

24  Sulawesi Utara  2.60  12.12  17.58  4.39  8.04  27.67  9.43  13.51  2.93  0.10  1.46  0.17  100.00 

25  Sulawesi Tengah  0.51  5.84  11.83  1.62  14.57  21.42  8.93  22.62  4.40  6.73  1.18  0.34  100.00 

26  Sulawesi Selatan  0.28  6.82  14.85  6.04  17.33  24.89  12.39  7.39  7.21  1.88  0.62  0.30  100.00 

27  Sulawesi Tenggara  0.21  2.11  15.15  3.04  6.61  31.06  14.23  19.61  3.47  1.88  2.16  0.48  100.00 

28  Gorontalo  0.19  4.18  12.40  1.60  5.84  54.72  11.18  4.75  2.62  2.50  ­  0.02  100.00 

29  Sulawesi Barat  0.33  3.42  14.58  1.55  9.96  28.84  11.75  8.52  14.37  5.49  1.06  0.13  100.00 

30  Maluku  0.11  0.75  11.13  2.99  9.05  31.70  11.08  23.31  6.75  1.51  1.48  0.15  100.00 

31  Maluku Utara  0.15  2.26  17.47  2.03  1.65  39.54  17.34  5.66  2.12  6.69  4.74  0.35  100.00 

32  Papua Barat  2.89  11.32  7.10  5.22  3.11  10.06  8.91  8.03  13.55  15.73  13.02  1.05  100.00 

33  Papua  0.78  5.70  10.71  1.43  3.16  6.89  9.40  10.50  21.92  16.54  11.85  1.12  100.00 

Indonesia  4.11  7.16  11.46  3.57  17.06  28.60  9.48  8.73  4.05  2.75  2.65  0.38  100.00 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.8.a 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI. TAHUN 2008 
Perkotaan 
Air  Air  Ledeng  Ledeng  Sumur  Sumur  Mata Air  Mata Air 
No  Provinsi  Pompa  Air sungai  Air hujan  Lainnya  Jumlah 
kemasan  Isi Ulang  Meteran  Eceran  Terlindung  Tak Terlindung  Terlindung  Tak Terlindung 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  0.87  33.74  13.97  2.22  6.46  31.95  5.04  1.99  1.23  0.54  1.67  0.32  100.00 

2  Sumatera Utara  1.36  8.82  37.54  4.50  17.67  20.06  7.01  1.37  0.39  0.55  0.44  0.29  100.00 

3  Sumatera Barat  1.27  11.38  36.40  1.85  12.52  25.97  5.21  2.75  1.32  0.33  0.52  0.48  100.00 

4  Riau  1.95  31.93  2.89  0.48  13.08  24.71  4.55  0.43  0.15  0.21  19.56  0.08  100.00 

5  Jambi  3.22  9.99  29.12  2.73  3.07  22.33  7.56  1.59  0.38  0.84  19.10  0.08  100.00 

6  Sumatera Selatan  2.22  16.39  31.53  9.51  2.31  24.69  7.73  1.06  0.30  3.78  0.37  0.12  100.00 

7  Bengkulu  0.16  9.38  26.15  1.10  10.03  22.26  28.73  0.40  1.42  0.00  0.08  0.29  100.00 

8  Lampung  7.72  9.44  7.00  5.82  12.01  35.70  16.48  4.54  0.59  0.52  0.10  0.08  100.00 

9  Kepulauan Bangka Belitung  12.25  12.27  5.40  0.14  14.42  42.71  11.22  0.91  0.33  0.22  0.14  0.00  100.00 

10  Kepulauan Riau  4.07  38.13  20.29  3.05  1.57  22.98  5.84  2.11  0.14  0.12  1.58  0.10  100.00 

11  DKI Jakarta  24.37  24.64  17.73  7.56  23.43  1.28  0.18  0.17  0.00  0.02  0.44  0.19  100.00 

12  Jawa Barat  7.20  11.55  11.08  3.45  31.76  22.74  5.04  4.79  1.52  0.11  0.28  0.47  100.00 

13  Jawa Tengah  2.76  3.93  17.27  6.37  19.61  39.66  5.03  4.16  0.66  0.16  0.19  0.18  100.00 

14  DI Yogyakarta  15.27  6.54  7.76  0.14  17.31  47.93  3.95  0.78  0.06  ­  0.13  0.14  100.00 

15  Jawa Timur  8.41  7.99  16.38  6.12  23.85  28.75  2.44  5.06  0.43  0.01  0.36  0.19  100.00 

16  Banten  17.82  23.02  6.54  4.76  35.46  9.31  1.88  0.58  0.25  0.16  0.16  0.08  100.00 

17  Bali  20.79  13.18  29.52  0.65  8.84  14.60  0.85  8.64  0.75  0.83  1.26  0.08  100.00 

18  Nusa Tenggara Barat  6.12  6.74  18.88  3.61  9.12  37.77  5.73  6.73  5.12  0.10  0.09  0.00  100.00 

19  Nusa Tenggara Timur  0.81  3.66  54.32  4.46  2.54  22.88  4.99  3.96  1.25  0.07  0.17  0.88  100.00 

20  Kalimantan Barat  3.49  12.62  12.99  1.18  1.93  3.75  2.57  0.46  0.69  1.20  58.68  0.44  100.00 

21  Kalimantan Tengah  2.53  12.04  26.82  3.61  26.65  9.51  5.98  0.57  0.36  9.22  1.89  0.83  100.00 

22  Kalimantan Selatan  1.15  5.43  48.52  18.73  7.20  8.88  5.16  0.13  0.04  4.41  0.26  0.10  100.00 

23  Kalimantan Timur  2.46  18.92  51.54  9.07  3.79  3.16  2.25  0.92  0.10  1.98  5.19  0.62  100.00 

24  Sulawesi Utara  4.03  21.96  27.02  4.67  13.15  19.29  5.76  3.09  0.44  0.00  0.44  0.14  100.00 

25  Sulawesi Tengah  2.20  24.83  33.85  1.33  27.34  2.86  0.72  5.74  0.64  0.29  0.04  0.17  100.00 

26  Sulawesi Selatan  0.62  18.44  36.67  13.07  12.36  12.09  3.29  1.34  0.83  0.91  0.09  0.30  100.00 

27  Sulawesi Tenggara  0.70  7.27  44.74  3.20  12.36  16.55  3.35  9.50  1.09  0.81  0.23  0.20  100.00 

28  Gorontalo  0.41  8.67  26.40  3.16  9.63  46.24  3.19  2.00  0.28  ­  ­  ­  100.00 

29  Sulawesi Barat  1.00  6.78  38.79  1.91  15.88  25.12  3.58  3.81  3.13  ­  ­  ­  100.00 

30  Maluku  0.37  2.52  36.31  5.80  18.86  19.19  5.80  7.75  2.93  0.09  0.10  0.28  100.00 

31  Maluku Utara  0.51  6.67  47.21  3.78  3.33  29.39  1.21  0.45  ­  ­  6.45  1.01  100.00 

32  Papua  4.80  28.69  23.52  4.74  5.45  13.12  3.30  3.11  0.43  0.44  11.52  0.88  100.00 

33  Papua Barat  2.45  16.02  41.64  2.71  7.99  10.63  5.12  4.39  0.42  2.94  4.72  0.96  100.00 

Indonesia 7.80  12.36  18.57  5.17  21.45  23.79  4.32  3.39  0.78  0.43  1.66  0.26  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.8.b 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI. TAHUN 2008 
Perdesaan 
Air  Air  Ledeng  Ledeng  Sumur  Sumur  Mata Air  Mata Air 
No  Provinsi  Pompa  Air sungai  Air hujan  Lainnya Jumlah 
kemasan  Isi Ulang  Meteran  Eceran  Terlindung  Tak Terlindung  Terlindung  Tak Terlindung 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  0.36  5.92  4.24  1.71  4.77  44.93  23.23  5.02  3.99  4.43  1.04  0.37  100.00 

2  Sumatera Utara  0.22  1.17  3.94  1.39  19.44  26.40  16.46  11.54  8.74  5.21  4.62  0.87  100.00 

3  Sumatera Barat  0.29  2.03  8.74  1.83  5.09  33.51  17.78  11.81  9.10  5.54  3.66  0.62  100.00 

4  Riau  0.22  5.11  0.86  0.08  4.58  31.00  22.97  1.17  1.18  4.32  28.26  0.26  100.00 

5  Jambi  0.40  3.43  9.45  0.52  1.98  33.75  25.40  3.42  0.85  9.60  10.82  0.38  100.00 

6  Sumatera Selatan  0.26  3.15  1.97  0.55  2.95  38.42  22.65  2.82  1.53  13.96  11.07  0.70  100.00 

7  Bengkulu  0.10  1.90  3.94  0.73  2.60  19.17  53.09  5.06  8.06  4.44  0.19  0.73  100.00 

8  Lampung  0.75  2.04  0.87  0.19  3.77  48.29  30.76  4.95  5.50  1.37  1.18  0.32  100.00 

9  Kepulauan Bangka Belitung  4.64  5.08  0.78  0.03  7.78  51.49  25.60  1.75  1.38  1.29  0.12  0.05  100.00 

10  Kepulauan Riau  0.07  2.63  5.68  7.54  2.30  31.73  36.88  9.08  2.30  0.30  1.40  0.09  100.00 

11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

12  Jawa Barat  0.83  3.01  2.50  3.09  19.52  30.72  12.35  15.21  11.35  1.12  0.16  0.15  100.00 

13  Jawa Tengah  0.45  1.18  4.48  2.05  13.18  40.26  9.61  20.09  6.39  1.39  0.69  0.24  100.00 

14  DI Yogyakarta  0.13  ­  13.81  1.64  8.64  38.13  12.22  8.72  8.59  0.46  7.23  0.44  100.00 

15  Jawa Timur  0.86  2.00  5.42  2.08  20.22  39.38  7.28  16.62  4.23  0.45  0.36  1.11  100.00 

16  Banten  0.92  7.10  1.11  2.64  21.20  28.39  14.61  7.87  8.47  7.43  0.15  0.11  100.00 

17  Bali  2.22  1.36  30.17  1.14  2.28  12.73  2.70  28.03  8.14  2.88  7.07  1.28  100.00 

18  Nusa Tenggara Barat  2.09  1.19  5.60  1.63  10.62  43.30  12.41  17.00  5.48  0.41  0.11  0.15  100.00 

19  Nusa Tenggara Timur  0.04  0.23  5.37  2.36  1.29  17.56  10.76  33.78  19.37  5.95  2.91  0.39  100.00 

20  Kalimantan Barat  0.28  1.16  3.73  1.84  2.00  5.44  11.73  6.72  5.56  27.59  33.80  0.14  100.00 

21  Kalimantan Tengah  0.09  0.54  6.03  0.51  7.70  14.81  12.89  1.22  0.77  45.04  10.29  0.11  100.00 

22  Kalimantan Selatan  0.18  0.76  7.97  5.52  16.11  12.03  23.38  1.59  1.25  26.96  3.51  0.76  100.00 

23  Kalimantan Timur  0.45  7.19  14.59  2.50  6.56  10.68  15.44  4.09  2.82  22.95  12.04  0.70  100.00 

24  Sulawesi Utara  1.50  4.57  10.34  4.18  4.13  34.09  12.24  21.50  4.84  0.17  2.25  0.20  100.00 

25  Sulawesi Tengah  0.06  0.79  5.98  1.70  11.18  26.36  11.11  27.11  5.40  8.45  1.49  0.38  100.00 

26  Sulawesi Selatan  0.12  1.30  4.49  2.71  19.69  30.97  16.72  10.26  10.25  2.34  0.87  0.29  100.00 

27  Sulawesi Tenggara  0.06  0.57  6.37  2.99  4.90  35.37  17.46  22.61  4.18  2.19  2.73  0.57  100.00 

28  Gorontalo  0.08  2.14  6.03  0.89  4.11  58.58  14.82  6.00  3.69  3.64  ­  0.03  100.00 

29  Sulawesi Barat  ­  1.74  2.43  1.37  6.98  30.71  15.84  10.89  20.00  8.24  1.59  0.20  100.00 

30  Maluku  0.02  0.12  2.24  1.99  5.58  36.11  12.94  28.81  8.10  2.01  1.97  0.11  100.00 

31  Maluku Utara  0.00  0.40  4.91  1.29  0.94  43.83  24.15  7.86  3.01  9.52  4.02  0.07  100.00 

32  Papua  2.33  6.19  2.25  5.37  2.41  9.16  10.57  9.49  17.42  20.25  13.46  1.11  100.00 

33  Papua Barat  0.29  2.69  1.69  1.06  1.75  5.80  10.65  12.29  28.19  20.50  13.93  1.17  100.00 

Indonesia  0.60  2.24  4.73  2.06  12.91  33.15  14.36  13.77  7.15  4.95  3.59  0.49  100.00 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.9 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT RERATA PEMAKAIAN AIR BERSIH 
PER ORANG PER HARI DAN PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2007 

Rerata pemakaian air bersih per orang per hari (dalam liter) 
No  Provinsi 
< 5  5 ­ 19,9 20 ­ 49,9  50 ­ 99,9  ≥ 100 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  13.5  7.2  20.6  25.9  32.7 
2  Sumatera Utara  6.4  7.1  21.9  21.9  42.7 
3  Sumatera Barat  32.6  12.6  15.8  14.2  24.7 
4  Riau  32.0  11.6  10.5  14.0  31.9 
5  Jambi  5.3  11.2  41.2  22.9  19.5 
6  Sumatera Selatan  1.6  6.0  24.1  31.6  36.6 
7  Bengkulu  1.1  8.5  41.1  13.8  35.6 
8  Lampung  10.6  3.1  17.5  34.3  34.5 
9  Kepulauan Bangka Belitung  0.6  4.7  22.0  30.6  42.0 
10  Kepulauan Riau  23.0  8.1  9.6  36.5  22.9 
11  DKI Jakarta  0.7  8.0  10.9  17.3  63.1 
12  Jawa Barat  2.1  24.2  23.0  21.0  29.7 
13  Jawa Tengah  0.4  6.0  23.2  30.3  40.1 
14  DI Yogyakarta  0.3  3.0  13.0  28.2  55.5 
15  Jawa Timur  0.3  7.0  40.0  21.0  31.6 
16  Banten  0.4  4.6  21.1  23.5  50.3 
17  Bali  0.8  6.7  47.8  33.6  11.2 
18  Nusa Tenggara Barat  0.5  10.4  26.9  21.2  41.0 
19  Nusa Tenggara Timur  4.7  32.9  31.9  19.1  11.4 
20  Kalimantan Barat  1.9  8.2  31.7  28.2  29.9 
21  Kalimantan Tengah  0.3  4.3  37.6  30.5  27.4 
22  Kalimantan Selatan  0.3  2.4  27.6  36.1  33.7 
23  Kalimantan Timur  0.6  2.8  16.2  41.2  39.2 
24  Sulawesi Utara  1.2  9.1  17.6  27.7  44.4 
25  Sulawesi Tengah  2.3  12.7  42.6  22.7  19.7 
26  Sulawesi Selatan  0.1  13.7  29.1  32.7  24.5 
27  Sulawesi Tenggara  15.3  8.4  26.4  32.4  17.5 
28  Gorontalo  16.9  37.2  13.7  4.5  27.7 
29  Sulawesi Barat  13.6  31.9  19.3  17.5  17.7 
30  Maluku  1.6  15.2  31.1  23.5  28.6 
31  Maluku Utara  0.2  9.1  43.8  29.4  17.5 
32  Papua Barat  1.2  9.8  43.7  30.6  14.7 
33  Papua  13.0  26.9  28.0  20.8  11.2 
Indonesia  5.4  10.8  26.9  25.3  31.6 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 2.10 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM 
PER PROVINSI TAHUN 2007 

Kualitas fisik air minum 
No  Provinsi 
Keruh  Berbau  Berwarna Berasa  Berbusa  Baik *) 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  17.2  4.8  12.5  7.0  1.8  75.2 
2  Sumatera Utara  9.3  3.9  9.9  6.8  0.9  84.3 
3  Sumatera Barat  7.6  3.3  6.0  2.6  1.5  90.3 
4  Riau  9.1  3.5  9.6  5.0  1.3  84.9 
5  Jambi  8.2  1.3  6.3  3.2  0.8  88.5 
6  Sumatera Selatan  10.1  2.9  10.5  5.7  2.0  84.8 
7  Bengkulu  4.7  1.4  2.0  1.8  0.5  93.0 
8  Lampung  5.8  1.9  3.6  3.6  0.6  91.5 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1.7  1.9  2.6  2.6  0.7  95.3 
10  Kepulauan Riau  6.4  3.2  6.8  4.2  1.9  88.5 
11  DKI Jakarta  7.3  11.1  4.8  9.7  1.4  80.3 
12  Jawa Barat  6.6  3.8  4.4  4.0  1.1  88.6 
13  Jawa Tengah  7.4  1.9  3.5  3.1  0.6  89.2 
14  DI Yogyakarta  3.4  1.7  2.8  1.4  0.4  95.0 
15  Jawa Timur  3.7  1.9  2.5  2.8  0.7  92.9 
16  Banten  9.9  4.0  6.0  7.4  1.4  82.7 
17  Bali  3.0  1.1  4.1  3.7  0.3  92.5 
18  Nusa Tenggara Barat  5.3  2.6  2.5  4.1  0.7  90.1 
19  Nusa Tenggara Timur  11.7  2.3  4.5  6.2  1.5  84.8 
20  Kalimantan Barat  12.5  2.2  10.5  3.8  0.8  82.5 
21  Kalimantan Tengah  34.4  9.8  26.2  15.2  1.6  58.6 
22  Kalimantan Selatan  22.4  6.6  17.0  10.9  1.6  71.6 
23  Kalimantan Timur  15.9  5.8  11.2  6.8  1.7  79.2 
24  Sulawesi Utara  6.7  1.0  5.1  3.4  0.7  90.4 
25  Sulawesi Tengah  7.2  3.4  5.9  3.9  0.7  87.4 
26  Sulawesi Selatan  6.4  2.6  4.0  3.1  0.8  90.2 
27  Sulawesi Tenggara  10.5  1.6  6.1  7.7  0.4  81.9 
28  Gorontalo  7.3  2.0  4.7  3.9  1.3  89.7 
29  Sulawesi Barat  9.6  1.7  6.8  3.0  1.7  86.8 
30  Maluku  8.5  0.9  3.9  3.9  0.5  87.0 
31  Maluku Utara  8.4  1.2  6.9  11.0  0.8  80.4 
32  Papua Barat  15.5  5.6  13.5  7.5  4.3  79.5 
33  Papua  18.1  6.4  15.3  9.2  2.6  75.8 
Indonesia  9.3  3.2  6.8  5.0  1.1  86.0 
Baik*) = Tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa dan tidak berbau 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 2.11 
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR 
MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 

Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan + Perdesaan


No  Provinsi 
<= 10 m  > 10 m  Tidak Tahu  Jumlah  <= 10 m  > 10 m  Tidak Tahu  Jumlah  <= 10 m  > 10 m  Tidak Tahu  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  41.38  39.84  18.77  100.00  27.52  34.89  37.59  100.00  30.12  35.82  34.07  100.00 
2  Sumatera Utara  42.59  48.82  8.59  100.00  23.39  48.34  28.26  100.00  29.63  48.50  21.87  100.00 
3  Sumatera Barat  30.33  50.02  19.66  100.00  24.77  47.92  27.31  100.00  26.13  48.43  25.44  100.00 
4  Riau  39.97  47.84  12.19  100.00  30.23  52.81  16.96  100.00  34.30  50.73  14.97  100.00 
5  Jambi  21.21  68.55  10.24  100.00  17.58  62.41  20.01  100.00  18.32  63.66  18.02  100.00 
6  Sumatera Selatan  41.88  46.55  11.57  100.00  21.93  58.58  19.49  100.00  26.91  55.58  17.51  100.00 
7  Bengkulu  47.05  38.76  14.19  100.00  22.48  49.21  28.31  100.00  29.32  46.30  24.38  100.00 
8  Lampung  37.75  50.27  11.98  100.00  21.69  65.04  13.27  100.00  24.68  62.29  13.03  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  23.97  61.28  14.75  100.00  23.03  49.78  27.19  100.00  23.42  54.61  21.96  100.00 
10  Kepulauan Riau  32.98  46.03  20.99  100.00  13.17  34.99  51.85  100.00  19.27  38.39  42.33  100.00 
11  DKI Jakarta  40.42  54.17  5.41  100.00  ­  ­  ­  0.00  40.42  54.17  5.41  100.00 
12  Jawa Barat  37.22  42.74  20.04  100.00  26.39  42.99  30.62  100.00  31.93  42.86  25.21  100.00 
13  Jawa Tengah  26.13  53.65  20.22  100.00  15.11  58.38  26.51  100.00  19.76  56.38  23.86  100.00 
14  DI Yogyakarta  23.86  70.02  6.12  100.00  15.07  74.55  10.37  100.00  20.55  71.73  7.72  100.00 
15  Jawa Timur  24.24  59.69  16.07  100.00  13.90  60.93  25.16  100.00  18.02  60.44  21.55  100.00 
16  Banten  45.83  37.13  17.04  100.00  23.35  31.86  44.79  100.00  33.95  34.35  31.71  100.00 
17  Bali  25.52  58.59  15.89  100.00  10.82  60.76  28.42  100.00  17.58  59.76  22.65  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  24.94  36.57  38.50  100.00  15.62  44.27  40.11  100.00  18.82  41.62  39.55  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  36.39  53.89  9.72  100.00  9.41  55.22  35.37  100.00  11.71  55.11  33.18  100.00 
20  Kalimantan Barat  32.77  44.50  22.73  100.00  17.65  51.76  30.59  100.00  19.21  51.01  29.78  100.00 
21  Kalimantan Tengah  39.47  50.31  10.21  100.00  16.86  61.88  21.26  100.00  25.28  57.57  17.15  100.00 
22  Kalimantan Selatan  30.94  60.88  8.18  100.00  13.21  67.43  19.36  100.00  17.08  66.00  16.92  100.00 
23  Kalimantan Timur  28.76  47.59  23.65  100.00  16.92  60.63  22.45  100.00  20.45  56.75  22.81  100.00 
24  Sulawesi Utara  31.07  51.79  17.15  100.00  31.49  40.16  28.35  100.00  31.37  43.58  25.05  100.00 
25  Sulawesi Tengah  35.74  42.65  21.62  100.00  15.74  42.04  42.22  100.00  17.92  42.11  39.97  100.00 
26  Sulawesi Selatan  32.59  48.59  18.82  100.00  16.25  51.93  31.83  100.00  18.52  51.46  30.02  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  21.08  64.47  14.45  100.00  13.32  59.03  27.66  100.00  14.33  59.74  25.93  100.00 
28  Gorontalo  54.43  25.43  20.15  100.00  24.81  35.94  39.24  100.00  32.00  33.39  34.61  100.00 
29  Sulawesi Barat  23.70  52.79  23.50  100.00  12.17  47.15  40.68  100.00  14.87  48.48  36.66  100.00 
30  Maluku  22.50  58.11  19.39  100.00  16.52  47.30  36.18  100.00  17.56  49.18  33.26  100.00 
31  Maluku Utara  37.70  46.18  16.12  100.00  28.14  43.04  28.82  100.00  29.61  43.52  26.87  100.00 
32  Papua Barat  12.67  76.80  10.53  100.00  19.09  47.22  33.69  100.00  18.23  51.15  30.62  100.00 
33  Papua  40.31  31.17  28.52  100.00  12.69  46.38  40.93  100.00  16.12  44.49  39.39  100.00 
Indonesia  32.27  50.40  17.33  100.00  19.06  52.81  28.13  100.00  24.14  51.88  23.97  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.12 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR, 
TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Perkotaan Perdesaan  Perkotaan + Perdesaan 


No  Provinsi 
Sendiri  Bersama  Umum  Tidak Ada  Jumlah  Sendiri  Bersama  Umum  Tidak Ada  Jumlah  Sendiri  Bersama  Umum  Tidak Ada  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  78.19  10.62  3.68  7.51  100.00  47.10  7.05  10.06  35.79  100.00  56.05  8.08  8.22  27.64  100.00 
2  Sumatera Utara  87.65  7.89  1.66  2.80  100.00  60.03  5.64  6.06  28.28  100.00  72.76  6.67  4.03  16.53  100.00 
3  Sumatera Barat  72.11  14.71  3.08  10.10  100.00  40.24  13.76  7.76  38.23  100.00  51.18  14.09  6.16  28.57  100.00 
4  Riau  89.84  7.17  0.68  2.31  100.00  73.79  5.69  1.72  18.80  100.00  81.88  6.44  1.20  10.49  100.00 
5  Jambi  82.05  7.95  1.25  8.76  100.00  58.67  7.87  4.45  29.02  100.00  66.24  7.89  3.41  22.45  100.00 
6  Sumatera Selatan  79.82  11.24  2.42  6.52  100.00  52.92  9.97  5.69  31.41  100.00  63.31  10.46  4.43  21.79  100.00 
7  Bengkulu  78.76  14.18  1.65  5.42  100.00  51.67  7.46  3.19  37.68  100.00  61.16  9.82  2.65  26.37  100.00 
8  Lampung  74.40  13.11  2.19  10.31  100.00  68.90  13.72  1.33  16.06  100.00  70.19  13.58  1.53  14.70  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  81.15  6.14  2.76  9.96  100.00  52.35  4.27  3.02  40.36  100.00  66.11  5.16  2.89  25.83  100.00 
10  Kepulauan Riau  83.42  13.30  1.65  1.63  100.00  81.54  6.25  1.76  10.45  100.00  82.54  9.98  1.70  5.78  100.00 
11  DKI Jakarta  74.03  19.58  5.73  0.67  100.00  ­  ­  ­  ­  ­  74.03  19.58  5.73  0.67  100.00 
12  Jawa Barat  72.63  14.82  4.30  8.25  100.00  49.16  13.46  10.22  27.16  100.00  62.92  14.26  6.75  16.07  100.00 
13  Jawa Tengah  66.24  14.71  2.26  16.79  100.00  55.13  12.35  3.46  29.07  100.00  60.53  13.49  2.88  23.10  100.00 
14  DI Yogyakarta  58.45  31.18  0.70  9.67  100.00  78.68  15.25  0.53  5.55  100.00  65.67  25.49  0.64  8.20  100.00 
15  Jawa Timur  66.81  15.53  1.79  15.87  100.00  50.39  15.09  1.56  32.96  100.00  58.42  15.31  1.67  24.60  100.00 
16  Banten  74.35  16.09  2.35  7.21  100.00  34.92  6.10  3.81  55.17  100.00  58.66  12.12  2.93  26.30  100.00 
17  Bali  70.41  22.99  0.67  5.93  100.00  53.28  15.64  0.45  30.63  100.00  63.17  19.88  0.58  16.37  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  46.47  15.83  2.29  35.41  100.00  31.48  12.38  1.88  54.26  100.00  37.76  13.83  2.05  46.36  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  77.48  17.92  1.97  2.63  100.00  58.92  10.54  1.40  29.14  100.00  62.23  11.86  1.50  24.41  100.00 
20  Kalimantan Barat  87.25  7.12  1.25  4.38  100.00  47.66  6.04  3.81  42.49  100.00  58.67  6.34  3.10  31.90  100.00 
21  Kalimantan Tengah  72.53  14.93  5.39  7.16  100.00  43.38  16.87  10.73  29.01  100.00  53.29  16.21  8.91  21.58  100.00 
22  Kalimantan Selatan  73.29  15.28  5.19  6.24  100.00  48.12  14.88  7.12  29.88  100.00  58.56  15.05  6.32  20.07  100.00 
23  Kalimantan Timur  83.92  10.23  3.73  2.12  100.00  65.70  10.93  6.13  17.24  100.00  77.03  10.49  4.64  7.84  100.00 
24  Sulawesi Utara  69.82  22.87  1.80  5.51  100.00  56.87  15.24  2.98  24.91  100.00  62.49  18.55  2.47  16.49  100.00 
25  Sulawesi Tengah  75.68  11.55  4.74  8.03  100.00  43.91  7.83  3.70  44.56  100.00  50.58  8.61  3.92  36.89  100.00 
26  Sulawesi Selatan  73.15  17.60  1.57  7.67  100.00  51.10  9.13  1.66  38.10  100.00  58.20  11.86  1.63  28.31  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  70.73  18.65  3.70  6.91  100.00  54.41  7.55  2.23  35.81  100.00  58.15  10.09  2.57  29.19  100.00 
28  Gorontalo  53.70  17.71  9.42  19.18  100.00  21.85  13.41  10.32  54.42  100.00  31.82  14.75  10.04  43.39  100.00 
29  Sulawesi Barat  63.72  11.85  3.06  21.37  100.00  37.33  8.43  2.12  52.12  100.00  46.14  9.57  2.44  41.85  100.00 
30  Maluku  65.94  18.25  4.52  11.29  100.00  40.51  4.98  9.19  45.33  100.00  47.15  8.44  7.97  36.44  100.00 
31  Maluku Utara  70.52  20.60  3.19  5.68  100.00  33.09  12.68  18.21  36.02  100.00  44.21  15.03  13.75  27.01  100.00 
32  Papua Barat  71.43  18.60  8.31  1.66  100.00  36.31  18.45  13.87  31.37  100.00  44.32  18.48  12.60  24.60  100.00 
33  Papua  76.88  13.37  6.68  3.07  100.00  37.35  13.35  2.68  46.62  100.00  46.27  13.36  3.59  36.78  100.00 
Indonesia  71.92  15.18  2.93  9.97  100.00  52.00  11.69  4.61  31.71  100.00  61.68  13.38  3.79  21.14  100.00 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.13 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan + Perdesaan 

No  Provinsi  Leher angsa  "Plengsengan"  Cemplung/cubluk  Tidak pakai Jumlah 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  65.72  10.61  18.00  5.67  100.00 
2  Sumatera Utara  69.44  9.30  16.87  4.39  100.00 
3  Sumatera Barat  68.49  8.07  15.00  8.45  100.00 
4  Riau  69.64  12.15  14.80  3.41  100.00 
5  Jambi  65.49  9.06  18.54  6.91  100.00 
6  Sumatera Selatan  57.95  11.05  25.39  5.60  100.00 
7  Bengkulu  70.88  11.39  14.04  3.69  100.00 
8  Lampung  59.77  6.32  31.96  1.95  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  84.97  5.96  7.33  1.73  100.00 
10  Kepulauan Riau  58.05  6.73  29.31  5.92  100.00 
11  DKI Jakarta  86.79  12.00  1.02  0.19  100.00 
12  Jawa Barat  78.50  9.75  5.69  6.06  100.00 
13  Jawa Tengah  77.26  6.14  14.45  2.15  100.00 
14  DI Yogyakarta  85.41  2.33  12.08  0.18  100.00 
15  Jawa Timur  72.78  6.68  19.15  1.39  100.00 
16  Banten  89.03  4.66  4.85  1.46  100.00 
17  Bali  95.89  2.67  0.93  0.50  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  88.25  7.75  1.92  2.08  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  44.21  24.03  25.41  6.35  100.00 
20  Kalimantan Barat  70.86  11.59  11.82  5.73  100.00 
21  Kalimantan Tengah  47.39  9.94  26.08  16.59  100.00 
22  Kalimantan Selatan  68.06  7.01  13.93  11.00  100.00 
23  Kalimantan Timur  74.91  9.24  11.78  4.07  100.00 
24  Sulawesi Utara  83.05  11.26  3.92  1.77  100.00 
25  Sulawesi Tengah  83.54  5.21  8.92  2.33  100.00 
26  Sulawesi Selatan  79.54  7.77  11.00  1.70  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  69.61  7.32  20.69  2.38  100.00 
28  Gorontalo  88.82  3.59  4.87  2.72  100.00 
29  Sulawesi Barat  77.49  5.71  11.67  5.12  100.00 
30  Maluku  80.15  8.21  7.64  4.00  100.00 
31  Maluku Utara  85.19  6.13  6.02  2.67  100.00 
32  Papua Barat  48.15  30.47  13.59  7.79  100.00 
33  Papua  36.83  22.21  19.30  21.66  100.00 
Indonesia  74.67  8.44  13.19  3.70  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.13.a 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan 

No  Provinsi  Leher angsa  "Plengsengan"  Cemplung/cubluk  Tidak pakai Jumlah 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  85.51  7.66  5.36  1.47  100.00 
2  Sumatera Utara  83.71  8.11  6.68  1.51  100.00 
3  Sumatera Barat  86.42  5.15  6.25  2.19  100.00 
4  Riau  83.91  8.66  5.63  1.81  100.00 
5  Jambi  77.57  9.05  10.82  2.56  100.00 
6  Sumatera Selatan  82.29  9.57  6.84  1.30  100.00 
7  Bengkulu  82.23  14.76  2.46  0.55  100.00 
8  Lampung  83.89  6.19  8.57  1.34  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  86.06  7.21  6.11  0.62  100.00 
10  Kepulauan Riau  87.16  7.04  4.98  0.83  100.00 
11  DKI Jakarta  86.79  12.00  1.02  0.19  100.00 
12  Jawa Barat  85.26  9.31  2.66  2.76  100.00 
13  Jawa Tengah  87.58  5.09  6.33  1.00  100.00 
14  DI Yogyakarta  96.90  1.24  1.63  0.23  100.00 
15  Jawa Timur  86.28  5.55  7.51  0.66  100.00 
16  Banten  93.04  3.44  3.08  0.44  100.00 
17  Bali  96.44  2.55  0.81  0.19  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  90.05  7.99  1.17  0.79  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  80.37  14.25  4.26  1.11  100.00 
20  Kalimantan Barat  89.35  5.00  4.08  1.58  100.00 
21  Kalimantan Tengah  72.93  10.29  11.15  5.63  100.00 
22  Kalimantan Selatan  81.91  4.25  8.85  4.99  100.00 
23  Kalimantan Timur  82.06  8.54  7.86  1.55  100.00 
24  Sulawesi Utara  85.08  12.13  1.79  1.00  100.00 
25  Sulawesi Tengah  93.81  2.36  2.10  1.73  100.00 
26  Sulawesi Selatan  91.65  5.37  2.33  0.65  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  91.01  6.52  1.94  0.53  100.00 
28  Gorontalo  94.51  3.14  1.95  0.40  100.00 
29  Sulawesi Barat  87.28  6.15  3.37  3.20  100.00 
30  Maluku  88.96  5.27  3.21  2.55  100.00 
31  Maluku Utara  91.70  3.92  2.78  1.60  100.00 
32  Papua Barat  49.14  39.07  8.06  3.74  100.00 
33  Papua  58.59  35.02  5.84  0.54  100.00 
Indonesia  86.49  7.44  4.65  1.41  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.13.b 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perdesaan 

No  Provinsi  Leher angsa  "Plengsengan"  Cemplung/cubluk  Tidak pakai Jumlah 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  54.19  12.33  25.36  8.11  100.00 
2  Sumatera Utara  52.91  10.67  28.68  7.74  100.00 
3  Sumatera Barat  54.85  10.29  21.66  13.21  100.00 
4  Riau  52.19  16.43  26.01  5.37  100.00 
5  Jambi  58.05  9.06  23.30  9.59  100.00 
6  Sumatera Selatan  37.06  12.33  41.32  9.29  100.00 
7  Bengkulu  61.59  8.62  23.52  6.26  100.00 
8  Lampung  51.85  6.36  39.63  2.15  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  83.46  4.24  9.02  3.27  100.00 
10  Kepulauan Riau  22.13  6.34  59.33  12.20  100.00 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  66.43  10.54  11.09  11.94  100.00 
13  Jawa Tengah  65.82  7.30  23.46  3.42  100.00 
14  DI Yogyakarta  65.61  4.23  30.08  0.09  100.00 
15  Jawa Timur  56.57  8.03  33.13  2.27  100.00 
16  Banten  76.46  8.50  10.39  4.65  100.00 
17  Bali  94.88  2.89  1.15  1.07  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  86.42  7.50  2.69  3.39  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  33.43  26.94  31.72  7.91  100.00 
20  Kalimantan Barat  59.03  15.81  16.78  8.39  100.00 
21  Kalimantan Tengah  30.19  9.71  36.14  23.96  100.00 
22  Kalimantan Selatan  54.93  9.63  18.75  16.69  100.00 
23  Kalimantan Timur  60.98  10.61  19.43  8.98  100.00 
24  Sulawesi Utara  81.09  10.42  5.98  2.51  100.00 
25  Sulawesi Tengah  79.01  6.47  11.93  2.60  100.00 
26  Sulawesi Selatan  70.96  9.47  17.14  2.44  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  60.39  7.67  28.76  3.18  100.00 
28  Gorontalo  84.23  3.94  7.23  4.59  100.00 
29  Sulawesi Barat  69.43  5.36  18.51  6.71  100.00 
30  Maluku  75.09  9.89  10.18  4.83  100.00 
31  Maluku Utara  81.13  7.50  8.03  3.34  100.00 
32  Papua Barat  47.73  26.83  15.94  9.50  100.00 
33  Papua  25.30  15.43  26.42  32.84  100.00 
Indonesia  59.93  9.68  23.84  6.55  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.14 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA 
DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan + Perdesaan 

No  Provinsi  Tangki/septik  Kolam/sawah  Sungai/danau/laut  Lobang tanah  Pantai/kebun Lainnya  Jumlah 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  48.82  1.66  18.42  18.04  10.37  2.69  100.00 
2  Sumatera Utara  58.75  0.79  12.31  18.29  5.21  4.64  100.00 
3  Sumatera Barat  41.27  15.32  26.20  11.97  1.42  3.83  100.00 
4  Riau  58.48  1.52  10.65  24.26  4.26  0.83  100.00 
5  Jambi  42.29  1.67  25.38  26.31  3.39  0.96  100.00 
6  Sumatera Selatan  44.92  2.22  22.55  24.74  4.22  1.35  100.00 
7  Bengkulu  34.99  1.28  22.07  33.11  5.77  2.78  100.00 
8  Lampung  40.61  3.42  10.85  42.85  1.47  0.80  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  63.82  0.94  2.65  9.90  19.95  2.74  100.00 
10  Kepulauan Riau  49.42  0.54  28.06  11.52  8.98  1.49  100.00 
11  DKI Jakarta  88.74  0.81  6.61  2.56  0.06  1.23  100.00 
12  Jawa Barat  53.70  13.94  21.76  7.94  1.44  1.22  100.00 
13  Jawa Tengah  54.09  4.81  19.60  18.36  2.05  1.08  100.00 
14  DI Yogyakarta  74.91  1.22  7.98  15.29  0.20  0.40  100.00 
15  Jawa Timur  51.41  1.13  20.78  22.38  3.73  0.58  100.00 
16  Banten  61.56  7.16  10.25  6.79  13.08  1.17  100.00 
17  Bali  79.46  0.62  6.38  2.43  10.60  0.51  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  46.63  2.53  29.74  4.93  15.00  1.17  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  22.06  0.43  0.44  51.33  18.76  6.98  100.00 
20  Kalimantan Barat  38.81  1.50  22.57  22.73  11.40  2.99  100.00 
21  Kalimantan Tengah  27.80  0.93  43.13  25.09  1.29  1.77  100.00 
22  Kalimantan Selatan  39.86  0.79  30.82  26.66  1.63  0.23  100.00 
23  Kalimantan Timur  58.59  0.82  15.94  22.10  1.98  0.58  100.00 
24  Sulawesi Utara  60.88  1.57  10.16  19.21  5.11  3.08  100.00 
25  Sulawesi Tengah  48.76  1.13  21.54  12.51  12.57  3.48  100.00 
26  Sulawesi Selatan  55.55  1.58  9.28  15.80  16.55  1.26  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  48.19  0.58  8.38  22.83  17.36  2.67  100.00 
28  Gorontalo  46.63  1.23  19.29  8.44  22.53  1.88  100.00 
29  Sulawesi Barat  42.50  0.54  21.26  14.50  19.63  1.58  100.00 
30  Maluku  47.66  0.83  9.55  9.13  29.69  3.14  100.00 
31  Maluku Utara  58.13  0.73  8.68  8.10  19.74  4.61  100.00 
32  Papua Barat  47.26  1.18  19.06  15.12  12.07  5.31  100.00 
33  Papua  29.42  1.16  4.95  27.87  23.39  13.21  100.00 
Indonesia  53.33  4.70  17.93  17.21  5.23  1.61  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.14.a 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA 
DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan 

No  Provinsi  Tangki/septik  Kolam/sawah  Sungai/danau/laut  Lobang tanah  Pantai/kebun  Lainnya  Jumlah

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  79.36  1.48  5.80  8.80  2.48  2.08  100.00 
2  Sumatera Utara  82.98  0.62  5.24  8.37  0.64  2.15  100.00 
3  Sumatera Barat  70.10  7.08  9.96  7.55  1.32  3.99  100.00 
4  Riau  83.37  1.14  4.16  9.07  1.98  0.28  100.00 
5  Jambi  66.94  1.86  12.01  14.66  3.38  1.14  100.00 
6  Sumatera Selatan  77.75  1.79  9.04  10.39  0.19  0.86  100.00 
7  Bengkulu  59.27  1.11  7.31  28.77  0.34  3.19  100.00 
8  Lampung  69.10  3.72  11.44  13.79  0.72  1.24  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  79.68  0.87  2.37  8.30  7.39  1.37  100.00 
10  Kepulauan Riau  78.62  0.62  5.10  12.90  1.91  0.85  100.00 
11  DKI Jakarta  88.74  0.81  6.61  2.56  0.06  1.23  100.00 
12  Jawa Barat  62.99  6.89  22.35  5.68  0.42  1.67  100.00 
13  Jawa Tengah  68.32  2.44  17.31  10.40  0.96  0.57  100.00 
14  DI Yogyakarta  84.23  1.13  10.26  4.09  0.00  0.29  100.00 
15  Jawa Timur  69.19  0.82  16.60  12.06  1.05  0.28  100.00 
16  Banten  83.07  6.59  3.82  3.74  1.92  0.86  100.00 
17  Bali  90.22  0.73  4.26  1.87  2.54  0.37  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  58.33  2.53  28.54  4.07  6.03  0.50  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  53.24  0.54  0.59  43.02  2.10  0.51  100.00 
20  Kalimantan Barat  76.17  1.42  6.58  13.74  1.49  0.60  100.00 
21  Kalimantan Tengah  54.91  0.72  17.26  24.91  0.18  2.01  100.00 
22  Kalimantan Selatan  62.74  0.79  17.96  18.31  0.00  0.20  100.00 
23  Kalimantan Timur  74.19  0.85  9.65  13.88  1.24  0.19  100.00 
24  Sulawesi Utara  74.35  1.74  4.28  15.15  1.64  2.83  100.00 
25  Sulawesi Tengah  83.49  0.07  8.08  5.66  1.49  1.21  100.00 
26  Sulawesi Selatan  83.47  0.55  4.20  7.47  3.35  0.97  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  82.69  0.43  3.51  9.68  2.86  0.84  100.00 
28  Gorontalo  77.01  0.65  9.52  2.97  8.39  1.46  100.00 
29  Sulawesi Barat  70.40  0.00  9.62  4.43  14.71  0.84  100.00 
30  Maluku  76.51  0.58  8.08  4.92  8.51  1.40  100.00 
31  Maluku Utara  85.68  0.41  3.36  3.95  4.34  2.27  100.00 
32  Papua Barat  77.84  1.28  8.29  8.55  1.65  2.38  100.00 
33  Papua  78.85  1.29  4.17  13.34  2.14  0.21  100.00 
Indonesia  72.29  2.93  13.97  8.64  1.14  1.04  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.14.b 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA 
DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perdesaan 

No  Provinsi  Tangki/septik  Kolam/sawah  Sungai/danau/laut  Lobang tanah  Pantai/kebun  Lainnya  Jumlah

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  36.47  1.73  23.53  21.78  13.56  2.93  100.00 
2  Sumatera Utara  38.03  0.94  18.36  26.78  9.13  6.76  100.00 
3  Sumatera Barat  26.20  19.62  34.68  14.28  1.47  3.75  100.00 
4  Riau  33.18  1.91  17.25  39.69  6.58  1.39  100.00 
5  Jambi  30.47  1.59  31.79  31.90  3.39  0.87  100.00 
6  Sumatera Selatan  24.24  2.50  31.06  33.78  6.77  1.66  100.00 
7  Bengkulu  21.88  1.37  30.04  35.45  8.70  2.56  100.00 
8  Lampung  31.85  3.32  10.67  51.78  1.71  0.67  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  49.30  1.00  2.90  11.36  31.44  4.00  100.00 
10  Kepulauan Riau  16.63  0.44  53.84  9.97  16.91  2.20  100.00 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  40.52  23.92  20.93  11.16  2.89  0.57  100.00 
13  Jawa Tengah  40.63  7.05  21.76  25.90  3.09  1.57  100.00 
14  DI Yogyakarta  58.13  1.38  3.87  35.46  0.57  0.59  100.00 
15  Jawa Timur  34.39  1.42  24.78  32.24  6.29  0.88  100.00 
16  Banten  29.02  8.02  19.96  11.40  29.95  1.64  100.00 
17  Bali  64.77  0.47  9.28  3.19  21.60  0.70  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  38.19  2.53  30.60  5.55  21.47  1.66  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  15.29  0.41  0.40  53.13  22.38  8.39  100.00 
20  Kalimantan Barat  24.42  1.53  28.73  26.19  15.22  3.91  100.00 
21  Kalimantan Tengah  13.83  1.03  56.45  25.19  1.86  1.65  100.00 
22  Kalimantan Selatan  23.63  0.79  39.95  32.58  2.79  0.26  100.00 
23  Kalimantan Timur  32.93  0.76  26.28  35.62  3.18  1.22  100.00 
24  Sulawesi Utara  50.55  1.44  14.66  22.31  7.77  3.26  100.00 
25  Sulawesi Tengah  39.53  1.42  25.12  14.34  15.52  4.08  100.00 
26  Sulawesi Selatan  42.28  2.07  11.69  19.76  22.81  1.39  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  37.95  0.62  9.82  26.74  21.66  3.21  100.00 
28  Gorontalo  32.78  1.50  23.75  10.93  28.97  2.07  100.00 
29  Sulawesi Barat  28.52  0.81  27.09  19.55  22.09  1.95  100.00 
30  Maluku  37.47  0.92  10.07  10.61  37.17  3.76  100.00 
31  Maluku Utara  46.49  0.87  10.93  9.86  26.25  5.60  100.00 
32  Papua Barat  38.24  1.14  22.24  17.06  15.15  6.17  100.00 
33  Papua  15.01  1.12  5.18  32.11  29.59  17.01  100.00 
Indonesia  35.39  6.37  21.67  25.32  9.09  2.15  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.15 
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M 2 ). 
TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Luas Lantai (m2) 
No  Provinsi  Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan/Perdesaan
<19  20­49  50­99  100­149  150+  Jumlah  <19  20­49  50­99  100­149  150+  Jumlah  <19  20­49  50­99  100­149  150+  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19)  (20) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  4.00  41.71  35.78  10.80  7.71  100.00  3.15  57.49  32.26  5.04  2.06  100.00  3.39  52.94  33.28  6.70  3.69  100.00 

2  Sumatera Utara  2.90  33.07  44.91  12.17  6.96  100.00  3.47  48.96  41.55  4.66  1.36  100.00  3.21  41.63  43.10  8.12  3.94  100.00 

3  Sumatera Barat  6.75  30.87  37.78  14.50  10.10  100.00  4.34  42.34  42.97  7.75  2.59  100.00  5.17  38.40  41.19  10.07  5.17  100.00 

4  Riau  2.47  37.66  40.19  13.88  5.80  100.00  1.84  47.53  40.47  7.14  3.02  100.00  2.16  42.56  40.33  10.54  4.42  100.00 

5  Jambi  1.65  35.65  45.08  13.48  4.13  100.00  2.17  41.23  47.60  6.77  2.23  100.00  2.00  39.42  46.79  8.94  2.85  100.00 

6  Sumatera Selatan  7.32  48.85  32.60  7.08  4.14  100.00  4.76  49.13  40.90  3.77  1.44  100.00  5.75  49.03  37.69  5.05  2.49  100.00 

7  Bengkulu  7.69  37.81  37.22  10.69  6.59  100.00  3.48  55.15  37.18  2.57  1.61  100.00  4.96  49.07  37.20  5.42  3.36  100.00 

8  Lampung  4.60  29.02  51.71  8.82  5.84  100.00  1.40  28.00  58.80  9.13  2.67  100.00  2.15  28.24  57.13  9.06  3.41  100.00 

9  Kepulauan Bangka Belitung  1.63  41.79  44.16  8.47  3.95  100.00  1.19  46.60  42.09  7.66  2.47  100.00  1.40  44.30  43.08  8.04  3.18  100.00 

10  Kepulauan Riau  7.85  37.29  40.34  9.08  5.44  100.00  3.61  38.51  40.23  7.40  10.24  100.00  5.85  37.87  40.29  8.29  7.70  100.00 

11  DKI Jakarta  24.17  31.36  22.09  10.49  11.88  100.00  ­  ­  ­  ­  ­  ­  24.17  31.36  22.09  10.49  11.88  100.00 

12  Jawa Barat  8.29  35.03  39.37  10.76  6.54  100.00  2.83  50.38  39.93  5.26  1.60  100.00  6.03  41.38  39.60  8.49  4.50  100.00 

13  Jawa Tengah  3.00  17.99  52.19  15.70  11.11  100.00  0.58  14.85  56.29  17.60  10.67  100.00  1.76  16.38  54.30  16.68  10.88  100.00 

14  DI Yogyakarta  20.80  18.08  37.36  13.47  10.29  100.00  0.69  10.06  53.76  21.77  13.71  100.00  13.62  15.22  43.21  16.43  11.51  100.00 

15  Jawa Timur  6.52  26.27  47.50  12.25  7.47  100.00  1.43  25.98  51.94  13.64  7.01  100.00  3.92  26.12  49.77  12.96  7.23  100.00 

16  Banten  11.96  24.18  41.75  12.38  9.73  100.00  2.14  36.07  53.96  5.86  1.97  100.00  8.05  28.91  46.61  9.78  6.64  100.00 

17  Bali  18.36  25.71  32.69  13.51  9.74  100.00  5.41  45.81  38.91  6.90  2.98  100.00  12.88  34.21  35.32  10.71  6.88  100.00 

18  Nusa Tenggara Barat  14.09  54.35  22.25  5.60  3.71  100.00  9.02  63.14  24.71  2.32  0.81  100.00  11.14  59.46  23.68  3.69  2.02  100.00 

19  Nusa Tenggara Timur  11.94  44.53  31.80  7.40  4.33  100.00  5.71  67.33  23.93  2.47  0.55  100.00  6.82  63.26  25.34  3.35  1.23  100.00 

20  Kalimantan Barat  3.06  31.50  40.87  14.10  10.48  100.00  2.45  54.91  36.59  4.49  1.56  100.00  2.62  48.40  37.78  7.16  4.04  100.00 

21  Kalimantan Tengah  6.48  43.30  37.24  8.51  4.47  100.00  2.60  53.28  39.81  3.15  1.15  100.00  3.92  49.88  38.94  4.98  2.28  100.00 

22  Kalimantan Selatan  10.22  40.40  34.24  8.65  6.49  100.00  4.34  44.66  43.28  6.12  1.61  100.00  6.78  42.89  39.53  7.17  3.64  100.00 

23  Kalimantan Timur  7.35  40.48  34.26  9.68  8.23  100.00  1.58  44.40  43.61  7.41  3.00  100.00  5.17  41.96  37.79  8.82  6.25  100.00 

24  Sulawesi Utara  9.29  47.81  30.99  7.37  4.53  100.00  3.97  59.38  30.76  4.01  1.88  100.00  6.28  54.36  30.86  5.47  3.03  100.00 

25  Sulawesi Tengah  8.08  34.37  34.38  12.69  10.49  100.00  3.64  47.53  38.11  7.87  2.85  100.00  4.57  44.77  37.32  8.88  4.46  100.00 

26  Sulawesi Selatan  11.14  28.54  35.97  13.47  10.88  100.00  2.20  32.34  51.49  10.87  3.10  100.00  5.08  31.11  46.49  11.71  5.61  100.00 

27  Sulawesi Tenggara  13.75  32.10  34.86  11.07  8.21  100.00  2.99  41.35  43.56  8.83  3.27  100.00  5.45  39.23  41.57  9.34  4.41  100.00 

28  Gorontalo  3.48  45.02  35.58  9.36  6.56  100.00  7.76  57.35  27.12  4.78  2.99  100.00  6.42  53.49  29.77  6.21  4.11  100.00 

29  Sulawesi Barat  1.83  28.13  51.25  11.47  7.32  100.00  6.32  48.80  38.04  5.39  1.44  100.00  4.82  41.90  42.45  7.42  3.41  100.00 

30  Maluku  7.91  46.12  35.23  7.26  3.48  100.00  1.99  50.88  41.01  5.13  0.99  100.00  3.54  49.64  39.50  5.68  1.64  100.00 

31  Maluku Utara  12.29  20.87  44.97  15.42  6.46  100.00  0.98  38.95  49.54  8.69  1.84  100.00  4.34  33.58  48.18  10.69  3.21  100.00 

32  Papua Barat  16.53  39.77  29.60  9.11  4.99  100.00  6.94  63.03  26.37  1.96  1.70  100.00  9.13  57.72  27.11  3.59  2.45  100.00 

33  Papua  13.24  50.42  25.25  6.29  4.80  100.00  37.08  52.57  8.98  1.16  0.20  100.00  31.70  52.09  12.65  2.32  1.24  100.00 

Indonesia  8.68  30.48  40.83  11.87  8.13  100.00  2.99  38.49  45.20  9.06  4.25  100.00  5.76  34.60  43.08  10.43  6.14  100.00 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.16 

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TIPE DAERAH, DAN JENIS LANTAI TERLUAS (M 2 ) DAN PROVINSI, TAHUN 2008 

Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan+Perdesaan 


No  Provinsi
Bukan tanah  Tanah  Jumlah  Bukan Tanah  Tanah  Jumlah  Bukan Tanah  Tanah  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  95.83  4.17  100.00  87.01  12.99  100.00  89.55  10.45  100.00 

2  Sumatera Utara  97.17  2.83  100.00  92.28  7.72  100.00  94.54  5.46  100.00 

3  Sumatera Barat  97.40  2.60  100.00  96.10  3.90  100.00  96.55  3.45  100.00 

4  Riau  98.41  1.59  100.00  96.38  3.62  100.00  97.41  2.59  100.00 

5  Jambi  97.93  2.07  100.00  92.94  7.06  100.00  94.56  5.44  100.00 

6  Sumatera Selatan  96.69  3.31  100.00  85.05  14.95  100.00  89.55  10.45  100.00 

7  Bengkulu  97.73  2.27  100.00  87.51  12.49  100.00  91.09  8.91  100.00 

8  Lampung  90.89  9.11  100.00  77.48  22.52  100.00  80.63  19.37  100.00 

9  Kepulauan Bangka Belitung  97.69  2.31  100.00  96.70  3.30  100.00  97.18  2.82  100.00 

10  Kepulauan Riau  95.03  4.97  100.00  94.49  5.51  100.00  94.78  5.22  100.00 

11  DKI Jakarta  98.20  1.80  100.00  ­  ­  ­  98.20  1.80  100.00 

12  Jawa Barat  96.28  3.72  100.00  91.73  8.27  100.00  94.39  5.61  100.00 

13  Jawa Tengah  85.94  14.06  100.00  62.58  37.42  100.00  73.93  26.07  100.00 

14  DI Yogyakarta  94.65  5.35  100.00  83.25  16.75  100.00  90.58  9.42  100.00 

15  Jawa Timur  91.76  8.24  100.00  69.71  30.29  100.00  80.49  19.51  100.00 

16  Banten  96.23  3.77  100.00  85.31  14.69  100.00  91.88  8.12  100.00 

17  Bali  97.03  2.97  100.00  91.22  8.78  100.00  94.58  5.42  100.00 

18  Nusa Tenggara Barat  91.13  8.87  100.00  85.88  14.12  100.00  88.08  11.92  100.00 

19  Nusa Tenggara Timur  92.01  7.99  100.00  51.82  48.18  100.00  58.99  41.01  100.00 

20  Kalimantan Barat  98.34  1.66  100.00  96.93  3.07  100.00  97.32  2.68  100.00 

21  Kalimantan Tengah  97.55  2.45  100.00  96.18  3.82  100.00  96.65  3.35  100.00 

22  Kalimantan Selatan  98.68  1.32  100.00  97.17  2.83  100.00  97.80  2.20  100.00 

23  Kalimantan Timur  96.99  3.01  100.00  95.32  4.68  100.00  96.36  3.64  100.00 

24  Sulawesi Utara  94.15  5.85  100.00  87.67  12.33  100.00  90.48  9.52  100.00 

25  Sulawesi Tengah  97.60  2.40  100.00  89.95  10.05  100.00  91.56  8.44  100.00 

26  Sulawesi Selatan  97.38  2.62  100.00  95.43  4.57  100.00  96.06  3.94  100.00 

27  Sulawesi Tenggara  93.57  6.43  100.00  87.49  12.51  100.00  88.88  11.12  100.00 

28  Gorontalo  96.47  3.53  100.00  86.83  13.17  100.00  89.85  10.15  100.00 

29  Sulawesi Barat  94.91  5.09  100.00  90.92  9.08  100.00  92.26  7.74  100.00 

30  Maluku  96.50  3.50  100.00  80.07  19.93  100.00  84.36  15.64  100.00 

31  Maluku Utara  96.35  3.65  100.00  73.86  26.14  100.00  80.54  19.46  100.00 

32  Papua Barat  96.54  3.46  100.00  86.85  13.15  100.00  89.06  10.94  100.00 

33  Papua  95.40  4.60  100.00  70.62  29.38  100.00  76.21  23.79  100.00 

Indonesia  94.10  5.90  100.00  81.32  18.68  100.00  87.53  12.47  100.00 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.17 

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TIPE DAERAH, DAN  JENIS DINDING TERLUAS (M 2 ) DAN PROVINSI, TAHUN 2008 

Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan+Perdesaan


No  Provinsi 
Tembok  Kayu  Bambu  Lainnya  Jumlah  Tembok  Kayu  Bambu  Lainnya  Jumlah  Tembok  Kayu  Bambu  Lainnya  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  51.36  47.42  0.52  0.70  100.00  29.62  66.45  2.70  1.23  100.00  35.88  60.97  2.07  1.08  100.00 

2  Sumatera Utara  67.45  26.97  4.57  1.01  100.00  36.66  55.31  6.91  1.12  100.00  50.85  42.25  5.83  1.07  100.00 

3  Sumatera Barat  79.29  19.71  0.47  0.52  100.00  63.59  33.38  2.50  0.54  100.00  68.98  28.69  1.80  0.53  100.00 

4  Riau  64.04  34.86  0.09  1.02  100.00  35.45  63.29  0.43  0.84  100.00  49.86  48.96  0.26  0.93  100.00 

5  Jambi  58.16  41.28  0.10  0.46  100.00  45.57  53.29  0.58  0.57  100.00  49.65  49.39  0.42  0.53  100.00 

6  Sumatera Selatan  67.29  32.04  0.45  0.22  100.00  31.63  64.18  2.69  1.50  100.00  45.41  51.75  1.83  1.01  100.00 

7  Bengkulu  74.41  21.66  3.47  0.46  100.00  44.12  50.36  4.96  0.56  100.00  54.74  40.30  4.44  0.52  100.00 

8  Lampung  76.96  10.23  12.35  0.46  100.00  56.92  28.00  14.01  1.07  100.00  61.63  23.83  13.62  0.92  100.00 

9  Kepulauan Bangka Belitung  73.78  25.28  0.08  0.86  100.00  53.26  44.63  1.12  0.99  100.00  63.07  35.38  0.62  0.93  100.00 

10  Kepulauan Riau  78.45  20.70  0.17  0.68  100.00  19.24  79.75  0.40  0.62  100.00  50.56  48.51  0.28  0.65  100.00 

11  DKI Jakarta  91.31  7.37  0.31  1.01  100.00  ­  ­  ­  ­  ­  91.31  7.37  0.31  1.01  100.00 

12  Jawa Barat  88.02  2.56  9.15  0.26  100.00  61.35  4.63  33.70  0.33  100.00  76.99  3.42  19.31  0.29  100.00 

13  Jawa Tengah  82.20  11.81  5.74  0.26  100.00  56.57  31.10  11.71  0.62  100.00  69.03  21.72  8.81  0.44  100.00 

14  DI Yogyakarta  94.07  2.23  3.41  0.29  100.00  75.07  9.24  15.62  0.07  100.00  87.29  4.73  7.77  0.21  100.00 

15  Jawa Timur  88.55  4.62  6.41  0.42  100.00  67.57  16.58  14.97  0.87  100.00  77.83  10.73  10.78  0.65  100.00 

16  Banten  92.64  3.28  3.73  0.36  100.00  61.55  3.88  34.40  0.17  100.00  80.27  3.51  15.94  0.29  100.00 

17  Bali  95.97  1.60  2.16  0.28  100.00  90.55  2.45  6.81  0.19  100.00  93.67  1.96  4.13  0.24  100.00 

18  Nusa Tenggara Barat  80.08  4.91  14.84  0.17  100.00  57.47  15.62  26.41  0.51  100.00  66.94  11.13  21.57  0.36  100.00 

19  Nusa Tenggara Timur  59.11  7.73  15.90  17.26  100.00  21.28  10.64  43.66  24.42  100.00  28.03  10.12  38.71  23.14  100.00 

20  Kalimantan Barat  75.09  23.62  0.09  1.20  100.00  41.29  54.20  0.99  3.52  100.00  50.69  45.70  0.74  2.88  100.00 

21  Kalimantan Tengah  33.82  65.56  0.38  0.23  100.00  6.67  92.31  0.65  0.37  100.00  15.90  83.22  0.56  0.32  100.00 

22  Kalimantan Selatan  23.83  75.22  0.25  0.70  100.00  7.41  91.41  0.60  0.57  100.00  14.23  84.69  0.46  0.62  100.00 

23  Kalimantan Timur  42.68  56.82  0.22  0.27  100.00  12.46  86.55  0.44  0.55  100.00  31.26  68.06  0.30  0.38  100.00 

24  Sulawesi Utara  72.28  23.28  3.22  1.22  100.00  56.32  35.28  7.86  0.54  100.00  63.25  30.07  5.84  0.83  100.00 

25  Sulawesi Tengah  66.41  32.88  0.11  0.60  100.00  42.59  53.44  3.53  0.44  100.00  47.59  49.12  2.81  0.47  100.00 

26  Sulawesi Selatan  58.70  27.03  5.45  8.82  100.00  20.20  54.96  14.23  10.61  100.00  32.59  45.97  11.40  10.04  100.00 

27  Sulawesi Tenggara  54.29  41.03  2.20  2.49  100.00  28.09  65.69  5.28  0.94  100.00  34.09  60.05  4.57  1.30  100.00 

28  Gorontalo  78.54  7.63  13.10  0.73  100.00  49.47  26.59  23.04  0.90  100.00  58.57  20.66  19.93  0.85  100.00 

29  Sulawesi Barat  39.57  44.25  4.75  11.43  100.00  21.77  67.54  6.90  3.78  100.00  27.71  59.76  6.18  6.34  100.00 

30  Maluku  71.87  24.89  1.07  2.17  100.00  65.30  25.67  2.79  6.23  100.00  67.02  25.47  2.34  5.17  100.00 

31  Maluku Utara  81.14  16.00  0.76  2.10  100.00  61.30  31.33  4.53  2.83  100.00  67.19  26.78  3.41  2.62  100.00 

32  Papua Barat  75.75  23.76  0.00  0.49  100.00  36.17  55.67  1.78  6.38  100.00  45.20  48.39  1.38  5.03  100.00 

33  Papua  73.27  25.77  0.55  0.41  100.00  10.52  80.23  0.79  8.46  100.00  24.69  67.93  0.74  6.64  100.00 

Indonesia  81.26  12.59  5.38  0.78  100.00  50.56  32.60  14.87  1.96  100.00  65.49  22.87  10.26  1.39  100.00 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.18 
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan + Perdesaan 
Keluhan Kesehatan 
% Penduduk yang 
No  Provinsi  Diare/ Buang­  Asma/Nafas  Keluhan  Mempunyai Keluhan 
Panas  Sakit Kepala  Batuk  Pilek  Sakit Gigi
Buang Air  Sesak  Lainnya  Kesehatan 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  15.88  8.60  17.01  15.30  2.86  2.56  3.42  12.10  36.80 
2  Sumatera Utara  9.73  3.91  10.43  9.36  2.11  1.24  1.28  9.00  25.19 
3  Sumatera Barat  14.84  7.89  15.28  14.89  2.37  2.02  2.59  11.00  34.65 
4  Riau  12.97  6.52  14.74  14.19  1.87  1.55  2.46  8.28  30.35 
5  Jambi  9.06  4.39  10.66  10.00  1.39  1.35  1.54  8.78  25.77 
6  Sumatera Selatan  13.00  8.60  16.80  17.19  1.92  2.03  2.54  12.05  36.18 
7  Bengkulu  11.08  4.91  14.34  14.35  1.56  1.84  1.98  11.97  32.50 
8  Lampung  12.40  6.62  18.50  17.92  1.85  1.41  2.47  14.04  36.49 
9  Kepulauan Bangka Belitung  11.60  9.58  17.36  17.01  1.79  2.58  2.60  13.04  36.06 
10  Kepulauan Riau  13.04  5.18  15.26  14.55  1.20  1.38  1.53  8.48  29.81 
11  DKI Jakarta  11.86  5.99  19.02  18.33  1.88  1.45  1.51  12.93  37.83 
12  Jawa Barat  10.70  5.23  13.54  13.94  1.56  1.85  1.63  13.04  32.07 
13  Jawa Tengah  8.68  5.66  15.09  15.26  1.30  1.21  1.56  12.29  32.05 
14  DI Yogyakarta  8.29  5.34  19.48  19.34  1.00  1.51  2.01  13.52  39.10 
15  Jawa Timur  9.83  4.78  14.86  13.99  1.49  1.52  1.71  11.57  31.81 
16  Banten  11.98  7.62  16.37  15.87  1.64  1.89  2.10  14.44  37.01 
17  Bali  18.27  7.91  17.96  18.26  1.71  2.52  2.42  14.69  39.58 
18  Nusa Tenggara Barat  17.44  8.19  17.02  18.14  2.40  2.25  2.37  14.40  38.81 
19  Nusa Tenggara Timur  24.38  14.71  29.28  27.19  4.28  3.61  4.17  15.19  47.04 
20  Kalimantan Barat  13.44  8.79  16.05  14.87  2.26  2.29  2.54  10.87  33.92 
21  Kalimantan Tengah  9.21  5.31  12.05  11.44  1.86  1.69  1.99  6.33  26.04 
22  Kalimantan Selatan  13.08  7.41  18.23  16.99  2.53  2.03  2.68  12.51  40.19 
23  Kalimantan Timur  8.80  4.06  13.02  13.58  1.29  1.54  1.55  8.46  27.82 
24  Sulawesi Utara  17.20  8.38  19.72  18.38  2.34  1.76  3.48  11.61  38.43 
25  Sulawesi Tengah  16.97  9.16  15.92  14.51  2.79  2.88  3.61  13.26  39.65 
26  Sulawesi Selatan  10.33  5.31  10.22  9.59  1.64  1.69  1.65  9.81  28.56 
27  Sulawesi Tenggara  15.59  7.84  14.32  13.55  2.29  2.02  2.89  10.37  36.50 
28  Gorontalo  32.98  11.39  25.05  18.64  4.27  3.50  5.03  10.81  49.66 
29  Sulawesi Barat  15.78  10.80  14.56  14.27  3.31  1.90  3.26  11.49  36.39 
30  Maluku  14.97  7.15  18.43  15.92  2.53  2.30  2.88  10.49  34.47 
31  Maluku Utara  19.07  9.91  16.62  11.82  3.12  2.16  2.99  9.61  35.59 
32  Papua Barat  12.29  5.29  13.07  12.74  1.15  1.46  1.42  10.03  29.51 
33  Papua  12.25  6.43  16.02  14.96  2.86  1.98  3.33  9.51  31.81 
Indonesia  11.56  6.15  15.24  14.83  1.79  1.72  1.98  11.96  33.24 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.18.a 
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan 
Keluhan Kesehatan 
% Penduduk yang 
No  Provinsi  Diare/ Buang­  Asma/Nafas  Keluhan  Mempunyai Keluhan 
Panas  Sakit Kepala  Batuk Pilek  Sakit Gigi 
Buang Air  Sesak  Lainnya  Kesehatan 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  12.03  6.33  13.30  12.67  1.84  1.49  2.80  10.58  31.57 
2  Sumatera Utara  9.23  3.38  9.91  8.61  1.78  0.89  0.97  8.16  23.81 
3  Sumatera Barat  12.43  5.75  13.87  12.99  1.55  1.31  1.64  8.96  29.17 
4  Riau  12.10  4.93  14.44  14.18  1.41  1.20  1.81  7.38  27.89 
5  Jambi  8.03  3.74  9.72  8.85  1.20  1.13  0.85  8.74  23.54 
6  Sumatera Selatan  15.05  10.16  21.22  21.30  1.74  2.17  2.72  13.86  41.26 
7  Bengkulu  11.20  3.81  15.85  16.11  1.71  1.95  1.36  12.12  32.99 
8  Lampung  14.86  7.90  21.91  21.13  2.13  1.59  3.00  15.35  41.34 
9  Kepulauan Bangka Belitung  11.41  9.09  16.96  17.00  1.53  2.13  2.26  13.12  36.24 
10  Kepulauan Riau  12.81  4.55  16.46  16.14  1.22  1.32  1.50  8.09  30.88 
11  DKI Jakarta  11.86  5.99  19.02  18.33  1.88  1.45  1.51  12.93  37.83 
12  Jawa Barat  9.66  4.47  13.03  13.27  1.45  1.65  1.39  11.89  30.12 
13  Jawa Tengah  8.18  5.03  14.66  14.74  1.19  1.04  1.36  12.21  31.18 
14  DI Yogyakarta  8.20  5.09  20.43  20.06  1.04  1.57  2.00  12.64  39.24 
15  Jawa Timur  9.32  4.32  15.36  14.56  1.47  1.34  1.44  11.28  31.79 
16  Banten  11.87  7.12  17.09  16.66  1.57  1.56  2.09  14.80  38.57 
17  Bali  17.36  7.86  17.88  18.39  1.63  2.13  2.32  13.45  38.34 
18  Nusa Tenggara Barat  17.79  7.91  17.00  18.36  2.06  1.92  2.57  13.19  38.22 
19  Nusa Tenggara Timur  16.44  7.46  26.07  27.87  2.14  2.20  2.78  13.24  41.89 
20  Kalimantan Barat  13.50  7.65  15.90  15.07  1.39  1.67  1.76  12.33  35.92 
21  Kalimantan Tengah  6.95  4.43  10.59  10.19  1.28  1.28  1.70  6.80  22.90 
22  Kalimantan Selatan  11.80  5.37  18.53  18.38  2.62  1.66  2.54  13.61  41.25 
23  Kalimantan Timur  7.68  3.72  12.39  13.00  1.08  1.15  1.25  8.48  26.85 
24  Sulawesi Utara  13.85  5.81  16.77  16.24  1.50  1.30  2.33  11.21  35.16 
25  Sulawesi Tengah  17.77  9.49  19.61  19.61  3.19  2.31  4.03  11.90  40.87 
26  Sulawesi Selatan  9.54  4.56  9.53  10.03  1.45  1.12  1.43  8.07  26.36 
27  Sulawesi Tenggara  15.34  7.61  16.67  17.10  2.32  1.66  2.71  11.32  38.38 
28  Gorontalo  23.60  6.95  16.58  11.35  2.89  2.43  3.05  10.99  41.46 
29  Sulawesi Barat  11.51  6.81  12.97  14.06  2.07  0.93  1.97  10.24  30.07 
30  Maluku  9.75  4.59  15.32  14.54  1.41  1.60  1.90  11.65  32.66 
31  Maluku Utara  14.08  8.45  12.82  10.43  1.96  1.17  2.78  11.28  32.16 
32  Papua Barat  16.20  8.55  17.42  16.67  1.78  1.92  2.16  12.36  37.82 
33  Papua  10.32  4.37  14.38  13.79  1.09  1.78  1.33  10.25  30.05 
Indonesia  10.54  5.28  15.12  14.89  1.54  1.44  1.63  11.68  32.47 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.18.b 
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perdesaan 
Keluhan Kesehatan 
% Penduduk yang 
No  Provinsi  Diare/ Buang­  Asma/Nafas  Keluhan  Mempunyai Keluhan 
Panas  Sakit Kepala  Batuk  Pilek  Sakit Gigi
Buang Air  Sesak  Lainnya  Kesehatan 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  17.43  9.52  18.51  16.36  3.28  2.99  3.68  12.71  38.91 
2  Sumatera Utara  10.17  4.36  10.88  10.01  2.39  1.53  1.54  9.71  26.38 
3  Sumatera Barat  16.09  9.00  16.02  15.89  2.80  2.39  3.09  12.07  37.50 
4  Riau  13.85  8.14  15.04  14.19  2.34  1.91  3.12  9.20  32.86 
5  Jambi  9.56  4.70  11.11  10.55  1.48  1.45  1.87  8.80  26.84 
6  Sumatera Selatan  11.70  7.62  14.01  14.59  2.04  1.94  2.42  10.91  32.97 
7  Bengkulu  11.01  5.50  13.52  13.39  1.47  1.78  2.32  11.89  32.23 
8  Lampung  11.49  6.15  17.23  16.74  1.75  1.34  2.28  13.55  34.70 
9  Kepulauan Bangka Belitung  11.77  10.02  17.74  17.02  2.02  2.99  2.92  12.97  35.90 
10  Kepulauan Riau  13.30  5.88  13.91  12.78  1.17  1.45  1.57  8.92  28.61 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  12.17  6.30  14.26  14.88  1.72  2.12  1.96  14.69  34.85 
13  Jawa Tengah  9.14  6.25  15.50  15.75  1.41  1.36  1.76  12.36  32.88 
14  DI Yogyakarta  8.46  5.77  17.78  18.05  0.93  1.39  2.02  15.10  38.84 
15  Jawa Timur  10.32  5.22  14.38  13.45  1.51  1.69  1.97  11.86  31.83 
16  Banten  12.15  8.37  15.28  14.68  1.74  2.40  2.10  13.89  34.65 
17  Bali  19.51  7.99  18.07  18.08  1.81  3.05  2.55  16.39  41.26 
18  Nusa Tenggara Barat  17.19  8.40  17.04  17.99  2.64  2.49  2.23  15.27  39.24 
19  Nusa Tenggara Timur  26.12  16.29  29.99  27.04  4.75  3.92  4.48  15.61  48.17 
20  Kalimantan Barat  13.42  9.22  16.11  14.80  2.60  2.52  2.84  10.31  33.15 
21  Kalimantan Tengah  10.37  5.77  12.81  12.08  2.16  1.90  2.14  6.09  27.66 
22  Kalimantan Selatan  13.99  8.86  18.02  16.00  2.46  2.30  2.79  11.74  39.45 
23  Kalimantan Timur  10.64  4.62  14.05  14.54  1.64  2.18  2.05  8.42  29.42 
24  Sulawesi Utara  19.78  10.34  21.99  20.02  3.00  2.11  4.35  11.92  40.93 
25  Sulawesi Tengah  16.76  9.07  14.93  13.15  2.68  3.03  3.50  13.62  39.33 
26  Sulawesi Selatan  10.71  5.66  10.55  9.38  1.73  1.96  1.76  10.64  29.61 
27  Sulawesi Tenggara  15.67  7.91  13.62  12.49  2.28  2.13  2.94  10.08  35.94 
28  Gorontalo  37.25  13.41  28.91  21.96  4.89  3.99  5.93  10.73  53.40 
29  Sulawesi Barat  17.93  12.80  15.36  14.38  3.93  2.39  3.91  12.12  39.56 
30  Maluku  16.81  8.06  19.53  16.41  2.92  2.54  3.22  10.08  35.11 
31  Maluku Utara  21.18  10.54  18.22  12.41  3.61  2.58  3.07  8.90  37.03 
32  Papua Barat  11.14  4.33  11.78  11.58  0.96  1.33  1.20  9.34  27.05 
33  Papua  12.82  7.04  16.51  15.31  3.38  2.04  3.92  9.30  32.32 
Indonesia  12.52  6.96  15.34  14.77  2.02  1.99  2.31  12.22  33.95 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.19 
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT JUMLAH HARI SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan + Perdesaan 

Jumlah hari sakit 
No  Provinsi  Jumlah 
<= 3  4 ­ 7  8 ­ 14  15 ­ 21 22 ­ 30 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  51.70  35.91  5.65  3.10  3.64  100.00 
2  Sumatera Utara  48.93  33.69  5.76  3.90  7.72  100.00 
3  Sumatera Barat  46.70  35.37  5.77  6.03  6.12  100.00 
4  Riau  53.79  33.59  4.24  2.83  5.55  100.00 
5  Jambi  46.35  38.54  6.49  3.45  5.17  100.00 
6  Sumatera Selatan  51.73  35.27  5.76  3.50  3.73  100.00 
7  Bengkulu  48.24  38.06  5.96  3.25  4.49  100.00 
8  Lampung  49.82  35.75  5.16  5.08  4.19  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  54.44  31.82  5.23  3.45  5.07  100.00 
10  Kepulauan Riau  53.64  34.51  4.89  2.13  4.82  100.00 
11  DKI Jakarta  63.60  27.11  4.61  1.94  2.74  100.00 
12  Jawa Barat  44.48  37.62  7.92  4.04  5.94  100.00 
13  Jawa Tengah  54.45  31.32  4.78  3.36  6.10  100.00 
14  DI Yogyakarta  56.44  30.69  4.64  2.02  6.20  100.00 
15  Jawa Timur  48.39  34.54  6.26  3.64  7.18  100.00 
16  Banten  52.47  33.84  5.80  3.28  4.60  100.00 
17  Bali  57.30  29.46  5.89  2.32  5.03  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  41.71  41.00  7.86  3.09  6.33  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  41.49  43.50  8.71  2.58  3.71  100.00 
20  Kalimantan Barat  53.59  33.59  5.10  2.38  5.34  100.00 
21  Kalimantan Tengah  51.77  36.16  5.46  2.77  3.84  100.00 
22  Kalimantan Selatan  52.24  33.50  5.28  4.01  4.97  100.00 
23  Kalimantan Timur  50.08  37.91  4.81  2.80  4.39  100.00 
24  Sulawesi Utara  48.06  38.55  8.08  2.10  3.21  100.00 
25  Sulawesi Tengah  48.33  38.21  7.69  2.62  3.14  100.00 
26  Sulawesi Selatan  49.46  32.13  7.15  3.07  8.20  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  47.43  39.72  6.66  2.42  3.77  100.00 
28  Gorontalo  46.07  41.22  8.70  2.22  1.80  100.00 
29  Sulawesi Barat  45.26  38.17  7.77  3.27  5.53  100.00 
30  Maluku  42.39  41.24  8.41  2.81  5.16  100.00 
31  Maluku Utara  38.70  44.63  8.80  2.47  5.39  100.00 
32  Papua Barat  50.69  37.77  6.65  2.10  2.79  100.00 
33  Papua  44.32  42.86  8.56  2.25  2.01  100.00 
Indonesia  49.44  35.25  6.33  3.41  5.58  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.19.a 
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT JUMLAH HARI SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan 

Jumlah hari sakit 
No  Provinsi  Jumlah 
<= 3  4 ­ 7  8 ­ 14 15 ­ 21  22 ­ 30 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  55.04  33.41  4.62  2.88  4.05  100.00 
2  Sumatera Utara  52.66  31.26  5.21  3.38  7.49  100.00 
3  Sumatera Barat  53.22  32.23  4.34  4.44  5.77  100.00 
4  Riau  59.95  28.59  2.62  2.57  6.28  100.00 
5  Jambi  51.40  33.38  5.80  3.74  5.68  100.00 
6  Sumatera Selatan  57.81  30.07  4.62  3.70  3.80  100.00 
7  Bengkulu  50.15  37.39  5.74  3.29  3.43  100.00 
8  Lampung  52.97  34.86  4.43  3.89  3.85  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  56.37  30.68  4.82  2.47  5.67  100.00 
10  Kepulauan Riau  61.99  28.47  4.25  2.22  3.07  100.00 
11  DKI Jakarta  63.60  27.11  4.61  1.94  2.74  100.00 
12  Jawa Barat  47.44  36.72  7.44  3.10  5.29  100.00 
13  Jawa Tengah  57.89  28.76  4.06  2.97  6.31  100.00 
14  DI Yogyakarta  60.28  28.79  4.15  1.66  5.12  100.00 
15  Jawa Timur  51.80  32.40  5.92  2.98  6.91  100.00 
16  Banten  58.02  30.33  5.38  2.69  3.58  100.00 
17  Bali  60.40  26.44  5.65  1.92  5.58  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  41.62  42.05  8.33  3.01  4.98  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  50.70  36.76  5.99  1.95  4.59  100.00 
20  Kalimantan Barat  59.08  26.58  5.20  2.80  6.34  100.00 
21  Kalimantan Tengah  50.50  35.04  6.14  2.93  5.39  100.00 
22  Kalimantan Selatan  55.41  29.74  4.82  4.37  5.65  100.00 
23  Kalimantan Timur  53.06  36.20  4.17  2.63  3.94  100.00 
24  Sulawesi Utara  50.91  36.43  6.95  2.01  3.69  100.00 
25  Sulawesi Tengah  53.78  35.76  5.33  2.28  2.85  100.00 
26  Sulawesi Selatan  54.85  30.15  5.65  2.89  6.46  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  50.08  39.46  5.12  1.36  3.97  100.00 
28  Gorontalo  50.33  39.36  7.01  0.69  2.60  100.00 
29  Sulawesi Barat  44.63  36.14  7.11  4.50  7.61  100.00 
30  Maluku  48.20  37.21  8.45  2.79  3.34  100.00 
31  Maluku Utara  46.98  38.75  6.44  2.86  4.98  100.00 
32  Papua Barat  46.45  41.42  6.96  2.08  3.08  100.00 
33  Papua  44.65  44.12  6.82  1.98  2.42  100.00 
Indonesia  53.60  32.50  5.65  2.89  5.36  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.19.b 
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT JUMLAH HARI SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perdesaan 

Jumlah hari sakit 
No  Provinsi  Jumlah 
<= 3  4 ­ 7  8 ­ 14 15 ­ 21  22 ­ 30 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  50.60  36.73  5.99  3.18  3.50  100.00 
2  Sumatera Utara  46.30  35.42  6.14  4.26  7.88  100.00 
3  Sumatera Barat  44.20  36.58  6.32  6.64  6.25  100.00 
4  Riau  49.61  36.99  5.35  3.00  5.05  100.00 
5  Jambi  44.35  40.59  6.76  3.33  4.97  100.00 
6  Sumatera Selatan  48.11  38.37  6.45  3.39  3.69  100.00 
7  Bengkulu  47.33  38.38  6.06  3.24  4.99  100.00 
8  Lampung  48.55  36.10  5.45  5.57  4.33  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  52.52  32.95  5.64  4.41  4.47  100.00 
10  Kepulauan Riau  44.64  41.01  5.59  2.05  6.71  100.00 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  40.90  38.72  8.49  5.18  6.72  100.00 
13  Jawa Tengah  51.65  33.39  5.36  3.67  5.93  100.00 
14  DI Yogyakarta  50.52  33.63  5.40  2.57  7.87  100.00 
15  Jawa Timur  45.53  36.34  6.54  4.19  7.40  100.00 
16  Banten  45.23  38.43  6.35  4.05  5.94  100.00 
17  Bali  53.95  32.72  6.14  2.75  4.43  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  41.78  40.30  7.54  3.14  7.25  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  40.18  44.46  9.10  2.67  3.58  100.00 
20  Kalimantan Barat  51.82  35.85  5.07  2.25  5.02  100.00 
21  Kalimantan Tengah  52.24  36.58  5.21  2.70  3.27  100.00 
22  Kalimantan Selatan  50.32  35.78  5.56  3.80  4.55  100.00 
23  Kalimantan Timur  46.38  40.04  5.60  3.02  4.95  100.00 
24  Sulawesi Utara  46.36  39.80  8.75  2.16  2.93  100.00 
25  Sulawesi Tengah  47.11  38.76  8.22  2.70  3.21  100.00 
26  Sulawesi Selatan  47.32  32.91  7.75  3.13  8.89  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  46.76  39.78  7.05  2.69  3.72  100.00 
28  Gorontalo  44.77  41.78  9.21  2.69  1.56  100.00 
29  Sulawesi Barat  45.44  38.75  7.96  2.91  4.93  100.00 
30  Maluku  40.97  42.22  8.40  2.81  5.60  100.00 
31  Maluku Utara  36.26  46.37  9.50  2.36  5.52  100.00 
32  Papua Barat  52.29  36.38  6.53  2.11  2.68  100.00 
33  Papua  44.24  42.54  9.00  2.31  1.91  100.00 
Indonesia  46.30  37.32  6.84  3.80  5.74  100.00 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.20 
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Persentase Penduduk yang Berobat Jalan  Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri 
No  Provinsi
Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan+ Perdesaan  Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan + Perdesaan 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  46.79  50.54  49.61  63.25  68.19  66.97 
2  Sumatera Utara  45.70  42.91  44.12  66.74  66.78  66.76 
3  Sumatera Barat  55.62  48.77  50.75  57.57  62.41  61.01 
4  Riau  45.67  34.57  39.71  64.99  71.68  68.58 
5  Jambi  46.52  39.27  41.41  56.68  70.12  66.14 
6  Sumatera Selatan  41.17  34.76  37.59  72.60  72.62  72.62 
7  Bengkulu  46.30  38.68  41.41  61.53  66.07  64.45 
8  Lampung  45.70  42.02  43.14  64.85  70.64  68.87 
9  Kepulauan Bangka Belitung  44.18  42.34  43.22  73.17  71.79  72.45 
10  Kepulauan Riau  41.80  50.92  45.92  67.87  58.65  63.70 
11  DKI Jakarta  50.71  ­  50.71  59.62  ­  59.62 
12  Jawa Barat  50.86  47.14  49.19  66.23  71.76  68.71 
13  Jawa Tengah  46.64  43.48  44.97  61.52  63.26  62.44 
14  DI Yogyakarta  42.61  46.86  44.11  58.52  54.61  57.14 
15  Jawa Timur  44.48  44.92  44.70  62.72  63.73  63.24 
16  Banten  44.92  37.62  42.20  66.98  71.10  68.52 
17  Bali  53.59  56.88  55.04  52.77  50.70  51.85 
18  Nusa Tenggara Barat  45.17  48.01  46.84  62.26  63.90  63.22 
19  Nusa Tenggara Timur  41.85  50.45  49.08  60.67  54.73  55.68 
20  Kalimantan Barat  41.43  33.56  35.88  65.79  70.48  69.10 
21  Kalimantan Tengah  31.75  26.54  28.10  71.47  78.90  76.68 
22  Kalimantan Selatan  34.19  31.50  32.64  77.96  78.05  78.01 
23  Kalimantan Timur  42.31  41.18  41.85  63.19  64.77  63.82 
24  Sulawesi Utara  41.36  44.97  43.54  61.02  67.04  64.65 
25  Sulawesi Tengah  31.51  35.00  34.24  71.84  73.10  72.83 
26  Sulawesi Selatan  39.54  35.59  36.77  67.63  66.01  66.49 
27  Sulawesi Tenggara  32.65  26.55  28.03  68.93  77.42  75.37 
28  Gorontalo  52.88  37.69  41.66  65.46  83.50  78.79 
29  Sulawesi Barat  37.69  34.22  35.18  54.35  68.19  64.37 
30  Maluku  35.05  30.96  31.97  70.38  78.17  76.24 
31  Maluku Utara  33.94  31.92  32.46  76.05  83.69  81.64 
32  Papua Barat  31.87  41.86  38.94  67.11  58.70  61.16 
33  Papua  42.50  39.58  40.21  66.41  46.44  50.72 
Indonesia  46.35  42.59  44.37  64.04  66.97  65.59 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.21 
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, TIPE DAERAH DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 

Jenis obat yang digunakan di perkotaan  Jenis obat yang digunakan di perdesaan Jenis obat yang digunakan di perkotaan dan perdesaan 


No  Provinsi 
Modern  Tradisional  Lainnya  Modern  Tradisional  Lainnya  Modern  Tradisional  Lainnya 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  91.17  20.31  6.41  88.69  39.31  6.49  89.27  34.88  6.47 

2  Sumatera Utara  89.30  16.85  5.90  88.12  23.41  4.53  88.64  20.56  5.12 

3  Sumatera Barat  85.98  23.21  4.55  80.38  40.53  5.85  81.91  35.81  5.50 

4  Riau  92.08  16.69  6.25  89.97  27.89  5.71  90.90  22.98  5.95 

5  Jambi  90.71  20.28  4.73  90.20  27.43  3.96  90.33  25.62  4.16 

6  Sumatera Selatan  94.60  16.94  5.39  89.18  30.87  8.62  91.57  24.72  7.20 

7  Bengkulu  91.31  21.21  2.70  87.34  29.83  6.35  88.69  26.89  5.10 

8  Lampung  92.56  16.42  8.11  90.90  21.28  9.14  91.38  19.88  8.84 

9  Kepulauan Bangka Belitung  94.67  14.02  4.85  93.66  22.28  7.20  94.15  18.28  6.06 

10  Kepulauan Riau  91.86  15.59  4.46  77.78  32.15  10.46  86.00  22.48  6.96 

11  DKI Jakarta  91.75  16.12  6.74  ­  ­  ­  91.75  16.12  6.74 

12  Jawa Barat  93.36  15.13  3.73  94.76  19.29  3.46  94.02  17.07  3.61 

13  Jawa Tengah  92.40  17.64  5.31  91.66  18.47  7.16  92.00  18.08  6.30 

14  DI Yogyakarta  90.16  14.24  4.78  84.77  25.64  9.76  88.33  18.10  6.47 

15  Jawa Timur  88.38  27.27  6.18  86.34  34.27  7.39  87.33  30.88  6.80 

16  Banten  94.62  13.06  2.49  93.05  21.53  5.65  94.01  16.33  3.71 

17  Bali  81.99  36.23  3.59  68.58  54.12  4.56  76.21  43.95  4.01 

18  Nusa Tenggara Barat  90.99  15.16  1.74  87.04  27.88  2.65  88.64  22.71  2.28 

19  Nusa Tenggara Timur  93.65  10.83  4.88  78.45  35.87  7.64  81.10  31.50  7.16 

20  Kalimantan Barat  93.74  19.84  3.83  90.57  26.04  8.81  91.46  24.30  7.42 

21  Kalimantan Tengah  91.30  17.62  6.32  91.45  20.41  8.40  91.41  19.64  7.82 

22  Kalimantan Selatan  96.68  9.31  2.84  95.81  14.75  4.46  96.18  12.43  3.77 

23  Kalimantan Timur  92.45  13.16  5.37  90.13  18.64  7.82  91.51  15.38  6.36 

24  Sulawesi Utara  93.20  9.93  5.80  93.00  15.30  6.63  93.08  13.29  6.32 

25  Sulawesi Tengah  92.37  11.37  3.03  90.58  17.45  6.27  90.96  16.15  5.58 

26  Sulawesi Selatan  93.99  13.08  3.20  88.86  28.01  3.60  90.41  23.50  3.48 

27  Sulawesi Tenggara  92.79  15.56  4.85  92.20  23.08  7.69  92.33  21.42  7.06 

28  Gorontalo  96.00  12.34  2.99  96.22  25.68  3.01  96.17  22.78  3.01 

29  Sulawesi Barat  94.94  13.26  2.68  86.43  26.08  3.97  88.41  23.09  3.67 

30  Maluku  93.60  12.03  3.15  89.63  29.75  3.13  90.53  25.70  3.13 

31  Maluku Utara  89.92  20.14  3.08  88.45  28.69  5.17  88.82  26.55  4.65 

32  Papua Barat  91.19  10.62  2.87  82.21  41.04  5.37  85.09  31.29  4.57 

33  Papua  92.84  17.64  3.55  60.21  58.83  8.83  69.38  47.26  7.35 

Indonesia  91.84  17.80  4.86  89.34  26.06  6.11  90.49  22.26  5.53 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.22 
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan+Perdesaan
Tempat/Cara Berobat 
No  Provinsi  Rumah Sakit 
Rumah Sakit Swasta  Total RS  Praktek Dokter  Puskesmas/ Pustu  Petugas Kesehatan  Praktek Batra  Dukun Bersalin  Lainnya 
Pemerintah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  10.69  4.14  14.83  17.67  45.30  34.64  2.52  0.74  4.35 

2  Sumatera Utara  4.45  6.45  10.90  24.88  20.28  42.70  3.11  0.35  4.64 

3  Sumatera Barat  7.25  2.38  9.63  15.72  37.77  36.65  5.78  0.13  3.55 

4  Riau  6.01  8.53  14.54  37.63  28.75  21.49  1.27  0.11  1.70 

5  Jambi  6.86  2.05  8.91  30.81  38.98  24.12  1.51  0.40  4.06 

6  Sumatera Selatan  4.92  3.67  8.59  25.04  35.51  31.57  1.43  0.34  3.72 

7  Bengkulu  5.28  1.69  6.96  28.25  35.14  32.67  2.01  0.05  3.01 

8  Lampung  2.85  2.36  5.21  22.89  28.82  46.40  1.97  0.03  2.01 

9  Kepulauan Bangka Belitung  7.50  5.79  13.29  30.67  39.27  21.74  1.92  0.10  2.39 

10  Kepulauan Riau  9.04  6.55  15.58  21.02  48.10  18.14  2.23  0.32  3.30 

11  DKI Jakarta  5.70  8.95  14.65  51.12  32.75  2.89  0.91  0.07  2.33 

12  Jawa Barat  4.38  3.76  8.14  36.63  35.56  24.60  1.57  0.14  2.06 

13  Jawa Tengah  4.06  2.64  6.70  31.34  32.70  33.24  1.73  0.16  1.94 

14  DI Yogyakarta  5.09  9.94  15.02  37.02  33.33  18.45  1.23  0.09  1.61 

15  Jawa Timur  4.42  3.49  7.90  27.57  26.18  41.44  2.00  0.27  2.69 

16  Banten  3.15  5.46  8.61  41.26  32.17  21.13  1.73  0.10  1.84 

17  Bali  4.72  2.05  6.77  43.41  23.78  30.53  1.97  0.10  1.51 

18  Nusa Tenggara Barat  2.62  0.37  3.00  26.84  39.67  30.47  8.86  0.05  1.47 

19  Nusa Tenggara Timur  4.76  2.42  7.18  9.70  73.36  8.61  0.39  0.18  5.50 

20  Kalimantan Barat  6.74  2.57  9.31  17.83  40.28  35.02  1.83  0.21  2.17 

21  Kalimantan Tengah  8.44  0.46  8.90  20.21  52.89  21.82  0.43  0.06  2.10 

22  Kalimantan Selatan  4.99  1.47  6.47  18.57  41.42  35.55  4.04  0.20  2.91 

23  Kalimantan Timur  7.85  6.61  14.47  30.05  43.51  14.12  0.37  0.03  1.93 

24  Sulawesi Utara  5.71  4.00  9.71  32.64  37.72  24.68  0.56  0.25  1.64 

25  Sulawesi Tengah  6.30  0.83  7.14  15.51  51.90  27.35  1.97  0.25  2.36 

26  Sulawesi Selatan  6.85  1.90  8.75  19.71  51.65  23.01  1.00  0.19  3.23 

27  Sulawesi Tenggara  8.26  1.80  10.05  16.61  59.53  14.88  3.20  0.44  3.48 

28  Gorontalo  2.88  0.30  3.18  27.84  49.24  23.80  0.39  0.11  1.46 

29  Sulawesi Barat  4.56  0.35  4.90  13.22  59.22  25.19  0.25  0.21  1.75 

30  Maluku  6.68  2.22  8.90  14.73  59.11  15.46  0.47  0.07  6.37 

31  Maluku Utara  9.35  2.98  12.33  14.73  59.92  15.79  0.60  0.35  2.79 

32  Papua Barat  9.08  2.33  11.41  13.99  73.83  2.63  0.20  0.10  2.70 

33  Papua  9.69  2.57  12.26  16.23  72.36  2.33  2.30  0.44  4.49 

Indonesia  4.91  3.80  8.71  30.11  35.50  28.82  1.97  0.19  2.56 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.22.a 
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan 
Tempat/Cara Berobat 
No  Provinsi Rumah Sakit 
Rumah Sakit Swasta  Total RS  Praktek Dokter  Puskesmas/ Pustu  Petugas Kesehatan  Praktek Batra  Dukun Bersalin  Lainnya 
Pemerintah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  15.08  4.78  19.86  28.34  31.88  26.13  1.65  0.17  2.32 

2  Sumatera Utara  4.61  9.59  14.20  36.97  17.44  30.24  2.93  0.28  3.74 

3  Sumatera Barat  10.74  4.37  15.11  21.33  38.57  27.36  2.87  0.09  2.70 

4  Riau  6.35  12.43  18.78  45.02  22.43  16.18  0.97  0.06  1.22 

5  Jambi  8.38  2.64  11.02  35.30  37.63  15.95  0.97  0.45  6.26 

6  Sumatera Selatan  6.43  5.77  12.20  37.24  36.95  14.11  1.37  0.13  3.99 

7  Bengkulu  7.47  2.91  10.37  36.30  36.16  21.09  2.05  0.13  2.50 

8  Lampung  5.09  3.02  8.10  31.59  32.85  30.84  1.99  0.00  1.75 

9  Kepulauan Bangka Belitung  10.82  8.40  19.22  35.64  32.16  16.87  1.72  0.08  2.50 

10  Kepulauan Riau  7.12  12.02  19.14  38.37  32.31  13.04  1.42  0.23  2.77 

11  DKI Jakarta  5.70  8.95  14.65  51.12  32.75  2.89  0.91  0.07  2.33 

12  Jawa Barat  5.49  5.59  11.08  41.69  36.24  15.66  1.56  0.09  1.86 

13  Jawa Tengah  5.09  3.44  8.53  36.09  36.86  22.28  1.76  0.15  1.99 

14  DI Yogyakarta  5.65  12.33  17.99  38.44  31.89  15.64  0.81  0.14  1.80 

15  Jawa Timur  6.30  5.44  11.74  35.20  27.35  29.00  1.97  0.35  2.89 

16  Banten  3.33  7.58  10.91  51.09  27.15  12.87  1.86  0.07  1.82 

17  Bali  5.71  2.85  8.56  51.28  20.69  23.01  2.02  0.16  1.75 

18  Nusa Tenggara Barat  4.36  0.82  5.18  31.20  40.76  24.25  8.08  0.00  0.93 

19  Nusa Tenggara Timur  16.17  3.46  19.63  32.19  41.92  8.73  0.85  0.06  3.60 

20  Kalimantan Barat  10.83  3.28  14.11  34.66  33.59  20.12  2.22  0.18  1.94 

21  Kalimantan Tengah  15.23  0.71  15.94  35.66  39.22  13.28  0.57  0.00  1.61 

22  Kalimantan Selatan  6.99  1.73  8.72  26.70  37.83  26.05  4.54  0.17  2.76 

23  Kalimantan Timur  8.97  8.85  17.82  39.24  34.63  10.82  0.34  0.00  0.86 

24  Sulawesi Utara  7.45  5.31  12.76  44.80  34.40  12.84  0.73  0.27  1.97 

25  Sulawesi Tengah  13.57  1.40  14.97  35.07  40.04  15.84  0.81  0.40  3.40 

26  Sulawesi Selatan  9.75  3.94  13.69  33.65  46.58  10.73  0.69  0.39  1.81 

27  Sulawesi Tenggara  14.58  4.18  18.76  33.32  47.53  6.16  1.69  0.77  3.18 

28  Gorontalo  2.89  0.64  3.53  32.43  53.37  13.36  0.10  0.00  1.43 

29  Sulawesi Barat  8.31  0.50  8.81  18.05  43.57  31.35  0.00  0.00  0.23 

30  Maluku  11.30  2.29  13.59  33.88  43.53  11.93  0.65  0.00  1.75 

31  Maluku Utara  17.22  4.98  22.20  39.70  35.11  8.49  0.79  0.70  1.67 

32  Papua Barat  13.76  4.92  18.69  37.11  43.26  4.14  0.00  0.00  2.44 

33  Papua  20.28  5.01  25.30  45.08  32.58  5.39  2.04  1.08  6.24 

Indonesia  6.16  5.81  11.97  39.77  32.85  18.51  1.77  0.16  2.26 
Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.22.b 
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI 
MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2008 
Perdesaan 
Tempat/Cara Berobat 
No  Provinsi
Rumah Sakit 
Rumah Sakit Swasta  Total RS  Praktek Dokter  Puskesmas/ Pustu  Petugas Kesehatan  Praktek Batra  Dukun Bersalin  Lainnya 
Pemerintah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  9.35  3.95  13.30  14.43  49.38  37.23  2.79  0.91  4.96 

2  Sumatera Utara  4.33  3.86  8.18  14.93  22.62  52.93  3.27  0.41  5.39 

3  Sumatera Barat  5.63  1.46  7.09  13.12  37.40  40.95  7.12  0.14  3.95 

4  Riau  5.62  4.09  9.71  29.22  35.96  27.55  1.61  0.17  2.25 

5  Jambi  6.10  1.75  7.85  28.58  39.65  28.19  1.79  0.38  2.97 

6  Sumatera Selatan  3.52  1.70  5.21  13.62  34.16  47.92  1.49  0.54  3.47 

7  Bengkulu  3.82  0.87  4.69  22.89  34.45  40.38  1.98  0.00  3.35 

8  Lampung  1.78  2.04  3.82  18.72  26.89  53.85  1.96  0.04  2.13 

9  Kepulauan Bangka Belitung  4.30  3.27  7.57  25.88  46.13  26.43  2.12  0.12  2.28 

10  Kepulauan Riau  10.94  1.11  12.05  3.76  63.81  23.22  3.03  0.41  3.83 

11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

12  Jawa Barat  2.90  1.32  4.22  29.89  34.65  36.51  1.57  0.20  2.34 

13  Jawa Tengah  3.08  1.86  4.94  26.77  28.69  43.79  1.71  0.17  1.90 

14  DI Yogyakarta  4.15  5.97  10.12  34.68  35.71  23.09  1.94  0.00  1.30 

15  Jawa Timur  2.63  1.64  4.27  20.35  25.07  53.21  2.03  0.19  2.50 

16  Banten  2.79  1.18  3.97  21.51  42.26  37.74  1.46  0.15  1.88 

17  Bali  3.54  1.08  4.62  34.00  27.47  39.52  1.92  0.03  1.22 

18  Nusa Tenggara Barat  1.47  0.08  1.55  23.96  38.94  34.58  9.38  0.08  1.82 

19  Nusa Tenggara Timur  2.96  2.26  5.21  6.14  78.33  8.59  0.32  0.20  5.80 

20  Kalimantan Barat  4.64  2.21  6.84  9.17  43.73  42.68  1.62  0.22  2.29 

21  Kalimantan Tengah  4.98  0.33  5.31  12.33  59.86  26.18  0.37  0.09  2.35 

22  Kalimantan Selatan  3.38  1.27  4.65  12.02  44.31  43.21  3.64  0.22  3.03 

23  Kalimantan Timur  6.13  3.16  9.29  15.86  57.20  19.19  0.42  0.08  3.59 

24  Sulawesi Utara  4.66  3.21  7.87  25.27  39.73  31.86  0.45  0.24  1.44 

25  Sulawesi Tengah  4.50  0.69  5.19  10.64  54.85  30.22  2.26  0.22  2.11 

26  Sulawesi Selatan  5.49  0.94  6.44  13.16  54.03  28.78  1.15  0.09  3.90 

27  Sulawesi Tenggara  5.78  0.86  6.64  10.06  64.24  18.30  3.79  0.31  3.59 

28  Gorontalo  2.88  0.13  3.00  25.56  47.19  28.98  0.54  0.16  1.47 

29  Sulawesi Barat  2.98  0.28  3.26  11.19  65.79  22.60  0.36  0.30  2.39 

30  Maluku  4.96  2.20  7.15  7.61  64.91  16.77  0.41  0.10  8.09 

31  Maluku Utara  6.28  2.19  8.47  4.99  69.60  18.63  0.53  0.22  3.23 

32  Papua Barat  7.61  1.52  9.13  6.72  83.44  2.15  0.26  0.13  2.77 

33  Papua  6.58  1.86  8.44  7.77  84.03  1.43  2.37  0.25  3.98 

Indonesia  3.69  1.85  5.54  20.71  38.09  38.85  2.16  0.22  2.86 

Sumber: BPS, Susenas 2008 
Lampiran 2.23 
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMENUHI KRITERIA 
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) BAIK MENURUT PROVINSI 
RISKESDAS TAHUN 2007 

Rumah Tangga  Rumah Tangga 
No Provinsi  No  Provinsi 
dengan PHBS Baik  dengan PHBS Baik 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  34.7  18  Nusa Tenggara Barat  34.1 
2  Sumatera Utara  41.3  19  Nusa Tenggara Timur  26.8 
3  Sumatera Barat  28.2  20  Kalimantan Barat  37.9 
4  Riau  28.1  21  Kalimantan Tengah  33 
5  Jambi  33.4  22  Kalimantan Selatan  40.6 
6  Sumatera Selatan  35.9  23  Kalimantan Timur  49.8 
7  Bengkulu  32.8  24  Sulawesi Utara  46.9 
8  Lampung  30.7  25  Sulawesi Tengah  34.9 
9  Kepulauan Bangka Belitung  47.8  26  Sulawesi Selatan  44 
10  Kepulauan Riau  32.4  27  Sulawesi Tenggara  33.3 
11  DKI Jakarta  42.4  28  Gorontalo  27.8 
12  Jawa Barat  37.6  29  Sulawesi Barat  28.8 
13  Jawa Tengah  47.0  30  Maluku  33.8 
14  DI Yogyakarta  58.2  31  Maluku Utara  29.3 
15  Jawa Timur  45.2  32  Papua Barat  33 
16  Banten  35.8  33  Papua  24.4 
17  Bali  51.7 
Indonesia  38.7 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 2.24 
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS YANG BERPERILAKU BENAR 
DALAM BUANG AIR BESAR (BAB) DAN CUCI TANGAN MENURUT PROVINSI 
TAHUN 2007 

No  Provinsi  Berperilaku benar dalam hal BAB*  Berperilaku benar dalam hal cuci tangan**

(1)  (2)  (3)  (4) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  61.6  16.0 
2  Sumatera Utara  76.2  14.5 
3  Sumatera Barat  59.3  8.4 
4  Riau  80.0  14.6 
5  Jambi  68.1  18.5 
6  Sumatera Selatan  59.7  35.9 
7  Bengkulu  71.8  15.4 
8  Lampung  72.9  15.4 
9  Kepulauan Bangka Belitung  73.3  20.6 
10  Kepulauan Riau  84.0  29.3 
11  DKI Jakarta  98.6  44.7 
12  Jawa Barat  79.3  27.2 
13  Jawa Tengah  68.2  25.1 
14  DI Yogyakarta  89.3  32.8 
15  Jawa Timur  68.7  26.3 
16  Banten  67.4  24.0 
17  Bali  82.6  30.6 
18  Nusa Tenggara Barat  60.0  14.2 
19  Nusa Tenggara Timur  81.1  20.0 
20  Kalimantan Barat  72.7  23.3 
21  Kalimantan Tengah  60.1  25.9 
22  Kalimantan Selatan  69.9  17.9 
23  Kalimantan Timur  83.2  29.0 
24  Sulawesi Utara  86.2  36.5 
25  Sulawesi Tengah  59.5  19.9 
26  Sulawesi Selatan  73.0  20.8 
27  Sulawesi Tenggara  65.7  24.9 
28  Gorontalo  59.2  22.9 
29  Sulawesi Barat  57.4  18.4 
30  Maluku  63.2  43.1 
31  Maluku Utara  72.9  32.8 
32  Papua Barat  68.3  38.5 
33  Papua  59.9  30.6 
Indonesia  71.1  23.2 
* =  Perilaku benar dalam BAB bila BAB di jamban 
**=  Perilaku benar dalam cuci tangan bila cuci tangan memakai sabun sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar, dan 
setelah menceboki bayi/anak dan setelah memegang unggas/binatang 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 2.25 
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KEBIASAAN MEROKOK 
DAN PROVINSI TAHUN 2007 

Perokok saat ini  Tidak Merokok
No  Provinsi 
Perokok  Perokok  Mantan  Bukan 
Setiap hari  Kadang­kadang  Perokok  Perokok 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  23  6.7  2.1  68.2 
2  Sumatera Utara  23.3  5.5  2.2  68.9 
3  Sumatera Barat  25.7  4.5  2.3  67.5 
4  Riau  24.4  6  3.1  66.6 
5  Jambi  24.5  5  2.5  68.1 
6  Sumatera Selatan  25.4  6.3  2.7  65.6 
7  Bengkulu  29.5  4.6  1.8  64 
8  Lampung  28.8  5.6  2.5  63.2 
9  Kepulauan Bangka Belitung  24.6  3.6  2.2  69.6 
10  Kepulauan Riau  22.4  4.6  3.2  69.8 
11  DKI Jakarta  20.8  7  5  67.2 
12  Jawa Barat  26.6  5.8  3.5  64.1 
13  Jawa Tengah  24.3  6.4  3.6  65.7 
14  DI Yogyakarta  23.8  6  5.9  64.4 
15  Jawa Timur  24.3  4.8  3.1  67.8 
16  Banten  25.8  5.5  2.9  65.8 
17  Bali  20.1  4.8  1.8  73.3 
18  Nusa Tenggara Barat  25.2  4.9  1.9  68 
19  Nusa Tenggara Timur  22.2  6.5  2  69.2 
20  Kalimantan Barat  21.7  5.5  3.4  69.4 
21  Kalimantan Tengah  23.1  5.8  4  67.1 
22  Kalimantan Selatan  20.1  4.1  3.3  72.5 
23  Kalimantan Timur  21.4  4.4  3.6  70.7 
24  Sulawesi Utara  24.6  5.7  5  64.7 
25  Sulawesi Tengah  24.6  6.1  3.9  65.4 
26  Sulawesi Selatan  20.9  4.6  3  71.5 
27  Sulawesi Tenggara  19.8  6.5  2.3  71.3 
28  Gorontalo  27.1  5.5  2.5  64.8 
29  Sulawesi Barat  20.1  5.3  3.1  71.6 
30  Maluku  19.2  6.6  2.5  71.8 
31  Maluku Utara  23.9  6.3  2.3  67.5 
32  Papua Barat  19.5  7.4  1.8  71.3 
33  Papua  22  5.8  2.4  69.8 
Indonesia  23.7  5.5  3  67.8 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 2.26 
PREVALENSI PEROKOK SAAT INI DAN RERATA JUMLAH BATANG ROKOK 
YANG DIHISAP PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI 
TAHUN 2007 

Rerata jumlah                            batang 
No  Provinsi  Perokok saat ini 
rokok/hari
(1)  (2)  (3)  (4) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  29.7  18.5 
2  Sumatera Utara  28.8  14.9 
3  Sumatera Barat  30.2  14.1 
4  Riau  30.4  16 
5  Jambi  29.4  12 
6  Sumatera Selatan  31.7  12.7 
7  Bengkulu  34.1  13.3 
8  Lampung  34.3  10.7 
9  Kepulauan Bangka Belitung  28.2  15.5 
10  Kepulauan Riau  27  14.9 
11  DKI Jakarta  27.8  9.1 
12  Jawa Barat  32.4  9.5 
13  Jawa Tengah  30.7  8.9 
14  DI Yogyakarta  29.8  9.8 
15  Jawa Timur  29.1  9.9 
16  Banten  31.2  10.4 
17  Bali  24.9  8.5 
18  Nusa Tenggara Barat  30.1  9.4 
19  Nusa Tenggara Timur  28.7  11.5 
20  Kalimantan Barat  27.2  12.8 
21  Kalimantan Tengah  28.9  12.4 
22  Kalimantan Selatan  24.2  13.4 
23  Kalimantan Timur  25.7  13.1 
24  Sulawesi Utara  30.3  11.9 
25  Sulawesi Tengah  30.7  11.3 
26  Sulawesi Selatan  25.5  13.4 
27  Sulawesi Tenggara  26.4  13 
28  Gorontalo  32.6  13.4 
29  Sulawesi Barat  25.3  14.3 
30  Maluku  25.8  10.1 
31  Maluku Utara  30.2  10.4 
32  Papua Barat  26.9  11.2 
33  Papua  27.8  14 
Indonesia  29.2  12 
Sumber : Riskesdas Indinesia 2007 
Lampiran 2.27 
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MEROKOK 
MENURUT USIA MULAI MEROKOK TIAP HARI DAN PROVINSI TAHUN 2007 

Usia mulai merokok tiap hari (tahun) 
No  Provinsi 
5  ­ 9  10 ­ 14 15 ­ 19  20 ­ 24  25 ­ 29  ≥ 30  Tidak tahu 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  0.0  6.8  30.6  17.4  3.4  2.5  39.4 
2  Sumatera Utara  0.0  7.3  33.5  20.0  3.3  2.5  33.4 
3  Sumatera Barat  0.0  13.6  40.0  13.8  3.1  1.9  27.5 
4  Riau  0.0  9.3  37.5  14.3  2.3  1.7  34.8 
5  Jambi  0.0  12.8  43.6  14.9  2.8  1.8  24.0 
6  Sumatera Selatan  0.0  10.9  38.0  12.4  3.2  1.7  33.8 
7  Bengkulu  0.0  10.6  36.8  11.4  2.4  1.8  37.1 
8  Lampung  0.6  9.3  36.3  13.9  3.1  2.2  34.6 
9  Kepulauan Bangka Belitung  0.0  12.2  46.5  15.1  3.5  3.2  19.5 
10  Kepulauan Riau  0.0  9.3  44.7  14.3  2.9  1.9  26.9 
11  DKI Jakarta  0.0  12.3  59.7  18.8  4.9  2.9  1.4 
12  Jawa Barat  0.0  9.3  39.6  19.0  5.3  4.2  22.7 
13  Jawa Tengah  0.0  10.8  34.9  18.4  6.4  5.0  24.4 
14  DI Yogyakarta  0.0  12.6  39.3  16.5  4.8  5.1  21.6 
15  Jawa Timur  0.0  10.1  36.3  17.0  6.0  3.9  26.7 
16  Banten  0.0  10.6  35.4  12.9  2.9  2.0  36.2 
17  Bali  0.0  4.6  36.0  17.4  5.6  7.3  29.1 
18  Nusa Tenggara Barat  0.0  11.8  39.6  13.0  3.2  1.9  30.6 
19  Nusa Tenggara Timur  0.4  5.4  28.3  18.1  6.7  4.8  36.2 
20  Kalimantan Barat  0.0  8.0  33.0  14.8  3.6  2.5  38.1 
21  Kalimantan Tengah  0.0  9.9  38.6  15.8  5.3  3.5  27.0 
22  Kalimantan Selatan  0.0  12.8  36.8  17.5  5.0  3.4  24.4 
23  Kalimantan Timur  0.0  8.2  36.7  17.1  3.9  2.7  31.4 
24  Sulawesi Utara  0.2  7.0  44.1  17.7  4.4  2.5  24.1 
25  Sulawesi Tengah  0.0  10.4  34.7  18.7  5.2  3.8  27.1 
26  Sulawesi Selatan  0.8  10.0  32.2  15.4  4.4  2.7  34.5 
27  Sulawesi Tenggara  0.0  8.0  26.4  13.9  3.3  1.6  46.9 
28  Gorontalo  0.0  12.9  35.5  11.2  3.3  1.7  35.5 
29  Sulawesi Barat  0.0  6.7  29.2  8.0  2.6  1.0  52.5 
30  Maluku  0.3  5.8  39.2  18.6  4.2  3.3  28.6 
31  Maluku Utara  1.4  6.4  35.6  18.4  5.2  3.5  29.5 
32  Papua Barat  1.2  6.8  33.4  18.0  6.7  4.6  29.3 
33  Papua  3.2  11.0  26.7  13.7  3.1  2.1  40.2 
Indonesia  0.1  9.6  36.3  16.3  4.4  3.2  30.0 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 2.28 
PREVALENSI PEMINUM ALKOHOL 12 BULAN DAN 1 BULAN TERAKHIR 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 

Konsumsi alkohol  Konsumsi alkohol 
No  Provinsi 
12 bulan terakhir  1 bulan terakhir
(1)  (2)  (3)  (4) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  1.5  0.4 
2  Sumatera Utara  6.1  4.4 
3  Sumatera Barat  1.5  0.7 
4  Riau  3.4  1.3 
5  Jambi  2.7  1.7 
6  Sumatera Selatan  2.9  2.1 
7  Bengkulu  2.8  1.8 
8  Lampung  2.2  1.4 
9  Kepulauan Bangka Belitung  4.4  2.5 
10  Kepulauan Riau  5.9  3.7 
11  DKI Jakarta  4  2.7 
12  Jawa Barat  2.6  1.3 
13  Jawa Tengah  2.2  1.1 
14  DI Yogyakarta  3.2  1.7 
15  Jawa Timur  1.9  1.0 
16  Banten  1.6  0.9 
17  Bali  6.4  4.6 
18  Nusa Tenggara Barat  2  1.2 
19  Nusa Tenggara Timur  17.7  13.5 
20  Kalimantan Barat  8.8  4.8 
21  Kalimantan Tengah  6.5  3.5 
22  Kalimantan Selatan  1.2  0.5 
23  Kalimantan Timur  3.4  1.7 
24  Sulawesi Utara  17.4  14.9 
25  Sulawesi Tengah  8.9  6.4 
26  Sulawesi Selatan  5.9  3.9 
27  Sulawesi Tenggara  7.7  5.8 
28  Gorontalo  12.3  10.7 
29  Sulawesi Barat  4  2.6 
30  Maluku  8.2  5.0 
31  Maluku Utara  7.4  4.4 
32  Papua Barat  8.1  4.9 
33  Papua  6.7  4.4 
Indonesia  4.6  3.0 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 2.29 
PREVALENSI KURANG MAKAN BUAH DAN SAYUR 
PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI 
TAHUN 2007 

Kurang makan buah  Kurang makan buah 
No  Provinsi  No  Provinsi 
dan sayur*) dan sayur*) 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  95.9  18  Nusa Tenggara Barat  92.6 


2  Sumatera Utara  94.4  19  Nusa Tenggara Timur  94.2 
3  Sumatera Barat  97.8  20  Kalimantan Barat  94.9 
4  Riau  97.9  21  Kalimantan Tengah  91.5 
5  Jambi  93.4  22  Kalimantan Selatan  95.7 
6  Sumatera Selatan  96.9  23  Kalimantan Timur  91.8 
7  Bengkulu  92.1  24  Sulawesi Utara  91.2 
8  Lampung  87.7  25  Sulawesi Tengah  91.5 
9  Kepulauan Bangka Belitung  96.6  26  Sulawesi Selatan  93.7 
10  Kepulauan Riau  96.4  27  Sulawesi Tenggara  92.9 
11  DKI Jakarta  94.5  28  Gorontalo  83.5 
12  Jawa Barat  96.4  29  Sulawesi Barat  96.4 
13  Jawa Tengah  92  30  Maluku  96.5 
14  DI Yogyakarta  86.1  31  Maluku Utara  96.1 
15  Jawa Timur  90.1  32  Papua Barat  91.3 
16  Banten  96.7  33  Papua  89.7 
17  Bali  96.2 
Indonesia  93.6 
*) Konsumsi makan buah dan sayur kurang dari 5 porsi/hari selama 7 hari dalam seminggu 
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007 
Lampiran 3.1 
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP, NET REPRODUCTION RATE, 
ANGKA KELAHIRAN KASAR, DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 

E s t i m a s i 
No  Provinsi  *Angka Kematian Bayi  *Angka Kematian Balita  Angka Harapan Hidup  Net Reproduction Rate  Angka Kelahiran Kasar  Angka Fertilitas
(IMR)  (AKABA)  (eo) 2007  (NRR)  (CBR)  Total (TFR) 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  25  45  68.4  1.180  23.0  2.410 
2  Sumatera Utara  46  67  69.1  1.245  23.4  2.476 
3  Sumatera Barat  47  62  68.8  1.225  22.3  2.460 
4  Riau  37  47  71.0  1.174  23.2  2.360 
5  Jambi  39  47  68.6  1.108  21.4  2.297 
6  Sumatera Selatan  42  52  69.0  1.082  21.4  2.207 
7  Bengkulu  46  65  69.2  1.080  21.4  2.212 
8  Lampung  43  55  68.8  1.104  20.7  2.277 
9  Kepulauan Bangka Belitung  39  46  68.5  1.081  20.1  2.200 
10  Kepulauan Riau  43  58  69.6  1.180  26.9  2.360 
11  DKI Jakarta  28  36  72.8  0.785  17.4  1.542 
12  Jawa Barat  39  49  67.6  1.051  20.2  2.199 
13  Jawa Tengah  26  32  70.9  0.995  17.5  2.022 
14  DI Yogyakarta  19  22  73.1  0.667  12.4  1.388 
15  Jawa Timur  35  45  68.9  0.796  14.5  1.668 
16  Banten  46  58  64.5  1.075  21.7  2.290 
17  Bali  34  38  70.6  0.841  14.8  1.688 
18  Nusa Tenggara Barat  72  92  61.2  1.208  25.5  2.480 
19  Nusa Tenggara Timur  57  80  66.7  1.439  26.5  2.866 
20  Kalimantan Barat  46  59  66.1  1.228  23.6  2.465 
21  Kalimantan Tengah  30  34  70.9  1.093  20.8  2.229 
22  Kalimantan Selatan  58  75  62.6  1.031  20.5  2.179 
23  Kalimantan Timur  26  38  70.6  1.102  20.9  2.240 
24  Sulawesi Utara  35  43  72.0  0.936  16.3  1.913 
25  Sulawesi Tengah  60  69  65.9  1.140  22.3  2.339 
26  Sulawesi Selatan  41  53  69.4  1.117  21.9  2.291 
27  Sulawesi Tenggara  41  62  67.2  1.353  26.6  2.667 
28  Gorontalo  52  69  65.9  1.086  20.2  2.273 
29  Sulawesi Barat  74  96  67.2  1.115  20.9  2.289 
30  Maluku  59  93  66.6  1.329  24.6  2.714 
31  Maluku Utara  51  74  65.1  1.270  24.0  2.657 
32  Papua Barat  41  62  67.6  1.288  23.9  2.689 
33  Papua  36  64  67.9  1.319  23.5  2.722 
Indonesia  34  44  68.7  1.045  19.8  2.177 
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 
(Laporan Pendahuluan) 
* : Periode lima tahunan sebelum survei. 
AHH :BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2006­2007 
Lampiran 3.2 
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 ­ 2007 

2005  2006  2007 


Reduksi  Reduksi 
No.  Provinsi 
Angka Harapan  Rata­rata Lama  Angka Melek Huruf  Pengeluaran Riil /  Angka Harapan  Rata­rata Lama  Angka Melek Huruf  Pengeluaran Riil /  Short Fall  Angka Harapan  Rata­rata Lama  Angka Melek Huruf  Pengeluaran Riil /  Short Fall 
IPM  Peringkat  IPM  Peringkat  IPM  Peringkat 
Hidup (tahun)  Sekolah (tahun)  (%)  Kapita (Rp.000)  Hidup (tahun)  Sekolah (tahun)  (%)  Kapita (Rp.000) Hidup (tahun)  Sekolah (tahun)  (%)  Kapita (Rp.000) 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  68.0  8.4  96.0  588.9  69.0  18  68.3  8.5  96.2  589.5  69.4  18  1.15  68.40  8.50  96.20  600.95  70.35  17  3.06 

2  Sumatera Utara  68.7  8.5  97.0  618.0  72.0  8  68.9  8.6  97.0  621.4  72.5  8  1.55  69.10  8.60  97.03  624.12  72.78  8  1.16 

3  Sumatera Barat  68.2  8.0  96.0  618.2  71.2  9  68.5  8.0  96.0  622.5  71.6  9  1.58  68.80  8.18  96.10  625.93  72.23  9  2.05 

4  Riau  70.7  8.4  97.8  623.2  73.6  3  70.8  8.4  97.8  625.0  73.8  3  0.69  71.00  8.40  97.80  634.11  74.63  3  3.12 

5  Jambi  68.1  7.5  96.0  620.8  71.0  11  68.5  7.6  96.0  621.7  71.3  10  1.17  68.60  7.63  96.00  622.99  71.46  12  0.61 

6  Sumatera Selatan  68.3  7.5  95.9  610.3  70.2  13  68.8  7.6  96.6  615.3  71.1  13  2.90  69.00  7.60  96.66  617.59  71.40  13  1.06 

7  Bengkulu  68.8  8.0  94.7  617.1  71.1  10  68.9  8.0  94.7  618.7  71.3  11  0.66  69.20  8.00  94.69  620.29  71.57  11  1.03 

8  Lampung  68.0  7.2  93.5  605.1  68.8  19  68.5  7.3  93.5  607.0  69.4  19  1.70  68.80  7.30  93.47  610.09  69.78  20  1.30 

9  Kepulauan Bangka Belitung  68.1  6.6  95.4  628.0  70.7  12  68.3  6.9  95.4  630.2  71.2  12  1.71  68.50  7.18  95.40  631.75  71.62  10  1.51 

10  Kepulauan Riau  69.5  8.1  96.0  621.9  72.2  7  69.6  8.4  96.0  625.5  72.8  7  2.02  69.60  8.94  96.00  631.94  73.68  6  3.27 

11  DKI Jakarta  72.5  10.6  98.3  619.5  76.1  1  72.6  10.8  98.4  619.9  76.3  1  1.08  72.80  10.80  98.76  620.78  76.59  1  1.11 

12  Jawa Barat  67.2  7.4  94.6  619.7  69.9  14  67.4  7.5  94.9  621.1  70.3  14  1.28  67.60  7.50  95.32  623.64  70.71  15  1.32 

13  Jawa Tengah  70.6  6.6  87.4  621.4  69.8  16  70.8  6.8  88.2  621.7  70.3  15  1.57  70.90  6.80  88.62  628.53  70.92  14  2.24 

14  DI Yogyakarta  72.9  8.4  86.7  638.0  73.5  4  73.0  8.5  86.7  638.8  73.7  4  0.76  73.10  8.59  87.78  639.88  74.15  4  1.72 

15  Jawa Timur  68.5  6.8  85.8  622.2  68.4  22  68.6  6.9  87.1  626.0  69.2  20  2.39  68.90  6.90  87.42  630.71  69.78  19  1.94 

16  Banten  64.0  8.0  95.6  619.2  68.8  20  64.3  8.1  95.6  620.0  69.1  21  0.98  64.50  8.10  95.60  621.00  69.29  23  0.60 

17  Bali  70.4  7.4  86.2  618.2  69.8  15  70.5  7.6  86.2  620.2  70.1  16  0.96  70.60  7.60  86.21  624.90  70.53  16  1.52 

18  Nusa Tenggara Barat  60.5  6.6  78.8  623.2  62.4  32  60.9  6.7  80.1  623.9  63.0  32  1.64  61.20  6.70  80.10  630.48  63.71  32  1.81 

19  Nusa Tenggara Timur  64.9  6.3  85.6  589.8  63.6  31  66.5  6.4  86.5  591.2  64.8  31  3.39  66.70  6.42  87.25  594.28  65.36  31  1.50 

20  Kalimantan Barat  65.2  6.6  89.0  609.6  66.2  28  66.0  6.7  89.0  613.9  67.1  28  2.58  66.10  6.70  89.40  617.90  67.53  29  1.37 

21  Kalimantan Tengah  70.7  7.9  97.5  623.6  73.2  5  70.8  8.0  97.5  624.4  73.4  5  0.68  70.90  8.00  97.50  624.79  73.49  7  0.34 

22  Kalimantan Selatan  62.1  7.3  95.3  622.7  67.4  26  62.4  7.4  95.3  623.8  67.7  26  0.94  62.60  7.40  95.26  625.80  68.01  26  0.82 

23  Kalimantan Timur  70.3  8.7  95.3  621.4  72.9  6  70.4  8.8  95.5  623.6  73.3  6  1.20  70.60  8.80  95.70  628.10  73.77  5  1.91 

24  Sulawesi Utara  71.7  8.8  99.3  616.1  74.2  2  71.8  8.8  99.3  616.9  74.4  2  0.62  72.00  8.80  99.30  619.39  74.68  2  1.20 

25  Sulawesi Tengah  65.4  7.6  94.9  610.3  68.5  21  65.6  7.7  94.9  613.2  68.8  22  1.19  65.90  7.73  94.94  616.98  69.34  22  1.57 

26  Sulawesi Selatan  68.7  7.0  84.6  616.8  68.1  23  69.2  7.2  85.7  618.3  68.8  23  2.35  69.40  7.23  86.24  625.23  69.62  21  2.59 

27  Sulawesi Tenggara  66.8  7.6  91.3  598.9  67.5  24  67.0  7.6  91.3  601.0  67.8  25  0.85  67.20  7.71  91.30  604.96  68.32  25  1.60 

28  Gorontalo  65.0  6.8  95.0  607.8  67.5  25  65.6  6.8  95.7  608.7  68.0  24  1.70  65.90  6.91  95.75  615.94  68.83  24  2.58 

29  Sulawesi Barat  66.4  6.0  83.4  616.3  65.7  29  67.0  6.3  85.9  619.4  67.1  29  3.90  67.20  6.51  86.40  622.90  67.72  28  1.99 

30  Maluku  66.2  8.5  98.0  597.3  69.2  17  66.6  8.6  98.0  599.3  69.7  17  1.46  66.80  8.60  98.00  601.26  69.96  18  0.87 

31  Maluku Utara  64.2  8.5  95.2  590.3  67.0  27  64.8  8.6  95.2  592.1  67.5  27  1.70  65.10  8.60  95.20  593.88  67.82  27  0.95 

32  Papua Barat  66.9  7.2  85.4  584.0  64.8  30  67.3  7.2  88.6  588.0  66.1  30  3.54  67.90  6.52  75.41  593.00  67.28  30  3.54 

33  Papua  67.3  6.2  74.9  585.2  62.1  33  67.6  6.3  75.4  589.3  62.8  33  1.77  67.60  7.65  90.32  592.07  63.41  33  1.76 

Indonesia  68.1  7.3  90.9  619.9  69.6  ­  68.5  7.4  91.5  621.3  70.1  ­  1.68  68.70  7.47  91.87  624.37  70.59  ­  1.64 

Sumber: Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia 2006 ­ 2007, 2009 
Lampiran 3.3 
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICD­X 
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2008 

Pasien Baru  Jumlah  Admission 


No  Bab  DTD  ICD­X  Golongan Sebab Sakit
Laki­laki  Perempuan  Jumlah  Kunjungan  Rate 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10) 

1  I  001 ­ 057,9  A 00­B 99  Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu  90,333  86,685  177,018  344,635  1.95 

2  II  058.0­096.9  C 00­D 48  Neoplasma  10,838  25,563  36,401  86,420  2.37 


Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme 
3  III  097­100  D 50­D 89  2,511  3,263  5,774  12,558  2.17 
Imun 
4  IV  101 ­ 111  E 00­E 90  Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik  19,505  25,863  45,368  180,926  3.99 

5  V  112­119.9  F 00­F 99  Gangguan Mental & Perilaku  9,670  7,605  17,275  61,954  3.59 

6  VI  120­129  G 00­G 99  Penyakit Susunan Syaraf  13,871  16,648  30,519  86,763  2.84 

7  VII  130 ­ 139,10  H 00­H 59  Penyakit Mata dan Adneksa  47,348  55,733  103,081  181,210  1.76 

8  VIII  140 ­ 142,9  H 60­H 95  Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus  27,348  26,971  54,319  91,361  1.68 

9  IX  143­164.9  I 00­I 99  Penyakit Sistem Sirkulasi Darah  55,941  58,437  114,378  324,656  2.84 

10  X  165.0­179.9  J 00­J 99  Penyakit Sistem Napas  126,538  126,060  252,598  469,067  1.86 

11  XI  180­197  K 00­K 93  Penyakit Sistem Cerna  97,152  117,247  214,399  360,247  1.68 

12  XII  198 ­ 199  L 00­L 99  Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan  28,112  36,445  64,557  115,100  1.78 

13  XIII  200,0 ­ 210  M 00­M 99 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat  24,994  33,751  58,745  175,132  2.98 

14  XIV  211 ­ 233  N 00­N 99  Penyakit Sistem Kemih Kelamin  23,941  44,213  68,154  129,271  1.90 

15  XV  234­244  O 00­O 99  Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas  ­  21,661  21,661  32,167  1.49 

16  XVI  245­253.9  P 00­P 96  Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal  1,848  1,645  3,493  4,341  1.24 

17  XVII  254­266.9  Q 00­Q 99  Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom  2,703  2,517  5,220  12,307  2.36 

18  XVIII  267­270.9  R 00­R 99  Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal YTK  74,492  70,090  144,582  211,419  1.46 

19  XIX  271­289  S 00­T 98  Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya  75,264  43,643  118,907  168,123  1.41 

20  XX  299.0­306.13 V 00­Y 98  Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas  ­  #DIV/0! 


Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg Berhubungan dengan Pelayanan 
21  XXI  290.0­298  Z 00­Z 99  87,601  155,745  243,346  463,664  1.91 
Kesehatan 
J u m l a h  820,010  959,785  1,779,795  3,511,321  1.97 
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2009 (Data sementara dari rumah sakit yang telah melaporkan) 
Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar) 
Lampiran 3.3.a 
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICD­X 
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007 

Pasien Baru  Jumlah  Admission 


No  Bab  DTD  ICD­X  Golongan Sebab Sakit 
Laki­laki  Perempuan  Jumlah  Kunjungan  Rate 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10) 

1  I  001 ­ 057,9  A 00­B 99  Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu  524,770  558,462  1,083,232  1,143,694  1.06 

2  II  058.0­096.9  C 00­D 48  Neoplasma  59,227  110,226  169,453  172,413  1.02 


Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan 
3  III  097­100  D 50­D 89  14,807  11,795  26,602  27,157  1.02 
tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun 
4  IV  101 ­ 111  E 00­E 90  Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik  134,093  114,795  248,888  263,567  1.06 

5  V  112­119.9  F 00­F 99  Gangguan Mental & Perilaku  30,963  34,302  65,265  65,942  1.01 

6  VI  120­129  G 00­G 99  Penyakit Susunan Syaraf  87,277  78,353  165,630  167,093  1.01 

7  VII  130 ­ 139,10  H 00­H 59  Penyakit Mata dan Adneksa  383,813  338,082  721,895  723,844  1.00 

8  VIII  140 ­ 142,9  H 60­H 95  Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus  142,715  149,848  292,563  293,286  1.00 

9  IX  143­164.9  I 00­I 99  Penyakit Sistem Sirkulasi Darah  263,637  277,429  541,066  545,482  1.01 

10  X  165.0­179.9  J 00­J 99  Penyakit Sistem Napas  853,133  895,101  1,748,234  1,762,200  1.01 

11  XI  180­197  K 00­K 93  Penyakit Sistem Cerna  630,600  545,658  1,176,258  1,195,670  1.02 

12  XII  198 ­ 199  L 00­L 99  Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan  208,286  159,520  367,806  367,826  1.00 

13  XIII  200,0 ­ 210  M 00­M 99  Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat  46,440  232,914  279,354  500,640  1.79 

14  XIV  211 ­ 233  N 00­N 99  Penyakit Sistem Kemih Kelamin  74,957  178,764  253,721  529,743  2.09 

15  XV  234­244  O 00­O 99  Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas  66,586  66,586  111,465  1.67 

16  XVI  245­253.9  P 00­P 96  Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal  4,585  9,025  13,610  23,183  1.70 

17  XVII  254­266.9  Q 00­Q 99  Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom  5,326  15,903  21,229  36,135  1.70 
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal 
18  XVIII  267­270.9  R 00­R 99  46,478  620,401  666,879  1,246,455  1.87 
YTK 
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu 
19  XIX  271­289  S 00­T 98  267,222  249,331  516,553  955,081  1.85 
Lainnya 
20  XX  299.0­306.13  V 00­Y 98  Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas  127,757  198,336  326,093  360,752  1.11 
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg 
21  XXI  290.0­298  Z 00­Z 99  157,637  1,098,749  1,256,386  2,142,968  1.71 
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan 
J u m l a h 4,063,723  5,943,580  10,007,303  12,634,596  1.26 
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2007  5,941,558  10,005,281 
Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar) 
Lampiran 3.4 
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD­X 
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2008 

Pasien Baru  Pasien 
No  Bab  DTD  ICD­X  Golongan Sebab Sakit CFR (%) 
Laki­laki  Perempuan  Jumlah  Mati 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10) 

1  I  001 ­ 057,9  A 00­B 99  Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu  309,524  269,733  579,257  16,769  2.89 

2  II  058.0­096.9  C 00­D 48  Neoplasma  30,596  61,514  92,110  4,332  4.70 


Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme 
3  III  097­100  D 50­D 89  14,475  16,594  31,069  1,223  3.94 
Imun 
4  IV  101 ­ 111  E 00­E 90  Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik  36,213  46,832  83,045  5,585  6.73 

5  V  112­119.9  F 00­F 99  Gangguan Mental & Perilaku  14,566  12,850  27,416  204  0.74 

6  VI  120­129  G 00­G 99  Penyakit Susunan Syaraf  16,376  14,706  31,082  3,218  10.35 

7  VII  130 ­ 139,10  H 00­H 59  Penyakit Mata dan Adneksa  18,488  17,258  35,746  123  0.34 

8  VIII  140 ­ 142,9  H 60­H 95  Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus  2,437  2,345  4,782  109  2.28 

9  IX  143­164.9  I 00­I 99  Penyakit Sistem Sirkulasi Darah  111,102  98,245  209,347  23,163  11.06 

10  X  165.0­179.9  J 00­J 99  Penyakit Sistem Napas  112,436  92,640  205,076  8,190  3.99 

11  XI  180­197  K 00­K 93  Penyakit Sistem Cerna  122,180  112,332  234,512  6,825  2.91 

12  XII  198 ­ 199  L 00­L 99  Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan  8,836  7,891  16,727  324  1.94 

13  XIII  200,0 ­ 210  M 00­M 99  Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat  13,425  13,472  26,897  605  2.25 

14  XIV  211 ­ 233  N 00­N 99  Penyakit Sistem Kemih Kelamin  63,922  63,820  127,742  4,542  3.56 

15  XV  234­244  O 00­O 99  Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas  ­  344,497  344,497  1,807  0.52 

16  XVI  245­253.9  P 00­P 96  Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal  48,103  45,363  93,466  9,108  9.74 

17  XVII  254­266.9  Q 00­Q 99  Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom  6,719  5,311  12,030  605  5.03 

18  XVIII 267­270.9  R 00­R 99  Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal YTK  80,365  70,838  151,203  4,238  2.80 

19  XIX  271­289  S 00­T 98  Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya  125,995  66,819  192,814  5,767  2.99 

20  XX  299.0­306.13  V 00­Y 98  Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas  41,835  21,872  63,707  2,046  3.21 
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg Berhubungan dengan Pelayanan 
21  XXI  290.0­298  Z 00­Z 99  89,223  124,065  213,288  1,627  0.76 
Kesehatan 
J u m l a h  1,266,816  1,508,997  2,775,813  100,410 
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2009 
Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar) 
Lampiran 3.4.a 
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD­X 
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007 

Pasien Baru 
No  Bab  DTD  ICD­X  Golongan Sebab Sakit  Pasien Mati  CFR (%)
Laki­laki  Perempuan  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10) 

1  I  001 ­ 057,9  A 00­B 99  Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu  306,062  262,919  568,981  14,323  2.52 


2  II  058.0­096.9  C 00­D 48  Neoplasma  31,486  63,584  95,070  4,585  4.82 
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan 
3  III  097­100  D 50­D 89  12,975  15,262  28,237  1,112  3.94 
tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun 
4  IV  101 ­ 111  E 00­E 90  Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik  34,350  44,098  78,448  5,277  6.73 
5  V  112­119.9  F 00­F 99  Gangguan Mental & Perilaku  13,536  11,879  25,415  145  0.57 
6  VI  120­129  G 00­G 99  Penyakit Susunan Syaraf  15,862  14,400  30,262  3,194  10.55 
7  VII  130 ­ 139,10  H 00­H 59  Penyakit Mata dan Adneksa  14,849  11,941  26,790  138  0.52 
8  VIII  140 ­ 142,9  H 60­H 95  Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus  2,315  2,224  4,539  9  0.20 
9  IX  143­164.9  I 00­I 99  Penyakit Sistem Sirkulasi Darah  106,019  92,161  198,180  21,830  11.02 
10  X  165.0­179.9  J 00­J 99  Penyakit Sistem Napas  107,941  89,839  197,780  7,214  3.65 
11  XI  180­197  K 00­K 93  Penyakit Sistem Cerna  118,026  107,186  225,212  6,590  2.93 
12  XII  198 ­ 199  L 00­L 99  Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan  8,365  7,538  15,903  258  1.62 
13  XIII  200,0 ­ 210  M 00­M 99  Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat  12,322  11,779  24,101  428  1.78 
14  XIV  211 ­ 233  N 00­N 99  Penyakit Sistem Kemih Kelamin  61,922  59,616  121,538  4,557  3.75 
15  XV  234­244  O 00­O 99  Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas  ­  335,221  335,221  887  0.26 
16  XVI  245­253.9  P 00­P 96  Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal  40,570  42,029  82,599  9,822  11.89 
17  XVII  254­266.9  Q 00­Q 99  Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom  6,569  5,270  11,839  673  5.68 
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik 
18  XVIII  267­270.9  R 00­R 99  78,112  66,745  144,857  3,967  2.74 
Abnormal YTK 
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu 
19  XIX  271­289  S 00­T 98  132,965  69,135  202,100  5,945  2.94 
Lainnya 
20  XX  299.0­306.13  V 00­Y 98  Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas  56,720  29,152  85,872  2,970  3.46 
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg 
21  XXI  290.0­298  Z 00­Z 99  86,277  101,775  188,052  778  0.41 
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan 
J u m l a h  1,247,243  1,443,753  2,690,996  94,702  3.52 
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2008 
Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar) 
Lampiran 3.5 
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Populasi Beresiko  Jumlah Penderita 
No  Provinsi  AMI  API
Malaria Klinis  Malaria Positif 
(1)  (2)  (1)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  4,260,934  8,637  1,053  2.03 
2  Sumatera Utara  8,995,264  73,275  2,274  8.15 
3  Sumatera Barat  2,453,986  6,325  1,015  2.58 
4  Riau  4,132,768  12,644  957  3.06 
5  Jambi  2,843,135  51,401  6,028  18.08 
6  Sumatera Selatan  5,350,075  29,212  2,389  5.46 
7  Bengkulu  1,353,159  31,064  6,355  22.96 
8  Lampung  6,295,088  17,566  2,108  2.79 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1,042,108  42,288  8,426  40.58 
10  Kepulauan Riau  1,244,515  16,572  1,666  13.32 
11  DKI Jakarta  NA  NA  NA  NA 
12  Jawa Barat  1,093,568  42,924  636  0.58 
13  Jawa Tengah  14,538,939  120,042  947  0.07 
14  DI Yogyakarta  2,016,834  3,040  67  0.03 
15  Jawa Timur  3,755,848  38,920  2,651  0.71 
16  Banten  3,864,897  2,692  103  0.03 
17  Bali  1,391,449  18,522  242  0.17 
18  Nusa Tenggara Barat  4,421,385  96,621  21,564  21.85 
19  Nusa Tenggara Timur  4,083,866  425,134  83,110  104.10 
20  Kalimantan Barat  3,358,893  10,859  2,168  3.23 
21  Kalimantan Tengah  1,764,556  19,784  4,470  11.21 
22  Kalimantan Selatan  2,521,569  10,581  2,630  4.20 
23  Kalimantan Timur  1,706,472  14,654  3,487  8.59 
24  Sulawesi Utara  1,642,001  27,063  5,530  16.48 
25  Sulawesi Tengah  2,536,473  45,164  6,486  17.81 
26  Sulawesi Selatan  6,202,816  9,386  1,933  1.51 
27  Sulawesi Tenggara  2,204,242  22,612  609  10.26 
28  Gorontalo  765,841  10,674  3,160  13.94 
29  Sulawesi Barat  685,561  8,213  391  11.98 
30  Maluku  1,384,940  54,907  12,376  39.65 
31  Maluku Utara  966,268  49,683  8,606  51.42 
32  Papua  2,206,849  187,005  40,503  84.74 
33  Papua Barat  701,435  117,466  32,337  167.47 
Indonesia  101,785,734  1,624,930  266,277  17.77  0.16 
Jawa Bali  26,661,535  226,140  4,646  0.17 
Luar Jawa Bali  75,124,199  1,398,790  261,631  18.62 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali) 
AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali) 
Lampiran 3.6 
ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA 
DI JAWA­BALI TAHUN 1997 ­  2008 

Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 Penduduk 
No  Provinsi 
1997  1998  1999  2000 2001  2002  2003  2004  2005  2006  2007  2008 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (13) 

1  DKI Jakarta  0.00  0.00  0.00  0.07  0.01  t.a.d  t.a.d  t.a.d  t.a.d  t.a.d  t.a.d  t.a.d 

2  Jawa Barat  0.04  0.07  0.04  0.03  0.02  t.a.d  t.a.d  0.16  0.96  0.52  0.37  0.58 

3  Jawa Tengah  0.32  0.65  1.06  1.74  1.46  t.a.d  t.a.d  0.51  0.06  0.13  0.12  0.07 

4  DI Yogyakarta  0.52  3.54  6.76  11.73  10.43  t.a.d  t.a.d  0.97  0.06  0.10  0.05  0.03 

5  Jawa Timur  0.04  0.03  0.05  0.17  0.12  t.a.d  t.a.d  0.08  0.47  0.18  0.18  0.71 

6  Banten  ­  ­  ­  ­  ­  t.a.d  t.a.d  t.a.d  0.00  0.02  0.05  0.17 

7  Bali  0.03  0.03  0.04  0.04  0.08  t.a.d  t.a.d  0.03  0.02  0.55  0.42  0.03 

Jawa­Bali  0.12  0.30  0.52  0.81  0.62  0.47  0,22  0.15  0.15  0.19  0.16  0.16 

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Ket : tad = tidak ada data 
Lampiran 3.7 
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU 
TAHUN  2008 

Cakupan Penemuan 
No  Provinsi  Perkiraan Kasus Menular  Case Detection Rate 
Semua Kasus  BTA Pos 
(CDR) %
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  6,870  3,828  2,831  41.2 
2  Sumatera Utara  20,868  17,133  14,158  67.8 
3  Sumatera Barat  7,621  5,403  3,701  48.6 
4  Riau  8,303  3,478  2,205  26.6 
5  Jambi  4,461  2,960  2,227  49.9 
6  Sumatera Selatan  11,395  8,284  5,244  46.0 
7  Bengkulu  2,627  1,598  1,276  48.6 
8  Lampung  11,826  7,592  4,771  40.3 
9  Kep. Bangka Belitung  1,735  1,210  958  55.2 
10  Kep.Riau  2,325  1,500  685  29.5 
11  DKI Jakarta  9,786  25,490  8,372  85.5 
12  Jawa Barat  43,783  61,557  30,072  68.7 
13  Jawa Tengah  34,910  35,951  16,752  48.0 
14  DI Yogyakarta  2,220  2,461  1,141  51.4 
15  Jawa Timur  39,691  39,113  23,655  59.6 
16  Banten  10,275  17,896  8,080  78.6 
17  Bali  2,250  3,159  1,434  63.7 
18  Nusa Tenggara Barat  9,164  5,688  3,134  34.2 
19  Nusa Tenggara Timur  9,522  5,315  3,360  35.3 
20  Kalimantan Barat  8,923  5,558  4,189  46.9 
21  Kalimantan Tengah  4,320  1,881  1,251  29.0 
22  Kalimantan Selatan  7,238  4,990  3,164  43.7 
23  Kalimantan Timur  6,499  3,829  2,088  32.1 
24  Sulawesi Utara  4,637  4,858  4,155  89.6 
25  Sulawesi Tengah  5,121  2,781  2,120  41.4 
26  Sulawesi Selatan  16,391  8,303  6,170  37.6 
27  Sulawesi Tenggara  4,358  2,724  2,312  53.1 
28  Gorontalo  2,042  1,451  1,176  57.6 
29  Sulawesi Barat  2,168  1,298  1,060  48.9 
30  Maluku  2,773  2,279  1,109  40.0 
31  Maluku Utara  2,015  981  540  26.8 
32  Papua Barat  1,533  1,259  525  34.2 
33  Papua  4,319  6,521  2,461  57.0 
Indonesia  228,485  298,329  166,376  72.82 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.8 
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF 
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Jenis Kelamin 
Laki­laki  Perempuan 
No  Provinsi 
Laki­laki+ Perempuan 
Jumlah  % Jumlah  % 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  1,870  66.91  925  33.09  2,795 
2  Sumatera Utara  9,154  64.66  5,004  35.34  14,158 
3  Sumatera Barat  2,389  64.62  1,308  35.38  3,697 
4  Riau  1,347  64.05  756  35.95  2,103 
5  Jambi  1,391  62.46  836  37.54  2,227 
6  Sumatera Selatan  3,256  62.41  1,961  37.59  5,217 
7  Bengkulu  779  64.01  438  35.99  1,217 
8  Lampung  2,777  59.81  1,866  40.19  4,643 
9  Kep. Bangka Belitung  620  64.65  339  35.35  959 
10  Kep.Riau  378  63.00  222  37.00  600 
11  DKI Jakarta  4,859  60.75  3,140  39.25  7,999 
12  Jawa Barat  17,181  57.14  12,886  42.86  30,067 
13  Jawa Tengah  8,456  54.54  7,047  45.46  15,503 
14  DI Yogyakarta  641  56.28  498  43.72  1,139 
15  Jawa Timur  12,477  55.00  10,209  45.00  22,686 
16  Banten  4,367  57.69  3,203  42.31  7,570 
17  Bali  846  59.12  585  40.88  1,431 
18  Nusa Tenggara Barat  1,876  60.07  1,247  39.93  3,123 
19  Nusa Tenggara Timur  1,623  53.55  1,408  46.45  3,031 
20  Kalimantan Barat  2,326  63.80  1,320  36.20  3,646 
21  Kalimantan Tengah  674  60.29  444  39.71  1,118 
22  Kalimantan Selatan  1,941  61.48  1,216  38.52  3,157 
23  Kalimantan Timur  1,212  61.21  768  38.79  1,980 
24  Sulawesi Utara  2,457  61.30  1,551  38.70  4,008 
25  Sulawesi Tengah  1,206  57.40  895  42.60  2,101 
26  Sulawesi Selatan  3,576  57.96  2,594  42.04  6,170 
27  Sulawesi Tenggara  1,363  58.95  949  41.05  2,312 
28  Gorontalo  680  57.82  496  42.18  1,176 
29  Sulawesi Barat  625  58.96  435  41.04  1,060 
30  Maluku  487  52.76  436  47.24  923 
31  Maluku Utara  274  62.84  162  37.16  436 
32  Papua Barat  240  52.63  216  47.37  456 
33  Papua  1,170  57.55  863  42.45  2,033 
Indonesia  94,518  58.80  66,223  41.20  160,741 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.9 
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF 
MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2008 

K e l o m p o k   U m u r   ( t a h u n) 
0 ­ 14  15 ­ 24  25 ­ 34  35 ­ 44  45 ­ 54 55 ­ 64  > 65  Total 
No  Provinsi 
L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  L  P  T 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  13  12  214  166  374  206  370  166  387  153  336  158  176  64  1,870  925  2,795 
2  Sumatera Utara  86  84  1,157  905  1,867  1,085  2,035  1,085  2,073  940  1,385  652  551  253  9,154  5,004  14,158 
3  Sumatera Barat  10  19  365  274  514  280  391  247  482  239  375  157  252  92  2,389  1,308  3,697 
4  Riau  11  18  212  146  319  189  288  146  233  149  193  78  91  30  1,347  756  2,103 
5  Jambi  13  8  180  138  295  182  247  168  281  165  254  144  121  31  1,391  836  2,227 
6  Sumatera Selatan  30  25  462  322  694  453  626  402  668  411  508  265  268  83  3,256  1,961  5,217 
7  Bengkulu  7  10  82  80  149  101  168  82  169  91  146  56  58  18  779  438  1,217 
8  Lampung  39  40  355  302  565  428  511  323  494  306  451  263  362  204  2,777  1,866  4,643 
9  Kep. Bangka Belitung  7  3  80  66  129  78  125  69  141  65  93  39  45  19  620  339  959 
10  Kep.Riau  9  5  59  62  104  65  74  30  53  23  54  27  25  10  378  222  600 
11  DKI Jakarta  51  50  1,010  886  1,499  836  967  576  748  446  428  253  156  93  4,859  3,140  7,999 
12  Jawa Barat  183  194  3,373  3,169  4,539  3,447  3,327  2,510  2,755  1,944  2,074  1,168  930  454  17,181  12,886  30,067 
13  Jawa Tengah  49  97  1,361  1,452  1,860  1,659  1,598  1,380  1,578  1,209  1,303  913  707  337  8,456  7,047  15,503 
14  DI Yogyakarta  1  4  108  112  144  127  111  88  112  67  97  61  68  39  641  498  1,139 
15  Jawa Timur  106  125  1,646  1,880  2,447  2,219  2,372  2,061  2,646  1,972  2,314  1,481  946  471  12,477  10,209  22,686 
16  Banten  28  45  878  702  1,150  837  906  699  714  529  523  312  168  79  4,367  3,203  7,570 
17  Bali  2  2  109  86  211  139  143  108  129  114  169  90  83  46  846  585  1,431 
18  Nusa Tenggara Barat  14  6  249  203  376  272  354  251  410  265  361  217  112  33  1,876  1,247  3,123 
19  Nusa Tenggara Timur  21  24  258  246  338  323  255  227  280  262  281  208  190  118  1,623  1,408  3,031 
20  Kalimantan Barat  22  29  268  222  514  287  447  293  496  242  399  190  180  57  2,326  1,320  3,646 
21  Kalimantan Tengah  19  13  85  71  141  100  121  107  166  89  104  44  38  20  674  444  1,118 
22  Kalimantan Selatan  32  23  229  183  430  263  434  248  380  256  325  192  111  51  1,941  1,216  3,157 
23  Kalimantan Timur  14  11  203  162  278  179  217  153  196  145  200  93  104  25  1,212  768  1,980 
24  Sulawesi Utara  18  17  280  267  488  342  476  321  507  264  395  199  293  141  2,457  1,551  4,008 
25  Sulawesi Tengah  16  20  137  133  236  243  236  172  276  156  210  130  95  41  1,206  895  2,101 
26  Sulawesi Selatan  9  24  479  418  715  582  719  523  679  467  682  440  293  140  3,576  2,594  6,170 
27  Sulawesi Tenggara  4  12  205  211  306  206  283  190  228  155  245  134  92  41  1,363  949  2,312 
28  Gorontalo  3  6  100  98  127  106  150  96  142  90  106  73  52  27  680  496  1,176 
29  Sulawesi Barat  4  2  88  83  119  116  117  63  128  77  121  72  48  22  625  435  1,060 
30  Maluku  7  17  91  77  104  111  89  82  89  64  63  53  44  32  487  436  923 
31  Maluku Utara  3  5  47  37  69  42  50  38  46  21  39  17  20  2  274  162  436 
32  Papua Barat  6  6  55  55  66  73  41  34  40  26  20  13  12  9  240  216  456 
33  Papua  31  37  329  332  369  244  211  139  129  72  80  27  21  12  1,170  863  2,033 
Indonesia  868  993  14,754  13,546  21,536  15,820  18,459  13,077  17,855  11,474  14,334  8,219  6,712  3,094  94,518  66,223  160,741 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.10 
JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS PER 100.000 PENDUDUK 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

No  Provinsi  Jumlah Kasus  Meninggal  Case Rate

(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  26  7  0.67 
2  Sumatera Utara  487  95  3.95 
3  Sumatera Barat  204  65  4.48 
4  Riau  364  116  8.01 
5  Jambi  106  30  3.93 
6  Sumatera Selatan  153  31  2.25 
7  Bengkulu  46  13  2.85 
8  Lampung  143  42  2.00 
9  Kep. Bangka Belitung  95  13  9.33 
10  Kepulauan Riau  277  115  23.11 
11  DKI Jakarta  2,781  419  30.52 
12  Jawa Barat  2,888  544  7.38 
13  Jawa Tengah  530  221  1.35 
14  DI Yogyakarta  246  70  7.5 
15  Jawa Timur  2,591  584  6.99 
16  Banten  74  12  0.81 
17  Bali  1,177  228  33.75 
18  Nusa Tenggara Barat  80  47  1.92 
19  Nusa Tenggara Timur  110  23  2.64 
20  Kalimantan Barat  730  103  17.9 
21  Kalimantan Tengah  9  2  0.47 
22  Kalimantan Selatan  22  5  0.68 
23  Kalimantan Timur  11  10  0.37 
24  Sulawesi Utara  161  53  7.45 
25  Sulawesi Tengah  8  4  0.34 
26  Sulawesi Selatan  143  62  1.91 
27  Sulawesi Tenggara  11  1  0.56 
28  Gorontalo  3  1  0.33 
29  Sulawesi Barat  0  0  0 
30  Maluku  187  69  14.05 
31  Maluku Utara  7  7  0.77 
32  Papua Barat  58  19  10.24 
33  Papua  2,382  351  129.35 
J u m l a h  16,110  3,362  7.12 
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.11 
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU) 
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2008 

Jumlah  Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU)
No  Provinsi 
Kasus Kumulatif  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  26  7  26.9 
2  Sumatera Utara  487  213  43.7 
3  Sumatera Barat  204  147  72.1 
4  Riau  364  97  26.6 
5  Jambi  106  67  63.2 
6  Sumatera Selatan  153  83  54.2 
7  Bengkulu  46  28  60.9 
8  Lampung  143  111  77.6 
9  Kep. Bangka Belitung  95  36  37.9 
10  Kep.Riau  277  22  7.9 
11  DKI Jakarta  2,781  1,978  71.1 
12  Jawa Barat  2,888  2,192  75.9 
13  Jawa Tengah  530  126  23.8 
14  DI Yogyakarta  246  119  48.4 
15  Jawa Timur  2,591  878  33.9 
16  Banten  74  55  74.3 
17  Bali  1,177  234  19.9 
18  Nusa Tenggara Barat  80  39  48.8 
19  Nusa Tenggara Timur  110  11  10.0 
20  Kalimantan Barat  730  124  17.0 
21  Kalimantan Tengah  9  5  55.6 
22  Kalimantan Selatan  22  9  40.9 
23  Kalimantan Timur  11  4  36.4 
24  Sulawesi Utara  161  39  24.2 
25  Sulawesi Tengah  8  5  62.5 
26  Sulawesi Selatan  143  91  63.6 
27  Sulawesi Tenggara  11  1  9.1 
28  Gorontalo  3  2  66.7 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­ 
30  Maluku  187  79  42.2 
31  Maluku Utara  7  2  28.6 
32  Papua Barat  58  5  8.6 
33  Papua  2,382  1  0.0 
J u m l a h  16,110  6,810  42.3 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.12 
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita 
Jumlah Penduduk Usia  Target Penemuan 
No  Provinsi 
Balita Wil. PKM Program  Pneumonia Balita (10%)  < 1 Tahun 1 ­ 4 Tahun  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  417,777  41,778  647  1,257  1,904  4.56 
2  Sumatera Utara  1,276,361  127,636  7,365  11,717  19,082  14.95 
3  Sumatera Barat  469,776  46,978  2,584  7,112  9,696  20.64 
4  Riau  518,900  51,890  2,062  4,507  6,569  12.66 
5  Jambi  276,418  27,642  998  2,270  3,268  11.82 
6  Sumatera Selatan  680,135  68,013  4,972  9,567  14,539  21.38 
7  Bengkulu  175,372  17,537  ­  ­  ­  ­ 
8  Lampung  728,666  72,867  3,836  11,601  15,437  21.19 
9  Kep. Bangka Belitung  110,666  11,067  667  1,735  2,402  21.71 
10  Kep.Riau  138,202  13,820  66  222  288  2.08 
11  DKI Jakarta  896,168  89,617  3,589  8,321  11,910  13.29 
12  Jawa Barat  3,912,714  391,271  58,728  107,568  166,296  42.50 
13  Jawa Tengah  3,298,982  329,898  9,633  20,298  29,931  9.07 
14  DI Yogyakarta  343,868  34,387  132  492  624  1.81 
15  Jawa Timur  2,491,593  249,159  11,959  21,720  33,679  13.52 
16  Banten  1,027,603  102,760  2,880  4,937  7,817  7.61 
17  Bali  341,173  34,117  1,151  2,223  3,374  9.89 
18  Nusa Tenggara Barat  553,451  55,345  13,173  18,096  31,269  56.50 
19  Nusa Tenggara Timur  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
20  Kalimantan Barat  466,782  46,678  1,309  2,738  4,047  8.67 
21  Kalimantan Tengah  200,361  20,036  532  1,016  1,548  7.73 
22  Kalimantan Selatan  357,691  35,769  1,617  3,447  5,064  14.16 
23  Kalimantan Timur  297,194  29,719  1,424  2,576  4,000  13.46 
24  Sulawesi Utara  242,097  24,210  1,746  2,658  4,404  18.19 
25  Sulawesi Tengah  243,771  24,377  1,421  2,285  3,706  15.20 
26  Sulawesi Selatan  793,615  79,362  2,497  5,584  8,081  10.18 
27  Sulawesi Tenggara  205,455  20,545  1,099  2,277  3,376  16.43 
28  Gorontalo  91,975  9,198  ­  ­  ­  ­ 
29  Sulawesi Barat  101,460  10,146  ­  ­  ­  ­ 
30  Maluku  130,506  13,051  ­  ­  ­  ­ 
31  Maluku Utara  98,526  9,853  203  409  612  6.21 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
33  Papua  ­  ­  ­  ­ 
Indonesia  20,887,256  2,088,726  136,290  256,633  392,923  18.81 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.13 
SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 

Kasus Tercatat Angka Prevalensi 
No  Provinsi 
PB  MB  Jumlah  /10.000 Penduduk 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  113  484  597  1.41 
2  Sumatera Utara  23  188  211  0.17 
3  Sumatera Barat  15  99  114  0.25 
4  Riau  27  175  202  0.42 
5  Jambi  6  60  66  0.24 
6  Sumatera Selatan  41  326  367  0.54 
7  Bengkulu  3  13  16  0.09 
8  Lampung  33  189  222  0.29 
9  Kepulauan Bangka Belitung  14  45  59  0.55 
10  Kepulauan Riau  8  20  28  0.26 
11  DKI Jakarta  209  1,625  1,834  2.03 
12  Jawa Barat  530  2,832  3,362  0.81 
13  Jawa Tengah  167  1,702  1,869  0.58 
14  DI Yogyakarta  9  86  95  0.28 
15  Jawa Timur  574  5,463  6,037  1.62 
16  Banten  92  499  591  0.64 
17  Bali  8  132  140  0.42 
18  Nusa Tenggara Barat  133  549  682  1.60 
19  Nusa Tenggara Timur  65  428  493  1.18 
20  Kalimantan Barat  42  238  280  0.68 
21  Kalimantan Tengah  5  77  82  0.42 
22  Kalimantan Selatan  35  378  413  1.26 
23  Kalimantan Timur  24  222  246  0.84 
24  Sulawesi Utara  67  417  484  2.15 
25  Sulawesi Tengah  71  237  308  1.28 
26  Sulawesi Selatan  188  1,229  1,417  1.86 
27  Sulawesi Tenggara  35  262  297  1.42 
28  Gorontalo  20  204  224  2.44 
29  Sulawesi Barat  34  217  251  1.82 
30  Maluku  54  379  433  3.02 
31  Maluku Utara  113  532  645  6.66 
32  Papua Barat  307  394  701  9.69 
33  Papua  274  612  886  4.42 
Indonesia  3,339  20,313  23,652  1.05 
%  14.12  85.88  100.00 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 
Ket:  PB= Pausi Basiler, MB= Multi Basiler 
Lampiran 3.14 
JUMLAH KASUS BARU KUSTA  DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI 
TAHUN 2008 

Jumlah Kasus Baru  Kasus  Kasus  RFT Rate (%)


No  Provinsi 
Total  MB  Cacat Tk.2  Anak  Wanita  Terdaftar  Kambuh  PB  MB 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  437  326  47  37  169  476  13  93  89 
2  Sumatera Utara  188  167  43  26  73  205  1  89  91 
3  Sumatera Barat  157  121  10  24  77  140  0  100  96 
4  Riau  215  164  43  54  98  341  0  80  78 
5  Jambi  95  69  11  6  23  108  1  90  69 
6  Sumatera Selatan  280  244  37  36  112  307  8  69  85 
7  Bengkulu  16  15  2  1  6  26  0  80  78 
8  Lampung  151  125  21  6  38  234  0  68  77 
9  Kepulauan Bangka Belitung  46  35  5  1  19  49  0  92  82 
10  Kepulauan Riau  25  19  0  0  10  35  0  80  78 
11  DKI Jakarta  891  759  9  73  250  860  5  88  75 
12  Jawa Barat  1,743  1,509  206  184  546  2,260  0  91  80 
13  Jawa Tengah  1,564  1,338  213  166  513  2,108  0  93  91 
14  DI Yogyakarta  52  39  6  3  17  71  0  80  78 
15  Jawa Timur  4,912  4,323  527  571  1,703  6,863  5  97  93 
16  Banten  565  456  61  83  218  880  0  87  92 
17  Bali  106  81  2  1  17  119  0  95  95 
18  Nusa Tenggara Barat  270  201  7  29  95  274  0  90  88 
19  Nusa Tenggara Timur  193  159  3  4  21  255  2  73  60 
20  Kalimantan Barat  244  209  40  29  109  202  0  80  78 
21  Kalimantan Tengah  103  98  21  5  30  103  0  67  95 
22  Kalimantan Selatan  230  189  25  15  71  265  0  80  78 
23  Kalimantan Timur  209  193  18  20  35  277  0  94  97 
24  Sulawesi Utara  419  333  28  42  147  388  4  95  93 
25  Sulawesi Tengah  328  254  31  22  131  320  0  82  97 
26  Sulawesi Selatan  1,240  1,007  145  87  533  1,107  19  92  84 
27  Sulawesi Tenggara  289  247  13  23  134  294  1  100  86 
28  Gorontalo  197  147  14  29  78  236  0  100  87 
29  Sulawesi Barat  216  143  10  14  77  229  5  79  98 
30  Maluku  382  300  14  31  168  480  0  94  87 
31  Maluku Utara  571  385  32  141  261  684  4  86  95 
32  Papua Barat  353  194  7  81  151  479  10  90  66 
33  Papua  754  479  17  143  273  863  11  79  81 
Indonesia  17,441  14,328  1,668  1,987  6,203  21,538  89  86.46  84.77 
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Ket :  PB= Pausi Basiler, MB= Multi Basiler 
Lampiran 3.15 
PREVALENSI FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI 
TAHUN  2008 

2008  Notes 
No  Provinsi  Populasi 2008  Total
Infectius  Non Infectius  District 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  4,363,500  0  0  0  23 
2  Sumatera Utara  12,914,600  0  0  0  28 
3  Sumatera Barat  4,555,800  0  0  0  7 
4  Riau  4,813,653 
5  Jambi  2,784,271 
6  Sumatera Selatan  7,019,964  0  2  2  15 
7  Bengkulu  1,753,716 
8  Lampung  7,804,587  0  0  0  10 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1,106,657 
10  Kepulauan Riau 
11  DKI Jakarta 
12  Jawa Barat 
13  Jawa Tengah 
14  DI Yogyakarta  3,430,640 
15  Jawa Timur  37,436,154  17  2  19  7 
16  Banten  6  0  6  1 
17  Bali  3,320,715  0  0  0  9 
18  Nusa Tenggara Barat  4,257,306  0  0  0  9 
19  Nusa Tenggara Timur  4,387,146  2245  1950  4195  20 
20  Kalimantan Barat 
21  Kalimantan Tengah 
22  Kalimantan Selatan 
23  Kalimantan Timur  2,936,388 
24  Sulawesi Utara  3,287,185 
25  Sulawesi Tengah  2,419,815  16  22  38  2 
26  Sulawesi Selatan 
27  Sulawesi Tenggara  2,143,000  2  25  27  2 
28  Gorontalo  1,629,000 
29  Sulawesi Barat 
30  Maluku  9,551,402  795  237  1032  8 
31  Maluku Utara 
32  Papua Barat  748,159 
33  Papua  2,213,997  385  222  607  9 
Indonesia  124,877,655  3,466  2,460  5,926  150 
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.16 
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Faktor Risiko 
Pelayanan Antenatal Care  Status Imunisasi  Penolong Persalinan 
Total 
No  Provinsi  Meninggal 
Kasus  Bidan/  Dukun  Tidak  Bidan/  Dukun  Tidak 
Dokter  Tidak Periksa  Tidak Tahu  TT2  +  TT1  Tidak Tahu  Dokter 
Perawat  Bersalin  Diimunisasi  Perawat  Bersalin Diketahui 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  2  2  0  1  1  0  0  1  0  1  0  0  0  2  0 
2  Sumatera Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
3  Sumatera Barat  4  3  1  1  2  0  0  1  1  1  1  0  1  2  1 
4  Riau  9  4  1  3  1  2  2  2  1  4  2  1  3  3  2 
5  Jambi  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
6  Sumatera Selatan  17  9  2  7  0  7  1  2  0  13  2  1  3  11  2 
7  Bengkulu  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
8  Lampung  9  6  0  4  2  2  1  0  1  8  0  0  3  6  0 
9  Kepulauan Bangka Belitung  3  1  1  1  1  0  0  2  1  0  0  0  1  1  1 
10  Kepulauan Riau  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
11  DKI Jakarta  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
12  Jawa Barat  41  28  3  17  4  8  9  2  4  27  8  1  6  25  9 
13  Jawa Tengah  7  3  0  2  0  0  5  0  0  1  6  0  2  0  5 
14  DI Yogyakarta  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
15  Jawa Timur  17  8  0  13  3  1  0  3  8  0  6  1  5  11  0 
16  Banten  50  23  1  20  2  20  7  5  4  35  6  0  3  43  4 
17  Bali  1  1  0  1  0  0  0  1  0  0  0  0  0  1  0 
18  Nusa Tenggara Barat  2  0  0  2  0  0  0  1  0  1  0  0  1  1  0 
19  Nusa Tenggara Timur  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
20  Kalimantan Barat  2  2  0  2  0  0  0  0  2  0  0  0  2  0  0 
21  Kalimantan Tengah  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
22  Kalimantan Selatan  3  2  0  1  1  1  0  1  0  2  0  0  1  1  1 
23  Kalimantan Timur  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
24  Sulawesi Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
25  Sulawesi Tengah  7  5  1  2  3  0  1  0  2  4  1  0  2  4  1 
26  Sulawesi Selatan  4  2  0  2  0  0  2  0  1  3  0  0  0  4  0 
27  Sulawesi Tenggara  3  0  0  1  2  0  0  0  0  1  2  0  0  0  2 
28  Gorontalo  1  1  0  1  0  0  0  0  0  1  0  0  1  1  0 
29  Sulawesi Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
30  Maluku  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
31  Maluku Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
32  Papua Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
33  Papua  1  0  0  0  0  1  0  0  0  1  0  0  1  0  0 
Total  183  100  10  81  22  42  28  21  25  103  34  4  35  116  28 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008 
Lampiran 3.16.a 
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Perawatan Tali Pusar  Pemotongan Tali Pusar  Perawatan Rumah Sakit 


No  Provinsi  Alkohol/ 
Tradisional  Lainnya Tidak Tahu  Gunting  Bambu  Lainnya  Tidak Tahu  Ya  Tidak  Tidak Tahu 
iodin 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  10)  (11)  (12)  (13) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  0  0  0  2  0  0  2  0  1  1  0 
2  Sumatera Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
3  Sumatera Barat  1  0  1  2  1  0  1  2  1  0  3 
4  Riau  4  1  1  2  5  1  1  2  0  0  9 
5  Jambi  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
6  Sumatera Selatan  2  12  3  0  4  10  2  1  16  0  1 
7  Bengkulu  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
8  Lampung  3  4  2  0  5  2  1  1  9  0  0 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1  0  1  1  2  0  0  1  1  0  2 
10  Kepulauan Riau  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
11  DKI Jakarta  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
12  Jawa Barat  7  1  24  9  26  4  2  9  25  7  9 
13  Jawa Tengah  1  0  1  5  2  0  0  5  2  0  5 
14  DI Yogyakarta  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
15  Jawa Timur  7  4  6  0  13  3  1  0  14  3  0 
16  Banten  9  20  14  7  28  7  7  8  40  5  5 
17  Bali  0  1  0  0  0  1  0  0  1  0  0 
18  Nusa Tenggara Barat  1  0  1  0  1  0  1  0  2  0  0 
19  Nusa Tenggara Timur  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
20  Kalimantan Barat  1  1  0  0  1  1  0  0  2  0  0 
21  Kalimantan Tengah  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
22  Kalimantan Selatan  0  3  0  0  3  0  0  0  3  0  0 
23  Kalimantan Timur  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
24  Sulawesi Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
25  Sulawesi Tengah  2  3  1  1  4  3  0  0  7  0  0 
26  Sulawesi Selatan  2  0  1  1  3  0  0  1  3  0  1 
27  Sulawesi Tenggara  0  0  0  3  0  0  1  2  1  0  2 
28  Gorontalo  1  1  0  0  1  0  0  0  0  1  0 
29  Sulawesi Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
30  Maluku  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
31  Maluku Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
32  Papua Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
33  Papua  0  1  0  0  0  0  0  1  1  0  0 
Total  42  52  56  33  99  32  19  33  129  17  37 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.17 
JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DAN STATUS VAKSINASI CAMPAK 
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Kasus Campak 
< 1 Tahun  1 ­ 4 Tahun  5 ­ 9 Tahun  10 ­ 14 Tahun  > 14 Tahun Total 
No.  Provinsi 
Jumlah  Jumlah  Jumlah  Jumlah  Jumlah  Jumlah 
Divaksinasi  Divaksinasi  Divaksinasi  Divaksinasi  Divaksinasi  Meninggal  Divaksinasi 
Kasus  Kasus  Kasus  Kasus  Kasus  Kasus 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  77  12  254  67  172  29  56  9  37  2  0  596  119 
2  Sumatera Utara  103  42  226  51  168  38  29  9  16  3  0  542  143 
3  Sumatera Barat  37  13  80  40  112  61  67  22  130  11  0  426  147 
4  Riau  62  16  132  35  147  23  69  9  65  3  0  475  86 
5  Jambi  18  1  22  4  32  14  32  11  15  1  0  119  31 
6  Sumatera Selatan  97  17  189  80  198  78  107  35  175  22  1  766  232 
7  Bengkulu  9  5  14  12  11  10  6  3  10  1  0  50  31 
8  Lampung  108  32  151  81  191  98  132  68  125  33  0  707  312 
9  Kepulauan Bangka Belitung  12  3  10  7  9  4  9  5  5  3  0  45  22 
10  Kepulauan Riau  45  3  93  17  128  14  85  20  97  4  0  448  58 
11  DKI Jakarta  70  0  143  0  116  0  58  0  124  0  0  511  ­ 
12  Jawa Barat  407  0  815  0  1,153  0  574  0  475  0  0  3,424  ­ 
13  Jawa Tengah  117  57  276  216  318  206  112  63  178  68  0  1,001  610 
14  DI Yogyakarta  22  21  17  16  50  45  24  24  58  30  0  171  136 
15  Jawa Timur  137  75  208  137  171  92  99  45  120  58  0  735  407 
16  Banten  158  1  378  12  552  21  228  1  236  1  0  1,552  36 
17  Bali  6  3  28  7  22  0  4  4  1  1  0  61  15 
18  Nusa Tenggara Barat  0  0  2  2  0  0  0  0  0  0  0  2  2 
19  Nusa Tenggara Timur  1  1  8  9  4  5  8  2  0  0  0  21  17 
20  Kalimantan Barat  22  0  76  15  133  28  70  54  173  0  0  474  97 
21  Kalimantan Tengah  44  20  36  26  52  25  19  11  37  4  0  188  86 
22  Kalimantan Selatan  43  23  70  38  45  24  37  12  29  6  0  224  103 
23  Kalimantan Timur  3  2  2  2  5  3  10  0  4  0  0  24  7 
24  Sulawesi Utara  4  1  26  4  27  13  8  4  12  3  0  77  25 
25  Sulawesi Tengah  25  6  99  33  83  29  48  18  28  1  0  283  87 
26  Sulawesi Selatan  138  21  216  97  143  43  76  22  138  19  0  711  202 
27  Sulawesi Tenggara  1  0  8  0  13  0  10  0  9  0  0  41  ­ 
28  Gorontalo  18  5  25  14  60  32  37  19  22  8  0  162  78 
29  Sulawesi Barat  2  0  2  0  0  0  1  0  0  0  0  5  ­ 
30  Maluku  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  ­  ­ 
31  Maluku Utara  9  0  62  1  81  12  30  30  2  11  0  184  54 
32  Papua Barat  11  2  8  1  3  0  1  0  5  0  0  28  3 
33  Papua  11  4  38  7  15  3  2  2  4  0  0  70  16 
Total  1,817  386  3,714  1,031  4,214  950  2,048  502  2,330  293  1  14,123  3,162 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.18 
FREKUENSI DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005­2008 

2005  2006  2007 2008 


No  Provinsi 
Frekuensi  Total  Frekuensi  Total  Frekuensi  Total  Frekuensi  Total 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  ­  ­  ­  ­  1  36  9  165 
2  Sumatera Utara  ­  ­  ­  ­  2  52  30  567 
3  Sumatera Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  0  0 
4  Riau  1  12  ­  ­  ­  ­  3  15 
5  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  ­  ­  ­  11  52 
6  Jambi  ­  ­  ­  ­  ­  ­  0  0 
7  Bengkulu  1  13  ­  ­  ­  ­  0  0 
8  Sumatera Selatan  ­  ­  1  19  2  10  2  42 
9  Bangka Belitung  1  9  6  93  2  22  2  6 
10  Lampung  1  115  4  125  2  42  1  9 
11  Jakarta  ­  ­  3  78  ­  ­  0  0 
12  Banten  ­  ­  ­  ­  ­  ­  11  119 
13  Jawa Barat  33  664  28  348  11  103  5  46 
14  Jawa Tengah  13  239  ­  ­  4  27  1  5 
15  DI Yogyakarta  ­  ­  1  2  2  4  0  0 
16  Jawa Timur  ­  ­  ­  ­  12  170  4  38 
17  Kalimantan Barat  ­  ­  3  113  4  127  0  0 
18  Kalimantan Tengah  ­  ­  ­  ­  4  216  0  0 
19  Kalimantan Selatan  3  29  8  126  1  45  0  0 
20  Kalimantan Timur  ­  ­  ­  ­  4  267  1  14 
21  Sulawesi Utara  4  15  3  53  7  69  0  0 
22  Gorontalo  ­  ­  3  106  22  354  2  40 
23  Sulawesi Tengah  ­  ­  ­  ­  19  411  0  0 
24  Sulawesi Selatan  7  242  17  320  7  156  3  51 
25  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  1  126 
26  Sulawesi Tenggara  ­  ­  ­  ­  3  199  2  18 
27  Bali  ­  ­  ­  ­  2  47  0  0 
28  Nusa Tenggara Barat  ­  ­  ­  ­  1  33  1  18 
29  Nusa Tenggara Timur  2  1,773  ­  ­  ­  ­  0  0 
30  Maluku  ­  ­  ­  ­  ­  ­  1  4 
31  Maluku Utara  6  151  9  212  2  18  6  152 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  0  0 
33  Papua  ­  ­  ­  ­  ­  ­  0  0 
Indonesia  72  3,262  86  1,595  114  2,408  96  1,487 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.19 
JUMLAH KASUS AFP MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Non Polio AFP Rate / 100.000 
No  Provinsi  Jumlah Kasus AFP  AFP Rate / 100.000 penduduk  % Spesimen Adekuat 
penduduk 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  45  3.60  3.52  84.4 
2  Sumatera Utara  105  2.63  2.63  90.4 
3  Sumatera Barat  37  2.74  2.67  81 
4  Riau  61  3.39  3.28  86.8 
5  Jambi  24  2.82  2.82  87.5 
6  Sumatera Selatan  84  3.91  3.77  95.2 
7  Bengkulu  17  3.40  3.40  88.2 
8  Lampung  79  3.59  3.55  83.5 
9  Kepulauan Bangka Belitung  8  3.20  3.20  87.5 
10  Kepulauan Riau  14  4.00  3.71  78.5 
11  DKI Jakarta  70  3.33  3.19  82.8 
12  Jawa Barat  258  2.31  2.26  81 
13  Jawa Tengah  187  2.29  2.26  82.8 
14  DI Yogyakarta  29  4.83  4.67  86.2 
15  Jawa Timur  206  2.69  2.63  76.2 
16  Banten  68  2.23  2.13  72 
17  Bali  36  4.50  4.38  94.4 
18  Nusa Tenggara Barat  40  2.86  2.71  85 
19  Nusa Tenggara Timur  46  3.41  3.41  91.3 
20  Kalimantan Barat  32  2.29  2.21  71.8 
21  Kalimantan Tengah  15  2.14  2.14  86.6 
22  Kalimantan Selatan  23  2.42  2.32  95.6 
23  Kalimantan Timur  32  3.76  3.76  87.5 
24  Sulawesi Utara  27  4.91  4.91  81.4 
25  Sulawesi Tengah  17  2.27  2.00  82.3 
26  Sulawesi Selatan  52  2.31  2.13  86.5 
27  Sulawesi Tenggara  19  2.53  2.53  84.2 
28  Gorontalo  12  4.80  4.80  100 
29  Sulawesi Barat  11  3.14  3.14  54.5 
30  Maluku  8  2.00  2.00  87.5 
31  Maluku Utara  8  2.67  2.33  87.5 
32  Papua Barat  3  1.50  1.50  100 
33  Papua  10  1.67  1.50  50 
Indonesia 1,683  2.75  2.68  83.3 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.20 
JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Klasifikasi Klinis 
No  Provinsi 
Virus Polio Liar  Kompatibel  Bukan Polio 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  0  0  44 
2  Sumatera Utara  0  0  105 
3  Sumatera Barat  0  0  36 
4  Riau  0  0  59 
5  Jambi  0  0  24 
6  Sumatera Selatan  0  0  81 
7  Bengkulu  0  0  17 
8  Lampung  0  0  78 
9  Kepulauan Bangka Belitung  0  0  8 
10  Kepulauan Riau  0  0  13 
11  DKI Jakarta  0  0  67 
12  Jawa Barat  0  0  252 
13  Jawa Tengah  0  0  184 
14  DI Yogyakarta  0  0  28 
15  Jawa Timur  0  0  201 
16  Banten  0  0  65 
17  Bali  0  0  35 
18  Nusa Tenggara Barat  0  0  38 
19  Nusa Tenggara Timur  0  0  46 
20  Kalimantan Barat  0  0  31 
21  Kalimantan Tengah  0  0  15 
22  Kalimantan Selatan  0  0  22 
23  Kalimantan Timur  0  0  32 
24  Sulawesi Utara  0  0  27 
25  Sulawesi Tengah  0  0  15 
26  Sulawesi Selatan  0  0  48 
27  Sulawesi Tenggara  0  0  19 
28  Gorontalo  0  0  12 
29  Sulawesi Barat  0  0  11 
30  Maluku  0  0  8 
31  Maluku Utara  0  0  7 
32  Papua Barat  0  0  3 
33  Papua  0  0  9 
Indonesia 0  0  1,640 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Keterangan : * masih terdapat 43 kasus AFP yang belum diklasifikasi final oleh pokja ahli pusat Surveilens AFP 
Updating data sampai dengan Maret 2009 
Lampiran 3.21 
KEJADIAN LUAR BIASA  (KLB)  DIARE 
TAHUN   2003 ­ 2008 

2003  2004  2005  2006 2007  2008 


No  Provinsi 
P  M  CFR  P  M  CFR  P  M  CFR  P  M  CFR  P  M  CFR  P  M  CFR 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19)  (20) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  401  10  2.5  ­  ­  ­  267  6  2.2  163  5  3.1  ­  ­  ­  178  ­  ­ 

2  Sumatera Utara  67  2  3.0  ­  ­  ­  145  6  4.1  401  13  3.2  390  7  1.8  636  12  1.9 

3  Sumatera Barat  442  7  1.6  367  10  2.7  ­  ­  ­  40  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

4  Riau  113  5  4.4  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

5  Jambi  9  ­  ­  131  5  3.8  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

6  Sumatera Selatan  442  1  0.2  ­  ­  ­  95  1  1.1  46  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

7  Bengkulu  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  218  6  2.8  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

8  Lampung  20  1  5.0  133  7  5.3  95  2  2.1  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

9  Kepulauan Bangka Belitung  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

10  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

11  D K I  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

12  Jawa Barat  522  7  1.3  51  ­  ­  148  1  0.7  880  12  1.4  ­  ­  ­  380  2  0.5 

13  Jawa Tengah  53  4  7.5  137  4  2.9  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  216  1  0.5 

14  DI Yogyakarta  104  1  1.0  7  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

15  Jawa Timur  248  2  0.8  349  4  1.1  48  ­  0.0  226  1  0.4  1,468  8  0.5  362  9  2.5 

16  Banten  161  4  2.5  43  2  4.7  1,371  26  1.9  ­  ­  ­  1,057  3  0.3  ­  ­  ­ 

17  Bali  68  ­  ­  199  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  1,047  4  0.4 

18  Nusa Tenggara Barat  ­  ­  ­  15  ­  ­  ­  ­  ­  102  1  1.0  ­  ­  ­  814  1  0.1 

19  Nusa Tenggara Timur  456  8  1.8  ­  ­  ­  2,194  28  1.3  1,223  45  3.7  104  3  2.9  217  3  1.4 

20  Kalimantan Barat  ­  ­  256  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

21  Kalimantan Tengah  54  6  11.1  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  120  3  2.5  ­  ­  ­ 

22  Kalimantan Selatan  ­  ­  ­  373  7  1.9  ­  ­  ­  488  7  1.4  163  6  3.7  ­  ­  ­ 

23  Kalimantan Timur  352  17  4.8  325  1  0.3  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

24  Sulawesi Utara  53  2  3.8  139  ­  ­  ­  ­  ­  50  1  2.0  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

25  Sulawesi Tengah  129  11  8.5  378  5  1.3  69  13  18.8  269  7  2.6  66  11  16.7  106  2  1.9 

26  Sulawesi Selatan  595  34  5.7  42  8  19.0  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  41  1  2.4 

27  Sulawesi Tenggara  170  ­  369  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  293  5  1.7  584  13  2.2 

28  Gorontalo  125  125  100.0  ­  ­  ­  ­  ­  ­  177  12  6.8  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  20  3  15.0  ­  ­  ­  2,023  23  1.1 

30  Maluku  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  130  18  13.8 

31  Maluku Utara  ­  ­  ­  ­  ­  ­  133  7  5.3  133  6  4.5  ­  ­  ­  169  14  8.3 

32  Papua Barat  38  5  13.2  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 

33  Papua  ­  ­  ­  ­  ­  ­  486  37  7.6  6,544  158  2.4  ­  ­  ­  1,540  106  6.9 
Indonesia  4,622  252  5.5  3,314  53  1.6  5,051  127  2.5  10,980  277  2.5  3,661  46  1.3  8,443  209  2.5 
Sumber  : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
P = Penderita,   M = Meninggal,  C = Case Fatelity Rate 
Lampiran 3.22 
JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%),  DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 ­ 2008 

Tahun 2004  Tahun 2005  Tahun 2006  Tahun 2007 Tahun 2008 


No  Provinsi 
P  CFR  IR  P  CFR  IR  P  CFR  IR  P  M  CFR  IR  P  M  CFR  IR 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  252  4.37  5.43  629  1.59  14.86  758  1.98  19.43  1,569  13  0.83  38.92  2,436  1.31  54.76 

2  Sumatera Utara  1,093  2.20  8.79  3,657  1.80  30.75  2,125  1.60  16.86  3,990  34  0.85  31.66  4,454  1.10  34.49 

3  Sumatera Barat  514  0.97  12.11  1,154  1.99  25.89  1,067  1.22  23.87  2,189  24  1.10  48.05  1,907  0.58  42.67 

4  Riau  1,050  2.00  20.53  1,850  1.73  41.19  948  1.90  21.04  795  15  1.89  18.46  828  1.21  15.96 

5  Jambi  275  1.45  9.74  353  3.12  13.38  365  3.01  13.83  309  5  1.62  11.20  245  3.67  8.64 

6  Sumatera Selatan  1,270  1.34  16.06  1,621  0.56  18.38  2,272  0.09  32.48  3,480  13  0.37  48.17  2,360  0.13  34.75 

7  Bengkulu  204  0.98  13.25  61  3.28  3.60  129  0.78  7.61  274  7  2.55  15.62  339  0.29  19.39 

8  Lampung  908  1.54  13.51  736  1.63  10.54  1,402  1.00  20.08  4,470  23  0.51  64.01  4,807  0.83  68.83 

9  Kepulauan Bangka Belitung  53  ­  5.65  46  4.35  4.60  58  ­  5.80  145  2  1.38  13.67  34  0.00  3.07 

10  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  746  3.49  57.58  969  2.89  74.79  950  11  1.16  73.33  1,724  1.28  133.07 

11  DKI Jakarta  20,510  0.43  260.08  23,466  0.34  296.87  24,932  0.16  316.17  31,836  86  0.27  392.64  28,361  0.09  317.09 

12  Jawa Barat  19,014  1.13  52.20  18,590  1.53  47.50  25,851  1.06  66.08  30,536  288  0.94  78.05  23,248  0.99  54.23 

13  Jawa Tengah  9,047  1.80  27.11  6,583  2.29  19.61  10,924  2.01  33.72  20,391  327  1.60  61.96  19,235  1.19  58.45 

14  DI Yogyakarta  2,206  1.41  66.89  971  1.24  29.44  2,184  1.05  66.22  2,462  26  1.06  74.65  2,119  0.99  61.72 

15  Jawa Timur  8,287  1.45  23.48  15,251  1.74  42.94  20,374  1.21  56.19  25,950  372  1.43  69.95  16,589  0.99  44.68 

16  Banten  2577  2.25  30.08  2,045  1.27  23.87  2,306  1.52  26.92  5,587  98  1.75  65.22  3,954  1.34  46.16 

17  Bali  1935  0.41  58.64  3,596  0.50  108.97  5,629  0.53  170.57  6,375  14  0.22  193.18  6,254  0.30  181.31 

18  Nusa Tenggara Barat  805  1.99  20.77  1,062  1.41  26.62  623  0.64  15.59  720  2  0.28  16.90  777  0.51  18.10 

19  Nusa Tenggara Timur  1381  3.11  35.00  735  1.36  17.75  251  1.20  6.36  518  11  2.12  13.13  279  2.87  7.07 

20  Kalimantan Barat  212  2.36  5.55  1,220  1.07  31.92  2,659  1.32  65.94  508  7  1.38  12.98  947  3.38  22.29 

21  Kalimantan Tengah  453  1.32  24.70  491  0.81  26.75  513  0.78  27.42  696  8  1.15  35.54  531  1.32  27.11 

22  Kalimantan Selatan  378  0.79  10.30  341  2.35  9.29  455  1.54  12.40  1,321  16  1.21  35.59  576  1.91  15.69 

23  Kalimantan Timur  2276  1.80  91.37  3,165  2.59  121.74  2,714  2.80  103.64  5,341  102  1.91  193.15  5,762  1.82  220.03 

24  Sulawesi Utara  225  4.89  10.56  1,926  1.35  119.89  1,290  1.47  59.62  1,865  24  1.29  86.15  1,430  1.12  63.58 

25  Sulawesi Tengah  293  3.41  13.06  780  1.00  31.73  492  2.24  20.01  1,338  17  1.27  54.02  1,389  1.22  55.25 

26  Sulawesi Selatan  3500  0.69  41.70  2,822  1.81  34.65  2,612  0.84  35.03  2,732  30  1.10  36.79  3,545  0.76  46.46 

27  Sulawesi Tenggara  266  0.75  13.89  758  2.90  39.25  95  3.16  4.73  944  7  0.74  48.20  1,006  0.89  46.21 

28  Gorontalo  14  ­  1.60  206  ­  23.50  302  0.66  32.90  236  4  1.69  25.71  172  2.33  18.74 

29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  27  2.00  2.66  31  3.23  3.06  2  0  ­  0.20  37  0.00  3.65 

30  Maluku  0  ­  ­  0  ­  ­  0  ­  ­  0  0  #DIV/0!  ­  ­  0.00  0.00 

31  Maluku Utara  74  9.46  8.71  24  4.17  2.65  138  2.90  16.09  275  7  2.55  29.22  250  2.80  25.25 

32  Papua Barat  ­  ­  ­  184  3.26  32.62  128  ­  22.69  208  2  0.96  28.76  510  0.39  90.41 

33  Papua  390  2.05  18.84  183  1.09  11.02  60  ­  3.55  103  4  3.88  6.09  228  0.44  13.47 

Indonesia  79,462  1.20  37.11  95,279  1.36  43.42  114,656  1.04  52.48  158,115  1,599  1.01  71.78  136,333  ­  0.86  60.06 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk 
Lampiran 3.23 
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 ­ 2008 

Jumlah  Jumlah  Jumlah  Tahun 


No  Provinsi  Kab/Kota  Kab/Kota  Kab/Kota  2005  2006  2007 2008 
2005/2006  2007  2008  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  21  23  23  12  57.1  15  71.4  15  65.2  17  73.91 
2  Sumatera Utara  25  28  28  17  68.0  19  76.0  20  71.4  22  78.57 
3  Sumatera Barat  19  19  19  10  52.6  12  63.2  15  78.9  17  89.47 
4  Riau  11  11  11  11  100.0  11  100.0  11  100.0  10  90.91 
5  Jambi  10  10  10  7  70.0  10  100.0  8  80.0  9  90 
6  Sumatera Selatan  14  15  15  9  64.3  9  64.3  12  80.0  9  60 
7  Bengkulu  9  9  9  3  33.3  7  77.8  9  100.0  9  100 
8  Lampung  10  11  11  10  100.0  10  100.0  10  90.9  10  90.91 
9  Kepulauan Bangka Belitung  7  7  7  6  85.7  5  71.4  7  100.0  6  85.71 
10  Kepulauan Riau  6  6  6  5  83.3  3  50.0  4  66.7  4  66.67 
11  DKI Jakarta  6  6  6  5  83.3  5  83.3  6  100.0  6  100 
12  Jawa Barat  25  26  26  25  100.0  25  100.0  25  96.2  26  100 
13  Jawa Tengah  35  35  35  35  100.0  35  100.0  35  100.0  35  100 
14  DI Yogyakarta  5  5  5  5  100.0  5  100.0  5  100.0  5  100 
15  Jawa Timur  38  38  38  38  100.0  38  100.0  38  100.0  38  100 
16  Banten  6  7  7  6  100.0  6  100.0  6  85.7  6  85.71 
17  Bali  9  9  3  9  100.0  9  100.0  9  100.0  9  300 
18  Nusa Tenggara Barat  9  9  9  9  100.0  8  88.9  8  88.9  8  88.89 
19  Nusa Tenggara Timur  16  20  18  7  43.8  1  6.3  5  25.0  5  27.78 
20  Kalimantan Barat  12  14  14  7  58.3  10  83.3  10  71.4  10  71.43 
21  Kalimantan Tengah  14  14  14  6  42.9  6  42.9  12  85.7  9  64.29 
22  Kalimantan Selatan  13  13  13  13  100.0  12  92.3  13  100.0  13  100 
23  Kalimantan Timur  13  14  13  12  92.3  13  100.0  13  92.9  13  100 
24  Sulawesi Utara  9  13  13  9  100.0  9  100.0  9  69.2  9  69.23 
25  Sulawesi Tengah  10  10  10  10  100.0  7  70.0  9  90.0  9  90 
26  Sulawesi Selatan  23  23  23  21  91.3  20  87.0  21  91.3  21  91.30 
27  Sulawesi Tenggara  10  12  12  6  60.0  5  50.0  7  58.3  3  25 
28  Gorontalo  5  6  6  5  100.0  5  100.0  5  83.3  6  100 
29  Sulawesi Barat  5  5  5  1  20.0  2  40.0  1  20.0  1  20 
30  Maluku  8  9  8  0  0.0  0  0.0  0  0.0  0  0 
31  Maluku Utara  8  8  8  3  37.5  3  37.5  6  75.0  4  50 
32  Papua Barat  9  9  9  4  44.4  2  22.2  3  33.3  0  0 
33  Papua  20  21  21  4  20.0  3  15.0  4  19.0  6  28.57 
Indonesia  440  465  455  330  75.0  330  75.0  361  77.6  355  78.02 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.24 
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 ­ 2008 

T a h u n
No  Provinsi 
2003  2004  2005  2006  2007  2008 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  1,940  1,940  2,318  2,359  2,359  2,359 
2  Sumatera Utara  52  45  91  104  104  141 
3  Sumatera Barat  32  32  88  231  274  274 
4  Riau  267  267  529  532  532  532 
5  Jambi  134  134  273  255  255  257 
6  Sumatera Selatan  91  91  182  191  191  210 
7  Bengkulu  67  71  71  94  94  94 
8  Lampung  73  73  73  74  74  74 
9  Kepulauan Bangka Belitung  37  37  122  151  207  207 
10  Kepulauan Riau  ­  27  27  31  31  31 
11  DKI Jakarta  12  12  12  53  53  53 
12  Jawa Barat  156  156  306  252  265  404 
13  Jawa Tengah  136  136  209  224  395  395 
14  DI Yogyakarta  7  7  7  5  37  37 
15  Jawa Timur  167  167  167  207  238  219 
16  Banten  69  119  125  67  67  91 
17  Bali  5  11  11  18  18  18 
18  Nusa Tenggara Barat  62  62  62  62  69  71 
19  Nusa Tenggara Timur  1,706  1,478  1,478  1,682  1,682  1,682 
20  Kalimantan Barat  156  156  219  232  244  253 
21  Kalimantan Tengah  123  118  118  202  226  225 
22  Kalimantan Selatan  135  381  381  385  385  385 
23  Kalimantan Timur  282  272  247  409  409  409 
24  Sulawesi Utara  72  72  23  30  30  30 
25  Sulawesi Tengah  115  329  376  451  451  451 
26  Sulawesi Selatan  154  135  51  60  60  60 
27  Sulawesi Tenggara  197  197  220  181  208  208 
28  Gorontalo  14  14  82  224  224  224 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  58  92  92  96 
30  Maluku  57  57  15  70  70  70 
31  Maluku Utara  12  12  12  12  12  27 
32  Papua Barat  ­  ­  254  355  985  985 
33  Papua  390  390  36  1,132  1,132  1,127 
Indonesia  6,720  6,998  8,243  10,427  11,473  11,699 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.25 
SITUASI LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA 
TAHUN 2004 ­ 2008 

T a h u n 
No  Provinsi  2004  2005  2006  2007  2008
K  M  K  M  K  M  K  M  K  M 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  0  0  0  0  49  0  0  0  0  0 
2  Sumatera Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
3  Sumatera Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
4  Riau  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
5  Jambi  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
6  Sumatera Selatan  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
7  Bengkulu  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
8  Lampung  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
9  Kepulauan Bangka Belitung  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
10  Kepulauan Riau  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
11  DKI Jakarta  78  6  62  0  51  0  470  34  37  2 
12  Jawa Barat  7  0  0  0  0  0  9  1  0  0 
13  Jawa Tengah  40  10  34  10  35  9  70  8  72  9 
14  DI Yogyakarta  20  1  8  2  0  0  3  1  125  1 
15  Jawa Timur  3  0  1  0  1  0  65  5  29  4 
16  Banten  0  0  0  0  0  0  34  3  0  0 
17  Bali  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
18  Nusa Tenggara Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
19  Kalimantan Timur  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
20  Kalimantan Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
21  Kalimantan Tengah  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
22  Kalimantan Selatan  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
23  Kalimantan Timur  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
24  Sulawesi Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
25  Sulawesi Tengah  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
26  Sulawesi Selatan  18  8  9  4  2  2  16  5  0  0 
27  Sulawesi Tenggara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
28  Gorontalo  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
29  Sulawesi Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
30  Maluku  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
31  Maluku Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
32  Papua Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
33  Papua  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
Indonesia  166  25  114  16  138  11  667  57  263  16 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Keterangan : K= Kasus, M= Meninggal 
Lampiran 3.26 
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA 
TAHUN  2004 ­ 2008 

T  a  h  u  n 
No  Provinsi  Kab./Kota  2004  2005  2006  2007  2008 
Kasus  Diobati  Meninggal  Kasus  Diobati  Meninggal  Kasus  Diobati  Meninggal  Kasus  Diobati  Meninggal  Kasus  Diobati  Meninggal 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18) 

1  Jawa Barat  Kab. Bogor  69  69  6  0  0  0  0  0  0  18  18  0  18  18  0 

Kota Bogor  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

Kota Depok  0  0  0  0  0  0  8  7  1 

2  Jawa Tengah  Kab. Boyolali  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

Kota Semarang  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

3  Nusa Tenggara Timur  Kab. Sikka  0  0  0  28  28  1  0  0  0  34  34  0 

Kab. Ende  14  14  2  2  2  0  0  0  0  9  9  0 

Kab. Sumba Barat  13  8  5 

4  Nusa Tenggara Barat  Kab. Sumbawa  26  26  0  30  30  0  7  7  0 

Kab. Bima  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

5  Sulawesi selatan  Kota Makasar  0  0  0  15  15  0  0  0  0 

kab. Wajo  1  1  0  0  0  0 

6  DKI Jakarta  Kodya Jakarta Selatan  2  2  0 

J  u  m  l  a  h 109  109  8  76  76  1  15  14  1  74  69  5  20  20  0 

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.27 
SITUASI PES PADA MANUSIA DI INDONESIA 
TAHUN  2008 

Jumlah Spesies Diperiksa  Hasil Spesies Positif Spesies Pool  F.1 Umum  F.1 Khusus 


No  Provinsi  Kabupaten 
Human  Rodent  Human  Rodent  Diperiksa  Positip  Rata2/Bln  Rata2/Bln 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam 
2  Sumatera Utara 
3  Sumatera Barat 
4  Riau 
5  Jambi 
6  Sumatera Selatan 
7  Bengkulu 
8  Lampung 
9  Kepulauan Bangka Belitung 
10  Kepulauan Riau 
11  DKI Jakarta 
12  Jawa Barat 
13  Jawa Tengah 
14  DI Yogyakarta  Sleman  0  416  0  2 
15  Jawa Timur  Pasuruan  6  3,034  3  0  93  0  2.11  2.04 
16  Banten 
17  Bali 
18  Nusa Tenggara Barat 
19  Nusa Tenggara Timur 
20  Kalimantan Barat 
21  Kalimantan Tengah 
22  Kalimantan Selatan 
23  Kalimantan Timur 
24  Sulawesi Utara 
25  Sulawesi Tengah 
26  Sulawesi Selatan 
27  Sulawesi Tenggara 
28  Gorontalo 
29  Sulawesi Barat 
30  Maluku 
31  Maluku Utara 
32  Papua Barat 
33  Papua 
J  u  m  l  a  h  6  3,450  3  2  93  0 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Catatan : Flea Indeks Umum Baik < 2,  Flea Indeks Khusus Baik < 1 
Lampiran 3.28 
JUMLAH DAN PRESENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES 
SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN  2008 

Jumlah Daerah Tertular  Jumlah Kabupaten/Kota  Jumlah KS  Jumlah Spesies Hewan


No  Provinsi  VAR  Lyssa 
Desa  Kecamatan  Seluruhnya  Terjangkit  %  GHPR  Diperiksa  Positif 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  32  22  18  269  248  ­  ­ 
2  Sumatera Utara  42  40  23  2,660  2,073  7  4 
3  Sumatera Barat  211  142  18  2,374  1,688  7  291 
4  Riau  109  22  8  791  560  1  79 
5  Jambi  59  44  10  480  382  ­  41 
6  Sumatera Selatan  36  27  12  883  769  2  ­ 
7  Bengkulu  26  13  9  353  265  4  1 
8  Lampung  21  9  8  886  466  10  ­ 
9  Kepulauan Bangka Belitung 
10  Kepulauan Riau 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  8  8  2  651  489  3  8 
13  Jawa Tengah  ­  ­  ­  13  ­  ­  ­ 
14  DI Yogyakarta  ­  ­  ­  12  9  ­  ­ 
15  Jawa Timur  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
16  Banten  3  2  1  110  50  ­  ­ 
17  Bali  3  2  1  355  325  4  3 
18  Nusa Tenggara Barat 
19  Nusa Tenggara Timur  68  33  8  3,095  2,755  7  44 
20  Kalimantan Barat  1  1  1  ­  ­  ­  ­ 
21  Kalimantan Tengah  52  26  9  385  256  3  ­ 
22  Kalimantan Selatan  81  41  11  165  125  4  10 
23  Kalimantan Timur  19  23  9  197  131  ­  1 
24  Sulawesi Utara  140  78  13  1,917  534  14  84 
25  Sulawesi Tengah  40  19  11  391  246  5  30 
26  Sulawesi Selatan  22  112  12  2,554  1,070  16  83 
27  Sulawesi Tenggara  192  82  8  1,015  913  5  ­ 
28  Gorontalo  121  41  5  238  107  1  ­ 
29  Sulawesi Barat  7  7  2  101  85  1  18 
30  Maluku  28  5  3  844  650  3  327 
31  Maluku Utara  13  3  3  187  181  7 
32  Papua Barat 
33  Papua 
Indonesia  1,334  802  205  20,926  14,377  104  1,024 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.29 
KASUS PENYAKIT DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Jumlah Kasus  Frekuensi KLB 
Campak*  Difteri* Campak Dalam 
No  Provinsi 
Rutin  KLB  TN*  Pertusis**  Hepatitis B **  2 Bulan Terakhir* 
Vaksinasi  Total 
Vaksinasi  Total  Frekuensi  Total  Des.08  Jan.09 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  119  596  9  165  2  0  0  0  0  0  0 
2  Sumatera Utara  143  542  30  567  0  0  2  0  0  1  0 
3  Sumatera Barat  147  426  0  0  4  5  9  0  0  0  0 
4  Riau  86  475  3  15  9  0  0  0  0  0  0 
5  Jambi  31  119  11  52  0  0  0  0  0  0  0 
6  Sumatera Selatan  232  767  0  0  17  19  61  0  0  0  0 
7  Bengkulu  31  49  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
8  Lampung  312  707  2  42  9  1  3  0  0  0  1 
9  Kepulauan Bangka Belitung  22  45  2  6  3  1  0  0  0  0  0 
10  Kepulauan Riau  58  448  1  9  0  0  0  0  0  0  0 
11  DKI Jakarta  0  511  0  0  0  0  3  0  0  0  0 
12  Jawa Barat  0  3,424  11  119  41  0  33  0  0  0  0 
13  Jawa Tengah  610  1,001  5  46  7  9  13  0  0  0  1 
14  DI Yogyakarta  136  171  1  5  0  1  1  0  0  0  2 
15  Jawa Timur  407  735  0  0  17  35  63  0  0  0  0 
16  Banten  36  1,552  4  38  50  0  5  0  0  0  1 
17  Bali  15  61  0  0  1  0  0  0  0  0  0 
18  Nusa Tenggara Barat  2  2  0  0  2  0  0  0  0  0  0 
19  Nusa Tenggara Timur  17  22  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
20  Kalimantan Barat  97  483  1  14  2  0  0  0  0  0  0 
21  Kalimantan Tengah  86  188  0  0  0  1  5  0  0  0  0 
22  Kalimantan Selatan  103  217  2  40  3  2  2  0  0  0  0 
23  Kalimantan Timur  7  24  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
24  Sulawesi Utara  25  77  3  51  0  0  0  0  0  0  0 
25  Sulawesi Tengah  87  283  1  126  7  0  0  0  0  0  0 
26  Sulawesi Selatan  202  711  2  18  4  2  6  0  0  0  0 
27  Sulawesi Tenggara  0  41  0  0  3  1  1  0  0  0  0 
28  Gorontalo  78  162  1  18  1  0  0  0  0  0  1 
29  Sulawesi Barat  0  5  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
30  Maluku  0  0  1  4  0  0  0  0  0  0  0 
31  Maluku Utara  54  184  6  152  0  0  0  0  0  0  2 
32  Papua Barat  3  28  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
33  Papua  16  70  0  0  1  6  12  0  0  0  0 
Indonesia  3,162  14,126  96  1,487  183  83  219  0  0  1  8 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Keterangan : * Laporan Survellans AFP dan PD3I 
** Laporan Survellans Terpadu Penyakit 
Lampiran 3.30 
JUMLAH KASUS HEPATITIS C 
TAHUN 2008 

U   s   i   a
No  Provinsi 
0 ­ 9  10 ­ 19  20 ­ 29  30 ­ 39  40 ­ 49  50 ­ 59  60 ­ 69  70 ­ 79  80 ­ 89  90 ­ 99  > 99 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
2  Sumatera Utara  0  1  48  45  17  51  39  27  5  0  0 
3  Sumatera Barat  1  3  17  16  5  3  2  0  0  0  0 
4  Riau  0  7  41  22  8  2  0  0  1  0  0 
5  Jambi  0  0  3  2  0  1  0  2  0  0  0 
6  Sumatera Selatan  0  7  72  79  38  19  8  3  0  0  0 
7  Bengkulu  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
8  Lampung  0  1  11  26  1  4  0  0  1  0  0 
9  Kepulauan Bangka Belitung  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
10  Kepulauan Riau  0  1  16  14  5  3  0  0  0  0  0 
11  DKI Jakarta  2  54  1,060  823  337  277  158  80  8  11  0 
12  Jawa Barat  1  21  294  251  185  98  57  41  12  0  0 
13  Jawa Tengah  3  28  92  114  83  50  30  17  1  0  0 
14  DI Yogyakarta  1  4  30  14  8  10  10  10  4  0  0 
15  Jawa Timur  1  26  176  144  99  96  41  34  3  1  0 
16  Banten  0  0  27  26  15  8  6  3  0  0  0 
17  Bali  1  4  190  199  71  53  37  16  4  1  0 
18  Nusa Tenggara Barat  0  0  11  5  2  2  1  0  0  0  0 
19  Nusa Tenggara Timur  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
20  Kalimantan Barat  0  8  93  51  18  8  10  6  1  0  0 
21  Kalimantan Tengah 
22  Kalimantan Selatan  0  1  2  5  4  2  0  0  0  0  0 
23  Kalimantan Timur  0  2  11  4  5  2  0  0  0  0  0 
24  Sulawesi Utara  0  2  29  28  16  17  15  4  0  0  0 
25  Sulawesi Tengah 
26  Sulawesi Selatan  3  15  251  124  36  42  59  30  11  0  0 
27  Sulawesi Tenggara  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
28  Gorontalo  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
30  Maluku  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
31  Maluku Utara  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
33  Papua  0  5  31  13  10  1  0  0  0  0  0 
Indonesia  13  190  2,505  2,005  963  749  473  273  51  13  0 
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.31 
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI (BB/U)* PER PROVINSI 
TAHUN 2007 

Kategori Status Gizi BB/U
No  Provinsi 
Gizi Buruk  Gizi Kurang  Gizi Baik  Gizi Lebih 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  10.7  15.8  69.3  4.2 
2  Sumatera Utara  8.4  14.3  72.7  4.5 
3  Sumatera Barat  5.9  14.3  77.0  2.8 
4  Riau  7.5  13.9  73.3  5.3 
5  Jambi  6.3  12.6  75.8  5.3 
6  Sumatera Selatan  6.5  11.7  75.0  6.7 
7  Bengkulu  4.8  11.9  77.2  6.0 
8  Lampung  5.7  11.8  78.3  4.2 
9  Kepulauan Bangka Belitung  4.6  13.7  76.4  5.4 
10  Kepulauan Riau  3.0  9.4  81.5  6.1 
11  DKI Jakarta  2.9  10.0  80.6  6.5 
12  Jawa Barat  3.7  11.3  81.5  3.5 
13  Jawa Tengah  4.0  12.0  80.4  3.6 
14  DI Yogyakarta  2.4  8.5  85.0  4.0 
15  Jawa Timur  4.8  12.6  78.0  4.5 
16  Banten  4.4  12.2  79.9  3.4 
17  Bali  3.2  8.2  83.9  4.7 
18  Nusa Tenggara Barat  8.1  16.7  71.4  3.7 
19  Nusa Tenggara Timur  9.4  24.2  64.4  2.0 
20  Kalimantan Barat  8.5  14.0  72.5  5.0 
21  Kalimantan Tengah  8.1  16.1  72.1  3.6 
22  Kalimantan Selatan  8.4  18.2  70.4  3.0 
23  Kalimantan Timur  6.2  13.1  75.3  5.4 
24  Sulawesi Utara  4.3  11.5  80.7  3.6 
25  Sulawesi Tengah  8.9  18.7  69.4  3.0 
26  Sulawesi Selatan  5.1  12.5  73.1  9.3 
27  Sulawesi Tenggara  6.8  15.9  73.6  3.6 
28  Gorontalo  8.2  17.2  71.3  3.3 
29  Sulawesi Barat  10.0  15.4  72.1  2.4 
30  Maluku  9.3  18.5  67.3  4.9 
31  Maluku Utara  6.7  16.1  74.3  3.0 
32  Papua Barat  6.8  16.4  74.2  2.7 
33  Papua  6.6  14.6  73.4  5.3 
Indonesia  5.4  13.0  77.2  4.3 
*) BB/U= Berat Badan menurut Umur 
Sumber: Riskesdas tahun 2007 
Lampiran 3.32 
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI (TB/U)* PER PROVINSI 
TAHUN 2007 

Kategori Status Gizi TB/U
No  Provinsi 
Sangat Pendek  Pendek  Normal 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  26.9  17.7  55.4 
2  Sumatera Utara  25.2  17.9  56.9 
3  Sumatera Barat  17.1  19.4  63.5 
4  Riau  18.0  15.0  67.0 
5  Jambi  20.1  16.3  63.6 
6  Sumatera Selatan  28.1  16.6  55.3 
7  Bengkulu  20.0  16.0  64.0 
8  Lampung  22.6  16.1  61.3 
9  Kepulauan Bangka Belitung  18.1  17.5  64.5 
10  Kepulauan Riau  13.4  12.7  73.8 
11  DKI Jakarta  13.7  13.0  73.3 
12  Jawa Barat  15.7  19.7  64.5 
13  Jawa Tengah  17.8  18.6  63.5 
14  DI Yogyakarta  11.5  16.1  72.3 
15  Jawa Timur  17.4  17.4  65.2 
16  Banten  20.6  18.3  61.0 
17  Bali  16.0  15.0  69.0 
18  Nusa Tenggara Barat  23.8  19.9  56.3 
19  Nusa Tenggara Timur  24.2  22.5  53.2 
20  Kalimantan Barat  20.9  18.3  60.7 
21  Kalimantan Tengah  23.5  19.3  57.3 
22  Kalimantan Selatan  20.9  20.9  58.2 
23  Kalimantan Timur  17.9  17.3  64.8 
24  Sulawesi Utara  14.6  16.6  68.8 
25  Sulawesi Tengah  19.8  20.5  59.6 
26  Sulawesi Selatan  13.9  15.2  70.9 
27  Sulawesi Tenggara  21.6  18.9  59.5 
28  Gorontalo  19.7  20.2  60.1 
29  Sulawesi Barat  27.1  17.4  55.5 
30  Maluku  25.9  19.9  54.2 
31  Maluku Utara  25.4  14.8  59.8 
32  Papua Barat  19.7  19.7  60.6 
33  Papua  20.2  17.4  62.3 
Indonesia  18.8  18.0  63.2 
*) TB/U= Tinggi Badan menurut Umur 
Sumber: Riskesdas tahun 2007 
Lampiran 3.33 
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI (BB/TB )* PER PROVINSI 
TAHUN 2007 

Kategori Status Gizi BB/TB
No  Provinsi 
Sangat Kurus  Kurus  Normal  Gemuk 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  9.2  9.1  66.5  15.2 
2  Sumatera Utara  9.1  7.9  66.6  16.2 
3  Sumatera Barat  7.6  7.7  74.8  9.9 
4  Riau  12.2  9.9  62.6  15.3 
5  Jambi  10.6  8.6  66.4  14.4 
6  Sumatera Selatan  7.9  7.9  63.4  20.9 
7  Bengkulu  7.3  6.9  71.4  14.4 
8  Lampung  7.3  6.4  70.2  16.1 
9  Kepulauan Bangka Belitung  4.8  6.0  78.5  10.7 
10  Kepulauan Riau  5.4  8.1  76.2  10.3 
11  DKI Jakarta  8.6  8.4  70.9  12.2 
12  Jawa Barat  3.6  5.4  81.3  9.6 
13  Jawa Tengah  4.7  7.1  76.8  11.4 
14  DI Yogyakarta  3.8  5.2  78.5  12.5 
15  Jawa Timur  5.8  7.9  73.8  12.5 
16  Banten  6.6  7.5  70.3  15.6 
17  Bali  4.4  5.6  76.9  13.1 
18  Nusa Tenggara Barat  7.9  7.6  71.6  12.9 
19  Nusa Tenggara Timur  9.5  10.5  73.0  7.0 
20  Kalimantan Barat  8.1  9.3  68.7  13.9 
21  Kalimantan Tengah  8.2  8.7  69.7  13.5 
22  Kalimantan Selatan  7.8  8.5  73.8  9.9 
23  Kalimantan Timur  7.2  8.7  69.8  14.2 
24  Sulawesi Utara  3.9  6.3  78.9  10.9 
25  Sulawesi Tengah  6.5  9.0  77.0  7.5 
26  Sulawesi Selatan  5.7  8.0  75.9  10.4 
27  Sulawesi Tenggara  5.4  9.2  74.9  10.4 
28  Gorontalo  8.3  8.4  76.6  6.8 
29  Sulawesi Barat  8.7  8.1  70.8  12.4 
30  Maluku  7.5  9.7  68.4  14.5 
31  Maluku Utara  3.8  11.1  72.3  12.8 
32  Papua Barat  6.5  9.9  75.0  8.6 
33  Papua  5.4  7.0  77.1  10.5 
Indonesia  6.2  7.4  74.1  12.2 
*) BB/ TB= Berat Badan menurut Tinggi 
Sumber: Riskesdas tahun 2007 
Lampiran 3.34 
PREVALENSI KURUS DAN BERAT BADAN LEBIH ANAK UMUR 6 ­ 14 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN 
PER PROVINSI TAHUN 2007 

Laki ­ laki  Perempuan
No  Provinsi 
Kurus  BB­ Lebih  Kurus  BB­ Lebih 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  14.20  13.80  12.40  12.00 
2  Sumatera Utara  12.40  14.90  9.70  11.80 
3  Sumatera Barat  13.70  6.40  10.50  5.10 
4  Riau  15.40  15.10  13.90  9.20 
5  Jambi  13.40  12.00  13.70  7.50 
6  Sumatera Selatan  14.90  16.00  13.80  11.00 
7  Bengkulu  11.00  14.20  8.70  8.50 
8  Lampung  12.60  11.60  11.10  8.30 
9  Kepulauan Bangka Belitung  10.50  9.70  9.30  6.50 
10  Kepulauan Riau  12.20  10.30  10.00  9.50 
11  DKI Jakarta  14.90  12.00  10.60  8.40 
12  Jawa Barat  10.90  7.40  8.30  4.60 
13  Jawa Tengah  13.40  6.60  11.30  4.60 
14  DI Yogyakarta  12.30  7.60  9.70  4.80 
15  Jawa Timur  12.60  11.10  10.80  6.50 
16  Banten  15.90  9.10  14.30  6.10 
17  Bali  8.30  11.80  6.90  8.50 
18  Nusa Tenggara Barat  17.10  9.30  10.70  6.30 
19  Nusa Tenggara Timur  23.10  4.60  19.10  3.20 
20  Kalimantan Barat  17.40  10.40  11.80  6.80 
21  Kalimantan Tengah  16.90  9.70  15.20  6.30 
22  Kalimantan Selatan  15.80  7.60  13.80  4.80 
23  Kalimantan Timur  12.70  11.40  10.70  8.00 
24  Sulawesi Utara  9.60  9.20  7.40  8.00 
25  Sulawesi Tengah  12.20  5.60  9.80  4.00 
26  Sulawesi Selatan  15.50  7.40  13.40  4.80 
27  Sulawesi Tenggara  14.50  6.20  11.50  4.50 
28  Gorontalo  13.10  6.10  10.40  3.50 
29  Sulawesi Barat  12.20  7.50  11.90  6.20 
30  Maluku  18.40  7.80  12.90  6.80 
31  Maluku Utara  13.20  10.00  10.70  6.10 
32  Papua Barat  12.80  6.20  9.20  4.20 
33  Papua  10.90  12.70  7.40  9.80 
Indonesia  13.30  9.50  10.90  6.40 
Sumber: Riskesdas tahun 2007 
Lampiran 3.35 
PERSENTASE STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (15 TAHUN KE ATAS) MENURUT INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PER PROVINSI 
TAHUN 2007 

Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
No  Provinsi 
Kurus  Normal  BB­ Lebih  Obese 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  13.60  69.80  7.90  8.70 
2  Sumatera Utara  9.30  69.90  10.70  10.20 
3  Sumatera Barat  15.90  67.80  7.90  8.40 
4  Riau  12.10  69.30  9.30  9.40 
5  Jambi  15.20  70.10  7.10  7.60 
6  Sumatera Selatan  14.90  73.60  6.50  4.90 
7  Bengkulu  12.30  72.50  7.40  7.80 
8  Lampung  14.70  70.30  7.70  7.30 
9  Kepulauan Bangka Belitung  11.70  66.20  10.40  11.80 
10  Kepulauan Riau  9.70  67.50  11.20  11.60 
11  DKI Jakarta  12.50  60.60  11.90  15.00 
12  Jawa Barat  14.60  63.30  9.30  12.80 
13  Jawa Tengah  17.00  65.90  8.00  9.00 
14  DI Yogyakarta  17.60  63.70  8.50  10.20 
15  Jawa Timur  15.10  64.50  9.10  11.30 
16  Banten  16.40  67.00  8.10  8.50 
17  Bali  11.80  68.80  9.40  10.00 
18  Nusa Tenggara Barat  17.90  68.20  6.70  7.10 
19  Nusa Tenggara Timur  23.10  66.70  5.10  5.10 
20  Kalimantan Barat  16.00  71.00  6.60  6.40 
21  Kalimantan Tengah  14.00  70.80  7.50  7.70 
22  Kalimantan Selatan  18.90  64.40  7.80  8.90 
23  Kalimantan Timur  9.80  66.70  11.60  11.90 
24  Sulawesi Utara  6.50  60.30  14.10  19.10 
25  Sulawesi Tengah  12.60  66.70  9.20  11.50 
26  Sulawesi Selatan  16.50  67.20  7.90  8.40 
27  Sulawesi Tenggara  13.70  71.20  7.20  7.90 
28  Gorontalo  11.40  62.30  11.20  15.10 
29  Sulawesi Barat  13.60  72.10  7.30  7.00 
30  Maluku  15.00  68.40  7.20  9.40 
31  Maluku Utara  10.60  64.90  10.10  14.30 
32  Papua Barat  12.80  64.20  9.60  13.40 
33  Papua  10.20  67.50  9.70  12.70 
Indonesia  14.80  66.10  8.80  10.30 
Sumber: Riskesdas tahun 2007 
Lampiran 3.36 
PREVALENSI RISIKO KEK PENDUDUK WANITA UMUR 15 ­ 45 TAHUN 
MENURUT  PROVINSI TAHUN 2007 

No  Provinsi  Risiko KEK ( % ) No  Provinsi  Risiko KEK ( % ) 

(1)  (2)  (3)  (1)  (2)  (3) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  12.30  18  Nusa Tenggara Barat  12.40 

2  Sumatera Utara  7.90  19  Nusa Tenggara Timur  24.60 

3  Sumatera Barat  10.80  20  Kalimantan Barat  10.80 

4  Riau  10.10  21  Kalimantan Tengah  12.20 

5  Jambi  9.40  22  Kalimantan Selatan  14.00 

6  Sumatera Selatan  12.10  23  Kalimantan Timur  11.20 

7  Bengkulu  8.20  24  Sulawesi Utara  5.80 

8  Lampung  10.90  25  Sulawesi Tengah  10.90 

9  Kepulauan Bangka Belitung  8.40  26  Sulawesi Selatan  12.50 

10  Kepulauan Riau  9.30  27  Sulawesi Tenggara  14.50 

11  DKI Jakarta  16.60  28  Gorontalo  9.00 

12  Jawa Barat  12.00  29  Sulawesi Barat  12.50 

13  Jawa Tengah  17.20  30  Maluku  15.10 

14  DI Yogyakarta  20.20  31  Maluku Utara  11.10 

15  Jawa Timur  15.90  32  Papua Barat  19.60 

16  Banten  12.60  33  Papua  23.10 

17  Bali  8.60 

Indonesia  13.60 

Sumber: Riskesdas tahun 2007 
Lampiran 3.37 
PERSENTASE BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR 12 BULAN TERAKHIR 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 

Berat badan bayi lahir (gram)
No  Provinsi 
< 2.500  2.500 ­ 3.999  >= 4.000 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  11.5  82.7  5.8 
2  Sumatera Utara  8.5  83.8  7.7 
3  Sumatera Barat  8.3  82.3  9.4 
4  Riau  7.6  84.9  7.6 
5  Jambi  7.5  84.1  8.4 
6  Sumatera Selatan  19.5  77.3  3.2 
7  Bengkulu  8.9  83.6  7.5 
8  Lampung  10.3  83.4  6.3 
9  Kep. Bangka Belitung  13.5  80.7  5.8 
10  Kepulauan Riau  8.0  88.9  3.0 
11  DKI Jakarta  10.6  86.4  3.0 
12  Jawa Barat  11.8  80.9  7.3 
13  Jawa Tengah  9.8  84.5  5.7 
14  DI Yogyakarta  14.9  85.1  0.0 
15  Jawa Timur  10.2  85.6  4.2 
16  Banten  17.5  78.8  3.7 
17  Bali  5.8  88.1  6.2 
18  Nusa Tenggara Barat  12.8  75.5  11.7 
19  Nusa Tenggara Timur  20.3  74.0  5.7 
20  Kalimantan Barat  16.6  80.6  2.8 
21  Kalimantan Tengah  16.2  80.8  2.9 
22  Kalimantan Selatan  12.4  82.0  5.5 
23  Kalimantan Timur  11.5  84.0  4.5 
24  Sulawesi Utara  7.9  83.5  8.7 
25  Sulawesi Tengah  15.7  75.3  9.1 
26  Sulawesi Selatan  14.5  77.1  8.4 
27  Sulawesi Tenggara  11.1  78.7  10.2 
28  Gorontalo  8.6  69.9  21.5 
29  Sulawesi Barat  7.2  83.1  9.6 
30  Maluku  15.7  74.5  9.8 
31  Maluku Utara  10.3  87.2  2.6 
32  Papua Barat  23.8  71.4  4.8 
33  Papua  27.0  67.8  5.2 
J u m l a h  11.5  82.2  6.3 
Sumber : Riskesdas Indonesia Tahun 2007 
Lampiran 3.38 
PREVALENSI FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI 
TAHUN  2008 

2008  Notes 
No  Provinsi  Populasi 2008  Total
Infectious  Non Infectious  District 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  4,363,500  0  0  0  23 
2  Sumatera Utara  12,914,600  0  0  0  28 
3  Sumatera Barat  4,555,800  0  0  0  7 
4  Riau  4813653 
5  Jambi  2,784,271 
6  Sumatera Selatan  7,019,964  0  2  2  15 
7  Bengkulu  1,753,716 
8  Lampung  7,804,587  0  0  0  10 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1,106,657 
10  Kepulauan Riau 
11  DKI Jakarta 
12  Jawa Barat 
13  Jawa Tengah 
14  DI Yogyakarta  3,430,640 
15  Jawa Timur  37,436,154  17  2  19  7 
16  Banten  6  0  6  1 
17  Bali  3,320,715  0  0  0  9 
18  Nusa Tenggara Barat  4,257,306  0  0  0  9 
19  Nusa Tenggara Timur  4,387,146  2245  1950  4195  20 
20  Kalimantan Barat 
21  Kalimantan Tengah 
22  Kalimantan Selatan 
23  Kalimantan Timur  2,936,388 
24  Sulawesi Utara  3,287,185 
25  Sulawesi Tengah  2,419,815  16  22  38  2 
26  Sulawesi Selatan 
27  Sulawesi Tenggara  2,143,000  2  25  27  2 
28  Gorontalo  1,629,000 
29  Sulawesi Barat 
30  Maluku  9,551,402  795  237  1032  8 
31  Maluku Utara 
32  Papua  2,213,997  385  222  607  9 
33  Papua Barat  748,159 
Indonesia  124,877,655  3,466  2,460  5,926  150 
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 3.39 
RAWAT JALAN JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI 
KONDISI KESEHATAN TAHUN 2006 ­ 2008 

2006  2007  2008


Kondisi Kesehatan 
No 
Jemaah Haji 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 

1  Non Risiko Tinggi  150,476  73.3  126,181  65.2  125,396  65 

2  Risiko Tinggi  54,709  26.7  68,416  34.8  68,714  35 

Jumlah  205,185  100  191,822  100  194,110  100 

Sumber : Siskohat Kesehatan, 2008 
Lampiran 3.40 
JUMLAH HAJI INDONESIA 
POLA PENYAKIT ­  PEMERIKSAAN KESEHATAN DI EMBARKASI  TAHUN 2006 ­  2008 

2006  2007  2008


No  Penyakit 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 

1  Kardiovaskuler  27,389  25.4  1,515  20  2,269  22.9 

2  Saluran Pernapasan  31,517  29.3  1,444  19.1  1,967  19.8 

11  Lain­ lain  2,401  2.2  1,224  16.2  1,165  11.8 

3  Saluran Pencernaan  17,995  16.7  1,219  16.1  1,671  16.9 

4  Otot & Tulang  15,525  14.4  881  11.6  1,396  14.1 

8  Gangguan Lainya  ­  0  603  8  87  0.9 

6  Kulit, Subkutan  5,070  4.7  300  4  404  4.1 

5  Endokrin  5,680  5.3  275  3.6  829  8.4 

7  Saluran kemih  1,180  1.1  64  0.8  100  1.0 

10  Kebidanan/ kandungan  152  0.1  30  0.4  10  0.1 

9  Neuro­ psikiatri  597  0.6  15  0.2  15  0.6 

Jumlah  107,506  100  7,570  100  9,913  100 


Sumber : Laporan PPIH Bidang Kesehatan di Embarkasi Haji, 2009 
Lampiran 3.41 
RAWAT JALAN JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI 
BERDASARKAN POLA PENYAKIT  TAHUN 2006 ­ 2008 

2006  2007  2008 


No  Penyakit
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Saluran Pernapasan  141,447  61.5  143,505  67.2  116.467  58.2 
2  Saluran Pencernaan  22,209  9.7  18,945  8.9  20,268  10.1 
3  Otot & Tulang  25,836  11.2  28,904  13.5  24,295  12.2 
4  Penyakit Paru  ­  0  ­  0  ­  ­ 
5  Kardiovaskuler  21,984  9.6  23,544  11  22,921  11.5 
6  a. Penyakit Kulit  14,010  6.1  10,000  4.7  8,953  4.5 
b. Penyakit Gigi & Mulut  ­  0  150  0.1  ­  ­ 
c. Penyakit Mata Lainya  1,387  0.6  4,432  2.1  923  0.5 
d. Penyakit Saluran Air seni  1,774  0.8  1,980  0.9  1,159  0.6 
e. Penyakit Kebidanan & Kandungan  4  0  20  0  ­  ­ 
f. Trauma/ Fraktur  969  0.4  796  0.4  874  0.4 
7  Heat Stroke  ­  0  ­  0  ­  ­ 
8  Udara dingin  ­  0  ­  0  ­  ­ 
9  Kelainan Jiwa  237  0.1  637  0.3  264  0.1 
10  Operasi kescil  ­  0  ­  0  ­  ­ 
11  Lain­ lain  ­  0  11,148  5.2  3,853  1.9 
Jumlah  229,856  100  244,061  100  199,997  100 
Sumber : Laporan PPIH Bidang Kesehatan di Embarkasi Haji, 2009 
Lampiran 3.42 
SEBAB JEMAAH HAJI WAFAT DI ARAB SAUDI 
BERDASARKAN POLA PENYAKIT TAHUN 2006 ­ 2008 

2006  2007  2008


No  Penyakit 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 

1  Penyakit Menular  ­  0  ­  0  ­  ­ 

Gangguan kardiovaskuler/ 
2  367  56.7  252  54.5  292  65.5 
pembuluh darah p. paru saluran napas 

3  Nifas  191  29.5  148  32  126  28.3 

4  Saluran pencernaan  12  1.9  ­  0  2  0.4 

5  Neurologi  ­  0  31  6.7  6  1.3 

6  Neoplasma  9  1.4  11  2.4  6  1.3 

7  Endokrin/ Metabolik  17  2.6  1  0.2  2  0.4 

8  Darah Organ pembentuk  17  2.6  ­  0  ­  ­ 


9  Trauma / Injuris  7  1.1  1  0.2  4  0.9 

10  Saluran kemih  5  0.8  14  3  ­  ­ 

11  Infeksi dan parasit  5  0.8  ­  0  2  0.4 

12  Otot/ tulang  1  0.2  ­  0  ­  ­ 


13  Kelainan mental  1  0.2  ­  0  ­  ­ 
14  Lain­ lain  15  2.3  4  0.9  6  1.3 

Jumlah  647  100  462  100  446  100 


Sumber : Laporan PPIH Bidang Kesehatan di Embarkasi Haji, 2009 
Lampiran 3.43 
JEMAAH HAJI INDONESIA BERDASARKAN JUMLAH WAFAT  PER 1.000  JEMAAH ( RATE WAFAT ) 
TAHUN 2008 

Golongan  Jenis Kelamin 
No  Total  Rate/1.000
Umur  Laki­laki  Perempuan 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 

1  < 40  1  2  3  0 

2  40  ­  49  16  9  25  0.3 

3  50  ­  59  49  39  88  1.55 

4  60  ­  69  107  59  166  5.05 

5  70 +  104  60  164  13.7 

TOTAL  277  169  446  0 

Rate/ 1000  262  190  0  0 

Sumber : Siskohat Kesehatan, 2008 
Lampiran 4.1 
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4  PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN DAN KUNJUNGAN NEONATUS 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Ibu Hamil  Ibu Bersalin 
No  Provinsi  % KN2
Jumlah  K1  % K1  K4  % K4  Jumlah  Ditolong Nakes  % Ditolong Nakes 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  112,202  96,524  86.03  88,161  78.57  106,201  89,913  84.66  75.07 
2  Sumatera Utara  325,745  316,548  97.18  307,943  94.53  305,372  259,947  85.12  74.10 
3  Sumatera Barat  116,707  105,101  90.06  99,808  85.52  111,323  93,012  83.55  83.60 
4  Riau  143,234  134,439  93.86  122,494  85.52  136,530  105,086  76.97  80.97 
5  Jambi  74,754  68,910  92.18  62,500  83.61  69,985  60,125  85.91  80.59 
6  Sumatera Selatan  182,523  177,376  97.18  152,604  83.61  175,506  152,532  86.91  83.61 
7  Bengkulu  48,177  42,872  88.99  38,728  80.39  46,010  35,247  76.61  77.85 
8  Lampung  185,853  171,555  92.31  157,043  84.50  177,405  139,516  78.64  79.01 
9  Kepulauan Bangka Belitung  27,785  26,050  93.76  24,103  86.75  26,525  22,517  84.89  91.77 
10  Kepulauan Riau  42,074  38,279  90.98  33,345  79.25  39,325  36,441  92.67  85.46 
11  DKI Jakarta  209,790  209,790  100.00  200,935  95.78  201,090  175,431  87.24  92.75 
12  Jawa Barat  1,033,581  915,029  88.53  989,953  95.78  986,603  701,277  71.08  80.68 
13  Jawa Tengah  623,232  564,806  90.63  540,165  86.67  593,950  502,079  84.53  94.45 
14  DI Yogyakarta  48,519  48,173  99.29  45,506  93.79  47,068  44,456  94.45  111.47 
15  Jawa Timur  675,241  658,394  97.51  557,313  82.54  620,045  557,807  89.96  90.13 
16  Banten  248,029  237,195  95.63  187,773  75.71  224,605  161,030  71.69  81.11 
17  Bali  66,174  63,858  96.50  62,059  93.78  63,219  61,775  97.72  97.63 
18  Nusa Tenggara Barat  111,957  110,260  98.48  104,994  93.78  107,131  90,172  84.17  86.52 
19  Nusa Tenggara Timur  127,661  113,417  88.84  114,262  89.50  121,854  94,546  77.59  80.03 
20  Kalimantan Barat  106,815  98,029  91.77  72,413  67.79  101,891  76,913  75.49  76.75 
21  Kalimantan Tengah  58,006  51,428  88.66  48,867  84.24  53,856  40,055  74.37  78.45 
22  Kalimantan Selatan  81,696  74,375  91.04  63,652  77.91  77,564  63,705  82.13  86.44 
23  Kalimantan Timur  81,649  76,962  94.26  63,615  77.91  77,135  58,021  75.22  82.43 
24  Sulawesi Utara  50,912  45,589  89.54  38,313  75.25  47,186  34,695  73.53  58.64 
25  Sulawesi Tengah  59,902  50,885  84.95  43,993  73.44  59,641  47,316  79.33  83.28 
26  Sulawesi Selatan  174,766  171,935  98.38  145,443  83.22  183,803  138,995  75.62  73.39 
27  Sulawesi Tenggara  44,985  37,378  83.09  33,840  75.23  44,757  34,102  76.19  74.89 
28  Gorontalo  26,694  23,933  89.66  22,035  82.55  25,413  22,117  87.03  75.40 
29  Sulawesi Barat  27,798  23,768  85.50  17,796  64.02  19,255  12,625  65.57  53.23 
30  Maluku  36,287  32,488  89.53  23,231  64.02  34,437  23,813  69.15  68.33 
31  Maluku Utara  24,634  20,580  83.54  16,793  68.17  23,608  13,848  58.66  65.60 
32  Papua Barat  17,141  12,766  74.48  11,685  68.17  16,362  9,834  60.10  37.76 
33  Papua  45,928  36,692  79.89  17,664  38.46  43,840  19,935  45.47  33.79 
Indonesia  5,240,451  4,855,384  92.65  4,509,029  86.04  4,968,495  3,978,883  80.08  78.04 
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI 
Lampiran 4.2 
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN PERTAMA DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 
Perkotaan + Perdesaan 
Penolong  kelahiran pertama
No  Provinsi 
Dokter  Bidan  Tenaga Medis Lain  D u k u n  Famili  Lainnya  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  8.96  69.04  0.44  19.97  1.45  0.13  100 


2  Sumatera Utara  10.26  73.15  0.53  12.28  3.33  0.45  100 
3  Sumatera Barat  14.66  70.46  0.51  13.57  0.55  0.14  100 
4  Riau  14.28  59.60  0.26  23.29  2.36  0.21  100 
5  Jambi  9.63  51.39  0.19  37.01  1.51  0.24  100 
6  Sumatera Selatan  11.93  57.09  0.34  29.92  0.63  0.10  100 
7  Bengkulu  9.34  65.71  0.08  23.02  1.53  0.29  100 
8  Lampung  7.58  60.44  0.44  29.79  1.32  0.26  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  9.87  61.21  1.04  25.78  1.85  0.26  100 
10  Kepulauan Riau  23.50  61.32  0.38  12.75  1.87  0.15  100 
11  DKI Jakarta  31.58  64.89  0.00  3.00  0.30  0.24  100 
12  Jawa Barat  11.70  48.48  0.33  38.81  0.56  0.12  100 
13  Jawa Tengah  14.52  63.44  0.29  21.14  0.52  0.07  100 
14  DI Yogyakarta  36.53  58.72  0.56  3.83  0.36  ­  100 
15  Jawa Timur  13.89  67.76  0.19  17.28  0.55  0.30  100 
16  Banten  14.35  45.19  0.07  39.81  0.49  0.09  100 
17  Bali  32.41  62.48  0.40  3.38  1.18  0.07  100 
18  Nusa Tenggara Barat  6.99  51.68  0.58  38.01  2.54  0.04  100 
19  Nusa Tenggara Timur  6.17  31.74  1.39  45.96  14.03  0.65  100 
20  Kalimantan Barat  5.88  45.62  0.76  44.27  2.95  0.40  100 
21  Kalimantan Tengah  4.75  46.81  0.79  46.42  0.84  0.36  100 
22  Kalimantan Selatan  9.17  58.37  0.39  30.67  1.01  0.40  100 
23  Kalimantan Timur  17.38  59.01  1.35  18.36  3.69  0.18  100 
24  Sulawesi Utara  29.73  47.26  1.39  19.74  1.67  0.19  100 
25  Sulawesi Tengah  8.74  34.99  1.00  48.28  6.48  0.47  100 
26  Sulawesi Selatan  10.87  46.14  0.57  34.35  7.57  0.42  100 
27  Sulawesi Tenggara  4.68  32.62  0.36  57.20  4.90  0.22  100 
28  Gorontalo  8.14  28.42  0.87  57.13  5.21  0.24  100 
29  Sulawesi Barat  2.02  22.06  0.63  67.34  7.28  0.62  100 
30  Maluku  7.33  33.42  0.28  57.41  1.31  0.25  100 
31  Maluku Utara  7.39  21.51  0.98  58.07  11.43  0.61  100 
32  Papua Barat  8.04  48.55  2.62  24.08  15.72  0.82  100 
33  Papua  8.38  31.20  3.66  17.27  38.27  1.16  100 
Indonesia  13.11  56.18  0.45  27.64  2.35  0.24  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.2.a 
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN PERTAMA DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 
Perkotaan 
Penolong  kelahiran pertama
No  Provinsi  Tenaga Medis 
Dokter  Bidan  D u k u n  Famili  Lainnya  Jumlah 
Lain 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  15.86  78.88  0.42  3.84  0.99  ­  100 
2  Sumatera Utara  16.53  81.07  0.20  1.71  0.37  0.12  100 
3  Sumatera Barat  25.60  71.37  0.44  2.27  0.05  0.08  100 
4  Riau  20.64  66.95  0.16  8.97  3.02  0.25  100 
5  Jambi  16.05  67.51  0.00  13.89  2.36  0.20  100 
6  Sumatera Selatan  24.23  67.16  0.29  7.63  0.62  0.06  100 
7  Bengkulu  15.46  80.97  0.00  3.00  0.57  ­  100 
8  Lampung  11.83  78.02  0.03  9.44  0.34  0.19  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  14.53  74.62  1.96  7.01  1.88  ­  100 
10  Kepulauan Riau  30.17  64.39  0.13  4.31  0.96  ­  100 
11  DKI Jakarta  31.58  64.89  0.00  3.00  0.30  0.24  100 
12  Jawa Barat  16.51  58.34  0.44  23.99  0.63  0.10  100 
13  Jawa Tengah  19.43  68.59  0.26  11.24  0.47  0.01  100 
14  DI Yogyakarta  45.73  51.21  0.47  2.32  0.27  ­  100 
15  Jawa Timur  19.66  71.57  0.21  8.19  0.19  0.19  100 
16  Banten  21.71  61.36  0.02  16.64  0.27  ­  100 
17  Bali  39.47  57.59  0.53  1.89  0.42  ­  100 
18  Nusa Tenggara Barat  10.88  62.02  0.65  25.66  0.79  ­  100 
19  Nusa Tenggara Timur  19.86  52.54  2.02  20.35  4.43  0.79  100 
20  Kalimantan Barat  12.75  70.34  0.54  14.34  1.75  0.12  100 
21  Kalimantan Tengah  10.77  65.28  0.66  23.11  0.18  ­  100 
22  Kalimantan Selatan  15.58  70.51  0.29  12.21  0.80  0.62  100 
23  Kalimantan Timur  22.68  64.16  0.57  9.63  2.76  0.16  100 
24  Sulawesi Utara  42.12  46.40  0.73  8.94  1.80  ­  100 
25  Sulawesi Tengah  24.76  50.10  1.02  21.86  2.27  ­  100 
26  Sulawesi Selatan  22.40  59.41  0.45  15.35  2.34  0.05  100 
27  Sulawesi Tenggara  12.51  57.35  0.63  26.76  2.75  ­  100 
28  Gorontalo  15.17  42.99  2.60  35.46  3.78  ­  100 
29  Sulawesi Barat  2.88  38.98  0.53  56.28  1.33  ­  100 
30  Maluku  20.12  43.80  0.60  34.80  0.34  0.34  100 
31  Maluku Utara  19.61  39.63  1.10  27.46  12.19  ­  100 
32  Papua Barat  18.05  60.44  4.37  8.95  6.47  0.91  100 
33  Papua  19.89  62.65  6.19  4.93  5.93  0.19  100 
Indonesia  20.51  65.25  0.36  12.94  0.81  0.12  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.2.b 
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN PERTAMA DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 
Perdesaan 
Penolong  waktu  lahir
No  Provinsi 
Dokter  Bidan  Tenaga Medis Lain  D u k u n  Famili  Lainnya  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  6.18  65.06  0.45  26.48  1.63  0.18  100 
2  Sumatera Utara  5.61  67.28  0.77  20.12  5.52  0.70  100 
3  Sumatera Barat  9.54  70.03  0.54  18.86  0.79  0.17  100 
4  Riau  7.35  51.58  0.37  38.90  1.64  0.16  100 
5  Jambi  6.35  43.17  0.28  48.80  1.07  0.26  100 
6  Sumatera Selatan  4.43  50.96  0.37  43.48  0.63  0.12  100 
7  Bengkulu  5.98  57.34  0.12  34.00  2.06  0.44  100 
8  Lampung  6.07  54.19  0.58  37.03  1.67  0.28  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  6.23  50.72  0.32  40.44  1.83  0.46  100 
10  Kepulauan Riau  14.75  57.29  0.70  23.84  3.07  0.34  100 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  4.67  34.03  0.17  60.52  0.46  0.15  100 
13  Jawa Tengah  9.93  58.64  0.31  30.38  0.56  0.13  100 
14  DI Yogyakarta  19.52  72.61  0.72  6.64  0.52  0.00  100 
15  Jawa Timur  8.07  63.91  0.18  26.45  0.91  0.41  100 
16  Banten  3.38  21.12  0.14  74.32  0.81  0.23  100 
17  Bali  21.36  70.15  0.20  5.72  2.38  0.19  100 
18  Nusa Tenggara Barat  4.25  44.40  0.52  46.72  3.77  0.08  100 
19  Nusa Tenggara Timur  3.72  28.04  1.28  50.52  15.74  0.62  100 
20  Kalimantan Barat  3.17  35.90  0.85  56.05  3.42  0.52  100 
21  Kalimantan Tengah  1.66  37.30  0.86  58.42  1.17  0.54  100 
22  Kalimantan Selatan  4.58  49.67  0.45  43.89  1.15  0.25  100 
23  Kalimantan Timur  8.26  50.15  2.69  33.40  5.29  0.21  100 
24  Sulawesi Utara  19.99  47.95  1.90  28.22  1.56  0.34  100 
25  Sulawesi Tengah  5.03  31.49  1.00  54.42  7.46  0.58  100 
26  Sulawesi Selatan  5.32  39.75  0.63  43.50  10.09  0.59  100 
27  Sulawesi Tenggara  2.58  25.98  0.28  65.37  5.48  0.28  100 
28  Gorontalo  4.86  21.64  0.06  67.21  5.87  0.35  100 
29  Sulawesi Barat  1.69  15.66  0.66  71.52  9.53  0.85  100 
30  Maluku  3.35  30.18  0.18  64.46  1.61  0.22  100 
31  Maluku Utara  3.51  15.76  0.94  67.80  11.19  0.80  100 
32  Papua Barat  5.20  45.17  2.13  28.38  18.34  0.79  100 
33  Papua  4.67  21.08  2.85  21.24  48.67  1.47  100 
Indonesia  6.46  48.02  0.53  40.86  3.74  0.34  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.3 
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 
Perkotaan + Perdesaan 
Penolong  waktu  lahir
No  Provinsi 
Dokter  Bidan  Tenaga Medis Lain  D u k u n  Famili  Lainnya  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  9.38  73.09  0.61  16.03  0.72  0.17  100 
2  Sumatera Utara  11.38  74.31  0.77  10.37  2.69  0.48  100 
3  Sumatera Barat  17.03  70.36  0.76  11.22  0.32  0.19  100 
4  Riau  15.62  63.60  0.54  19.04  0.95  0.25  100 
5  Jambi  9.85  58.63  0.73  29.44  1.00  0.30  100 
6  Sumatera Selatan  14.16  61.66  0.61  23.09  0.43  0.06  100 
7  Bengkulu  11.16  69.56  0.40  17.35  1.38  0.12  100 
8  Lampung  9.46  63.58  1.14  24.48  0.78  0.34  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  11.90  67.50  0.51  19.86  0.23  ­  100 
10  Kepulauan Riau  27.78  62.42  1.32  8.35  0.10  0.04  100 
11  DKI Jakarta  34.55  62.19  0.38  2.53  0.30  0.06  100 
12  Jawa Barat  13.17  52.05  0.51  33.70  0.40  0.14  100 
13  Jawa Tengah  17.02  67.62  0.24  14.79  0.22  0.07  100 
14  DI Yogyakarta  33.20  63.55  0.24  2.65  0.36  ­  100 
15  Jawa Timur  16.27  67.36  0.40  15.22  0.50  0.20  100 
16  Banten  15.71  47.64  0.19  35.74  0.58  0.14  100 
17  Bali  32.66  63.00  0.56  2.83  0.81  0.07  100 
18  Nusa Tenggara Barat  7.31  58.99  0.74  31.57  1.18  0.05  100 
19  Nusa Tenggara Timur  7.13  37.43  1.49  41.58  11.66  0.64  100 
20  Kalimantan Barat  7.30  51.93  1.91  35.84  2.47  0.44  100 
21  Kalimantan Tengah  5.77  51.32  1.95  38.38  1.81  0.33  100 
22  Kalimantan Selatan  11.11  63.92  0.73  22.75  1.23  0.22  100 
23  Kalimantan Timur  18.12  62.10  1.73  16.08  1.82  0.13  100 
24  Sulawesi Utara  29.12  50.98  2.10  15.17  2.19  0.33  100 
25  Sulawesi Tengah  10.09  46.63  1.65  36.29  4.96  0.35  100 
26  Sulawesi Selatan  11.54  51.31  0.64  31.71  4.27  0.44  100 
27  Sulawesi Tenggara  6.26  45.66  0.87  44.25  2.81  0.14  100 
28  Gorontalo  11.12  46.75  1.44  37.00  3.60  0.10  100 
29  Sulawesi Barat  2.87  35.70  1.12  54.16  5.38  0.63  100 
30  Maluku  8.04  36.25  0.46  53.73  1.28  0.25  100 
31  Maluku Utara  10.16  26.09  0.68  59.11  3.44  0.53  100 
32  Papua Barat  7.18  51.28  2.31  20.12  17.71  1.09  100 
33  Papua  9.28  32.96  4.63  16.15  35.70  1.22  100 
Indonesia  14.72  59.45  0.69  23.09  1.77  0.22  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.3.a 
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 
Perkotaan 
Penolong  waktu  lahir
No  Provinsi 
Dokter  Bidan  Tenaga Medis Lain  D u k u n  Famili  Lainnya  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  16.32  80.12  0.56  2.97  0.02  ­  100 
2  Sumatera Utara  17.83  79.36  0.26  2.11  0.32  0.12  100 
3  Sumatera Barat  28.42  69.01  0.55  1.71  0.08  0.04  100 
4  Riau  22.38  70.05  0.40  6.54  0.38  0.25  100 
5  Jambi  15.32  69.28  0.20  14.23  0.97  ­  100 
6  Sumatera Selatan  27.21  66.19  0.29  5.78  0.50  0.03  100 
7  Bengkulu  18.65  77.69  0.20  2.90  0.57  0.00  100 
8  Lampung  14.25  76.79  0.03  8.46  0.15  0.15  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  16.61  76.72  0.84  5.73  0.10  ­  100 
10  Kepulauan Riau  37.40  61.44  0.31  0.80  0.04  ­  100 
11  DKI Jakarta  34.55  62.19  0.38  2.53  0.30  0.06  100 
12  Jawa Barat  18.24  58.88  0.62  21.69  0.39  0.15  100 
13  Jawa Tengah  21.39  69.78  0.08  8.52  0.23  ­  100 
14  DI Yogyakarta  40.12  58.40  0.00  1.20  0.27  ­  100 
15  Jawa Timur  22.25  69.47  0.22  7.47  0.33  0.26  100 
16  Banten  23.67  61.88  0.22  13.70  0.44  0.09  100 
17  Bali  39.20  57.96  0.66  1.74  0.34  ­  100 
18  Nusa Tenggara Barat  11.27  65.19  0.65  22.40  0.49  ­  100 
19  Nusa Tenggara Timur  20.60  54.29  1.67  18.27  4.38  0.79  100 
20  Kalimantan Barat  14.91  71.67  1.98  10.89  0.28  0.12  100 
21  Kalimantan Tengah  12.19  65.82  2.89  17.72  1.38  ­  100 
22  Kalimantan Selatan  18.75  69.40  0.56  10.40  0.80  ­  100 
23  Kalimantan Timur  23.36  66.13  0.94  8.53  0.93  0.08  100 
24  Sulawesi Utara  40.47  47.62  1.23  8.82  1.61  0.12  100 
25  Sulawesi Tengah  30.21  47.98  1.13  18.07  2.61  ­  100 
26  Sulawesi Selatan  22.85  60.47  0.34  15.02  1.26  0.05  100 
27  Sulawesi Tenggara  14.91  59.64  1.42  22.51  1.52  ­  100 
28  Gorontalo  20.62  48.29  2.20  21.31  7.57  ­  100 
29  Sulawesi Barat  3.41  58.28  0.53  37.21  0.57  ­  100 
30  Maluku  21.29  45.54  1.34  31.14  0.34  0.34  100 
31  Maluku Utara  29.53  39.90  0.43  28.92  1.22  ­  100 
32  Papua Barat  17.69  61.24  4.37  9.21  5.78  0.91  100 
33  Papua  22.36  61.93  6.24  4.06  4.77  0.42  100 
Indonesia  22.36  65.31  0.48  11.19  0.51  0.12  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.3.b 
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR DAN PROVINSI 
TAHUN 2008 
Perdesaan 
Penolong  waktu  lahir
No  Provinsi 
Dokter  Bidan  Tenaga Medis Lain  D u k u n  Famili  Lainnya  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  6.57  70.24  0.63  21.30  1.01  0.24  100 
2  Sumatera Utara  6.60  70.57  1.15  16.49  4.44  0.75  100 
3  Sumatera Barat  11.69  71.00  0.86  15.67  0.43  0.26  100 
4  Riau  8.26  56.57  0.68  32.67  1.57  0.25  100 
5  Jambi  7.06  53.19  1.01  37.20  1.02  0.45  100 
6  Sumatera Selatan  6.21  58.90  0.80  33.63  0.38  0.07  100 
7  Bengkulu  7.06  65.10  0.52  25.27  1.82  0.19  100 
8  Lampung  7.75  58.88  1.54  30.17  1.00  0.41  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  8.22  60.30  0.25  30.89  0.33  ­  100 
10  Kepulauan Riau  15.14  63.71  2.63  18.26  0.17  0.09  100 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  5.73  42.05  0.36  51.29  0.41  0.12  100 
13  Jawa Tengah  12.96  65.61  0.38  20.64  0.21  0.14  100 
14  DI Yogyakarta  20.40  73.07  0.68  5.33  0.52  ­  100 
15  Jawa Timur  10.24  65.24  0.59  23.03  0.66  0.15  100 
16  Banten  3.85  26.42  0.14  68.56  0.79  0.23  100 
17  Bali  22.42  70.90  0.40  4.54  1.56  0.19  100 
18  Nusa Tenggara Barat  4.52  54.63  0.79  38.04  1.66  0.09  100 
19  Nusa Tenggara Timur  4.73  34.43  1.46  45.73  12.96  0.62  100 
20  Kalimantan Barat  4.30  44.16  1.88  45.66  3.34  0.57  100 
21  Kalimantan Tengah  2.47  43.85  1.47  49.01  2.03  0.51  100 
22  Kalimantan Selatan  5.65  60.00  0.85  31.59  1.54  0.37  100 
23  Kalimantan Timur  9.09  55.16  3.11  29.07  3.35  0.22  100 
24  Sulawesi Utara  20.20  53.61  2.79  20.16  2.64  0.48  100 
25  Sulawesi Tengah  5.43  46.31  1.78  40.52  5.50  0.44  100 
26  Sulawesi Selatan  6.10  46.90  0.78  39.74  5.72  0.63  100 
27  Sulawesi Tenggara  3.93  41.90  0.73  50.08  3.15  0.17  100 
28  Gorontalo  6.70  46.03  1.08  44.30  1.75  0.14  100 
29  Sulawesi Barat  2.66  27.17  1.34  60.56  7.20  0.87  100 
30  Maluku  3.92  33.35  0.18  60.76  1.57  0.22  100 
31  Maluku Utara  4.00  21.70  0.75  68.71  4.15  0.70  100 
32  Papua Barat  4.20  48.46  1.72  23.22  21.09  1.14  100 
33  Papua  5.08  23.64  4.11  20.03  45.65  1.48  100 
Indonesia  7.85  54.17  0.88  33.80  2.90  0.32  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.4 
PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG PERNAH KAWIN  DAN  JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan+Perdesaan 
Jumlah anak yang dilahirkan hidup
No  Provinsi 
0  1  2  3  4  5  6  7  8  9  >=10  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  7.56  14.77  17.96  18.74  13.67  10.14  6.58  4.46  2.77  1.71  1.64  100 
2  Sumatera Utara  5.65  12.93  16.78  17.14  14.36  10.60  7.27  5.13  3.73  2.59  3.83  100 
3  Sumatera Barat  5.78  14.44  18.96  16.99  13.86  9.88  6.70  4.68  3.28  2.05  3.38  100 
4  Riau  6.67  17.71  23.30  18.46  12.39  7.57  4.76  3.70  2.48  1.31  1.67  100 
5  Jambi  6.91  19.23  23.57  18.11  11.04  7.20  4.80  3.60  2.06  1.27  2.21  100 
6  Sumatera Selatan  6.17  17.65  21.05  17.09  12.54  8.11  5.44  4.29  3.09  1.67  2.90  100 
7  Bengkulu  4.77  17.22  22.90  18.10  13.02  8.54  4.88  3.60  2.69  1.79  2.49  100 
8  Lampung  5.43  19.61  21.41  16.34  11.06  7.95  6.00  4.28  3.01  1.90  3.00  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  6.39  20.53  24.12  16.57  11.09  6.48  4.38  3.59  2.53  1.55  2.76  100 
10  Kepulauan Riau  8.70  20.30  24.57  17.78  12.53  5.15  3.29  3.16  2.80  0.84  0.89  100 
11  DKI Jakarta  8.01  23.72  26.34  17.75  9.65  5.19  3.45  2.06  1.56  0.90  1.37  100 
12  Jawa Barat  6.25  19.75  23.57  16.91  11.05  7.17  4.88  3.25  2.34  1.75  3.09  100 
13  Jawa Tengah  5.85  19.08  25.01  17.83  11.05  7.44  4.88  3.49  2.29  1.38  1.71  100 
14  DI Yogyakarta  5.84  23.05  28.07  18.06  10.08  5.89  3.83  2.35  1.48  0.71  0.64  100 
15  Jawa Timur  7.49  23.17  27.07  17.18  9.62  5.81  3.63  2.40  1.58  0.94  1.11  100 
16  Banten  7.06  19.59  21.94  16.03  10.78  6.91  5.17  3.96  2.38  2.00  4.17  100 
17  Bali  5.68  19.14  31.57  19.08  10.13  5.68  3.12  2.02  1.53  0.81  1.25  100 
18  Nusa Tenggara Barat  7.19  18.08  19.92  15.28  10.60  7.96  5.30  4.97  3.48  3.15  4.07  100 
19  Nusa Tenggara Timur  5.84  14.02  16.38  16.33  14.21  10.99  7.83  5.63  3.83  2.26  2.67  100 
20  Kalimantan Barat  6.72  17.86  20.73  18.02  12.87  8.94  4.93  3.39  2.65  1.69  2.20  100 
21  Kalimantan Tengah  7.40  21.71  24.59  17.73  10.51  6.83  4.25  2.72  1.72  0.90  1.65  100 
22  Kalimantan Selatan  8.14  21.30  23.17  15.68  10.86  6.67  4.83  3.08  2.31  1.36  2.60  100 
23  Kalimantan Timur  7.38  21.88  25.74  18.33  11.09  5.93  3.94  2.22  1.22  0.92  1.33  100 
24  Sulawesi Utara  6.69  20.99  29.44  19.68  10.05  5.08  3.31  2.10  0.95  0.80  0.91  100 
25  Sulawesi Tengah  6.34  17.91  23.00  17.75  12.07  8.25  4.88  3.63  2.17  1.46  2.54  100 
26  Sulawesi Selatan  7.72  15.55  19.08  16.34  12.66  9.17  6.64  4.64  3.44  2.05  2.69  100 
27  Sulawesi Tenggara  6.49  15.09  19.26  16.67  12.66  9.54  7.00  4.86  3.32  2.20  2.92  100 
28  Gorontalo  7.32  17.79  23.76  18.12  12.25  7.05  4.49  3.33  2.08  1.44  2.38  100 
29  Sulawesi Barat  6.05  14.71  18.25  16.97  12.29  9.39  6.74  6.27  2.41  2.97  3.94  100 
30  Maluku  6.41  15.11  16.78  17.39  14.21  9.88  7.59  4.80  2.99  2.25  2.58  100 
31  Maluku Utara  6.50  16.58  18.80  18.44  13.91  8.85  5.68  4.45  2.68  1.53  2.59  100 
32  Papua Barat  9.72  18.04  21.79  16.25  13.06  9.21  4.95  3.52  1.71  0.70  1.06  100 
33  Papua  10.02  19.95  24.40  17.78  11.80  7.69  4.06  2.04  1.13  0.51  0.63  100 
Indonesia  6.64  19.48  23.61  17.25  11.22  7.35  4.90  3.42  2.33  1.53  2.27  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.5.a 
PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG PERNAH KAWIN  DAN  JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan 
Jumlah anak yang dilahirkan hidup
No  Provinsi 
0  1  2  3  4  5  6  7  8  9  >=10  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  8.04  14.95  19.20  21.77  13.89  9.05  4.95  4.01  1.58  1.34  1.22  100 
2  Sumatera Utara  6.44  14.85  19.37  18.74  14.73  9.35  5.34  3.91  2.70  2.07  2.50  100 
3  Sumatera Barat  6.56  13.77  20.63  18.84  13.84  8.55  6.46  3.48  2.42  2.19  3.27  100 
4  Riau  7.15  18.40  23.21  19.02  12.55  7.22  4.32  3.61  2.25  1.12  1.16  100 
5  Jambi  8.10  18.42  23.97  19.69  10.93  6.87  4.21  3.25  1.67  1.19  1.70  100 
6  Sumatera Selatan  6.71  16.52  21.55  18.41  13.15  7.90  4.90  4.06  2.96  1.24  2.60  100 
7  Bengkulu  5.14  16.94  21.28  19.27  15.14  7.82  3.75  2.96  2.61  1.79  3.30  100 
8  Lampung  5.57  20.26  21.18  16.90  11.45  7.13  6.15  3.95  2.97  1.62  2.83  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  6.45  21.47  24.67  18.78  11.32  6.28  3.15  2.59  1.71  1.40  2.17  100 
10  Kepulauan Riau  9.02  24.81  25.87  17.95  10.36  4.67  2.93  2.01  0.77  0.74  0.88  100 
11  DKI Jakarta  8.01  23.72  26.34  17.75  9.65  5.19  3.45  2.06  1.56  0.90  1.37  100 
12  Jawa Barat  5.95  20.03  24.70  17.28  11.15  6.87  4.62  2.86  2.08  1.46  3.00  100 
13  Jawa Tengah  6.21  19.58  24.96  18.24  10.66  7.09  4.57  3.42  2.17  1.29  1.82  100 
14  DI Yogyakarta  6.05  24.10  28.06  18.06  9.31  5.50  3.68  2.42  1.32  0.72  0.78  100 
15  Jawa Timur  7.64  22.43  27.56  17.95  9.96  5.54  3.37  2.27  1.43  0.82  1.04  100 
16  Banten  6.90  22.06  24.77  18.45  10.22  5.80  3.89  2.93  1.21  1.11  2.65  100 
17  Bali  6.36  19.81  32.22  19.03  9.96  5.44  2.71  1.96  1.07  0.60  0.83  100 
18  Nusa Tenggara Barat  7.58  18.38  20.79  15.60  10.15  7.81  5.37  5.02  2.67  3.15  3.47  100 
19  Nusa Tenggara Timur  5.12  16.25  20.15  18.03  13.97  9.20  7.61  4.46  2.01  1.45  1.75  100 
20  Kalimantan Barat  7.73  16.79  20.99  18.99  12.67  9.01  4.56  3.06  2.23  1.85  2.12  100 
21  Kalimantan Tengah  8.00  22.33  25.89  17.60  9.73  5.68  4.22  2.42  1.54  1.12  1.49  100 
22  Kalimantan Selatan  8.55  22.21  24.74  15.54  10.59  6.21  3.83  2.50  2.21  0.96  2.67  100 
23  Kalimantan Timur  7.51  22.83  26.67  18.41  10.34  5.45  3.61  1.93  1.01  1.00  1.26  100 
24  Sulawesi Utara  7.33  21.54  30.31  19.79  9.78  4.55  2.83  1.74  0.80  0.66  0.66  100 
25  Sulawesi Tengah  6.39  22.30  25.81  17.77  10.10  6.33  4.59  2.51  1.66  1.13  1.42  100 
26  Sulawesi Selatan  9.35  16.48  20.15  16.75  12.20  9.10  5.51  3.97  2.83  1.51  2.15  100 
27  Sulawesi Tenggara  7.07  18.31  21.95  17.89  12.31  7.19  6.16  4.10  1.47  1.53  2.02  100 
28  Gorontalo  7.65  18.27  25.46  19.74  12.18  6.27  3.40  2.48  1.72  0.86  1.96  100 
29  Sulawesi Barat  6.86  16.16  15.95  14.66  11.28  9.75  6.68  7.67  1.30  4.04  5.65  100 
30  Maluku  6.69  18.79  18.61  19.33  13.64  8.46  6.26  4.29  1.91  1.20  0.83  100 
31  Maluku Utara  6.21  20.21  21.32  20.04  15.12  6.96  3.53  2.87  1.86  0.65  1.22  100 
32  Papua Barat  9.02  21.42  22.45  17.27  11.51  7.27  4.12  1.95  1.82  1.07  2.10  100 
33  Papua  8.19  23.61  24.01  16.97  12.28  6.59  3.87  1.86  1.32  0.53  0.77  100 
Indonesia  6.86  20.33  24.87  17.95  10.98  6.65  4.27  2.94  1.90  1.25  2.00  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.5.b 
PERSENTASE WANITA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG PERNAH KAWIN  DAN  JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN HIDUP 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 
Perdesaan 
Jumlah anak yang dilahirkan hidup
No  Provinsi 
0  1  2  3  4  5  6  7  8  9  >=10  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  7.37  14.70  17.49  17.59  13.58  10.55  7.21  4.63  3.22  1.86  1.81  100 
2  Sumatera Utara  4.98  11.30  14.58  15.78  14.05  11.66  8.91  6.16  4.60  3.02  4.96  100 
3  Sumatera Barat  5.40  14.77  18.16  16.10  13.87  10.51  6.82  5.26  3.69  1.98  3.44  100 
4  Riau  6.20  17.04  23.38  17.91  12.23  7.91  5.19  3.78  2.71  1.49  2.16  100 
5  Jambi  6.37  19.61  23.38  17.38  11.09  7.35  5.07  3.77  2.25  1.30  2.44  100 
6  Sumatera Selatan  5.84  18.33  20.75  16.30  12.17  8.24  5.76  4.43  3.17  1.92  3.07  100 
7  Bengkulu  4.59  17.36  23.71  17.51  11.96  8.90  5.44  3.93  2.73  1.80  2.08  100 
8  Lampung  5.39  19.39  21.49  16.14  10.93  8.23  5.95  4.40  3.03  2.00  3.06  100 
9  Kepulauan Bangka Belitung  6.34  19.63  23.59  14.44  10.87  6.67  5.56  4.55  3.31  1.69  3.33  100 
10  Kepulauan Riau  8.38  15.95  23.32  17.63  14.62  5.61  3.65  4.27  4.74  0.93  0.90  100 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  6.64  19.39  22.11  16.43  10.91  7.55  5.22  3.76  2.67  2.12  3.20  100 
13  Jawa Tengah  5.52  18.64  25.06  17.48  11.39  7.75  5.15  3.55  2.39  1.46  1.61  100 
14  DI Yogyakarta  5.53  21.50  28.08  18.06  11.21  6.48  4.06  2.25  1.71  0.71  0.43  100 
15  Jawa Timur  7.36  23.82  26.63  16.49  9.33  6.04  3.87  2.51  1.71  1.06  1.18  100 
16  Banten  7.29  15.91  17.71  12.42  11.63  8.57  7.07  5.49  4.13  3.34  6.43  100 
17  Bali  4.83  18.29  30.76  19.13  10.35  5.98  3.63  2.10  2.11  1.06  1.77  100 
18  Nusa Tenggara Barat  6.93  17.88  19.34  15.06  10.90  8.06  5.25  4.93  4.02  3.15  4.47  100 
19  Nusa Tenggara Timur  5.98  13.60  15.67  16.02  14.26  11.33  7.87  5.85  4.17  2.41  2.84  100 
20  Kalimantan Barat  6.35  18.25  20.64  17.67  12.95  8.91  5.07  3.51  2.80  1.63  2.23  100 
21  Kalimantan Tengah  7.09  21.39  23.92  17.79  10.91  7.41  4.26  2.87  1.81  0.78  1.73  100 
22  Kalimantan Selatan  7.86  20.67  22.08  15.79  11.04  7.00  5.52  3.49  2.37  1.64  2.55  100 
23  Kalimantan Timur  7.17  20.34  24.22  18.20  12.32  6.72  4.50  2.70  1.57  0.81  1.45  100 
24  Sulawesi Utara  6.19  20.56  28.78  19.60  10.26  5.48  3.68  2.37  1.06  0.91  1.10  100 
25  Sulawesi Tengah  6.32  16.83  22.30  17.74  12.55  8.72  4.95  3.91  2.30  1.54  2.82  100 
26  Sulawesi Selatan  7.02  15.16  18.63  16.16  12.86  9.21  7.13  4.93  3.71  2.28  2.93  100 
27  Sulawesi Tenggara  6.33  14.21  18.53  16.34  12.75  10.18  7.23  5.06  3.82  2.38  3.16  100 
28  Gorontalo  7.18  17.57  23.00  17.40  12.28  7.39  4.97  3.71  2.23  1.70  2.57  100 
29  Sulawesi Barat  5.66  14.02  19.35  18.08  12.77  9.21  6.77  5.61  2.94  2.46  3.13  100 
30  Maluku  6.32  13.88  16.18  16.74  14.40  10.35  8.04  4.97  3.35  2.60  3.17  100 
31  Maluku Utara  6.62  15.06  17.74  17.77  13.41  9.64  6.58  5.11  3.02  1.90  3.16  100 
32  Papua Barat  9.94  16.99  21.58  15.94  13.54  9.81  5.21  4.01  1.67  0.59  0.73  100 
33  Papua  10.52  18.94  24.51  18.00  11.67  7.99  4.12  2.10  1.07  0.50  0.59  100 
Indonesia  6.44  18.72  22.49  16.64  11.44  7.97  5.45  3.85  2.72  1.77  2.50  100 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.7 

PROPORSI WANITA BERUMUR 15­49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB 
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI TAHUN 2008 

No  Provinsi  Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan + Perdesaan 


(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  45.29  41.20  42.40 
2  Sumatera Utara  42.74  41.18  41.91 
3  Sumatera Barat  47.38  47.29  47.32 
4  Riau  48.19  56.45  52.41 
5  Jambi  57.57  64.19  62.16 
6  Sumatera Selatan  56.76  66.47  62.92 
7  Bengkulu  63.87  69.50  67.62 
8  Lampung  61.43  65.65  64.58 
9  Kepulauan Bangka Belitung  62.53  65.85  64.30 
10  Kepulauan Riau  50.32  55.94  53.07 
11  DKI Jakarta  52.68  ­  52.68 
12  Jawa Barat  61.43  59.27  60.51 
13  Jawa Tengah  55.69  62.26  59.19 
14  DI Yogyakarta  54.68  61.86  57.42 
15  Jawa Timur  60.07  59.06  59.54 
16  Banten  60.02  54.84  58.00 
17  Bali  61.56  69.79  65.06 
18  Nusa Tenggara Barat  54.32  52.19  53.07 
19  Nusa Tenggara Timur  38.78  35.31  35.91 
20  Kalimantan Barat  53.79  63.13  60.73 
21  Kalimantan Tengah  65.47  69.88  68.40 
22  Kalimantan Selatan  62.31  65.58  64.25 
23  Kalimantan Timur  53.62  58.01  55.29 
24  Sulawesi Utara  59.37  69.69  65.19 
25  Sulawesi Tengah  50.44  57.22  55.91 
26  Sulawesi Selatan  42.89  43.32  43.18 
27  Sulawesi Tenggara  42.44  47.46  46.34 
28  Gorontalo  54.31  61.58  59.54 
29  Sulawesi Barat  41.05  46.97  45.23 
30  Maluku  36.84  30.44  32.10 
31  Maluku Utara  47.08  41.76  43.33 
32  Papua Barat  35.13  24.24  26.69 
33  Papua  35.77  25.69  27.71 
Indonesia 56.44  56.78  56.62 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.6 
RATA ­ RATA  JUMLAH  ANAK LAHIR  HIDUP  PER  WANITA  USIA  15­49  TAHUN 
MENURUT  PROVINSI  DAN  TIPE  DAERAH TAHUN 2008 

No  Provinsi  Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan + Perdesaan


(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  1.59  1.84  1.76 
2  Sumatera Utara  1.70  2.26  1.99 
3  Sumatera Barat  1.59  2.10  1.92 
4  Riau  1.63  2.01  1.81 
5  Jambi  1.66  1.99  1.88 
6  Sumatera Selatan  1.63  2.01  1.86 
7  Bengkulu  1.71  2.07  1.93 
8  Lampung  1.66  2.05  1.93 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1.59  2.01  1.81 
10  Kepulauan Riau  1.20  1.88  1.50 
11  DKI Jakarta  1.32  ­  1.32 
12  Jawa Barat  1.69  2.08  1.84 
13  Jawa Tengah  1.61  1.89  1.75 
14  DI Yogyakarta  1.17  1.53  1.29 
15  Jawa Timur  1.51  1.71  1.61 
16  Banten  1.56  2.40  1.86 
17  Bali  1.43  1.69  1.54 
18  Nusa Tenggara Barat  1.78  1.91  1.85 
19  Nusa Tenggara Timur  1.47  2.28  2.11 
20  Kalimantan Barat  1.67  2.05  1.94 
21  Kalimantan Tengah  1.55  1.87  1.76 
22  Kalimantan Selatan  1.57  1.95  1.78 
23  Kalimantan Timur  1.61  1.90  1.71 
24  Sulawesi Utara  1.48  1.64  1.57 
25  Sulawesi Tengah  1.47  2.12  1.97 
26  Sulawesi Selatan  1.54  1.91  1.78 
27  Sulawesi Tenggara  1.45  2.20  2.01 
28  Gorontalo  1.59  1.97  1.85 
29  Sulawesi Barat  1.65  2.30  2.07 
30  Maluku  1.58  2.34  2.11 
31  Maluku Utara  1.52  2.27  2.01 
32  Papua Barat  1.58  2.10  1.97 
33  Papua  1.63  2.03  1.93 
Indonesia  1.57  1.98  1.77 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.8 
PROPORSI WANITA BERUMUR 15­49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN / MEMAKAI ALAT KB 
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI TAHUN 2008

No  Provinsi  Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan + Perdesaan 


(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  69.77  64.33  65.93 
2  Sumatera Utara  67.31  61.95  64.46 
3  Sumatera Barat  75.82  72.36  73.50 
4  Riau  74.98  79.15  77.11 
5  Jambi  81.11  83.78  82.97 
6  Sumatera Selatan  79.38  83.04  81.70 
7  Bengkulu  86.05  87.58  87.07 
8  Lampung  84.11  86.12  85.61 
9  Kepulauan Bangka Belitung  82.05  83.49  82.82 
10  Kepulauan Riau  75.27  73.42  74.37 
11  DKI Jakarta  77.78  ­  77.78 
12  Jawa Barat  84.83  86.50  85.54 
13  Jawa Tengah  79.42  83.82  81.76 
14  DI Yogyakarta  74.73  81.74  77.40 
15  Jawa Timur  80.80  79.89  80.32 
16  Banten  81.29  80.28  80.90 
17  Bali  82.48  87.19  84.48 
18  Nusa Tenggara Barat  81.92  79.85  80.70 
19  Nusa Tenggara Timur  64.64  58.28  59.38 
20  Kalimantan Barat  79.05  82.38  81.53 
21  Kalimantan Tengah  85.32  86.75  86.27 
22  Kalimantan Selatan  85.47  86.15  85.87 
23  Kalimantan Timur  80.00  79.85  79.94 
24  Sulawesi Utara  85.94  90.85  88.71 
25  Sulawesi Tengah  76.45  79.86  79.21 
26  Sulawesi Selatan  65.29  66.02  65.79 
27  Sulawesi Tenggara  68.18  72.92  71.87 
28  Gorontalo  80.87  84.13  83.22 
29  Sulawesi Barat  65.31  65.43  65.40 
30  Maluku  65.94  47.71  52.45 
31  Maluku Utara  72.06  64.23  66.54 
32  Papua Barat  63.37  42.37  47.10 
33  Papua  61.55  39.62  44.01 
Indonesia  79.71  78.83  79.25 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.9 
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15­49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN 
MENURUT ALAT / CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN / DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2008 
Perkotaan+Perdesaan 
Alat/cara KB yang dipakai 
No  Provinsi  MOW/  MOP/  Intravagina/  Alat/Cara 
AKDR/IUD  Suntikan  Susuk KB  Pil  Kondom  Jumlah 
Tubektomi  Vasektomi  tissue  Tradisional 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  1.16  0.62  2.30  67.00  0.90  26.13  0.54  ­  1.35  100.00 
2  Sumatera Utara  5.41  0.84  5.07  47.59  4.46  31.98  1.39  0.26  3.01  100.00 
3  Sumatera Barat  2.47  0.82  8.63  59.04  7.81  18.75  0.98  0.17  1.32  100.00 
4  Riau  1.99  0.85  4.10  60.46  2.89  26.77  1.34  0.25  1.35  100.00 
5  Jambi  1.11  0.65  3.03  60.03  4.38  30.01  0.41  0.05  0.33  100.00 
6  Sumatera Selatan  1.83  1.08  2.11  68.76  7.36  17.52  0.60  0.10  0.64  100.00 
7  Bengkulu  1.51  0.73  4.07  64.32  8.80  18.74  0.80  0.14  0.87  100.00 
8  Lampung  1.39  1.11  3.66  65.81  5.91  20.83  0.34  0.19  0.78  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  0.90  0.62  1.79  56.00  2.26  36.08  1.31  0.05  0.99  100.00 
10  Kepulauan Riau  0.82  0.56  5.54  48.76  2.07  39.05  1.03  0.05  2.11  100.00 
11  DKI Jakarta  2.35  0.61  11.85  56.67  2.51  23.43  1.34  0.17  1.07  100.00 
12  Jawa Barat  1.87  1.07  7.80  56.92  2.60  28.82  0.49  0.10  0.34  100.00 
13  Jawa Tengah  5.48  1.32  6.59  65.01  5.74  14.09  0.98  0.06  0.73  100.00 
14  DI Yogyakarta  4.73  0.81  21.56  48.00  4.71  13.67  3.20  0.29  3.02  100.00 
15  Jawa Timur  5.10  0.96  8.28  57.81  3.79  22.60  0.53  0.08  0.85  100.00 
16  Banten  1.83  0.68  5.03  68.93  3.16  18.99  0.97  ­  0.41  100.00 
17  Bali  5.20  1.33  35.35  42.39  0.98  12.58  0.95  0.17  1.05  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  1.80  0.76  8.26  66.91  7.64  13.95  0.30  0.07  0.32  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  1.73  1.06  8.74  62.72  5.88  15.65  0.27  ­  3.94  100.00 
20  Kalimantan Barat  1.50  0.45  1.93  64.32  1.36  28.91  0.45  ­  1.08  100.00 
21  Kalimantan Tengah  0.74  0.34  0.95  53.57  4.04  39.34  0.32  0.03  0.66  100.00 
22  Kalimantan Selatan  1.80  0.70  1.66  45.35  3.73  45.65  0.76  0.02  0.34  100.00 
23  Kalimantan Timur  1.25  0.62  6.38  46.94  2.82  40.14  1.02  0.19  0.65  100.00 
24  Sulawesi Utara  1.60  0.78  6.88  45.63  9.74  34.00  0.22  0.17  0.98  100.00 
25  Sulawesi Tengah  1.57  0.57  4.24  46.44  5.92  39.82  0.19  0.05  1.19  100.00 
26  Sulawesi Selatan  0.94  0.48  2.78  58.79  5.09  30.17  0.39  ­  1.35  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  1.12  0.80  2.36  46.13  8.00  38.95  0.30  0.14  2.19  100.00 
28  Gorontalo  0.99  0.97  10.00  38.21  15.27  33.31  0.28  0.08  0.90  100.00 
29  Sulawesi Barat  1.13  0.11  2.81  51.74  4.51  38.41  0.19  ­  1.10  100.00 
30  Maluku  2.51  0.75  3.97  68.47  6.92  15.70  0.20  ­  1.48  100.00 
31  Maluku Utara  0.75  0.32  1.29  64.85  9.51  20.30  0.05  0.10  2.82  100.00 
32  Papua Barat  1.20  1.40  1.54  54.19  3.31  34.74  0.20  0.00  3.41  100.00 
33  Papua  0.94  0.45  2.77  34.67  4.27  16.98  0.57  0.21  39.14  100.00 
Indonesia 3.12  0.94  7.07  58.74  4.27  23.95  0.73  0.10  1.08  100.00 
Sumber : BPS, Susenas 2008  ` 
Lampiran 4.9.a 
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15­49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN 
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2008 
Perkotaan 
Alat/Cara KB yang Dipakai 
No  Provinsi  MOW/  MOP/  Intravagina/  Alat/Cara 
AKDR/IUD  Suntikan  Susuk KB  Pil  Kondom  Jumlah 
Tubektomi  Vasektomi  tissue  Tradisional 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  2.05  0.73  5.31  61.32  0.62  27.77  0.88  0.00  1.32  100.00 
2  Sumatera Utara  4.71  0.96  6.71  43.11  4.17  34.30  2.07  0.24  3.74  100.00 
3  Sumatera Barat  4.33  1.14  16.18  49.93  4.24  20.30  1.34  0.32  2.20  100.00 
4  Riau  3.51  1.29  7.02  58.94  2.72  21.51  2.24  0.33  2.44  100.00 
5  Jambi  1.86  1.14  3.82  53.35  2.29  36.05  1.05  0.00  0.44  100.00 
6  Sumatera Selatan  3.50  1.53  3.35  62.11  4.02  22.11  1.38  0.16  1.83  100.00 
7  Bengkulu  2.13  0.80  7.94  55.28  7.36  22.41  1.86  0.37  1.84  100.00 
8  Lampung  1.60  0.54  6.12  66.03  5.13  19.36  0.30  0.28  0.63  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1.28  0.90  2.72  52.58  2.39  36.49  2.22  0.11  1.31  100.00 
10  Kepulauan Riau  1.70  0.79  7.70  46.71  2.90  37.34  2.06  0.10  0.68  100.00 
11  DKI Jakarta  2.35  0.61  11.85  56.67  2.51  23.43  1.34  0.17  1.07  100.00 
12  Jawa Barat  2.10  0.98  11.14  52.70  2.20  29.44  0.79  0.11  0.54  100.00 
13  Jawa Tengah  5.68  0.95  8.57  63.03  4.08  14.62  1.72  0.12  1.23  100.00 
14  DI Yogyakarta  5.44  1.17  24.59  43.55  4.19  12.08  4.59  0.20  4.20  100.00 
15  Jawa Timur  6.16  0.99  10.15  52.90  2.96  24.56  0.99  0.13  1.17  100.00 
16  Banten  2.06  0.65  7.09  64.23  2.60  21.33  1.46  0.00  0.59  100.00 
17  Bali  6.10  1.12  33.22  41.05  0.74  14.31  1.43  0.28  1.75  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  2.17  1.25  11.28  64.87  5.88  13.46  0.68  0.12  0.29  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  2.90  1.44  19.48  44.22  4.21  20.31  0.82  ­  6.62  100.00 
20  Kalimantan Barat  2.71  0.41  5.07  53.60  1.07  33.26  1.52  ­  2.36  100.00 
21  Kalimantan Tengah  1.11  0.36  1.27  52.18  2.09  41.26  0.85  0.04  0.85  100.00 
22  Kalimantan Selatan  3.11  0.88  2.99  41.87  2.99  46.43  1.20  0.00  0.52  100.00 
23  Kalimantan Timur  1.61  0.59  8.81  45.96  2.43  38.26  1.41  0.16  0.77  100.00 
24  Sulawesi Utara  2.22  0.86  7.93  47.96  6.66  32.39  0.39  0.34  1.25  100.00 
25  Sulawesi Tengah  1.95  0.58  8.25  43.98  2.86  39.32  0.97  ­  2.09  100.00 
26  Sulawesi Selatan  1.22  0.26  5.95  56.82  3.05  30.15  0.65  ­  1.91  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  1.82  1.32  6.20  38.09  7.76  41.33  1.24  ­  2.25  100.00 
28  Gorontalo  1.23  0.99  17.39  35.64  8.87  34.74  0.45  ­  0.69  100.00 
29  Sulawesi Barat  2.53  0.00  4.01  57.41  4.32  29.80  ­  ­  1.93  100.00 
30  Maluku  3.84  0.25  5.45  67.52  0.87  20.49  ­  ­  1.59  100.00 
31  Maluku Utara  0.96  0.85  2.16  66.26  4.77  22.32  ­  ­  2.69  100.00 
32  Papua Barat  0.68  2.83  4.40  56.57  2.67  30.68  0.68  ­  1.49  100.00 
33  Papua  1.07  0.77  5.29  47.36  7.63  31.91  1.49  0.80  3.68  100.00 
Indonesia 3.65  0.92  9.96  54.92  3.07  24.89  1.25  0.13  1.21  100.00 
Sumber : BPS, Susenas 2008  ` 
Lampiran 4.9.b 
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15­49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN 
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2008 
Perdesaan 
Alat/Cara KB yang Dipakai 
No  Provinsi  MOW/  MOP/  Intravagina/  Alat/Cara 
AKDR/IUD  Suntikan  Susuk KB  Pil  Kondom  Jumlah 
Tubektomi  Vasektomi  tissue  Tradisional 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 
16  Nanggroe Aceh Darussalam  0.76  0.56  0.91  69.61  1.03  25.37  0.39  ­  1.36  100.00 
2  Sumatera Utara  6.04  0.74  3.57  51.68  4.72  29.86  0.76  0.28  2.34  100.00 
3  Sumatera Barat  1.56  0.66  4.89  63.54  9.57  17.99  0.80  0.10  0.89  100.00 
4  Riau  0.75  0.50  1.71  61.71  3.03  31.06  0.59  0.18  0.46  100.00 
5  Jambi  0.81  0.45  2.71  62.67  5.22  27.62  0.16  0.07  0.29  100.00 
6  Sumatera Selatan  1.00  0.86  1.50  72.04  9.01  15.26  0.22  0.07  0.05  100.00 
7  Bengkulu  1.22  0.70  2.29  68.48  9.46  17.06  0.32  0.04  0.43  100.00 
8  Lampung  1.32  1.29  2.87  65.74  6.16  21.29  0.35  0.16  0.82  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  0.58  0.39  1.02  58.84  2.15  35.75  0.56  ­  0.71  100.00 
10  Kepulauan Riau  0.00  0.35  3.52  50.69  1.28  40.65  0.07  ­  3.45  100.00 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  1.56  1.19  3.11  62.85  3.15  27.94  0.06  0.08  0.06  100.00 
13  Jawa Tengah  5.32  1.61  5.04  66.57  7.04  13.67  0.40  0.01  0.34  100.00 
14  DI Yogyakarta  3.72  0.30  17.20  54.40  5.47  15.97  1.20  0.42  1.34  100.00 
15  Jawa Timur  4.13  0.93  6.57  62.32  4.55  20.80  0.10  0.04  0.55  100.00 
16  Banten  1.43  0.73  1.51  76.97  4.14  14.97  0.14  ­  0.10  100.00 
17  Bali  4.12  1.57  37.90  44.00  1.26  10.52  0.37  0.04  0.21  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  1.53  0.40  6.05  68.40  8.93  14.31  0.01  0.03  0.34  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  1.46  0.97  6.28  66.97  6.26  14.58  0.15  ­  3.33  100.00 
20  Kalimantan Barat  1.15  0.46  1.00  67.48  1.44  27.62  0.14  ­  0.70  100.00 
21  Kalimantan Tengah  0.57  0.34  0.80  54.23  4.97  38.43  0.07  0.03  0.57  100.00 
22  Kalimantan Selatan  0.95  0.58  0.79  47.61  4.21  45.15  0.47  0.03  0.21  100.00 
23  Kalimantan Timur  0.70  0.66  2.71  48.41  3.40  42.97  0.45  0.23  0.46  100.00 
24  Sulawesi Utara  1.19  0.73  6.19  44.10  11.77  35.05  0.11  0.06  0.80  100.00 
25  Sulawesi Tengah  1.49  0.56  3.40  46.96  6.57  39.92  0.03  0.07  1.00  100.00 
26  Sulawesi Selatan  0.81  0.58  1.33  59.69  6.04  30.19  0.28  0.00  1.09  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  0.94  0.67  1.38  48.19  8.06  38.34  0.06  0.18  2.18  100.00 
28  Gorontalo  0.91  0.96  7.46  39.09  17.47  32.81  0.22  0.11  0.96  100.00 
29  Sulawesi Barat  0.62  0.16  2.38  49.69  4.57  41.53  0.26  ­  0.80  100.00 
30  Maluku  1.94  0.97  3.34  68.87  9.50  13.66  0.29  ­  1.43  100.00 
31  Maluku Utara  0.65  0.08  0.88  64.19  11.76  19.34  0.08  0.15  2.89  100.00 
32  Papua Barat  1.42  0.80  0.34  53.19  3.59  36.44  ­  ­  4.22  100.00 
33  Papua  0.90  0.34  1.89  30.24  3.10  11.77  0.25  ­  51.51  100.00 
Indonesia 2.64  0.97  4.48  62.16  5.35  23.12  0.26  0.07  0.96  100.00 
Sumber : BPS, Susenas 2008  ` 
Lampiran 4.10 
HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU 
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2008 

M e t o d a     K o n  t r a s e p s i
No  Provinsi 
IUD  %  MOW  %  MOP  %  Kondom  %  Implant  %  Suntikan  %  Pil  %  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  1,686  1.27  302  0.23  5  0.00  9,429  7.12  2,102  1.59  63,849  48.19  55,113  41.60  132,486 

2  Sumatera Utara  15,332  5.50  7,466  2.68  491  0.18  21,670  7.77  19,674  7.06  111,605  40.02  102,620  36.80  278,858 

3  Sumatera Barat  5,226  4.29  936  0.77  133  0.11  5,379  4.42  17,503  14.37  66,242  54.39  26,373  21.65  121,792 

4  Riau  2,165  1.45  566  0.38  10  0.01  4,173  2.79  8,511  5.69  82,550  55.15  51,701  34.54  149,676 

5  Jambi  1,904  1.67  204  0.18  58  0.05  2,490  2.18  9,484  8.30  61,600  53.92  38,511  33.71  114,251 

6  Sumatera Selatan  2,297  0.65  1,348  0.38  296  0.08  16,684  4.71  29,086  8.20  174,457  49.20  130,414  36.78  354,582 

7  Bengkulu  1,314  1.42  588  0.63  77  0.08  16,245  17.51  8,448  9.11  38,278  41.27  27,805  29.98  92,755 

8  Lampung  8,285  2.42  647  0.19  647  0.19  12,690  3.71  20,713  6.05  162,055  47.35  137,238  40.10  342,275 

9  Kepulauan Bangka Belitung  340  0.92  149  0.40  3  0.01  2,147  5.80  1,865  5.04  19,761  53.39  12,748  34.44  37,013 

10  Kepulauan Riau  732  2.23  59  0.18  21  0.06  2,481  7.54  1,116  3.39  15,801  48.04  12,681  38.55  32,891 

11  DKI Jakarta  25,203  7.42  1,565  0.46  820  0.24  7,894  2.32  9,682  2.85  179,967  52.96  114,702  33.75  339,833 

12  Jawa Barat  109,698  7.65  18,839  1.31  2,823  0.20  21,132  1.47  59,937  4.18  781,510  54.51  439,705  30.67  1,433,644 

13  Jawa Tengah  25,461  3.13  1,747  0.21  1,541  0.19  28,176  3.46  84,364  10.36  530,903  65.17  142,441  17.49  814,633 

14  DI Yogyakarta  6,967  8.49  1,510  1.84  258  0.31  2,250  2.74  3,576  4.36  23,863  29.09  43,608  53.16  82,032 

15  Jawa Timur  48,606  4.93  11,823  1.20  1,630  0.17  13,706  1.39  56,813  5.76  616,434  62.54  236,730  24.02  985,742 

16  Banten  6,316  2.58  1,072  0.44  222  0.09  4,691  1.92  1,407  0.58  143,715  58.75  87,185  35.64  244,608 

17  Bali  10,656  19.21  1,128  2.03  113  0.20  1,865  3.36  1,255  2.26  33,447  60.30  7,000  12.62  55,464 

18  Nusa Tenggara Barat  5,920  4.10  981  0.68  82  0.06  2,319  1.60  13,658  9.45  93,494  64.68  28,103  19.44  144,557 

19  Nusa Tenggara Timur  2,730  3.46  1,483  1.88  145  0.18  2,337  2.97  9,023  11.45  49,576  62.92  13,495  17.13  78,789 

20  Kalimantan Barat  1,664  1.54  591  0.55  58  0.05  2,647  2.45  3,904  3.61  57,169  52.87  42,101  38.93  108,134 

21  Kalimantan Tengah  326  0.48  256  0.38  58  0.09  1,633  2.43  4,569  6.79  35,826  53.25  24,617  36.59  67,285 

22  Kalimantan Selatan  1,235  1.05  1,680  1.43  46  0.04  3,213  2.73  5,766  4.90  55,932  47.55  49,765  42.30  117,637 

23  Kalimantan Timur  2,938  3.93  632  0.85  51  0.07  2,584  3.46  3,113  4.17  39,555  52.97  25,801  34.55  74,674 

24  Sulawesi Utara  3,262  4.43  600  0.81  444  0.60  3,053  4.15  7,777  10.56  36,320  49.32  22,181  30.12  73,637 

25  Sulawesi Tengah  1,241  1.91  408  0.63  151  0.23  1,957  3.02  5,262  8.11  29,549  45.54  26,319  40.56  64,887 

26  Sulawesi Selatan  3,777  1.49  1,680  0.66  45  0.02  16,684  6.59  18,773  7.41  118,563  46.81  93,790  37.03  253,312 

27  Sulawesi Tenggara  463  0.86  338  0.63  120  0.22  2,940  5.44  5,227  9.67  22,779  42.14  22,184  41.04  54,051 

28  Gorontalo  2,432  7.56  293  0.91  115  0.36  492  1.53  4,120  12.81  15,000  46.64  9,709  30.19  32,161 

29  Sulawesi Barat  256  0.91  117  0.42  19  0.07  2,270  8.07  2,303  8.19  12,754  45.34  10,411  37.01  28,130 

30  Maluku  432  0.95  318  0.70  35  0.08  3,689  8.09  4,627  10.15  21,511  47.19  14,974  32.85  45,586 

31  Maluku Utara  164  0.64  112  0.44  42  0.16  675  2.63  3,782  14.76  12,828  50.06  8,023  31.31  25,626 

32  Papua Barat  50  0.38  68  0.51  18  0.14  1,206  9.12  650  4.92  7,021  53.11  4,206  31.82  13,219 

33  Papua  241  0.96  508  2.03  11  0.04  2,410  9.63  2,136  8.54  13,415  53.61  6,303  25.19  25,024 

Indonesia  299,319  4.39  60,014  0.88  10,588  0.16  223,211  3.27  430,226  6.31  3,727,329  54.66  2,068,557  30.33  6,819,244 
Sumber: BKKBN, 2009 
Lampiran 4.11 
JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU 
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Klinik KB 
Dokter Praktek Swasta  Bidan Praktek Swasta  Jumlah 
No  Provinsi  Pemerintah  Swasta 
Peserta  %  Peserta  %  Peserta  %  Peserta  %  Peserta  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  91,732  69.24  5,655  4.27  3,122  2.36  31,974  24.13  132,483  100.00 
2  Sumatera Utara  220,055  78.91  23,251  8.34  3,885  1.39  31,667  11.36  278,858  100.00 
3  Sumatera Barat  79,713  78.46  802  0.79  1,967  1.94  19,110  18.81  101,592  100.00 
4  Riau  77,263  51.62  1,641  1.10  4,248  2.84  66,524  44.45  149,676  100.00 
5  Jambi  74,118  64.87  434  0.38  4,395  3.85  35,304  30.90  114,251  100.00 
6  Sumatera Selatan  245,198  69.24  25,493  7.20  6,831  1.93  76,621  21.64  354,143  100.00 
7  Bengkulu  58,039  72.37  439  0.55  2,037  2.54  19,685  24.54  80,200  100.00 
8  Lampung  210,613  61.54  11,400  3.33  8,717  2.55  111,531  32.59  342,261  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  23,787  64.27  412  1.11  250  0.68  12,564  33.94  37,013  100.00 
10  Kepulauan Riau  17,176  52.22  457  1.39  1,780  5.41  13,478  40.98  32,891  100.00 
11  DKI Jakarta  125,116  36.82  18,320  5.39  36,559  10.76  159,839  47.03  339,834  100.00 
12  Jawa Barat  812,696  57.49  101,359  7.17  30,458  2.15  469,131  33.19  1,413,644  100.00 
13  Jawa Tengah  413,294  49.77  44,803  5.40  28,396  3.42  343,857  41.41  830,350  100.00 
14  DI Yogyakarta  17,064  39.15  6,888  15.80  648  1.49  18,988  43.56  43,588  100.00 
15  Jawa Timur  560,163  56.83  29,986  3.04  20,922  2.12  374,673  38.01  985,744  100.00 
16  Banten  156,748  60.93  4,647  1.81  10,319  4.01  85,561  33.26  257,275  100.00 
17  Bali  22,482  40.53  220  0.40  1,623  2.93  31,139  56.14  55,464  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  125,918  87.77  2,255  1.57  11  0.01  15,277  10.65  143,461  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  76,541  97.14  525  0.67  477  0.61  1,251  1.59  78,794  100.00 
20  Kalimantan Barat  63,747  58.95  4,126  3.82  6,645  6.15  33,616  31.09  108,134  100.00 
21  Kalimantan Tengah  52,433  77.93  2,549  3.79  712  1.06  11,586  17.22  67,280  100.00 
22  Kalimantan Selatan  76,865  65.44  3,169  2.70  1,664  1.42  35,761  30.45  117,459  100.00 
23  Kalimantan Timur  41,878  56.08  5,572  7.46  2,975  3.98  24,249  32.47  74,674  100.00 
24  Sulawesi Utara  46,450  63.08  8,151  11.07  5,580  7.58  13,456  18.27  73,637  100.00 
25  Sulawesi Tengah  58,953  90.84  2,141  3.30  364  0.56  3,439  5.30  64,897  100.00 
26  Sulawesi Selatan  216,831  85.63  2,515  0.99  3,301  1.30  30,566  12.07  253,213  100.00 
27  Sulawesi Tenggara  47,610  88.08  281  0.52  650  1.20  5,510  10.19  54,051  100.00 
28  Gorontalo  25,250  78.51  1,548  4.81  473  1.47  4,890  15.20  32,161  100.00 
29  Sulawesi Barat  32,450  87.40  45  0.12  320  0.86  4,314  11.62  37,129  100.00 
30  Maluku  21,641  86.47  1,677  6.70  498  1.99  1,211  4.84  25,027  100.00 
31  Maluku Utara  21,795  85.05  1,461  5.70  229  0.89  2,141  8.35  25,626  100.00 
32  Papua Barat  12,231  92.53  183  1.38  59  0.45  745  5.64  13,218  100.00 
33  Papua  21,641  86.48  1,677  6.70  495  1.98  1,211  4.84  25,024  100.00 
Indonesia 4,147,491  61.51  314,082  4.66  190,610  2.83  2,090,869  31.01  6,743,052  100.00 
Sumber: BKKBN, 2009 
Lampiran 4.12 
PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI 
TAHUN 2006 ­ 2008 

Tahun 2006  Tahun 2007  Tahun 2008


No  Provinsi 
Jumlah Desa  Desa UCI  %  Jumlah Desa  Desa UCI  %  Jumlah Desa  Desa UCI  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  6,199  5,316  85.76  6,199  5,316  85.76  ­  ­  ­ 
2  Sumatera Utara  5,464  4,540  83.09  5,643  4,097  72.60  5,772  4,079  70.67 
3  Sumatera Barat  2,787  2,210  79.30  3,127  2,273  72.69  3,380  2,297  67.96 
4  Riau  1,424  1,178  82.72  1,508  1,082  71.75  1,559  1,171  75.11 
5  Jambi  1,253  1,165  92.98  1,252  1,065  85.06  ­  ­  ­ 
6  Sumatera Selatan  2,816  2,368  84.09  2,919  2,606  89.28  3,012  2,466  81.87 
7  Bengkulu  1,286  936  72.78  1,295  926  71.51  1,397  1,103  78.95 
8  Lampung  2,173  1,732  79.71  2,155  1,883  87.38  2,310  1,511  65.41 
9  Kepulauan Bangka Belitung  321  265  82.55  321  269  83.80  339  298  87.91 
10  Kepulauan Riau  200  176  88.00  291  176  60.48  317  222  70.03 
11  DKI Jakarta  267  206  77.15  282  211  74.82  282  234  82.98 
12  Jawa Barat  5,805  3,636  62.64  5,828  3,893  66.80  ­  ­  ­ 
13  Jawa Tengah  8,052  6,564  81.52  8,569  7,167  83.64  8,560  7,412  86.59 
14  DI Yogyakarta  438  404  92.24  438  428  97.72  438  371  84.70 
15  Jawa Timur  8,441  5,525  65.45  6,359  5,305  83.43  ­  ­  ­ 
16  Banten  1,543  938  60.79  1,481  881  59.49  1,504  875  58.18 
17  Bali  693  688  99.28  702  702  100  ­  ­  ­ 
18  Nusa Tenggara Barat  803  722  89.91  803  700  87.17  885  793  89.60 
19  Nusa Tenggara Timur  2,729  2,278  83.47  2,745  2,318  84.44  ­  ­  ­ 
20  Kalimantan Barat  1,514  1,107  73.12  1,603  1,223  76.29  1,520  1,057  69.54 
21  Kalimantan Tengah  1,373  496  36.13  1,389  885  63.71  ­  ­  ­ 
22  Kalimantan Selatan  2,172  1,557  71.69  1,962  1,269  64.68  ­  ­  ­ 
23  Kalimantan Timur  1,345  1,073  79.78  1,345  1,106  82.23  ­  ­  ­ 
24  Sulawesi Utara  1,288  990  76.86  1,082  717  66.27  ­  ­  ­ 
25  Sulawesi Tengah  1,542  1,139  73.87  1,591  1,080  67.88  1,637  1,189  72.63 
26  Sulawesi Selatan  2,866  2,268  79.13  2,866  2,369  82.66  2,898  2,370  81.78 
27  Sulawesi Tenggara  1,624  1,424  87.68  1,709  1,405  82.21  1,939  1,015  52.35 
28  Gorontalo  490  246  50.20  493  250  50.71  601  371  61.73 
29  Sulawesi Barat  860  654  76.05  496  74  14.92  543  196  36.10 
30  Maluku  957  586  61.23  1,048  726  69.27  ­  ­  ­ 
31  Maluku Utara  720  280  38.89  827  451  54.53  967  476  49.22 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  1,221  448  36.69  ­  ­  ­ 
33  Papua  2,434  361  14.83  1,606  874  54.42  ­  ­  ­ 
Indonesia  71,879  53,028  73.77  71,155  54,175  76.14  39,860  29,506  74.02 
Sumber  : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 4.13 
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008** 

I m u n i s a s i     B a y i 

No  Provinsi  Sasaran  BCG  DPT/HB(1)  DPT/HB(2)  DPT/HB(3) Polio1  Polio2  Polio3  Polio4  Campak 
DO 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19)  (20)  (21)  (22) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  107,209  85,457  79.7  86,555  80.7  82,779  77.2  76,723  71.6  94,638  88.3  87,563  81.7  81,860  76.4  77,563  72.3  75,135  70.1  13.2 

2  Sumatera Utara  318,623  299,617  94.0  302,320  94.9  289,852  91.0  286,109  89.8  310,678  97.5  296,959  93.2  290,368  91.1  285,658  89.7  289,052  90.7  4.4 

3  Sumatera Barat  106,599  94,907  89.0  95,637  89.7  94,510  88.7  90,601  85.0  99,627  93.5  94,467  88.6  90,532  84.9  86,505  81.1  88,193  82.7  7.8 

4  Riau  132,406  118,671  89.6  128,029  96.7  124,293  93.9  121,876  92.0  128,563  97.1  125,427  94.7  121,972  92.1  118,394  89.4  119,296  90.1  6.8 

5  Jambi  68,279  65,991  96.6  68,312  100.0  66,710  97.7  65,418  95.8  67,842  99.4  66,724  97.7  65,519  96.0  65,635  96.1  64,583  94.6  5.5 

6  Sumatera Selatan  171,818  160,851  93.6  163,209  95.0  158,701  92.4  156,994  91.4  166,343  96.8  162,415  94.5  159,977  93.1  156,675  91.2  155,557  90.5  4.7 

7  Bengkulu  40,783  37,971  93.1  37,817  92.7  36,965  90.6  35,731  87.6  39,296  96.4  37,368  91.6  35,936  88.1  34,301  84.1  35,966  88.2  4.9 

8  Lampung  174,794  147,637  84.5  153,657  87.9  150,575  86.1  149,336  85.4  155,634  89.0  151,808  86.8  149,954  85.8  147,063  84.1  149,510  85.5  2.7 

9  Kepulauan Bangka Belitung  25,259  23,418  92.7  23,962  94.9  23,487  93.0  22,557  89.3  24,032  95.1  23,589  93.4  22,827  90.4  22,525  89.2  22,210  87.9  7.3 

10  Kepulauan Riau  36,990  33,382  90.2  35,687  96.5  36,300  98.1  35,502  96.0  34,759  94.0  35,214  95.2  34,645  93.7  32,855  88.8  32,278  87.3  9.6 

11  DKI Jakarta  192,563  210,214  109.2  218,718  113.6  211,584  109.9  206,427  107.2  222,548  115.6  211,291  109.7  206,944  107.5  195,953  101.8  200,861  104.3  8.2 

12  Jawa Barat  939,620  819,577  87.2  866,852  92.3  840,212  89.4  825,534  87.9  887,447  94.4  851,802  90.7  833,199  88.7  815,329  86.8  825,984  87.9  4.7 

13  Jawa Tengah  580,171  602,470  103.8  594,711  102.5  582,218  100.4  579,613  99.9  612,877  105.6  588,812  101.5  582,332  100.4  576,847  99.4  575,860  99.3  3.2 

14  DI Yogyakarta  44,766  49,394  110.3  44,221  98.8  43,563  97.3  42,521  95.0  45,631  101.9  44,999  100.5  43,000  96.1  37,507  83.8  44,555  99.5  (0.8) 

15  Jawa Timur  610,279  611,965  100.3  615,502  100.9  607,188  99.5  597,787  98.0  628,116  102.9  613,854  100.6  604,509  99.1  592,878  97.1  589,007  96.5  4.3 

16  Banten  222,276  200,754  90.3  212,762  95.7  205,690  92.5  200,365  90.1  218,940  98.5  211,676  95.2  205,341  92.4  198,305  89.2  201,206  90.5  5.4 

17  Bali  60,166  62,027  103.1  62,697  104.2  60,667  100.8  60,917  101.2  63,565  105.6  62,063  103.2  61,681  102.5  61,001  101.4  55,932  93.0  10.8 

18  Nusa Tenggara Barat  105,282  95,527  90.7  101,883  96.8  99,608  94.6  101,383  96.3  95,390  90.6  101,331  96.2  99,461  94.5  100,973  95.9  98,737  93.8  3.1 

19  Nusa Tenggara Timur  117,418  90,074  76.7  98,579  84.0  94,477  80.5  87,698  74.7  103,839  88.4  96,686  82.3  90,288  76.9  82,569  70.3  87,122  74.2  11.6 

20  Kalimantan Barat  99,336  83,949  84.5  86,443  87.0  85,359  85.9  81,745  82.3  90,323  90.9  87,009  87.6  84,342  84.9  81,687  82.2  82,056  82.6  5.1 

21  Kalimantan Tengah  52,128  43,464  83.4  44,478  85.3  43,083  82.6  42,026  80.6  46,167  88.6  44,789  85.9  43,166  82.8  42,016  80.6  42,092  80.7  5.4 

22  Kalimantan Selatan  72,521  69,866  96.3  68,067  93.9  66,010  91.0  64,593  89.1  68,317  94.2  67,379  92.9  65,392  90.2  63,760  87.9  63,892  88.1  6.1 

23  Kalimantan Timur  76,140  71,272  93.6  73,423  96.4  73,472  96.5  71,573  94.0  73,635  96.7  72,656  95.4  69,036  90.7  67,128  88.2  67,670  88.9  7.8 

24  Sulawesi Utara  46,737  42,652  91.3  44,064  94.3  42,651  91.3  41,962  89.8  44,360  94.9  42,575  91.1  41,424  88.6  40,686  87.1  42,086  90.0  4.5 

25  Sulawesi Tengah  51,546  49,320  95.7  53,977  104.7  51,376  99.7  50,132  97.3  54,768  106.3  51,741  100.4  51,231  99.4  49,518  96.1  49,547  96.1  8.2 

26  Sulawesi Selatan  174,552  169,446  97.1  173,744  99.5  163,973  93.9  168,811  96.7  177,858  101.9  168,936  96.8  166,318  95.3  165,602  94.9  164,361  94.2  5.4 

27  Sulawesi Tenggara  54,824  51,096  93.2  51,920  94.7  50,578  92.3  48,752  88.9  53,370  97.3  51,646  94.2  49,951  91.1  48,512  88.5  48,581  88.6  6.4 

28  Gorontalo  23,745  22,826  96.1  22,444  94.5  22,277  93.8  21,976  92.6  23,596  99.4  22,309  94.0  21,552  90.8  21,900  92.2  20,857  87.8  7.1 

29  Sulawesi Barat  26,003  22,144  85.2  22,361  86.0  21,670  83.3  20,897  80.4  23,439  90.1  22,397  86.1  21,247  81.7  20,373  78.3  20,169  77.6  9.8 

30  Maluku  34,091  22,868  67.1  25,617  75.1  24,392  71.5  22,964  67.4  26,642  78.1  24,297  71.3  22,979  67.4  21,205  62.2  23,425  68.7  8.6 

31  Maluku Utara  22,554  19,443  86.2  20,450  90.7  19,619  87.0  18,057  80.1  20,851  92.4  19,921  88.3  18,296  81.1  17,236  76.4  17,614  78.1  13.9 

32  Papua Barat  18,079  16,672  92.2  18,940  104.8  17,147  94.8  14,935  82.6  17,779  98.3  16,622  91.9  14,431  79.8  13,278  73.4  15,170  83.9  19.9 

33  Papua  50,367  31,663  62.9  34,229  68.0  33,105  65.7  29,824  59.2  37,330  74.1  33,019  65.6  30,215  60.0  27,372  54.3  29,519  58.6  13.8 

Indonesia  4,857,924  4,526,585  93.2  4,651,267  95.7  4,524,091  93.1  4,441,339  91.4  4,758,200  97.9  4,589,344  94.5  4,479,925  92.2  4,368,809  89.9  4,398,083  90.5  5.4 
Sumber  : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Keterangan : * Telah menggunakan IPV bulan September 2007 
** Perhitungan persentase cakupan berdasarkan bulan terakhir laporan provinsi yang diterima oleh Subdit Imunisasi 
Lampiran 4.14 
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Status Imunisasi 
No  Provinsi  Sasaran  HB0 < 7 HARI  HB0 (7 ­ 28) HARI  HB0 TOTAL  HEP. B1  HEP. B2  HEP. B3 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  107,209  27,558  25.70  11,646  10.86  39,204  36.57  86,555  80.73  82,779  77.21  76,723  71.56 
2  Sumatera Utara  318,623  139,629  43.82  0  ­  139,629  43.82  302,320  94.88  289,852  90.97  286,109  89.80 
3  Sumatera Barat  106,599  46,740  43.85  17,328  16.26  64,068  60.10  95,637  89.72  94,510  88.66  90,601  84.99 
4  Riau  132,406  57,407  43.36  20,702  15.64  78,109  58.99  128,029  96.69  124,293  93.87  121,876  92.05 
5  Jambi  68,279  36,836  53.95  13,394  19.62  50,230  73.57  68,312  100.05  66,710  97.70  65,418  95.81 
6  Sumatera Selatan  171,818  76,452  44.50  34,857  20.29  111,309  64.78  163,209  94.99  158,701  92.37  156,994  91.37 
7  Bengkulu  40,783  20,187  49.50  0  ­  20,187  49.50  37,817  92.73  36,965  90.64  35,731  87.61 
8  Lampung  174,794  94,743  54.20  0  ­  94,743  54.20  153,657  87.91  150,575  86.14  149,336  85.44 
9  Kepulauan Bangka Belitung  25259  15,276  60.48  714  2.83  15,990  63.30  23,962  94.87  23,487  92.98  22,557  89.30 
10  Kepulauan Riau  36,990  21,387  57.82  11,544  31.21  32,931  89.03  35,687  96.48  36,300  98.13  35,502  95.98 
11  DKI Jakarta  192,563  116,156  60.32  34,075  17.70  150,231  78.02  218,718  113.58  211,584  109.88  206,427  107.20 
12  Jawa Barat  939,620  587,815  62.56  60,385  6.43  648,200  68.99  866,852  92.26  840,212  89.42  825,534  87.86 
13  Jawa Tengah  580,171  508,221  87.60  0  ­  508,221  87.60  594,711  102.51  582,218  100.35  579,613  99.90 
14  DI Yogyakarta  44,766  41,207  92.05  5,584  12.47  46,791  104.52  44,221  98.78  43,563  97.31  42,521  94.99 
15  Jawa Timur  610,279  514,848  84.36  41,784  6.85  556,632  91.21  615,502  100.86  607,188  99.49  597,787  97.95 
16  Banten  222,276  135,735  61.07  18  0.01  135,753  61.07  212,762  95.72  205,690  92.54  200,365  90.14 
17  Bali  60,166  4,556  7.57  0  ­  4,556  7.57  62,697  104.21  60,667  100.83  60,917  101.25 
18  Nusa Tenggara Barat  105,282  80,950  76.89  8,387  7.97  89,337  84.85  101,883  96.77  99,608  94.61  101,383  96.30 
19  Nusa Tenggara Timur  117,418  33,287  28.35  0  ­  33,287  28.35  98,579  83.96  94,477  80.46  87,698  74.69 
20  Kalimantan Barat  99,336  32,669  32.89  10,681  10.75  43,350  43.64  86,443  87.02  85,359  85.93  81,745  82.29 
21  Kalimantan Tengah  52,128  10,003  19.19  24,458  46.92  34,461  66.11  44,478  85.32  43,083  82.65  42,026  80.62 
22  Kalimantan Selatan  72,521  28,153  38.82  11,445  15.78  39,598  54.60  68,067  93.86  66,010  91.02  64,593  89.07 
23  Kalimantan Timur  76,140  38,737  50.88  5,776  7.59  44,513  58.46  73,423  96.43  73,472  96.50  71,573  94.00 
24  Sulawesi Utara  46,737  20,241  43.31  5,809  12.43  26,050  55.74  44,064  94.28  42,651  91.26  41,962  89.78 
25  Sulawesi Tengah  51,546  22,250  43.17  5,699  11.06  27,949  54.22  53,977  104.72  51,376  99.67  50,132  97.26 
26  Sulawesi Selatan  174,552  100,664  57.67  0  ­  100,664  57.67  173,744  99.54  163,973  93.94  168,811  96.71 
27  Sulawesi Tenggara  54,824  21,864  39.88  0  ­  21,864  39.88  51,920  94.70  50,578  92.26  48,752  88.92 
28  Gorontalo  23,745  10,490  44.18  9,159  38.57  19,649  82.75  22,444  94.52  22,277  93.82  21,976  92.55 
29  Sulawesi Barat  26,003  7,831  30.12  243  0.93  8,074  31.05  22,361  85.99  21,670  83.34  20,897  80.36 
30  Maluku  34,091  2,307  6.77  5,937  17.42  8,244  24.18  25,617  75.14  24,392  71.55  22,964  67.36 
31  Maluku Utara  22,554  6,702  29.72  1,809  8.02  8,511  37.74  20,450  90.67  19,619  86.99  18,057  80.06 
32  Papua Barat  18,079  2,799  15.48  2,689  14.87  5,488  30.36  18,940  104.76  17,147  94.84  14,935  82.61 
33  Papua  50,367  11,555  22.94  5,794  11.50  17,349  34.45  34,229  67.96  33,105  65.73  29,824  59.21 
Indonesia 4,857,924  2,875,255  59.19  349,917  7.20  3,225,172  66.39  4,651,267  95.75  4,524,091  93.13  4,441,339  91.42 
Sumber  : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 4.15 
DROP OUT  CAKUPAN IMUNISASI DPT1 ­ CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI 
TAHUN 2003 ­ 2008 

T a h u n
No  Provinsi 
2003  2004  2005  2006  2007  2008 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  14.3  0.1  7.7  10.7  21.6  13.2 
2  Sumatera Utara  8.1  7.6  (1.6)  ­  1.3  4.4 
3  Sumatera Barat  11.6  9.7  7.9  9.9  15.0  7.8 
4  Riau  5.3  5.7  (3.1)  2.0  7.2  6.8 
5  Jambi  8.2  6.1  4.8  1.4  7.8  5.5 
6  Sumatera Selatan  9.3  9.6  6.3  21.8  6.9  4.7 
7  Bengkulu  10.1  20.0  5.4  3.2  17.8  4.9 
8  Lampung  3.7  2.8  (2.5)  ­  (1.1)  2.7 
9  Kepulauan Bangka Belitung  6.9  6.0  12.2  ­  4.0  7.3 
10  Kepulauan Riau  ­  ­  17.1  ­  10.7  9.6 
11  DKI Jakarta  10.2  11.4  6.4  23.0  0.6  8.2 
12  Jawa Barat  5.3  3.7  (6.8)  21.5  5.7  4.7 
13  Jawa Tengah  4.0  4.2  ­  4.0  4.3  3.2 
14  DI Yogyakarta  3.8  2.5  8.8  0.4  (0.8)  (0.8) 
15  Jawa Timur  7.1  5.0  1.7  4.8  5.9  4.3 
16  Banten  4.0  3.1  (0.9)  15.1  1.4  5.4 
17  Bali  7.1  4.8  0.2  8.5  4.5  10.8 
18  Nusa Tenggara Barat  6.0  7.1  3.7  3.4  4.0  3.1 
19  Nusa Tenggara Timur  18.8  5.9  ­0,8  ­  22.7  11.6 
20  Kalimantan Barat  8.8  12.0  4.7  8.1  13.1  5.1 
21  Kalimantan Tengah  9.4  0.2  5.7  1.7  3.3  5.4 
22  Kalimantan Selatan  7.9  7.2  6.9  8.2  7.0  6.1 
23  Kalimantan Timur  7.5  5.2  6.6  7.8  4.3  7.8 
24  Sulawesi Utara  11.9  5.1  5.2  4.3  10.6  4.5 
25  Sulawesi Tengah  16.3  10.1  7.6  9.8  11.0  8.2 
26  Sulawesi Selatan  10.6  7.6  8.4  4.2  5.4 
27  Sulawesi Tenggara  11.0  5.8  10.5  4.0  5.8  6.4 
28  Gorontalo  18.4  10.9  11.8  11.1  6.8  7.1 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  22.3  15.8  (1.5)  9.8 
30  Maluku  1.3  3.4  4.7  5.0  3.4  8.6 
31  Maluku Utara  9.5  20.9  14.4  5.4  7.2  13.9 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  7.6  19.8  19.9 
33  Papua  18.0  15.7  6.9  ­  21.6  13.8 
Indonesia  7.6  7.7  1.4  9.3  6.1  5.4 
Sumber  : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 4.16 
PERSENTASE  BALITA  YANG PERNAH MENDAPAT IMUNISASI 
MENURUT  PROVINSI, TIPE DAERAH DAN JENIS IMUNISASI, 2008 

Perkotaan  Perdesaan  Perkotaan + Perdesaan


No  Provinsi 
BCG  DPT  Polio  Campak  Hepatitis B  BCG  DPT  Polio  Campak  Hepatitis B  BCG  DPT  Polio  Campak  Hepatitis B 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  89.92  86.29  88.64  76.93  84.06  78.31  76.70  83.64  69.81  70.03  81.65  79.46  85.08  71.86  74.07 
2  Sumatera Utara  85.91  83.76  84.83  71.35  77.62  74.86  71.87  78.80  62.16  61.98  79.56  76.93  81.36  66.07  68.63 
3  Sumatera Barat  91.53  86.19  86.73  72.60  84.00  82.91  78.02  80.31  68.18  73.09  85.66  80.63  82.36  69.59  76.57 
4  Riau  90.93  87.28  87.68  75.48  81.73  82.36  80.08  80.87  70.08  73.35  86.83  83.84  84.42  72.89  77.72 
5  Jambi  89.83  84.94  83.93  74.72  80.37  86.32  82.75  82.60  73.12  75.48  87.51  83.49  83.05  73.66  77.13 
6  Sumatera Selatan  94.27  88.76  88.15  76.36  85.48  87.54  83.91  84.46  74.63  78.52  90.09  85.74  85.85  75.28  81.16 
7  Bengkulu  96.95  93.26  91.76  82.09  93.11  92.66  88.24  87.46  79.53  86.36  94.18  90.02  88.99  80.43  88.75 
8  Lampung  93.86  88.98  89.93  79.52  89.37  92.11  89.57  89.06  79.54  88.00  92.57  89.42  89.29  79.53  88.36 
9  Kepulauan Bangka Belitung  90.37  85.33  86.00  76.69  85.83  86.11  80.30  82.60  73.62  75.67  87.98  82.50  84.09  74.96  80.12 
10  Kepulauan Riau  93.55  89.88  89.27  78.74  87.16  87.95  86.39  88.48  77.13  85.25  91.13  88.37  88.93  78.04  86.33 
11  DKI Jakarta  94.70  91.34  91.28  76.86  89.72  ­  ­  ­  ­  ­  94.70  91.34  91.28  76.86  89.72 
12  Jawa Barat  94.16  89.79  90.00  78.78  87.17  88.26  83.97  87.73  72.50  77.48  91.77  87.43  89.08  76.23  83.24 
13  Jawa Tengah  96.87  92.00  91.50  80.48  89.89  95.76  90.77  91.06  80.14  88.29  96.30  91.36  91.27  80.30  89.06 
14  DI Yogyakarta  99.33  96.40  95.13  86.01  95.73  98.36  91.85  91.36  81.27  96.90  98.99  94.80  93.81  84.35  96.14 
15  Jawa Timur  95.27  90.96  90.81  80.83  89.91  89.52  85.69  86.23  75.20  80.52  92.41  88.34  88.53  78.03  85.23 
16  Banten  89.05  85.30  87.45  71.69  78.15  77.16  74.10  82.82  57.78  53.14  84.27  80.80  85.59  66.10  68.11 
17  Bali  97.68  92.94  91.12  83.04  94.85  97.76  91.33  91.86  83.08  93.91  97.72  92.31  91.41  83.05  94.48 
18  Nusa Tenggara Barat  96.80  91.98  90.86  82.00  91.94  94.38  88.71  89.83  78.98  88.90  95.38  90.06  90.26  80.23  90.16 
19  Nusa Tenggara Timur  96.42  91.90  92.05  82.81  89.30  89.02  86.75  87.25  78.48  81.42  90.14  87.53  87.98  79.14  82.61 
20  Kalimantan Barat  84.75  79.12  81.37  66.34  76.40  81.41  79.20  81.66  70.64  75.11  82.35  79.18  81.58  69.43  75.47 
21  Kalimantan Tengah  89.13  82.70  82.99  74.86  81.61  82.85  80.24  83.93  75.56  75.98  84.98  81.08  83.62  75.32  77.89 
22  Kalimantan Selatan  89.77  87.36  84.92  73.18  79.83  84.10  81.20  82.44  71.67  75.08  86.47  83.77  83.48  72.30  77.07 
23  Kalimantan Timur  94.50  89.54  88.69  80.35  88.30  91.73  89.14  88.54  78.64  83.84  93.48  89.39  88.64  79.72  86.66 
24  Sulawesi Utara  97.66  92.14  91.71  80.25  91.93  94.97  90.26  89.75  81.54  86.11  96.15  91.08  90.61  80.97  88.67 
25  Sulawesi Tengah  95.74  88.58  90.42  81.22  87.65  82.39  78.97  82.90  69.92  74.56  84.90  80.78  84.32  72.04  77.03 
26  Sulawesi Selatan  92.12  87.49  86.92  77.22  84.49  85.89  82.86  82.57  72.29  79.10  87.91  84.37  83.98  73.89  80.85 
27  Sulawesi Tenggara  90.75  88.22  87.79  78.11  87.18  87.78  84.54  85.90  77.27  84.02  88.41  85.31  86.30  77.45  84.69 
28  Gorontalo  93.28  90.98  89.26  78.62  86.30  88.39  85.62  87.07  77.31  83.20  89.94  87.33  87.77  77.73  84.18 
29  Sulawesi Barat  89.88  84.21  86.60  72.64  82.32  71.34  68.06  72.23  63.16  66.87  76.43  72.49  76.17  65.76  71.11 
30  Maluku  87.78  82.42  85.27  76.79  81.30  72.75  69.07  74.94  65.11  66.78  76.32  72.24  77.39  67.88  70.23 
31  Maluku Utara  92.20  90.06  90.98  86.72  89.16  77.62  73.70  79.94  67.07  69.20  81.13  77.65  82.60  71.81  74.01 
32  Papua Barat  91.38  87.13  89.09  75.88  84.48  89.89  83.69  83.54  71.50  74.02  90.22  84.45  84.76  72.47  76.33 
33  Papua  93.23  89.47  89.20  82.71  89.48  60.29  58.20  60.45  50.89  52.16  68.31  65.81  67.44  58.63  61.24 
Indonesia  93.59  89.37  89.46  78.02  86.79  86.66  82.99  85.14  73.03  77.72  89.94  86.01  87.19  75.39  82.02 
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2008 
Lampiran 4.17 
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL 
MENURUT PROVINSI TAHUN  2008 

Ibu Hamil Diimunisasi 
No  Provinsi  Sasaran  TT1  TT2 TT3  TT4  TT5 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (6)  (7)  (6)  (7)  (6)  (7) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  112,680  53,819  47.76  48,819  43.33  15,010  13.32  10,270  9.11  6,042  5.36 
2  Sumatera Utara  350,486  171,676  48.98  155,284  44.31  90,720  25.88  74,882  21.37  63,642  18.16 
3  Sumatera Barat  115,825  41,329  35.68  38,172  32.96  17,170  14.82  14,368  12.40  10,644  9.19 
4  Riau  145,647  53,934  37.03  50,217  34.48  25,742  17.67  21,018  14.43  19,109  13.12 
5  Jambi  76,170  60,467  79.38  59,688  78.36  11,479  15.07  1,369  1.80  0  0.00 
6  Sumatera Selatan  187,432  156,043  83.25  145,793  77.78  0  0.00  0  0.00  0  0.00 
7  Bengkulu  43,383  29,774  68.63  27,299  62.93  0  0.00  0  0.00  0  0.00 
8  Lampung  192,893  141,368  73.29  133,160  69.03  15,200  7.88  11,867  6.15  10,394  5.39 
9  Kepulauan Bangka Belitung  27,785  20,680  74.43  18,830  67.77  2,083  7.50  1,116  4.02  688  2.48 
10  Kepulauan Riau  35,708  27,078  75.83  22,757  63.73  3,778  10.58  2,600  7.28  2,316  6.49 
11  DKI Jakarta  211,208  157,556  74.60  150,131  71.08  3,738  1.77  0  0.00  0  0.00 
12  Jawa Barat  1,071,026  813,345  75.94  734,971  68.62  44,650  4.17  27,631  2.58  21,358  1.99 
13  Jawa Tengah  1,226,192  275,899  22.50  260,617  21.25  89,983  7.34  82,676  6.74  65,523  5.34 
14  DI Yogyakarta  72,457  22,649  31.26  15,537  21.44  12,011  16.58  7,848  10.83  5,944  8.20 
15  Jawa Timur  308,450  65,408  21.21  67,703  21.95  78,467  25.44  92,997  30.15  88,877  28.81 
16  Banten  243,769  197,662  81.09  180,863  74.19  6,554  2.69  6,554  2.69  4,449  1.83 
17  Bali  66,121  2,886  4.36  2,903  4.39  5,541  8.38  35,428  53.58  40,018  60.52 
18  Nusa Tenggara Barat  115,810  98,010  84.63  93,679  80.89  51,688  44.63  889  0.77  319  0.28 
19  Nusa Tenggara Timur  123,311  39,797  32.27  35,696  28.95  35,078  28.45  31,158  25.27  45,813  37.15 
20  Kalimantan Barat  291,942  29,941  10.26  32,848  11.25  0  0.00  0  0.00  0  0.00 
21  Kalimantan Tengah  56,887  40,347  70.92  37,004  65.05  1,608  2.83  201  0.35  72  0.13 
22  Kalimantan Selatan  79,724  58,537  73.42  52,497  65.85  1,446  1.81  402  0.50  442  0.55 
23  Kalimantan Timur  562,325  25,891  4.60  22,927  4.08  12,672  2.25  8,623  1.53  6,275  1.12 
24  Sulawesi Utara  50,951  36,141  70.93  33,575  65.90  5,852  11.49  3,490  6.85  965  1.89 
25  Sulawesi Tengah  66,547  47,405  71.24  44,549  66.94  0  0.00  0  0.00  0  0.00 
26  Sulawesi Selatan  188,417  147,513  78.29  125,684  66.71  0  0.00  0  0.00  0  0.00 
27  Sulawesi Tenggara  60,306  21,546  35.73  19,383  32.14  9,413  15.61  8,638  14.32  8,759  14.52 
28  Gorontalo  25,985  20,029  77.08  17,391  66.93  3,475  13.37  2,356  9.07  1,141  4.39 
29  Sulawesi Barat  28,449  22,241  78.18  18,569  65.27  394  1.38  0  0.00  0  0.00 
30  Maluku  22,419  5,746  25.63  4,617  20.59  143  0.64  88  0.39  79  0.35 
31  Maluku Utara  24,697  16,070  65.07  13,673  55.36  2,440  9.88  1,512  6.12  1,436  5.81 
32  Papua Barat  19,888  7,123  35.82  4,869  24.48  1,674  8.42  458  2.30  428  2.15 
33  Papua  55,259  17,050  30.85  12,533  22.68  2,364  4.28  564  1.02  594  1.07 
Indonesia  6,260,149  2,924,960  46.72  2,682,238  42.85  550,373  8.79  449,003  7.17  405,327  6.47 
Sumber  : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 4.18 
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 

Bed Occupancy Rate  Bed Turn Over  Turn Over Interval  Net Death Rate  Gross Death Rate 


No  Provinsi  Length of Stay        (LOS) 
(BOR)  (BTO)  (TOI)  (NDR)  (GDR) 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  79.0  5  56.3  1  23  49 
2  Sumatera Utara  60.3  7  31.0  5  45  69 
3  Sumatera Barat  58.9  6  35.4  4  32  57 
4  Riau  62.7  4  54.8  2  22  48 
5  Jambi  51.8  4  44.6  4  18  42 
6  Sumatera Selatan  61.8  5  43.0  3  27  60 
7  Bengkulu  44.6  4  37.2  5  23  44 
8  Lampung  69.4  4  56.3  2  27  59 
9  Kepulauan Bangka Belitung  53.3  3  61.4  3  20  56 
10  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
11  DKI Jakarta  77.4  6  50.0  2  29  49 
12  Jawa Barat  67.5  6  41.9  3  21  54 
13  Jawa Tengah  64.1  5  42.1  3  21  46 
14  DI Yogyakarta  83.5  10  29.3  2  20  38 
15  Jawa Timur  60.1  4  49.0  3  28  58 
16  Banten  77.0  4  76.3  1  31  56 
17  Bali  68.2  5  51.7  2  29  49 
18  Nusa Tenggara Barat  66.7  4  56.5  2  21  49 
19  Nusa Tenggara Timur  63.6  5  49.7  3  19  36 
20  Kalimantan Barat  65.0  5  45.5  3  25  51 
21  Kalimantan Tengah  56.2  5  41.2  4  18  39 
22  Kalimantan Selatan  62.0  4  61.8  2  15  42 
23  Kalimantan Timur  71.1  5  54.4  2  15  31 
24  Sulawesi Utara  61.2  8  27.8  5  20  39 
25  Sulawesi Tengah  63.4  5  44.9  3  13  32 
26  Sulawesi Selatan  56.8  5  40.1  4  13  37 
27  Sulawesi Tenggara  87.2  5  59.9  1  17  36 
28  Gorontalo  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
30  Maluku  40.0  6  24.1  9  23  32 
31  Maluku Utara  98.1  14  24.7  ­  25  44 
32  Papua Barat  55.7  4  49.2  3  11  27 
33  Papua  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
Indonesia 64.8  5.3  44.1  2.9  23.6  48.7 
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2009 
Lampiran 4.19 
JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 

Total Kunjungan 
No  Provinsi  Pasien Keluar Hidup  Pasien Keluar Mati Jumlah Hari Perawatan 
Pasien Rawat Inap 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  40,872  2,094  42,966  216,898 
2  Sumatera Utara  53,949  4,511  58,460  409,917 
3  Sumatera Barat  68,342  4,110  72,452  433,937 
4  Riau  57,101  2,904  60,005  247,034 
5  Jambi  30,314  1,322  31,636  132,183 
6  Sumatera Selatan  62,125  3,945  66,070  341,768 
7  Bengkulu  15,620  724  16,344  70,531 
8  Lampung  52,554  3,288  55,842  247,520 
9  Kepulauan Bangka Belitung  5,915  350  6,265  19,560 
10  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  ­ 
11  DKI Jakarta  141,955  7,275  149,230  831,501 
12  Jawa Barat  174,615  9,914  184,529  1,071,334 
13  Jawa Tengah  322,709  15,698  338,407  1,856,067 
14  DI Yogyakarta  38,599  39,344  77,943  411,728 
15  Jawa Timur  223,993  13,719  237,712  1,048,254 
16  Banten  34,084  2,006  36,090  131,138 
17  Bali  85,802  4,396  90,198  428,047 
18  Nusa Tenggara Barat  40,645  2,072  42,717  181,641 
19  Nusa Tenggara Timur  60,338  2,240  62,578  288,177 
20  Kalimantan Barat  36,603  1,966  38,569  198,199 
21  Kalimantan Tengah  21,452  862  22,314  109,656 
22  Kalimantan Selatan  31,339  1,367  32,706  118,077 
23  Kalimantan Timur  68,382  2,210  70,592  332,433 
24  Sulawesi Utara  26,909  1,097  28,006  221,996 
25  Sulawesi Tengah  32,065  1,056  33,121  168,398 
26  Sulawesi Selatan  80,374  3,089  83,463  425,428 
27  Sulawesi Tenggara  19,638  730  20,368  106,691 
28  Gorontalo  ­  ­  ­  ­ 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­ 
30  Maluku  11,793  396  12,189  72,927 
31  Maluku Utara  3,780  172  3,952  56,532 
32  Papua Barat  10,729  296  11,025  44,882 
33  Papua  24,330  742  25,072  202,255 
Indonesia  1,876,926  133,895  2,010,821  10,424,709 
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 
Lampiran 4.20 

PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 

Tumpatan  Tumpatan  Pengobatan  Pencabutan  Pencabutan  Pembersihan 


Pengobatan  Pengobatan  Prothese  Prothese  Prothese 
No  Provinsi  Gigi  Gigi  Pulpa/tumpatan  Gigi  Gigi  Karang  Orthodonsi  Bedah Mulut 
Periodontal  Abses  Lengkap  Sebagian  Cekat 
Tetap  Sulung  Sementara  Tetap  Sulung  Gigi 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  3,531  1,144  3,270  7,485  74,000  8,115  13,278  105,339  374  45  ­  ­  3,354 
2  Sumatera Utara  1,487  25  2,379  4,108  940  1,982  830  1,890  6  17  ­  3  38 
3  Sumatera Barat  3,039  879  7,397  5,205  1,646  2,127  1,666  858  2  ­  ­  ­  1,049 
4  Riau  2,128  333  4,773  7,734  1,503  2,533  970  2,468  704  3  ­  ­  166 
5  Jambi  422  135  1,084  2,411  735  811  570  247  11  52  8  2  225 
6  Sumatera Selatan  3,759  806  3,301  4,911  2,807  3,127  1,827  293  51  46  ­  124  537 
7  Bengkulu  1,607  289  718  1,649  668  145  333  152  2,569  28  ­  94  105 
8  Lampung  1,258  117  1,784  3,057  880  1,386  934  200  3  120  ­  115  16 
9  Kepulauan Bangka Belitung  86  1  17  503  166  37  90  18  ­  5  1  ­  ­ 
10  Kepulauan Riau  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
11  DKI Jakarta  10,457  2,548  9,929  10,015  3,012  4,013  2,337  5,332  790  844  2,883  8,204  2,716 
12  Jawa Barat  10,177  1,082  15,430  15,091  6,265  5,700  5,483  5,581  79  602  217  5,186  8,252 
13  Jawa Tengah  11,522  1,536  15,678  21,056  7,363  16,378  5,813  4,633  151  321  57  664  3,658 
14  DI Yogyakarta  1,450  57  1,390  1,728  629  1,884  583  498  5  42  1  529  207 
15  Jawa Timur  8,439  1,199  13,040  16,589  7,082  7,588  5,678  3,081  150  109  11  341  1,350 
16  Banten  996  216  1,315  2,134  611  951  266  256  57  45  ­  23  ­ 
17  Bali  3,614  156  8,366  5,781  3,712  3,233  1,837  1,677  63  221  91  967  784 
18  Nusa Tenggara Barat  933  101  2,397  1,463  1,097  1,650  1,668  602  27  115  1  352  64 
19  Nusa Tenggara Timur  1,362  310  4,437  4,240  1,281  4,471  1,605  751  ­  73  37  ­  589 
20  Kalimantan Barat  3,203  144  2,111  3,024  669  354  389  514  5  11  3  ­  40 
21  Kalimantan Tengah  1,417  207  2,547  1,751  1,108  1,231  510  575  18  47  ­  3  392 
22  Kalimantan Selatan  2,878  612  4,073  3,004  2,157  2,999  1,172  316  5  2  ­  5  147 
23  Kalimantan Timur  3,352  226  3,234  3,344  1,199  3,124  1,041  706  225  27  142  11  432 
24  Sulawesi Utara  838  66  1,191  1,485  474  1,366  423  187  ­  ­  ­  ­  ­ 
25  Sulawesi Tengah  612  40  1,162  2,346  1,048  902  677  103  4  ­  ­  4  84 
26  Sulawesi Selatan  4,095  638  7,940  5,989  2,566  4,934  1,977  935  98  73  ­  28  225 
27  Sulawesi Tenggara  1,790  342  3,017  2,477  1,282  1,309  796  184  ­  ­  ­  ­  ­ 
28  Gorontalo  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
30  Maluku  96  1  283  424  144  41  67  49  ­  ­  ­  ­  ­ 
31  Maluku Utara  10  12  256  28  164  36  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
32  Papua Barat  189  51  237  349  70  135  50  10  ­  ­  ­  ­  ­ 
33  Papua  868  137  2,220  1,100  511  969  558  146  ­  ­  ­  ­  ­ 
Indonesia 85,615  13,410  124,976  140,481  125,789  83,531  53,428  137,601  5,397  2,848  3,452  16,655  24,430 
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 
Lampiran 4.21 
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS 
TAHUN 2008 

Kunjungan Ibu Hamil  Kunjungan Neonatus  Persalinan oleh 


No  Provinsi  RJTP  RITP  Rujukan 
(K4)  (KN2)  Tenaga Kesehatan 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  3,096,227  38,063  60,601  46,840  38,343  30,177 
2  Sumatera Utara  1,515,847  1,719  44,497  38,034  27,760  23,243 
3  Sumatera Barat  394,456  2,927  15,248  9,477  6,807  5,721 
4  Riau  461,739  3,996  9,235  16,024  10,890  9,771 
5  Jambi  188,498  1,177  7,521  6,866  4,559  2,455 
6  Sumatera Selatan  154,671  1,296  7,957  10,637  7,101  6,298 
7  Bengkulu  202,477  1,408  10,871  9,843  6,483  5,452 
8  Lampung  340,857  861  20,105  14,168  8,176  5,929 
9  Kepulauan Bangka Belitung  8,674  19  338  74  8  9 
10  Kepulauan Riau  148,174  2,541  6,565  7,413  5,330  4,915 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  2,898,742  26,091  167,232  95,067  73,713  64,313 
13  Jawa Tengah  5,086,204  73,397  255,964  69,331  53,897  56,048 
14  DI Yogyakarta  183,176  1,456  18,397  4,858  4,066  3,855 
15  Jawa Timur  2,527,612  47,401  199,305  56,871  45,147  40,858 
16  Banten  1,273,894  4,404  102,581  35,219  31,550  26,095 
17  Bali  83,864  142  7,893  1,386  1,255  1,123 
18  Nusa Tenggara Barat  434,581  24,846  15,245  18,316  19,917  16,754 
19  Nusa Tenggara Timur  1,904,803  24,135  13,343  36,130  27,630  30,943 
20  Kalimantan Barat  143,259  1,591  9,510  5,303  2,577  1,713 
21  Kalimantan Tengah  165,527  1,358  4,087  6,555  6,278  5,222 
22  Kalimantan Selatan  341,682  1,859  18,822  11,966  8,814  8,008 
23  Kalimantan Timur  52,559  940  4,146  1,064  784  348 
24  Sulawesi Utara  167,728  1,545  12,391  4,358  4,014  3,288 
25  Sulawesi Tengah  583,068  679,197  8,510  9,914  7,564  4,114 
26  Sulawesi Selatan  1,604,907  19,521  46,584  16,646  12,457  13,479 
27  Sulawesi Tenggara  792,683  13,158  18,163  37,280  31,067  24,580 
28  Gorontalo  56,004  417  2,490  930  1,394  1,375 
29  Sulawesi Barat  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
30  Maluku  78,443  542  1,294  2,181  2,105  1,089 
31  Maluku Utara  153,818  1,239  1,740  5,309  4,270  3,470 
32  Papua Barat  126,826  825  889  1,831  2,012  566 
33  Papua  176,353  1,824  3,894  4,400  2,926  3,181 
Indonesia 25,347,353  979,895  1,095,418  584,291  458,894  404,392 
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI 
Keterangan: RJTP = Rawat Jalan Tingkat Pertama 
RITP = Rawat Inap Tingkat Pertama 
Lampiran 4.22 
JUMLAH MASYARAKAT MISKIN DAN TIDAK MAMPU UNTUK JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Jumlah  Jumlah 
No  Provinsi  Rumah Tangga  Anggota Rumah 
Miskin  Tangga Miskin 
(1)  (2)  (3) (4) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  497,038  2,682,285 


2  Sumatera Utara  944,972  4,124,247 
3  Sumatera Barat  312,640  1,361,281 
4  Riau  293,707  1,230,911 
5  Jambi  199,738  784,842 
6  Sumatera Selatan  683,181  2,793,317 
7  Bengkulu  163,936  632,098 
8  Lampung  785,041  3,146,184 
9  Kepulauan Bangka Belitung  33,652  116,726 
10  Kepulauan Riau  73,679  277,589 
11  DKI Jakarta  160,480  675,718 
12  Jawa Barat  2,905,217  10,700,175 
13  Jawa Tengah  3,171,201  11,715,881 
14  DI Yogyakarta  275,110  942,129 
15  Jawa Timur  3,236,880  10,710,051 
16  Banten  702,049  2,910,506 
17  Bali  147,044  548,617 
18  Nusa Tenggara Barat  567,605  2,028,491 
19  Nusa Tenggara Timur  623,137  2,798,871 
20  Kalimantan Barat  360,905  1,584,451 
21  Kalimantan Tengah  197,473  763,556 
22  Kalimantan Selatan  245,948  843,837 
23  Kalimantan Timur  228,095  910,925 
24  Sulawesi Utara  127,295  485,084 
25  Sulawesi Tengah  211,373  851,027 
26  Sulawesi Selatan  594,966  2,449,737 
27  Sulawesi Tenggara  281,340  1,144,447 
28  Gorontalo  102,731  431,299 
29  Sulawesi Barat  111,902  473,817 
30  Maluku  182,841  840,680 
31  Maluku Utara  65,354  302,436 
32  Papua Barat  127,518  521,558 
33  Papua  486,857  1,943,517 
Anak­anak terlantar, Panti jompo dan masyarakat tidak memiliki KTP  2,673,710 
Jumlah  19,100,905  76,400,000 
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI 
Lampiran 4.23 
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI RS/BKMM/BKIM/BKM/BP4 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjut 
Kunjungan Rawat Jalan 
No  Provinsi  Jumlah  Rumah Sakit  Jumlah  Kunjungan IGD  Kunjungan ODC
Tingkat Lanjut 
Rumah Sakit  Melapor  Kunjungan 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  22  11  22,282  85,639  11,957  801 
2  Sumatera Utara  63  35  14,961  40,105  673  13 
3  Sumatera Barat  27  19  22,656  21,853  3,449  213 
4  Riau  14  6  100,715  35,896  1,778  ­ 
5  Jambi  13  9  8,565  8,864  1,982  44 
6  Sumatera Selatan  22  4  1,947  12,623  2,441  2 
7  Bengkulu  8  7  1,263  1,487  625  48 
8  Lampung  16  14  14,792  23,910  2,968  153 
9  Kepulauan Bangka Belitung  9  7  1,680  4,155  276  ­ 
10  Kepulauan Riau  10  5  3,144  7,392  382  7 
11  DKI Jakarta  35  15  2,855  13,426  580  10 
12  Jawa Barat  116  74  55,044  175,848  10,469  1,365 
13  Jawa Tengah  138  93  63,782  198,685  16,688  674 
14  DI Yogyakarta  27  20  4,345  11,014  1,211  3 
15  Jawa Timur  79  58  69,433  53,208  28,294  513 
16  Banten  13  6  1,121  2,387  703  ­ 
17  Bali  17  13  12,257  40,365  4,732  110 
18  Nusa Tenggara Barat  12  7  7,459  8,055  6,006  293 
19  Nusa Tenggara Timur  27  22  16,965  9,707  3,198  49 
20  Kalimantan Barat  29  18  8,355  7,669  1,822  6 
21  Kalimantan Tengah  14  9  11,136  8,002  3,939  ­ 
22  Kalimantan Selatan  16  12  5,487  6,336  3,206  19 
23  Kalimantan Timur  21  14  5,588  14,330  5,714  7 
24  Sulawesi Utara  20  2  6,090  7,388  1,511  2 
25  Sulawesi Tengah  15  9  3,395  4,371  1,485  85 
26  Sulawesi Selatan  48  32  12,509  34,474  8,867  549 
27  Sulawesi Tenggara  16  8  3,423  2,842  642  39 
28  Gorontalo  7  6  3,482  6,123  284  10 
29  Sulawesi Barat  4  3  2,209  3,620  1,237  258 
30  Maluku  15  2  2,728  4,720  1,672  134 
31  Maluku Utara  8  6  956  981  460  1 
32  Papua Barat  5  1  135  379  84  6 
33  Papua  16  8  4,897  10,728  3,839  1,058 
Indonesia  902  555  495,656  866,582  133,174  6,472 
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI 
Keterangan: IGD = Instalansi Gawat Darurat 
ODC = One Day Care 
Lampiran 4.24 

JUMLAH PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUT JAMKESMAS 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Rumah Sakit  Rumah Sakit 
No  Provinsi  Rumah Sakit Swasta  Balai Kesehatan 
Pemerintah  TNI/POLRI 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  20  2  1  1 
2  Sumatera Utara  29  6  22  2 
3  Sumatera Barat  19  2  3  2 
4  Riau  12  1  1  0 
5  Jambi  11  1  0  0 
6  Sumatera Selatan  16  0  5  0 
7  Bengkulu  10  0  0  0 
8  Lampung  11  1  4  0 
9  Kepulauan Bangka Belitung  7  0  1  0 
10  Kepulauan Riau  6  0  4  0 
11  DKI Jakarta  17  5  14  0 
12  Jawa Barat  39  6  66  4 
13  Jawa Tengah  52  4  73  11 
14  DI Yogyakarta  6  1  18  1 
15  Jawa Timur  56  4  16  4 
16  Banten  7  0  6  0 
17  Bali  12  1  4  1 
18  Nusa Tenggara Barat  8  2  1  1 
19  Nusa Tenggara Timur  14  1  11  0 
20  Kalimantan Barat  15  4  7  3 
21  Kalimantan Tengah  14  0  0  0 
22  Kalimantan Selatan  15  1  0  0 
23  Kalimantan Timur  15  3  2  1 
24  Sulawesi Utara  8  3  10  1 
25  Sulawesi Tengah  11  1  2  0 
26  Sulawesi Selatan  28  6  10  4 
27  Sulawesi Tenggara  10  0  6  0 
28  Gorontalo  6  0  1  0 
29  Sulawesi Barat  4  0  0  0 
30  Maluku  9  4  3  1 
31  Maluku Utara  6  0  1  0 
32  Papua Barat  4  0  1  0 
33  Papua  11  2  3  0 
Indonesia 508  61  296  37 
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI 
Lampiran 4.25 
PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT 
MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2007 

Depkes RI  Pemda Provinsi  Pemda Kab/Kota  Swasta Jumlah 


No  Jenis NAPZA 
Kuratif  Rehabilitatif  Aftercare  Kuratif  Rehabilitatif  Aftercare  Kuratif  Rehabilitatif  Aftercare  Kuratif  Rehabilitatif  Aftercare  Kuratif  Rehabilitatif  Aftercare 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Opiat  3,222  239  16  76  ­  ­  2,267  ­  ­  13  ­  ­  5,578  239  16 

a. Heroin  3,213  231  16  76.00  8  3,297  231  16 

b. Morfin  9  8  5  14  8  ­ 

c. Pethidin  91  91  ­  ­ 

d. Kodein  2,176  2,176  ­  ­ 

2  Kokain  ­  ­  ­ 

3  Kanabis/Ganja  84  16  4  100  4  ­ 

4  Lainnya  20  2  3  22  3  ­ 

NARKOTIKA  3,326  239  16  94  7  ­  2,267  ­  ­  13  ­  ­  5,700  246  16 

1  Amfetamin  89  15  ­  13  2  ­  ­  ­  12  476  ­  ­  578  17  12 

a. Methamfetamin (extacy)  35  1  9  2  12  450  494  3  12 

b. Shabu  54  14  4  26  84  14  ­ 

c. Lainnya  ­  ­  ­ 

2  Sedative  32  1  13  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  ­  32  1  13 

a. Barbiturat  13  ­  ­  13 

b. Benzodiazepin  32  1  32  1  ­ 

c. Lainnya  ­  ­  ­ 

3  Inhalan  4  4  ­  ­ 

4  Lainnya  31  13  18  8  4  53  8  13 

PSIKOTROPIKA  156  16  26  31  10  ­  ­  ­  12  480  ­  ­  667  26  38 

1  Alkohol  24  12  5  54  95  ­  ­ 

2  Lainnya  141  24  14  179  ­  ­ 

ZAT ADIKTIF LAINNYA  165  0  0  36  ­  ­  19  ­  ­  54  ­  ­  274  ­  ­ 


Jumlah  3,647  255  42  161  17  ­  2,286  ­  12  547  ­  ­  6641  272  54 
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2008 
Lampiran 4.26 
CAKUPAN  TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP 
DAN SUCCES RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Cakupan TB BTA  Sembuh  Pengobatan Lengkap  SR 


No  Provinsi 
Positif  Jumlah  %  Jumlah  %  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  2,551  2,060  80.75  252  9.88  90.63 
2  Sumatera Utara  13,369  12,099  90.50  657  4.91  95.41 
3  Sumatera Barat  3,660  2,851  77.90  407  11.12  89.02 
4  Riau  2,403  1,463  60.88  487  20.27  81.15 
5  Jambi  1,957  1,608  82.17  228  11.65  93.82 
6  Sumatera Selatan  4,941  4,192  84.84  457  9.25  94.09 
7  Bengkulu  1,333  1,228  92.12  72  5.40  97.52 
8  Lampung  4,541  3,772  83.07  510  11.23  94.30 
9  Kepulauan Bangka Belitung  821  726  88.43  17  2.07  90.50 
10  Kepulauan Riau  774  504  65.12  243  31.40  96.51 
11  DKI Jakarta  8,312  5,425  65.27  1,951  23.47  88.74 
12  Jawa Barat  29,243  24,637  84.25  2,230  7.63  91.87 
13  Jawa Tengah  16,481  13,895  84.31  1,035  6.28  90.59 
14  DI Yogyakarta  1,139  897  78.75  48  4.21  82.97 
15  Jawa Timur  22,945  18,584  80.99  1,748  7.62  88.61 
16  Banten  7,853  6,899  87.85  619  7.88  95.73 
17  Bali  1,362  1,000  73.42  181  13.29  86.71 
18  Nusa Tenggara Barat  3,000  2,230  74.33  460  15.33  89.67 
19  Nusa Tenggara Timur  3,276  2,586  78.94  369  11.26  90.20 
20  Kalimantan Barat  3,936  3,466  88.06  225  5.72  93.78 
21  Kalimantan Tengah  1,170  932  79.66  140  11.97  91.62 
22  Kalimantan Selatan  3,200  2,717  84.91  185  5.78  90.69 
23  Kalimantan Timur  1,889  1,254  66.38  299  15.83  82.21 
24  Sulawesi Utara  3,753  3,373  89.87  268  7.14  97.02 
25  Sulawesi Tengah  1,954  1,673  85.62  179  9.16  94.78 
26  Sulawesi Selatan  6,336  5,343  84.33  282  4.45  88.78 
27  Sulawesi Tenggara  2,231  1,635  73.29  491  22.01  95.29 
28  Gorontalo  1,157  999  86.34  141  12.19  98.53 
29  Sulawesi Barat  822  608  73.97  111  13.50  87.47 
30  Maluku  1,104  715  64.76  258  23.37  88.13 
31  Maluku Utara  601  329  54.74  162  26.96  81.70 
32  Papua Barat  1,839  1,036  56.33  351  19.09  75.42 
33  Papua  664  237  35.69  161  24.25  59.94 
Indonesia 160,617  130,973  81.54  15,224  9.48  91.02 
Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2008 
Lampiran 4.27 

CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Pneumonia pada Balita 
No  Provinsi  Target Penemuan
< 1 th  1­4 th  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  41,778  647  1,257  1,904  4.56 
2  Sumatera Utara  127,636  7,365  11,717  19,082  14.95 
3  Sumatera Barat  46,978  2,584  7,112  9,696  20.64 
4  Riau  51,890  2,062  4,507  6,569  12.66 
5  Jambi  27,642  998  2,270  3,268  11.82 
6  Sumatera Selatan  68,013  4,972  9,567  14,539  21.38 
7  Bengkulu  17,537  0.00 
8  Lampung  72,867  3,836  11,601  15,437  21.19 
9  Kepulauan Bangka Belitung  11,067  667  1,735  2,402  21.71 
10  Kepulauan Riau  13,820  66  222  288  2.08 
11  DKI Jakarta  89,617  3,589  8,321  11,910  13.29 
12  Jawa Barat  399,417  58,728  107,568  166,296  41.63 
13  Jawa Tengah  283,713  9,633  20,298  29,931  10.55 
14  DI Yogyakarta  34,387  132  492  624  1.81 
15  Jawa Timur  249,158  11,959  21,720  33,679  13.52 
16  Banten  101,257  2,880  4,937  7,817  7.72 
17  Bali  34,117  1,151  2,223  3,374  9.89 
18  Nusa Tenggara Barat  55,345  13,173  18,096  31,269  56.50 
19  Nusa Tenggara Timur  ­ 
20  Kalimantan Barat  46,737  1,309  2,738  4,047  8.66 
21  Kalimantan Tengah  20,036  532  1,016  1,548  7.73 
22  Kalimantan Selatan  35,769  1,617  3,447  5,064  14.16 
23  Kalimantan Timur  29,719  1,424  2,576  4,000  13.46 
24  Sulawesi Utara  24,210  1,746  2,658  4,404  18.19 
25  Sulawesi Tengah  24,377  1,421  2,285  3,706  15.20 
26  Sulawesi Selatan  79,362  2,497  5,584  8,081  10.18 
27  Sulawesi Tenggara  20,545  1,099  2,277  3,376  16.43 
28  Gorontalo  9,198  ­  ­  ­  ­ 
29  Sulawesi Barat  10,146  ­  ­  ­  ­ 
30  Maluku  11,788  ­  ­  ­  ­ 
31  Maluku Utara  9,853  203  409  612  6.21 
32  Papua Barat  ­  ­  ­  ­  ­ 
33  Papua  ­  ­  ­  ­  ­ 
Indonesia  2,047,977  136,290  256,633  392,923  19.19 
Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2009 
Lampiran 4.28 

CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A 
TAHUN 2008 

Jumlah  Jumlah  Cakupan Vitamin A 


Bayi Anak Batita  Bayi Diberi Vitamin A  Balita Diberi Vitamin A 
No  Provinsi  Ibu Nifas  Ibu Nifas diberi Vitamin A 
(6 ­ 11 bln)  (1 ­ 4 thn)  Februari  Agustus  Februari  Agustus 
Februari  Agustus  Februari  Agustus  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  72,930  75,853  366,155  350,321  92,925  52,183  71.55  65,165  85.91  324,934  88.74  342,569  97.79  45,570  49.04 
2  Sumatera Utara  207,333  235,439  1,029,136  1,105,995  211,947  157,046  75.75  301,658  128.13  784,070  76.19  833,653  75.38  123,711  58.37 
3  Sumatera Barat  65,887  65,887  381,933  381,933  111,409  53,553  81.28  56,409  85.61  343,608  89.97  333,429  87.30  68,755  61.71 
4  Riau  84,738  84,092  541,581  542,815  142,917  65,609  77.43  66,163  78.68  439,298  81.11  426,927  78.65  98,178  68.70 
5  Jambi  44,644  48,260  244,894  257,272  85,428  33,382  74.77  43,204  89.52  207,408  84.69  216,944  84.32  28,235  33.05 
6  Sumatera Selatan  142,050  140,948  684,377  695,493  172,757  106,082  74.68  115,202  81.73  575,179  84.04  578,466  83.17  119,191  83.91 
7  Bengkulu  34,617  33,222  165,739  160,428  43,895  24,719  71.41  24,602  74.05  132,021  79.66  131,878  82.20  27,106  61.75 
8  Lampung  151,497  151,658  703,296  719,224  178,222  102,158  67.43  108,332  71.43  379,066  53.90  462,989  64.37  102,049  57.26 
9  Kepulauan Bangka Belitung  13,333  13,306  95,858  102,585  26,525  11,891  89.18  12,340  92.74  83,124  86.72  81,691  79.63  22,909  86.37 
10  Kepulauan Riau  34,895  35,421  137,364  143,490  39,770  19,641  56.29  19,756  55.77  110,947  80.77  106,143  73.97  13,859  34.85 
11  DKI Jakarta  80,148  80,148  611,241  611,241  165,303  58,798  73.36  58,064  72.45  418,343  68.44  364,281  59.60  50,018  30.26 
12  Jawa Barat  462,363  462,363  3,126,133  3,126,133  1,011,570  449,544  97.23  424,205  91.75  2,814,626  90.04  2,841,539  90.90  487,473  48.19 
13  Jawa Tengah  328,998  334,212  2,071,227  2,025,191  604,913  318,877  96.92  320,283  95.83  2,027,503  97.89  1,981,830  97.86  531,413  87.85 
14  DI Yogyakarta  28,947  26,491  201,904  180,159  45,110  28,180  97.35  26,960  101.77  178,572  88.44  170,517  94.65  35,831  79.43 
15  Jawa Timur  325,299  325,299  2,427,827  2,427,827  438,271  300,997  92.53  295,440  90.82  1,986,929  81.84  2,027,882  83.53  282,025  64.35 
16  Banten  130,989  147,528  813,400  952,731  241,101  116,192  88.70  125,339  84.96  707,351  86.96  786,864  82.59  149,006  61.80 
17  Bali  45,838  36,675  230,341  224,293  62,564  37,887  82.65  32,975  89.91  220,305  95.64  218,884  97.59  50,174  80.20 
18  Nusa Tenggara Barat  58,097  60,954  392,107  386,741  104,988  54,458  93.74  58,794  96.46  362,920  92.56  358,475  92.69  19,767  18.83 
19  Nusa Tenggara Timur  80,217  65,151  399,274  418,024  81,329  55,016  68.58  54,961  84.36  299,936  75.12  320,228  76.61  41,876  51.49 
20  Kalimantan Barat  76,905  76,905  413,206  397,928  102,146  51,230  66.61  48,375  62.90  316,036  76.48  291,294  73.20  39,055  38.23 
21  Kalimantan Tengah  35,107  35,527  231,273  233,807  53,255  20,051  57.11  19,016  53.53  134,573  58.19  139,627  59.72  29,911  56.17 
22  Kalimantan Selatan  55,909  47,734  343,079  341,264  75,613  38,508  68.88  37,571  78.71  270,364  78.81  279,036  81.77  59,833  79.13 
23  Kalimantan Timur  59,777  59,777  326,905  326,905  78,008  46,020  76.99  36,506  61.07  217,867  66.65  253,280  77.48  34,723  44.51 
24  Sulawesi Utara  23,399  24,670  145,659  147,478  47,585  21,192  90.57  22,163  89.84  126,546  86.88  116,118  78.74  37,126  78.02 
25  Sulawesi Tengah  44,016  45,326  254,208  235,301  42,901  37,374  84.91  40,262  88.83  222,250  87.43  205,146  87.18  33,639  78.41 
26  Sulawesi Selatan  115,759  116,873  584,168  589,048  175,468  96,543  83.40  100,544  86.03  518,144  88.70  529,316  89.86  95,978  54.70 
27  Sulawesi Tenggara  33,736  33,736  208,796  208,596  56,133  25,437  75.40  26,840  79.56  158,316  75.82  175,045  83.92  30,973  55.18 
28  Gorontalo  14,970  14,939  82,473  83,152  24,791  12,620  84.30  12,254  82.03  66,683  80.85  71,670  86.19  18,954  76.46 
29  Sulawesi Barat  19,518  19,067  79,550  74,658  20,882  15,417  78.99  12,982  68.09  66,228  83.25  60,319  80.79  7,313  35.02 
30  Maluku  27,169  26,999  163,271  163,271  36,709  19,717  72.57  13,508  50.03  109,152  66.85  86,761  53.14  8,798  23.97 
31  Maluku Utara  12,937  12,425  104,965  106,799  22,732  9,134  70.60  8,338  67.11  62,899  59.92  70,263  65.79  9,254  40.71 
32  Papua Barat  11,616  11,616  66,867  66,867  25,720  5,506  47.40  4,542  39.10  17,220  25.75  31,784  47.53  3,346  13.01 
33  Papua  45,424  45,424  184,396  184,396  49,486  25,117  55.29  25,087  55.23  70,281  38.11  69,683  37.79  30,562  61.76 
Indonesia  2,969,062  2,993,925  17,812,603  17,971,366  4,672,373  2,470,079  83.19  2,617,840  87.44  14,752,699  82.82  14,964,531  83.27  2,736,611  58.57 
Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2009 

Ket : Provinsi yg belum lengkap data kabupatennya : Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua (16 Mei 2008) 
Lampiran 4.29 
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Cakupan Fe Ibu Hamil 
No  Provinsi  Jumlah Ibu Hamil  Fe­1  Fe­3
Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  66,554  43,654  65.59  35,588  53.47 
2  Sumatera Utara  330,311  217,754  65.92  180,934  54.78 
3  Sumatera Barat  121,116  74,394  61.42  62,893  51.93 
4  Riau  146,141  59,288  40.57  53,178  36.39 
5  Jambi  74,348  31,753  42.71  29,227  39.31 
6  Sumatera Selatan  153,544  106,463  69.34  82,970  54.04 
7  Bengkulu  47,061  33,086  70.30  28,235  60.00 
8  Lampung  1,969,516  518,160  26.31  463,759  23.55 
9  Kepulauan Bangka Belitung  27,785  25,137  90.47  23,763  85.52 
10  Kepulauan Riau  42,056  17,316  41.17  14,919  35.47 
11  DKI Jakarta  173,176  112,044  64.70  98,619  56.95 
12  Jawa Barat  1,033,581  772,658  74.76  666,677  64.50 
13  Jawa Tengah  456,175  286,727  62.85  378,884  83.06 
14  DI Yogyakarta  46,655  42,971  92.10  36,341  77.89 
15  Jawa Timur  624,223  351,152  56.25  363,626  58.25 
16  Banten  269,796  195,345  72.40  146,616  54.34 
17  Bali  66,195  46,013  69.51  43,240  65.32 
18  Nusa Tenggara Barat  115,987  93,739  80.82  84,576  72.92 
19  Nusa Tenggara Timur  127,701  81,207  63.59  60,046  47.02 
20  Kalimantan Barat  106,806  65,725  61.54  56,088  52.51 
21  Kalimantan Tengah  58,197  14,769  25.38  12,824  22.04 
22  Kalimantan Selatan  77,027  50,382  65.41  41,342  53.67 
23  Kalimantan Timur  86,357  51,720  59.89  38,985  45.14 
24  Sulawesi Utara  50,587  43,681  86.35  39,199  77.49 
25  Sulawesi Tengah  46,292  39,539  85.41  35,776  77.28 
26  Sulawesi Selatan  195,102  114,791  58.84  93,142  47.74 
27  Sulawesi Tenggara  65,620  38,589  58.81  34,558  52.66 
28  Gorontalo  26,181  24,163  92.29  18,737  71.57 
29  Sulawesi Barat  27,798  17,918  64.46  11,440  41.15 
30  Maluku  34,710  8,582  24.72  7,037  20.27 
31  Maluku Utara  24,160  12,595  52.13  10,400  43.05 
32  Papua Barat  11,619  6,905  59.43  5,017  43.18 
33  Papua  55,771  20,720  37.15  15,862  28.44 
Indonesia  6,758,148  3,618,940  53.55  3,274,498  48.45 
Sumber  : Dit. Gizi Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes RI 
Lampiran 4.30 

PERSENTASE ANAK USIA 2­4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI 
MENURUT LAMANYA DISUSUI PER PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan + Perdesaan 
Lama disusui (bulan)
No  Provinsi 
≤ 5  6 ­ 11  12 ­ 17  18 ­ 23  ≥ 24  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  3.75  5.24  18.21  35.08  37.72  100.00 
2  Sumatera Utara  6.25  12.98  30.87  18.96  30.93  100.00 
3  Sumatera Barat  3.24  6.12  17.89  27.64  45.11  100.00 
4  Riau  8.07  8.66  19.66  19.18  44.43  100.00 
5  Jambi  2.79  4.59  14.86  26.07  51.69  100.00 
6  Bengkulu  3.17  5.30  16.13  20.59  54.80  100.00 
7  Sumatera Selatan  2.08  4.70  16.09  30.75  46.38  100.00 
8  Lampung  4.39  5.67  20.94  24.82  44.17  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  12.71  11.86  18.15  16.76  40.52  100.00 
10  Kepulauan Riau  15.21  13.27  19.78  9.23  42.52  100.00 
11  DKI Jakarta  12.37  12.11  21.91  14.93  38.68  100.00 
12  Jawa Barat  4.12  5.24  13.59  22.41  54.65  100.00 
13  Jawa Tengah  4.76  5.08  11.78  18.46  59.92  100.00 
14  DI Yogyakarta  5.61  5.98  10.94  19.69  57.77  100.00 
15  Jawa Timur  8.19  7.97  17.97  19.35  46.52  100.00 
16  Banten  9.26  8.70  17.84  23.37  40.82  100.00 
17  Bali  4.24  7.16  23.94  31.69  32.96  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  1.99  3.71  15.49  24.59  54.22  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  1.02  6.13  36.49  17.49  38.87  100.00 
20  Kalimantan Barat  4.73  4.68  15.49  11.90  63.20  100.00 
21  Kalimantan Tengah  3.76  4.49  17.93  16.22  57.59  100.00 
22  Kalimantan Timur  7.94  5.87  10.36  18.44  57.39  100.00 
23  Kalimantan Selatan  7.30  8.90  18.83  13.25  51.71  100.00 
24  Sulawesi Utara  6.91  11.55  31.58  14.41  35.56  100.00 
25  Sulawesi Tengah  3.83  9.54  21.27  12.81  52.56  100.00 
26  Sulawesi Tenggara  3.83  9.40  31.33  18.31  37.14  100.00 
27  Sulawesi Selatan  2.43  6.98  25.84  19.89  44.85  100.00 
28  Gorontalo  3.87  8.78  25.38  11.50  50.47  100.00 
29  Sulawesi Barat  1.89  7.88  27.51  19.00  43.73  100.00 
30  Maluku  4.34  17.65  43.96  11.92  22.12  100.00 
31  Maluku Utara  3.92  10.47  38.43  19.92  27.25  100.00 
32  Papua Barat  2.24  21.09  29.45  16.00  31.21  100.00 
33  Papua  4.95  11.97  27.80  17.14  38.15  100.00 
Indonesia  5.52  7.35  19.08  20.25  47.81  100.00 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.30.a 

PERSENTASE ANAK USIA 2­4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI 
MENURUT LAMANYA DISUSUI PER PROVINSI TAHUN 2008 
Perkotaan 
Lama disusui (bulan)
No  Provinsi 
≤ 5  6 ­ 11  12 ­ 17  18 ­ 23  ≥ 24  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  4.77  7.63  21.21  31.29  35.09  100.00 


2  Sumatera Utara  10.01  14.90  30.26  15.36  29.47  100.00 
3  Sumatera Barat  3.16  8.62  15.34  23.54  49.34  100.00 
4  Riau  11.49  10.76  18.36  17.62  41.77  100.00 
5  Jambi  3.34  6.10  16.21  21.98  52.38  100.00 
6  Bengkulu  5.74  7.35  17.40  18.65  50.86  100.00 
7  Sumatera Selatan  3.05  6.23  16.81  35.95  37.96  100.00 
8  Lampung  8.95  6.13  25.59  19.81  39.51  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  15.24  16.12  19.07  13.72  35.85  100.00 
10  Kepulauan Riau  17.05  11.31  23.90  11.17  36.57  100.00 
11  DKI Jakarta  12.37  12.11  21.91  14.93  38.68  100.00 
12  Jawa Barat  5.08  6.64  14.07  21.97  52.24  100.00 
13  Jawa Tengah  6.16  6.86  12.92  17.05  57.01  100.00 
14  DI Yogyakarta  5.37  8.70  12.42  18.90  54.61  100.00 
15  Jawa Timur  11.08  9.50  17.74  15.77  45.91  100.00 
16  Banten  13.40  10.87  19.07  18.04  38.63  100.00 
17  Bali  5.96  8.10  22.54  29.05  34.35  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  2.94  3.47  11.42  27.74  54.42  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  3.91  11.33  33.05  15.63  36.07  100.00 
20  Kalimantan Barat  9.32  8.28  18.80  12.48  51.12  100.00 
21  Kalimantan Tengah  7.68  3.89  16.99  12.86  58.58  100.00 
22  Kalimantan Timur  14.34  8.53  10.61  15.38  51.14  100.00 
23  Kalimantan Selatan  8.68  9.61  18.04  11.60  52.06  100.00 
24  Sulawesi Utara  9.49  13.97  25.86  12.08  38.61  100.00 
25  Sulawesi Tengah  7.19  15.75  25.73  11.40  39.93  100.00 
26  Sulawesi Tenggara  6.45  11.86  29.54  14.52  37.63  100.00 
27  Sulawesi Selatan  4.61  9.45  26.40  11.26  48.27  100.00 
28  Gorontalo  5.13  11.53  26.43  10.42  46.49  100.00 
29  Sulawesi Barat  5.43  13.79  32.13  10.97  37.67  100.00 
30  Maluku  7.61  23.67  37.87  10.60  20.24  100.00 
31  Maluku Utara  8.88  10.28  39.47  16.77  24.61  100.00 
32  Papua Barat  5.66  19.37  29.20  6.13  39.64  100.00 
33  Papua  6.71  6.22  34.66  13.33  39.08  100.00 
Indonesia  8.08  8.94  18.25  18.25  46.49  100.00 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.30.b 

PERSENTASE ANAK USIA 2­4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI 
MENURUT LAMANYA DISUSUI PER PROVINSI TAHUN 2008 
Perdesaan 
Lama disusui (bulan)
No  Provinsi 
≤ 5  6 ­ 11  12 ­ 17  18 ­ 23  ≥ 24  Jumlah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  3.33  4.24  16.96  36.65  38.81  100.00 
2  Sumatera Utara  3.77  11.71  31.27  21.34  31.90  100.00 
3  Sumatera Barat  3.28  5.02  19.01  29.45  43.25  100.00 
4  Riau  4.48  6.45  21.02  20.82  47.22  100.00 
5  Jambi  2.52  3.84  14.19  28.10  51.34  100.00 
6  Bengkulu  1.72  4.15  15.42  21.69  57.03  100.00 
7  Sumatera Selatan  1.53  3.84  15.68  27.82  51.12  100.00 
8  Lampung  2.92  5.52  19.44  26.44  45.68  100.00 
9  Kepulauan Bangka Belitung  10.87  8.76  17.47  18.98  43.92  100.00 
10  Kepulauan Riau  12.91  15.70  14.64  6.82  49.93  100.00 
11  DKI Jakarta  ­  ­  ­  ­  ­  ­ 
12  Jawa Barat  2.71  3.18  12.88  23.06  58.17  100.00 
13  Jawa Tengah  3.46  3.43  10.71  19.77  62.63  100.00 
14  DI Yogyakarta  6.07  0.69  8.08  21.23  63.93  100.00 
15  Jawa Timur  5.27  6.43  18.20  22.95  47.14  100.00 
16  Banten  3.92  5.91  16.25  30.27  43.65  100.00 
17  Bali  1.84  5.85  25.90  35.40  31.01  100.00 
18  Nusa Tenggara Barat  1.27  3.89  18.53  22.24  54.07  100.00 
19  Nusa Tenggara Timur  0.55  5.29  37.05  17.79  39.32  100.00 
20  Kalimantan Barat  3.14  3.43  14.34  11.70  67.39  100.00 
21  Kalimantan Tengah  2.02  4.76  18.35  17.72  57.15  100.00 
22  Kalimantan Timur  3.99  4.23  10.20  20.33  61.24  100.00 
23  Kalimantan Selatan  4.99  7.73  20.14  16.00  51.14  100.00 
24  Sulawesi Utara  4.96  9.72  35.90  16.17  33.25  100.00 
25  Sulawesi Tengah  3.08  8.17  20.28  13.12  55.34  100.00 
26  Sulawesi Tenggara  2.58  8.23  32.17  20.11  36.91  100.00 
27  Sulawesi Selatan  1.87  6.34  25.70  22.11  43.97  100.00 
28  Gorontalo  3.36  7.68  24.95  11.94  52.07  100.00 
29  Sulawesi Barat  0.77  6.01  26.05  21.53  45.64  100.00 
30  Maluku  3.52  16.15  45.48  12.25  22.60  100.00 
31  Maluku Utara  2.47  10.53  38.12  20.85  28.03  100.00 
32  Papua Barat  1.41  21.51  29.52  18.39  29.17  100.00 
33  Papua  4.47  13.54  25.92  18.17  37.90  100.00 
Indonesia  3.32  5.99  19.80  21.96  48.94  100.00 
Sumber : BPS, Susenas 2008 
Lampiran 4.31 

REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2008 

J u m l a h   K o r b a n 
No  Jenis Bencana  Jumlah Provinsi  Luka Berat/  Luka Ringan/  Pengungsi 
Meninggal  Hilang
Rawat Inap  Rawat Jalan 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 

1  Banjir  191  58  128  42,323  6  303,277 

2  Banjir Bandang  21  42  89  26,245  1  23,075 

3  Banjir disertai Tanah Longsor  11  17  11  811  ­  2,685 

4  Tanah Longsor  79  103  24  408  3  4,934 

5  Gelombang Pasang  10  5  1  5  ­  274 

6  Angin Kencang  15  3  9  12  ­  ­ 

7  Angin Puting Beliung  66  13  21  173  ­  570 

8  Gempa Bumi  11  14  51  779  ­  10,747 

9  Letusan Gunung Api  4  ­  ­  ­  ­  ­ 

10  Petir  2  7  1  4  ­  ­ 

11  KLB  34  58  2,223  2,207  ­  ­ 

12  Kecelakaan Industri  7  11  35  207  ­  ­ 

13  Kegagalan Teknologi  1  3  9  44  ­  ­ 

14  Ledakan Bom  1  2  1  ­  ­  ­ 

15  Konflik Sosial  3  1  12  3  0  3,000 


Jumlah  456  337  2,615  73,221  10  348,562 
Sumber  : Pusat Penanggulangan Krisis, Depkes RI, 2009 
Lampiran 5.1 
JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 ­ 2008

Rasio Puskesmas 
Jumlah Puskesmas 
No  Provinsi  per 100.000 Penduduk 
2004  2005  2006  2007  2008  2004  2005  2006  2007  2008 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  240  266  274  311  301  6.15  6.60  6.73  7.36  7.01 
2  Sumatera Utara  423  426  445  463  495  3.43  3.42  3.52  3.61  3.80 
3  Sumatera Barat  210  214  224  228  227  4.62  4.69  4.84  4.85  4.77 
4  Riau  146  150  154  156  183  3.21  3.28  2.52  3.08  3.53 
5  Jambi  47  135  140  148  158  3.92  5.12  5.22  5.40  5.67 
6  Sumatera Selatan  132  242  249  259  278  4.89  3.57  3.61  3.69  3.90 
7  Bengkulu  250  113  126  140  142  3.68  7.29  8.04  8.66  8.65 
8  Lampung  113  224  235  248  253  7.02  3.15  3.26  3.40  3.42 
9  Kepulauan Bangka Belitung  222  47  47  51  50  3.10  4.50  4.37  4.61  4.45 
10  Kepulauan Riau  61  41  45  51  59  5.99  3.22  ­  3.66  4.06 
11  DKI Jakarta  329  335  342  341  351  3.61  3.78  3.82  3.76  3.84 
12  Jawa Barat  982  996  999  1,002  999  2.51  2.56  2.52  2.48  2.44 
13  Jawa Tengah  857  853  858  871  842  2.60  2.67  2.67  2.69  2.58 
14  DI Yogyakarta  117  117  117  117  120  3.57  3.50  3.45  3.41  3.46 
15  Jawa Timur  907  919  930  929  940  2.45  2.53  2.54  2.52  2.53 
16  Banten  172  173  177  180  194  1.88  1.92  1.92  1.91  2.02 
17  Bali  109  110  110  112  114  3.13  3.25  3.21  3.22  3.24 
18  Nusa Tenggara Barat  125  128  130  134  142  3.00  3.06  3.05  3.12  3.25 
19  Nusa Tenggara Timur  220  228  251  253  278  5.27  5.35  5.76  5.69  6.13 
20  Kalimantan Barat  195  207  205  211  224  4.78  5.11  4.98  5.05  5.27 
21  Kalimantan Tengah  132  134  154  163  169  6.94  7.00  7.95  8.04  8.21 
22  Kalimantan Selatan  193  192  201  204  214  5.95  5.85  6.01  6.01  6.21 
23  Kalimantan Timur  174  187  186  192  205  5.90  6.56  6.34  6.35  6.62 
24  Sulawesi Utara  114  119  130  142  144  5.28  5.59  6.02  6.49  6.52 
25  Sulawesi Tengah  135  139  144  145  144  5.81  6.06  6.13  6.05  5.91 
26  Sulawesi Selatan  333  347  362  374  395  4.45  4.09  4.20  4.86  5.06 
27  Sulawesi Tenggara  138  139  159  153  208  7.02  7.08  7.94  7.53  10.02 
28  Gorontalo  44  45  55  55  73  4.80  4.88  5.84  5.73  7.51 
29  Sulawesi Barat  50  50  62  66  70  5.17  ­  ­  6.49  6.78 
30  Maluku  103  109  125  142  153  7.74  8.71  9.83  10.91  11.58 
31  Maluku Utara  55  56  62  64  91  6.03  6.33  6.75  6.78  9.48 
32  Papua Barat  55  60  81  83  96  9.71  ­  ­  11.59  13.15 
33  Papua  167  168  236  246  236  9.07  6.67  8.87  2.05  11.48 
Indonesia  7,550  7,669  8,015  8,234  8,548  3.48  3.50  3.61  3.65  3.74 
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI 
Lampiran 5.2 
JUMLAH PUSKESMAS NON PERAWATAN DAN PUSKESMAS PERAWATAN 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 ­ 2008 

Jumlah Puskesmas Non Perawatan Jumlah Puskesmas Perawatan 
No  Provinsi 
2004  2005  2006  2007  2008  2004  2005  2006  2007  2008 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  158  177  189  186  235  82  89  85  125  66 
2  Sumatera Utara  326  328  300  341  351  97  98  145  122  144 
3  Sumatera Barat  147  150  143  144  159  63  64  81  84  68 
4  Riau  108  111  108  107  138  38  39  46  49  45 
5  Jambi  26  92  99  89  107  21  43  41  59  51 
6  Sumatera Selatan  94  167  173  173  201  38  75  76  86  77 
7  Bengkulu  179  89  92  105  107  71  24  34  35  35 
8  Lampung  88  193  196  168  216  25  31  39  80  37 
9  Kepulauan Bangka Belitung  193  33  30  32  36  29  14  17  19  14 
10  Kepulauan Riau  35  24  29  34  35  26  17  16  17  24 
11  DKI Jakarta  281  285  292  291  297  48  50  50  50  54 
12  Jawa Barat  850  864  857  852  859  132  132  142  150  140 
13  Jawa Tengah  622  635  617  602  610  235  218  241  269  232 
14  DI Yogyakarta  85  85  79  79  79  32  32  38  38  41 
15  Jawa Timur  612  609  594  564  548  295  310  336  365  392 
16  Banten  154  155  143  146  152  18  18  34  34  42 
17  Bali  89  87  88  89  90  20  23  22  23  24 
18  Nusa Tenggara Barat  97  82  86  76  56  28  46  44  58  86 
19  Nusa Tenggara Timur  160  156  127  142  209  60  72  124  111  69 
20  Kalimantan Barat  128  137  134  140  142  67  70  71  71  82 
21  Kalimantan Tengah  101  99  102  109  122  31  35  52  54  47 
22  Kalimantan Selatan  162  159  165  164  172  31  33  36  40  42 
23  Kalimantan Timur  107  117  99  110  109  67  70  87  82  96 
24  Sulawesi Utara  55  63  71  77  78  59  56  59  65  66 
25  Sulawesi Tengah  76  80  80  81  77  59  59  64  64  67 
26  Sulawesi Selatan  193  200  183  185  227  140  147  179  189  168 
27  Sulawesi Tenggara  103  94  107  105  145  35  45  52  48  63 
28  Gorontalo  30  31  38  37  56  14  14  17  18  17 
29  Sulawesi Barat  32  31  40  42  48  18  19  22  24  22 
30  Maluku  73  78  71  83  124  30  31  54  59  29 
31  Maluku Utara  40  39  31  34  64  15  17  31  30  27 
32  Papua Barat  32  38  40  50  70  23  22  41  33  26 
33  Papua  104  104  115  114  191  63  64  121  132  45 
Indonesia  5,540  5,592  5,518  5,551  6,110  2,010  2,077  2,497  2,683  2,438 
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI 
Lampiran 5.3 
JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2008

Rasio  Rasio  Rasio 


Toko 
Poskesdes  Posyandu  Polindes 
No  Provinsi  Jumlah Desa  Pustu  Poskesdes  Polindes  Posyandu  Apotek  Khusus 
terhadap  terhadap  terhadap 
Obat/Jamu 
Desa  Desa  Desa 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  6,629  843  83  1,951  4,824  162  325  0.01  0.73  0.29 
2  Sumatera Utara  5,851  1,798  525  1,965  5,189  373  490  0.09  0.89  0.34 
3  Sumatera Barat  967  573  138  449  913  114  205  0.14  0.94  0.46 
4  Riau  1,636  806  258  314  1,585  136  239  0.16  0.97  0.19 
5  Jambi  1,303  595  188  169  1,266  71  122  0.14  0.97  0.13 
6  Sumatera Selatan  3,243  914  1,043  1,121  3,036  102  151  0.32  0.94  0.35 
7  Bengkulu  1,378  457  132  217  1,326  57  69  0.10  0.96  0.16 
8  Lampung  2,379  781  299  385  2,324  113  161  0.13  0.98  0.16 
9  Kepulauan Bangka Belitung  361  156  90  193  343  27  45  0.25  0.95  0.53 
10  Kepulauan Riau  340  200  54  151  322  56  82  0.16  0.95  0.44 
11  DKI Jakarta  267  0  0  0  267  241  217  0.00  1.00  0.00 
12  Jawa Barat  6,016  1,624  897  1,439  5,868  900  1,377  0.15  0.98  0.24 
13  Jawa Tengah  8,635  1,881  2,717  3,597  8,570  893  976  0.31  0.99  0.42 
14  DI Yogyakarta  438  310  113  73  438  119  120  0.26  1.00  0.17 
15  Jawa Timur  8,541  2,253  2,738  5,644  8,494  876  3,073  0.32  0.99  0.66 
16  Banten  1,520  263  84  130  1,501  190  324  0.06  0.99  0.09 
17  Bali  722  452  36  154  712  125  84  0.05  0.99  0.21 
18  Nusa Tenggara Barat  930  500  131  457  910  84  49  0.14  0.98  0.49 
19  Nusa Tenggara Timur  3,086  954  128  1,406  2,788  65  29  0.04  0.90  0.46 
20  Kalimantan Barat  1,960  768  117  1,164  1,662  51  123  0.06  0.85  0.59 
21  Kalimantan Tengah  1,476  806  89  556  1,302  38  102  0.06  0.88  0.38 
22  Kalimantan Selatan  2,007  597  257  736  1,958  68  199  0.13  0.98  0.37 
23  Kalimantan Timur  1,421  673  30  152  1,264  91  193  0.02  0.89  0.11 
24  Sulawesi Utara  1,592  439  91  259  1,474  75  71  0.06  0.93  0.16 
25  Sulawesi Tengah  1,785  678  329  580  1,645  63  109  0.18  0.92  0.32 
26  Sulawesi Selatan  2,972  1,265  283  611  2,915  228  306  0.10  0.98  0.21 
27  Sulawesi Tenggara  2,124  496  132  250  1,952  38  105  0.06  0.92  0.12 
28  Gorontalo  669  226  68  239  574  30  39  0.10  0.86  0.36 
29  Sulawesi Barat  564  267  56  52  508  17  45  0.10  0.90  0.09 
30  Maluku  924  384  72  139  837  30  31  0.08  0.91  0.15 
31  Maluku Utara  1,199  203  44  205  981  25  18  0.04  0.82  0.17 
32  Papua Barat  1,324  352  26  218  791  28  34  0.02  0.60  0.16 
33  Papua  3,623  649  39  295  1,507  51  47  0.01  0.42  0.08 
Indonesia  77,882  23,163  11,287  25,271  70,046  5,537  9,560  0.14  0.90  0.32 
Sumber Data : BPS,Pendataan Potensi Desa/Kelurahan 2008 
Diolah oleh Pusat Data dan Informasi, Depkes 
Lampiran 5.4 
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA 
MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Depkes/Pemda  TNI/POLRI  Departemen Lain/BUMN  Swasta  Semua RS 


No  Provinsi  RS  RS  RS  RS  RS  RS  RS  RS  RS  RS 
Jumlah Jumlah  Jumlah  Jumlah  Jumlah 
Umum  Khusus  Umum  Khusus  Umum  Khusus  Umum  Khusus  Umum  Khusus 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  20  2  22  3  0  3  3  0  3  5  2  7  31  4  35 
2  Sumatera Utara  31  5  36  7  0  7  17  1  18  63  6  69  118  12  130 
3  Sumatera Barat  16  2  18  3  0  3  1  0  1  9  10  19  29  12  41 
4  Riau  11  1  12  3  0  3  4  0  4  8  1  9  26  2  28 
5  Jambi  9  1  10  2  0  2  2  0  2  3  1  4  16  2  18 
6  Sumatera Selatan  14  4  18  2  0  2  5  0  5  7  2  9  28  6  34 
7  Bengkulu  8  1  9  1  0  1  0  0  0  1  0  1  10  1  11 
8  Lampung  9  1  10  1  0  1  0  0  0  9  2  11  19  3  22 
9  Kepulauan Bangka Belitung  4  1  5  0  0  0  0  0  0  2  0  2  6  1  7 
10  Kepulauan Riau  4  0  4  2  0  2  2  0  2  4  1  5  12  1  13 
11  DKI Jakarta  8  7  15  8  1  9  5  1  6  56  38  94  77  47  124 
12  Jawa Barat  31  8  39  12  0  12  6  1  7  55  31  86  104  40  144 
13  Jawa Tengah  42  8  50  8  0  8  3  0  3  80  41  121  133  49  182 
14  DI Yogyakarta  6  1  7  2  0  2  0  1  1  9  15  24  17  17  34 
15  Jawa Timur  48  8  56  19  1  20  13  2  15  58  22  80  138  33  171 
16  Banten  5  1  6  2  0  2  2  0  2  8  9  17  17  10  27 
17  Bali  9  2  11  2  0  2  0  0  0  17  4  21  28  6  34 
18  Nusa Tenggara Barat  7  3  10  1  0  1  0  0  0  2  0  2  10  3  13 
19  Nusa Tenggara Timur  15  0  15  2  0  2  0  0  0  8  1  9  25  1  26 
20  Kalimantan Barat  13  3  16  2  0  2  1  0  1  7  2  9  23  5  28 
21  Kalimantan Tengah  14  0  14  1  0  1  0  0  0  0  0  0  15  0  15 
22  Kalimantan Selatan  11  2  13  3  0  3  2  0  2  4  4  8  20  6  26 
23  Kalimantan Timur  14  2  16  3  0  3  2  0  2  9  1  10  28  3  31 
24  Sulawesi Utara  8  1  9  2  0  2  0  0  0  11  0  11  21  1  22 
25  Sulawesi Tengah  9  1  10  1  0  1  0  0  0  4  4  8  14  5  19 
26  Sulawesi Selatan  27  7  34  6  0  6  1  1  2  13  7  20  47  15  62 
27  Sulawesi Tenggara  7  1  8  2  0  2  1  0  1  3  1  4  13  2  15 
28  Gorontalo  3  1  4  0  0  0  0  0  0  0  0  0  3  1  4 
29  Sulawesi Barat  1  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  1 
30  Maluku  8  1  9  3  0  3  0  0  0  6  1  7  17  2  19 
31  Maluku Utara  6  0  6  2  0  2  0  0  0  0  0  0  8  0  8 
32  Papua Barat  5  0  5  2  0  2  1  0  1  2  0  2  10  0  10 
33  Papua  9  2  11  3  0  3  0  0  0  4  0  4  16  2  18 
Indonesia  432  77  509  110  2  112  71  7  78  467  206  673  1080  292  1372 
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 
Lampiran 5.5 
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM  DAN TEMPAT TIDUR 
MENURUT PENGELOLA TAHUN 2004 ­ 2008 

Tahun 2004  Tahun 2005  Tahun 2006  Tahun 2007  Tahun 2008


No  Pengelola 
Jumlah  Tempat Tidur  Jumlah  Tempat Tidur  Jumlah  Tempat Tidur  Jumlah  Tempat Tidur  Jumlah  Tempat Tidur 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 

1  Departemen Kesehatan  13  8,505  13  8,483  13  8,784  13  8,777  13  9,044 

2  Pemerintah Provinsi  43  12,391  43  12,902  43  12,834  43  13,182  43  13,605 

3  Pemerintah Kab/Kota  305  31,959  322  33,896  334  35,375  345  37,575  375  41,285 

4  TNI/POLRI  110  10,761  110  10,814  110  10,842  110  10,836  110  10,907 

5  Departemen Lain / BUMN  71  6,537  71  6,827  71  6,880  71  6,851  71  6,643 

6  Swasta  434  42,487  436  43,364  441  43,789  451  45,074  467  47,266 

Jumlah  976  112,640  995  116,286  1,012  118,504  1,033  122,295  1,079  128,750 

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 
Lampiran 5.6 
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT UMUM 
MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Kelas Perawatan 
Total Tempat 
No  Provinsi V I P  Kelas I  Kelas II  Kelas III  Tanpa Kelas 
Tidur 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  2,518  121  4.8  156  6.2  544  21.6  1,026  40.7  671  26.6 
2  Sumatera Utara  11,172  650  5.8  1,167  10.4  2,087  18.7  5,803  51.9  1,465  13.1 
3  Sumatera Barat  3,340  279  8.4  350  10.5  895  26.8  1,567  46.9  249  7.5 
4  R i a u  1,960  196  10.0  236  12.0  478  24.4  784  40.0  266  13.6 
5  J a m b i  1,294  145  11.2  148  11.4  232  17.9  530  41.0  239  18.5 
6  Sumatera Selatan  3,716  282  7.6  505  13.6  850  22.9  1,806  48.6  273  7.3 
7  Bengkulu  755  49  6.5  66  8.7  155  20.5  192  25.4  293  38.8 
8  Lampung  2,458  220  9.0  230  9.4  493  20.1  1,258  51.2  257  10.5 
9  Bangka Belitung  511  32  6.3  51  10.0  137  26.8  233  45.6  58  11.4 
10  Kepulauan Riau  1,329  82  6.2  193  14.5  271  20.4  652  49.1  131  9.9 
11  DKI Jakarta  13,852  1,812  13.1  1,893  13.7  3,360  24.3  5,519  39.8  1,268  9.2 
12  Jawa Barat  14,589  1,192  8.2  1,846  12.7  3,978  27.3  6,011  41.2  1,562  10.7 
13  Jawa Tengah  18,355  1,948  10.6  2,594  14.1  4,980  27.1  6,612  36.0  2,221  12.1 
14  D.I. Yogyakarta  2,835  258  9.1  398  14.0  807  28.5  1,115  39.3  257  9.1 
15  Jawa Timur  18,472  1,344  7.3  1,978  10.7  4,548  24.6  8,888  48.1  1,714  9.3 
16  Banten  2,186  149  6.8  343  15.7  577  26.4  921  42.1  196  9.0 
17  B a l i  3,174  449  14.1  486  15.3  750  23.6  1,163  36.6  326  10.3 
18  Nusa Tenggara Barat  1,080  71  6.6  142  13.1  214  19.8  564  52.2  89  8.2 
19  Nusa Tenggara Timur  2,188  123  5.6  281  12.8  436  19.9  1,061  48.5  287  13.1 
20  Kalimantan Barat  2,264  112  4.9  234  10.3  528  23.3  1,131  50.0  259  11.4 
21  Kalimantan Tengah  975  84  8.6  82  8.4  128  13.1  365  37.4  316  32.4 
22  Kalimantan Selatan  2,020  160  7.9  191  9.5  450  22.3  1,000  49.5  219  10.8 
23  Kalimantan Timur  3,056  263  8.6  293  9.6  625  20.5  1,217  39.8  658  21.5 
24  Sulawesi Utara  2,637  84  3.2  277  10.5  642  24.3  1,508  57.2  126  4.8 
25  Sulawesi Tengah  1,330  69  5.2  198  14.9  274  20.6  665  50.0  124  9.3 
26  Sulawesi Selatan  5,144  403  7.8  662  12.9  1,128  21.9  2,578  50.1  373  7.3 
27  Sulawesi Tenggara  867  46  5.3  105  12.1  137  15.8  415  47.9  164  18.9 
28  Gorontalo  400  35  8.8  24  6.0  81  20.3  204  51.0  56  14.0 
29  Sulawesi Barat  217  12  5.5  21  9.7  54  24.9  100  46.1  30  13.8 
30  Maluku  1,465  44  3.0  67  4.6  157  10.7  849  58.0  348  23.8 
31  Maluku Utara  479  20  4.2  20  4.2  57  11.9  171  35.7  211  44.1 
32  Papua Barat  686  53  7.7  22  3.2  66  9.6  445  64.9  100  14.6 
33  Papua  1,426  20  1.4  93  6.5  229  16.1  794  55.7  290  20.3 
Indonesia  128,750  10,807  8.4  15,352  11.9  30,348  23.6  57,147  44.4  15,096  11.7 
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 
Lampiran 5.7 
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA 
MENURUT KELAS DAN PROVINSI TAHUN 2008

No  Provinsi  Kelas A  Kelas B  Kelas C  Kelas D  Total 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  ­  2  11  7  20 
2  Sumatera Utara  1  4  21  5  31 
3  Sumatera Barat  ­  2  12  2  16 
4  Riau  ­  1  7  3  11 
5  Jambi  ­  1  7  1  9 
6  Sumatera Selatan  ­  1  10  3  14 
7  Bengkulu  ­  1  3  4  8 
8  Lampung  ­  1  7  1  9 
9  Kepulauan Bangka Belitung  ­  ­  3  1  4 
10  Kepulauan Riau  ­  ­  4  ­  4 
11  DKI Jakarta  1  6  1  ­  8 
12  Jawa Barat  1  11  18  1  31 
13  Jawa Tengah  1  16  24  1  42 
14  DI Yogyakarta  1  1  4  ­  6 
15  Jawa Timur  1  11  30  6  48 
16  Banten  ­  2  3  ­  5 
17  Bali  1  4  4  ­  9 
18  Nusa Tenggara Barat  ­  1  6  ­  7 
19  Nusa Tenggara Timur  ­  1  3  11  15 
20  Kalimantan Barat  ­  1  8  4  13 
21  Kalimantan Tengah  ­  1  5  8  14 
22  Kalimantan Selatan  ­  1  9  1  11 
23  Kalimantan Timur  ­  3  7  4  14 
24  Sulawesi Utara  ­  1  4  3  8 
25  Sulawesi Tengah  ­  2  6  1  9 
26  Sulawesi Selatan  1  1  21  4  27 
27  Sulawesi Tenggara  ­  1  5  1  7 
28  Gorontalo  ­  ­  2  1  3 
29  Sulawesi Barat  ­  1  ­  ­  1 
30  Maluku  ­  ­  2  5  8 
31  Maluku Utara  ­  ­  2  4  6 
32  Papua Barat  ­  ­  3  2  5 
33  Papua  ­  1  4  4  9 
Indonesia  8  79  256  88  432 
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 2008 (per 1 September 2008) 
Lampiran 5.8 
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA 
MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2004 ­ 2008 

Tahun 2004  Tahun 2005  Tahun 2006 Tahun 2007  Tahun 2008 


No  Jenis Rumah Sakit 
RS  TT  RS  TT  RS  TT  RS  TT  RS  TT 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 

1  RS Jiwa  51  8,535  51  8,527  51  8,630  51  8,726  51  8,781 

2  RS Kusta  22  2,248  22  2,446  22  2,137  22  2,133  22  2,168 

3  RS TP  9  751  9  766  9  718  10  757  11  782 

4  RS Mata  10  460  10  475  10  459  10  418  10  418 

5  RS OP  1  187  1  187  1  187  1  187  1  187 

6  RS Penyakit Infeksi  1  144  1  127  1  144  1  144  1  144 

7  RS Jantung  2  234  2  234  2  234  2  234  2  239 

8  RS Kanker  1  128  1  129  1  172  1  172  1  172 

9  RS Bersalin  55  2,439  56  2,533  57  2,458  57  2,635  57  2,577 

10  RS Ibu dan Anak  63  3,100  64  3,629  69  3,388  74  3,556  79  3,804 

11  RS Khusus Lainnya  55  1,365  56  1,427  57  1,420  57  1,450  57  1,516 

Jumlah  270  19,591  273  20,480  280  19,947  286  20,412  292  20,788 
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI  (per 1 September 2008) 
Lampiran 5.9 
JUMLAH SARANA PRODUKSI 
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Industri Kecil Obat Tradisional  Perbekalan Kesehatan dan Rumah 
Industri Farmasi  Industri Obat Tradisional (IOT)  Produksi Alat Kesehatan  Industri Kosmetika 
NO  PROVINSI  (IKOT)  Tangga (PKRT) 

2006  2007  2008  2006  2007  2008  2006  2007  2008  2006  2007  2008  2006  2007  2008  2006  2007  2008 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19)  (20) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  1  2  0  0  0 

2  Sumatera Utara  10  10  10  2  2  3  78  78  78  4  6  9  19  22  26  39  39  41 

3  Sumatera Barat  0  0  2  0  0  0  5  11  11  0  1  1  2  2  3  5  6  15 

4  Kepulauan Riau  0  0  2  0  0  0  0  0  0  1  2  2  1  1  1  0  0  0 

5  Riau  0  0  0  0  0  0  4  4  4  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

6  Kepulauan Bangka Belitung  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0 

7  Jambi  1  1  1  0  0  0  4  4  0  0  0  2  2  2  1  1  2 

8  Bengkulu  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

9  Sumatera Selatan  1  0  1  2  2  2  4  5  6  1  1  1  2  2  3  1  1  2 

10  Lampung  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  3  3  3  0  0  0 

11  Banten  26  30  30  6  0  6  35  43  47  6  9  15  44  56  76  38  38  38 

12  DKI Jakarta  34  22  22  7  7  7  74  28  28  22  29  37  76  84  103  99  99  20 

13  Jawa Barat  76  76  77  37  32  32  143  184  184  26  49  63  124  137  162  108  108  108 

14  Jawa Tengah  31  31  31  1  0  0  36  36  36  7  11  14  36  42  50  45  45  45 

15  DI Yogyakarta  1  1  1  0  0  0  39  42  42  2  3  3  2  2  3  8  8  8 

16  Jawa Timur  51  59  54  17  17  17  343  343  411  6  13  17  50  55  64  148  150  150 

17  Bali  1  1  1  0  0  0  6  13  13  0  0  0  0  0  0  2  2  5 

18  Nusa Tenggara Barat  0  0  0  0  0  0  9  9  9  1  1  2  0  0  0  0  0  0 

19  Nusa Tenggara Timur  0  0  0  0  0  0  1  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

20  Kalimantan Barat  0  0  0  0  0  0  9  9  9  0  0  0  2  2  2  0  0  0 

21  Kalimantan Tengah  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

22  Kalimantan Selatan  0  0  0  0  0  0  23  24  26  0  0  0  2  2  2  18  18  19 

23  Kalimantan Timur  0  0  0  0  0  0  11  11  15  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

24  Sulawesi Utara  0  0  0  0  0  0  8  8  9  0  0  0  2  2  3  0  0  0 

25  Sulawesi Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

26  Sulawesi Tengah  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

27  Gorontalo  0  0  0  0  0  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

28  Sulawesi Selatan  1  0  0  0  0  0  1  8  10  0  0  0  1  1  1  0  0  0 

29  Sulawesi Tenggara  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

30  Maluku Utara  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

31  Maluku  0  0  0  0  0  0  4  4  6  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

32  Papua Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

33  Papua  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

TOTAL  233  231  232  72  60  67  837  862  951  76  125  164  369  416  507  512  515  453 

Sumber: Ditjen Yanfar dan Alkes, Depkes RI  2008 
Lampiran 5.10 
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI 
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Sub Penyalur Alat Kesehatan 
Pedagang Besar Farmasi  Apotik Toko Obat  Penyalur Alat Kesehatan (PAK) 
(PAK) 
NO  PROVINSI 
2006  2007  2008  2006  2007  2008  2006  2007  2008  2006  2007  2008  2006  2007  2008 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  38  58  51  124  119  170  540  534  576  0  0  0  98  98  99 

2  Sumatera Utara  110  110  103  386  386  769  259  259  738  6  10  13  0  0  128 

3  Sumatera Barat  76  71  74  190  193  296  360  361  482  0  0  0  101  101  57 

4  Kepulauan Riau  20  20  28  105  98  129  279  286  336  2  2  2  19  19  38 

5  Riau  82  44  81  269  269  313  606  290  328  2  2  3  195  195  235 

6  Kepulauan Bangka Belitung  6  6  10  46  46  62  72  72  79  1  2  2  28  28  30 

7  Jambi  45  31  47  119  121  151  141  137  167  0  0  0  85  85  44 

8  Bengkulu  14  17  17  46  77  96  90  104  95  0  0  0  1  64  72 

9  Sumatera Selatan  81  88  95  183  175  225  181  97  95  3  5  5  91  91  106 

10  Lampung  54  74  48  162  162  212  122  123  157  1  1  1  39  39  65 

11  Banten  62  34  79  426  137  137  9  9  9  14  25  31  12  12  12 

12  DKI Jakarta  310  521  279  1,234  807  1,162  493  349  732  326  435  499  268  268  268 

13  Jawa Barat  369  343  365  2,073  1,230  2,256  393  420  872  29  43  58  295  295  244 

14  Jawa Tengah  249  328  329  1,133  522  522  600  361  361  8  13  17  0  0  0 

15  DI Yogyakarta  50  55  42  113  123  355  58  43  52  2  3  4  28  28  96 

16  Jawa Timur  428  370  461  1,721  890  1,586  217  218  218  17  22  27  399  399  274 

17  Bali  72  81  81  336  179  383  104  104  159  0  2  3  52  52  109 

18  Nusa Tenggara Barat  32  31  38  128  34  162  118  100  102  0  0  0  6  6  92 

19  Nusa Tenggara Timur  27  27  27  88  39  103  160  81  183  0  0  0  99  99  153 

20  Kalimantan Barat  42  67  69  100  99  130  323  244  270  0  0  0  82  82  97 

21  Kalimantan Tengah  10  11  14  72  80  84  153  148  162  0  0  0  0  0  49 

22  Kalimantan Selatan  57  69  59  134  134  171  305  233  433  0  0  0  135  135  154 

23  Kalimantan Timur  45  45  52  197  197  263  308  315  300  0  0  0  80  80  111 

24  Sulawesi Utara  41  43  43  89  100  122  125  49  40  0  0  0  82  82  109 

25  Sulawesi Barat  0  0  1  29  29  28  50  33  33  0  0  0  0  0  8 

26  Sulawesi Tengah  23  31  23  75  41  124  110  112  112  0  0  0  35  35  102 

27  Gorontalo  4  5  5  34  36  55  42  42  41  0  0  0  14  41  25 

28  Sulawesi Selatan  79  123  134  418  210  468  398  451  436  1  2  2  59  59  150 

29  Sulawesi Tenggara  15  19  13  62  62  105  171  96  165  0  0  0  64  64  90 

30  Maluku Utara  3  3  6  34  34  34  25  25  25  0  0  0  12  12  64 

31  Maluku  15  15  18  47  47  60  94  80  125  0  0  0  32  32  62 

32  Papua Barat  9  13  13  57  57  71  45  45  44  0  0  0  2  2  2 

33  Papua  35  36  38  102  83  127  49  94  13  0  0  0  108  108  151 

TOTAL  2,503  2,789  2,743  10,332  6,816  10,931  7,000  5,915  7,940  412  567  667  2,521  2,611  3,296 
Sumber: Ditjen Yanfar dan Alkes, Depkes RI  2008 
Lampiran 5.11 
JUMLAH INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) 
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Jurusan / Program Studi 

KEPERAWATAN  KEFARMASIAN  KESMAS  GIZI  KETERAPIAN FISIK  KETEKNISIAN MEDIS 


No  Provinsi  TOTAL 
Kesehatan  Analis Farmasi &  Kesehatan  Teknik  Teknik     Radio  Teknik  Ortotik 
Keperawatan  Kebidanan  Farmasi  Gizi  Fisioterapi  Okupasi Terapi  Terapi Wicara  Akupunktur  Analis Kesehatan 
Makanan Lingkungan  Elektromedik  Diagnostik  Gigi  Prostetik 
Gigi 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam 
3  3  1  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

2  Sumatera Utara 
1  3  1  1  0  1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

3  Sumatera Barat 
2  2  1  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

4  Riau 
2  2  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

5  Jambi 
1  1  1  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

6  Sumatera Selatan 
3  1  1  1  0  0  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

7  Bengkulu 
2  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

8  Lampung 
2  2  1  0  0  1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

9  Kepulauan Bangka Belitung 
0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

10  Kepulauan Riau 
0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

11  DKI Jakarta 
4  3  1  1  1  1  1  0  0  0  0  1  1  1  1  0 
16 

12  Jawa Barat 
5  6  2  0  0  1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 
16 

13  Jawa Tengah 
6  4  1  0  0  1  1  1  1  1  1  0  0  2  0  1 
20 

14  DI Yogyakarta 
1  1  1  0  0  1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

15  Jawa Timur 
7  6  1  0  0  2  1  0  0  0  0  1  1  0  0  0 
19 

16  Banten 
0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

17  Bali 
1  1  1  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

18  Nusa Tenggara Barat 
2  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

19  Nusa Tenggara Timur 
3  1  1  1  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

20  Kalimantan Barat 
1  1  1  0  0  1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

21  Kalimantan Tengah 
1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

22  Kalimantan Selatan 
1  1  1  0  0  1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

23  Kalimantan Timur 
1  2  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0 

24  Sulawesi Utara 
1  1  1  1  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

25  Sulawesi Tengah 
2  1  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

26  Sulawesi Selatan 
2  1  1  1  0  1  1  1  0  0  0  1  0  0  0  0 

27  Sulawesi Tenggara 
1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

28  Gorontalo 
1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

29  Sulawesi Barat 
0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

30  Maluku 
3  1  0  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

31  Maluku Utara 
1  1  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

32  Papua Barat 
0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

33  Papua 
7  2  0  0  0  1  2  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
12 
TOTAL  67  52  18  6  1  20  26  2  1  1  1  12  2  3  1  1  214 
%  31.3  24.3  8.4  2.8  0.5  9.3  12.1  0.9  0.5  0.5  0.5  5.6  0.9  1.4  0.5  0.5  100 
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan,Depkes 
JUMLAH STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) 
KUMULATIF SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2008 

S t r a t a 
Jumlah  Jurusan Terakreditasi  Belum Terakreditasi 
No  Poltekkes  A  B C 
Jurusan/program Studi 
Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13) 
1  Banda Aceh  9  1  14  6  85.71  0  0  7  77.78  2  22.22 
2  Medan  9  2  22  5  55.56  2  22.22  9  100  0  0 
3  Pekanbaru  5  0  0  2  100  0  0  2  40  3  60.00 
4  Padang  7  5  83  1  16.67  0  0  6  85.71  1  14.29 
5  Jambi  4  2  50  2  50  0  0  4  100  0  0 
6  Bengkulu  4  2  100  0  0  0  0  2  50  2  50.00 
7  Palembang  8  0  0  8  100  0  0  8  100  0  0 
8  Tanjung Karang  8  0  0  7  100  0  0  7  87.50  1  12.50 
9  Jakarta I  3  2  67  1  33.33  0  0  3  100  0  0 
10  Jakarta II  7  4  57  3  42.86  0  0  7  100  0  0 
11  Jakarta III  6  6  100  0  0  0  0  6  100  0  0 
12  Bandung  11  9  82  2  18.18  0  0  11  100  0  0 
13  Tasikmalaya  5  5  100  0  0  0  0  5  100  0  0 
14  Yogyakarta  6  4  67  2  33.33  0  0  6  100  0  0 
15  Semarang  13  9  82  2  18.18  0  0  11  84.62  2  15.38 
16  Surakarta  7  2  50  2  50  0  0  4  57.14  3  42.86 
17  Surabaya  12  7  58  5  41.67  0  0  12  100  0  0 
18  Malang  7  5  71  2  28.57  0  0  7  100  0  0 
19  Denpasar  5  2  40  3  60  0  0  5  100  0  0 
20  Mataram  5  3  60  2  40  0  0  5  100  0  0 
21  Kupang  8  0  0  7  100  0  0  7  87.50  1  12.50 
22  Pontianak  6  2  50  2  50  0  0  4  66.67  2  33.33 
23  Palangkaraya  3  0  0  2  100  0  0  2  66.67  1  33.33 
24  Samarinda  4  1  50  1  50  0  0  2  50  2  50.00 
25  Banjarmasin  6  3  50  3  50  0  0  6  100  0  0 
26  Palu  4  0  0  4  100  0  0  4  100  0  0 
27  Makassar  9  1  13  7  87.50  0  0  8  88.89  1  11.11 
28  Kendari  3  0  0  3  100  0  0  3  100  0  0 
29  Manado  6  0  0  4  100  0  0  4  66.67  2  33.33 
30  Gorontalo  3  0  0  0  0  3  100.00  3  100  0  0 
31  Ambon  6  0  0  4  66.67  2  33.33  6  100  0  0 
32  Ternate  3  0  0  2  100  0  0  2  66.67  1  33.33 
33  Jayapura  12  0  0  5  100  0  0  5  41.67  7  58.33 
Jumlah  214  77  42.08  99  54.10  7  3.83  183  85.51  31  14.49 
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan,Depkes 
Lampiran 5.13 
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) 
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Keperawatan Kefarmasian  Kesmas  Gizi  Keterapian  Keteknisian Medis 

D­III AKUPUNTUR 

Kardiovaskuler 
AKAFARMA 

D­I PTTD 
APIKES 
AKPER 

AKFAR 
AKBID 

AKFIS 

SMAK 
SPRG 

ATRO 
SMKF 

ATEM 
AKZI 
No  Provinsi  Jumlah 

ATW 

AAK 
AKG 

ARO 
SMF 

AKL 
SPK 

ATG 

D­III 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19)  (20)  (21)  (22)  (23)  (24)  (25)  (26) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  2  0  13  27  0  0  0  1  1  1  0  2  0  0  0  0  1  1  0  1  1  0  0  51 
2  Sumatera Utara  1  0  42  51  0  4  0  3  1  1  2  2  0  0  1  0  2  1  1  0  1  0  0  113 
3  Sumatera Barat  0  0  13  10  0  1  0  1  3  0  1  1  0  0  0  0  1  0  1  2  0  0  0  34 
4  Riau  0  0  7  18  0  1  0  1  1  0  0  1  0  0  1  0  1  0  0  1  0  0  0  32 
5  Jambi  0  0  7  5  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  14 
6  Sumatera Selatan  0  0  12  16  0  1  0  0  2  2  0  1  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  35 
7  Bengkulu  0  0  4  4  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  9 
8  Lampung  0  0  6  10  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  18 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1  0  2  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  4 
10  Kepulauan Riau  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  3 
11  DKI Jakarta  1  2  35  25  0  7  0  2  2  1  2  2  1  0  2  1  0  1  2  2  1  1  1  91 
12  Jawa Barat  0  0  13  12  0  4  13  0  2  0  0  1  0  0  0  0  2  1  1  1  0  0  0  50 
13  Jawa Tengah  2  0  44  44  0  4  0  3  7  3  2  2  0  0  2  0  4  1  2  6  2  0  0  128 
14  DI Yogyakarta  0  0  5  2  0  1  0  0  2  1  0  0  0  0  0  0  1  1  0  2  0  1  0  16 
15  Jawa Timur  0  1  42  24  0  5  1  3  2  1  2  1  0  2  1  1  4  0  1  2  0  0  0  93 
16  Banten  0  0  5  10  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  16 
17  Bali  1  0  0  2  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  4 
18  Nusa Tenggara Barat  1  0  4  7  0  0  0  0  2  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  16 
19  Nusa Tenggara Timur  2  0  3  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  5 
20  Kalimantan Barat  0  0  6  3  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  10 
21  Kalimantan Tengah  0  0  3  2  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  7 
22  Kalimantan Selatan  0  0  6  6  0  1  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  14 
23  Kalimantan Timur  0  0  6  6  0  0  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  14 
24  Sulawesi Utara  0  0  4  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  5 
25  Sulawesi Tengah  0  0  5  0  0  0  0  0  2  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  7 
26  Sulawesi Selatan  1  1  24  13  0  1  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  1  1  0  1  1  0  0  46 
27  Sulawesi Tenggara  0  0  6  3  1  0  0  0  1  1  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  0  13 
28  Gorontalo  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
29  Sulawesi Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
30  Maluku  0  0  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1 
31  Maluku Utara  0  0  0  2  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  2 
32  Papua Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 
33  Papua  0  0  0  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  1  0  1  0  0  0  0  0  0  3 
JUMLAH  12  4  319  304  1  32  14  15  36  14  9  14  1  2  8  2  22  8  8  20  6  2  1  854 
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Depkes 
Lampiran 5.14 
JUMLAH STRATA AKREDITASI INSTITUSI NON POLTEKKES 
KUMULATIF SAMPAI DESEMBER TAHUN 2008 

Jumlah  S t r a t a  Institusi yang


Belum Terakreditasi 
No  Provinsi  Institusi  A  B  C  telah terakreditasi 

Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  %  Jumlah  % 


(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13) 

1  Nanggroe Aceh Darussalam  51  1  3.70  20  74.07  6  22.22  27  52.94  24  47.06 

2  Sumatera Utara  113  4  5.19  58  75.32  15  19.48  77  68.14  36  31.86 

3  Sumatera Barat  34  2  9.52  16  76  3  14.29  21  61.76  13  38.24 

4  Riau  32  1  7.14  13  92.86  0  0  14  43.75  18  56.25 

5  Jambi  14  0  0  9  100  0  0  9  64.29  5  35.71 

6  Sumatera Selatan  35  3  13.04  15  65.22  5  21.74  23  65.71  12  34.29 

7  Bengkulu  9  1  20  4  80  0  0  5  55.56  4  44.44 

8  Lampung  18  0  0  10  90.91  1  9.09  11  61.11  7  38.89 

9  Kepulauan Bangka Belitung  4  0  0  2  100  0  0  2  50  2  50 

10  Kepulauan Riau  3  0  0  0  0  0  0  0  0.00  3  100 

11  DKI Jakarta  91  6  8  68  90.67  1  1.33  75  82.42  16  17.58 

12  Jawa Barat  50  3  18.75  13  81.25  0  0  16  32  34  68 

13  Jawa Tengah  128  13  14.44  69  76.67  8  8.89  90  70.31  38  29.69 

14  DI Yogyakarta  16  1  11.11  8  88.89  0  0  9  56.25  7  43.75 

15  Jawa Timur  93  20  26.67  54  72  1  1.33  75  80.65  18  19.35 

16  Banten  16  1  20  4  80  0  0  5  31.25  11  68.75 

17  Bali  4  0  0  3  100  0  0  3  75  1  25 

18  Nusa Tenggara Barat  16  1  25  3  75  0  0  4  25  12  75 

19  Nusa Tenggara Timur  5  0  0  3  100  0  0  3  60  2  40 

20  Kalimantan Barat  10  2  25  6  75  0  0  8  80  2  20 

21  Kalimantan Tengah  7  0  0  3  100  0  0  3  42.86  4  57.14 

22  Kalimantan Selatan  14  4  40  6  60  0  0  10  71.43  4  28.57 

23  Kalimantan Timur  14  2  25  5  62.50  1  12.50  8  57.14  6  42.86 

24  Sulawesi Utara  5  0  0  4  80  1  20  5  100  0  0 

25  Sulawesi Tengah  7  1  14.29  5  71.43  1  14.29  7  100  0  0 

26  Sulawesi Selatan  46  1  5.26  14  73.68  4  21.05  19  41.30  27  58.70 

27  Sulawesi Tenggara  13  0  0  7  100  0  0  7  53.85  6  46.15 

28  Gorontalo  0  0  0  0  0  0  0  0  0.00  0  0.00 

29  Sulawesi Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0.00  0  0.00 

30  Maluku  1  0  0  1  100  0  0  1  100  0  0 

31  Maluku Utara  2  0  0  0  0  0  0  0  0.00  2  100 

32  Papua Barat  0  0  0  0  0  0  0  0  0.00  0  0.00 

33  Papua  3  0  0  1  100  0  0  1  33.33  2  66.67 


Jumlah  854  67  12.45  424  78.81  47  8.74  538  63  316  37 
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan,Depkes 
Lampiran 5.15 
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON­POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN 
KUMULATIF SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2008 

No.  Jenis Tenaga Kesehatan  Pemda  TNI / Polri  Swasta Jumlah 


(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 
A  KEPERAWATAN 
1  Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)  3  5  4  12 
2  Akademi Keperawatan (AKPER)  69  15  235  319 
3  Akademi Kebidanan (AKBID)  17  1  286  304 
4  Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG)  0  3  1  4 
5  (AKG)  0  0  1  1 
Sub Total  89  24  527  640 
B  KEFARMASIAN 
1  Sekolah Menengah Farmasi (SMF)  0  2  30  32 
2  SMKF  0  0  14  14 
3  Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)  0  0  15  15 
4  Akademi Farmasi (AKFAR)  2  1  33  36 
Sub Total  2  3  92  97 
C  KESEHATAN MASYARAKAT 
1  Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL)  1  0  13  14 
Sub Total  1  0  13  14 
D  GIZI 
1  Akademi Gizi (AKZI)  1  0  8  9 
Sub Total  1  0  8  9 
E  KETERAPIAN FISIK 
1  Akademi Fisioterapi (AKFIS)  0  0  14  14 
2  AOT  0  0  0  0 
3  Akademi Terapi Wicara (ATW)  0  0  1  1 
4  Akademi Akupunktur  0  0  2  2 
Sub Total  0  0  17  17 
F  KETEKNISIAN MEDIS 
1  Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK)  1  1  6  8 
2  Akademi Analis Kesehatan (AAK)  2  0  20  22 
3  Akademi Tekniker Gigi (ATG)  0  1  1  2 
4  D­I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD)  0  0  2  2 
5  Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)  0  0  8  8 
6  Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES)  0  0  20  20 
7  Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)  0  1  5  6 
8  Akademi Refraksionis Optisi (ARO)  0  0  8  8 
9  Akademi Teknik Kardiovaskuler  0  0  1  1 
Sub Total  3  3  71  77 
Total  96  30  728  854 
%  11.24  3.51  85.25  100 
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan,Depkes 
Lampiran 5.16 
JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN HASIL PENDATAAN POTENSI DESA 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Dokter  Nakes  Rasio Per 100.000 Penduduk 


Jumlah  Dokter  Lainnya  Dukun 
No  Provinsi  Jumlah Penduduk  Bidan 
Desa Pria  Wanita  Jumlah  Gigi  Mantri  Bayi  Dokter  Dokter Gigi  Bidan 
Kesehatan 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  4,293,915  6,629  622  491  1,113  160  5,608  3,517  4,871  25.92  3.73  130.60 
2  Sumatera Utara  13,042,321  5,851  1,788  1,096  2,884  503  10,191  5,112  6,469  22.11  3.86  78.14 
3  Sumatera Barat  4,763,103  967  611  517  1,128  261  3,295  2,002  2,015  23.68  5.48  69.18 
4  Riau  5,189,158  1,636  590  437  1,027  228  2,397  2,168  4,778  19.79  4.39  46.19 
5  Jambi  2,788,275  1,303  297  217  514  98  1,679  1,149  4,124  18.43  3.51  60.22 
6  Sumatera Selatan  7,121,795  3,243  572  453  1,025  111  4,064  2,408  7,012  14.39  1.56  57.06 
7  Bengkulu  1,641,918  1,378  302  258  560  167  1,637  852  2,574  34.11  10.17  99.70 
8  Lampung  7,391,119  2,379  461  305  766  131  3,035  1,990  6,397  10.36  1.77  41.06 
9  Kepulauan Bangka Belitung  1,122,526  361  130  77  207  41  408  536  515  18.44  3.65  36.35 
10  Kepulauan Riau  1,453,077  340  279  166  445  120  640  683  570  30.62  8.26  44.04 
11  DKI Jakarta  9,146,181  267  2,180  1,302  3,482  529  1,209  228  270  38.07  5.78  13.22 
12  Jawa Barat  40,918,296  6,016  3,847  2,206  6,053  901  10,406  7,536  17,510  14.79  2.20  25.43 
13  Jawa Tengah  32,626,386  8,635  3,616  2,003  5,619  776  11,990  9,775  17,047  17.22  2.38  36.75 
14  DI Yogyakarta  3,468,505  438  858  497  1,355  241  946  1,008  1,266  39.07  6.95  27.27 
15  Jawa Timur  37,094,841  8,541  4,252  2,471  6,723  1,176  12,243  9,595  15,411  18.12  3.17  33.00 
16  Banten  9,602,447  1,520  951  556  1,507  277  2,819  1,451  5,609  15.69  2.88  29.36 
17  Bali  3,515,995  722  943  391  1,334  216  1,597  1,577  263  37.94  6.14  45.42 
18  Nusa Tenggara Barat  4,363,758  930  339  164  503  100  1,149  1,937  3,965  11.53  2.29  26.33 
19  Nusa Tenggara Timur  4,534,317  3,086  387  360  747  139  3,319  3,052  8,744  16.47  3.07  73.20 
20  Kalimantan Barat  4,249,112  1,960  339  171  510  139  1,466  2,057  7,052  12.00  3.27  34.50 
21  Kalimantan Tengah  2,057,301  1,476  227  178  405  85  1,256  1,657  3,908  19.69  4.13  61.05 
22  Kalimantan Selatan  3,446,636  2,007  322  215  537  134  1,814  1,378  2,927  15.58  3.89  52.63 
23  Kalimantan Timur  3,094,674  1,421  492  332  824  182  1,352  2,131  2,721  26.63  5.88  43.69 
24  Sulawesi Utara  2,208,014  1,592  633  557  1,190  57  1,394  2,041  1,570  53.89  2.58  63.13 
25  Sulawesi Tengah  2,438,369  1,785  244  198  442  54  1,827  1,777  3,345  18.13  2.21  74.93 
26  Sulawesi Selatan  7,805,024  2,972  856  748  1,604  349  3,374  4,164  6,479  20.55  4.47  43.23 
27  Sulawesi Tenggara  2,074,977  2,124  173  164  337  90  1,321  1,630  4,215  16.24  4.34  63.66 
28  Gorontalo  972,211  669  107  123  230  32  433  557  1,355  23.66  3.29  44.54 
29  Sulawesi Barat  1,032,255  564  85  106  191  51  437  613  1,634  18.50  4.94  42.33 
30  Maluku  1,320,755  924  167  136  303  39  1,291  1,473  2,995  22.94  2.95  97.75 
31  Maluku Utara  959,601  1,199  131  122  253  30  889  671  2,232  26.37  3.13  92.64 
32  Papua Barat  729,966  3,623  198  184  382  129  829  1,260  1,537  52.33  17.67  113.57 
33  Papua  2,056,514  1,324  339  220  559  103  1,759  2,620  4,090  27.18  5.01  85.53 
TOTAL  228,523,300  77,882  27,338  17,421  44,759  7,649  98,074  80,605  155,470  19.59  3.35  42.92 
Sumber : Pendataan Potensi Desa/Kelurahan 2008, BPS 
Diolah oleh Pusat Data dan Informasi, Depkes 
Lampiran 5.17 
JUMLAH  TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS 
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2008 

JUMLAH TENAGA KESEHATAN 
Bidan 
(tidak  Bidan di  Apoteker 
No  Provinsi Dokter  Dokter  Dokter  Perawat  Asisten  Kefarmasi  Analis  Kesmas  Kesmas  Keterapian  Keteknisi 
Perawat  termasuk  Desa /di  & S1  Sanitarian  Gizi  Jumlah 
Spesialis  Umum  Gigi  Gigi  Apoteker  an  Farmasi  (S1)  (S2)  Fisik  an Medis 
Bidan di  Poskesdes  Farmasi 
desa) 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18)  (19)  (20) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  3  362  72  2,291  126  1,986  1,235  3  80  36  64  146  1  366  229  4  149  7,153 
2  Sumatera Utara  1  920  383  4,295  102  5,123  1,003  3  142  185  60  122  1  321  326  1  213  13,201 
3  Sumatera Barat  4  306  167  1,569  162  1,707  447  8  165  46  54  125  5  213  167  2  133  5,280 
4  R i a u  3  369  165  1,649  38  1,040  124  2  40  43  12  19  0  118  93  0  75  3,790 
5  J a m b i  0  248  71  1,212  0  1,070  0  0  0  79  0  25  0  193  64  0  142  3,104 
6  Sumatera Selatan  8  365  104  2,157  181  1,703  486  10  130  30  93  214  12  285  193  0  46  6,017 
7  Bengkulu  0  246  75  1,089  114  1,124  473  7  76  0  6  63  3  83  67  5  24  3,455 
8  Lampung  1  278  114  1,642  172  1,237  640  8  56  0  40  95  4  238  137  0  30  4,692 
9  Bangka Belitung  0  88  29  534  29  229  94  1  15  13  9  31  12  33  19  0  10  1,146 
10  Kepulauan Riau  2  180  71  654  14  286  67  2  13  25  10  6  1  21  21  0  17  1,390 
11  DKI Jakarta  63  582  511  1,119  183  1,074  0  45  117  0  37  49  10  152  197  10  56  4,205 
12  Jawa Barat  5  1,241  758  5,063  376  2,955  1,766  7  155  122  70  605  17  604  437  33  242  14,456 
13  Jawa Tengah  8  1,708  690  5,149  755  6,406  1,763  28  502  0  174  330  22  706  638  26  186  19,091 
14  DI Yogyakarta  3  292  163  785  44  512  124  0  18  42  14  49  3  132  120  0  128  2,429 
15  Jawa Timur  5  1,301  736  5,152  136  6,576  128  25  218  136  98  140  2  1,161  1,597  1  209  17,621 
16  Banten  0  335  161  1,302  0  1,270  0  0  0  10  0  61  0  103  61  0  30  3,333 
17  B a l i  3  254  146  1,033  156  867  270  3  65  15  15  70  5  220  90  1  11  3,224 
18  Nusa Tenggara Barat  0  153  59  1,097  37  615  195  2  16  35  3  60  0  127  139  0  73  2,611 
19  Nusa Tenggara Timur  0  269  68  1,892  155  1,153  766  9  78  35  53  28  0  234  136  0  25  4,901 
20  Kalimantan Barat  0  210  71  1,674  55  1,009  0  1  10  28  17  15  0  196  126  0  121  3,533 
21  Kalimantan Tengah  0  149  41  1,050  70  683  131  7  13  6  14  10  0  84  61  0  28  2,347 
22  Kalimantan Selatan  0  295  78  1,269  14  1,272  77  2  7  137  0  73  0  290  182  0  150  3,846 
23  Kalimantan Timur  0  220  123  1,073  0  632  0  0  0  51  0  19  0  263  75  0  45  2,501 
24  Sulawesi Utara  0  232  21  957  57  384  148  1  36  3  3  11  1  140  57  0  1  2,052 
25  Sulawesi Tengah  0  173  47  1,406  11  1,318  7  0  11  20  0  80  0  262  64  0  22  3,421 
26  Sulawesi Selatan  0  455  215  2,483  47  1,381  273  4  24  47  27  316  2  388  286  0  205  6,153 
27  Sulawesi Tenggara  0  138  41  1,190  34  441  305  3  15  3  10  56  23  167  171  2  273  2,872 
28  Gorontalo  0  77  15  396  14  250  0  0  2  2  0  26  1  126  70  0  3  982 
29  Sulawesi Barat  0  67  22  523  6  154  81  4  8  2  4  40  3  46  42  4  19  1,025 
30  Maluku  0  35  3  488  5  297  79  1  1  0  2  7  0  83  46  0  13  1,060 
31  Maluku Utara  0  38  8  301  0  283  0  0  0  14  0  10  0  36  51  0  6  747 
32  Papua Barat  0  122  16  1,190  7  692  55  4  11  3  3  13  0  60  49  0  43  2,268 
33  Papua  0  157  34  1,510  7  967  56  2  5  16  43  41  0  89  95  0  102  3,124 
TOTAL  109  11,865  5,278  55,194  3,107  46,696  10,793  192  2,029  1,184  935  2,955  128  7,540  6,106  89  2,830  157,030 
Sumber : Pusdatin, Depkes 2008 
Lampiran 5.18 
RASIO DOKTER, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Jumlah  Rasio Dokter 
No  Provinsi  Dokter Umum  Dokter Gigi  Perawat  Bidan  Rasio Dokter Gigi  Rasio Perawat  Rasio Bidan 
Puskesmas  Umum 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  301  362  72  2,291  3,221  1.20  0.24  7.61  10.70 
2  Sumatera Utara  495  920  383  4,295  6,126  1.86  0.77  8.68  12.38 
3  Sumatera Barat  227  306  167  1,569  2,154  1.35  0.74  6.91  9.49 
4  R i a u  183  369  165  1,649  1,164  2.02  0.90  9.01  6.36 
5  J a m b i  158  248  71  1,212  1,070  1.57  0.45  7.67  6.77 
6  Sumatera Selatan  278  365  104  2,157  2,189  1.31  0.37  7.76  7.87 
7  Bengkulu  142  246  75  1,089  1,597  1.73  0.53  7.67  11.25 
8  Lampung  253  278  114  1,642  1,877  1.10  0.45  6.49  7.42 
9  Bangka Belitung  50  88  29  534  323  1.76  0.58  10.68  6.46 
10  Kepulauan Riau  59  180  71  654  353  3.05  1.20  11.08  5.98 
11  DKI Jakarta  351  582  511  1,119  1,074  1.66  1.46  3.19  3.06 
12  Jawa Barat  999  1,241  758  5,063  4,721  1.24  0.76  5.07  4.73 
13  Jawa Tengah  842  1,708  690  5,149  8,169  2.03  0.82  6.12  9.70 
14  DI Yogyakarta  120  292  163  785  636  2.43  1.36  6.54  5.30 
15  Jawa Timur  940  1,301  736  5,152  6,704  1.38  0.78  5.48  7.13 
16  Banten  194  335  161  1,302  1,270  1.73  0.83  6.71  6.55 
17  B a l i  114  254  146  1,033  1,137  2.23  1.28  9.06  9.97 
18  Nusa Tenggara Barat  142  153  59  1,097  810  1.08  0.42  7.73  5.70 
19  Nusa Tenggara Timur  278  269  68  1,892  1,919  0.97  0.24  6.81  6.90 
20  Kalimantan Barat  224  210  71  1,674  1,009  0.94  0.32  7.47  4.50 
21  Kalimantan Tengah  169  149  41  1,050  814  0.88  0.24  6.21  4.82 
22  Kalimantan Selatan  214  295  78  1,269  1,349  1.38  0.36  5.93  6.30 
23  Kalimantan Timur  205  220  123  1,073  632  1.07  0.60  5.23  3.08 
24  Sulawesi Utara  144  232  21  957  532  1.61  0.15  6.65  3.69 
25  Sulawesi Tengah  144  173  47  1,406  1,325  1.20  0.33  9.76  9.20 
26  Sulawesi Selatan  395  455  215  2,483  1,654  1.15  0.54  6.29  4.19 
27  Sulawesi Tenggara  208  138  41  1,190  746  0.66  0.20  5.72  3.59 
28  Gorontalo  73  77  15  396  250  1.05  0.21  5.42  3.42 
29  Sulawesi Barat  70  67  22  523  235  0.96  0.31  7.47  3.36 
30  Maluku  153  35  3  488  376  0.23  0.02  3.19  2.46 
31  Maluku Utara  91  38  8  301  283  0.42  0.09  3.31  3.11 
32  Papua Barat  96  122  16  1,190  747  1.27  0.17  12.40  7.78 
33  Papua  236  157  34  1,510  1,023  0.67  0.14  6.40  4.33 
TOTAL  8,548  11,865  5,278  55,194  57,489  1.39  0.62  6.46  6.73 
Sumber : Pusdatin, Depkes 2008 
Lampiran 5.19 
JUMLAH  TENAGA NON KESEHATAN DI PUSKESMAS 
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2008 

Jumlah Tenaga Non Kesehatan 
No  Provinsi
Pekarya  TU  Sopir  Keuangan  Tenaga Non Kesehatan Lain  Jumlah 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 


1  Nanggroe Aceh Darussalam  243  81  25  32  102  483 
2  Sumatera Utara  261  304  1  12  126  704 
3  Sumatera Barat  258  100  91  22  165  636 
4  Riau  78  129  38  40  72  357 
5  Jambi  105  62  14  10  22  213 
6  Sumatera Selatan  343  276  16  20  181  836 
7  Bengkulu  213  110  33  73  99  528 
8  Lampung  247  121  50  141  164  723 
9  Kepulauan Bangka Belitung  86  67  35  22  45  255 
10  Kepulauan Riau  28  30  26  3  70  157 
11  DKI Jakarta  417  341  83  135  540  1,516 
12  Jawa Barat  665  840  97  239  607  2,448 
13  Jawa Tengah  1,409  1,701  547  944  2,143  6,744 
14  DI Yogyakarta  213  486  45  50  189  983 
15  Jawa Timur  991  3,093  406  480  1,001  5,971 
16  Banten  76  261  50  15  90  492 
17  Bali  173  93  67  24  246  603 
18  Nusa Tenggara Barat  139  122  32  16  112  421 
19  Nusa Tenggara Timur  345  143  99  23  37  647 
20  Kalimantan Barat  322  252  21  24  37  656 
21  Kalimantan Tengah  148  63  1  4  31  247 
22  Kalimantan Selatan  267  96  30  6  32  431 
23  Kalimantan Timur  150  288  23  1  42  504 
24  Sulawesi Utara  114  48  2  2  7  173 
25  Sulawesi Tengah  52  60  5  1  3  121 
26  Sulawesi Selatan  398  225  40  60  39  762 
27  Sulawesi Tenggara  43  63  12  17  37  172 
28  Gorontalo  43  13  7  3  6  72 
29  Sulawesi Barat  49  38  11  4  11  113 
30  Maluku  32  15  1  0  3  51 
31  Maluku Utara  13  12  1  6  26  58 
32  Papua Barat  15  37  3  14  27  96 
33  Papua  70  47  14  10  57  198 
TOTAL  8,006  9,617  1,926  2,453  6,369  28,371 
Sumber : Pusdatin, Depkes 2008 
Lampiran 5.20 
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) YANG MASIH AKTIF 
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008 

Dokter Umum  Dokter Gigi  Bidan Jumlah Tenaga 


No  Provinsi  Sangat  Sangat  Sangat  Sangat 
Biasa  Terpencil  Jumlah  Biasa  Terpencil  Jumlah  Biasa  Terpencil  Jumlah  Biasa  Terpencil  Jumlah 
Terpencil  Terpencil  Terpencil  Terpencil 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17)  (18) 
1  Nanggroe Aceh Darussalam  35  123  146  304  3  22  48  73  110  1150  0  1,260  148  1295  194  1,637 

2  Sumatera Utara  195  73  459  41  47  16  104  954  1150  0  2,104  1186  1392  89  2,667 
191 
3  Sumatera Barat  86  58  31  175  20  28  21  69  218  26  0  244  324  112  52  488 

4  Riau  74  91  28  193  16  41  14  71  183  335  0  518  273  467  42  782 

5  Jambi  52  87  61  200  1  10  35  46  41  210  0  251  94  307  96  497 

6  Sumatera Selatan  47  58  0  105  5  3  3  11  96  105  0  201  148  166  3  317 

7  Bengkulu  13  45  28  86  2  4  9  15  31  145  0  176  46  194  37  277 

8  Lampung  51  50  19  120  14  17  11  42  570  52  0  622  635  119  30  784 

9  Kep.Bangka Belitung  21  2  4  27  4  1  2  7  43  3  0  46  68  6  6  80 

10  Kepulauan Riau  14  28  15  57  2  14  14  30  19  82  0  101  35  124  29  188 

11  DKI Jakarta  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

12  Jawa Barat  133  0  0  133  70  0  0  70  776  131  0  907  979  131  0  1,110 

13  Jawa Tengah  371  0  0  371  106  1  0  107  1779  4  0  1,783  2256  5  0  2,261 

14  DI Yogyakarta  59  0  0  59  36  0  0  36  102  0  0  102  197  0  0  197 

15  Jawa Timur  205  0  0  205  133  0  0  133  1446  37  0  1,483  1784  37  0  1,821 

16  Banten  70  0  0  70  23  0  0  23  219  146  0  365  312  146  0  458 

17  Bali  65  0  0  65  17  0  0  17  136  3  0  139  218  3  0  221 

18  Nusa Tenggara Barat  25  35  12  72  8  11  5  24  35  23  0  58  68  69  17  154 

19  Nusa Tenggara Timur  0  36  233  269  0  12  109  121  0  77  0  77  0  125  342  467 

20  Kalimantan Barat  3  45  92  140  0  3  44  47  0  104  0  104  3  152  136  291 

21  Kalimantan Tengah  0  48  49  97  0  4  29  33  0  45  0  45  0  97  78  175 

22  Kalimantan Selatan  10  86  69  165  0  13  42  55  1  170  0  171  11  269  111  391 

23  Kalimantan Timur  33  43  21  97  6  18  21  45  5  14  0  19  44  75  42  161 

24  Sulawesi Utara  9  61  44  114  1  3  10  14  1  31  0  32  11  95  54  160 

25  Sulawesi Tengah  0  37  76  113  0  1  15  16  0  108  0  108  0  146  91  237 

26  Sulawesi Tenggara  0  19  132  151  0  2  37  39  36  74  0  110  36  95  169  300 

27  Sulawesi Selatan  71  67  28  166  50  29  16  95  99  82  0  181  220  178  44  442 

28  Gorontalo  6  23  48  77  0  1  21  22  5  13  0  18  11  37  69  117 

29  Sulawesi Barat  0  8  79  87  0  3  33  36  0  61  0  61  0  72  112  184 

30  Maluku  0  9  144  153  0  3  49  52  0  99  0  99  0  111  193  304 

31  Maluku Utara  2  4  47  53  0  3  13  16  0  41  0  41  2  48  60  110 

32  Papua  0  24  121  145  0  3  17  20  0  1  0  1  0  28  138  166 

33  Papua Barat  0  16  75  91  0  1  12  13  0  5  0  5  0  22  87  109 
Jumlah  1,646  1,298  1,675  4,619  558  298  646  1,502  6,905  4,527  0  11,432  9,109  6,123  2,321  17,553 
Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes 
Lampiran 5.21 
JUMLAH ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPARTEMEN KESEHATAN 
MENURUT ESELON I TAHUN ANGGARAN 2008 

Belanja Pegawai  Belanja Barang  Belanja Moda  Belanja Bantuan Sosial Jumlah 


No  Eselon I 
Alokasi  Realisasi  %  Alokasi  Realisasi  %  Alokasi  Realisasi  %  Alokasi  Realisasi  %  Alokasi  Realisasi  % 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Sekretariat Jenderal  1,199,003,521,000  846,190,717,383  70.57  795,360,754,000  591,357,748,526  74.35  650,608,199,000  619,149,457,606  95.16  128,413,350,000  73,920,002,489  57.56  2,773,385,824,000  2,130,617,926,004  76.82 

2  Inspektorat Jenderal  15,284,750,000  7,928,911,007  51.87  87,107,150,000  57,651,717,951  66.18  1,352,000,000  647,062,000  47.86  0  0  0  103,743,900,000  66,227,690,958  63.84 

3  Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat  57,339,447,000  45,632,386,770  79.58  559,104,075,000  297,260,516,729  53.17  321,774,909,000  140,887,018,816  43.78  945,617,178,000  839,315,144,314  88.76  1,883,835,609,000  1,323,095,066,629  70.23 

4  Ditjen Bina Pelayanan Medik  1,091,137,359,000  1,073,821,772,506  98.41  3,160,755,061,000  3,010,628,176,456  95.25  2,280,721,927,000  1,695,260,521,395  74.33  3,717,661,148,000  3,597,259,668,227  96.76  10,250,275,495,000  9,376,970,138,584  91.48 

5  Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan  166,766,613,000  136,826,478,396  82.05  288,958,216,000  229,671,754,266  79.48  325,343,786,000  272,338,857,706  83.71  70,616,457,000  53,942,281,541  76.39  851,685,072,000  692,779,371,909  81.34 

6  Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan  8,676,850,000  7,851,277,369  90.49  59,259,412,000  52,714,787,042  88.96  3,915,445,000  638,123,000  16.30  985,621,900,000  942,421,208,219  95.62  1,057,473,607,000  1,003,625,395,630  94.91 

7  Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan  61,341,404,000  50,812,595,586  82.84  199,355,301,000  136,302,628,041  68.37  68,880,234,000  64,381,613,040  93.47  0  0  0  329,576,939,000  251,496,836,667  76.31 

8  Badan Pusat Pemberdayaan SDM Kesehatan  379,702,159,000  353,543,921,636  93.11  424,138,006,000  303,879,700,640  71.65  272,651,405,000  255,213,229,237  93.60  148,792,463,000  127,625,235,219  85.77  1,225,284,033,000  1,040,262,086,732  84.90 

J u m l a h  2,979,252,103,000  2,522,608,060,653  84.67  5,574,037,975,000  4,679,467,029,651  83.95  3,925,247,905,000  3,048,515,882,800  77.66  5,996,722,496,000  5,634,483,540,009  93.96  18,475,260,479,000  15,885,074,513,113  85.98 

Sumber : Biro Perencanaan dan Anggaran 
Lampiran 5.22 
PERSENTASE PENDUDUK  DENGAN JAMINAN PEMBIAYAAN/ASURANSI KESEHATAN 
MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2007 

Perkotaan + 
No  Provinsi  Perkotaan  Perdesaan 
Perdesaan
(1)  (2)  (3)  (4)  (5) 
1  Nangroe Aceh Darussalam  42,56  51,13  49,12 
2  Sumatera Utara  23,70  20,96  22,17 
3  Sumatera Barat  34,04  18,94  23,62 
4  Riau  28,37  19,81  22,82 
5  Jambi  29,55  15,32  19,40 
6  Sumatera Selatan  31,18  17,00  21,91 
7  Bengkulu  35,04  25,28  28,00 
8  Lampung  31,15  19,17  21,84 
9  Kepulauan Bangka Belitung  36,55  35,18  35,74 
10  Kepulauan Riau  37,26  30,19  35,84 
11  DKI Jakarta  22,01  0  22,01 
12  Jawa Barat  26,55  20,58  23,75 
13  Jawa Tengah  29,04  27,36  28,06 
14  D.I. Yogyakarata  33,37  35,79  34,32 
15  Jawa Timur  25,65  18,32  21,43 
16  Banten  24,22  22,25  23,34 
17  Bali  29,95  22,75  26,55 
18  Nusa Tenggara Barat  466,5  29,27  35,85 
19  Nusa Tenggara Timur  49,05  50,95  50,63 
20  Kalimantan Barat  28,60  22,07  23,84 
21  Kalimantan Tengah  22,59  18,98  20,04 
22  Kalimantan Selatan  32,66  21,09  25,49 
23  Kalimantan Timur  43,27  28,00  36,30 
24  Sulawesi Utara  30,17  230,9  25,69 
25  Sulawesi Tengah  37,81  25,27  27,85 
26  Sulawesi Selatan  36,12  24,73  28,37 
27  Sulawesi Tenggara  43,11  29,94  32,84 
28  Gorontalo  39,46  31,81  33,86 
29  Sulawesi Barat  28,13  39,84  38,07 
30  Maluku  32,42  31,68  31,90 
31  Maluku Utara  28,06  22,43  33,86 
32  Papua Barat  39,42  38,87  39,02 
33  Papua  42,24  57,10  52,40 
Indonesia  28,40  24,23  26,05 
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Depkes RI 
Lampiran 5.23 
PERSENTASE PENDUDUK  DENGAN JAMINAN PEMBIAYAAN/ASURANSI KESEHATAN 
MENURUTJENIS JAMINAN KESEHATAN DAN PROVINSI TAHUN 2007 

JPK/PNS  Penggunaan  JPK MM/Kartu 


Asuransi  JPKM/JPK 
No Provinsi  Veteran  Biaya oleh  Sehat/JPK Gakin  JPK Jamsostek  Dana Sehat 
Kesehatan Swasta  Lainnya 
Pensiun  Perusahaan  Kartu Miskin 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1  Nangroe Aceh Darussalam  8.20  1.54  37.58  0.90  0.44  0.11  0.88 
2  Sumatera Utara  5.52  2.59  9.37  4.05  0.86  0.03  0.17 
3  Sumatera Barat  9.47  0.53  11.03  1.55  0.68  0.05  0.56 
4  Riau  5.04  3.60  7.04  3.67  3.15  0.60  0.54 
5  Jambi  6.89  2.33  7.85  1.35  0.49  0.16  1.03 
6  Sumatera Selatan  4.63  1.61  13.45  1.82  0.67  0.03  0.25 
7  Bengkulu  8.68  0.74  17.16  0.99  0.68  0.03  0.22 
8  Lampung  5.06  1.50  13.59  0.91  0.33  0.03  0.71 
9  Kepulauan. Bangka Belitung  5.63  3.28  8.16  1.82  0.87  0.07  17.17 
10  Kepulauan Riau  4.62  6.69  7.21  13.78  2.14  0.17  3.32 
11  DKI Jakarta  6.16  5.83  2.76  5.35  2.76  0.11  0.33 
12  Jawa Barat  5.31  2.40  12.47  2.89  0.81  0.12  0.34 
13  Jawa Tengah  5.45  0.97  18.49  1.50  0.33  0.06  1.68 
14  D.I. Yogyakarata  11.90  1.20  12.04  1.97  0.95  0.17  0.49 
15  Jawa Timur  4.94  1.20  12.04  1.97  0.95  0.17  0.49 
16  Banten  4.13  4.49  10.65  3.94  0.92  0.04  0.36 
17  Bali  8.53  2.11  6.99  3.07  1.01  0.17  5.50 
18  Nusa Tenggara Barat  5.67  0.52  26.61  0.60  0.26  0.03  2.64 
19  Nusa Tenggara Timur  6.79  0.29  38.86  0.23  0.41  3.05  1.44 
20  Kalimantan Barat  6.19  0.75  15.20  0.84  0.30  0.08  0.70 
21  Kalimantan Tengah  7.50  0.93  10.29  0.70  0.27  0.08  0.38 
22  Kalimantan Selatan  8.23  2.07  11.26  2.48  0.74  0.09  1.59 
23  Kalimantan Timur  7.68  3.10  11.97  7.82  1.73  0.17  5.27 
24  Sulawesi Utara  8.97  0.41  12.89  1.85  0.66  1.12  0.37 
25  Sulawesi Tengah  7.08  0.32  18.77  0.70  0.81  0.22  0.26 
26  Sulawesi Selatan  8.29  0.92  16.45  1.18  0.40  0.17  1.41 
27  Sulawesi Tenggara  9.26  0.26  21.10  0.96  0.21  0.05  1.31 
28  Gorontalo  7.40  0.23  24.85  0.81  0.10  0.06  0.58 
29  Sulawesi Barat  5.54  0.46  18.30  0.53  0.31  0.32  14.49 
30  Maluku  7.49  0.31  23.14  0.45  0.28  0.05  0.42 
31  Maluku Utara  6.88  0.22  14.55  0.88  0.32  0.15  1.16 
32  Papua Barat  7.42  1.30  39.37  2.09  1.00  0.25  1.93 
33  Papua  7.98  1.15  26.05  0.93  0.54  0.33  2.55 
JUMLAH  5.96  1.87  14.35  2.36  0.84  0.18  1.06 
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Depkes RI 
Lampiran 6.1 
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO 
TAHUN 2008 

Laju 
Persentase  Persentase 
Jumlah  Kepadatan  Pertumbuhan  Persentase  Persentase  Angka Beban  GNI PPP per 
Penduduk di  Penduduk Usia 
No  Negara  Penduduk  Penduduk  Penduduk  Penduduk Usia  Penduduk Usia  Tanggungan  kapita (US$) 
Daerah  65 Tahun Ke 
(Juta Jiwa)  (per Km²)  1990­2007  0­14 Tahun  15 ­ 64 Tahun  (%)  Tahun 2007 
Perkotaan  Atas
(%) 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11) 

1  Brunei Darussalam  0.4  66  72  2.5  30  67  3  49  49,900 

2  Pilipina  90.5  302  63  2.1  35  61  4  64  3,700 

3  Kamboja  14.7  81  15  2.3  36  60  4  67  1,690 

4  Laos  5.9  25  27  2.1  44  52  4  92  1,940 

5  Malaysia  27.7  84  68  2.3  32  64  4  56  13,570 

6  Singapura  4.8  7,013  100  2.3  19  72  9  39  48,520 

7  Vietnam  86.2  260  27  1.6  26  67  7  49  2,550 

8  Indonesia  239.9  126  48  1.4  29  65  6  54  3,580 

9  Myanmar  49.2  73  31  1.1  27  67  6  49 

10  Thailand  66.1  129  36  1.0  22  71  7  41  7,880 

11  Bangladesh  147.3  1,023  24  2.0  34  62  4  61  1,340 

12  Bhutan  0.7  14  31  1.1  32  63  5  59  4,980 

13  India  1149.3  350  28  1.8  32  63  5  59  2,740 

14  Korea Utara  23.5  195  60  0.7  18  74  8  35  ­ 

15  Maladewa  0.3  1,040  27  2.0  32  63  5  59  5,040 

16  Nepal  27.0  183  17  2.3  37  59  4  69  1,040 

17  Sri Lanka  20.3  309  15  0.7  27  67  6  49  4,210 

18  Timor Leste  1.1  73  22  2.7  45  52  3  92  3,080 
Sumber :  ­  World Population Data Sheet, USAID, 2008 
­ The State of The Worlds Children, 2009 : Laju pertumbuhan penduduk 
­ World Health Statistics 2009, WHO: GNI PPP per kapita 
Lampiran 6.2 
ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 
DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO 

Angka  Angka 
Indeks  Indeks  Usia Harapan Hidup Waktu  Angka  Angka Kematian Balita  Angka Kematian 
Peringkat  Peringkat IPM  Total Fertility  Kelahiran Kasar  Kematian Kasar 
Pembangunan  Pembangunan  Lahir  Kematian Bayi  (AKABA)  Maternal (per 100.000 
No  Negara  IPM dunia  dunia  Rate (TFR)  per 1000  per 1000 
Manusia  Manusia  (AKB)  lahir hidup) 
L+P  L  P  Penduduk  Penduduk  L  P  L+P 
2006 2007  2007  2007  2005 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  (14)  (15)  (16)  (17) 

1  Brunei Darussalam  30  0.919  30  0.920  75  72  77  2.0  19  3  7  10  8  9  13 

2  Filipina  105  0.747  105  0.751  69  66  72  3.3  26  5  25  33  23  28  230 

3  Kamboja  137  0.584  137  0.593  62  59  66  3.5  26  8  67  98  83  91  540 

4  Laos  133  0.613  132  0.619  61  59  63  4.5  34  10  70  74  66  70  660 

5  Malaysia  66  0.825  66  0.829  74  72  76  2.6  21  5  9  12  10  11  62 

6  Singapura  23  0.942  24  0.944  81  78  83  1.4  11  5  2.4  3  2  3  14 

7  Vietnam  116  0.72  115  0.725  73  71  75  2.1  17  5  16  16  14  15  150 

8  Indonesia  111  0.729  111  0.734  70  69  72  2.6  21  6  34  33  29  31  420 

9  Myanmar  138  0.584  138  0.586  61  58  64  2.2  19  10  70  124  101  113  380 

10  Thailand  86  0.783  87  0.78  72  68  75  1.6  13  8  16  7  7  7  110 

11  Bangladesh  146  0.535  148  0.543  63  62  64  2.7  24  7  52  64  57  61  570 

12  Bhutan  132  0.608  133  0.619  66  66  67  3.6  30  7  40  90  78  84  440 

13  India  134  0.604  134  0.612  65  65  66  2.8  24  8  57  67  77  72  450 

14  Korea Utara  ­  ­  ­  ­  71  68  73  2.0  16  7  21  57  53  55  370 

15  Maladewa  97  0.765  95  0.771  73  72  73  2.2  19  4  21  31  30  30  120 

16  Nepal  144  0.547  144  0.553  64  63  64  3.1  29  9  48  55  54  55  830 

17  Sri Lanka  102  0.755  102  0.759  71  67  75  2.4  19  7  15  24  17  21  58 

18  Timor Leste  162  0.484  162  0.489  60  59  61  6.7  42  11  88  110  83  97  380 

Sumber :  ­ World Population Data Sheet, USAID, 2008 
­ Human Development Report 2009: Indeks Pembangunan Manusia 
­ World Health Statistics  2009 WHO: AKABA, Angka kematian maternal 
Lampiran 6.3 
PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT 
DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006 

(%)                                                                          Penduduk Yang  (%)                                                                              Penduduk 
No  Negara Menggunakan Sumber Air Bersih  Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat 

Perkotaan  Perdesaan  Total  Perkotaan  Perdesaan  Total 


(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 

1  Brunei Darussalam 
­  ­  ­  ­  ­  ­ 
2  Filipina 
96  88  93  81  72  78 
3  Kamboja 
80  61  65  62  19  28 
4  Laos 
86  53  60  87  38  48 
5  Malaysia 
100  96  99  95  93  94 
6  Singapura 
100  ­  100  100  ­  100 
7  Vietnam 
98  90  92  88  56  65 
8  Indonesia 
89  71  80  67  37  52 
9  Myanmar 
80  80  80  85  81  82 
10  Thailand 
99  97  98  95  96  96 
11  Bangladesh 
85  78  80  48  32  36 
12  Bhutan 
98  79  81  71  50  52 
13  India 
96  86  89  52  18  28 
14  Korea Utara 
100  100  100  ­  ­  ­ 
15  Maladewa 
98  76  83  100  42  59 
16  Nepal 
94  88  89  45  24  27 
17  Sri Lanka 
98  79  82  89  86  86 
18  Timor Leste  77  56  62  64  32  41 
Sumber : World Health Statistics 2009, WHO 
Lampiran 6.4 
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO 
TAHUN 2006/2007 

Prevalensi TB Paru  Insidens TB Paru  Proporsi Kasus TB Paru melalui DOTS 


Kematian yang berhubungan dengan TB Paru per 100.000 Penduduk 
No  Negara per 100.000 Penduduk  per 100.000 Penduduk 
Case Detection Rate  Succes Rate 
2007  1990  2000  2007  2007  2006 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 

1  Brunei Darussalam  65  59  13  6  7  90  84 

2  Filipina  500  290  80  58  41  77  88 

3  Kamboja  664  495  105  80  77  61  93 

4  Laos  289  151  38  27  22  78  92 

5  Malaysia  121  103  21  16  13  80  48 

6  Singapura  27  27  6  4  3  96  84 

7  Vietnam  220  171  39  23  20  82  92 

8  Indonesia  326  270  90  61  37  68  91 

9  Myanmar  162  171  49  37  11  116  84 

10  Thailand  192  142  24  18  15  72  77 

11  Bangladesh  387  223  74  58  44  66  92 

12  Bhutan  363  246  17  9  43  45  89 

13  India  283  168  42  40  26  68  80 

14  Korea Utara  441  344  59  37  65  64  86 

15  Maladewa  48  47  8  6  4  92  91 

16  Nepal  240  389  51  28  22  66  88 

17  Sri Lanka  79  60  10  10  8  85  87 

18  Timor Leste  750  429  125  121  47  61  79 

Sumber : World Health Statistics 2009, WHO 
Keterangan : ­ CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru) 
­ SR  =  Succes Rate (Angka kesembuhan) 
Lampiran 6.5 
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007

1. Angka Estimasi HIV  2. Kematian Akibat AIDS

Dewasa dan Anak­anak  Dewasa (15+)  Dewasa (15–49) Rate (%)  Wanita (15+)  Dewasa dan Anak­anak


No  Negara 

(estimasi rendah –  (estimasi rendah –  (estimasi rendah –  (estimasi rendah –  (estimasi rendah – 


Estimasi  Estimasi  Estimasi  Estimasi  Estimasi 
estimasi tinggi)  estimasi tinggi)  estimasi tinggi)  estimasi tinggi)  estimasi tinggi) 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12) 

1  Brunei Darussalam  …  …  …  …  …  …  …  …  …  … 

2  Filipina  8,300  [ 6.000 ­ 11.000 ]  8,200  [ 5.900 ­ 11.000 ]  …  [ < 0.1 ]  2,200  [ 1.600 ­ 3.100 ]  < 200  [ <100 ­ <500 ] 

3  Kamboja  75,000  [ 67.000 ­ 84.000 ]  70,000  [ 63.000 ­ 80.000 ]  0.8  [ 0,7 ­ 0,9 ]  20,000  [ 17.000 ­ 23.000 ]  …  … 

4  Laos  5,500  [ 3.300 ­ 13.000 ]  5,400  [ 3.300 ­ 13.000 ]  0.2  [ 0,1 ­ 0,4 ]  1 300  [ <1.000 ­ 3.100 ]  <100  [ <200 ] 

5  Malaysia  80,000  [ 52.000 ­ 120.000 ]  79,000  [ 51.000 ­ 120.000]  0.5  [ 0,3 ­ 0,8 ]  21,000  [ 13.000 ­ 34.000 ]  3,100  [ 2.100 ­ 4.500 ] 

6  Singapura  4,200  [ 2.600 ­ 7.300 ]  4,100  [ 2.500 ­ 7.200 ]  0.2  [ 0,1 ­ 0,3 ]  1,200  [ <1.000 ­ 2.100]  < 200  [ <100 ­ <500 ] 

7  Vietnam  290,000  [ 180.000 ­ 470.000 ]  280,000  [ 170.000 ­ 470.000]  0.5  [ 0,3 ­ 0,9 ]  76,000  [ 46.000 ­ 120.000 ]  20,000  [ 12.000 ­ 33.000 ] 

8  Indonesia  270,000  [ 190.000 ­ 400.000 ]  270,000  [ 190.000 ­ 400.000 ]  0.2  [ 0,1 ­ 0,3 ]  54,000  [ 36.000 ­ 87.000 ]  8,700  [ 4.900 ­ 13.000 ] 

9  Myanmar  240,000  [ 160.000 ­ 370.000 ]  240,000  [ 150.000 ­ 360.000 ]  …  …  …  …  …  … 

10  Thailand  610,000  [ 410.000 ­ 880.000 ]  600,000  [ 400.000 ­ 860.00 ]  1.4  [ 0,9 ­ 2,1 ]  250,000  [ 170.000 ­ 360.000 ]  …  … 

11  Bangladesh  12,000  [ 7.700 ­ 19.000 ]  12,000  [ 7.600 ­ 19.000 ]  …  [ < 0,1 ]  2,000  [ 1.200 ­ 3.400 ]  < 500  [ <1000 ] 

12  Bhutan  < 500  [ <1000 ]  < 500  [ <1000 ]  0.1  [ < 0,1 ­ 0,2 ]  < 100  [ < 200 ]  …  [ <100 ] 

13  India  2,400,000  [ 1.800.000 ­ 3.200.000 ]  2,300,000 [ 1.700.000 ­ 3.100.000 ]  0.3  [ 0,2 ­ 0,5 ]  880,000  [ 670.000 ­ 1.200.000 ]  …  … 

14  Korea Utara  …  [ <100 ]  …  [ <100 ]  …  [ < 0,1 ]  …  [ <100 ]  …  [ <100 ] 

15  Maladewa  …  [ <100 ]  …  [ <100 ]  …  [ < 0,1 ]  …  [ <100 ]  …  [ <100 ] 

16  Nepal  70,000  [ 50.000 ­ 99.000 ]  68,000  [ 49.000 ­ 97.000 ]  0.5  [ 0,4 ­ 0,7 ]  17,000  [ 12.000 ­ 25.000 ]  4,900  [ 3.400 ­ 7.300 ] 

17  Sri Lanka  3,800  [ 2.800 ­ 5.100 ]  3,700  [ 2.800 ­ 5.000 ]  …  [ < 0,1 ]  1,400  [ 1.000 ­ 1.800 ]  …  < 500 

18  Timor Leste  …  …  …  …  …  …  …  …  …  … 

Sumber: 2008 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO 
Lampiran 6.6 
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI 
DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007 

Tetanus 
No  Negara  Difteri  Pertusis  Tetanus  Campak  Polio 
Neonatorum 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 

1  Brunei Darussalam  ­  ­  ­  ­  ­  0 

2  Filipina  39  17  1,261  121  530  0 

3  Kamboja  5  561  242  50  394  0 

4  Laos  2  13  17  15  1678  0 

5  Malaysia  ­  ­  ­  ­  ­  0 

6  Singapura  0  38  0  0  15  0 

7  Vietnam  32  183  116  36  17  0 

8  Indonesia  183  ­  127  127  19,456  0 

9  Myanmar  5  13  259  49  1088  15 

10  Thailand  3  23  136  4  3,893  0 

11  Bangladesh  86  87  1,034  206  2,924  0 

12  Bhutan  0  0  ­  0  11  0 

13  India  3,354  70,729  7,005  937  36,900  873 

14  Korea Utara  0  1,250  0  0  ­  0 

15  Maladewa  0  0  0  0  20  0 

16  Nepal  44  879  155  32  1,415  5 

17  Sri Lanka  0  0  44  0  44  0 

18  Timor Leste  0  0  6  4  0  0 

A  S  E  A  N  269  848  2,158  402  27,071  15 

S  E  A  R  O  3,675  72,981  8,766  1,359  65,751  893 


Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2007 
Lampiran 6.7 
PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI 
DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007

No  Negara  BCG (%)  DPT3 (%)  Polio3 (%)  Campak (%)  Hepatitis B3 (%) 

(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 

1  Brunei Darussalam  96  99  99  97  99 

2  Filipina  90  87  87  92  88 

3  Kamboja  90  82  82  79  82 

4  Laos  56  50  46  40  ­ 

5  Malaysia  99  96  96  90  87 

6  Singapura  98  96  96  95  95 

7  Vietnam  94  92  92  83  67 

8  Indonesia  91  75  83  80  74 

9  Myanmar  89  86  84  81  85 

10  Thailand  99  98  98  96  96 

11  Bangladesh  97  90  96  88  90 

12  Bhutan  94  95  93  95  95 

13  India  85  62  62  67  6 

14  Korea Utara  96  92  99  99  ­ 

15  Maladewa  99  98  98  97  98 

16  Nepal  89  82  82  81  82 

17  Sri Lanka  99  98  98  98  98 

18  Timor Leste  74  70  70  63  – 


Sumber : WHO vaccine ­ preventable diseases: monitoring system, 2008 
Lampiran 6.8 
PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO 
TAHUN 2000 ­ 2008

Persentase KB aktif pada  Persalinan oleh tenaga  Anak dengan ASI eksklusif (< 


Pemeriksaan antenatal (4 kali) 
No  Negara  WUS  kesehatan  6bulan) 

2008  2000 ­ 2008 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) 

1  Brunei Darussalam  ­  ­  100  ­ 

2  Filipina  51  70  60  33.5 

3  Kamboja  40  27  44  60 

4  Laos  32  ­  20  26.4 

5  Malaysia  ­  ­  100  ­ 

6  Singapura  62  ­  100  ­ 

7  Vietnam  78  29  88  16.9 

8  Indonesia  61  81  73  39.5 

9  Myanmar  37  66  57  11 

10  Thailand  72  74  97  5.4 

11  Bangladesh  56  21  18  37.4 

12  Bhutan  ­  ­  51  ­ 

13  India  56  37  47  46.4 

14  Korea Utara  69  95  97  65.1 

15  Maladewa  39  91  84  10.4 

16  Nepal  48  29  19  53 

17  Sri Lanka  68  ­  99  52.6 

18  Timor Leste  10  30  19  30.7 


Sumber :  ­  World Health Statistics 2009, WHO 
­ World Population Data Sheet, USAID, 2008 : Persentase KB aktif 
Lampiran 6.9
PEMBIAYAAN  KESEHATAN DI NEGARA­NEGARA ASEAN & SEARO 
TAHUN 2006 

Persentase Pengeluaran  Persentase Pengeluaran  Persentase Pengeluaran 


Persentase Keseluruhan  Pengeluaran per Kapita di 
Pemerintah di Bidang  Sektor Swasta di Bidang  Pemerintah di Bidang 
Pengeluaran di Bidang  Bidang Kesehatan Oleh 
No  Negara  Kesehatan terhadap  Kesehatan terhadap  Kesehatan terhadap 
Kesehatan terhadap Produk  Pemerintah             (PPP int. 
Seluruh Pengeluaran di  Seluruh Pengeluaran di  Seluruh Pengeluaran 
Domestik Bruto  $) 
Bidang Kesehatan  Bidang Kesehatan  Pemerintah 
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 

1  Brunei Darussalam  1.9  80.7  19.3  5.3  759 

2  Filipina  3.8  32.9  67.1  6.1  39 

3  Kamboja  5.9  26  74  10.8  25 

4  Laos  4  18.6  81  4  15 

5  Malaysia  4.3  44.6  55.4  7  242 

6  Singapura  3.3  33.1  66.9  6.7  509 

7  Vietnam  6.6  32.3  67.7  6.4  49 

8  Indonesia  215  50.5  49.5  6.2  42 

9  Myanmar  2.2  13.1  86.9  1.2  3 

10  Thailand  3.5  64.5  35.5  11.3  170 

11  Bangladesh  3.2  31.8  68.2  7  12 

12  Bhutan  3.5  72.1  27.9  7.6  101 

13  India  3.6  25  75  3.4  22 

14  Korea Utara  3.5  85.6  14.4  6  1 

15  Maladewa  8.1  79.7  20.3  9.2  336 

16  Nepal  5.1  30.5  69.5  9.2  16 

17  Sri Lanka  4.2  47.5  52.5  8.3  81 

18  Timor Leste  17.7  86  14  16.6  94 


Sumber :  World Health Statistics 2009, WHO 

Anda mungkin juga menyukai