770 212
Ind
p
PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2008
Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH
Sekretaris Jenderal Depkes
Ketua
dr. Untung Suseno S., MKes
Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes
Editor
Hasnawati, SKM, MKes
Sugito, SKM, MKes
Hary Purwanto, MKes, MMSi
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
Anggota,
Sunaryadi, SKM, MKes; Fetty Ismandari, dr.; Nuning Kurniasih, SSi, Apt;
Farida Sibuea, SKM, MScPH; Evida V. Manullang, SSi; Marlina Indah Susanti, SKM;
Supriyono Pangribowo, SKM; Dewi Roro Kumbini, SPd; Istiqomah, SS;
Sarijono; Sondang Tambunan; Maryati; B.B Sigit
Kontributor
Badan Pusat Statistik; Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional;
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal; Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat;
Ditjen Bina Pelayanan Medik; Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
Ditjen Bina Kefarmasian & Alkes; Badan Litbangkes; Badan PPSDMKes;
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Kepegawaian;
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; Pusat Penanggulangan Krisis
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
351.770 212
Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p Profil Kesehatan Indonesia 2008. - - Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2009
“Profil Kesehatan Indonesia 2008” merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari
kinerja Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan, maka
tahun yang tercantum dalam judul profil kesehatan disamakan dengan tahun dari data dan
informasi yang disajikan.
“Profil Kesehatan Indonesia 2008” ini selain memuat informasi seperti profil
kesehatan sebelumnya, juga memuat kejadian-kejadian penting yang terjadi pada tahun 2008.
Penyajian dalam “Profil Kesehatan Indonesia 2008” ini masih terdapat keterbatasan karena
ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul sehingga untuk beberapa indikator
masih memuat data tahun 2007, termasuk kontribusi dari hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
2007 yang diselenggarakan Balitbangkes Depkes. Beberapa data dan informasi tahun 2008
yang belum terdapat dalam Profil Kesehatan Indonesia 2008 ini akan disajikan dalam bentuk
sajian lain selain Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta, 2009
i
ii
SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES
Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2008” yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak
tantangan di dalam proses pengumpulan data dan informasi kesehatan ini, akhirnya Pusat
Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2008 dan menyusunnya dalam bentuk
“Profil Kesehatan Indonesia 2008”.
Tantangan dan kendala dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu
ternyata cukup banyak, sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program
masih belum dapat terisi secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia
2008” ini, saya harapkan dapat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan yang
didasari atas data dan informasi (evidence based) dan dapat digunakan pula sebagai salah satu
bahan evaluasi program pembangunan kesehatan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga
memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2008” ini.
Jakarta, 2009
Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI v
BAB I: PENDAHULUAN 1
v
BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN DAN SEARO 140
A. Kependudukan 140
B. Derajat Kesehatan 149
C. Upaya Kesehatan 158
LAMPIRAN
***
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Lampiran 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.14.a Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.14.b Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2).
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Tipe Daerah, dan Jenis Lantai
Terluas (m2) dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 2.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Tipe Daerah, dan Jenis Dinding
Terluas (m2) dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 2.18 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang dialami dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.18.a Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang dialami dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.18.b Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang dialami dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.19 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.19a Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.19.b Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.20 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama
Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.21 Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi
Menurut Jenis Obat yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun
2008
Lampiran 2.22 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.22.a Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 2.22.b Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2008
viii
Lampiran 2.23 Persentase Rumah Tangga yang Memenuhi Kriteria Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Baik Menurut Provinsi Riskesdas Tahun 2007
Lampiran 2.24 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas yang Berperilaku Benar Dalam
Buang Air Besar dan Cuci Tangan Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.25 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Kebiasaan
Merokok dan Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 2.26 Prevalensi Perokok Saat Ini dan Rerata Jumlah Batang Rokok yang
Dihisap Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun
2008
Lampiran 2.27 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas yang Merokok Menurut
Usia Mulai Merokok Tiap Hari dan Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 2.28 Prevalensi Peminum Alkohol 12 Bulan dan 1 Bulan Terakhir Menurut
Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 2.29 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur Penduduk Umur 10 Tahun ke
Atas Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Harapan Hidup, Net
Reproduction Rate, Angka Kelahiran Kasar, dan Angka Fertilitas Total
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.2 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi Tahun
2005 - 2007
Lampiran 3.3 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2008
Lampiran 3.3.a Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2007
Lampiran 3.4 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2008
Lampiran 3.4.a Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit Di
Indonesia Tahun 2007
Lampiran 3.5 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.6 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997 -
2008
Lampiran 3.7 Hasil Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru Tahun 2008
Lampiran 3.8 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.9 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Kelompok Umur
(Tahun), Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.10 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2008
ix
Lampiran 3.11 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS yang Menggunakan Napza Suntikan
(IDU) Menurut Provinsi s.d 31 Desember 2008
Lampiran 3.12 Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.13 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.14 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.15 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.16 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.16.a Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.17 Jumlah Kasus Penyakit Campak dan Status Vaksinasi Campak Menurut
Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.18 Frekuensi dan Jumlah Kasus Pada KLB Campak Menurut Provinsi
Tahun 2005-2008
Lampiran 3.19 Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.20 Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klasifikasi Klinis dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 3.21 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2003 - 2008
Lampiran 3.22 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2003 -
2008
Lampiran 3.23 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2005 - 2008
Lampiran 3.24 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2003 - 2008
Lampiran 3.25 Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek) Tahun
2008
Lampiran 3.26 Situasi Leptospirosis pada Manusia di Indonesia Tahun 2004 - 2008
Lampiran 3.27 Situasi Antraks pada Manusia di Indonesia Tahun 2004 - 2008
Lampiran 3.28 Situasi Pes pada Manusia di Indonesia Tahun 2008
Lampiran 3.29 Jumlah dan Presentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.30 Kasus Penyakit dapat dicegah dengan Imunisasi Menurut Provinsi Tahun
2008
Lampiran 3.31 Jumlah Kasus Hepatitis C (Hanya Data yang Positif) Tahun 2008
Lampiran 3.32 Persentase Balita Menurut Status Gizi (BB/U)* Per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.33 Persentase Balita Menurut Status Gizi (TB/U)* Per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.34 Persentase Balita Menurut Status Gizi (BB/ TB )* Per Provinsi Tahun
2007
x
Lampiran 3.35 Prevalensi Kurus dan Berat Badan Lebih Anak Umur 6 - 14 Tahun
Menurut Jenis Kelamin per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.36 Persentase Status Gizi Penduduk Dewasa (15 Tahun ke Atas) Menurut
IMT Per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.37 Prevalensi Risiko KEK Penduduk Wanita Umur 15 - 45 Tahun Menurut
Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.38 Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir 12 Bulan Terakhir Menurut
Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.39 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 3.40 Rawat Jalan Jemaah Haji di Arab Saudi Berdasarkan Pola Penyakit
Tahun 2006 – 2008
Lampiran 3.41 Jumlah Haji Indonesia Pola Penyakit - Pemeriksaan Kesehatan di
Embarkasi Tahun 2006 - 2008
Lampiran 3.42 Rawat Jalan Jemaah Haji di Arab Saudi Berdasarkan Pola Penyakit
Tahun 2006 – 2008
Lampiran 3.43 Sebab Jemaah Haji Wafat di Arab Saudi Berdasarkan Pola Penyakit
Tahun 2006 – 2008
Lampiran 3.44 Jemaah Haji Indonesia Berdasarkan Jumlah Wafat per 1000 Jemaah
(Rate Wafat) Tahun 2008
Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Dan K4, Persalinan ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.2 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.2.a Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan)
Lampiran 4.2.b Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Provinsi
Tahun 2008 (Perdesaan)
Lampiran 4.3 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.3.a Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Provinsi
Tahun 2008 (Perkotaan)
Lampiran 4.3.b Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Provinsi
(Perdesaan)
Lampiran 4.4 Cakupan Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti, dan Penanganan
Komplikasi Ibu Hamil dan Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.5 Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke atas Yang Pernah Kawin dan
Jumlah Anak Yang Dilahirkan Hidup Menurut Provinsi Tahun 2008
(Perkotaan+Perdesaan)
xi
Lampiran 4.5.a Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke atas yang Pernah Kawin dan
Jumlah Anak yang dilahirkan Hidup Menurut Provinsi Tahun 2008
(Perkotaan)
Lampiran 4.5.b Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke atas yang Pernah Kawin dan
Jumlah Anak yang dilahirkan Hidup Menurut Provinsi Tahun 2008
(Perdesaan)
Lampiran 4.6 Rata - Rata Jumlah Anak Lahir Hidup per Wanita Usia 15-49 Tahun
Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2008
Lampiran 4.7 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Yang
Sedang Menggunakan /Memakai Alat Kb Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 4.8 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Pernah Menggunakan / Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2008
Lampiran 4.9 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat / Cara KB yang sedang digunakan / dipakai dan Provinsi, Tahun
2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.9.a Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang sedang digunakan /dipakai dan Provinsi, Tahun 2008
(Perkotaan)
Lampiran 4.9.b Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang sedang digunakan /dipakai dan Provinsi, Tahun 2008
(Perdesaan)
Lampiran 4.10 Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.11 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.12 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (Uci) Menurut Provinsi
Tahun 2006 - 2008
Lampiran 4.13 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2008*
Lampiran 4.14 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.15 Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1 - Campak pada Bayi Menurut
Provinsi Tahun 2003 - 2008
Lampiran 4.16 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Provinsi,
Tipe Daerah dan Jenis Imunisasi, 2008
Lampiran 4.17 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.18 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut
Provinsi Tahun 2007
xii
Lampiran 4.19 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut Provinsi
Tahun 2007
Lampiran 4.20 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Rumah Sakit Umum
Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.21 Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesmas di Puskesmas Tahun 2008
Lampiran 4.22 Jumlah Masyarakat Miskin dan Tidak Mampu untuk Jaminan Kesehatan
Masyarakat Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.23 Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesmas di RS/BKMM/BKIM/BKN/BP4
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.24 Jumlah Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut Jamkesmas
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.25 Penanganan Penyalahgunaan Napza di Rumah Sakit Menurut
Kepemilikan Tahun 2007
Lampiran 4.26 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
Succes Rate (Sr) Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 4.27 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 4.28 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin "A" Tahun 2008
Lampiran 4.29 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 4.30 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah disusui Menurut Lamanya
disusui Per Provinsi Tahun 2008 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.30.a Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah disusui Menurut Lamanya
disusui Per Provinsi Tahun 2008 (Perkotaan)
Lampiran 4.30.b Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah disusui Menurut Lamanya
disusui Per Provinsi Tahun 2008 (Perdesaan)
Lampiran 4.31 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2008
Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi
Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan Menurut
Provinsi Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.3 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2008
Lampiran 5.4 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola Dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit Umum dan Tempat Tidur Menurut Pengelola
Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.6 Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum Menurut Kelas Perawatan
dan Provinsi Tahun 2008
xiii
Lampiran 5.7 Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.8 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
Rumah Sakit Tahun 2004 - 2008
Lampiran 5.9 Jumlah Sarana Produksi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.10 Jumlah Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.11 Jumlah Institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Menurut Jurusan dan
Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.12 Jumlah Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Politeknik Kesehatan
(Poltekkes) Kumulatif sampai dengan Desember Tahun 2008
Lampiran 5.13 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan (Poltekkes)
Menurut Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.14 Jumlah Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Kumulatif sampai
Desember Tahun 2008
Lampiran 5.15 Jumlah Institusi Diknakes Non-Poltekkes Menurut Status Kepemilikan
Kumulatif sampai dengan Desember Tahun 2008
Lampiran 5.16 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Hasil Pendataan Potensi Desa
Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.17 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.18 Rasio Dokter, Dokter Gigi, Perawat dan Bidan Terhadap Jumlah
Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.19 Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis dan Provinsi
Tahun 2008
Lampiran 5.20 Jumlah Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT)
yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2008
Lampiran 5.21 Jumlah Alokasi dan Realisasi Anggaran Departemen Kesehatan Menurut
Eselon I Tahun Anggaran 2008
Lampiran 5.22 Persentase Penduduk dengan Jaminan Pembiayaan/Asuransi Kesehatan
Menurut Provinsi dan Tipe Daerah Tahun 2007
Lampiran 5.23 Persentase Penduduk dengan Jaminan Pembiayaan/Asuransi Kesehatan
Menurutjenis Jaminan Kesehatan dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara-Negara ASEAN
& SEARO Tahun 2008
Lampiran 6.2 Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan Manusia
di Negara-Negara ASEAN & SEARO
xiv
Lampiran 6.3 Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yang
Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara-Negara ASEAN &
SEARO Tahun 2006
Lampiran 6.4 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Tahun 2006/2007
Lampiran 6.5 Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Tahun 2007
Lampiran 6.6 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Lampiran 6.7 Perbandingan Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi di Negara-Negara
ASEAN & SEARO Tahun 2007
Lampiran 6.8 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Tahun 2000-2008
Lampiran 6.9 Pembiayaan Kesehatan di Negara-Negara ASEAN & SEARO Tahun
2006
***
xv
Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar
manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang, khususnya dalam bidang pendapatan,
kesehatan, dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan
secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan
sehat, berpengetahuan, dan memiliki kehidupan yang layak. Masing-masing dimensi
direpresentasikan oleh indikator. Umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator
angka harapan hidup; pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah; serta kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator
kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga dimensi
pembangunan manusia ini terangkum dalam suatu nilai tunggal, yaitu Indeks Pembangunan
Manusia (human development index).
Sedangkan pembangunan kesehatan adanya upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi
indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada
periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan
pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan ba-
gi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular,
penanggulangan gizi buruk, dan penanganan krisis kesehatan akibat bencana.
Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008 ini berupaya untuk
menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber
daya kesehatan, dan faktor-faktor terkait lainnya, serta perbandingan Indonesia dengan
negara anggota ASEAN dan SEARO.
Profil Kesehatan Indonesia 2008 ini terdiri atas 6 (enam) bab, yaitu:
Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang diterbitkannya Profil
Kesehatan Indonesia 2008 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II - Situasi Umum dan Perilaku Penduduk. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum,
yang meliputi: kependudukan, perekonomian, pendidikan, dan lingkungan fisik; serta
perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan.
1
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2008 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2008, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar,
pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.
Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2008. Gambaran tentang keadaan sumber daya
mencakup tentang keadaan tenaga, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini
menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data kependudukan, Angka
Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka
estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, cakupan
imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan.
***
2
Indonesia terbentang antara 6o garis Lintang Utara sampai 11o garis Lintang
Selatan, dan dari 97 o sampai 141o garis Bujur Timur serta terletak antara dua benua
yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, menurut data Bakosurtanal,
jumlah pulau di Indonesia 17.508 (17.506 pulau setelah dikurangi Sipadan dan
Ligitan). Jumlah pulau itu termasuk yang berada di muara dan tengah sungai, serta
delta. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat
dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek
tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Secara administratif wilayah Indonesia pada tahun 2008 terbagi atas 33
provinsi, 495 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 96 kota). Jika dibandingkan
dengan jumlah kabupaten/kota yang ada pada tahun 2007, maka selama tahun 2008
telah terjadi pembentukan 30 kabupaten/kota baru. Pembagian wilayah Indonesia
secara administratif pada tahun 2007 - 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku
penduduk pada tahun 2008 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi,
keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan
dengan kesehatan.
A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2008 tercatat sebesar 228.523.342 jiwa terdiri dari 114.399.238 laki-laki dan
114.124.104 perempuan. Melalui estimasi BPS hasil SUPAS 2005 (estimasi
penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2008),
kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut.
3
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2008
Sumber : Badan Pusat Statistik, Estimasi Penduduk Indonesia Dirinci Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Tahun 2008
4
2,22%. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 2.2.
GAMBAR 2.2
PERSENTASE PERSEBARAN PENDUDUK INDONESIA
MENURUT KELOMPOK PULAU-PULAU BESAR TAHUN 2008
5
GAMBAR 2.3
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2008
B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian Indonesia pada
tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1% dibanding tahun 2007. Nilai
Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai
Rp 2.082,1 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp 1.963,1 triliun. Bila dilihat
berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2008 naik sebesar Rp 1.004,7 triliun, yaitu
dari Rp 3.949,3 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp 4.954,0 triliun pada
tahun 2008.
Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama periode Januari sampai Desember
tahun 2008 telah terjadi inflasi sebesar 11,06%. Selama tahun 2008 kelompok bahan
makanan memberi kontribusi terbesar pada inflasi sebesar 16,35%. Kelompok
lainnya dalam tahun 2008 masing-masing kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar menyumbang sebesar 10,92% pada inflasi nasional; kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau 12,53%, kelompok sandang 7,33%, kelompok
kesehatan 7,96%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 6,66% dan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 7,49%.
Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang
mencapai 16,7%, diikuti oleh sektor listrik, gas dan air bersih 10,9%, sektor
keuangan, real estate dan jasa perumahan 8,2%, sektor konstruksi 7,3%, sektor
6
perdagangan, hotel dan restoran 7,2%, sektor jasa-jasa 6,4%, sektor pertanian 4,8%,
dan sektor industri pengolahan 3,7%, serta sektor pertambangan dan penggalian
0,5%. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5% yang berarti
lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,1%.
Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas). Sakernas merumuskan konsep pengangguran sebelum tahun
2001 sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang mencari pekerjaan. Sejak tahun 2001 konsep pengangguran menjadi angkatan
kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja
yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha (MP), tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa
(sebelumnya dikategorikan sebagai Bukan Angkatan Kerja) dan yang punya
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai Bekerja).
Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari
kerja dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka disini didefinisikan
sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan
usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi
mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi
belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih
sekolah atau mengurus rumah tangga, sehingga hanya orang yang temasuk angkatan
kerja saja yang merupakan pengangguran terbuka.
Menurut Sakernas, definisi operasional Angkatan Kerja adalah penduduk
usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan
penganggur. Sementara Bekerja menurut definisi Sakernas adalah kegiatan ekonomi
yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu
yang lalu. Kegiatan itu termasuk juga kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi.
Berdasarkan data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 – 2008, tahun 2008 ada penurunan angka
pengangguran, dengan bertambahnya lapangan kerja pada sektor jasa
kemasyarakatan seperti jasa pertukangan, pembantu rumah tangga, transportasi, dan
pertanian. Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran
pada Agustus 2007 - Agustus 2008 adalah sebagai berikut.
TABEL 2.1
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2008
Tahun
Agustus 2007 (juta org) Agustus 2008 (juta org)
Jumlah Angkatan Kerja 109,94 111,95
Jumlah penduduk yang bekerja 99,93 102,55
Pengangguran terbuka 10.01 9,39
7
Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu
mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok
negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah
dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu
geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah
rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan
prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan
masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah
administrasi kabupaten. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan 6 (enam) kriteria dasar
yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur),
kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah,
serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah perbatasan antarnegara dan
gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik.
Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, pada tahun
2006 -2008 jumlah kabupaten tertinggal mencapai 199 kabupaten/kota di seluruh
Indonesia. Tahun 2008 persentase daerah tertinggal adalah 40,2% dari 495
kabupaten/kota. Menurut jumlah kabupaten/kota yang tertinggal angka ini sedikit
bertambah dibandingkan tahun 2005, yang menunjukkan jumlah 197 kabupaten
tertinggal. Penambahan 2 kabupaten tersebut terdapat pada Provinsi Sumatera Barat
yang pada tahun 2005 berjumlah 7 kabupaten kemudian bertambah menjadi 9
kabupaten. Provinsi dengan persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah
Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100% (2006-2008), diikuti oleh Sulawesi Tengah yang
sebesar 81,8% (2008) dan Bengkulu 80% (2008). Jumlah dan persentase
kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
GAMBAR 2.4
PROVINSI DENGAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL
DI INDONESIA TAHUN 2008
8
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan
termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan
daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-
penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan
kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan
pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan
vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.
Pada bulan Maret 2007, jumlah penduduk miskin menurun menjadi 37,17
juta dari 39,3 juta penduduk miskin pada bulan Maret 2006. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penurunan 2,13 juta penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin pada
bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,6%),
berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang.
Selama periode Maret 2007 - Maret 2008, penduduk miskin di daerah
perdesaan berkurang 1,42 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79
juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak
banyak berubah. Pada bulan Maret 2008, sebagian besar (63,47%) penduduk miskin
berada di daerah perdesaan.
Persentase penduduk miskin dari tahun 2004-2008 disajikan pada Gambar 2.4
berikut ini.
GAMBAR 2.5
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
9
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan,
pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus
(predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk
berperilaku sehat.
Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk
yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.
Komposisi penderita buta huruf di Indonesia beragam. Jumlah penduduk buta huruf
di Indonesia tidak hanya dialami satu generasi, tetapi terdiri atas generasi muda dan
tua.
Berdasarkan data BPS 2004-2008, persentase penduduk yang buta huruf
cenderung menurun karena akses terhadap pendidikan meningkat dalam 5 tahun
terakhir ini. Persentase terbesar penduduk yang buta huruf berada dalam kelompok
umur lebih dari 45 tahun, diikuti kelompok umur kurang dari 15 tahun. Dengan
demikian, pendidikan sebagai senjata utama penghapusan buta huruf itu senantiasa
harus menyentuh baik generasi muda maupun generasi tuanya.
GAMBAR 2.6
PERSENTASE PENDUDUK YANG BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
Tahun 2008 persentase tertinggi penduduk berumur 15-45 tahun ke atas yang
buta huruf pada tahun adalah Provinsi Papua (26,23%), diikuti Nusa Tenggara Barat
(7,54%) dan Sulawesi Barat (6,70%). Persentase terendah adalah DKI Jakarta
(0,07%), diikuti Sulawesi Utara (0,32%) dan Riau (0,47%). Persentase penduduk
buta huruf menurut kelompok umur dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.5.
Persentase penduduk berumur 15-45 tahun yang buta huruf menurut provinsi dapat
dilihat pada Gambar 2.7 berikut ini.
10
GAMBAR 2.7
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 15-45 TAHUN YANG BUTA HURUF
DI INDONESIA TAHUN 2008
GAMBAR 2.8
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
11
Berbeda dengan APK, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan
banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya. Secara umum, APM setingkat SD sebesar 93,98%,
SLTP 66,75% dan SLTA 44,22%. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
rendah APM. Persentase angka partisipasi murni menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.7.
GAMBAR 2.9
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
D. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya
status derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator
seperti; persentase rumah tangga terhadap akses air minum, persentase rumah tangga
menurut sumber air minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari
pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja,
dan persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air besar.
12
Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata
air tak terlindung, air sungai, dan sumber lainnya.
Susenas tahun 2008 menyebutkan bahwa persentase rumah tangga yang
memiliki sumber air minum terlindung sebesar 94,20%, sedangkan persentase rumah
tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 5,80%. Provinsi
dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum
terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu 99,62%, diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar
98,17% dan Maluku Utara sebesar 97,78%. Persentase rumah tangga yang memiliki
sumber air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Bengkulu, yaitu
sebesar 69,56%, diikuti oleh Lampung (82,33%) dan Kalimantan Tengah (83,62%).
Pada kelompok sumber air minum terlindung, sebagian besar rumah tangga di
Indonesia memiliki sumur terlindung dengan persentase 28,60%. Persentase rumah
tangga yang menggunakan sumber air minum pompa menempati urutan ke-2 yaitu
17,06%, kemudian ledeng meteran (11,46%), mata air terlindung (8,73%), air isi
ulang (7,16%), air kemasan (4,11%), ledeng eceran (3,57%), dan air hujan (2,65%).
Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia
sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 9,48%, diikuti
oleh mata air tak terlindung sebesar 4,05%, air sungai sebesar 2,75% dan lainnya
sebesar 0,38%. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan
wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.8, 2.8.a, dan Lampiran 2.8.b.
GAMBAR 2.10
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM
DI INDONESIA TAHUN
2008
13
2. Pemakaian Air Bersih
Jumlah pemakaian air bersih rumah tangga per kapita sangat terkait dengan
risiko kesehatan masyarakat yang terkait dengan higiene. Risiko kesehatan
masyarakat pada kelompok yang akses terhadap air bersih rendah dikategorikan
sebagai mempunyai risiko tinggi. Definisi operasional berdasarkan Riskesdas
tersebut menyebutkan rerata pemakaian air bersih individu adalah rerata jumlah
pemakaian air bersih rumah tangga dalam sehari dibagi dengan jumlah anggota
rumah tangga. Rerata pemakaian air individu dikelompokkan menjadi ‘<5
liter/orang/hari’, ‘5-19,9 liter/orang/hari’, ‘20-49,9 liter/orang/hari’, ’50-99,9
liter/orang/hari’ dan ‘≥100 liter/orang/hari’.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menyatakan bahwa secara nasional terdapat
16,2% rumah tangga yang masih rendah dalam pemakaian air bersih, terdiri dari
5,4% memakai air bersih kurang dari 5 liter/orang/hari dan 10,8% memakai air
bersih 5-19,9 liter/orang/hari, sehingga mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
gangguan kesehatan/penyakit. Adapun rumah tangga yang mempunyai akses dasar
(minimal) sebesar 26,9%, akses menengah sebesar 25,3% dan akses optimal sebesar
31,6%.
Provinsi yang akses rumah tangga terhadap air bersih masih rendah (di atas
16,2%) antara lain Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sumatera Barat. Sedangkan
provinsi yang mempunyai akses optimal yang tinggi adalah DKI Jakarta, DI
Yogyakarta dan Banten.
Persentase rumah tangga menurut rerata pemakaian air bersih per orang per
hari dan provinsi secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.9.
14
(kakus) lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan sumber-sumber
pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya.
Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotor termasuk
tempat penampungan akhir (TPA) kotoran/tinja tidak kurang dari 10 meter dan
diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah sumber-sumber tersebut.
Susenas tahun 2008 juga menampilkan persentase rumah tangga dengan
sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat
penampungan akhir kotoran/tinja terdekat. Data tersebut menyebutkan bahwa secara
nasional sebanyak 51,88% rumah tangga memiliki jarak sumber air minum dari
pompa/sumur/mata air terhadap tempat penampungan kotoran akhir/tinja > 10 meter.
Sedangkan sebanyak 24,14 % memiliki jarak < 10 meter dan sisanya sebanyak
23,97% tidak tahu.
Pada rumah tangga yang memiliki jarak > 10 meter pada sumber air
minumnya, persentase terbesar adalah DI Yogyakarta sebesar 71,73%, diikuti oleh
Kalimantan Selatan sebesar 66,00% dan Jambi 63,66%. Sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Gorontalo sebesar 33,39% diikuti oleh Banten sebesar
34,35% dan Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 35,82%. Persentase rumah tangga
dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut tipe daerah, jarak ke
tempat penampungan akhir kotoran/tinja/ terdekat dan provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.11.
GAMBAR 2.11
PROVINSI DENGAN PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN
JARAK SUMBER AIR MINUM KE TPA KOTORAN/TINJA >10 METER
DI INDONESIATAHUN 2008
15
dan tidak ada. Secara nasional, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri
fasilitas tempat buang air besar sebesar 61,68%, rumah tangga yang memiliki
bersama 13,38%, umum sebesar 3,79% dan tidak ada sebesar 21,14%.
Persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air
besar di perkotaan dan perdesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Persentase di perkotaan sebesar 71,92%, sedangkan di perdesaan sebesar 52,00%.
Provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat
buang air besar tertinggi adalah Kepulauan Riau sebesar 82,54% diikuti oleh Riau
sebesar 81,88% dan Kalimantan Timur sebesar 77,03%. Sedangkan persentase
rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar terendah
terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 31,82% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
sebesar 37,76% dan Maluku Utara sebesar 44,21%. Persentase rumah tangga
menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan provinsi tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 2.12.
GAMBAR 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
DI INDONESIA TAHUN 2008
16
penampungan akhir tinja (51,33% dan 42,85%). Persentase rumah tangga menurut
tempat pembuangan akhir tinja dan provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran
2.14, 2.14.a dan Lampiran 2.14.b.
6. Luas Lantai
Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun perdesaan berdampak
negatif terhadap terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap
penghuni dan berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja
memiliki implikasi terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah
penduduk sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada
umumnya adalah penyebab penyakit menular saluran napas semakin banyak bila
jumlah penghuni semakin banyak.
Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak
memerlukan lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya
kreatifitasnya. Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan
media yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran
napas juga dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga
memiliki luas lantai 50-99 m2, sebesar 43,08%, diikuti oleh rumah tangga dengan
luas lantai 20-49 m2, sebesar 34,60% dan rumah tangga dengan luas lantai 100-149
m2 sebesar 10,43%. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal
(m2), tipe daerah, dan provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.15.
7. Jenis Lantai
Apabila dilihat berdasarkan jenis lantai terluas yang ditempati, sebagian besar
rumah tangga menempati rumah yang berlantai bukan tanah. Persentase penggunaan
lantai “bukan tanah” di seluruh Indonesia sudah mencapai di atas 80%, dimana DKI
Jakarta merupakan provinsi dengan lantai terluas yang tertinggi dengan persentase
98,20% dan Nusa Tenggara Timur merupakan yang terendah dengan persentase
58,99%. Bila dibandingkan menurut tipe daerah, rumah tangga di perkotaan yang
lantai rumahnya bukan dari tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga
di perdesaan (94,10% berbanding 81,32%). Persentase rumah tangga menurut jenis
lantai terluas, tipe daerah, dan provinsi tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 2.16.
8. Jenis Dinding
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat dilihat menurut
penggunaan jenis dinding, yaitu berupa tembok, kayu, bambu atau lainnya. Secara
nasional sebanyak 65,49% rumah tangga menggunakan dinding tembok, dengan
persentase tertinggi di Bali (93,67%) dan terendah di Kalimantan Selatan (14,23%).
17
Persentase rumah tangga menurut jenis dinding, tipe daerah, dan provinsi tahun 2008
dapat dilihat pada Lampiran 2.17.
18
Sebanyak 65,59% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama
sebulan referensi memilih untuk mengobati sendiri. Sedangkan yang memilih untuk
berobat jalan hanya sebesar 44,37% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan
kesehatan selama sebulan referensi.
Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan
referensi dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi
Bali, yaitu 55,04% yang diikuti oleh Sumatera Barat 50,75% dan DKI Jakarta
sebesar 50,71%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Sulawesi
Tenggara sebesar 28,03%, Kalimantan Tengah sebesar 28,10%, dan Maluku sebesar
31,97%.
Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang
dialami selama sebulan referensi, Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas
dengan persentase sebesar 81,64%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 78,79% dan
Kalimantan Selatan sebesar 78,01%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah
adalah Papua sebesar 50,72%, Bali sebesar 51,85% dan Nusa Tenggara Timur
sebesar 55,68%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.20.
Dari penduduk yang mengobati sendiri, 90,49% di antaranya menggunakan
obat modern, 22,26% menggunakan obat tradisional dan 5,53% menggunakan jenis
obat lainnya. Persentase penduduk yang mengobati sendiri selama bulan referensi
menurut provinsi, jenis obat yang digunakan, dan tipe daerah tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 2.21.
19
Sumber : BPS, Susenas Tahun 2008
GAMBAR 2.14
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN KE PUSKESMAS/PUSTU
DI INDONESIA TAHUN 2008
Pada tahun 2008, tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat
jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar adalah Papua Barat sebesar 73,83%, diikuti oleh
Nusa Tenggara Timur sebesar 73,36% dan Papua 72,36%. Sedangkan provinsi
dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah
Sumatera Utara sebesar 20,28%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 26,18% dan Riau
sebesar 28,75%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.22.
20
nasional sebesar 38,7%. Provinsi yang memiliki persentase di atas 38,7% ada 5
provinsi yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan Timur (49,8%),
Jawa Tengah (47%) dan Sulawesi Utara (46,9%). Provinsi dengan persentase PHBS
yang rendah adalah Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo
(27,8%), Riau (28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%).
Persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan
sehat yang baik menurut provinsi secara rinci disajikan pada Lampiran 2.23.
5. Perilaku Higienis
Perilaku higienis yang disurvey dalam Riskesdas tahun 2007 meliputi
kebiasaan buang air besar (BAB) dan kebiasaan mencuci tangan. Perilaku BAB yang
benar adalah bila penduduk melakukannya di jamban dan mencuci tangan yang benar
adalah bila penduduk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak dan
setelah memegang unggas/binatang.
Data dari Riskesdas 2007 secara nasional menunjukkan 71,1% penduduk 10
tahun ke atas berperilaku benar dalam kebiasaan BAB, tetapi hanya 23,2% yang
mempunyai kebiasaan cuci tangan yang baik. Provinsi yang mempunyai persentase
tertinggi dalam perilaku higienis ini adalah DKI Jakarta yaitu 98,6% dalam perilaku
BAB dan 44,7% dalam kebiasaan cuci tangan yang benar.
Provinsi yang persentasenya rendah dalam perilaku BAB ini adalah Sulawesi
Barat (57,4%), Gorontalo (59,2%) dan Sumatera Barat (59,3%). Sedangkan provinsi
yang persentasenya rendah dalam perilaku cuci tangan adalah Sumatera Barat (8,4%,
Sumatera Utara (14,5%) dan Riau (14,6%).
Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang berperilaku benar dalam BAB
dan cuci tangan yang baik menurut provinsi secara rinci disajikan pada Lampiran
2.24.
6. Perilaku Merokok
Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, persentase penduduk umur 10 tahun ke
atas 23,7% merokok setiap hari, 5,5% merokok kadang-kadang, 3,0% adalah mantan
perokok dan 67,8% bukan perokok.
GAMBAR 2.15
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT
KEBIASAAN MEROKOK DI INDONESIA TAHUN 2008
21
Sumber : Badan Litbangkes, Riskesdas Tahun 2007
GAMBAR 2.16
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT KEBIASAAN MEROKOK DAN JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2008
Prevalensi perokok saat ini yang terdiri dari perokok setiap hari dan perokok
kadang-kadang adalah 29,2%. Prevalensi perokok tertinggi adalah di Provinsi
Lampung (34,3%), Bengkulu (34,1%) dan Gorontalo (32,6%). Berdasarkan rata-rata
jumlah batang rokok yang dihisap oleh perokok saat ini adalah 12 batang per hari.
22
Jumlah batang rokok yang dihisap per hari paling tinggi adalah di Nanggroe Aceh
Darussalam (19 batang), Kepulauan Riau dan Bangka Belitung masing-masing 16
batang rokok.
Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut kebiasaan merokok, jumlah
rokok yang dihisap, usia mulai merokok dan provinsi secara rinci disajikan pada
Lampiran 2.25, 2.26 dan Lampiran 2.27.
***
23
Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya
ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan,
namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan
faktor lainnya. Faktor-faktor ini berpengaruh pada kejadian morbiditas, mortalitas dan
status gizi di masyarakat. Angka morbiditas, mortalitas dan status gizi dapat
menggambarkan keadaan dan situasi derajat kesehatan masyarakat. Angka ini juga dapat
digunakan untuk perencanaan bidang kesehatan. Situasi derajat kesehatan masyarakat pada
tahun 2008 dapat dilihat melalui keadaan morbiditas, mortalitas dan status gizi berikut ini.
A. MORTALITAS
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu. Berikut ini adalah angka kematian pada
bayi, balita, ibu, angka kematian kasar, dan umur harapan hidup.
24
Secara umum dari tahun ke tahun terjadi penurunan AKB. Hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh estimasi AKB di Indonesia sebesar
34 per 1.000 kelahiran hidup. Perkembangan AKB hasil estimasi SDKI tahun 1991-2007
dapat dilihat pada Gambar 3.1 di atas. Perlu diperhatikan bahwa pengukuran angka
kematian SDKI tersebut mengestimasikan Angka Kematian Bayi dalam periode 5 tahun
terakhir sebelum survei, misalnya pada SDKI tahun 2007 diperoleh AKB untuk periode 5
tahun sebelumya yaitu tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Kecenderungan penurunan AKB dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan
kesehatan berikut fasilitasnya. Pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berperan
melalui perbaikan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit.
AKB hasil SDKI tahun 2007 untuk masing-masing provinsi merupakan estimasi
AKB dalam periode 10 tahun sebelum survei (1998-2007). AKB terendah dimiliki oleh
Provinsi DI Yogyakarta sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Nanggroe Aceh
Darussalam sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur serta Jawa
Tengah sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh
Provinsi Sulawesi Barat (74/1.000 kelahiran hidup), diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
(72/1.000 kelahiran hidup) dan Sulawesi Tengah (60/1.000 kelahiran hidup). Besarnya
AKB per provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.2. Distribusi Angka Kematian Bayi menurut
provinsi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
GAMBAR 3.2
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
25
TABEL 3.1
JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN KELAHIRAN HIDUP
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2007
GAMBAR 3.3
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 – 2007
26
kelahiran hidup dan Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Besarnya
AKABA per provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.4.
GAMBAR 3.4
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
27
GAMBAR 3.5
ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007
Sedangkan jumlah kematian ibu dan jumlah kelahiran hidup di rumah sakit pada
tahun 2003- 2007 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
TABEL 3.2
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008
28
TABEL 3.3
POLA PENYEBAB KEMATIAN SEMUA UMUR
RISKESDAS 2007
GAMBAR 3.6
DISTRIBUSI KEMATIAN PADA SEMUA UMUR MENURUT KELOMPOK PENYAKIT
SKRT 1995-2001 DAN RISKESDAS 2007
29
Angka kematian di rumah sakit (Gross Death Rate) pada periode 2003 - 2007
berada pada kisaran 3,3 - 4,7% seperti dapat dilihat dalam Tabel 3.4.
TABEL 3.4
ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2001- 2008
Jumlah pasien
Tahun Jumlah Mati %
keluar
2003 2,270,657 81,943 3.61
2004 2,140,954 99,615 4.65
2005 2,561,106 85,567 3.34
2006 2,233,204 84,214 3.77
2007 2,687,996 94,700 3.52
2008 2,775,813 100,410 3.62
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2009
Tabel 3.5 dan 3.6 berikut menyebutkan 10 penyebab kematian terbanyak pada
penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2007 dan 2008.
TABEL 3.5.
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007
Jumlah
No Golongan Sebab Sakit CFR (%)
Pasien Mati
1 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 21,830 11.02
2 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 14,323 2.52
3 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 9,822 11.89
4 Penyakit Sistem Napas 7,214 3.65
5 Penyakit Sistem Cerna 6,590 2.93
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
6 5,945 2.94
Lainnya
7 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 5,277 6.73
8 Neoplasma 4,585 4.82
9 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 4,557 3.75
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
10 3,967 2.60
Abnormal YTK
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2009
30
TABEL 3.6
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2008
Pasien
No Golongan Sebab Sakit CFR (%)
Mati
1 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 23,163 11.06
2 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 16,769 2.89
3 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 9,108 9.74
4 Penyakit Sistem Napas 8,190 3.99
5 Penyakit Sistem Cerna 6,825 2.91
6 Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya 5,767 2.99
7 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 5,585 6.73
8 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 4,542 3.56
9 Neoplasma 4,332 4.70
10 Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal YTK 4,238 2.80
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik (data sementara yang diterima s.d. Agustus 2009)
Pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 terlihat bahwa penyakit sistem sirkulasi darah
merupakan penyakit yang menempati urutan teratas sebagai penyakit utama penyebab
kematian di rumah sakit baik pada tahun 2007 maupun 2008. Penyakit sirkulasi darah pada
tahun 2007 menyebabkan kematian sebanyak 21.830 orang dengan Case Fatality Rate
(CFR) 11,02% dan pada tahun 2008 menyebabkan kematian sebanyak 23.163 orang
dengan Case Fatality Rate (CFR) 11,06%.
B. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu penyakit
yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas berhubungan dengan
terjadinya atau terjangkitnya penyakit di dalam populasi, baik fatal maupun non-fatal.
Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan masyarakat daripada angka
mortalitas, karena banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai
31
mortalitas yang rendah. Berikut ini akan disajikan mengenai pola 10 penyakit terbanyak di
rumah sakit, penyakit menular, dan penyakit tidak menular .
TABEL 3.7
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2007
Jumlah Admission
No Golongan Sebab Sakit
Kunjungan Rate
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
1 2,142,968 1.71
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
2 Penyakit Sistem Napas 1,762,200 1.01
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
3 1,246,455 1.87
Abnormal YTK
4 Penyakit Sistem Cerna 1,195,670 1.02
5 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 1,143,694 1.08
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
6 955,081 1.85
Lainnya
7 Penyakit Mata dan Adneksa 723,844 1.01
8 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 545,482 1.01
9 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 529,743 2.09
10 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 500,640 1.79
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik 2009
Sedangkan untuk tahun 2008, pasien yang paling banyak berkunjung adalah pasien
dengan penyakit sistem pernapasan, kemudian disusul dengan ”faktor yang mempengaruhi
keadaan kesehatan dan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan”, penyakit sistem
cerna, penyakit infeksi dan parasit tertentu, dan penyakit sistem sirkulasi darah seperti
dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini. Perincian jumlah pasien rawat jalan di rumah sakit
menurut bab pada ICD-10 tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.3.
32
TABEL 3.8
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2008
Jumlah Admission
No Golongan Sebab Sakit
Kunjungan Rate
1 Penyakit Sistem Napas 469,067 1.86
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
2 463,664 1.91
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
3 Penyakit Sistem Cerna 360,247 1.68
4 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 344,635 1.95
5 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 324,656 2.84
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal
6 211,419 1.46
YTK
7 Penyakit Mata dan Adneksa 181,210 1.76
8 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 180,926 3.99
9 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 175,132 2.98
10 Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya 168,123 1.41
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, 2009
Tabel 3.9 berikut menunjukkan pola 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit tahun 2007 menurut ICD-10. Pasien rawat inap terbanyak adalah pasien
dengan penyakit infeksi dan parasit tertentu, kemudian disusul pasien kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Akan tetapi kematian atau Case Fatality Rate (CFR) terbesar
adalah kematian dari pasien dengan alasan kondisi tertentu yang bermula pada masa
perinatal, kemudian disusul dengan pasien dari penyakit sistem sirkulasi darah. Perincian
jumlah pasien rawat inap di rumah sakit menurut bab pada ICD-10 tahun 2007 dapat
dilihat pada Lampiran 3.4.a.
TABEL 3.9
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007
Pada tahun 2008, data yang terkumpul sampai dengan bulan Agustus 2009
menunjukkan pasien rawat inap terbanyak masih sama dengan tahun 2007 yaitu penyakit
infeksi dan parasit tertentu, kemudian disusul pasien kehamilan, persalinan dan masa nifas.
33
Sedangkan CFR terbesar terjadi pada penyakit sistem sirkulasi darah disusul penyakit
susunan saraf. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini dan Lampiran 3.4.
TABEL 3.10
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2008
Jumlah Pasien Pasien
No Golongan Sebab Sakit CFR (%)
Baru Mati
1 Penyakit Sistem Sirkulasi Darah 209,347 23,163 11.06
2 Penyakit Susunan Syaraf 31,082 3,218 10.35
3 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 93,466 9,108 9.74
4 Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik 83,045 5,585 6.73
5 Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom 12,030 605 5.03
6 Neoplasma 92,110 4,332 4.70
7 Penyakit Sistem Napas 205,076 8,190 3.99
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu
8 31,069 1,223 3.94
yang Melibatkan Mekanisme Imun
9 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 127,742 4,542 3.56
10 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 63,707 2,046 3.21
Sumber: Ditjen Yanmedik 2009
2. Penyakit Menular
a. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vektor-borne disease). Pada tubuh manusia,
parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel
darah merah.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendalian dan
penurunan kasusnya merupakan komitmen internasional dalam Millenium Development
Goals (MDGs). Kasus malaria di Indonesia secara umum menunjukkan kecenderungan
menurun, namun masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat.
GAMBAR 3.7a
ANNUAL PARASITE INSIDENCE MALARIA (‰)
DI JAWA BALI TAHUN 2000 – 2008
34
GAMBAR 3.7b
ANNUAL MALARIA INSIDENCE (‰)
DI LUAR JAWA BALI TAHUN 2000 – 2008
Pada Gambar 3.7a dan 3.7b dapat diketahui baik API maupun AMI menunjukkan
kecenderungan penurunan selama periode 2000-2008. API tahun 2000 yang berada pada angka
0,81 per 1.000 penduduk terus turun hingga 0,15 per 1.000 penduduk pada tahun 2004. Angka
ini meningkat menjadi 0,19 pada tahun 2006, untuk kemudian kembali turun hingga berada
pada angka 0,16 per 1.000 penduduk pada tahun 2007 dan 2008. Kecenderungan penurunan
juga ditunjukkan oleh AMI. Pada periode tahun 2000-2004 AMI cenderung menurun dari 31,09
menjadi 21,2 per 1.000 penduduk. Angka ini naik pada tahun 2005 menjadi 24,75, dan
kemudian terus mengalami penurunan sampai pada tahun 2008 menjadi 16,82 per 1.000
penduduk.
Di provinsi luar Jawa dan Bali, AMI tertinggi adalah di Papua Barat, yaitu sebesar
167,47 per 1.000 penduduk, diikuti oleh NTT (104,10), Papua (84,74) dan Maluku Utara
(51,42). Meskipun Papua Barat masih menjadi provinsi dengan AMI tertinggi pada tahun 2008,
angka ini telah banyak mengalami penurunan dari AMI tahun 2007 yang sebesar 346,04 per
1.000 penduduk. Sedangkan untuk wilayah Jawa dan Bali, API tertinggi adalah Provinsi Jawa
Timur sebesar 0,71 per 1.000 penduduk diikuti Jawa Barat sebesar 0,58 per 1.000 penduduk.
Sedangkan yang terendah adalah di Provinsi Banten dan DI Yogyakarta yaitu masing-masing
sebesar 0,03 per 1.000 penduduk. Rincian API dan AMI menurut provinsi tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 3.5.
b. TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Penyakit ini menyebar dan ditularkan melalui udara, ketika orang yang
terinfeksi TB paru, batuk, bersin, berbicara atau meludah. Millenium Development Goals
(MDGs) menjadikan penyakit TB paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk
diturunkan, selain malaria dan HIV dan AIDS.
Cakupan penemuan kasus TB paru menurut provinsi tahun 2008 yang tertinggi adalah di
Provinsi Sulawesi Utara yakni 89,6% diikuti DKI Jakarta sebesar 85,5% dan Banten sebesar
78,6% dari angka perkiraan kasus menular TB Paru.
35
GAMBAR 3.8
CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Penemuan Kasus
BTA Pos
Target Realisasi BTA Neg
Tahun Ekstra TB Anak
Rotgen Jumlah
Estimasi Kambuh Paru All Cases
% CDR Abs. % CDR Abs. Positive
Proporsi kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin di Indonesia pada tahun
2005 sampai tahun 2008 tidak banyak berubah, laki-laki berkisar 57-59% dan perempuan
40-43%.
36
GAMBAR 3.9
PROPORSI KASUS BARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2008
37
Kasus AIDS telah terdeteksi di 32 provinsi, hanya provinsi Sulawesi Barat yang
belum tercatat adanya kasus AIDS. Jumlah kumulatif kasus AIDS dibandingkan jumlah
penduduk (case rate) sebesar 7,12 per 100.000 penduduk, case rate tertinggi di provinsi
Papua sebesar 129,35 per 100.000 penduduk.
Pada Gambar 3.11 terlihat bahwa provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak,
secara berurutan dari yang tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur,
Papua dan Bali.
GAMBAR 3.11
10 PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KASUS AIDS TERBANYAK
S.D 31 DESEMBER 2008
38
GAMBAR 3.12
JUMLAH KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI INDONESIA
S.D 31 DESEMBER 2008
Berdasarkan jenis kelamin, 92% kasus AIDS pada pengguna NAPZA adalah laki-
laki, 7% perempuan dan 1% tidak tercatat jenis kelaminnya. Berdasarkan umur, sebagian
besar juga terjadi pada usia produktif yaitu usia 20-29 tahun (65,2%) dan usia 30-39 tahun
(26,3%) seperti terlihat pada Gambar 3.13.
GAMBAR 3.13
PERSENTASE KUMULATIF KASUS AIDS PADA PENGGUNA
NAPZA SUNTIK BERDASARKAN GOLONGAN UMUR
DI INDONESIA s.d. 31 DESEMBER 2008
39
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau
orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus
mendapat tata laksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga
menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Jumlah kasus ISPA di masyarakat
diperkirakan sebanyak 10% dari populasi. Target cakupan program ISPA nasional pada
Pneumonia Balita sebesar 76% dari perkiraan jumlah kasus, namun pada tahun 2008
cakupan penemuan kasus baru mencapai 18,81,% (laporan dari 26 provinsi).
Pada kasus Penumonia yang terjadi pada balita berdasarkan laporan 26 provinsi
tiga provinsi dengan cakupan tertinggi berturut-turut adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 56,50%, Jawa Barat sebesar 42,50% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar
21,71%. Sedangkan cakupan terendah adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 1,81%,
Kepulauan Riau sebesar 2,08%, dan NAD sebesar 4,56%. Data cakupan masing-masing
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.12.
e. Kusta
Kusta atau Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani dengan baik, Kusta dapat menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Strategi Global WHO menetapkan indikator eliminasi Kusta adalah angka
penemuan penderita (Newly Case Detection Rate, NCDR) yang menggantikan indikator
utama sebelumnya yaitu angka penemuan penderita terdaftar (prevalensi rate < 1/10.000
penduduk).
Prevalensi penyakit Kusta di Indonesia sejak tahun 2000 – 2008 tidak banyak
mengalami perubahan, hanya pada tahun 2008 ada penurunan sedikit dari tahun
sebelumnya. Sedangkan persebarannya hampir terdapat di seluruh provinsi di Indonesia,
dengan jumlah kasus Kusta yang berbeda-beda. Jumlah kasus Kusta terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. (Lampiran 3.14)
NCDR penyakit Kusta di Indonesia sejak tahun 2005 hingga 2008 menunjukkan
penurunan hingga menjadi 0,76 per 10.000 penduduk pada tahun 2008. NCDR tertinggi
terdapat di Provinsi Papua Barat kemudian Provinsi Papua. Prevalensi dan NCDR per
provinsi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.14.
40
GAMBAR 3.14
PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA BARU
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2008
Jumlah kasus Kusta di Indonesia pada tahun 2008 adalah 17.441 kasus terdiri dari
tipe PB 3.113 kasus dan tipe MB 14.328 kasus (Sumber Profil DitJen P2PL 2008).
Perkembangan jumlah penderita Kusta di Indonesia tahun 2003 - 2008 dapat dilihat
pada Tabel 3.12 berikut ini.
TABEL 3.12
JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008
NCDR
Tahun Jumlah Kasus Tipe PB Tipe MB
(per 100.000 pddk)
2003 15,550 3,594 11,956 7.29
2004 16,572 3,615 12,957 7.80
2005 18,735 3,859 14,876 8.68
2006 18,300 3,550 14,750 8.35
2007 17,726 3,643 14,083 7.84
2008 17,441 3,113 14,328 7.60
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI 2009
41
GAMBAR 3.15
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA
KASUS BARU DI INDONESIA TAHUN 2000-2008
1) Tetanus Neonatorum
Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bacillus Clostridium tetani,
yang masuk ke tubuh melalui luka. Tetanus Neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir)
merupakan penyakit Tetanus yang masih terjadi di negara berkembang yang disebabkan
oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril.
Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa pada tahun 2008 terjadi 165 kasus Tetanus
Neonatorum dengan kematian sejumlah 91 kasus atau CFR 55%. Dari kasus Tetanus
Neonatorum tersebut sebagian besar adalah bayi yang persalinannya ditolong oleh dukun
bersalin.
42
TABEL 3.13
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM
DI 10 PROVINSI TAHUN 2008
% Penolong persalinan
No Provinsi Total Kasus Meninggal CFR Tenaga Dukun Tidak
kesehatan bersalin diketahui
1 Banten 50 23 46 6.00 86.00 8.00
2 Jawa Barat 41 28 68 17.07 60.98 21.95
3 Sumatera Selatan 17 9 53 23.53 64.71 11.76
4 Jawa Timur 17 8 47 35.29 64.71 -
5 Riau 9 4 44 44.44 33.33 22.22
6 Lampung 9 6 67 33.33 66.67 -
7 Jawa Tengah 7 3 43 28.57 - 71.43
8 Sulawesi Tengah 7 5 71 28.57 57.14 14.29
9 Sumatera Barat 4 3 75 25.00 50.00 25.00
10 Sulawesi Selatan 4 2 50 0.00 100.00 -
Total 165 91 55.15
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009
2) Campak
Campak atau Morbili merupakan penyakit infeksi yang akut dan sangat menular,
dan sering terjadi pada anak–anak. Campak dapat menular secara langsung maupun tidak
langsung melalui pernafasan yang terkontaminasi sekret orang yang terinfeksi, pada fase
catarhall (ditandai dengan bintik bintik merah di kulit, demam, conjunctivitis, bronchitis).
Pada Tabel 3.14 berikut ini menunjukkan bahwa kasus Campak pada tahun 2008
paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebanyak 3.424 kasus, dengan tidak ada
satu pun kasus terjadi pada orang yang telah divaksinasi. Data terinci menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 3.17.
TABEL 3.14
10 PROVINSI JUMLAH KASUS CAMPAK TERBANYAK DAN STATUS VAKSINASI
TAHUN 2008
43
3) Difteri
Difteri adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan bagian atas yang
ditandai dengan sakit leher, demam ringan, sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai
tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Difteri
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae.
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri. Kuman ini amat sensitif pada faktor-
faktor alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan
melalui saluran pernafasan. Tingkat kematian akibat Difteri paling tinggi di kalangan bayi
dan orang tua dan kematian biasanya terjadi dalam masa tiga hingga empat hari.
TABEL 3.15
JUMLAH KASUS DIFTERI DAN STATUS VAKSINASI
DI BEBERAPA PROVINSI TAHUN 2008
Jumlah Kasus
No Provinsi Tidak
Vaksinasi Total
Vaksinasi
1 Jawa Timur 35 28 63
2 Sumatera Selatan 19 42 61
3 Jawa Barat 0 33 33
4 Jawa Tengah 9 4 13
5 Papua 6 6 12
6 Sumatera Barat 5 4 9
7 Sulawesi Selatan 2 4 6
8 Banten 0 5 5
9 Kalimantan Tengah 1 4 5
10 Lampung 1 2 3
11 DKI Jakarta 0 3 3
12 Sumatera Utara 0 2 2
13 Kalimantan Selatan 2 0 2
14 DI Yogyakarta 1 0 1
15 Sulawesi Tenggara 1 0 1
Indonesia 82 137 219
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009
Pada Tabel 3.15 di atas terlihat bahwa kasus Difteri tertinggi terdapat di Provinsi
Jawa Timur, yaitu sebanyak 63 kasus. Dari 63 kasus tersebut 35 kasus di antaranya adalah
dari orang yang telah mendapat imunisasi. Peringkat berikutnya adalah Provinsi Sumatera
Selatan, yaitu sebanyak 61 kasus dengan 19 kasus di antaranya adalah dari orang yang telah
mendapat imunisasi.
44
kelumpuhan permanen dan biasanya pada kaki. Di antara semua kelumpuhan, 5%-10%
meninggal karena otot-otot pernafasannya tidak dapat bergerak.
AFP adalah kondisi yang abnormal yang ditandai dengan melemahnya, lumpuhnya
atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh
penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini
sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti pada penyakit Polio.
TABEL 3.16
10 PROVINSI DENGAN AFP RATE TERTINGGI TAHUN 2008
Jumlah kasus AFP pada tahun 2008 di seluruh Indonesia sebanyak 1.683 kasus.
Dari semua kasus AFP, yang tertinggi ratenya adalah di Sulawesi Utara sebesar 4,91 per
100.000 penduduk, namun bila melihat pada total kasus jumlah tertinggi terdapat di
Sumatera Selatan, yaitu sebanyak 84 kasus kemudian Lampung dengan 79 kasus. Jumlah
kasus AFP menurut provinsi pada tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.19.
45
GAMBAR 3.16 GAMBAR 3.17
INCIDENCE RATE DBD PER 100.000 PENDUDUK CASE FATALITY RATE DBD
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008 DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008
2) Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi
buang air besar. Dikatakan Diare bila feses lebih berair dari biasanya. Diare dapat juga
didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi
tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan sebagai
disentri.
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya KLB Diare di 15 provinsi dengan jumlah
penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau CFR sebesar
2,48%. Jumlah provinsi, jumlah kasus dan CFR dari KLB Diare pada tahun 2000 – 2008
dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut ini. Sedangkan jumlah penderita, meninggal dan CFR
dalam KLB Diare menurut provinsi dari tahun 2003-2008 dapat dilihat pada Lampiran
3.21.
TABEL 3.17
JUMLAH KASUS, CFR, DAN JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB DIARE
TAHUN 2000 – 2008
46
GAMBAR 3.18
JUMLAH KASUS KLB DIARE DAN CFR DI INDONESIA TAHUN 2000-2008
3) Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan virus Chik yang merupakan grup
Arbovirus dari Alphavirus yang merupakan famili Togaviridae. Chikungunya berasal dari
bahasa Swahili (suatu daerah di Afrika) yang berarti “berjalan membungkuk”. Hal ini
dimungkinkan karena penderitanya merasakan sakit sendi yang amat sangat sehingga kalau
berdiri harus membungkuk menahan sakit. Penderita tidak bisa keluar rumah, sehingga tidak
dapat melakukan aktifitas karena mengalami lumpuh sementara.
Demam Chikungunya dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menyebabkan
epidemi dalam interval tertentu (10-20 tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya demam Chikungunya antara lain rendahnya status kekebalan kelompok
masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk
yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Selama lima tahun terakhir (2004 - 2008), Demam Chikungunya menyebar di 11
provinsi (Sumatra Utara, Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat)
dengan jumlah kasus sebanyak 13.634 penderita tanpa kematian yang tersebar di 42
kabupaten/kota, 90 kecamatan dan 134 desa/kelurahan. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadi di
Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Barat dan DI Yogyakarta dengan jumlah
kasus sebanyak 2.608 penderita.
47
TABEL 3.18
JUMLAH KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA
DI INDONESIA TAHUN 2008
h. Rabies
Rabies adalah salah satu penyakit yang CFR-nya tinggi. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing,
kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya terdapat virus Rabies.
Situasi yang berkaitan dengan Rabies di Indonesia sampai tahun 2008 dapat dilihat
dalam Gambar 3.19. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kejadian gigitan rabies cenderung
menurun sejak tahun 2005 sampai tahun 2007, namun mengalami peningkatan kembali
pada tahun 2008 dan bahkan melampaui kejadian gigitan yang terjadi dalam lima tahun
terakhir. Hal ini tentunya juga diikuti dengan meningkatnya pemberian Vaksin Anti Rabies
(VAR).
GAMBAR 3.19
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008
48
Pada tahun 2008 dilaporkan jumlah spesimen positif Rabies pada hewan sebanyak
1.024 spesimen. Selama 6 tahun terakhir (2003-2008) jumlah kasus positif pada hewan
bervariasi, meskipun pada tahun 2008 bila dibandingkan dengan tahun 2007 mengalami
penurunan dari 1.396 kasus menjadi 1.024 kasus positif. Situasi Rabies menurut provinsi
pada tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3.28.
GAMBAR 3.20
JUMLAH SPESIMEN POSITIF RABIES PADA HEWAN
DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2008
i. Filariasis
Limphatic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria (Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi dan B. timori) menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Parasit
ini ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi, dan kemudian
menjadi cacing dewasa dan hidup di jaringan limfe. Penyakit ini juga sering menyebabkan
pembengkakan di lengan dan organ genital, sebagai tanda tingkat lanjut dari penyakit.
Penyakit ini juga sering disebut Elefantiasis, karena penderitanya sering mengalami
bengkak di kaki yang sangat besar menyerupai kaki gajah. Orang yang terkena penyakit ini
sering tidak dapat melakukan pekerjaan karena kecacatan mereka atau karena sebagian
orang enggan berdekatan dengan mereka.
Bila melihat pada Gambar 3.21 di bawah ini maka terlihat bahwa jumlah penderita
Filariasis yang dilaporkan dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan. Pada
tahun 2008 dilaporkan terdapat 11.699 kasus Filariasis di Indonesia. Tiga provinsi dengan
kasus terbanyak berturut-turut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Timur
dan Papua. Data jumlah penderita Filariasis menurut provinsi tahun 2003 – 2008 dapat
dilihat di Lampiran 3.24.
49
GAMBAR 3.21
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2002-2008
j. Frambusia
Frambusia adalah penyakit infeksi kronis yang sering terjadi di daerah tropis seperti
Afrika, Asia, Amerika Selatan dan Tengah, serta Kepulauan Pasifik. Penyakit ini
mempunyai banyak nama seperti pian, parangi, paru, frambesia tropica. Biasanya kasus ini
mulai terjadi pada anak di bawah usia 15 tahun, dan insiden paling tinggi biasanya pada
anak usia 6-10 tahun. Insiden pada laki-laki dan perempuan biasanya hampir sama.
Frambusia merupakan penyakit yang sangat jarang ditemukan. Penyakit ini
berhubungan dengan hygiene/kebersihan perorangan dan ketersediaan air pada suatu area.
Di Asia, saat ini Frambusia hanya ditemukan di Indonesia dan Timor Leste. Dalam hal
pengobatan, Frambusia termasuk penyakit yang mudah diobati. Hanya dengan sekali
penyuntikan dengan menggunakan Benzathine Penicillin, Frambusia dapat disembuhkan
dengan mudah.
Pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 5.926 kasus Frambusia. Jumlah kasus
terbanyak dilaporkan terjadi di Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua. Penyakit
Frambusia seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Namun, walaupun
prevalensinya sudah di bawah 1% masih perlu mendapat perhatian khusus. Apabila kurang
mendapat perhatian, maka dapat menimbulkan suatu fenomena yang disebut neglected
disease, atau penyakit yang terabaikan.
GAMBAR 3.22
KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 2004-2008
50
Penyakit Frambusia ada yang menular dan tidak menular. Kasus Frambusia yang
menular sebanyak 3.466 kasus, dan yang tidak menular 2.460 kasus. Jumlah kasus
Frambusia menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.20 di bawah ini.
TABEL 3.19
KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA TAHUN 2008
Frambusia
NO Provinsi Total Notes District
Menular Tidak Menular
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0 23
2 Sumatera Utara 0 0 0 28
3 Sumatera Barat 0 0 0 7
4 Sumatera Selatan 0 2 2 15
5 Lampung 0 0 0 10
6 Jawa Timur 17 2 19 7
7 Sulawesi Tengah 16 22 38 2
8 Sulawesi Tenggara 2 25 27 2
9 Nusa Tenggara Timur 2245 1950 4195 20
10 Maluku 795 237 1032 8
11 Papua 385 222 607 9
12 Banten 6 0 6 1
13 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 9
14 Bali 0 0 0 9
Total 3466 2460
Sumber: Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2009
k. Antraks
Penyakit Antraks adalah penyakit infeksi yang akut yang disebabkan oleh spora dari
bakteri Bacillus anthracis. Spora Bacillus anthracis dapat bertahan hidup di lingkungan
selama bertahun-tahun hingga mendapatkan host baru. Umumnya penyakit ini terjadi pada
mamalia herbivora baik yang liar maupun peliharaan, meskipun dapat juga menyerang
mamalia lain dan beberapa jenis unggas. Manusia dapat tertular Antraks melalui kontak
langsung maupun tidak langsung atau mengkonsumsi binatang yang terinfeksi atau produk
hewan yang terkontaminasi bakteri/spora Antraks.
Sepanjang tahun 2008 dilaporkan 20 kasus Antraks pada manusia di Indonesia yaitu
18 kasus di Kabupaten Bogor dan 2 kasus di Kotamadya Jakarta Selatan, dengan Case
Fatality Rate 0%. Sampai dengan tahun 2007 masih terdapat beberapa daerah endemis
Antraks yaitu antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur dan Sulawesi Selatan. Perkembangan jumlah kasus dan kematian Antraks pada
manusia dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
51
GAMBAR 3.23 GAMBAR 3.24
JUMLAH KASUS & KEMATIAN ANTRAKS CASE FATALITY RATE ANTRAKS PADA
PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 – MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2002 – 2008
2008
l. Pes
Penyakit pes (bubonic plaque) disebabkan oleh bakteri yang bernama Pasteurella
pestis. Pes merupakan infeksi pada hewan pengerat liar, yang dikeluarkan dari satu hewan
pengerat ke hewan lain dan kadang-kadang dari hewan pengerat ke manusia karena gigitan
pinjal.
Surveilans aktif dan pasif terhadap binatang pengerat dan pinjalnya dilakukan
secara rutin di 4 daerah fokus Pes yaitu Provinsi Jawa Tengah (Boyolali), Jawa Barat
(Bandung), DI Yogyakarta (Sleman) dan Jawa Timur (Pasuruan). Pada tahun 2008
diperiksa 3.450 binatang pengerat, 416 di Sleman dan 3.034 di Pasuruan, didapatkan 2 hasil
positif Pes. Kemudian juga dilakukan pemeriksaan terhadap 6 orang yang diduga Pes di
Pasuruan dan didapatkan hasil positif 3 orang. Hasil pemeriksaan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 3.27.
Untuk mengetahui keadaan kejadian Pes di Indonesia dapat dilihat pada Gambar
3.25 di bawah ini. Terdapat beberapa daerah fokus Pes, dimana di daerah tersebut pernah
ditemukan kejadian penyakit Pes yaitu DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Hasil survei rutin
rodent Pes di daerah fokus pes menunjukkan adanya fluktuasi jumlah rodent yang diperiksa
maupun jumlah rodent yang positif mengandung bakteri.
GAMBAR 3.25
HASIL SURVEILANS RUTIN RODENT PES DI DAERAH FOKUS PES
TAHUN 2003-2008
52
Menurut data yang ada pada tahun 2008, terjadi penurunan yang sangat drastis dari
kejadian gejala/mirip Pes pada manusia dibandingkan beberapa tahun sebelumnya seperti
dapat dilihat pada Gambar 3.26 berikut ini.
GAMBAR 3.26
SITUASI PES PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2003-2008
m. Kecacingan
Gambar di bawah ini menunjukan pada tahun 2008 terjadi penurunan prevalensi
Kecacingan pada anak SD di daerah terpilih sebagai lokasi survei. Sedangkan pada tahun
2007 tidak dilaksanakan survei.
GAMBAR 3.27
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD
DI KABUPATEN TERPILIH TAHUN 2002 – 2008
53
GAMBAR 3.28
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN DI 8 PROVINSI TAHUN 2008
n. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan umumnya ada
di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan tinggi. Leptospirosis dapat menyebabkan
gangguan pada berbagai bagian dari tubuh manusia. Binatang yang terinfeksi, termasuk
binatang peliharaan dapat menularkan bakteri penyebab Leptospirosis melalui urinnya.
Manusia dapat tertular Leptospirosis melalui kontak dengan air, tanah basah, atau
tumbuhan yang terkontaminasi urin dari binatang yang terinfeksi.
Manifestasi klinis Leptospirosis dapat bervariasi dari gejala seperti flu biasa hingga
gangguan yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian.
Leptospirosis dapat dicegah dengan mengurangi kontak dengan air dan lumpur yang
kemungkinan telah terkontaminasi dengan urin binatang yang terinfeksi.
54
Kasus penyakit Leptospirosis terutama dilaporkan pada daerah-daerah yang sering
terjadi bencana banjir. Selama tahun 2003–2007, kasus Leptospirosis terbanyak adalah di
DKI Jakarta bila dibandingkan dengan provinsi endemis Leptospirosis yang lain. Namun
pada tahun 2008 kasus Leptospirosis terbanyak dilaporkan terjadi di DI Yogyakarta, yaitu
sebanyak 125 kasus. Provinsi lain yang melaporkan kasus Leptospirosis pada tahun 2008
adalah Jawa Tengah 72 kasus, DKI Jakarta 37 kasus dan Jawa Timur 29 kasus.
Dibandingkan tahun 2007, terjadi penurunan jumlah kasus dari 666 kasus dengan
57 kematian menjadi 263 kasus dengan 16 kematian pada tahun 2008.
GAMBAR 3.30
SITUASI LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008
55
GAMBAR 3.31
SITUASI KASUS KONFIRM AI DI INDONESIA
TAHUN 2005 – 2008
Pada Gambar 3.32 terlihat bahwa pada tahun 2008 tidak terjadi penambahan
sebaran kasus konfirmasi AI. Perluasan daerah tertular AI pada manusia menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2007, sebanding juga dengan penurunan jumlah kasus
konfirmasi pada tahun 2008.
GAMBAR 3.32
JUMLAH PROVINSI DAN KABUPATEN YANG BARU TERTULAR
FLU BURUNG PADA MANUSIA TAHUN 2005 – 2008
Dari Tabel 3.21 dapat dilihat bahwa kasus konfirmasi AI terbanyak dilaporkan dari
Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten, kemudian secara berturut-turut adalah Jawa
Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur, Riau. Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan
sampai dengan Desember 2008 sudah tidak dilaporkan adanya kasus konfirmasi pada
manusia.
56
TABEL 3.20
KASUS KONFIRM AI PER TAHUN DARI TAHUN 2005 – 2008
Sejak ditemukan kasus pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, jumlah kasus
konfirmasi pada laki-laki relatif sama dengan jumlah kasus pada perempuan.
57
GAMBAR 3.34
KASUS KONFIRMASI AI MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2005-2008
Kasus konfirmasi AI yang terjadi pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008
paling banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Persebaran
jumlah kasus dan kematian karena AI pada tahun 2005 – 2008 dapat dilihat pada Gambar
3.35 berikut ini.
GAMBAR 3.35
KASUS KUMULATIF KONFIRM AI DAN KEMATIAN AVIAN INFLUENZA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005-2008
58
GAMBAR 3.36
KASUS KONFIRM AI MENURUT RIWAYAT KONTAK
DI INDONESIA TAHUN 2005-2007
p. Hepatitis C
Hepatitis C adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis C.
Virus Hepatitis C menular melalui darah dan produk darah, antara lain melalui transfusi
darah, pemakaian berulang jarum atau alat medis yang tidak steril, saling tukar alat suntik
oleh pengguna NAPZA, tindik dan tato dengan alat yang tidak steril. Penularan dapat juga
terjadi melalui hubungan seksual dan perinatal, namun hal ini jarang terjadi. Terjadinya
infeksi tidak selalu ditandai adanya gejala akan tetapi sebagian besar orang yang terinfeksi
menjadi hepatitis kronis, berjalan terus membentuk scar atau parut pada hati dan dapat
menjadi sirosis hati maupun kanker hati yang biasanya muncul setelah beberapa tahun.
Penyakit ini belum ada vaksin pencegahannya.
Departemen Kesehatan melaksanakan pendataan penyakit Hepatitis C tahap I di 11
provinsi pada bulan Oktober 2007, yaitu Provinsi DKI Jakarta, Sumatera Utara (Medan),
Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Semarang), Jawa
Timur (Surabaya), Sulawesi Selatan (Makasar), Sulawesi Utara (Manado), Bali (Denpasar)
dan Kalimantan Barat (Pontianak), serta Papua (Jayapura). Pendataan tahap II melibatkan
10 provinsi dilaksanakan tanggal 1 Oktober 2008 - 31 Maret 2009 meliputi Provinsi
Kepulauan Riau, Jambi, Riau, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera
Barat, Banten, DI Yogyakarta dan NTB. Program ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran epidemiologi dan permasalahan penyakit Hepatitis C melalui pelaporan dari unit-
unit yang terlibat.
Pada tahun 2008, dilaporkan adanya 7.235 kasus positif Hepatitis C dari 21
provinsi. Tiga provinsi dengan kasus terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa
Timur seperti tersaji pada Tabel 3.22 di bawah ini, sedangkan data terinci menurut
golongan umur dapat dilihat pada Lampiran 3.30.
59
TABEL 3.21
JUMLAH KASUS HEPATITIS C DI INDONESIA TAHUN 2008
Jenis Tahun
Penyakit 1980 1986 1992 1995 2001
Menular 69.49% 60.48% 50.72% 48.46% 44.57%
Tidak
25.41% 33.83% 43.60% 45.42% 48.53%
Menular
Sumber: Laporan Riskesdas 2007 (dari SKRT 2003)
60
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah meliputi:
hipertensi essensial, penyakit ginjal hipertensi, penyakit jantung hipertensi, stroke, gagal
jantung, penyakit jantung koroner (PJK), kardiomiopati, penyakit jantung rematik, penyakit
jantung bawaan, dan infark miocard akut.
Angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah cenderung meningkat dan
dapat menimbulkan kecacatan dan kematian. Sebagian besar kasus sebenarnya dapat
dicegah dengan metode intervensi yang efektif dengan perubahan perilaku kesehatan dan
penatalaksanaan yang tepat. Oleh karena itu pengendalian penyakit jantung dan pembuluh
darah perlu mendapat perhatian di bidang kesehatan masyarakat. Di negara maju terjadi
kecenderungan penurunan kasus penyakit jantung dan pembuluh darah dengan perbaikan
gaya hidup dan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan. Sementara di negara
berkembang terdapat kecenderungan peningkatan kasus yang disebabkan gaya hidup,
urbanisasi dan peningkatan usia lanjut.
1) Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm
Hg (tekanan sistolik) dan/atau >90 mmHg (tekanan diastolik) (Joint National Committe on
Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII, 2003). Hipertensi
berkontribusi secara substansial terhadap risiko penyakit lain antara lain jantung koroner,
trombo-embolik, dan stroke dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan jantung, otak dan
ginjal.
Hipertensi merupakan penyakit sirkulasi darah yang merupakan kasus terbanyak
pada rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit. Hasil pencatatan dan pelaporan rumah
sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit) menunjukkan kasus baru penyakit sistem
sirkulasi darah terbanyak pada kunjungan rawat jalan maupun jumlah pasien keluar rawat
inap dengan diagnosis penyakit Hipertensi tertinggi pada tahun 2007
Hasil Riskesdas 2007 prevalensi Hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas
di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi Hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
2) Penyakit Jantung
Penyakit Jantung meliputi berbagai penyakit yang mengganggu fungsi jantung.
Riskesdas 2007 mendata penyakit Jantung yang berdasarkan jawaban pertanyaan adanya
riwayat didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan adanya gejala yang mengarah ke penyakit
jantung kongenital, angina, aritmia dan dekompensasi kordis. Diperoleh hasil prevalensi
penyakit Jantung di Indonesia berdasarkan wawancara sebesar 7,2%, berdasarkan riwayat
didiagnosis tenaga kesehatan hanya ditemukan sebesar 0,9%. Cakupan kasus Jantung yang
sudah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 12,5% dari semua responden yang
mempunyai gejala subyektif menyerupai gejala penyakit Jantung.
61
Hasil pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit)
menunjukkan jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan dan jumlah pasien rawat inap
penyakit Jantung pada pada tahun 2007 sebagai berikut.
GAMBAR 3.37
JUMLAH PASIEN PENYAKIT JANTUNG DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2007
Dari grafik di atas terlihat kasus terbanyak adalah penyakit Jantung Iskemik
lainnya, jika ditambah kasus Infark Miokard Akut maka semakin jelas bahwa kasus
terbanyak adalah kasus penyakit Jantung Iskemik atau yang biasanya lebih dikenal sebagai
penyakit Jantung Koroner. Sedangkan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada
Infark Miokard Akut (13,49%), Gagal Jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya
(13,37%).
GAMBAR 3.38
CFR PENYAKIT JANTUNG DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007
62
3) Penyakit Pembuluh Darah Otak
Penyakit pembuluh darah otak merupakan penyakit dengan kejadian, kecacatan dan
kematian yang cukup tinggi. Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak dengan
jumlah pasien terbanyak pada rawat jalan (jumlah kasus baru) maupun rawat inap (jumlah
pasien keluar) seperti tergambar pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.39
JUMLAH PASIEN PENYAKIT PEMBULUH DARAH OTAK DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2007
TABEL 3.23
SITUASI PENYAKIT DM DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007
Riskesdas 2007 melakukan wawancara dan pemeriksaan kadar glukosa darah pada
sejumlah sampel usia 15 tahun ke atas di daerah perkotaan, dengan diagnosis DM
64
menggunakan kriteria WHO 1999 dan American Diabetic Association 2003, yaitu kadar
glukosa darah dua jam pembebanan < 140 mg/dl didiagnosis tidak DM, 140 - < 200 mg/dl
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan > 200 mg/dl Diabetes Mellitus (DM). Diperoleh
hasil prevalensi total DM pada penduduk perkotaan (gabungan persentase responden yang
sudah mengetahui bahwa dirinya menderita DM dan persentase responden yang baru
terdiagnosis dalam Riskesdas) sebesar 5,7%, namun hanya 1,5% (kira-kira 26% dari total
DM) yang telah mengetahui dirinya menderita DM sebelum pemeriksaan Riskesdas.
Sedangkan prevalensi TGT diperoleh 10,2%. Prevalensi DM tertinggi terdapat di
Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4 %) dan
Nanggroe Aceh Darussalam (8,5%). Prevalensi DM terendah di Papua (1,7%), diikuti NTT
(1,8%). Prevalensi TGT tertinggi di Papua Barat 157 (21,8%), diikuti Sulawesi Barat
(17,6%), dan Sulawesi Utara (17,3%), sedangkan terendah di Jambi (4%), diikuti NTT
(4,9%) .
Hasil Riskesdas 2007 tampaknya lebih rendah dibandingkan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yang mendapatkan hasil prevalensi DM
adalah 1.2%, tahun 2001 sebesar 7.5% dan tahun 2003 sebesar 14,7% di perkotaan dan
7.2% di perdesaan.
Jumlah pasien keluar rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan diagnosis DM
tahun 2007 sebanyak 56.378 pasien dengan CFR 7,38%, sedangkan kasus baru pada rawat
jalan sebanyak 28.095 kasus.
c. Neoplasma/Tumor
Neoplasma atau tumor adalah pembengkakan atau luka yang terjadi karena
pertumbuhan sel yang abnormal. Tumor bisa berupa benign, pre-malignant dan malignant.
Tipe malignant inilah yang yang biasa disebut dengan kanker.
Data penyakit neoplasma/tumor ganas atau kanker diperoleh dari data pasien di
rumah sakit. Data yang tersedia adalah data jumlah pasien keluar rawat inap dengan
diagnosis kanker, jadi tidak menunjukkan jumlah kasus kanker yang dirawat. Meskipun
data ini belum menunjukkan jumlah pasti penderita kanker, namun data ini dapat
memberikan gambaran besaran masalah kanker di Indonesia.
Sepuluh peringkat utama penyakit neoplasma ganas pasien rawat inap di rumah
sakit sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 tidak banyak berubah. Tiga peringkat pertama
adalah neoplasma ganas payudara disusul neoplasma ganas serviks uterus dan neoplama
ganas hati dan saluran empedu intrahepatik. Neoplasma ganas colon yang pada tahun
sebelumnya peringkat 8 menjadi peringkat 9 bertukar peringkat dengan neoplasma ganas
daerah rektosigmoid rectum. Grafik 10 peringkat utama penyakit neoplasma ganas dalam 4
tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut ini.
65
GAMBAR 3.41
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT KANKER PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2004-2007
Profil Kesehatan tahun 2008 ini memberikan gambaran morbiditas dan mortalitas jemaah
haji dalam penyelenggaraan kesehatan haji, dari mulai persiapan, keberangkatan sampai
tiba kembali di tanah air. Beberapa data mengenai jemaah haji dapat dilihat dalam Gambar
3.42 dan 3.43 serta Lampiran 3.39; 3.40; 3.41; 3.42; dan Lampiran 3.43.
GAMBAR 3.42
JEMAAH HAJI RISIKO TINGGI DI INDONESIA TAHUN 2006-2007
66
GAMBAR 3.43
JEMAAH HAJI RISIKO TINGGI DI INDONESIA TAHUN 2006-2007
Dalam gambar 3.43 dan 3.44 dapat dilihat perbandingan jumlah jemaah haji non
resiko tinggi dan dan risiko tinggi.
GAMBAR 3.44
POLA PENYAKIT JEMAAH HAJI BERDASARKAN PEMERIKSAAN
KESEHATAN DI EMBARKASI DI INDONESIATAHUN 2007-2008
Pola penyakit jemaah haji pada tahun 2007 dan 2008, hampir menunjukkan pola yang
sama, dimana penyakit Kardiovaskuler merupakan penyakit yang terbanyak tahun tersebut
(Gambar 3.44).
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi
Kronis (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), sebagaimana
diuraikan berikut ini. Data terakhir mengenai status gizi dikumpulkan dalam Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007.
67
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram
yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat Badan
Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori
yaitu (1) BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu), dan (2) BBLR
karena intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu
berstatus gizi buruk, anemia, Malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS)
sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi BBLR
dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI).
Riskesdas 2007, mendata berat badan bayi baru lahir dalam 12 bulan terakhir. Tidak
semua bayi diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir. Dari bayi yang
diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru lahir, 11,5% lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram atau BBLR. Tiga provinsi dengan persentase BBLR tertinggi
adalah Papua sebesar 27%, Papua Barat sebesar 23,8% dan NTT sebesar 20,3%. Tiga
provinsi dengan BBLR terendah adalah Bali sebesar 5,8%, Sulawesi Barat sebesar 7,2%
dan Jambi sebesar 7,5%. Jika dilihat dari jenis kelamin, persentase BBLR lebih tinggi pada
bayi perempuan dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 13% dan 10% (Riskesdas,
2007)
Persentase BBLR hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-
2003 menunjukkan 7,6% bayi lahir dengan BBLR, dan Riskesdas 2007 seperti disebutkan
di atas sebesar 11,5%. Meskipun metode surveinya berbeda, sehingga tidak dapat langsung
dinilai adanya peningkatan BBLR, hal ini perlu mendapat perhatian.
TABEL 3.24
PROPORSI BAYI DENGAN BERAT LAHIR RENDAH
TAHUN 1992-1997 DAN 2002-2003
SDKI Riskesdas
1992-1997 2002 - 2003 2007
Nasional 7.7 7.6 11.50%
Perkotaan 6.6
Perdesaan 8.4
Provinsi 3,6 - 15,6
Sumber: SDKI, Riskesdas 2007
2. Gizi Balita
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
Variabel BB dan TB tersebut disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu:
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Angka berat badan dan tinggi badan setiap balita
dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku
antropometri WHO 2006.
68
Berdasarkan indikator BB/U, disebut (a) gizi buruk jika Z-score < -3,0, (b) gizi
kurang Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0, (c) gizi baik Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0, (d)
gizi lebih Z-score >2,0. Berdasarkan indikator TB/U, disebut (a) sangat pendek jika Z-
score < -3,0, (c) pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0, (c) normal Z-score >=-2,0.
Berdasarkan indikator BB/TB, disebut (a) sangat kurus jika Z-score < -3,0, (b) kurus Z-
score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0, (c) normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0, (d) gemuk Z-
score >2,0.
Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum,
tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang
mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi
apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut.
Secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang
13,0% atau 18,4% untuk gizi buruk dan kurang. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara
nasional target-target tersebut sudah terlampaui.
Dari hasil Susenas dan SKRT 2003-2005 serta Riskesdas 2007, diperoleh gambaran
perkembangan status gizi Balita seperti terlihat pada Gambar 3.45 berikut.
GAMBAR 3.45
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK
DAN GIZI LEBIH DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2007
69
GAMBAR 3.46
PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2007
TABEL 3.25
PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK
DAN GIZI LEBIH (BB/U) MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2007
Gizi
Karakteristik Gizi Buruk Gizi Baik Gizi Lebih
Kurang
Kelompok umur
(bulan)
0–5 6.5 8.2 76.7 8.7
6-Nov 4.8 8.1 82.2 4.9
Dec-23 5 11.3 78.8 4.9
24-35 5.9 14.5 75.7 3.9
36-47 6.3 14.8 75.4 3.6
48-60 4.9 14.2 77.2 3.7
Jenis kelamin
Laki-laki 5.8 13.3 76.3 4.6
Perempuan 5 12.7 78.2 4
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2007
70
manajemen gizi buruk adalah indikator sangat kurus yaitu anak dengan nilai Z-score < -3,0
SD. Prevalensi balita sangat kurus secara nasional masih cukup tinggi yaitu 6,2%. Besarnya
masalah kurus (sangat kurus dan kurus) pada balita yang masih merupakan masalah
kesehatan masyarakt adalah jika prevalensi kurus > 5%. Masalah kesehatan masyarakat
sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,1% - 15,0%, dan dianggap kritis bila
prevalensi kurus sudah di atas 15,0% (UNHCR).
Secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Hal ini berarti bahwa
masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Bahkan, dari 33 provinsi, 18 provinsi di antaranya masuk dalam kategori kritis (prevalensi
kurus >15%), 12 provinsi pada kategori serius (prevalensi kurus antara 10-15%). Hanya 3
(tiga) provinsi yang tidak termasuk dalam kategori serius ataupun kritis adalah: Jawa
Barat, DI Yogyakarta dan Bali. Berdasarkan indikator BB/TB juga dapat dilihat prevalensi
kegemukan di kalangan balita di Indonesia adalah 12,2%. Kondisi status gizi berdasarkan
BB/TB dapat dilihat pada Lampiran 3.33.
71
GAMBAR 3.47
PREVALENSI RISIKO KEK PENDUDUK WANITA UMUR 15 - 45 TAHUN
DI 10 PROVINSI TERTINGGI TAHUN 2007
***
72
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh
potensi bangsa. Jika upaya kesehatan tersebut tidak dapat terselenggara dengan baik
dan pelayanan kesehatan belum terjangkau secara merata oleh masyarakat, maka
sulit diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan
jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat
aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif
dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan selama lima tahun terakhir,
khususnya untuk tahun 2008.
73
masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut ini.
74
GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
Dari gambar tersebut juga dapat dilihat selisih yang terjadi antara cakupan K1
dan K4. Kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4 semakin rendah. Jika
pada tahun 2004 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 11% kemudian
tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008 semakin kecil, yaitu 6,61%. Hal itu
berarti semakin rendah angka drop out K1-K4 nasional dengan kata lain semakin
banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal
diteruskan hingga kunjungan keempat pada trimester 3 sehingga kehamilannya dapat
terus dipantau oleh petugas kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Cakupan pelayanan K4 pada ibu hamil menurut provinsi dapat dilihat pada
Gambar 4.2 berikut.
GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
75
Berdasarkan cakupan K4 per provinsi pada tahun 2008, DKI Jakarta, Jawa
Barat, dan Sumatera Utara menempati peringkat 3 tertinggi yaitu masing-masing
95,78%, 95,78%, dan 94,53%. Sedangkan Papua (38,46%), Sulawesi Barat
(64,02%), dan Maluku (64,02%) merupakan 3 provinsi dengan cakupan K4 terendah.
Terjadi kesenjangan yang besar antara provinsi dengan cakupan K4 tertinggi (95,78)
dan terendah (38,46%), walaupun dibandingkan dengan tahun 2007 keduanya
mengalami peningkatan dengan cakupan tertinggi 93% dan terendah 25%.
Target K1 yang ingin dicapai di tiap provinsi pada tahun 2008 adalah 92,9%
dan target K4 adalah 87%. Pada tahun 2008 hanya 36% (12 provinsi) yang berhasil
mencapai target K1 dan sekitar 20% (7 provinsi) yang telah mencapai target K4
seperti pada gambar berikut ini.
76
GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN K4, Fe3 DAN STATUS IMUNISASI TT
PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2008
Rincian cakupan K1 dan K4 tahun 2008 menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 4.1.
77
GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
78
persalinan pertama pada ibu bersalin adalah bidan (64,26%), kemudian oleh dokter
(20,71). Berbeda dengan di perdesaan di mana penolong kelahiran terakhir pada
balita oleh dukun sebesar 42,75%, sedangkan di perkotaan hanya sebesar13,40%. Di
perdesaan bidan dan dukun sama-sama diminati oleh ibu bersalin sebagai penolong
persalinannya. Perbandingan persentase penolong persalinan di perkotaan dan di
perdesaan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
TABEL 4.1
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR
DAN TIPE DAERAH TAHUN 2008
79
GAMBAR 4.7
PERSENTASE IBU NIFAS YANG MENDAPAT VITAMIN A
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Pada tahun 2008, ibu nifas yang mendapat Vitamin A sebesar 58,57%.
Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Jawa Tengah (87,85%), Kepulauan Bangka
Belitung (86,37%), dan Sumatera Selatan (83,91%). Sedangkan provinsi dengan
cakupan terendah adalah Papua Barat (13,01%), NTB (18,83%), dan Maluku
(23,97%).
d. Kunjungan Neonatus
Bayi sampai umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari)
minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-
28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping
melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi
kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar
(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian
80
imunisasi); pemberian Vitamin K; Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM); dan
penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Cakupan Kunjungan Neonatus (KN2) tahun 2003 - 2005 cenderung menurun
namun pada tahun 2006 hingga 2008 cakupan KN2 selalu mencapai lebih dari 75%.
Pada tahun 2008 cakupan KN2 sebesar 78,04%. Cakupan KN2 selama periode tahun
2003 – 2008 dapat dilihat pada Gambar 4.8. berikut ini.
GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
DI INDONESIA TAHUN 2003 – 2008
81
GAMBAR 4.9
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Sumber: Dit. Bina Kes. Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI, 2009
82
Rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita umur 15 – 49 tahun adalah 1,77
dengan rincian: di perkotaan sebesar 1,57 dan di perdesaan sebesar 1,98. Data rata-
rata jumlah anak lahir hidup per wanita umur 15 – 49 tahun menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 4.6.
Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan
peserta KB yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah
tempat tinggal, tempat pelayanan KB, serta jenis kontrasepsi yang digunakan
akseptor. Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus menikah yang sedang dan yang
pernah menggunakan/memakai alat KB dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut ini.
GAMBAR 4.10
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG DAN YANG PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
TAHUN 2004-2008
83
GAMBAR 4.11
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008
Sumber : BKKBN
84
Sesuai dengan data BKKBN, tempat pelayanan peserta KB baru pada tahun
2008 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak peserta KB baru
yang memanfaatkan klinik KB pemerintah sebagai tempat pelayanan KB (61,51%).
Selain klinik KB pemerintah, sebesar 31,01% peserta KB baru memanfaatkan bidan
praktek swasta sebagai tempat pelayanan KB. Data lebih rinci menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 4.10.
3. Pelayanan Imunisasi
Bayi, anak umur muda maupun orang dewasa sama-sama memiliki risiko
terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, Influenza, Typhus, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih
banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat
vital agar kelompok berisiko terlindungi adalah melalui imunisasi.
Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada
umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena
tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan
seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut
sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam
jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang
dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit
tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah
imunisasi Polio atau Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan
sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya
adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi
tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama
masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Campak.
a. Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi dasar pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio,
4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak. Imunisasi pada ibu hamil dan WUS
meliputi 2 dosis TT dan imunisasi pada anak sekolah dasar meliputi 1 dosis DT, 1
dosis Campak, dan 2 dosis TT.
Di antara penyakit pada anak yang dapat dicegah dengan vaksin, Campak
adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan Campak
merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa
85
tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah
mempertahankan cakupan imunisasi Campak sebesar 90%. Di seluruh negara
ASEAN dan SEARO, imunisasi Campak diberikan pada bayi umur 9-11 bulan dan
merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib
lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak).
Pada tahun 2008, Indonesia telah mencapai cakupan imunisasi Campak
sebesar 90,5%. Dengan demikian Indonesia telah mampu mencapai target imunisasi
Campak yang telah ditetapkan oleh WHO. Angka tersebut meningkat dibandingkan
dengan capaian tahun sebelumnya yang sebesar 89,8%.
Gambar 4.13 berikut ini adalah persentase cakupan imunisasi Campak
menurut provinsi tahun 2008.
GAMBAR 4.13
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
86
TABEL 4.3
PERSENTASE ANAK UMUR 12-23 BULAN YANG MENDAPATKAN IMUNISASI DASAR
MENURUT KARAKTERISTIK RESPONDEN, 2007
Jenis imunisasi
Karakteristik responden
BCG Polio DPT3 HB3 Campak
Tipe daerah
Perkotaan 92,4 78,7 74,9 71 86,0
Perdesaan 83,5 66,2 63,1 57,3 78,8
Pendidikan Kepala Keluarga
Tidak sekolah 78,6 61,9 54,0 50,5 71,6
Tidak tamat SD 79,3 62,4 59,1 53,7 74,1
Tamat SD 84,8 67,4 63,3 57,5 78,2
Tamat SMP 88,4 71,6 68,2 62,8 82,3
Tamat SMA 92,4 79,7 76,9 72,3 88,6
Tamat PT 95,7 82,6 81,8 75,9 93,1
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1 83,0 66,6 62,9 58,7 78,1
Kuintil 2 85,7 68,1 64,7 59,7 78,5
Kuintil 3 87,2 72,8 69,1 63,2 83,1
Kuintil 4 89,6 73,6 71,0 65,5 84,3
Kuintil 5 91,9 77,6 74,7 70,9 86,8
Sumber: Balitbangkes Depkes, Riskesdas 2007
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan),
ibu hamil, WUS dan anak sekolah dasar. Desa UCI merupakan gambaran
desa/kelurahan dengan ≥ 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Standar pelayanan
minimal menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap
kabupaten/kota.
Gambar 4.14 berikut ini menggambarkan persentase desa/kelurahan UCI
yang belum menunjukkan perkembangan yang signifikan selama lima tahun terakhir.
Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 76,23%. Tahun 2008 terdapat
74,02% desa/kelurahan UCI di Indonesia. Provinsi dengan pencapaian desa/
kelurahan UCI tertinggi pada tahun 2008 adalah Jawa Tengah (86,59%) dan terendah
di Maluku Utara (49,22%). Namun pada tahun 2008 angka nasional tersebut
diperoleh dari 20 provinsi yang menyampaikan laporan. Data lebih rinci mengenai
pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2006-2008 terdapat pada Lampiran
4.12.
87
GAMBAR 4.14
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008
88
GAMBAR 4.15
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1Hb - CAMPAK PADA BAYI
DI INDONESIA TAHUN 2003-2008
89
Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia
subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari
kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan
cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4.
Dari Gambar 4.16 terlihat keadaan cakupan imunisasi TT2 selama enam
tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, bahkan cenderung menurun.
Cakupan terendah terjadi pada tahun 2007. Tahun 2008 sebanyak 42,85% ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT2 dengan cakupan tertinggi dicapai Nusa Tenggara Barat
dengan 80,89% dan terendah dicapai Kalimantan Timur dengan 4,08%.
GAMBAR 4.16
CAKUPAN TT2 PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
TAHUN 2003-2008
90
persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase
pasien keluar yang meninggal >48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR).
Berdasarkan data Ditjen Pelayanan Medik, pemakaian tempat tidur BOR di
rumah sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya
walaupun belum mencapai angka ideal yang diharapkan (60-85%), yaitu berkisar
antara 55% – 57%. Namun pada tahun 2007 pemakaian tempat tidur meningkat
menjadi 65%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tempat tidur di
rumah sakit telah mencapai angka ideal.
GAMBAR 4.17
PENCAPAIAN BOR DAN BTO RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2003-2007
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Berdasarkan data yang sama, pada
tahun 2007 angka BTO rumah sakit telah mencapai angka ideal, yaitu sebesar 44
kali. Perkembangan BOR dan BTO sejak tahun 2003 dapat dilihat pada Gambar
4.17.
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3
hari. Seperti halnya BOR dan BTO, pada tahun 2007 angka TOI rumah sakit di
Indonesia telah mencapai angka ideal, yaitu terdapat selang waktu 2,9 hari tempat
tidur tidak terisi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan tempat tidur
di rumah sakit telah memenuhi standar.
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar dari
rumah sakit. Nilai ideal GDR adalah < 45/1.000 pasien. Pada tahun 2007 angka GDR
di Indonesia sebesar 48,7 kematian per 1.000 pasien keluar rumah sakit.
91
NDR adalah angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1.000
pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada
faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien.
Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 masa perawatan, dianggap faktor
keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien
meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25/1.000 pasien. NDR sejak tahun 2003
hingga 2007 berada di bawah 25, pada tahun 2007 sebesar 23,6. Dengan demikian
NDR mencapai angka ideal.
LOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini di samping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari.
Pada tahun 2007 LOS sebesar 5 hari. Gambar 4.18 memperlihatkan selama tahun
2003-2007 angka LOS belum mencapai angka ideal.
GAMBAR 4.18
PENCAPAIAN NDR, GDR DAN LOS RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2003-2007
92
memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan
masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya yang disalurkan langsung ke
puskesmas. Pelayanan kesehatan di rumah sakit dikelola Departemen Kesehatan dan
pembayaran ke PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) langsung melalui kas negara.
Sejak tahun 2005 hingga 2008 sasaran Jamkesmas yaitu jumlah orang miskin
dan hampir miskin terus bertambah kecuali pada tahun 2008 dengan jumlah sasaran
sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 76,4 juta jiwa. Provinsi dengan jumlah sasaran
terbesar adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Gambar 4.19 berikut ini
menyajikan realisasi progrsm JPKM tahun 2005-2008.
GAMBAR 4.19
REALISASI PROGRAM JPKM
TAHUN 2005 – 2008
Dari 76,4 juta sasaran masyarakat miskin dan hampir miskin, 26,22 juta
memanfaatkan sarana kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit sebagai
pelayanan kesehatan. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya yang tidak lebih dari 7 juta jiwa. Mudahnya mendapatkan
pelayanan Jamkesmas bisa jadi meningkatkan pemanfaatan pelayanan Jamkesmas
oleh masyarakat miskin dan hampir miskin.
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Jamkesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Pemberi pelayanan
kesehatan dasar Jamkesmas adalah seluruh puskesmas dan jaringannya (pustu,
polindes/poskesdes, pusling) yang berjumlah 8.234 unit. Sedangkan pemberi
pelayanan kesehatan Jamkesmas tingkat lanjut pada tahun 2008 berjumlah 920
dengan rincian sebagai berikut: 56% rumah sakit pemerintah, 7% rumah sakit
TNI/POLRI, 33% rumah sakit swasta, dan 4% balai pengobatan seperti yang terlihat
pada Gambar 4.20.
93
GAMBAR 4.20
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN JAMKESMAS TINGKAT LANJUT
TAHUN 2008
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan provinsi
dengan jumlah PPK tertinggi untuk pelayanan tingkat lanjut, yaitu masing-masing
140, 115, dan 80 PPK. Besarnya jumlah PPK di tiga provinsi tersebut juga
disebabkan tingginya jumlah sasaran Jamkesmas. Jika di provinsi lain, jumlah
anggota masyarakat miskin dan hampir miskin kurang dari 5 juta jiwa, bahkan
beberapa di antaranya kurang dari 1 juta jiwa, namun di tiga provinsi tersebut
mencapai lebih dari 10 juta jiwa.
Pada tahun 1988, sidang ke 41 WHA (World Health Assembly) yang dihadiri
para menteri kesehatan dari negara-negara anggota WHO, telah menetapkan program
eradikasi Polio secara global (global polio eradication initiative) yang ditujukan
untuk mengeradikasi penyakit Polio pada tahun 2000. Kesepakatan ini diperkuat oleh
sidang World Summit for Children pada tahun 1989, di mana Indonesia turut
menandatangani kesepakatan tersebut. Eradikasi dalam hal ini bukan sekedar
mencegah terjadinya penyakit Polio, melainkan mempunyai arti yang lebih luas lagi,
yaitu menghentikan terjadinya transmisi virus Polio liar di seluruh dunia.
Pengertian Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus Polio liar
indigenous selama 3 tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan
94
surveilans AFP yang sesuai standar sertifikasi. Dasar pemikiran Eradikasi Polio
adalah:
1. Manusia satu-satunya reservoir dan tidak ada longterm carrier pada manusia.
2. Sifat virus polio yang tidak tahan lama hidup di lingkungan.
3. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas > 90% dan mudah dalam
pemberian.
4. Layak dilaksanakan secara operasional.
Di Indonesia, selama 10 tahun terakhir tidak ditemukan kasus AFP yang
disebabkan virus Polio liar. Surveilans AFP di Indonesia dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 1995. Pencapaian kinerja sampai tahun 2002 berfluktuasi, namun
sejak adanya tenaga khusus (surveillance officer) di tingkat provinsi, kinerja
menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui
gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans
epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)
kelompok umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan
adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan
spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP
pada penduduk <15 tahun selama tahun 2003 – 2008, secara nasional diperoleh
gambaran seperti terlihat pada Gambar 4.21 berikut ini.
GAMBAR 4.21
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003 – 2008
95
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans,
akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus
Polio liar yang menyerang masyarakat. Gambar 4.21 menunjukkan bahwa persentase
spesimen adekuat yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio semakin meningkat,
dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili
kondisi di lapangan.
Sejak tahun 2003, kinerja surveilans AFP terus mengalami peningkatan.
WHO menetapkan target untuk non Polio AFP rate sebesar ≥ 2,5 per 100.000 anak
umur < 15 tahun. Sedangkan untuk standar spesimen adekuat adalah >80%, artinya
minimal 80% spesimen tinja penderita harus sesuai dengan persyaratan yaitu diambil
≤ 14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0-8ºC sampai di laboratorium.
Dengan demikian sejak tahun 2003 hingga 2008 spesimen adekuat telah sesuai
standar WHO, kecuali pada tahun 2006 yaitu 79,10%.
Provinsi yang telah memenuhi target non polio AFP rate ≥ 2,5 per 100.000
anak umur < 15 tahun dan spesimen adekuat sesuai standar WHO sebanyak 18
provinsi. Provinsi-provinsi yang telah memenuhi standar kedua variabel tersebut
dapat dilihat pada Gambar 4.22 berikut ini.
GAMBAR 4.22
PENEMUAN KASUS AFP BERDASARKAN SPESIMEN ADEKUAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
2. Pengendalian TB-Paru
Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah: 1) menurunkan insidens TB
Paru pada tahun 2015; 2) menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat
TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990; 3)
sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS
96
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru
dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan 4)
sedikitnya 85% tercapai succes rate.
Pengembangan Program Pengendalian Penyakit TB Paru dengan strategi
DOTS sampai tahun 2008 telah dilaksanakan di seluruh provinsi, di 462
kabupaten/kota yang ada. Secara kuantitatif, DOTS telah dilaksanakan di 8.088
puskesmas (94,7%) dari 8.548 puskesmas. Untuk pelaksanaan DOTS di Balai
Pengobatan Penyakit Paru Provinsi (BP4)/ Rumah Sakit TB Paru (RSTP) sudah
mencapai 41 BP4 dan RSTP (65%) dari 63 BP4 dan RSTP. Sedangkan untuk rumah
sakit, sebanyak 563 (38,1%) dari 1.478 rumah sakit yang melaksanakan program
DOTS. Pelaksanaan pengendalian penyakit TB Paru sampai tahun 2008 telah dapat
menurunkan insidens kasus menular dari 130/100.000 penduduk (WHO-1995)
menjadi 101/100.000 penduduk.
DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan
pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses
penyembuhan TB Paru dapat berlangsung secara cepat. DOTS menekankan
pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obatnya secara
teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS memberikan
angka kesembuhan yang tinggi, dapat mencapai angka 95%. Strategi DOTS
direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB Paru.
Strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu:
1) Adanya komitmen politis dari pemerintah untuk bersungguh-sungguh
menanggulangi TBC.
2) Diagnosis penyakit TBC melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3) Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka pendek, diawasi secara
langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat).
4) Tersedianya paduan obat anti-TBC jangka pendek secara konsisten.
5) Pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TBC sesuai standar.
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TBC, setiap tahunnya semakin
menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita
yang ditemukan dan disembuhkan setiap tahun.
Gambar 4.23 memperlihatkan persentase penemuan suspek terhadap jumlah
perkiraan kasus TB Paru dan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru
selama tahun 2001-2008. Selama tahun 2001-2008 persentase penemuan suspek
terhadap jumlah perkiraan kasus TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan
terendah pada tahun 2001.
97
GAMBAR 4.23
PROPORSI SUSPEK TERHADAP PERKIRAAN KASUS TB PARU DAN
BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK
TAHUN 2001-2008
98
GAMBAR 4.24
PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN
KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2000-2008
99
3. Pengendalian Penyakit ISPA
ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya. Antara 40% - 60% dari kunjungan di puskesmas adalah karena penyakit
ISPA. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena Pneumonia dan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan.
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu Pneumonia dan yang bukan Pneumonia. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu Pneumonia berat dan Pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan Pneumonia. Etiologi dari sebagian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus
mendapat antibiotik.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang
ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan
kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.
Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita Pneumonia pada balita
hingga saat ini masih belum mencapai target, seperti tampak pada Gambar 4.27 di
bawah ini.
GAMBAR 4.27
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA DI INDONESIA
TAHUN 2005 – 2008
100
Cakupan penemuan penderita Pneumonia tetap rendah sejak tahun 2005
hingga 2008, bahkan cenderung menurun. Hambatan yang ditemui dalam
meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia balita di puskesmas yaitu:
a. Tenaga terlatih tidak melaksanakan MTBS/Tatalaksana Standar ISPA di
puskesmas.
b. Pembiayaan (logistik dan operasional) terbatas.
c. Pembinaan (bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secara berjenjang masih
sangat kurang.
d. ISPA merupakan pandemi yang dilupakan/tidak prioritas sedangkan masalah
ISPA merupakan masalah multisektoral.
e. Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan
yang tidak terlatih.
Pada Gambar 4.28 memperlihatkan data cakupan penemuan Pneumonia pada
balita menurut provinsi belum ada yang mencapai target nasional yaitu 76%, tetapi
ada provinsi yang dengan cakupan yang jauh lebih tinggi dari provinsi lainnya, yaitu
NTB (56,60%) dan Jawa Barat (41,63%). Rata-rata cakupan secara nasional baru
mencapai 19,19%.
GAMBAR 4.28
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008
101
penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.
Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS selama lima tahun terakhir menunjukkan
peningkatan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
TABEL 4.4
PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS DI INDONESIA
TAHUN 2003 – 2008
Pengidap HIV Penderita AIDS Penderita AIDS Meninggal
Tahun
Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif
2003 168 2.720 316 1.487 261 479
2004 649 3.369 1.195 2.682 361 740
2005 875 4.244 2.638 5.321 592 1.332
2006 986 5.230 2.873 8.194 539 1.871
2007 836 6.066 2.947 11.141 498 2.369
2008 4.969 16.110 993 3.362
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Case rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2008
adalah 7,12 per 100.000 penduduk. Case rate kumulatif kasus AIDS tertinggi
dilaporkan dari Provinsi Papua (129,35), Bali (33,75), dan DKI Jakarta (30,52).
Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah ”window
periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini
menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping
dilakukan pengobatan, yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan
lebih lanjut.
102
Tabel 4.5 memperlihatkan pencapaian target indikator program P2DBD
selama dua tahun terakhir, yaitu tahun 2007 sampai tahun 2008. Angka Bebas Jentik
selama tahun 2007-2008 belum berhasil mencapai target (>95%). Begitu pula dengan
persentase kejadian DBD yang ditangani sesuai standar, belum mencapai target
(80%). Indikator pencapaian program P2DBD tahun 2007-2008 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
TABEL 4.5
INDIKATOR PROGRAM P2DBD DAN PENCAPAIAN TARGET 2007-2008
2007 2008
INDIKATOR Target Realisasi Target Realisasi
Persentase Rumah/ Bangunan Bebas > 95 84 > 95 82,6
Jentik (%)
Persentase Kejadian DBD ditangani 80 50 80 -
sesuai Standard (%)
Angka Kesakitan DBD < 20 71,78 < 20 60,06
(per 100.000 pddk)
Angka Kematian DBD (%) <1 1,01 <1 0,86
103
Eliminasi penyakit Malaria memiliki tujuan berikut:
Tujuan Umum
• Pembebasan DKI Jakarta, Bali, Barelang Binkar: 2010
• Pembebasan Jawa, NAD, Kepulauan Riau: 2015
• Pembebasan Sumatera, NTB, Kalimantan, Sulawesi: 2020
• Pembebasan Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara: 2030
Tujuan Khusus2
1. Tahun 2010 jumlah desa dengan positif Malaria ≥ 5 per 1.000 penduduk
menurun 50%.
2. Tahun 2010 semua kabupaten/kota mampu melakukan pemeriksaan sediaan
darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau.
3. Tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan intensifikasi dan
integrasi dalam pengendalian Malaria.
Penduduk yang menggunakan cara pencegahan terhadap Malaria diketahui
berdasarkan survei penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk
memerangi Malaria dengan kelambu. Pada tahun 2005 diketahui sebesar 1% dan
pada tahun 2006 berdasarkan survei yang dilaksanakan di Alor, Sumba Barat, Flores
Timur dan beberapa kabupaten di wilayah Sumatera rata-rata sebesar 24%. Bila
dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka angka tersebut masih lebih
kecil di mana pada tahun 2006 targetnya adalah sebesar 60%, sedangkan untuk tahun
2007 tidak dilakukan survey. Pada tahun 2008 berdasarkan survey yang dilakukan di
NAD, Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan) serta di 5 provinsi wilayah
timur diketahui bahwa persentase penduduk yang menggunakan kelambu yaitu pada
balita rata-rata sebesar 86,7% dan pada ibu hamil sebesar 87,75%. Target dan
realisasi persentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif
untuk memerangi Malaria selama tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Gambar 4.29
berikut ini.
GAMBAR 4.29
PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN CARA PENCEGAHAN EFEKTIF
UNTUK MEMERANGI MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2005-2008
104
Penderita Malaria yang diobati merupakan persentase penderita tersangka
Malaria dan/atau positif Malaria yang datang ke sarana kesehatan, diobati sesuai
pengobatan standar dalam kurun waktu 1 tahun.
Persentase penderita Malaria yang diobati sejak tahun 2003 hingga 2008
sebesar 100%, berarti semua penderita tersangka Malaria dan/atau positif Malaria
yang datang ke sarana kesehatan diobati sesuai pengobatan standar. Realisasi
pengobatan penderita tersangka Malaria dan/atau positif Malaria yang datang ke
sarana kesehatan sudah mencapai target seperti yang diperlihatkan Gambar 4.30
berikut ini.
GAMBAR 4.30
TARGET DAN PERSENTASE PENGOBATAN MALARIA
TAHUN 2003 – 2008
105
GAMBAR 4.31
PENCAPAIAN KONFIRMASI LABORATORIUM/MIKROSKOP MALARIA
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008
106
8. Pengendalian Penyakit Filariasis
Di Indonesia penyakit Filariasis (penyakit kaki gajah) tersebar luas hampir di
seluruh provinsi. Program eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan
global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic
Filariasis as a Public Health Problem the year 2020” yang merupakan realisasi dari
resolusi WHA (World Health Assembly) pada tahun 1997.
Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
a. Pengobatan massal (Mass Drug Administration/MDA) kepada semua penduduk
di kabupaten endemis Filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna
memutuskan rantai penularan.
b. Tatalaksana kasus klinis Filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
Implementation Unit (IU) yang digunakan dalam program eliminasi Filariasis
sejak tahun 2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam
program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun
pengobatan massal. Bila sebuah kabupaten/kota sudah endemis Filariasis, maka
sasaran pengobatan massal adalah semua penduduk di kabupaten/kota tersebut.
Semua penduduk harus minum obat, tetapi pengobatan untuk sementara ditunda
bagi: anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita
kronis Filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwashiorkor.
Target dan pencapaian pengobatan massal Filariasis tahun 2003-2008 dapat dilihat
pada Gambar 4.32 berikut ini.
GAMBAR 4.32
REALISASI PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2005 – 2008
107
pada tahun-tahun selanjutnya kasus kronis Filariasis yang mendapat tatalaksana
sesuai standar meningkat hingga mencapai target yaitu 90%.
Sejak tahun 2005 terjadi peningkatan persentase kabupaten/kota yang
melaksanakan pengobatan massal (MDA) setiap tahunnya, yaitu dari 13,25%
kabupaten/kota di antara 234 kabupaten/kota endemis pada tahun 2005 menjadi
30,70% kabupaten kota yang melaksanakan pengobatan massal pada tahun 2008.
Begitu pula dengan persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pengobatan
massal seluas kabupaten/kota juga mengalami peningkatan pesat selama 4 tahun
terakhir, dari 9,68% pada tahun 2005 menjadi 53,61% pada tahun 2008.
GAMBAR 4.33
PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2005-2008
108
GAMBAR 4.34
JUMLAH PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2004 - 2008
Pada tahun 2008, target pengobatan massal adalah sekitar 29,7 juta penduduk,
sedangkan realisasinya adalah sekitar 12,3 juta (41,34%). Walaupun cakupan MDA
terlihat meningkat namun jika dibandingkan dengan target yang juga terus meningkat
setiap tahunnya, persentase pengobatan penduduk yang meminum obat Filariasis
sejak tahun 2004 cenderung menurun yaitu dari 86,85% pada tahun 2004 menjadi
41,34% pada tahun 2008.
109
Dari Gambar 4.35 dapat dilihat bahwa sebanyak 28% penderita Avian
Influenza berobat ke klinik swasta dan 18% ke bidan/mantri sebelum ke
pelayanan kesehatan yang lebih lengkap baik sarana maupun prasarananya.
Dengan demikian sosialisasi penatalaksanaan kasus yang meliputi identifikasi
kasus dan rujukan kasus AI ke RS rujukan saat ini adalah prioritas program
penatalaksanaan kasus AI.
GAMBAR 4.35
SARANA KESEHATAN PERTAMAKALI YANG DIKUNJUNGI
OLEH KASUS KONFIRMASI AI DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2008
110
masing provinsi tersebut. Hasil dari assessment tersebut secara garis besar adalah
bahwa TGC dan DSO sudah melakukan respon terhadap kasus-kasus AI, namun
perlu ditingkatkan untuk penyakit potensial KLB lainnya. Juga diperlukan
adanya perbaikan terhadap sistem manajemen data DSO, pelatihan penyegaran
untuk DSO dan TGC.
6. Masing-masing provinsi pilot secara berkala juga melakukan pertemuan review
DSO dan petugas teknis dari pusat (subdit surveilans) juga terlibat di dalam
pertemuan tersebut. Pertemuan dimaksudkan untuk mereview kegiatan-kegiatan
DSO, koordinasi dengan sektor peternakan dan berbagi informasi serta
pengalaman antar DSO dalam melaksanakan tugas dan memecahkan masalah di
lapangan. Dalam pertemuan ini juga disampaikan umpan balik dari pusat maupun
provinsi tentang laporan yang DSO kirimkan.
7. Penyelidikan epidemiologi terhadap kasus-kasus yang dianggap perlu dibantu
penyelidikan oleh pusat, sekaligus on the job training.
8. Sosialisasi tentang surveilans AI integrasi pada pertemuan-pertemuan teknis di
tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.
9. Beberapa analisis dari laporan DSO dan kinerja DSO.
111
A. Indikator Program Pengendalian Vektor
B. Insektisida
Pengendalian vektor dilakukan dengan berbagai macam cara/metode seperti
pengendalian secara fisik, biologis, kimiawi, dan bentuk pengendalian vektor yang
dianjurkan sekarang adalah pengendalian secara terpadu atau yang lebih dikenal
dengan Integrated Vector Control.
Dalam kondisi tertentu jumlah populasi vektor meningkat tajam dan kasus
meningkat secara signifikan. Perlu adanya upaya-upaya untuk menurunkan populasi
vektor secara cepat dan penggunaan bahan insektisida merupakan pilihan yang tidak
bisa dihindarkan. Berikut ini data insektisida yang disetujui WHO untuk
pengendalian nyamuk dewasa dengan jenis yang terbatas untuk kurun waktu 15
tahun seperti yang terlihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.
112
TABEL 4.8
JENIS INSEKTISIDA YANG DISETUJUI WHO
UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK
C. Monitoring Resistensi
Penggunaan insektisida secara terus menerus di suatu wilayah tertentu akan
dapat menyebabkan resistensi terhadap spesies sasaran. Untuk mencegah terjadinya
resistensi vektor terhadap insektisida diperlukan kebijakan penggunaan insektisida
sesuai dengan standar yang berlaku.
Untuk memastikan status kerentanan vektor perlu dilakukan pemantauan
vektor di berbagai wilayah dengan institusi lain di bawah Departemen Kesehatan
maupun perguruan tinggi. Berikut ini gambaran resistensi Aedes aegypti terhadap
malathion 0,8 % di berbagai wilayah.
GAMBAR 4.36
RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP MALATHION 0,8%
DI INDONESIA SAMPAI DENGAN TAHUN 2008
113
Monitoring resistensi juga dilakukan terhadap vektor Malaria terhadap
beberapa jenis insektisida yang digunakan. Hasil uji resistensi beberapa spesies
vektor Malaria terhadap Lamda cihalothrin, Bendiocarb 0,1 % dan Deltametrin
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.37 berikut ini.
GAMBAR 4.37
MONITORING RESISTENSI VEKTOR MALARIA
DI INDONESIA TAHUN 2007 - 2008
114
Vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber Vitamin A melalui
proses Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman
dan berkelanjutan. Namun seringkali penyuluhan tidak akan segera memberikan
dampak nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi Vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh
sebab itu penanggulangan kekurangan Vitamin A saat ini masih bertumpu pada
pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi.
Kelompok sasaran pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi yaitu bayi, anak
balita, dan ibu nifas.
1. Bayi
Kapsul Vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6-11
bulan) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak pada
bulan Februari dan Agustus.
2. Anak Balita
Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur 1-4
tahun) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak pada
bulan Februari dan Agustus.
3. Ibu Nifas
Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (nifas)
sehingga bayinya akan memperoleh Vitamin A yang cukup melalui ASI.
Diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
Pemberian kapsul Vitamin A menurut sasaran tahun 2008 dapat dilihat pada
Gambar 4.38 berikut.
GAMBAR 4.38
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
MENURUT SASARAN DI INDONESIA TAHUN 2008
Selain 3 kelompok di atas, ada kejadian tertentu yang harus segera diberikan
kapsul Vitamin A, yaitu:
115
a. Xerophthalmia; dengan tanda-tanda buta senja, bercak putih (bercak bitot), mata
keruh atau kering. Pemberian Vitamin A dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
• Saat ditemukan: segera diberi 1 (satu) kapsul Vitamin A 200.000 SI;
• Hari berikutnya: 1 (satu) kapsul Vitamin A 200.000 SI;
• 4 (empat) minggu berikutnya: 1 (satu) kapsul Vitamin A 200.000 SI.
b. Campak
Anak yang menderita campak, segera diberi satu kapsul Vitamin A 200.000 SI.
Untuk bayi diberi satu kapsul Vitamin A 100.000 SI.
116
− Hb laki-laki dewasa: >13 g/dl
− Hb perempuan dewasa: >12 g/dl
− Hb anak-anak: >11 g/dl
− Hb ibu hamil: >11 g/dl
Seseorang dikatakan anemia bila kadar Hb-nya kurang dari nilai baku tersebut di
atas.
Kurangnya asupan zat besi (Fe) yang adekuat mengakibatkan timbulnya
penyakit anemia gizi. Gejala yang tampak jika kadar Hb di bawah 11 g/dl adalah
pucat, lesu, letih, lemah dan terjadinya pendarahan.
Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah masih relatif
tingginya prevalensi anemia ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya adalah
kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga
anemia yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi. Keadaan kekurangan besi
pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik
pada sel tubuh maupun sel otak pada janin. Pada ibu hamil dapat mengalami
keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan
sebelum serta pada waktu melahirkan, dan pada anemia berat dapat menimbulkan
kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak
dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas.
Gambar 4.40 memperlihatkan kecenderungan cakupan pemberian Fe1 dan
dan Fe3 sejak 2003 yang cenderung menurun pada tahun 2008.
GAMBAR 4.40
CAKUPAN PEMBERIAN Fe1 DAN Fe3 PADA IBU HAMIL
DI INDONESIA TAHUN 2003-2008
Pada tahun 2008 cakupan pemberian Fe3 (90 tablet) sebesar 48% dengan
rentang antar provinsi 20% di Maluku sampai 86% di Kepulauan Bangka Belitung.
Cakupan pemberian Fe3 pada ibu hamil menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar
4.41 berikut ini.
117
GAMBAR 4.41
CAKUPAN PEMBERIAN FE3 PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008
118
Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan frekuensi 42%
dari seluruh kejadian bencana. Jenis kejadian bencana lain yang juga sering terjadi
berturut-turut yaitu tanah longsor (17%) dan angin puting beliung (14%). Frekuensi
banjir yang tinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan November-Desember. Angka
kematian tertinggi diakibatkan tanah longsor yaitu sebanyak 103 jiwa. Kemudian
disusul akibat banjir yang menelan 58 korban meninggal.
Jumlah pengungsi tertinggi pada tahun 2008 diakibatkan oleh bencana banjir
sebanyak 303.277 jiwa, banjir bandang 23.075 jiwa dan gempa bumi 10.747 jiwa.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.30
Demikian gambaran mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai
dengan tahun 2008.
***
119
i
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang digambarkan dalam bab ini meliputi: puskesmas, rumah
sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi farmasi, alat
kesehatan, serta institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan terintegrasi dengan peran dan fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan
berwawasan kesehatan; 2) pusat penggerakan peran serta masyarakat; dan 3) pusat
pelayanan kesehatan dasar.
Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2008 adalah sebanyak
8.548 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.438 unit dan puskesmas non
perawatan sebanyak 6.110 unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui
keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000
penduduk. Dalam kurun waktu 2004 hingga 2008, rasio ini menunjukkan adanya
peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2004 sebesar 3,48, pada
tahun 2008 meningkat menjadi 3,74, seperti terlihat pada Gambar 5.1 berikut ini.
98
GAMBAR 5.1
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2004-2008
99
GAMBAR 5.3
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2004 – 2008
2. Rumah Sakit
100
Tabel 5.1 berikut menampilkan perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan
khusus) di Indonesia tahun 2004 – 2008. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada tahun
2008 menurut pengelola dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.4.
TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2004-2008) jumlah rumah sakit umum baik
yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami peningkatan,
pada tahun 2004 terdapat 976 unit menjadi 1.080 unit pada tahun 2008. Jumlah rumah
sakit umum di Indonesia menurut pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
Perkembangan RSU di Indonesia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.4
berikut ini.
GAMBAR 5.4
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
Dari rumah sakit umum yang dikelola oleh Departemen Kesehatan, pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota menunjukkan bahwa sebagian besar tergolong RSU kelas C.
101
Dari jumlah 432 RSU, terdapat 256 unit (59,26%) kelas C, 88 unit (20,37%) kelas D, 79
unit (18,29%) kelas B dan 8 unit (1,85%) kelas A. Gambar 5.5 berikut ini menjelaskan
persentase RSU menurut kelas.
GAMBAR 5.5
PERSENTASE RUMAH SAKIT UMUM
MILIK DEPARTEMEN KESEHATAN/PEMERINTAH DAERAH
MENURUT KELAS TAHUN 2008
102
GAMBAR 5.6
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2004 – 2008
Sebagian besar rumah sakit khusus tersebut adalah RS Ibu dan Anak sebanyak 79
unit dan RS Bersalin sebanyak 57 unit, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.7. Jumlah
rumah sakit khusus beserta jumlah tempat tidurnya tahun 2004-2008 terdapat pada
Lampiran 5.8.
GAMBAR 5.7
JENIS RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) DI INDONESIA TAHUN 2008
Jumlah tempat tidur suatu rumah sakit dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum dan rumah sakit khusus dalam
103
5 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan. Gambaran peningkatan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 5.8 di bawah ini.
GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR
RUMAH SAKIT UMUM (RSU) DAN RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK)
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008
Rasio jumlah tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk juga dapat
menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan. Rasio jumlah
tempat tidur per 100.000 penduduk dari tahun 2004-2008 juga mengalami peningkatan,
rasio pada tahun 2004 sebesar 60,92 naik menjadi 65,44 pada tahun 2008. Gambar 5.9
menampilkan jumlah tempat tidur dan rasio tempat tidur per 100.000 penduduk di rumah
sakit pada tahun 2004-2008. Data mengenai jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus dapat dilihat pada Lampiran 5.5, Lampiran 5.6 dan Lampiran 5.8.
GAMBAR 5.9
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2004 – 2008
104
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI
GAMBAR 5.10
JUMLAH SARANA PRODUKSI BIDANG KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2004-2008
105
Sumber: Ditjen Binfar & Alkes, Depkes RI
Jumlah sarana distribusi bidang kefarmasian dan alat kesehatan selama lima tahun
terakhir (2004-2008) terdapat pada Gambar 5.11 berikut ini. Rincian menurut provinsi
pada kurun waktu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.10.
GAMBAR 5.11
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI BIDANG KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN 2004 -2008
106
4. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan
berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Hal
ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat. Langkah tersebut
tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM). UKBM di antaranya terdiri dari Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes
(Pondok Bersalin Desa) dan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) di Desa Siaga, Toga
(Tanaman Obat Keluarga), dan POD (Pos Obat Desa).
Salah satu jenis UKBM yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar di
masyarakat adalah Posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat
melaksanakan 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Dalam rangka menilai kinerja dan
perkembangnnya, posyandu diklasifikasikan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,
Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Menurut pendataan Potensi
Desa yang diselenggarakan oleh BPS, pada tahun 2008 terdapat 70.046 posyandu yang
aktif, dengan demikian maka rasio terhadap desa/kelurahan sebesar 0,9 posyandu aktif per
desa/kelurahan.
Keberadaan polindes dan poskesdes di desa-desa merupakan salah satu wujud
upaya mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di
dalamnya pelayanan kebidanan. Pelayanan yang diberikan polindes mencakup tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan KIA. Data Podes menyebutkan bahwa pada tahun
2008 terdapat 25.271 unit Polindes. Rasio Polindes terhadap desa secara nasional pada
tahun 2008 sebesar 0,32. Rasio tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur dengan rasio 0,66
diikuti oleh Kalimantan Barat sebesar 0,59 dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,53.
Informasi selengkapnya mengenai rasio polindes menurut provinsi pada tahun 2008 dapat
dilihat pada Gambar 5.12 berikut ini.
GAMBAR 5.12
RASIO POLINDES TERHADAP JUMLAH DESA TAHUN 2008
107
Sumber: Potensi Desa, BPS, 2008
Sedangkan jumlah Poskesdes pada tahun 2008 sebesar 11.287 unit. Rasio
Poskesdes terhadap jumlah desa pada tahun 2008 sebesar 0,14. Rasio tertinggi terdapat
pada Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jawa Timur sebesar 0,32, diikuti oleh Jawa
Tengah sebesar 0,31. Gambar 5.13 berikut ini menyajikan rasio poskesdes menurut
provinsi pada tahun 2008. Sedangkan data mengenai sarana kesehatan hasil pendataan
Potensi Desa oleh BPS Tahun 2008 terdapat pada Lampiran 5.3.
GAMBAR 5.13
RASIO POSKESDES TERHADAP JUMLAH DESADI INDONESIA TAHUN 2008
108
Sumber: Potensi Desa, BPS, 2008
109
GAMBAR 5.14
PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI DIKNAKES POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2008
GAMBAR 5.15
JUMLAH PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2008
110
sebanyak 77 program studi (42,08%) dan akreditasi C sebanyak 7 program studi (3,83%).
Gambar 5.16 berikut ini menunjukkan persentase akreditasi program studi pada institusi
Diknakes Poltekkes. Informasi selengkapnya mengenai jumlah dan persentase program
studi poltekkes yang telah terakreditasi menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
5.12.
GAMBAR 5.16
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
PROGRAM STUDI POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008
Akreditasi juga dilakukan pada institusi Diknakes non Poltekkes. Jumlah institusi
yang telah terakreditasi sebanyak 538 institusi dan jumlah yang belum terakreditasi
sebanyak 316 institusi. Dari jumlah yang sudah terakreditasi, terdapat 67 institusi
(12,45%) dengan strata A, 424 institusi (78,81%) dengan strata B dan 47 institusi
(8,74%) dengan strata C. Gambar 5.17 berikut ini menunjukkan persentase strata
akreditasi institusi Diknakes non Poltekkes pada tahun 2008. Sedangkan informasi
selengkapnya menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.14.
111
GAMBAR 5.17
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2008
B. TENAGA KESEHATAN
112
GAMBAR 5.18
RASIO DOKTER TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2008
Jumlah tenaga dokter gigi pada tahun 2008 sebanyak 7.649 orang dengan rasio
sebesar 3,35 dokter gigi per 100.000 penduduk dengan kisaran antara 1,56 - 17,67 dokter
gigi per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi adalah Papua Barat sebesar
17,67 dokter gigi per 100.000 penduduk, sedangkan terendah adalah Sumatera Selatan
dengan rasio 1,56 dokter gigi per 100.000 penduduk.
Hasil pendataan potensi desa menunjukkan bahwa jumlah bidan pada tahun 2008
sebanyak 98.074 orang, sehingga rasionya terhadap penduduk sebesar 42,92 bidan per
100.000 penduduk. Menurut Indikator Indonesia Sehat 2010, rasio bidan terhadap
penduduk pada tahun 2010 diharapkan mencapai 100 bidan per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2008 terdapat 2 provinsi yang telah mencapai rasio 100 bidan per 100.000
penduduk, yaitu Papua Barat dan NAD. Pada pendataan yang sama, jumlah nakes lainnya
/mantri kesehatan sebanyak 80.605 orang. Pada tahun yang sama tercatat dukun bayi
sebanyak 155.470 orang. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan hasil pendataan Podes oleh
BPS tahun 2008 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.16.
113
11.865 orang. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2007, yaitu sebanyak 11.701
orang. Bila dibandingkan antara jumlah puskesmas yang ada (8.548 puskesmas) dengan
jumlah dokter, maka rasio dokter umum adalah 1,39 dokter umum per puskesmas. Rasio
dokter umum terhadap jumlah puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau
sebesar 3,05 dokter umum per puskesmas, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 2,43 dokter
umum dan Bali sebesar 2,23 dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum di
puskesmas terhadap jumlah puskesmas tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 5.19 berikut
ini.
GAMBAR 5.19
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2008
Jumlah dokter gigi pada tahun 2008 sebanyak 5.278 orang. Bila dibandingkan
dengan jumlah seluruh puskesmas maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas
memiliki dokter gigi.
Pada tahun 2008 terdapat 109 dokter spesialis yang bertugas di puskesmas,
sebagian besar dokter spesialis tersebut berada di Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah 63
orang (58%).
Jumlah perawat di seluruh puskesmas sebanyak 55.194 orang, sehingga rata-rata
tiap puskesmas memiliki 6 - 7 orang perawat.
Jumlah masing-masing tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Gambar
5.20 di bawah ini. Rincian jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada
Lampiran 5.17, sedangkan rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah puskesmas dapat dilihat
pada Lampiran 5.18.
114
GAMBAR 5.20
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2008
Pada kelompok tenaga non kesehatan, sebagian besar berasal dari kelompok
pegawai Tata Usaha sebanyak 9.617 orang dan pekarya sebanyak 8.006 orang. Data lebih
rinci mengenai tenaga non kesehatan di puskesmas menurut jenis tenaga dan provinsi
terdapat pada Lampiran 5.19.
GAMBAR 5.21
115
JUMLAH TENAGA KESEHATAN PTT DI INDONESIA TAHUN 2008
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan
pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan
bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat. Berikut ini
diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk Departemen Kesehatan dan
anggaran yang disediakan untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
116
GAMBAR 5.22
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES
TAHUN 2004 – 2008
117
***
118
ASEAN (Association of Southeast Asia Nations ) merupakan sebuah organisasi
geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Anggota ASEAN
ada 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja (Cambodia), Laos
(Lao People's Democratic Republic), Malaysia, Myanmar, Singapura (Singapore), Thailand,
dan Vietnam.
Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam
negara SEARO (South East Asia Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu
Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic People's Republic of Korea), India, Maladewa
(Maldives), Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.
Perbandingan antar negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun SEARO,
dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang
sama. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan
SEARO dari aspek yang berhubungan dengan kesehatan yaitu aspek kependudukan, derajat
kesehatan, dan upaya kesehatan.
A. KEPENDUDUKAN
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan
sesuai kebutuhan penduduk sebagai sarana sekaligus pelaku pembangunan. Jumlah penduduk
yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan
angka kelahiran.
140
Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu sekitar 0,4 juta
jiwa.
Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan jumlah
penduduk terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India
(dengan jumlah penduduk 1.149,3 juta jiwa). Sedangkan 9 negara lainnya berpenduduk
kurang dari 150 juta jiwa, bahkan terdapat 2 negara dengan jumlah penduduk 1 juta atau
kurang, yaitu Bhutan (0,7 juta), dan Maladewa (0,3 juta). Jumlah penduduk di kawasan
ASEAN dan SEARO dapat kita lihat pada Gambar 6.1.
GAMBAR 6.1
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008
141
GAMBAR 6.2
KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEARO
(Jiwa per km2) TAHUN 2008
142
GAMBAR 6.3
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 1990 - 2007
Pada periode 1990-2007, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di antara negara
anggota ASEAN adalah Brunei Darussalam dengan laju pertumbuhan penduduk 2,5%.
Sedangkan Thailand merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling rendah
yaitu 1%.
Pada negara-negara SEARO selama periode 1990-2007 laju perumbuhan penduduk
berkisar 0,7% dan 2,7%. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di negara Timor Leste dan
terendah pada negara Korea Utara dan Sri Lanka.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,4. Bila dilihat dari kawasan ASEAN,
Indonesia menduduki peringkat ke-3 terendah untuk laju pertumbuhan penduduk. Sedangkan
bila dilihat dar kawasan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan laju
pertumbuhan penduduk dari 11 negara. Data kependudukan negara-negara ASEAN dan
SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
143
penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Korea Utara yaitu 26%, yang
dapat dilihat pada Gambar 6.4.
GAMBAR 6.4
KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008
Persentase penduduk non produktif yaitu kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok
umur 65 tahun ke atas memberikan pengaruh terhadap rasio beban tanggungan (dependency
ratio). Rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi
yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja/produktif yaitu penduduk yang berumur 15-64
tahun.
Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan diatas, Laos merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi yaitu 92% di kawasan ASEAN.
Sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu
39%.
Di kawasan SEARO, Timor Leste merupakan negara dengan Angka Beban
Tanggungan tertinggi yaitu 92% sedangkan Korea Utara merupakan negara dengan Angka
Beban Tanggungan terendah yaitu 35%.
Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan yaitu 54%, hal tersebut
berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 54 orang yang belum
produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar angka beban tanggungan di
negara-negara kawasan ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
4. Indeks Pembangunan Manusia
Human Development Index (HDI) merupakan suatu ukuran gabungan tiga dimensi
tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia
harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan rata-
rata tamat sekolah di sekolah dasar, sekolah tingkat lanjutan dan perguruan tinggi) dan
memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli, penghasilan).
144
Berdasarkan standar internasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dikategorikan sebagai berikut : kategori sangat tinggi, jika IPM > 0,900; kategori tinggi, jika
IPM > 0,800 – 0,899; kategori sedang, jika IPM 0,500-0,799; dan kategori rendah, jika IPM <
0,500.
Menurut kategori tersebut di atas, pada tahun 2007 terdapat 2 (dua) negara anggota
ASEAN masuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu Singapura dan Brunai Darussalam.
Malaysia masuk dalam kategori tinggi, sedangkan 7 negara anggota ASEAN lainnya berada
pada kategori sedang, termasuk Indonesia. Bila dilihat dari peringkat di negara ASEAN pada
tahun yang sama, Singapura merupakan negara dengan peringkat IPM tertinggi yaitu pada
peringkat ke-24 dan yang terendah adalah Myanmar dengan peringkat 138; sedangkan
Indonesia berada pada peringkat 111 dari 182 negara.
IPM Indonesia pada tahun 2007 sebesar 0,734, bila dibandingkan dengan tahun 2006
IPM Indonesia meningkat (IPM 2006 adalah 0,729). Menurut Human Development Report
(HDR) 2007/2008, pada tahun 2006 IPM Indonesia berada pada peringkat 109 dari 179
negara.
GAMBAR 6.5
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Pada tahun 2007 di kawasan SEARO, dari 11 negara (Korea Utara tidak ada data),
tidak ada negara yang memiliki IPM dengan kategori sangat tinggi dan tinggi, 9 negara
memiliki IPM dengan kategori sedang, dan satu negara yaitu Timor Leste masuk dalam
kategori rendah. Data IPM negara-negara di kawasan ASEAN dan SEARO tahun 2006 -
2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
145
5. Total Fertility Rate
Total Fertility Rate (TFR) merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang
dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar
negara dapat menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial
ekonominya. Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah,
tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau
tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan
program keluarga berencana yang dilaksanakan di negara tersebut.
Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.
Angka Fertilitas Total atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan menjadi
3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah
terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2-3,9; dan
kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.
Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2008 negara-negara yang
termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,4) dan Thailand
(1,6). Sedangkan Laos merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN yang termasuk
dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,3. Sedangkan Indonesia masuk dalam
kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,6 yang berarti untuk setiap wanita di
Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai 3 orang selama masa suburnya.
Pada tahun 2007, diantara 11 negara SEARO, Thailand dan Korea Utara termasuk
negara dengan Angka Fertilitas Total berkategori rendah. Indonesia, Myanmar, Maladewa,Sri
Lanka, Bhutan, India, Bangladesh, dan Nepal masuk dalam kategori sedang. Sedangkan
Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang masuk dalam kategori tinggi
yaitu sebesar 6,7. Besaran Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEARO dapat dilihat
pada Gambar 6.6 berikut ini.
GAMBAR 6.6
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
146
Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID
GAMBAR 6.7
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
147
Gambar 6.7 memperlihatkan perbandingan angka kelahiran kasar negara-negara kawasan
ASEAN dan SEARO. Data Angka Kelahiran Kasar di negara ASEAN dan SEARO tahun
2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
7. Sosial Ekonomi
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri
dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan
yang diterima dari negara lain.
Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di antara negara anggota ASEAN
(tidak termasuk Myanmar) adalah Brunai Darrusalam (US$ 49.900 perkapita) diikuti oleh
Singapura (US$ 48.520 per kapita). Laos dan Kamboja merupakan negara dengan
Pendapatan Nasional Bruto perkapita terendah yaitu masing-masing US$ 1.940 dan US$
1.690. Sedangkan Indonesia memiliki pendapatan nasional bruto perkapita US$ 3.580.
Pendapatan Nasional Bruto di negara ASEAN dan SEARO tahun 2007 dapat di lihat pada
Gambar 6.8 di bawah ini.
GAMBAR 6.8
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
Dari sembilan negara di SEARO (2 negara tidak terdapat data), pendapatan nasional
bruto perkapita tertinggi adalah Thailand yaitu sebesar US$ 7.800. Sedangkan negara lainnya
memiliki Pendapatan Nasional Bruto perkapita kurang dari US$ 6000. Jika dibandingkan
dengan 9 negara di SEARO, Indonesia berada di peringkat ke-5 tertinggi pendapatan nasional
bruto per kapita.
148
B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika
AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per
1000 kelahiran hidup.
GAMBAR 6.9
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
149
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare,
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.
GAMBAR 6.10
ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
Data yang didapat dari “World Health Statistics 2009” memperlihatkan perbedaan
yang mencolok Angka Kematian Balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun
2007. Angka Kematian Balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1000
kelahiran hidup sedangkan yang adalah dicapai Myanmar yaitu sebesar 113 kematian per
1000 kelahiran hidup. Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita kurang
dari 50 per 1000 kelahiran hidup, hanya Myanmar, Kamboja, dan Laos yang memiliki angka
kematian balita diatas 50 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut sumber yang sama, Angka Kematian Balita di SEARO berkisar antara 7
sampai 113 per 1000 kelahiran hidup. Seperti di ASEAN, Myanmar merupakan negara
dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan terendah adalah Thailand. Jika di ASEAN
hanya terdapat 3 negara (dari 10 negara) dengan AKABA lebih dari 50 per 1000 kelahiran
hidup, sebaliknya di SEARO hanya 4 negara dengan AKABA kurang dari 50.
Pada Gambar 6.10 terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki Angka Kematian
Balita relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara SEARO. Telah
dipaparkan sebelumnya bahwa sebagian besar kematian balita disebabkan oleh diare,
pneumonia, dan malnutrisi. Hal itu berarti negara-negara ASEAN mungkin memiliki sanitasi
dan keadaan ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara SEARO.
Sementara di Indonesia terdapat 31 kematian balita per 1000 kelahiran hidup. Pada
kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya,
sedangkan pada Kawasan SEARO, Indonesia menempati peringkat ke-4 terendah kematian
balita per 1000 kelahiran hidup. Data Angka Kematian Balita di negara ASEAN dan SEARO
tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
150
3. Angka Kematian Maternal
Berdasarkan klasifikasi angka kematian maternal dari WHO adalah sebagai berikut;
<15 per 100.000 kelahiran hidup; 15-199 per 100.000; 200-499 per 100.000; 500-999 per
100.000; dan ≥1000 per 100.000.
GAMBAR 6.11
ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2005
Pada tahun 2005 hanya 2 negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam dan Singapura
yang mencapai angka kematian maternal <15 masing-masing 13 dan 14 per 100.000
kelahiran hidup. Negara-negara dengan angka kematian maternal > 500 di ASEAN pun ada 2
negara yaitu Laos (660 per 100000 kelahiran hidup) dan Kamboja (540 per 100000 kelahiran
hidup).
Pada tahun yang sama, negara-negara di SEARO tidak ada yang mencapai angka
kematian maternal <15. Sekitar 55% memiliki angka kematian maternal 200-499 per 100.000
kelahiran hidup. Dan 18% memiliki angka kematian maternal >500, yaitu Nepal (830) dan
Bangladesh (570).
Di antara kedua kawasan tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-12 (dari 18
negara di ASEAN dan SEARO) untuk angka kematian maternal yaitu 420 per 100.000
kelahiran hidup. Data Angka Kematian Ibu di negara ASEAN dan SEARO tahun 2005 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.
151
GAMBAR 6.12
ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2007 Laos dan Myanmar
merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi,
yakni sebesar 10 per 1000 penduduk. Keadaan Angka Kematian Kasar di negara-negara
kawasan SEARO, tidak berbeda jauh dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Timor
Leste merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi yaitu 11 per 1000
penduduk dan terendah adalah Maladewa (4 kematian per 1.000 penduduk).
Sementara di Indonesia terdapat 6 kematian per 1.000 penduduk. Di kawasan
ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke-5 tertinggi Angka Kematian Kasar sedangkan di
kawasan SEARO , Indonesia menduduki peringkat ke-2 terendah. Data Angka Kematian
Kasar di negara ASEAN dan SEARO tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
Usia Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Usia Harapan Hidup yang rendah di suatu negara harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Gambar 6.13 memperlihatkan bahwa pada tahun 2007 di antara sepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan Usia Harapan Hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 81 tahun. Negara yang memiliki Usia
Harapan Hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 61 tahun.
152
GAMBAR 6.13
USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
Untuk kawasan SEARO, Maladewa merupakan negara dengan Usia Harapan Hidup waktu
lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 73 tahun. Negara yang memiliki umur
harapan hidup waktu lahir terendah adalah Timor Leste yaitu 60 tahun.
Di kawasan ASEAN Indonesia dengan harapan hidup waktu lahir 70 tahun
menempati peringkat ke-6 tertinggi, sedangkan di kawasan SEARO menempati peringkat ke-
5 tertinggi. Data Usia Harapan Hidup di negara ASEAN dan SEARO tahun 2007 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.
MORBIDITAS
153
GAMBAR 6.14
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2007
2. Avian Influenza
Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama
kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan
6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus avian influenza
dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini
penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.
Avian influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui
Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Sampai
dengan akhir tahun 2008, 6 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi avian influenza yaitu
Vietnam, Thailand, Indonesia, Laos, Myanmar dan Kamboja.
154
GAMBAR 6.15
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2004-2008
Gambar 6.15 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat avian influenza di
wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2008. Kasus pertama kali menyerang Vietnam
dengan 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004 jumlah kasus
meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam, Thailand
pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara yang
terinfeksi avian influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini jumlah
kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun 2005
dari 90 penderita 42,22% meninggal. Semenjak itu jumlah kasus avian influenza terus
menurun, namun tidak dengan Angka Kematian (CFR). Pada tahun 2008 terdapat 31 kasus
dari 3 negara di ASEAN dengan CFR 80,65%.
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2004-2008
2003 2004 2005 2006 2007 2008 Total
NEGARA
K M K M K M K M K M K M K M
Kamboja 0 0 0 0 4 4 2 2 1 1 1 0 8 7
Laos 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 2 2
Vietnam 3 3 29 20 61 19 0 0 8 5 6 5 104 49
Indonesia 0 0 0 0 20 13 55 45 42 37 24 20 141 115
Myanmar 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Thailand 0 0 17 12 5 2 3 3 0 0 0 0 25 17
ASEAN 3 3 46 32 90 38 60 50 54 45 31 25 281 183
SEARO 0 0 17 12 25 15 58 48 43 37 24 20 167 132
Sumber: WHO, 2008
Keterangan: K = Kasus M = Meninggal
Sejak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN. Namun,
pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN.
Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan
Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006
penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di
kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari
Kamboja dan Myanmar. Pada tahun 2007, di antara negara-negara anggota ASEAN, hanya
Myanmar yang masih ditemukan kasus polio bahkan jumlahnya meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 1 kasus. Indonesia yang pada tahun 2005 terjadi
kejadian luar biasa dengan ditemukannya 349 kasus polio mampu mengendalikan kejadian
tersebut sehingga pada tahun 2007 tidak ditemukan lagi kasus polio.
156
GAMBAR 6.16
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2004-2007
4. Tetanus Neonatorum
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan,
kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara
maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan
kematian.
Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya
terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium
tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.
Pada tahun 2007 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara 8 negara ASEAN,
tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi
100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus
tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada di urutan ke-5. Sedangkan
Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus
maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Di Singapura dilaporkan tidak ada
kasus tetanus neonatorum.
Berdasarkan Incidence Series Immunization, pada tahun 2007 pada kawasan SEARO
jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain di
kawasan ASEAN, yaitu 937 kasus. Bila dibandingkan dengan jumlah kasus kedua dan ketiga
terbesar di kawasan ini yaitu Bangladesh dan Indonesia masing-masing 206 dan 127 kasus.
157
Sedangkan di Bhutan, Korea Utara, Maladewa dan Sri Lanka dilaporkan tidak ada kasus
tetanus neonatorum.
Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka angka kasus tertinggi
terjadi di Timor Leste dan Bangladesh. India justru menempati urutan ke-5 angka kasus
tetanus neonatorum tertinggi. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi di negara-negara ASEAN dan SEARO tahun 2006 secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 6.6.
C. UPAYA KESEHATAN
1. Cakupan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian
pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi
adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan
proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun
pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan
kesehatan.
Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio
merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau
campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk
mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah
mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali).
Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah
penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati dalam
pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi
campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan
rata-rata umur 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di
antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan
demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan
imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan
besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.
Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada gambar 6.17 cakupan imunisasi
BCG pada bayi umumnya lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian
imunisasi BCG yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lain—bahkan
beberapa negara memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkan—sehingga bayi
masih dalam pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2007 cakupan imunisasi BCG tertinggi
di antara negara anggota ASEAN dicapai Thailand dan Malaysia 99% dan terendah Laos
56%.
Di kawasan SEARO, 7 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 90%.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, Maladewa,
Indonesia dan Sri Lanka. Sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan
imunisasi BCG terendah yaitu 74%.
158
GAMBAR 6.17
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 2007
Pada tahun 2007, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai cakupan imunisasi
polio 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 99% dan terendah adalah
Laos yaitu 46%. Menurut sumber yang sama, 55% negara di kawasan SEARO telah
mencapai cakupan imunisasi polio3 90%. Cakupan imunisasi polio3 tertinggi adalah Korea
Utara 99% dan terendah adalah India dengan 62%.
Pada tahun yang sama, 50% negara anggota ASEAN juga telah mencapai target
imunisasi campak yaitu 90%. Negara-negara tersebut adalah Brunei Darussalam, Filipina,
Malaysia, Singapura dan Thailand. Brunei Darussalam merupakan negara dengan cakupan
imunisasi campak tertinggi yaitu 97%. Sedangkan yang terendah adalah Laos dengan
cakupan campak sebesar 40%.
Di kawasan SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi Campak 90%.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa dan Sri Lanka.
Sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan imunisasi Campak terendah
yaitu 63%.
Hampir di seluruh negara ASEAN dan SEARO imunisasi hepatitis merupakan
imunisasi dasar yang diberikan pada bayi, namun tidak dengan yang terjadi India. Di India
imunisasi hepatitis bukan merupakan imunisasi dasar, maka pada Lampiran 7 dapat dilihat
hanya India negara dengan persentase bayi yang diberi imunisasi hepatitis3 6%, sedangkan
negara-negara lain telah mencapai imunisasi tersebut di atas 50%, bahkan beberapa di
antaranya telah melebihi 90%.
Sementara di Indonesia sebanyak 91% bayi telah mendapatkan imunisasi BCG, 83%
mendapatkan imunisasi polio3, dan 80% mendapatkan imunisasi campak. Cakupan 5
imunisasi dasar di ASEAN dan SEARO lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.7.
2. Pengendalian TB Paru
WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi DOTS
70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara pencapaian secara global di dunia kasus
temuan TB Paru adalah 60% dan angka kesembuhan mencapai 84%. Hal tersebut berarti
159
pencapaian kedua indikator tersebut belum mencapai target walaupun untuk angka
kesembuhan hampir mencapai target.
Pada tahun 2007, 80% negara-negara ASEAN telah mencapai target penemuan
penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Bahkan beberapa negara telah mencapai 100%
yaitu Myanmar. Kamboja dan Indonesia yang belum mencapai target penemuan penderita
penyakit paru yaitu 61% dan 68%.
Dari 11 negara-negara di kawasan SEARO hanya 36% negara yang sudah mencapai
target penemuan penderita Tuberkulosis. Negara-negara tersebut adalah Maladewa,
Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Penemuan penderita tuberkulosis terendah terdapat di
Bhutan. Sedangkan penemuan kasus Tuberkulosis tertinggi adalah Myanmar yang telah
mencapai 100%.
GAMBAR 6.18 GAMBAR 6.19
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN & ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN &
SEARO TAHUN 2006 SEARO TAHUN 2005
Sumber: World Health Statistic 2008 Sumber: World Health Statistic 2008
Menurut sumber yang sama, pada tahun 2006 terdapat 50% negara di ASEAN dengan
angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang
mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 91%. Brunei, Malaysia, Singapura,
Myanmar dan Thailand termasuk negara yang belum mencapai target penyembuhan
penderita. Angka kesembuhan tertinggi dicapai Kamboja dengan 93% dan terendah adalah
Malaysia dengan 48%.
Pada Gambar 6.19 terlihat bahwa 63% negara di kawasan SEARO telah mencapai
angka penyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Bangladesh dengan angka penyembuhan
masing-masing 92% dan terendah adalah Thailand dengan angka penyembuhan 77%.
Dari Gambar 6.18 dan 6.19 terlihat bahwa Indonesia telah mencapai target yang
ditetapkan terhadap indikator case detection rate (angka penemuan penderita) dan succes rate
(angka kesembuhan). Bahkan untuk angka kesembuhan, Indonesia mencapai angka
kesuksesan tertinggi ke-2 di kawasan SEARO.
160
3. Sumber Air Bersih dan Sanitasi
Pada tahun 2006, di antara 10 negara anggota ASEAN (Brunai Darussalam tidak ada
data), penduduk yang menggunakan sumber air bersih yang telah mencapai 80% atau lebih
sebanyak 7 negara. Hanya Kamboja dan Laos dengan persentase penduduk yang memiliki
akses terhadap air bersih kurang dari 80%. Persentase tertinggi dicapai Singapura yaitu 100%
dan terendah Laos dengan 60%.
Pada tahun yang sama, di antara negara-negara di kawasan SEARO hampir seluruh
negara dengan penduduk yang menggunkakan sumber air bersih 80% atau lebih, kecuali
Timor Leste dengan persentase sebesar 62%. Negara dengan persentase tertinggi adalah
Korea Utara yaitu 100%.
GAMBAR 6. 20
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN
SARANA SANITASI SEHAT DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006
161
sebesar 81%. Sedangkan yang terendah tercatat di Kamboja yaitu sebesar 27%. Untuk
kawasan SEARO cakupan pemeriksaaan ibu hamil (K4) tertinggi dicapai oleh Korea Utara
yaitu sebesar 95%, diikuti oleh Maladewa (91%), dan yang terendah adalah Bangladesh
sebesar 21 %.
***
162
DAFTAR PUSTAKA
ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta.
___________. 2007. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2007. BPS, Jakarta.
___________. 2008.. Press Release BPS 2008: Jumlah Kemiskinan. www.bps.go.id, Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 1997. Calverton, Maryland, USA.
___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003.
Calverton, Maryland, USA.
___________. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Macro.
Calverton, Maryland, USA.
Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection 2000 - 2025). BPS, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri. 2005. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005.
Depdagri, Jakarta.
Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
___________. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2007. Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes
RI, Jakarta.
___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta.
USAID, 2008. The World Population Data Sheet. Population Reference Bureau.
UNICEF. 2008. The State of the World’s Children 2008. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2009. The State of the World’s Children 2009. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2008. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2008. WHO Vaccine – Preventable Diseases, Monitoring System. WHO, New
York.
***
Lampiran 2.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Pembagian Wilayah
No Provinsi
Kabupaten Kota Kab + Kota Kecamatan Kel. + Desa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 18 5 23 276 6,424
2 Sumatera Utara 25 8 33 417 5,855
3 Sumatera Barat 12 7 19 175 965
4 Riau 9 2 11 151 1,622
5 Jambi 9 2 11 128 1,346
6 Sumatera Selatan 11 4 15 217 3,122
7 Bengkulu 9 1 10 117 1,438
8 Lampung 12 2 14 204 2,365
9 Kepulauan Bangka Belitung 6 1 7 40 360
10 Kepulauan Riau 5 2 7 59 351
11 DKI Jakarta 1 5 6 44 267
12 Jawa Barat 17 9 26 620 5,877
13 Jawa Tengah 29 6 35 573 8,574
14 DI Yogyakarta 4 1 5 78 438
15 Jawa Timur 29 9 38 662 8,506
16 Banten 4 4 8 154 1,535
17 Bali 8 1 9 57 714
18 Nusa Tenggara Barat 8 2 10 116 917
19 Nusa Tenggara Timur 20 1 21 286 2,836
20 Kalimantan Barat 12 2 14 175 1,868
21 Kalimantan Tengah 13 1 14 120 1,510
22 Kalimantan Selatan 11 2 13 151 1,981
23 Kalimantan Timur 10 4 14 136 1,420
24 Sulawesi Utara 11 4 15 150 1,580
25 Sulawesi Tengah 10 1 11 147 1,733
26 Sulawesi Selatan 21 3 24 304 2,953
27 Sulawesi Tenggara 10 2 12 201 2,098
28 Gorontalo 5 1 6 66 619
29 Sulawesi Barat 5 0 5 66 602
30 Maluku 9 2 11 73 906
31 Maluku Utara 7 2 9 112 1,062
32 Papua Barat 9 1 10 136 1,286
33 Papua 28 1 29 368 3,416
Indonesia 397 98 495 6,579 76,546
Sumber: BPS, 2009
Lampiran 2.2
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 676,701 1,380,497 78,857 2,136,055 652,798 1,404,605 100,457 2,157,860 1,329,499 2,785,102 179,314 4,293,915 54.17
2 Sumatera Utara 2,106,300 4,153,105 229,564 6,488,969 2,040,699 4,232,699 279,954 6,553,352 4,146,999 8,385,804 509,518 13,042,321 55.53
3 Sumatera Barat 736,000 1,499,001 111,331 2,346,332 710,099 1,553,402 153,270 17,590,501 1,446,099 3,052,403 264,601 4,763,103 56.04
4 Riau 869,401 1,798,100 68,339 2,735,840 770,300 1,623,903 59,115 2,453,318 1,639,701 3,422,003 127,454 5,189,158 51.64
5 Jambi 426,801 946,003 49,422 1,422,226 409,302 910,799 45,948 1,366,049 836,103 1,856,802 95,370 2,788,275 50.17
6 Sumatera Selatan 1,105,800 2,369,201 124,682 3,599,683 1,053,801 2,331,602 136,709 3,522,112 2,159,601 4,700,803 261,391 7,121,795 51.50
7 Bengkulu 249,600 557,098 28,532 835,230 236,699 540,600 29,389 806,688 486,299 1,097,698 57,921 1,641,918 49.58
8 Lampung 1,092,500 2,518,996 157,969 3,769,465 1,062,301 2,404,595 154,758 3,621,654 2,154,801 4,923,591 312,727 7,391,119 50.12
9 Kepulauan Bangka Belitung 162,200 406,399 24,022 592,621 146,702 360,399 22,804 529,905 308,902 766,798 46,826 1,122,526 46.39
10 Kepulauan Riau 225,502 467,603 16,690 709,795 226,599 499,901 16,782 743,282 452,101 967,504 33,472 1,453,077 50.19
11 DKI Jakarta 1,113,401 3,235,199 142,774 4,491,374 1,095,399 3,404,201 155,207 4,654,807 2,208,800 6,639,400 297,981 9,146,181 37.76
12 Jawa Barat 5,740,800 13,945,502 955,708 20,642,010 5,541,602 13,736,902 997,782 20,276,286 11,282,402 27,682,404 1,953,490 40,918,296 47.81
13 Jawa Tengah 4,220,899 10,954,800 1,016,578 16,192,277 4,026,199 11,114,798 1,293,112 16,434,109 8,247,098 22,069,598 2,309,690 32,626,386 47.83
14 DI Yogyakarta 327,802 1,273,200 139,797 1,740,799 309,299 1,238,102 180,305 1,727,706 637,101 2,511,302 320,102 3,468,505 38.12
15 Jawa Timur 4,100,301 13,143,501 1,149,331 18,393,133 3,911,499 13,284,702 1,505,507 18,701,708 8,011,800 26,428,203 2,654,838 37,094,841 40.36
16 Banten 1,498,101 3,196,101 154,586 4,848,788 1,451,300 3,138,799 163,560 4,753,659 2,949,401 6,334,900 318,146 9,602,447 51.58
17 Bali 422,502 1,246,104 105,206 1,773,812 401,400 1,217,000 123,783 1,742,183 823,902 2,463,104 228,989 3,515,995 42.75
18 Nusa Tenggara Barat 687,600 1,318,699 78,081 2,084,380 687,700 1,499,100 92,578 2,279,378 1,375,300 2,817,799 170,659 4,363,758 54.86
19 Nusa Tenggara Timur 767,400 1,389,003 100,240 2,256,643 730,899 1,437,198 109,577 2,277,674 1,498,299 2,826,201 209,817 4,534,317 60.44
20 Kalimantan Barat 670,298 1,403,799 72,874 2,146,971 655,098 1,374,900 72,143 2,102,141 1,325,396 2,778,699 145,017 4,249,112 52.92
21 Kalimantan Tengah 316,800 727,999 29,981 1,074,780 298,799 655,899 27,823 982,521 615,599 1,383,898 57,804 2,057,301 48.66
22 Kalimantan Selatan 489,999 1,179,201 58,615 1,727,815 470,201 1,174,001 74,619 1,718,821 960,200 2,353,202 133,234 3,446,636 46.47
23 Kalimantan Timur 460,201 1,118,501 39,492 1,618,194 439,200 997,900 39,380 1,476,480 899,401 2,116,401 78,872 3,094,674 46.22
24 Sulawesi Utara 275,999 789,300 59,439 1,124,738 265,301 749,602 68,373 1,083,276 541,300 1,538,902 127,812 2,208,014 43.48
25 Sulawesi Tengah 370,298 829,000 42,871 1,242.169 358,199 797,199 40,802 1,196,200 728,497 1,626,199 83,673 2,438,369 49.94
26 Sulawesi Selatan 1,135,099 2,460,704 165,998 3,761,801 1,120,099 2,704,097 219,027 4,043,223 2,255,198 5,164,801 385,025 7,805,024 51.12
27 Sulawesi Tenggara 347,400 645,503 30,853 1,023,756 347,598 667,802 35,821 1,051,221 694,998 1,313,305 66,674 2,074,977 58.00
28 Gorontalo 147,600 326,200 17,929 491,729 137,601 322,704 20,177 480,482 285,201 648,904 38,106 972,211 49.82
29 Sulawesi Barat 156,400 343,500 22,321 522,221 140,999 341,101 27,934 510,034 297,399 684,601 50,255 1,032,255 50.78
30 Maluku 221,700 422,603 25,827 670,130 211,401 412,099 27,125 650,625 433,101 834,702 52,952 1,320,755 58.23
31 Maluku Utara 163,100 308,500 14,109 485,709 158,401 300,102 15,389 473,892 321,501 608,602 29,498 959,601 57.67
32 Papua Barat 117,601 259,006 6,483 383,090 112,597 230,300 3,979 346,876 230,198 489,306 10,462 729,966 49.18
33 Papua 329,699 718,600 18,404 1,066,703 316,600 659,099 14,112 989,811 646,299 1,377,699 32,516 2,056,514 49.27
Indonesia 31,731,805 77,330,528 5,336,905 113,158,311 30,496,691 77,320,112 6,307,301 129,297,834 62,228,496 154,650,640 11,644,206 228,523,342 47.77
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.4
JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 21 16 76.19 23 16 69.57 23 16 69.57
2 Sumatera Utara 25 6 24.00 28 6 21.43 33 6 18.18
3 Sumatera Barat 19 9 47.37 19 9 47.37 19 9 47.37
4 Riau 11 2 18.18 11 2 18.18 11 2 18.18
5 Jambi 10 2 20.00 10 2 20.00 11 2 18.18
6 Sumatera Selatan 14 6 42.86 15 6 40.00 15 6 40.00
7 Bengkulu 9 8 88.89 9 8 88.89 10 8 80.00
8 Lampung 10 5 50.00 11 5 45.45 14 5 35.71
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 3 42.86 7 3 42.86 7 3 42.86
10 Kepulauan Riau 6 1 16.67 6 1 16.67 7 1 14.29
11 DKI Jakarta 6 0 0.00 6 0 0.00 6 0 0.00
12 Jawa Barat 25 2 8.00 26 2 7.69 26 2 7.69
13 Jawa Tengah 35 3 8.57 35 3 8.57 35 3 8.57
14 DI Yogyakarta 5 2 40.00 5 2 40.00 5 2 40.00
15 Jawa Timur 38 8 21.05 38 8 21.05 38 8 21.05
16 Banten 6 2 33.33 7 2 28.57 8 2 25.00
17 Bali 9 1 11.11 9 1 11.11 9 1 11.11
18 Nusa Tenggara Barat 9 7 77.78 9 6 66.67 10 6 60.00
19 Nusa Tenggara Timur 16 15 93.75 20 15 75.00 21 15 71.43
20 Kalimantan Barat 12 9 75.00 14 10 71.43 14 10 71.43
21 Kalimantan Tengah 14 7 50.00 14 7 50.00 14 7 50.00
22 Kalimantan Selatan 13 0 0.00 13 2 15.38 13 2 15.38
23 Kalimantan Timur 13 5 38.46 14 3 21.43 14 3 21.43
24 Sulawesi Utara 9 2 22.22 13 2 15.38 15 2 13.33
25 Sulawesi Tengah 10 9 90.00 10 9 90.00 11 9 81.82
26 Sulawesi Selatan 23 13 56.52 23 13 56.52 24 13 54.17
27 Sulawesi Tenggara 10 8 80.00 12 8 66.67 12 8 66.67
28 Gorontalo 5 4 80.00 6 4 66.67 6 4 66.67
29 Sulawesi Barat 5 5 100.00 5 5 100.00 5 5 100.00
30 Maluku 8 7 87.50 9 7 77.78 11 7 63.64
31 Maluku Utara 8 6 75.00 8 6 75.00 9 6 66.67
32 Papua Barat 9 7 77.78 9 7 77.78 10 7 70.00
33 Papua 20 19 95.00 21 19 90.48 29 19 65.52
Jumlah 440 199 45.23 465 199 42.80 495 199 40.20
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
Lampiran 2.5
PERSENTASE PENDUDUK BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (3) (4) (5) (6) (7) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.31 5.73 5.49 4.06 1.39 2.44 2.09 1.11 12.60 14.81 14.48 11.71
2 Sumatera Utara 3.36 3.61 3.39 3.27 2.96 1.21 1.68 1.57 1.51 0.81 9.25 8.74 7.90 7.41 7.85
3 Sumatera Barat 4.27 4.02 4.12 3.90 3.34 1.53 1.53 1.50 1.76 0.83 10.07 8.94 9.43 7.97 7.99
4 Riau 3.59 2.24 2.76 2.72 2.24 1.65 0.84 1.20 1.35 0.47 11.41 7.00 7.85 6.85 7.52
5 Jambi 4.24 5.46 5.29 5.17 4.69 1.41 2.22 2.22 2.15 1.11 12.91 15.39 13.79 13.38 14.01
6 Sumatera Selatan 4.31 4.37 3.41 3.34 2.95 1.66 1.79 1.11 1.40 0.86 11.99 11.45 9.29 8.05 8.00
7 Bengkulu 5.79 6.53 6.31 6.09 5.40 1.96 2.44 2.42 2.36 1.20 18.48 18.62 17.08 15.76 16.15
8 Lampung 6.92 7.15 7.16 6.87 6.37 1.89 2.13 2.12 2.33 0.97 20.20 19.29 19.64 17.15 18.08
9 Kepulauan Bangka Belitung 6.49 4.56 5.14 5.13 4.66 2.97 2.31 2.09 2.59 1.61 15.96 10.77 12.99 11.46 12.00
10 Kepulauan Riau 4.03 4.71 4.33 4.19 1.80 1.94 1.76 1.57 13.08 15.34 15.12 12.60
11 DKI Jakarta 1.69 1.68 1.77 1.24 1.30 0.47 0.65 0.62 0.38 0.07 5.40 5.00 5.22 3.63 4.71
12 Jawa Barat 6.04 5.35 5.09 4.68 4.47 1.73 1.69 1.57 1.57 0.76 16.82 14.04 13.03 11.25 11.99
13 Jawa Tengah 13.28 12.59 11.76 11.38 10.76 3.35 2.92 2.53 2.98 1.67 32.76 30.43 28.29 25.13 24.92
14 DI Yogyakarta 14.22 13.28 13.57 12.22 10.54 2.21 2.10 2.29 1.53 0.72 34.51 31.28 31.34 28.76 24.87
15 Jawa Timur 15.46 14.16 12.90 12.58 12.69 5.08 4.23 3.54 4.08 2.73 35.69 32.14 29.13 26.48 28.24
16 Banten 6.02 4.37 4.99 4.76 4.79 2.20 1.45 1.74 2.06 1.02 19.58 14.06 14.99 12.94 15.15
17 Bali 14.48 13.78 14.21 14.02 13.06 4.32 3.95 4.41 4.38 3.20 35.53 32.80 33.18 31.59 30.69
18 Nusa Tenggara Barat 23.15 21.21 21.22 20.25 20.15 12.88 10.71 10.24 8.90 7.54 49.08 46.40 48.03 45.38 47.61
19 Nusa Tenggara Timur 14.84 15.05 13.50 12.75 12.34 6.38 7.02 6.50 6.54 4.49 34.81 33.33 29.04 26.15 28.89
20 Kalimantan Barat 11.82 12.34 11.01 10.60 11.48 4.85 5.23 4.69 5.02 3.78 32.21 31.80 27.71 24.22 29.83
21 Kalimantan Tengah 3.77 2.50 3.65 3.36 2.73 0.87 0.83 1.38 1.46 0.71 13.76 8.11 10.74 8.89 8.33
22 Kalimantan Selatan 5.24 5.53 6.10 5.95 4.92 2.09 2.29 2.70 2.36 0.98 14.36 14.45 14.85 15.22 14.54
23 Kalimantan Timur 5.03 4.69 4.52 4.30 3.64 2.12 1.75 1.55 1.86 1.04 15.15 14.72 13.61 11.93 11.40
24 Sulawesi Utara 0.85 1.13 1.01 1.05 0.85 0.41 0.57 0.60 0.69 0.32 1.82 2.23 1.79 1.74 1.83
25 Sulawesi Tengah 5.59 6.07 5.19 5.14 4.32 2.58 3.01 2.51 2.89 1.63 14.74 15.24 12.61 11.37 11.34
26 Sulawesi Selatan 15.51 15.40 14.30 13.76 13.47 6.90 7.17 6.07 6.49 4.97 35.60 34.64 32.87 29.49 31.34
27 Sulawesi Tenggara 9.27 10.01 10.16 9.50 8.85 3.26 3.92 3.81 4.53 2.11 27.43 28.55 28.69 22.94 26.67
28 Gorontalo 5.34 4.97 4.30 4.25 4.49 3.40 3.49 3.06 3.35 1.84 10.72 9.09 7.75 6.63 11.01
29 Sulawesi Barat 14.10 13.60 12.69 7.57 7.52 6.70 31.57 29.91 28.82
30 Maluku 2.22 3.84 3.50 3.15 2.69 0.89 2.15 2.21 1.92 1.17 5.92 8.29 6.98 6.19 6.29
31 Maluku Utara 4.84 4.82 5.59 5.35 4.56 2.58 2.06 2.69 2.33 1.15 11.65 14.01 14.25 14.63 14.70
32 Papua Barat 11.45 9.68 7.85 7.95 7.60 5.58 22.65 17.15 16.15
33 Papua 25.78 28.42 30.99 24.94 27.53 22.96 26.59 29.41 22.99 26.23 38.03 37.11 38.52 32.93 32.94
Indonesia 9.62 9.09 8.55 8.13 7.81 3.30 3.09 2.89 2.96 1.94 24.87 22.83 21.09 18.94 19.62
Sumber: www.bps.go.id
Lampiran 2.6
ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0.50 13.93 7.04 1.85 5.25 41.19 17.99 4.15 3.20 3.31 1.22 0.35 100.00
2 Sumatera Utara 0.75 4.69 19.43 2.82 18.62 23.47 12.10 6.85 4.89 3.06 2.70 0.60 100.00
3 Sumatera Barat 0.62 5.24 18.24 1.84 7.64 30.93 13.47 8.70 6.43 3.75 2.58 0.57 100.00
4 Riau 1.09 18.62 1.88 0.28 8.86 27.83 13.68 0.79 0.66 2.25 23.87 0.17 100.00
5 Jambi 1.31 5.56 15.82 1.23 2.33 30.05 19.62 2.82 0.70 6.76 13.50 0.28 100.00
6 Sumatera Selatan 1.02 8.27 13.39 4.01 2.70 33.11 16.88 2.14 1.05 10.02 6.93 0.47 100.00
7 Bengkulu 0.12 4.52 11.72 0.86 5.21 20.25 44.55 3.42 5.73 2.88 0.15 0.58 100.00
8 Lampung 2.39 3.78 2.31 1.51 5.71 45.33 27.40 4.86 4.35 1.17 0.93 0.27 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 8.28 8.52 2.99 0.08 10.95 47.29 18.73 1.35 0.88 0.78 0.13 0.03 100.00
10 Kepulauan Riau 2.19 21.41 13.41 5.17 1.92 27.10 20.46 5.39 1.16 0.20 1.50 0.10 100.00
11 DKI Jakarta 24.37 24.64 17.73 7.56 23.43 1.28 0.18 0.17 0.02 0.44 0.19 100.00
12 Jawa Barat 4.57 8.01 7.53 3.30 26.70 26.04 8.06 9.10 5.59 0.53 0.23 0.34 100.00
13 Jawa Tengah 1.57 2.52 10.69 4.15 16.30 39.97 7.38 12.35 3.61 0.79 0.45 0.21 100.00
14 DI Yogyakarta 9.87 4.20 9.92 0.68 14.21 44.43 6.90 3.61 3.10 0.16 2.66 0.25 100.00
15 Jawa Timur 4.55 4.93 10.78 4.06 22.00 34.18 4.91 10.97 2.37 0.23 0.36 0.66 100.00
16 Banten 11.09 16.68 4.38 3.92 29.79 16.90 6.94 3.48 3.52 3.05 0.15 0.09 100.00
17 Bali 12.94 8.18 29.80 0.86 6.06 13.81 1.64 16.84 3.87 1.70 3.72 0.59 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 3.78 3.51 11.16 2.46 9.99 40.99 9.61 12.70 5.33 0.28 0.10 0.09 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 0.17 0.84 14.10 2.73 1.52 18.51 9.73 28.46 16.14 4.90 2.42 0.48 100.00
20 Kalimantan Barat 1.17 4.35 6.30 1.66 1.98 4.97 9.18 4.98 4.21 20.25 40.72 0.22 100.00
21 Kalimantan Tengah 0.92 4.45 13.09 1.57 14.14 13.01 10.54 1.00 0.63 32.86 7.44 0.35 100.00
22 Kalimantan Selatan 0.58 2.70 24.80 11.00 12.41 10.72 15.82 0.98 0.75 17.60 2.16 0.49 100.00
23 Kalimantan Timur 1.70 14.49 37.57 6.59 4.84 6.00 7.23 2.12 1.13 9.91 7.78 0.65 100.00
24 Sulawesi Utara 2.60 12.12 17.58 4.39 8.04 27.67 9.43 13.51 2.93 0.10 1.46 0.17 100.00
25 Sulawesi Tengah 0.51 5.84 11.83 1.62 14.57 21.42 8.93 22.62 4.40 6.73 1.18 0.34 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.28 6.82 14.85 6.04 17.33 24.89 12.39 7.39 7.21 1.88 0.62 0.30 100.00
27 Sulawesi Tenggara 0.21 2.11 15.15 3.04 6.61 31.06 14.23 19.61 3.47 1.88 2.16 0.48 100.00
28 Gorontalo 0.19 4.18 12.40 1.60 5.84 54.72 11.18 4.75 2.62 2.50 0.02 100.00
29 Sulawesi Barat 0.33 3.42 14.58 1.55 9.96 28.84 11.75 8.52 14.37 5.49 1.06 0.13 100.00
30 Maluku 0.11 0.75 11.13 2.99 9.05 31.70 11.08 23.31 6.75 1.51 1.48 0.15 100.00
31 Maluku Utara 0.15 2.26 17.47 2.03 1.65 39.54 17.34 5.66 2.12 6.69 4.74 0.35 100.00
32 Papua Barat 2.89 11.32 7.10 5.22 3.11 10.06 8.91 8.03 13.55 15.73 13.02 1.05 100.00
33 Papua 0.78 5.70 10.71 1.43 3.16 6.89 9.40 10.50 21.92 16.54 11.85 1.12 100.00
Indonesia 4.11 7.16 11.46 3.57 17.06 28.60 9.48 8.73 4.05 2.75 2.65 0.38 100.00
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.8.a
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI. TAHUN 2008
Perkotaan
Air Air Ledeng Ledeng Sumur Sumur Mata Air Mata Air
No Provinsi Pompa Air sungai Air hujan Lainnya Jumlah
kemasan Isi Ulang Meteran Eceran Terlindung Tak Terlindung Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0.87 33.74 13.97 2.22 6.46 31.95 5.04 1.99 1.23 0.54 1.67 0.32 100.00
2 Sumatera Utara 1.36 8.82 37.54 4.50 17.67 20.06 7.01 1.37 0.39 0.55 0.44 0.29 100.00
3 Sumatera Barat 1.27 11.38 36.40 1.85 12.52 25.97 5.21 2.75 1.32 0.33 0.52 0.48 100.00
4 Riau 1.95 31.93 2.89 0.48 13.08 24.71 4.55 0.43 0.15 0.21 19.56 0.08 100.00
5 Jambi 3.22 9.99 29.12 2.73 3.07 22.33 7.56 1.59 0.38 0.84 19.10 0.08 100.00
6 Sumatera Selatan 2.22 16.39 31.53 9.51 2.31 24.69 7.73 1.06 0.30 3.78 0.37 0.12 100.00
7 Bengkulu 0.16 9.38 26.15 1.10 10.03 22.26 28.73 0.40 1.42 0.00 0.08 0.29 100.00
8 Lampung 7.72 9.44 7.00 5.82 12.01 35.70 16.48 4.54 0.59 0.52 0.10 0.08 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 12.25 12.27 5.40 0.14 14.42 42.71 11.22 0.91 0.33 0.22 0.14 0.00 100.00
10 Kepulauan Riau 4.07 38.13 20.29 3.05 1.57 22.98 5.84 2.11 0.14 0.12 1.58 0.10 100.00
11 DKI Jakarta 24.37 24.64 17.73 7.56 23.43 1.28 0.18 0.17 0.00 0.02 0.44 0.19 100.00
12 Jawa Barat 7.20 11.55 11.08 3.45 31.76 22.74 5.04 4.79 1.52 0.11 0.28 0.47 100.00
13 Jawa Tengah 2.76 3.93 17.27 6.37 19.61 39.66 5.03 4.16 0.66 0.16 0.19 0.18 100.00
14 DI Yogyakarta 15.27 6.54 7.76 0.14 17.31 47.93 3.95 0.78 0.06 0.13 0.14 100.00
15 Jawa Timur 8.41 7.99 16.38 6.12 23.85 28.75 2.44 5.06 0.43 0.01 0.36 0.19 100.00
16 Banten 17.82 23.02 6.54 4.76 35.46 9.31 1.88 0.58 0.25 0.16 0.16 0.08 100.00
17 Bali 20.79 13.18 29.52 0.65 8.84 14.60 0.85 8.64 0.75 0.83 1.26 0.08 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 6.12 6.74 18.88 3.61 9.12 37.77 5.73 6.73 5.12 0.10 0.09 0.00 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 0.81 3.66 54.32 4.46 2.54 22.88 4.99 3.96 1.25 0.07 0.17 0.88 100.00
20 Kalimantan Barat 3.49 12.62 12.99 1.18 1.93 3.75 2.57 0.46 0.69 1.20 58.68 0.44 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.53 12.04 26.82 3.61 26.65 9.51 5.98 0.57 0.36 9.22 1.89 0.83 100.00
22 Kalimantan Selatan 1.15 5.43 48.52 18.73 7.20 8.88 5.16 0.13 0.04 4.41 0.26 0.10 100.00
23 Kalimantan Timur 2.46 18.92 51.54 9.07 3.79 3.16 2.25 0.92 0.10 1.98 5.19 0.62 100.00
24 Sulawesi Utara 4.03 21.96 27.02 4.67 13.15 19.29 5.76 3.09 0.44 0.00 0.44 0.14 100.00
25 Sulawesi Tengah 2.20 24.83 33.85 1.33 27.34 2.86 0.72 5.74 0.64 0.29 0.04 0.17 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.62 18.44 36.67 13.07 12.36 12.09 3.29 1.34 0.83 0.91 0.09 0.30 100.00
27 Sulawesi Tenggara 0.70 7.27 44.74 3.20 12.36 16.55 3.35 9.50 1.09 0.81 0.23 0.20 100.00
28 Gorontalo 0.41 8.67 26.40 3.16 9.63 46.24 3.19 2.00 0.28 100.00
29 Sulawesi Barat 1.00 6.78 38.79 1.91 15.88 25.12 3.58 3.81 3.13 100.00
30 Maluku 0.37 2.52 36.31 5.80 18.86 19.19 5.80 7.75 2.93 0.09 0.10 0.28 100.00
31 Maluku Utara 0.51 6.67 47.21 3.78 3.33 29.39 1.21 0.45 6.45 1.01 100.00
32 Papua 4.80 28.69 23.52 4.74 5.45 13.12 3.30 3.11 0.43 0.44 11.52 0.88 100.00
33 Papua Barat 2.45 16.02 41.64 2.71 7.99 10.63 5.12 4.39 0.42 2.94 4.72 0.96 100.00
Indonesia 7.80 12.36 18.57 5.17 21.45 23.79 4.32 3.39 0.78 0.43 1.66 0.26 100.00
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.8.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI. TAHUN 2008
Perdesaan
Air Air Ledeng Ledeng Sumur Sumur Mata Air Mata Air
No Provinsi Pompa Air sungai Air hujan Lainnya Jumlah
kemasan Isi Ulang Meteran Eceran Terlindung Tak Terlindung Terlindung Tak Terlindung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0.36 5.92 4.24 1.71 4.77 44.93 23.23 5.02 3.99 4.43 1.04 0.37 100.00
2 Sumatera Utara 0.22 1.17 3.94 1.39 19.44 26.40 16.46 11.54 8.74 5.21 4.62 0.87 100.00
3 Sumatera Barat 0.29 2.03 8.74 1.83 5.09 33.51 17.78 11.81 9.10 5.54 3.66 0.62 100.00
4 Riau 0.22 5.11 0.86 0.08 4.58 31.00 22.97 1.17 1.18 4.32 28.26 0.26 100.00
5 Jambi 0.40 3.43 9.45 0.52 1.98 33.75 25.40 3.42 0.85 9.60 10.82 0.38 100.00
6 Sumatera Selatan 0.26 3.15 1.97 0.55 2.95 38.42 22.65 2.82 1.53 13.96 11.07 0.70 100.00
7 Bengkulu 0.10 1.90 3.94 0.73 2.60 19.17 53.09 5.06 8.06 4.44 0.19 0.73 100.00
8 Lampung 0.75 2.04 0.87 0.19 3.77 48.29 30.76 4.95 5.50 1.37 1.18 0.32 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.64 5.08 0.78 0.03 7.78 51.49 25.60 1.75 1.38 1.29 0.12 0.05 100.00
10 Kepulauan Riau 0.07 2.63 5.68 7.54 2.30 31.73 36.88 9.08 2.30 0.30 1.40 0.09 100.00
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 0.83 3.01 2.50 3.09 19.52 30.72 12.35 15.21 11.35 1.12 0.16 0.15 100.00
13 Jawa Tengah 0.45 1.18 4.48 2.05 13.18 40.26 9.61 20.09 6.39 1.39 0.69 0.24 100.00
14 DI Yogyakarta 0.13 13.81 1.64 8.64 38.13 12.22 8.72 8.59 0.46 7.23 0.44 100.00
15 Jawa Timur 0.86 2.00 5.42 2.08 20.22 39.38 7.28 16.62 4.23 0.45 0.36 1.11 100.00
16 Banten 0.92 7.10 1.11 2.64 21.20 28.39 14.61 7.87 8.47 7.43 0.15 0.11 100.00
17 Bali 2.22 1.36 30.17 1.14 2.28 12.73 2.70 28.03 8.14 2.88 7.07 1.28 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 2.09 1.19 5.60 1.63 10.62 43.30 12.41 17.00 5.48 0.41 0.11 0.15 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 0.04 0.23 5.37 2.36 1.29 17.56 10.76 33.78 19.37 5.95 2.91 0.39 100.00
20 Kalimantan Barat 0.28 1.16 3.73 1.84 2.00 5.44 11.73 6.72 5.56 27.59 33.80 0.14 100.00
21 Kalimantan Tengah 0.09 0.54 6.03 0.51 7.70 14.81 12.89 1.22 0.77 45.04 10.29 0.11 100.00
22 Kalimantan Selatan 0.18 0.76 7.97 5.52 16.11 12.03 23.38 1.59 1.25 26.96 3.51 0.76 100.00
23 Kalimantan Timur 0.45 7.19 14.59 2.50 6.56 10.68 15.44 4.09 2.82 22.95 12.04 0.70 100.00
24 Sulawesi Utara 1.50 4.57 10.34 4.18 4.13 34.09 12.24 21.50 4.84 0.17 2.25 0.20 100.00
25 Sulawesi Tengah 0.06 0.79 5.98 1.70 11.18 26.36 11.11 27.11 5.40 8.45 1.49 0.38 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.12 1.30 4.49 2.71 19.69 30.97 16.72 10.26 10.25 2.34 0.87 0.29 100.00
27 Sulawesi Tenggara 0.06 0.57 6.37 2.99 4.90 35.37 17.46 22.61 4.18 2.19 2.73 0.57 100.00
28 Gorontalo 0.08 2.14 6.03 0.89 4.11 58.58 14.82 6.00 3.69 3.64 0.03 100.00
29 Sulawesi Barat 1.74 2.43 1.37 6.98 30.71 15.84 10.89 20.00 8.24 1.59 0.20 100.00
30 Maluku 0.02 0.12 2.24 1.99 5.58 36.11 12.94 28.81 8.10 2.01 1.97 0.11 100.00
31 Maluku Utara 0.00 0.40 4.91 1.29 0.94 43.83 24.15 7.86 3.01 9.52 4.02 0.07 100.00
32 Papua 2.33 6.19 2.25 5.37 2.41 9.16 10.57 9.49 17.42 20.25 13.46 1.11 100.00
33 Papua Barat 0.29 2.69 1.69 1.06 1.75 5.80 10.65 12.29 28.19 20.50 13.93 1.17 100.00
Indonesia 0.60 2.24 4.73 2.06 12.91 33.15 14.36 13.77 7.15 4.95 3.59 0.49 100.00
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.9
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT RERATA PEMAKAIAN AIR BERSIH
PER ORANG PER HARI DAN PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2007
Rerata pemakaian air bersih per orang per hari (dalam liter)
No Provinsi
< 5 5 19,9 20 49,9 50 99,9 ≥ 100
Kualitas fisik air minum
No Provinsi
Keruh Berbau Berwarna Berasa Berbusa Baik *)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 78.19 10.62 3.68 7.51 100.00 47.10 7.05 10.06 35.79 100.00 56.05 8.08 8.22 27.64 100.00
2 Sumatera Utara 87.65 7.89 1.66 2.80 100.00 60.03 5.64 6.06 28.28 100.00 72.76 6.67 4.03 16.53 100.00
3 Sumatera Barat 72.11 14.71 3.08 10.10 100.00 40.24 13.76 7.76 38.23 100.00 51.18 14.09 6.16 28.57 100.00
4 Riau 89.84 7.17 0.68 2.31 100.00 73.79 5.69 1.72 18.80 100.00 81.88 6.44 1.20 10.49 100.00
5 Jambi 82.05 7.95 1.25 8.76 100.00 58.67 7.87 4.45 29.02 100.00 66.24 7.89 3.41 22.45 100.00
6 Sumatera Selatan 79.82 11.24 2.42 6.52 100.00 52.92 9.97 5.69 31.41 100.00 63.31 10.46 4.43 21.79 100.00
7 Bengkulu 78.76 14.18 1.65 5.42 100.00 51.67 7.46 3.19 37.68 100.00 61.16 9.82 2.65 26.37 100.00
8 Lampung 74.40 13.11 2.19 10.31 100.00 68.90 13.72 1.33 16.06 100.00 70.19 13.58 1.53 14.70 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 81.15 6.14 2.76 9.96 100.00 52.35 4.27 3.02 40.36 100.00 66.11 5.16 2.89 25.83 100.00
10 Kepulauan Riau 83.42 13.30 1.65 1.63 100.00 81.54 6.25 1.76 10.45 100.00 82.54 9.98 1.70 5.78 100.00
11 DKI Jakarta 74.03 19.58 5.73 0.67 100.00 74.03 19.58 5.73 0.67 100.00
12 Jawa Barat 72.63 14.82 4.30 8.25 100.00 49.16 13.46 10.22 27.16 100.00 62.92 14.26 6.75 16.07 100.00
13 Jawa Tengah 66.24 14.71 2.26 16.79 100.00 55.13 12.35 3.46 29.07 100.00 60.53 13.49 2.88 23.10 100.00
14 DI Yogyakarta 58.45 31.18 0.70 9.67 100.00 78.68 15.25 0.53 5.55 100.00 65.67 25.49 0.64 8.20 100.00
15 Jawa Timur 66.81 15.53 1.79 15.87 100.00 50.39 15.09 1.56 32.96 100.00 58.42 15.31 1.67 24.60 100.00
16 Banten 74.35 16.09 2.35 7.21 100.00 34.92 6.10 3.81 55.17 100.00 58.66 12.12 2.93 26.30 100.00
17 Bali 70.41 22.99 0.67 5.93 100.00 53.28 15.64 0.45 30.63 100.00 63.17 19.88 0.58 16.37 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 46.47 15.83 2.29 35.41 100.00 31.48 12.38 1.88 54.26 100.00 37.76 13.83 2.05 46.36 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 77.48 17.92 1.97 2.63 100.00 58.92 10.54 1.40 29.14 100.00 62.23 11.86 1.50 24.41 100.00
20 Kalimantan Barat 87.25 7.12 1.25 4.38 100.00 47.66 6.04 3.81 42.49 100.00 58.67 6.34 3.10 31.90 100.00
21 Kalimantan Tengah 72.53 14.93 5.39 7.16 100.00 43.38 16.87 10.73 29.01 100.00 53.29 16.21 8.91 21.58 100.00
22 Kalimantan Selatan 73.29 15.28 5.19 6.24 100.00 48.12 14.88 7.12 29.88 100.00 58.56 15.05 6.32 20.07 100.00
23 Kalimantan Timur 83.92 10.23 3.73 2.12 100.00 65.70 10.93 6.13 17.24 100.00 77.03 10.49 4.64 7.84 100.00
24 Sulawesi Utara 69.82 22.87 1.80 5.51 100.00 56.87 15.24 2.98 24.91 100.00 62.49 18.55 2.47 16.49 100.00
25 Sulawesi Tengah 75.68 11.55 4.74 8.03 100.00 43.91 7.83 3.70 44.56 100.00 50.58 8.61 3.92 36.89 100.00
26 Sulawesi Selatan 73.15 17.60 1.57 7.67 100.00 51.10 9.13 1.66 38.10 100.00 58.20 11.86 1.63 28.31 100.00
27 Sulawesi Tenggara 70.73 18.65 3.70 6.91 100.00 54.41 7.55 2.23 35.81 100.00 58.15 10.09 2.57 29.19 100.00
28 Gorontalo 53.70 17.71 9.42 19.18 100.00 21.85 13.41 10.32 54.42 100.00 31.82 14.75 10.04 43.39 100.00
29 Sulawesi Barat 63.72 11.85 3.06 21.37 100.00 37.33 8.43 2.12 52.12 100.00 46.14 9.57 2.44 41.85 100.00
30 Maluku 65.94 18.25 4.52 11.29 100.00 40.51 4.98 9.19 45.33 100.00 47.15 8.44 7.97 36.44 100.00
31 Maluku Utara 70.52 20.60 3.19 5.68 100.00 33.09 12.68 18.21 36.02 100.00 44.21 15.03 13.75 27.01 100.00
32 Papua Barat 71.43 18.60 8.31 1.66 100.00 36.31 18.45 13.87 31.37 100.00 44.32 18.48 12.60 24.60 100.00
33 Papua 76.88 13.37 6.68 3.07 100.00 37.35 13.35 2.68 46.62 100.00 46.27 13.36 3.59 36.78 100.00
Indonesia 71.92 15.18 2.93 9.97 100.00 52.00 11.69 4.61 31.71 100.00 61.68 13.38 3.79 21.14 100.00
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.13
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT JENIS KLOSET DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan + Perdesaan
Luas Lantai (m2)
No Provinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan/Perdesaan
<19 2049 5099 100149 150+ Jumlah <19 2049 5099 100149 150+ Jumlah <19 2049 5099 100149 150+ Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4.00 41.71 35.78 10.80 7.71 100.00 3.15 57.49 32.26 5.04 2.06 100.00 3.39 52.94 33.28 6.70 3.69 100.00
2 Sumatera Utara 2.90 33.07 44.91 12.17 6.96 100.00 3.47 48.96 41.55 4.66 1.36 100.00 3.21 41.63 43.10 8.12 3.94 100.00
3 Sumatera Barat 6.75 30.87 37.78 14.50 10.10 100.00 4.34 42.34 42.97 7.75 2.59 100.00 5.17 38.40 41.19 10.07 5.17 100.00
4 Riau 2.47 37.66 40.19 13.88 5.80 100.00 1.84 47.53 40.47 7.14 3.02 100.00 2.16 42.56 40.33 10.54 4.42 100.00
5 Jambi 1.65 35.65 45.08 13.48 4.13 100.00 2.17 41.23 47.60 6.77 2.23 100.00 2.00 39.42 46.79 8.94 2.85 100.00
6 Sumatera Selatan 7.32 48.85 32.60 7.08 4.14 100.00 4.76 49.13 40.90 3.77 1.44 100.00 5.75 49.03 37.69 5.05 2.49 100.00
7 Bengkulu 7.69 37.81 37.22 10.69 6.59 100.00 3.48 55.15 37.18 2.57 1.61 100.00 4.96 49.07 37.20 5.42 3.36 100.00
8 Lampung 4.60 29.02 51.71 8.82 5.84 100.00 1.40 28.00 58.80 9.13 2.67 100.00 2.15 28.24 57.13 9.06 3.41 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.63 41.79 44.16 8.47 3.95 100.00 1.19 46.60 42.09 7.66 2.47 100.00 1.40 44.30 43.08 8.04 3.18 100.00
10 Kepulauan Riau 7.85 37.29 40.34 9.08 5.44 100.00 3.61 38.51 40.23 7.40 10.24 100.00 5.85 37.87 40.29 8.29 7.70 100.00
11 DKI Jakarta 24.17 31.36 22.09 10.49 11.88 100.00 24.17 31.36 22.09 10.49 11.88 100.00
12 Jawa Barat 8.29 35.03 39.37 10.76 6.54 100.00 2.83 50.38 39.93 5.26 1.60 100.00 6.03 41.38 39.60 8.49 4.50 100.00
13 Jawa Tengah 3.00 17.99 52.19 15.70 11.11 100.00 0.58 14.85 56.29 17.60 10.67 100.00 1.76 16.38 54.30 16.68 10.88 100.00
14 DI Yogyakarta 20.80 18.08 37.36 13.47 10.29 100.00 0.69 10.06 53.76 21.77 13.71 100.00 13.62 15.22 43.21 16.43 11.51 100.00
15 Jawa Timur 6.52 26.27 47.50 12.25 7.47 100.00 1.43 25.98 51.94 13.64 7.01 100.00 3.92 26.12 49.77 12.96 7.23 100.00
16 Banten 11.96 24.18 41.75 12.38 9.73 100.00 2.14 36.07 53.96 5.86 1.97 100.00 8.05 28.91 46.61 9.78 6.64 100.00
17 Bali 18.36 25.71 32.69 13.51 9.74 100.00 5.41 45.81 38.91 6.90 2.98 100.00 12.88 34.21 35.32 10.71 6.88 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 14.09 54.35 22.25 5.60 3.71 100.00 9.02 63.14 24.71 2.32 0.81 100.00 11.14 59.46 23.68 3.69 2.02 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 11.94 44.53 31.80 7.40 4.33 100.00 5.71 67.33 23.93 2.47 0.55 100.00 6.82 63.26 25.34 3.35 1.23 100.00
20 Kalimantan Barat 3.06 31.50 40.87 14.10 10.48 100.00 2.45 54.91 36.59 4.49 1.56 100.00 2.62 48.40 37.78 7.16 4.04 100.00
21 Kalimantan Tengah 6.48 43.30 37.24 8.51 4.47 100.00 2.60 53.28 39.81 3.15 1.15 100.00 3.92 49.88 38.94 4.98 2.28 100.00
22 Kalimantan Selatan 10.22 40.40 34.24 8.65 6.49 100.00 4.34 44.66 43.28 6.12 1.61 100.00 6.78 42.89 39.53 7.17 3.64 100.00
23 Kalimantan Timur 7.35 40.48 34.26 9.68 8.23 100.00 1.58 44.40 43.61 7.41 3.00 100.00 5.17 41.96 37.79 8.82 6.25 100.00
24 Sulawesi Utara 9.29 47.81 30.99 7.37 4.53 100.00 3.97 59.38 30.76 4.01 1.88 100.00 6.28 54.36 30.86 5.47 3.03 100.00
25 Sulawesi Tengah 8.08 34.37 34.38 12.69 10.49 100.00 3.64 47.53 38.11 7.87 2.85 100.00 4.57 44.77 37.32 8.88 4.46 100.00
26 Sulawesi Selatan 11.14 28.54 35.97 13.47 10.88 100.00 2.20 32.34 51.49 10.87 3.10 100.00 5.08 31.11 46.49 11.71 5.61 100.00
27 Sulawesi Tenggara 13.75 32.10 34.86 11.07 8.21 100.00 2.99 41.35 43.56 8.83 3.27 100.00 5.45 39.23 41.57 9.34 4.41 100.00
28 Gorontalo 3.48 45.02 35.58 9.36 6.56 100.00 7.76 57.35 27.12 4.78 2.99 100.00 6.42 53.49 29.77 6.21 4.11 100.00
29 Sulawesi Barat 1.83 28.13 51.25 11.47 7.32 100.00 6.32 48.80 38.04 5.39 1.44 100.00 4.82 41.90 42.45 7.42 3.41 100.00
30 Maluku 7.91 46.12 35.23 7.26 3.48 100.00 1.99 50.88 41.01 5.13 0.99 100.00 3.54 49.64 39.50 5.68 1.64 100.00
31 Maluku Utara 12.29 20.87 44.97 15.42 6.46 100.00 0.98 38.95 49.54 8.69 1.84 100.00 4.34 33.58 48.18 10.69 3.21 100.00
32 Papua Barat 16.53 39.77 29.60 9.11 4.99 100.00 6.94 63.03 26.37 1.96 1.70 100.00 9.13 57.72 27.11 3.59 2.45 100.00
33 Papua 13.24 50.42 25.25 6.29 4.80 100.00 37.08 52.57 8.98 1.16 0.20 100.00 31.70 52.09 12.65 2.32 1.24 100.00
Indonesia 8.68 30.48 40.83 11.87 8.13 100.00 2.99 38.49 45.20 9.06 4.25 100.00 5.76 34.60 43.08 10.43 6.14 100.00
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.16
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TIPE DAERAH, DAN JENIS LANTAI TERLUAS (M 2 ) DAN PROVINSI, TAHUN 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 95.83 4.17 100.00 87.01 12.99 100.00 89.55 10.45 100.00
2 Sumatera Utara 97.17 2.83 100.00 92.28 7.72 100.00 94.54 5.46 100.00
3 Sumatera Barat 97.40 2.60 100.00 96.10 3.90 100.00 96.55 3.45 100.00
4 Riau 98.41 1.59 100.00 96.38 3.62 100.00 97.41 2.59 100.00
5 Jambi 97.93 2.07 100.00 92.94 7.06 100.00 94.56 5.44 100.00
6 Sumatera Selatan 96.69 3.31 100.00 85.05 14.95 100.00 89.55 10.45 100.00
7 Bengkulu 97.73 2.27 100.00 87.51 12.49 100.00 91.09 8.91 100.00
8 Lampung 90.89 9.11 100.00 77.48 22.52 100.00 80.63 19.37 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 97.69 2.31 100.00 96.70 3.30 100.00 97.18 2.82 100.00
10 Kepulauan Riau 95.03 4.97 100.00 94.49 5.51 100.00 94.78 5.22 100.00
12 Jawa Barat 96.28 3.72 100.00 91.73 8.27 100.00 94.39 5.61 100.00
13 Jawa Tengah 85.94 14.06 100.00 62.58 37.42 100.00 73.93 26.07 100.00
14 DI Yogyakarta 94.65 5.35 100.00 83.25 16.75 100.00 90.58 9.42 100.00
15 Jawa Timur 91.76 8.24 100.00 69.71 30.29 100.00 80.49 19.51 100.00
16 Banten 96.23 3.77 100.00 85.31 14.69 100.00 91.88 8.12 100.00
17 Bali 97.03 2.97 100.00 91.22 8.78 100.00 94.58 5.42 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 91.13 8.87 100.00 85.88 14.12 100.00 88.08 11.92 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 92.01 7.99 100.00 51.82 48.18 100.00 58.99 41.01 100.00
20 Kalimantan Barat 98.34 1.66 100.00 96.93 3.07 100.00 97.32 2.68 100.00
21 Kalimantan Tengah 97.55 2.45 100.00 96.18 3.82 100.00 96.65 3.35 100.00
22 Kalimantan Selatan 98.68 1.32 100.00 97.17 2.83 100.00 97.80 2.20 100.00
23 Kalimantan Timur 96.99 3.01 100.00 95.32 4.68 100.00 96.36 3.64 100.00
24 Sulawesi Utara 94.15 5.85 100.00 87.67 12.33 100.00 90.48 9.52 100.00
25 Sulawesi Tengah 97.60 2.40 100.00 89.95 10.05 100.00 91.56 8.44 100.00
26 Sulawesi Selatan 97.38 2.62 100.00 95.43 4.57 100.00 96.06 3.94 100.00
27 Sulawesi Tenggara 93.57 6.43 100.00 87.49 12.51 100.00 88.88 11.12 100.00
28 Gorontalo 96.47 3.53 100.00 86.83 13.17 100.00 89.85 10.15 100.00
29 Sulawesi Barat 94.91 5.09 100.00 90.92 9.08 100.00 92.26 7.74 100.00
30 Maluku 96.50 3.50 100.00 80.07 19.93 100.00 84.36 15.64 100.00
31 Maluku Utara 96.35 3.65 100.00 73.86 26.14 100.00 80.54 19.46 100.00
32 Papua Barat 96.54 3.46 100.00 86.85 13.15 100.00 89.06 10.94 100.00
33 Papua 95.40 4.60 100.00 70.62 29.38 100.00 76.21 23.79 100.00
Indonesia 94.10 5.90 100.00 81.32 18.68 100.00 87.53 12.47 100.00
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.17
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TIPE DAERAH, DAN JENIS DINDING TERLUAS (M 2 ) DAN PROVINSI, TAHUN 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 51.36 47.42 0.52 0.70 100.00 29.62 66.45 2.70 1.23 100.00 35.88 60.97 2.07 1.08 100.00
2 Sumatera Utara 67.45 26.97 4.57 1.01 100.00 36.66 55.31 6.91 1.12 100.00 50.85 42.25 5.83 1.07 100.00
3 Sumatera Barat 79.29 19.71 0.47 0.52 100.00 63.59 33.38 2.50 0.54 100.00 68.98 28.69 1.80 0.53 100.00
4 Riau 64.04 34.86 0.09 1.02 100.00 35.45 63.29 0.43 0.84 100.00 49.86 48.96 0.26 0.93 100.00
5 Jambi 58.16 41.28 0.10 0.46 100.00 45.57 53.29 0.58 0.57 100.00 49.65 49.39 0.42 0.53 100.00
6 Sumatera Selatan 67.29 32.04 0.45 0.22 100.00 31.63 64.18 2.69 1.50 100.00 45.41 51.75 1.83 1.01 100.00
7 Bengkulu 74.41 21.66 3.47 0.46 100.00 44.12 50.36 4.96 0.56 100.00 54.74 40.30 4.44 0.52 100.00
8 Lampung 76.96 10.23 12.35 0.46 100.00 56.92 28.00 14.01 1.07 100.00 61.63 23.83 13.62 0.92 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 73.78 25.28 0.08 0.86 100.00 53.26 44.63 1.12 0.99 100.00 63.07 35.38 0.62 0.93 100.00
10 Kepulauan Riau 78.45 20.70 0.17 0.68 100.00 19.24 79.75 0.40 0.62 100.00 50.56 48.51 0.28 0.65 100.00
11 DKI Jakarta 91.31 7.37 0.31 1.01 100.00 91.31 7.37 0.31 1.01 100.00
12 Jawa Barat 88.02 2.56 9.15 0.26 100.00 61.35 4.63 33.70 0.33 100.00 76.99 3.42 19.31 0.29 100.00
13 Jawa Tengah 82.20 11.81 5.74 0.26 100.00 56.57 31.10 11.71 0.62 100.00 69.03 21.72 8.81 0.44 100.00
14 DI Yogyakarta 94.07 2.23 3.41 0.29 100.00 75.07 9.24 15.62 0.07 100.00 87.29 4.73 7.77 0.21 100.00
15 Jawa Timur 88.55 4.62 6.41 0.42 100.00 67.57 16.58 14.97 0.87 100.00 77.83 10.73 10.78 0.65 100.00
16 Banten 92.64 3.28 3.73 0.36 100.00 61.55 3.88 34.40 0.17 100.00 80.27 3.51 15.94 0.29 100.00
17 Bali 95.97 1.60 2.16 0.28 100.00 90.55 2.45 6.81 0.19 100.00 93.67 1.96 4.13 0.24 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 80.08 4.91 14.84 0.17 100.00 57.47 15.62 26.41 0.51 100.00 66.94 11.13 21.57 0.36 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 59.11 7.73 15.90 17.26 100.00 21.28 10.64 43.66 24.42 100.00 28.03 10.12 38.71 23.14 100.00
20 Kalimantan Barat 75.09 23.62 0.09 1.20 100.00 41.29 54.20 0.99 3.52 100.00 50.69 45.70 0.74 2.88 100.00
21 Kalimantan Tengah 33.82 65.56 0.38 0.23 100.00 6.67 92.31 0.65 0.37 100.00 15.90 83.22 0.56 0.32 100.00
22 Kalimantan Selatan 23.83 75.22 0.25 0.70 100.00 7.41 91.41 0.60 0.57 100.00 14.23 84.69 0.46 0.62 100.00
23 Kalimantan Timur 42.68 56.82 0.22 0.27 100.00 12.46 86.55 0.44 0.55 100.00 31.26 68.06 0.30 0.38 100.00
24 Sulawesi Utara 72.28 23.28 3.22 1.22 100.00 56.32 35.28 7.86 0.54 100.00 63.25 30.07 5.84 0.83 100.00
25 Sulawesi Tengah 66.41 32.88 0.11 0.60 100.00 42.59 53.44 3.53 0.44 100.00 47.59 49.12 2.81 0.47 100.00
26 Sulawesi Selatan 58.70 27.03 5.45 8.82 100.00 20.20 54.96 14.23 10.61 100.00 32.59 45.97 11.40 10.04 100.00
27 Sulawesi Tenggara 54.29 41.03 2.20 2.49 100.00 28.09 65.69 5.28 0.94 100.00 34.09 60.05 4.57 1.30 100.00
28 Gorontalo 78.54 7.63 13.10 0.73 100.00 49.47 26.59 23.04 0.90 100.00 58.57 20.66 19.93 0.85 100.00
29 Sulawesi Barat 39.57 44.25 4.75 11.43 100.00 21.77 67.54 6.90 3.78 100.00 27.71 59.76 6.18 6.34 100.00
30 Maluku 71.87 24.89 1.07 2.17 100.00 65.30 25.67 2.79 6.23 100.00 67.02 25.47 2.34 5.17 100.00
31 Maluku Utara 81.14 16.00 0.76 2.10 100.00 61.30 31.33 4.53 2.83 100.00 67.19 26.78 3.41 2.62 100.00
32 Papua Barat 75.75 23.76 0.00 0.49 100.00 36.17 55.67 1.78 6.38 100.00 45.20 48.39 1.38 5.03 100.00
33 Papua 73.27 25.77 0.55 0.41 100.00 10.52 80.23 0.79 8.46 100.00 24.69 67.93 0.74 6.64 100.00
Indonesia 81.26 12.59 5.38 0.78 100.00 50.56 32.60 14.87 1.96 100.00 65.49 22.87 10.26 1.39 100.00
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.18
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan + Perdesaan
Keluhan Kesehatan
% Penduduk yang
No Provinsi Diare/ Buang Asma/Nafas Keluhan Mempunyai Keluhan
Panas Sakit Kepala Batuk Pilek Sakit Gigi
Buang Air Sesak Lainnya Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 15.88 8.60 17.01 15.30 2.86 2.56 3.42 12.10 36.80
2 Sumatera Utara 9.73 3.91 10.43 9.36 2.11 1.24 1.28 9.00 25.19
3 Sumatera Barat 14.84 7.89 15.28 14.89 2.37 2.02 2.59 11.00 34.65
4 Riau 12.97 6.52 14.74 14.19 1.87 1.55 2.46 8.28 30.35
5 Jambi 9.06 4.39 10.66 10.00 1.39 1.35 1.54 8.78 25.77
6 Sumatera Selatan 13.00 8.60 16.80 17.19 1.92 2.03 2.54 12.05 36.18
7 Bengkulu 11.08 4.91 14.34 14.35 1.56 1.84 1.98 11.97 32.50
8 Lampung 12.40 6.62 18.50 17.92 1.85 1.41 2.47 14.04 36.49
9 Kepulauan Bangka Belitung 11.60 9.58 17.36 17.01 1.79 2.58 2.60 13.04 36.06
10 Kepulauan Riau 13.04 5.18 15.26 14.55 1.20 1.38 1.53 8.48 29.81
11 DKI Jakarta 11.86 5.99 19.02 18.33 1.88 1.45 1.51 12.93 37.83
12 Jawa Barat 10.70 5.23 13.54 13.94 1.56 1.85 1.63 13.04 32.07
13 Jawa Tengah 8.68 5.66 15.09 15.26 1.30 1.21 1.56 12.29 32.05
14 DI Yogyakarta 8.29 5.34 19.48 19.34 1.00 1.51 2.01 13.52 39.10
15 Jawa Timur 9.83 4.78 14.86 13.99 1.49 1.52 1.71 11.57 31.81
16 Banten 11.98 7.62 16.37 15.87 1.64 1.89 2.10 14.44 37.01
17 Bali 18.27 7.91 17.96 18.26 1.71 2.52 2.42 14.69 39.58
18 Nusa Tenggara Barat 17.44 8.19 17.02 18.14 2.40 2.25 2.37 14.40 38.81
19 Nusa Tenggara Timur 24.38 14.71 29.28 27.19 4.28 3.61 4.17 15.19 47.04
20 Kalimantan Barat 13.44 8.79 16.05 14.87 2.26 2.29 2.54 10.87 33.92
21 Kalimantan Tengah 9.21 5.31 12.05 11.44 1.86 1.69 1.99 6.33 26.04
22 Kalimantan Selatan 13.08 7.41 18.23 16.99 2.53 2.03 2.68 12.51 40.19
23 Kalimantan Timur 8.80 4.06 13.02 13.58 1.29 1.54 1.55 8.46 27.82
24 Sulawesi Utara 17.20 8.38 19.72 18.38 2.34 1.76 3.48 11.61 38.43
25 Sulawesi Tengah 16.97 9.16 15.92 14.51 2.79 2.88 3.61 13.26 39.65
26 Sulawesi Selatan 10.33 5.31 10.22 9.59 1.64 1.69 1.65 9.81 28.56
27 Sulawesi Tenggara 15.59 7.84 14.32 13.55 2.29 2.02 2.89 10.37 36.50
28 Gorontalo 32.98 11.39 25.05 18.64 4.27 3.50 5.03 10.81 49.66
29 Sulawesi Barat 15.78 10.80 14.56 14.27 3.31 1.90 3.26 11.49 36.39
30 Maluku 14.97 7.15 18.43 15.92 2.53 2.30 2.88 10.49 34.47
31 Maluku Utara 19.07 9.91 16.62 11.82 3.12 2.16 2.99 9.61 35.59
32 Papua Barat 12.29 5.29 13.07 12.74 1.15 1.46 1.42 10.03 29.51
33 Papua 12.25 6.43 16.02 14.96 2.86 1.98 3.33 9.51 31.81
Indonesia 11.56 6.15 15.24 14.83 1.79 1.72 1.98 11.96 33.24
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.18.a
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan
Keluhan Kesehatan
% Penduduk yang
No Provinsi Diare/ Buang Asma/Nafas Keluhan Mempunyai Keluhan
Panas Sakit Kepala Batuk Pilek Sakit Gigi
Buang Air Sesak Lainnya Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 12.03 6.33 13.30 12.67 1.84 1.49 2.80 10.58 31.57
2 Sumatera Utara 9.23 3.38 9.91 8.61 1.78 0.89 0.97 8.16 23.81
3 Sumatera Barat 12.43 5.75 13.87 12.99 1.55 1.31 1.64 8.96 29.17
4 Riau 12.10 4.93 14.44 14.18 1.41 1.20 1.81 7.38 27.89
5 Jambi 8.03 3.74 9.72 8.85 1.20 1.13 0.85 8.74 23.54
6 Sumatera Selatan 15.05 10.16 21.22 21.30 1.74 2.17 2.72 13.86 41.26
7 Bengkulu 11.20 3.81 15.85 16.11 1.71 1.95 1.36 12.12 32.99
8 Lampung 14.86 7.90 21.91 21.13 2.13 1.59 3.00 15.35 41.34
9 Kepulauan Bangka Belitung 11.41 9.09 16.96 17.00 1.53 2.13 2.26 13.12 36.24
10 Kepulauan Riau 12.81 4.55 16.46 16.14 1.22 1.32 1.50 8.09 30.88
11 DKI Jakarta 11.86 5.99 19.02 18.33 1.88 1.45 1.51 12.93 37.83
12 Jawa Barat 9.66 4.47 13.03 13.27 1.45 1.65 1.39 11.89 30.12
13 Jawa Tengah 8.18 5.03 14.66 14.74 1.19 1.04 1.36 12.21 31.18
14 DI Yogyakarta 8.20 5.09 20.43 20.06 1.04 1.57 2.00 12.64 39.24
15 Jawa Timur 9.32 4.32 15.36 14.56 1.47 1.34 1.44 11.28 31.79
16 Banten 11.87 7.12 17.09 16.66 1.57 1.56 2.09 14.80 38.57
17 Bali 17.36 7.86 17.88 18.39 1.63 2.13 2.32 13.45 38.34
18 Nusa Tenggara Barat 17.79 7.91 17.00 18.36 2.06 1.92 2.57 13.19 38.22
19 Nusa Tenggara Timur 16.44 7.46 26.07 27.87 2.14 2.20 2.78 13.24 41.89
20 Kalimantan Barat 13.50 7.65 15.90 15.07 1.39 1.67 1.76 12.33 35.92
21 Kalimantan Tengah 6.95 4.43 10.59 10.19 1.28 1.28 1.70 6.80 22.90
22 Kalimantan Selatan 11.80 5.37 18.53 18.38 2.62 1.66 2.54 13.61 41.25
23 Kalimantan Timur 7.68 3.72 12.39 13.00 1.08 1.15 1.25 8.48 26.85
24 Sulawesi Utara 13.85 5.81 16.77 16.24 1.50 1.30 2.33 11.21 35.16
25 Sulawesi Tengah 17.77 9.49 19.61 19.61 3.19 2.31 4.03 11.90 40.87
26 Sulawesi Selatan 9.54 4.56 9.53 10.03 1.45 1.12 1.43 8.07 26.36
27 Sulawesi Tenggara 15.34 7.61 16.67 17.10 2.32 1.66 2.71 11.32 38.38
28 Gorontalo 23.60 6.95 16.58 11.35 2.89 2.43 3.05 10.99 41.46
29 Sulawesi Barat 11.51 6.81 12.97 14.06 2.07 0.93 1.97 10.24 30.07
30 Maluku 9.75 4.59 15.32 14.54 1.41 1.60 1.90 11.65 32.66
31 Maluku Utara 14.08 8.45 12.82 10.43 1.96 1.17 2.78 11.28 32.16
32 Papua Barat 16.20 8.55 17.42 16.67 1.78 1.92 2.16 12.36 37.82
33 Papua 10.32 4.37 14.38 13.79 1.09 1.78 1.33 10.25 30.05
Indonesia 10.54 5.28 15.12 14.89 1.54 1.44 1.63 11.68 32.47
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.18.b
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perdesaan
Keluhan Kesehatan
% Penduduk yang
No Provinsi Diare/ Buang Asma/Nafas Keluhan Mempunyai Keluhan
Panas Sakit Kepala Batuk Pilek Sakit Gigi
Buang Air Sesak Lainnya Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 17.43 9.52 18.51 16.36 3.28 2.99 3.68 12.71 38.91
2 Sumatera Utara 10.17 4.36 10.88 10.01 2.39 1.53 1.54 9.71 26.38
3 Sumatera Barat 16.09 9.00 16.02 15.89 2.80 2.39 3.09 12.07 37.50
4 Riau 13.85 8.14 15.04 14.19 2.34 1.91 3.12 9.20 32.86
5 Jambi 9.56 4.70 11.11 10.55 1.48 1.45 1.87 8.80 26.84
6 Sumatera Selatan 11.70 7.62 14.01 14.59 2.04 1.94 2.42 10.91 32.97
7 Bengkulu 11.01 5.50 13.52 13.39 1.47 1.78 2.32 11.89 32.23
8 Lampung 11.49 6.15 17.23 16.74 1.75 1.34 2.28 13.55 34.70
9 Kepulauan Bangka Belitung 11.77 10.02 17.74 17.02 2.02 2.99 2.92 12.97 35.90
10 Kepulauan Riau 13.30 5.88 13.91 12.78 1.17 1.45 1.57 8.92 28.61
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 12.17 6.30 14.26 14.88 1.72 2.12 1.96 14.69 34.85
13 Jawa Tengah 9.14 6.25 15.50 15.75 1.41 1.36 1.76 12.36 32.88
14 DI Yogyakarta 8.46 5.77 17.78 18.05 0.93 1.39 2.02 15.10 38.84
15 Jawa Timur 10.32 5.22 14.38 13.45 1.51 1.69 1.97 11.86 31.83
16 Banten 12.15 8.37 15.28 14.68 1.74 2.40 2.10 13.89 34.65
17 Bali 19.51 7.99 18.07 18.08 1.81 3.05 2.55 16.39 41.26
18 Nusa Tenggara Barat 17.19 8.40 17.04 17.99 2.64 2.49 2.23 15.27 39.24
19 Nusa Tenggara Timur 26.12 16.29 29.99 27.04 4.75 3.92 4.48 15.61 48.17
20 Kalimantan Barat 13.42 9.22 16.11 14.80 2.60 2.52 2.84 10.31 33.15
21 Kalimantan Tengah 10.37 5.77 12.81 12.08 2.16 1.90 2.14 6.09 27.66
22 Kalimantan Selatan 13.99 8.86 18.02 16.00 2.46 2.30 2.79 11.74 39.45
23 Kalimantan Timur 10.64 4.62 14.05 14.54 1.64 2.18 2.05 8.42 29.42
24 Sulawesi Utara 19.78 10.34 21.99 20.02 3.00 2.11 4.35 11.92 40.93
25 Sulawesi Tengah 16.76 9.07 14.93 13.15 2.68 3.03 3.50 13.62 39.33
26 Sulawesi Selatan 10.71 5.66 10.55 9.38 1.73 1.96 1.76 10.64 29.61
27 Sulawesi Tenggara 15.67 7.91 13.62 12.49 2.28 2.13 2.94 10.08 35.94
28 Gorontalo 37.25 13.41 28.91 21.96 4.89 3.99 5.93 10.73 53.40
29 Sulawesi Barat 17.93 12.80 15.36 14.38 3.93 2.39 3.91 12.12 39.56
30 Maluku 16.81 8.06 19.53 16.41 2.92 2.54 3.22 10.08 35.11
31 Maluku Utara 21.18 10.54 18.22 12.41 3.61 2.58 3.07 8.90 37.03
32 Papua Barat 11.14 4.33 11.78 11.58 0.96 1.33 1.20 9.34 27.05
33 Papua 12.82 7.04 16.51 15.31 3.38 2.04 3.92 9.30 32.32
Indonesia 12.52 6.96 15.34 14.77 2.02 1.99 2.31 12.22 33.95
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.19
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENDERITA SAKIT SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT JUMLAH HARI SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan + Perdesaan
Jumlah hari sakit
No Provinsi Jumlah
<= 3 4 7 8 14 15 21 22 30
Jumlah hari sakit
No Provinsi Jumlah
<= 3 4 7 8 14 15 21 22 30
Jumlah hari sakit
No Provinsi Jumlah
<= 3 4 7 8 14 15 21 22 30
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri
No Provinsi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 46.79 50.54 49.61 63.25 68.19 66.97
2 Sumatera Utara 45.70 42.91 44.12 66.74 66.78 66.76
3 Sumatera Barat 55.62 48.77 50.75 57.57 62.41 61.01
4 Riau 45.67 34.57 39.71 64.99 71.68 68.58
5 Jambi 46.52 39.27 41.41 56.68 70.12 66.14
6 Sumatera Selatan 41.17 34.76 37.59 72.60 72.62 72.62
7 Bengkulu 46.30 38.68 41.41 61.53 66.07 64.45
8 Lampung 45.70 42.02 43.14 64.85 70.64 68.87
9 Kepulauan Bangka Belitung 44.18 42.34 43.22 73.17 71.79 72.45
10 Kepulauan Riau 41.80 50.92 45.92 67.87 58.65 63.70
11 DKI Jakarta 50.71 50.71 59.62 59.62
12 Jawa Barat 50.86 47.14 49.19 66.23 71.76 68.71
13 Jawa Tengah 46.64 43.48 44.97 61.52 63.26 62.44
14 DI Yogyakarta 42.61 46.86 44.11 58.52 54.61 57.14
15 Jawa Timur 44.48 44.92 44.70 62.72 63.73 63.24
16 Banten 44.92 37.62 42.20 66.98 71.10 68.52
17 Bali 53.59 56.88 55.04 52.77 50.70 51.85
18 Nusa Tenggara Barat 45.17 48.01 46.84 62.26 63.90 63.22
19 Nusa Tenggara Timur 41.85 50.45 49.08 60.67 54.73 55.68
20 Kalimantan Barat 41.43 33.56 35.88 65.79 70.48 69.10
21 Kalimantan Tengah 31.75 26.54 28.10 71.47 78.90 76.68
22 Kalimantan Selatan 34.19 31.50 32.64 77.96 78.05 78.01
23 Kalimantan Timur 42.31 41.18 41.85 63.19 64.77 63.82
24 Sulawesi Utara 41.36 44.97 43.54 61.02 67.04 64.65
25 Sulawesi Tengah 31.51 35.00 34.24 71.84 73.10 72.83
26 Sulawesi Selatan 39.54 35.59 36.77 67.63 66.01 66.49
27 Sulawesi Tenggara 32.65 26.55 28.03 68.93 77.42 75.37
28 Gorontalo 52.88 37.69 41.66 65.46 83.50 78.79
29 Sulawesi Barat 37.69 34.22 35.18 54.35 68.19 64.37
30 Maluku 35.05 30.96 31.97 70.38 78.17 76.24
31 Maluku Utara 33.94 31.92 32.46 76.05 83.69 81.64
32 Papua Barat 31.87 41.86 38.94 67.11 58.70 61.16
33 Papua 42.50 39.58 40.21 66.41 46.44 50.72
Indonesia 46.35 42.59 44.37 64.04 66.97 65.59
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.21
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, TIPE DAERAH DAN PROVINSI
TAHUN 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 91.17 20.31 6.41 88.69 39.31 6.49 89.27 34.88 6.47
2 Sumatera Utara 89.30 16.85 5.90 88.12 23.41 4.53 88.64 20.56 5.12
3 Sumatera Barat 85.98 23.21 4.55 80.38 40.53 5.85 81.91 35.81 5.50
4 Riau 92.08 16.69 6.25 89.97 27.89 5.71 90.90 22.98 5.95
5 Jambi 90.71 20.28 4.73 90.20 27.43 3.96 90.33 25.62 4.16
6 Sumatera Selatan 94.60 16.94 5.39 89.18 30.87 8.62 91.57 24.72 7.20
7 Bengkulu 91.31 21.21 2.70 87.34 29.83 6.35 88.69 26.89 5.10
8 Lampung 92.56 16.42 8.11 90.90 21.28 9.14 91.38 19.88 8.84
9 Kepulauan Bangka Belitung 94.67 14.02 4.85 93.66 22.28 7.20 94.15 18.28 6.06
10 Kepulauan Riau 91.86 15.59 4.46 77.78 32.15 10.46 86.00 22.48 6.96
12 Jawa Barat 93.36 15.13 3.73 94.76 19.29 3.46 94.02 17.07 3.61
13 Jawa Tengah 92.40 17.64 5.31 91.66 18.47 7.16 92.00 18.08 6.30
14 DI Yogyakarta 90.16 14.24 4.78 84.77 25.64 9.76 88.33 18.10 6.47
15 Jawa Timur 88.38 27.27 6.18 86.34 34.27 7.39 87.33 30.88 6.80
16 Banten 94.62 13.06 2.49 93.05 21.53 5.65 94.01 16.33 3.71
17 Bali 81.99 36.23 3.59 68.58 54.12 4.56 76.21 43.95 4.01
18 Nusa Tenggara Barat 90.99 15.16 1.74 87.04 27.88 2.65 88.64 22.71 2.28
19 Nusa Tenggara Timur 93.65 10.83 4.88 78.45 35.87 7.64 81.10 31.50 7.16
20 Kalimantan Barat 93.74 19.84 3.83 90.57 26.04 8.81 91.46 24.30 7.42
21 Kalimantan Tengah 91.30 17.62 6.32 91.45 20.41 8.40 91.41 19.64 7.82
22 Kalimantan Selatan 96.68 9.31 2.84 95.81 14.75 4.46 96.18 12.43 3.77
23 Kalimantan Timur 92.45 13.16 5.37 90.13 18.64 7.82 91.51 15.38 6.36
24 Sulawesi Utara 93.20 9.93 5.80 93.00 15.30 6.63 93.08 13.29 6.32
25 Sulawesi Tengah 92.37 11.37 3.03 90.58 17.45 6.27 90.96 16.15 5.58
26 Sulawesi Selatan 93.99 13.08 3.20 88.86 28.01 3.60 90.41 23.50 3.48
27 Sulawesi Tenggara 92.79 15.56 4.85 92.20 23.08 7.69 92.33 21.42 7.06
28 Gorontalo 96.00 12.34 2.99 96.22 25.68 3.01 96.17 22.78 3.01
29 Sulawesi Barat 94.94 13.26 2.68 86.43 26.08 3.97 88.41 23.09 3.67
30 Maluku 93.60 12.03 3.15 89.63 29.75 3.13 90.53 25.70 3.13
31 Maluku Utara 89.92 20.14 3.08 88.45 28.69 5.17 88.82 26.55 4.65
32 Papua Barat 91.19 10.62 2.87 82.21 41.04 5.37 85.09 31.29 4.57
33 Papua 92.84 17.64 3.55 60.21 58.83 8.83 69.38 47.26 7.35
Indonesia 91.84 17.80 4.86 89.34 26.06 6.11 90.49 22.26 5.53
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.22
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan+Perdesaan
Tempat/Cara Berobat
No Provinsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Swasta Total RS Praktek Dokter Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan Praktek Batra Dukun Bersalin Lainnya
Pemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 10.69 4.14 14.83 17.67 45.30 34.64 2.52 0.74 4.35
2 Sumatera Utara 4.45 6.45 10.90 24.88 20.28 42.70 3.11 0.35 4.64
3 Sumatera Barat 7.25 2.38 9.63 15.72 37.77 36.65 5.78 0.13 3.55
4 Riau 6.01 8.53 14.54 37.63 28.75 21.49 1.27 0.11 1.70
5 Jambi 6.86 2.05 8.91 30.81 38.98 24.12 1.51 0.40 4.06
6 Sumatera Selatan 4.92 3.67 8.59 25.04 35.51 31.57 1.43 0.34 3.72
7 Bengkulu 5.28 1.69 6.96 28.25 35.14 32.67 2.01 0.05 3.01
8 Lampung 2.85 2.36 5.21 22.89 28.82 46.40 1.97 0.03 2.01
9 Kepulauan Bangka Belitung 7.50 5.79 13.29 30.67 39.27 21.74 1.92 0.10 2.39
10 Kepulauan Riau 9.04 6.55 15.58 21.02 48.10 18.14 2.23 0.32 3.30
11 DKI Jakarta 5.70 8.95 14.65 51.12 32.75 2.89 0.91 0.07 2.33
12 Jawa Barat 4.38 3.76 8.14 36.63 35.56 24.60 1.57 0.14 2.06
13 Jawa Tengah 4.06 2.64 6.70 31.34 32.70 33.24 1.73 0.16 1.94
14 DI Yogyakarta 5.09 9.94 15.02 37.02 33.33 18.45 1.23 0.09 1.61
15 Jawa Timur 4.42 3.49 7.90 27.57 26.18 41.44 2.00 0.27 2.69
16 Banten 3.15 5.46 8.61 41.26 32.17 21.13 1.73 0.10 1.84
17 Bali 4.72 2.05 6.77 43.41 23.78 30.53 1.97 0.10 1.51
18 Nusa Tenggara Barat 2.62 0.37 3.00 26.84 39.67 30.47 8.86 0.05 1.47
19 Nusa Tenggara Timur 4.76 2.42 7.18 9.70 73.36 8.61 0.39 0.18 5.50
20 Kalimantan Barat 6.74 2.57 9.31 17.83 40.28 35.02 1.83 0.21 2.17
21 Kalimantan Tengah 8.44 0.46 8.90 20.21 52.89 21.82 0.43 0.06 2.10
22 Kalimantan Selatan 4.99 1.47 6.47 18.57 41.42 35.55 4.04 0.20 2.91
23 Kalimantan Timur 7.85 6.61 14.47 30.05 43.51 14.12 0.37 0.03 1.93
24 Sulawesi Utara 5.71 4.00 9.71 32.64 37.72 24.68 0.56 0.25 1.64
25 Sulawesi Tengah 6.30 0.83 7.14 15.51 51.90 27.35 1.97 0.25 2.36
26 Sulawesi Selatan 6.85 1.90 8.75 19.71 51.65 23.01 1.00 0.19 3.23
27 Sulawesi Tenggara 8.26 1.80 10.05 16.61 59.53 14.88 3.20 0.44 3.48
28 Gorontalo 2.88 0.30 3.18 27.84 49.24 23.80 0.39 0.11 1.46
29 Sulawesi Barat 4.56 0.35 4.90 13.22 59.22 25.19 0.25 0.21 1.75
30 Maluku 6.68 2.22 8.90 14.73 59.11 15.46 0.47 0.07 6.37
31 Maluku Utara 9.35 2.98 12.33 14.73 59.92 15.79 0.60 0.35 2.79
32 Papua Barat 9.08 2.33 11.41 13.99 73.83 2.63 0.20 0.10 2.70
33 Papua 9.69 2.57 12.26 16.23 72.36 2.33 2.30 0.44 4.49
Indonesia 4.91 3.80 8.71 30.11 35.50 28.82 1.97 0.19 2.56
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.22.a
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan
Tempat/Cara Berobat
No Provinsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Swasta Total RS Praktek Dokter Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan Praktek Batra Dukun Bersalin Lainnya
Pemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 15.08 4.78 19.86 28.34 31.88 26.13 1.65 0.17 2.32
2 Sumatera Utara 4.61 9.59 14.20 36.97 17.44 30.24 2.93 0.28 3.74
3 Sumatera Barat 10.74 4.37 15.11 21.33 38.57 27.36 2.87 0.09 2.70
4 Riau 6.35 12.43 18.78 45.02 22.43 16.18 0.97 0.06 1.22
5 Jambi 8.38 2.64 11.02 35.30 37.63 15.95 0.97 0.45 6.26
6 Sumatera Selatan 6.43 5.77 12.20 37.24 36.95 14.11 1.37 0.13 3.99
7 Bengkulu 7.47 2.91 10.37 36.30 36.16 21.09 2.05 0.13 2.50
8 Lampung 5.09 3.02 8.10 31.59 32.85 30.84 1.99 0.00 1.75
9 Kepulauan Bangka Belitung 10.82 8.40 19.22 35.64 32.16 16.87 1.72 0.08 2.50
10 Kepulauan Riau 7.12 12.02 19.14 38.37 32.31 13.04 1.42 0.23 2.77
11 DKI Jakarta 5.70 8.95 14.65 51.12 32.75 2.89 0.91 0.07 2.33
12 Jawa Barat 5.49 5.59 11.08 41.69 36.24 15.66 1.56 0.09 1.86
13 Jawa Tengah 5.09 3.44 8.53 36.09 36.86 22.28 1.76 0.15 1.99
14 DI Yogyakarta 5.65 12.33 17.99 38.44 31.89 15.64 0.81 0.14 1.80
15 Jawa Timur 6.30 5.44 11.74 35.20 27.35 29.00 1.97 0.35 2.89
16 Banten 3.33 7.58 10.91 51.09 27.15 12.87 1.86 0.07 1.82
17 Bali 5.71 2.85 8.56 51.28 20.69 23.01 2.02 0.16 1.75
18 Nusa Tenggara Barat 4.36 0.82 5.18 31.20 40.76 24.25 8.08 0.00 0.93
19 Nusa Tenggara Timur 16.17 3.46 19.63 32.19 41.92 8.73 0.85 0.06 3.60
20 Kalimantan Barat 10.83 3.28 14.11 34.66 33.59 20.12 2.22 0.18 1.94
21 Kalimantan Tengah 15.23 0.71 15.94 35.66 39.22 13.28 0.57 0.00 1.61
22 Kalimantan Selatan 6.99 1.73 8.72 26.70 37.83 26.05 4.54 0.17 2.76
23 Kalimantan Timur 8.97 8.85 17.82 39.24 34.63 10.82 0.34 0.00 0.86
24 Sulawesi Utara 7.45 5.31 12.76 44.80 34.40 12.84 0.73 0.27 1.97
25 Sulawesi Tengah 13.57 1.40 14.97 35.07 40.04 15.84 0.81 0.40 3.40
26 Sulawesi Selatan 9.75 3.94 13.69 33.65 46.58 10.73 0.69 0.39 1.81
27 Sulawesi Tenggara 14.58 4.18 18.76 33.32 47.53 6.16 1.69 0.77 3.18
28 Gorontalo 2.89 0.64 3.53 32.43 53.37 13.36 0.10 0.00 1.43
29 Sulawesi Barat 8.31 0.50 8.81 18.05 43.57 31.35 0.00 0.00 0.23
30 Maluku 11.30 2.29 13.59 33.88 43.53 11.93 0.65 0.00 1.75
31 Maluku Utara 17.22 4.98 22.20 39.70 35.11 8.49 0.79 0.70 1.67
32 Papua Barat 13.76 4.92 18.69 37.11 43.26 4.14 0.00 0.00 2.44
33 Papua 20.28 5.01 25.30 45.08 32.58 5.39 2.04 1.08 6.24
Indonesia 6.16 5.81 11.97 39.77 32.85 18.51 1.77 0.16 2.26
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.22.b
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI
MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2008
Perdesaan
Tempat/Cara Berobat
No Provinsi
Rumah Sakit
Rumah Sakit Swasta Total RS Praktek Dokter Puskesmas/ Pustu Petugas Kesehatan Praktek Batra Dukun Bersalin Lainnya
Pemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 9.35 3.95 13.30 14.43 49.38 37.23 2.79 0.91 4.96
2 Sumatera Utara 4.33 3.86 8.18 14.93 22.62 52.93 3.27 0.41 5.39
3 Sumatera Barat 5.63 1.46 7.09 13.12 37.40 40.95 7.12 0.14 3.95
4 Riau 5.62 4.09 9.71 29.22 35.96 27.55 1.61 0.17 2.25
5 Jambi 6.10 1.75 7.85 28.58 39.65 28.19 1.79 0.38 2.97
6 Sumatera Selatan 3.52 1.70 5.21 13.62 34.16 47.92 1.49 0.54 3.47
7 Bengkulu 3.82 0.87 4.69 22.89 34.45 40.38 1.98 0.00 3.35
8 Lampung 1.78 2.04 3.82 18.72 26.89 53.85 1.96 0.04 2.13
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.30 3.27 7.57 25.88 46.13 26.43 2.12 0.12 2.28
10 Kepulauan Riau 10.94 1.11 12.05 3.76 63.81 23.22 3.03 0.41 3.83
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 2.90 1.32 4.22 29.89 34.65 36.51 1.57 0.20 2.34
13 Jawa Tengah 3.08 1.86 4.94 26.77 28.69 43.79 1.71 0.17 1.90
14 DI Yogyakarta 4.15 5.97 10.12 34.68 35.71 23.09 1.94 0.00 1.30
15 Jawa Timur 2.63 1.64 4.27 20.35 25.07 53.21 2.03 0.19 2.50
16 Banten 2.79 1.18 3.97 21.51 42.26 37.74 1.46 0.15 1.88
17 Bali 3.54 1.08 4.62 34.00 27.47 39.52 1.92 0.03 1.22
18 Nusa Tenggara Barat 1.47 0.08 1.55 23.96 38.94 34.58 9.38 0.08 1.82
19 Nusa Tenggara Timur 2.96 2.26 5.21 6.14 78.33 8.59 0.32 0.20 5.80
20 Kalimantan Barat 4.64 2.21 6.84 9.17 43.73 42.68 1.62 0.22 2.29
21 Kalimantan Tengah 4.98 0.33 5.31 12.33 59.86 26.18 0.37 0.09 2.35
22 Kalimantan Selatan 3.38 1.27 4.65 12.02 44.31 43.21 3.64 0.22 3.03
23 Kalimantan Timur 6.13 3.16 9.29 15.86 57.20 19.19 0.42 0.08 3.59
24 Sulawesi Utara 4.66 3.21 7.87 25.27 39.73 31.86 0.45 0.24 1.44
25 Sulawesi Tengah 4.50 0.69 5.19 10.64 54.85 30.22 2.26 0.22 2.11
26 Sulawesi Selatan 5.49 0.94 6.44 13.16 54.03 28.78 1.15 0.09 3.90
27 Sulawesi Tenggara 5.78 0.86 6.64 10.06 64.24 18.30 3.79 0.31 3.59
28 Gorontalo 2.88 0.13 3.00 25.56 47.19 28.98 0.54 0.16 1.47
29 Sulawesi Barat 2.98 0.28 3.26 11.19 65.79 22.60 0.36 0.30 2.39
30 Maluku 4.96 2.20 7.15 7.61 64.91 16.77 0.41 0.10 8.09
31 Maluku Utara 6.28 2.19 8.47 4.99 69.60 18.63 0.53 0.22 3.23
32 Papua Barat 7.61 1.52 9.13 6.72 83.44 2.15 0.26 0.13 2.77
33 Papua 6.58 1.86 8.44 7.77 84.03 1.43 2.37 0.25 3.98
Indonesia 3.69 1.85 5.54 20.71 38.09 38.85 2.16 0.22 2.86
Sumber: BPS, Susenas 2008
Lampiran 2.23
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMENUHI KRITERIA
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) BAIK MENURUT PROVINSI
RISKESDAS TAHUN 2007
Rumah Tangga Rumah Tangga
No Provinsi No Provinsi
dengan PHBS Baik dengan PHBS Baik
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 34.7 18 Nusa Tenggara Barat 34.1
2 Sumatera Utara 41.3 19 Nusa Tenggara Timur 26.8
3 Sumatera Barat 28.2 20 Kalimantan Barat 37.9
4 Riau 28.1 21 Kalimantan Tengah 33
5 Jambi 33.4 22 Kalimantan Selatan 40.6
6 Sumatera Selatan 35.9 23 Kalimantan Timur 49.8
7 Bengkulu 32.8 24 Sulawesi Utara 46.9
8 Lampung 30.7 25 Sulawesi Tengah 34.9
9 Kepulauan Bangka Belitung 47.8 26 Sulawesi Selatan 44
10 Kepulauan Riau 32.4 27 Sulawesi Tenggara 33.3
11 DKI Jakarta 42.4 28 Gorontalo 27.8
12 Jawa Barat 37.6 29 Sulawesi Barat 28.8
13 Jawa Tengah 47.0 30 Maluku 33.8
14 DI Yogyakarta 58.2 31 Maluku Utara 29.3
15 Jawa Timur 45.2 32 Papua Barat 33
16 Banten 35.8 33 Papua 24.4
17 Bali 51.7
Indonesia 38.7
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007
Lampiran 2.24
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS YANG BERPERILAKU BENAR
DALAM BUANG AIR BESAR (BAB) DAN CUCI TANGAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2007
Perokok saat ini Tidak Merokok
No Provinsi
Perokok Perokok Mantan Bukan
Setiap hari Kadangkadang Perokok Perokok
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 23 6.7 2.1 68.2
2 Sumatera Utara 23.3 5.5 2.2 68.9
3 Sumatera Barat 25.7 4.5 2.3 67.5
4 Riau 24.4 6 3.1 66.6
5 Jambi 24.5 5 2.5 68.1
6 Sumatera Selatan 25.4 6.3 2.7 65.6
7 Bengkulu 29.5 4.6 1.8 64
8 Lampung 28.8 5.6 2.5 63.2
9 Kepulauan Bangka Belitung 24.6 3.6 2.2 69.6
10 Kepulauan Riau 22.4 4.6 3.2 69.8
11 DKI Jakarta 20.8 7 5 67.2
12 Jawa Barat 26.6 5.8 3.5 64.1
13 Jawa Tengah 24.3 6.4 3.6 65.7
14 DI Yogyakarta 23.8 6 5.9 64.4
15 Jawa Timur 24.3 4.8 3.1 67.8
16 Banten 25.8 5.5 2.9 65.8
17 Bali 20.1 4.8 1.8 73.3
18 Nusa Tenggara Barat 25.2 4.9 1.9 68
19 Nusa Tenggara Timur 22.2 6.5 2 69.2
20 Kalimantan Barat 21.7 5.5 3.4 69.4
21 Kalimantan Tengah 23.1 5.8 4 67.1
22 Kalimantan Selatan 20.1 4.1 3.3 72.5
23 Kalimantan Timur 21.4 4.4 3.6 70.7
24 Sulawesi Utara 24.6 5.7 5 64.7
25 Sulawesi Tengah 24.6 6.1 3.9 65.4
26 Sulawesi Selatan 20.9 4.6 3 71.5
27 Sulawesi Tenggara 19.8 6.5 2.3 71.3
28 Gorontalo 27.1 5.5 2.5 64.8
29 Sulawesi Barat 20.1 5.3 3.1 71.6
30 Maluku 19.2 6.6 2.5 71.8
31 Maluku Utara 23.9 6.3 2.3 67.5
32 Papua Barat 19.5 7.4 1.8 71.3
33 Papua 22 5.8 2.4 69.8
Indonesia 23.7 5.5 3 67.8
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007
Lampiran 2.26
PREVALENSI PEROKOK SAAT INI DAN RERATA JUMLAH BATANG ROKOK
YANG DIHISAP PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI
TAHUN 2007
Rerata jumlah batang
No Provinsi Perokok saat ini
rokok/hari
(1) (2) (3) (4)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 29.7 18.5
2 Sumatera Utara 28.8 14.9
3 Sumatera Barat 30.2 14.1
4 Riau 30.4 16
5 Jambi 29.4 12
6 Sumatera Selatan 31.7 12.7
7 Bengkulu 34.1 13.3
8 Lampung 34.3 10.7
9 Kepulauan Bangka Belitung 28.2 15.5
10 Kepulauan Riau 27 14.9
11 DKI Jakarta 27.8 9.1
12 Jawa Barat 32.4 9.5
13 Jawa Tengah 30.7 8.9
14 DI Yogyakarta 29.8 9.8
15 Jawa Timur 29.1 9.9
16 Banten 31.2 10.4
17 Bali 24.9 8.5
18 Nusa Tenggara Barat 30.1 9.4
19 Nusa Tenggara Timur 28.7 11.5
20 Kalimantan Barat 27.2 12.8
21 Kalimantan Tengah 28.9 12.4
22 Kalimantan Selatan 24.2 13.4
23 Kalimantan Timur 25.7 13.1
24 Sulawesi Utara 30.3 11.9
25 Sulawesi Tengah 30.7 11.3
26 Sulawesi Selatan 25.5 13.4
27 Sulawesi Tenggara 26.4 13
28 Gorontalo 32.6 13.4
29 Sulawesi Barat 25.3 14.3
30 Maluku 25.8 10.1
31 Maluku Utara 30.2 10.4
32 Papua Barat 26.9 11.2
33 Papua 27.8 14
Indonesia 29.2 12
Sumber : Riskesdas Indinesia 2007
Lampiran 2.27
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MEROKOK
MENURUT USIA MULAI MEROKOK TIAP HARI DAN PROVINSI TAHUN 2007
Usia mulai merokok tiap hari (tahun)
No Provinsi
5 9 10 14 15 19 20 24 25 29 ≥ 30 Tidak tahu
Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol
No Provinsi
12 bulan terakhir 1 bulan terakhir
(1) (2) (3) (4)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1.5 0.4
2 Sumatera Utara 6.1 4.4
3 Sumatera Barat 1.5 0.7
4 Riau 3.4 1.3
5 Jambi 2.7 1.7
6 Sumatera Selatan 2.9 2.1
7 Bengkulu 2.8 1.8
8 Lampung 2.2 1.4
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.4 2.5
10 Kepulauan Riau 5.9 3.7
11 DKI Jakarta 4 2.7
12 Jawa Barat 2.6 1.3
13 Jawa Tengah 2.2 1.1
14 DI Yogyakarta 3.2 1.7
15 Jawa Timur 1.9 1.0
16 Banten 1.6 0.9
17 Bali 6.4 4.6
18 Nusa Tenggara Barat 2 1.2
19 Nusa Tenggara Timur 17.7 13.5
20 Kalimantan Barat 8.8 4.8
21 Kalimantan Tengah 6.5 3.5
22 Kalimantan Selatan 1.2 0.5
23 Kalimantan Timur 3.4 1.7
24 Sulawesi Utara 17.4 14.9
25 Sulawesi Tengah 8.9 6.4
26 Sulawesi Selatan 5.9 3.9
27 Sulawesi Tenggara 7.7 5.8
28 Gorontalo 12.3 10.7
29 Sulawesi Barat 4 2.6
30 Maluku 8.2 5.0
31 Maluku Utara 7.4 4.4
32 Papua Barat 8.1 4.9
33 Papua 6.7 4.4
Indonesia 4.6 3.0
Sumber : Riskesdas Indonesia 2007
Lampiran 2.29
PREVALENSI KURANG MAKAN BUAH DAN SAYUR
PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI
TAHUN 2007
Kurang makan buah Kurang makan buah
No Provinsi No Provinsi
dan sayur*) dan sayur*)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
E s t i m a s i
No Provinsi *Angka Kematian Bayi *Angka Kematian Balita Angka Harapan Hidup Net Reproduction Rate Angka Kelahiran Kasar Angka Fertilitas
(IMR) (AKABA) (eo) 2007 (NRR) (CBR) Total (TFR)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 25 45 68.4 1.180 23.0 2.410
2 Sumatera Utara 46 67 69.1 1.245 23.4 2.476
3 Sumatera Barat 47 62 68.8 1.225 22.3 2.460
4 Riau 37 47 71.0 1.174 23.2 2.360
5 Jambi 39 47 68.6 1.108 21.4 2.297
6 Sumatera Selatan 42 52 69.0 1.082 21.4 2.207
7 Bengkulu 46 65 69.2 1.080 21.4 2.212
8 Lampung 43 55 68.8 1.104 20.7 2.277
9 Kepulauan Bangka Belitung 39 46 68.5 1.081 20.1 2.200
10 Kepulauan Riau 43 58 69.6 1.180 26.9 2.360
11 DKI Jakarta 28 36 72.8 0.785 17.4 1.542
12 Jawa Barat 39 49 67.6 1.051 20.2 2.199
13 Jawa Tengah 26 32 70.9 0.995 17.5 2.022
14 DI Yogyakarta 19 22 73.1 0.667 12.4 1.388
15 Jawa Timur 35 45 68.9 0.796 14.5 1.668
16 Banten 46 58 64.5 1.075 21.7 2.290
17 Bali 34 38 70.6 0.841 14.8 1.688
18 Nusa Tenggara Barat 72 92 61.2 1.208 25.5 2.480
19 Nusa Tenggara Timur 57 80 66.7 1.439 26.5 2.866
20 Kalimantan Barat 46 59 66.1 1.228 23.6 2.465
21 Kalimantan Tengah 30 34 70.9 1.093 20.8 2.229
22 Kalimantan Selatan 58 75 62.6 1.031 20.5 2.179
23 Kalimantan Timur 26 38 70.6 1.102 20.9 2.240
24 Sulawesi Utara 35 43 72.0 0.936 16.3 1.913
25 Sulawesi Tengah 60 69 65.9 1.140 22.3 2.339
26 Sulawesi Selatan 41 53 69.4 1.117 21.9 2.291
27 Sulawesi Tenggara 41 62 67.2 1.353 26.6 2.667
28 Gorontalo 52 69 65.9 1.086 20.2 2.273
29 Sulawesi Barat 74 96 67.2 1.115 20.9 2.289
30 Maluku 59 93 66.6 1.329 24.6 2.714
31 Maluku Utara 51 74 65.1 1.270 24.0 2.657
32 Papua Barat 41 62 67.6 1.288 23.9 2.689
33 Papua 36 64 67.9 1.319 23.5 2.722
Indonesia 34 44 68.7 1.045 19.8 2.177
Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
(Laporan Pendahuluan)
* : Periode lima tahunan sebelum survei.
AHH :BPS, Indeks Pembangunan Manusia 20062007
Lampiran 3.2
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 2007
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 68.0 8.4 96.0 588.9 69.0 18 68.3 8.5 96.2 589.5 69.4 18 1.15 68.40 8.50 96.20 600.95 70.35 17 3.06
2 Sumatera Utara 68.7 8.5 97.0 618.0 72.0 8 68.9 8.6 97.0 621.4 72.5 8 1.55 69.10 8.60 97.03 624.12 72.78 8 1.16
3 Sumatera Barat 68.2 8.0 96.0 618.2 71.2 9 68.5 8.0 96.0 622.5 71.6 9 1.58 68.80 8.18 96.10 625.93 72.23 9 2.05
4 Riau 70.7 8.4 97.8 623.2 73.6 3 70.8 8.4 97.8 625.0 73.8 3 0.69 71.00 8.40 97.80 634.11 74.63 3 3.12
5 Jambi 68.1 7.5 96.0 620.8 71.0 11 68.5 7.6 96.0 621.7 71.3 10 1.17 68.60 7.63 96.00 622.99 71.46 12 0.61
6 Sumatera Selatan 68.3 7.5 95.9 610.3 70.2 13 68.8 7.6 96.6 615.3 71.1 13 2.90 69.00 7.60 96.66 617.59 71.40 13 1.06
7 Bengkulu 68.8 8.0 94.7 617.1 71.1 10 68.9 8.0 94.7 618.7 71.3 11 0.66 69.20 8.00 94.69 620.29 71.57 11 1.03
8 Lampung 68.0 7.2 93.5 605.1 68.8 19 68.5 7.3 93.5 607.0 69.4 19 1.70 68.80 7.30 93.47 610.09 69.78 20 1.30
9 Kepulauan Bangka Belitung 68.1 6.6 95.4 628.0 70.7 12 68.3 6.9 95.4 630.2 71.2 12 1.71 68.50 7.18 95.40 631.75 71.62 10 1.51
10 Kepulauan Riau 69.5 8.1 96.0 621.9 72.2 7 69.6 8.4 96.0 625.5 72.8 7 2.02 69.60 8.94 96.00 631.94 73.68 6 3.27
11 DKI Jakarta 72.5 10.6 98.3 619.5 76.1 1 72.6 10.8 98.4 619.9 76.3 1 1.08 72.80 10.80 98.76 620.78 76.59 1 1.11
12 Jawa Barat 67.2 7.4 94.6 619.7 69.9 14 67.4 7.5 94.9 621.1 70.3 14 1.28 67.60 7.50 95.32 623.64 70.71 15 1.32
13 Jawa Tengah 70.6 6.6 87.4 621.4 69.8 16 70.8 6.8 88.2 621.7 70.3 15 1.57 70.90 6.80 88.62 628.53 70.92 14 2.24
14 DI Yogyakarta 72.9 8.4 86.7 638.0 73.5 4 73.0 8.5 86.7 638.8 73.7 4 0.76 73.10 8.59 87.78 639.88 74.15 4 1.72
15 Jawa Timur 68.5 6.8 85.8 622.2 68.4 22 68.6 6.9 87.1 626.0 69.2 20 2.39 68.90 6.90 87.42 630.71 69.78 19 1.94
16 Banten 64.0 8.0 95.6 619.2 68.8 20 64.3 8.1 95.6 620.0 69.1 21 0.98 64.50 8.10 95.60 621.00 69.29 23 0.60
17 Bali 70.4 7.4 86.2 618.2 69.8 15 70.5 7.6 86.2 620.2 70.1 16 0.96 70.60 7.60 86.21 624.90 70.53 16 1.52
18 Nusa Tenggara Barat 60.5 6.6 78.8 623.2 62.4 32 60.9 6.7 80.1 623.9 63.0 32 1.64 61.20 6.70 80.10 630.48 63.71 32 1.81
19 Nusa Tenggara Timur 64.9 6.3 85.6 589.8 63.6 31 66.5 6.4 86.5 591.2 64.8 31 3.39 66.70 6.42 87.25 594.28 65.36 31 1.50
20 Kalimantan Barat 65.2 6.6 89.0 609.6 66.2 28 66.0 6.7 89.0 613.9 67.1 28 2.58 66.10 6.70 89.40 617.90 67.53 29 1.37
21 Kalimantan Tengah 70.7 7.9 97.5 623.6 73.2 5 70.8 8.0 97.5 624.4 73.4 5 0.68 70.90 8.00 97.50 624.79 73.49 7 0.34
22 Kalimantan Selatan 62.1 7.3 95.3 622.7 67.4 26 62.4 7.4 95.3 623.8 67.7 26 0.94 62.60 7.40 95.26 625.80 68.01 26 0.82
23 Kalimantan Timur 70.3 8.7 95.3 621.4 72.9 6 70.4 8.8 95.5 623.6 73.3 6 1.20 70.60 8.80 95.70 628.10 73.77 5 1.91
24 Sulawesi Utara 71.7 8.8 99.3 616.1 74.2 2 71.8 8.8 99.3 616.9 74.4 2 0.62 72.00 8.80 99.30 619.39 74.68 2 1.20
25 Sulawesi Tengah 65.4 7.6 94.9 610.3 68.5 21 65.6 7.7 94.9 613.2 68.8 22 1.19 65.90 7.73 94.94 616.98 69.34 22 1.57
26 Sulawesi Selatan 68.7 7.0 84.6 616.8 68.1 23 69.2 7.2 85.7 618.3 68.8 23 2.35 69.40 7.23 86.24 625.23 69.62 21 2.59
27 Sulawesi Tenggara 66.8 7.6 91.3 598.9 67.5 24 67.0 7.6 91.3 601.0 67.8 25 0.85 67.20 7.71 91.30 604.96 68.32 25 1.60
28 Gorontalo 65.0 6.8 95.0 607.8 67.5 25 65.6 6.8 95.7 608.7 68.0 24 1.70 65.90 6.91 95.75 615.94 68.83 24 2.58
29 Sulawesi Barat 66.4 6.0 83.4 616.3 65.7 29 67.0 6.3 85.9 619.4 67.1 29 3.90 67.20 6.51 86.40 622.90 67.72 28 1.99
30 Maluku 66.2 8.5 98.0 597.3 69.2 17 66.6 8.6 98.0 599.3 69.7 17 1.46 66.80 8.60 98.00 601.26 69.96 18 0.87
31 Maluku Utara 64.2 8.5 95.2 590.3 67.0 27 64.8 8.6 95.2 592.1 67.5 27 1.70 65.10 8.60 95.20 593.88 67.82 27 0.95
32 Papua Barat 66.9 7.2 85.4 584.0 64.8 30 67.3 7.2 88.6 588.0 66.1 30 3.54 67.90 6.52 75.41 593.00 67.28 30 3.54
33 Papua 67.3 6.2 74.9 585.2 62.1 33 67.6 6.3 75.4 589.3 62.8 33 1.77 67.60 7.65 90.32 592.07 63.41 33 1.76
Indonesia 68.1 7.3 90.9 619.9 69.6 68.5 7.4 91.5 621.3 70.1 1.68 68.70 7.47 91.87 624.37 70.59 1.64
Sumber: Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia 2006 2007, 2009
Lampiran 3.3
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICDX
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2008
11 XI 180197 K 00K 93 Penyakit Sistem Cerna 97,152 117,247 214,399 360,247 1.68
12 XII 198 199 L 00L 99 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 28,112 36,445 64,557 115,100 1.78
14 XIV 211 233 N 00N 99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 23,941 44,213 68,154 129,271 1.90
16 XVI 245253.9 P 00P 96 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 1,848 1,645 3,493 4,341 1.24
17 XVII 254266.9 Q 00Q 99 Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom 2,703 2,517 5,220 12,307 2.36
18 XVIII 267270.9 R 00R 99 Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal YTK 74,492 70,090 144,582 211,419 1.46
19 XIX 271289 S 00T 98 Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya 75,264 43,643 118,907 168,123 1.41
11 XI 180197 K 00K 93 Penyakit Sistem Cerna 630,600 545,658 1,176,258 1,195,670 1.02
12 XII 198 199 L 00L 99 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 208,286 159,520 367,806 367,826 1.00
13 XIII 200,0 210 M 00M 99 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 46,440 232,914 279,354 500,640 1.79
14 XIV 211 233 N 00N 99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 74,957 178,764 253,721 529,743 2.09
16 XVI 245253.9 P 00P 96 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 4,585 9,025 13,610 23,183 1.70
17 XVII 254266.9 Q 00Q 99 Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom 5,326 15,903 21,229 36,135 1.70
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik Abnormal
18 XVIII 267270.9 R 00R 99 46,478 620,401 666,879 1,246,455 1.87
YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
19 XIX 271289 S 00T 98 267,222 249,331 516,553 955,081 1.85
Lainnya
20 XX 299.0306.13 V 00Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 127,757 198,336 326,093 360,752 1.11
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
21 XXI 290.0298 Z 00Z 99 157,637 1,098,749 1,256,386 2,142,968 1.71
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan
J u m l a h 4,063,723 5,943,580 10,007,303 12,634,596 1.26
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2007 5,941,558 10,005,281
Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.4
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICDX
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2008
Pasien Baru Pasien
No Bab DTD ICDX Golongan Sebab Sakit CFR (%)
Lakilaki Perempuan Jumlah Mati
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
11 XI 180197 K 00K 93 Penyakit Sistem Cerna 122,180 112,332 234,512 6,825 2.91
12 XII 198 199 L 00L 99 Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan 8,836 7,891 16,727 324 1.94
13 XIII 200,0 210 M 00M 99 Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat 13,425 13,472 26,897 605 2.25
14 XIV 211 233 N 00N 99 Penyakit Sistem Kemih Kelamin 63,922 63,820 127,742 4,542 3.56
16 XVI 245253.9 P 00P 96 Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal 48,103 45,363 93,466 9,108 9.74
17 XVII 254266.9 Q 00Q 99 Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan Kromosom 6,719 5,311 12,030 605 5.03
19 XIX 271289 S 00T 98 Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu Lainnya 125,995 66,819 192,814 5,767 2.99
20 XX 299.0306.13 V 00Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas 41,835 21,872 63,707 2,046 3.21
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg Berhubungan dengan Pelayanan
21 XXI 290.0298 Z 00Z 99 89,223 124,065 213,288 1,627 0.76
Kesehatan
J u m l a h 1,266,816 1,508,997 2,775,813 100,410
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2009
Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.4.a
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICDX
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2007
Pasien Baru
No Bab DTD ICDX Golongan Sebab Sakit Pasien Mati CFR (%)
Lakilaki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Populasi Beresiko Jumlah Penderita
No Provinsi AMI API
Malaria Klinis Malaria Positif
(1) (2) (1) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,260,934 8,637 1,053 2.03
2 Sumatera Utara 8,995,264 73,275 2,274 8.15
3 Sumatera Barat 2,453,986 6,325 1,015 2.58
4 Riau 4,132,768 12,644 957 3.06
5 Jambi 2,843,135 51,401 6,028 18.08
6 Sumatera Selatan 5,350,075 29,212 2,389 5.46
7 Bengkulu 1,353,159 31,064 6,355 22.96
8 Lampung 6,295,088 17,566 2,108 2.79
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,042,108 42,288 8,426 40.58
10 Kepulauan Riau 1,244,515 16,572 1,666 13.32
11 DKI Jakarta NA NA NA NA
12 Jawa Barat 1,093,568 42,924 636 0.58
13 Jawa Tengah 14,538,939 120,042 947 0.07
14 DI Yogyakarta 2,016,834 3,040 67 0.03
15 Jawa Timur 3,755,848 38,920 2,651 0.71
16 Banten 3,864,897 2,692 103 0.03
17 Bali 1,391,449 18,522 242 0.17
18 Nusa Tenggara Barat 4,421,385 96,621 21,564 21.85
19 Nusa Tenggara Timur 4,083,866 425,134 83,110 104.10
20 Kalimantan Barat 3,358,893 10,859 2,168 3.23
21 Kalimantan Tengah 1,764,556 19,784 4,470 11.21
22 Kalimantan Selatan 2,521,569 10,581 2,630 4.20
23 Kalimantan Timur 1,706,472 14,654 3,487 8.59
24 Sulawesi Utara 1,642,001 27,063 5,530 16.48
25 Sulawesi Tengah 2,536,473 45,164 6,486 17.81
26 Sulawesi Selatan 6,202,816 9,386 1,933 1.51
27 Sulawesi Tenggara 2,204,242 22,612 609 10.26
28 Gorontalo 765,841 10,674 3,160 13.94
29 Sulawesi Barat 685,561 8,213 391 11.98
30 Maluku 1,384,940 54,907 12,376 39.65
31 Maluku Utara 966,268 49,683 8,606 51.42
32 Papua 2,206,849 187,005 40,503 84.74
33 Papua Barat 701,435 117,466 32,337 167.47
Indonesia 101,785,734 1,624,930 266,277 17.77 0.16
Jawa Bali 26,661,535 226,140 4,646 0.17
Luar Jawa Bali 75,124,199 1,398,790 261,631 18.62
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali)
AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali)
Lampiran 3.6
ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA
DI JAWABALI TAHUN 1997 2008
Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 Penduduk
No Provinsi
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (13)
1 DKI Jakarta 0.00 0.00 0.00 0.07 0.01 t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
2 Jawa Barat 0.04 0.07 0.04 0.03 0.02 t.a.d t.a.d 0.16 0.96 0.52 0.37 0.58
3 Jawa Tengah 0.32 0.65 1.06 1.74 1.46 t.a.d t.a.d 0.51 0.06 0.13 0.12 0.07
4 DI Yogyakarta 0.52 3.54 6.76 11.73 10.43 t.a.d t.a.d 0.97 0.06 0.10 0.05 0.03
5 Jawa Timur 0.04 0.03 0.05 0.17 0.12 t.a.d t.a.d 0.08 0.47 0.18 0.18 0.71
7 Bali 0.03 0.03 0.04 0.04 0.08 t.a.d t.a.d 0.03 0.02 0.55 0.42 0.03
JawaBali 0.12 0.30 0.52 0.81 0.62 0.47 0,22 0.15 0.15 0.19 0.16 0.16
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Ket : tad = tidak ada data
Lampiran 3.7
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU
TAHUN 2008
Cakupan Penemuan
No Provinsi Perkiraan Kasus Menular Case Detection Rate
Semua Kasus BTA Pos
(CDR) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 6,870 3,828 2,831 41.2
2 Sumatera Utara 20,868 17,133 14,158 67.8
3 Sumatera Barat 7,621 5,403 3,701 48.6
4 Riau 8,303 3,478 2,205 26.6
5 Jambi 4,461 2,960 2,227 49.9
6 Sumatera Selatan 11,395 8,284 5,244 46.0
7 Bengkulu 2,627 1,598 1,276 48.6
8 Lampung 11,826 7,592 4,771 40.3
9 Kep. Bangka Belitung 1,735 1,210 958 55.2
10 Kep.Riau 2,325 1,500 685 29.5
11 DKI Jakarta 9,786 25,490 8,372 85.5
12 Jawa Barat 43,783 61,557 30,072 68.7
13 Jawa Tengah 34,910 35,951 16,752 48.0
14 DI Yogyakarta 2,220 2,461 1,141 51.4
15 Jawa Timur 39,691 39,113 23,655 59.6
16 Banten 10,275 17,896 8,080 78.6
17 Bali 2,250 3,159 1,434 63.7
18 Nusa Tenggara Barat 9,164 5,688 3,134 34.2
19 Nusa Tenggara Timur 9,522 5,315 3,360 35.3
20 Kalimantan Barat 8,923 5,558 4,189 46.9
21 Kalimantan Tengah 4,320 1,881 1,251 29.0
22 Kalimantan Selatan 7,238 4,990 3,164 43.7
23 Kalimantan Timur 6,499 3,829 2,088 32.1
24 Sulawesi Utara 4,637 4,858 4,155 89.6
25 Sulawesi Tengah 5,121 2,781 2,120 41.4
26 Sulawesi Selatan 16,391 8,303 6,170 37.6
27 Sulawesi Tenggara 4,358 2,724 2,312 53.1
28 Gorontalo 2,042 1,451 1,176 57.6
29 Sulawesi Barat 2,168 1,298 1,060 48.9
30 Maluku 2,773 2,279 1,109 40.0
31 Maluku Utara 2,015 981 540 26.8
32 Papua Barat 1,533 1,259 525 34.2
33 Papua 4,319 6,521 2,461 57.0
Indonesia 228,485 298,329 166,376 72.82
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.8
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2008
Jenis Kelamin
Lakilaki Perempuan
No Provinsi
Lakilaki+ Perempuan
Jumlah % Jumlah %
K e l o m p o k U m u r ( t a h u n)
0 14 15 24 25 34 35 44 45 54 55 64 > 65 Total
No Provinsi
L P L P L P L P L P L P L P L P T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 13 12 214 166 374 206 370 166 387 153 336 158 176 64 1,870 925 2,795
2 Sumatera Utara 86 84 1,157 905 1,867 1,085 2,035 1,085 2,073 940 1,385 652 551 253 9,154 5,004 14,158
3 Sumatera Barat 10 19 365 274 514 280 391 247 482 239 375 157 252 92 2,389 1,308 3,697
4 Riau 11 18 212 146 319 189 288 146 233 149 193 78 91 30 1,347 756 2,103
5 Jambi 13 8 180 138 295 182 247 168 281 165 254 144 121 31 1,391 836 2,227
6 Sumatera Selatan 30 25 462 322 694 453 626 402 668 411 508 265 268 83 3,256 1,961 5,217
7 Bengkulu 7 10 82 80 149 101 168 82 169 91 146 56 58 18 779 438 1,217
8 Lampung 39 40 355 302 565 428 511 323 494 306 451 263 362 204 2,777 1,866 4,643
9 Kep. Bangka Belitung 7 3 80 66 129 78 125 69 141 65 93 39 45 19 620 339 959
10 Kep.Riau 9 5 59 62 104 65 74 30 53 23 54 27 25 10 378 222 600
11 DKI Jakarta 51 50 1,010 886 1,499 836 967 576 748 446 428 253 156 93 4,859 3,140 7,999
12 Jawa Barat 183 194 3,373 3,169 4,539 3,447 3,327 2,510 2,755 1,944 2,074 1,168 930 454 17,181 12,886 30,067
13 Jawa Tengah 49 97 1,361 1,452 1,860 1,659 1,598 1,380 1,578 1,209 1,303 913 707 337 8,456 7,047 15,503
14 DI Yogyakarta 1 4 108 112 144 127 111 88 112 67 97 61 68 39 641 498 1,139
15 Jawa Timur 106 125 1,646 1,880 2,447 2,219 2,372 2,061 2,646 1,972 2,314 1,481 946 471 12,477 10,209 22,686
16 Banten 28 45 878 702 1,150 837 906 699 714 529 523 312 168 79 4,367 3,203 7,570
17 Bali 2 2 109 86 211 139 143 108 129 114 169 90 83 46 846 585 1,431
18 Nusa Tenggara Barat 14 6 249 203 376 272 354 251 410 265 361 217 112 33 1,876 1,247 3,123
19 Nusa Tenggara Timur 21 24 258 246 338 323 255 227 280 262 281 208 190 118 1,623 1,408 3,031
20 Kalimantan Barat 22 29 268 222 514 287 447 293 496 242 399 190 180 57 2,326 1,320 3,646
21 Kalimantan Tengah 19 13 85 71 141 100 121 107 166 89 104 44 38 20 674 444 1,118
22 Kalimantan Selatan 32 23 229 183 430 263 434 248 380 256 325 192 111 51 1,941 1,216 3,157
23 Kalimantan Timur 14 11 203 162 278 179 217 153 196 145 200 93 104 25 1,212 768 1,980
24 Sulawesi Utara 18 17 280 267 488 342 476 321 507 264 395 199 293 141 2,457 1,551 4,008
25 Sulawesi Tengah 16 20 137 133 236 243 236 172 276 156 210 130 95 41 1,206 895 2,101
26 Sulawesi Selatan 9 24 479 418 715 582 719 523 679 467 682 440 293 140 3,576 2,594 6,170
27 Sulawesi Tenggara 4 12 205 211 306 206 283 190 228 155 245 134 92 41 1,363 949 2,312
28 Gorontalo 3 6 100 98 127 106 150 96 142 90 106 73 52 27 680 496 1,176
29 Sulawesi Barat 4 2 88 83 119 116 117 63 128 77 121 72 48 22 625 435 1,060
30 Maluku 7 17 91 77 104 111 89 82 89 64 63 53 44 32 487 436 923
31 Maluku Utara 3 5 47 37 69 42 50 38 46 21 39 17 20 2 274 162 436
32 Papua Barat 6 6 55 55 66 73 41 34 40 26 20 13 12 9 240 216 456
33 Papua 31 37 329 332 369 244 211 139 129 72 80 27 21 12 1,170 863 2,033
Indonesia 868 993 14,754 13,546 21,536 15,820 18,459 13,077 17,855 11,474 14,334 8,219 6,712 3,094 94,518 66,223 160,741
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.10
JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Jumlah Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU)
No Provinsi
Kasus Kumulatif Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 26 7 26.9
2 Sumatera Utara 487 213 43.7
3 Sumatera Barat 204 147 72.1
4 Riau 364 97 26.6
5 Jambi 106 67 63.2
6 Sumatera Selatan 153 83 54.2
7 Bengkulu 46 28 60.9
8 Lampung 143 111 77.6
9 Kep. Bangka Belitung 95 36 37.9
10 Kep.Riau 277 22 7.9
11 DKI Jakarta 2,781 1,978 71.1
12 Jawa Barat 2,888 2,192 75.9
13 Jawa Tengah 530 126 23.8
14 DI Yogyakarta 246 119 48.4
15 Jawa Timur 2,591 878 33.9
16 Banten 74 55 74.3
17 Bali 1,177 234 19.9
18 Nusa Tenggara Barat 80 39 48.8
19 Nusa Tenggara Timur 110 11 10.0
20 Kalimantan Barat 730 124 17.0
21 Kalimantan Tengah 9 5 55.6
22 Kalimantan Selatan 22 9 40.9
23 Kalimantan Timur 11 4 36.4
24 Sulawesi Utara 161 39 24.2
25 Sulawesi Tengah 8 5 62.5
26 Sulawesi Selatan 143 91 63.6
27 Sulawesi Tenggara 11 1 9.1
28 Gorontalo 3 2 66.7
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 187 79 42.2
31 Maluku Utara 7 2 28.6
32 Papua Barat 58 5 8.6
33 Papua 2,382 1 0.0
J u m l a h 16,110 6,810 42.3
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.12
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Jumlah Penduduk Usia Target Penemuan
No Provinsi
Balita Wil. PKM Program Pneumonia Balita (10%) < 1 Tahun 1 4 Tahun Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 417,777 41,778 647 1,257 1,904 4.56
2 Sumatera Utara 1,276,361 127,636 7,365 11,717 19,082 14.95
3 Sumatera Barat 469,776 46,978 2,584 7,112 9,696 20.64
4 Riau 518,900 51,890 2,062 4,507 6,569 12.66
5 Jambi 276,418 27,642 998 2,270 3,268 11.82
6 Sumatera Selatan 680,135 68,013 4,972 9,567 14,539 21.38
7 Bengkulu 175,372 17,537
8 Lampung 728,666 72,867 3,836 11,601 15,437 21.19
9 Kep. Bangka Belitung 110,666 11,067 667 1,735 2,402 21.71
10 Kep.Riau 138,202 13,820 66 222 288 2.08
11 DKI Jakarta 896,168 89,617 3,589 8,321 11,910 13.29
12 Jawa Barat 3,912,714 391,271 58,728 107,568 166,296 42.50
13 Jawa Tengah 3,298,982 329,898 9,633 20,298 29,931 9.07
14 DI Yogyakarta 343,868 34,387 132 492 624 1.81
15 Jawa Timur 2,491,593 249,159 11,959 21,720 33,679 13.52
16 Banten 1,027,603 102,760 2,880 4,937 7,817 7.61
17 Bali 341,173 34,117 1,151 2,223 3,374 9.89
18 Nusa Tenggara Barat 553,451 55,345 13,173 18,096 31,269 56.50
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat 466,782 46,678 1,309 2,738 4,047 8.67
21 Kalimantan Tengah 200,361 20,036 532 1,016 1,548 7.73
22 Kalimantan Selatan 357,691 35,769 1,617 3,447 5,064 14.16
23 Kalimantan Timur 297,194 29,719 1,424 2,576 4,000 13.46
24 Sulawesi Utara 242,097 24,210 1,746 2,658 4,404 18.19
25 Sulawesi Tengah 243,771 24,377 1,421 2,285 3,706 15.20
26 Sulawesi Selatan 793,615 79,362 2,497 5,584 8,081 10.18
27 Sulawesi Tenggara 205,455 20,545 1,099 2,277 3,376 16.43
28 Gorontalo 91,975 9,198
29 Sulawesi Barat 101,460 10,146
30 Maluku 130,506 13,051
31 Maluku Utara 98,526 9,853 203 409 612 6.21
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia 20,887,256 2,088,726 136,290 256,633 392,923 18.81
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.13
SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Kasus Tercatat Angka Prevalensi
No Provinsi
PB MB Jumlah /10.000 Penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 113 484 597 1.41
2 Sumatera Utara 23 188 211 0.17
3 Sumatera Barat 15 99 114 0.25
4 Riau 27 175 202 0.42
5 Jambi 6 60 66 0.24
6 Sumatera Selatan 41 326 367 0.54
7 Bengkulu 3 13 16 0.09
8 Lampung 33 189 222 0.29
9 Kepulauan Bangka Belitung 14 45 59 0.55
10 Kepulauan Riau 8 20 28 0.26
11 DKI Jakarta 209 1,625 1,834 2.03
12 Jawa Barat 530 2,832 3,362 0.81
13 Jawa Tengah 167 1,702 1,869 0.58
14 DI Yogyakarta 9 86 95 0.28
15 Jawa Timur 574 5,463 6,037 1.62
16 Banten 92 499 591 0.64
17 Bali 8 132 140 0.42
18 Nusa Tenggara Barat 133 549 682 1.60
19 Nusa Tenggara Timur 65 428 493 1.18
20 Kalimantan Barat 42 238 280 0.68
21 Kalimantan Tengah 5 77 82 0.42
22 Kalimantan Selatan 35 378 413 1.26
23 Kalimantan Timur 24 222 246 0.84
24 Sulawesi Utara 67 417 484 2.15
25 Sulawesi Tengah 71 237 308 1.28
26 Sulawesi Selatan 188 1,229 1,417 1.86
27 Sulawesi Tenggara 35 262 297 1.42
28 Gorontalo 20 204 224 2.44
29 Sulawesi Barat 34 217 251 1.82
30 Maluku 54 379 433 3.02
31 Maluku Utara 113 532 645 6.66
32 Papua Barat 307 394 701 9.69
33 Papua 274 612 886 4.42
Indonesia 3,339 20,313 23,652 1.05
% 14.12 85.88 100.00
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Ket: PB= Pausi Basiler, MB= Multi Basiler
Lampiran 3.14
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008
2008 Notes
No Provinsi Populasi 2008 Total
Infectius Non Infectius District
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,363,500 0 0 0 23
2 Sumatera Utara 12,914,600 0 0 0 28
3 Sumatera Barat 4,555,800 0 0 0 7
4 Riau 4,813,653
5 Jambi 2,784,271
6 Sumatera Selatan 7,019,964 0 2 2 15
7 Bengkulu 1,753,716
8 Lampung 7,804,587 0 0 0 10
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,106,657
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta 3,430,640
15 Jawa Timur 37,436,154 17 2 19 7
16 Banten 6 0 6 1
17 Bali 3,320,715 0 0 0 9
18 Nusa Tenggara Barat 4,257,306 0 0 0 9
19 Nusa Tenggara Timur 4,387,146 2245 1950 4195 20
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur 2,936,388
24 Sulawesi Utara 3,287,185
25 Sulawesi Tengah 2,419,815 16 22 38 2
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara 2,143,000 2 25 27 2
28 Gorontalo 1,629,000
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 9,551,402 795 237 1032 8
31 Maluku Utara
32 Papua Barat 748,159
33 Papua 2,213,997 385 222 607 9
Indonesia 124,877,655 3,466 2,460 5,926 150
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.16
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Faktor Risiko
Pelayanan Antenatal Care Status Imunisasi Penolong Persalinan
Total
No Provinsi Meninggal
Kasus Bidan/ Dukun Tidak Bidan/ Dukun Tidak
Dokter Tidak Periksa Tidak Tahu TT2 + TT1 Tidak Tahu Dokter
Perawat Bersalin Diimunisasi Perawat Bersalin Diketahui
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 2 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 4 3 1 1 2 0 0 1 1 1 1 0 1 2 1
4 Riau 9 4 1 3 1 2 2 2 1 4 2 1 3 3 2
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 17 9 2 7 0 7 1 2 0 13 2 1 3 11 2
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 9 6 0 4 2 2 1 0 1 8 0 0 3 6 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 1 1 1 1 0 0 2 1 0 0 0 1 1 1
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 41 28 3 17 4 8 9 2 4 27 8 1 6 25 9
13 Jawa Tengah 7 3 0 2 0 0 5 0 0 1 6 0 2 0 5
14 DI Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Jawa Timur 17 8 0 13 3 1 0 3 8 0 6 1 5 11 0
16 Banten 50 23 1 20 2 20 7 5 4 35 6 0 3 43 4
17 Bali 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
18 Nusa Tenggara Barat 2 0 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 2 2 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 3 2 0 1 1 1 0 1 0 2 0 0 1 1 1
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 7 5 1 2 3 0 1 0 2 4 1 0 2 4 1
26 Sulawesi Selatan 4 2 0 2 0 0 2 0 1 3 0 0 0 4 0
27 Sulawesi Tenggara 3 0 0 1 2 0 0 0 0 1 2 0 0 0 2
28 Gorontalo 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
Total 183 100 10 81 22 42 28 21 25 103 34 4 35 116 28
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2008
Lampiran 3.16.a
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Kasus Campak
< 1 Tahun 1 4 Tahun 5 9 Tahun 10 14 Tahun > 14 Tahun Total
No. Provinsi
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Divaksinasi Divaksinasi Divaksinasi Divaksinasi Divaksinasi Meninggal Divaksinasi
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 77 12 254 67 172 29 56 9 37 2 0 596 119
2 Sumatera Utara 103 42 226 51 168 38 29 9 16 3 0 542 143
3 Sumatera Barat 37 13 80 40 112 61 67 22 130 11 0 426 147
4 Riau 62 16 132 35 147 23 69 9 65 3 0 475 86
5 Jambi 18 1 22 4 32 14 32 11 15 1 0 119 31
6 Sumatera Selatan 97 17 189 80 198 78 107 35 175 22 1 766 232
7 Bengkulu 9 5 14 12 11 10 6 3 10 1 0 50 31
8 Lampung 108 32 151 81 191 98 132 68 125 33 0 707 312
9 Kepulauan Bangka Belitung 12 3 10 7 9 4 9 5 5 3 0 45 22
10 Kepulauan Riau 45 3 93 17 128 14 85 20 97 4 0 448 58
11 DKI Jakarta 70 0 143 0 116 0 58 0 124 0 0 511
12 Jawa Barat 407 0 815 0 1,153 0 574 0 475 0 0 3,424
13 Jawa Tengah 117 57 276 216 318 206 112 63 178 68 0 1,001 610
14 DI Yogyakarta 22 21 17 16 50 45 24 24 58 30 0 171 136
15 Jawa Timur 137 75 208 137 171 92 99 45 120 58 0 735 407
16 Banten 158 1 378 12 552 21 228 1 236 1 0 1,552 36
17 Bali 6 3 28 7 22 0 4 4 1 1 0 61 15
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2
19 Nusa Tenggara Timur 1 1 8 9 4 5 8 2 0 0 0 21 17
20 Kalimantan Barat 22 0 76 15 133 28 70 54 173 0 0 474 97
21 Kalimantan Tengah 44 20 36 26 52 25 19 11 37 4 0 188 86
22 Kalimantan Selatan 43 23 70 38 45 24 37 12 29 6 0 224 103
23 Kalimantan Timur 3 2 2 2 5 3 10 0 4 0 0 24 7
24 Sulawesi Utara 4 1 26 4 27 13 8 4 12 3 0 77 25
25 Sulawesi Tengah 25 6 99 33 83 29 48 18 28 1 0 283 87
26 Sulawesi Selatan 138 21 216 97 143 43 76 22 138 19 0 711 202
27 Sulawesi Tenggara 1 0 8 0 13 0 10 0 9 0 0 41
28 Gorontalo 18 5 25 14 60 32 37 19 22 8 0 162 78
29 Sulawesi Barat 2 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 5
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 9 0 62 1 81 12 30 30 2 11 0 184 54
32 Papua Barat 11 2 8 1 3 0 1 0 5 0 0 28 3
33 Papua 11 4 38 7 15 3 2 2 4 0 0 70 16
Total 1,817 386 3,714 1,031 4,214 950 2,048 502 2,330 293 1 14,123 3,162
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.18
FREKUENSI DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 20052008
Non Polio AFP Rate / 100.000
No Provinsi Jumlah Kasus AFP AFP Rate / 100.000 penduduk % Spesimen Adekuat
penduduk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 45 3.60 3.52 84.4
2 Sumatera Utara 105 2.63 2.63 90.4
3 Sumatera Barat 37 2.74 2.67 81
4 Riau 61 3.39 3.28 86.8
5 Jambi 24 2.82 2.82 87.5
6 Sumatera Selatan 84 3.91 3.77 95.2
7 Bengkulu 17 3.40 3.40 88.2
8 Lampung 79 3.59 3.55 83.5
9 Kepulauan Bangka Belitung 8 3.20 3.20 87.5
10 Kepulauan Riau 14 4.00 3.71 78.5
11 DKI Jakarta 70 3.33 3.19 82.8
12 Jawa Barat 258 2.31 2.26 81
13 Jawa Tengah 187 2.29 2.26 82.8
14 DI Yogyakarta 29 4.83 4.67 86.2
15 Jawa Timur 206 2.69 2.63 76.2
16 Banten 68 2.23 2.13 72
17 Bali 36 4.50 4.38 94.4
18 Nusa Tenggara Barat 40 2.86 2.71 85
19 Nusa Tenggara Timur 46 3.41 3.41 91.3
20 Kalimantan Barat 32 2.29 2.21 71.8
21 Kalimantan Tengah 15 2.14 2.14 86.6
22 Kalimantan Selatan 23 2.42 2.32 95.6
23 Kalimantan Timur 32 3.76 3.76 87.5
24 Sulawesi Utara 27 4.91 4.91 81.4
25 Sulawesi Tengah 17 2.27 2.00 82.3
26 Sulawesi Selatan 52 2.31 2.13 86.5
27 Sulawesi Tenggara 19 2.53 2.53 84.2
28 Gorontalo 12 4.80 4.80 100
29 Sulawesi Barat 11 3.14 3.14 54.5
30 Maluku 8 2.00 2.00 87.5
31 Maluku Utara 8 2.67 2.33 87.5
32 Papua Barat 3 1.50 1.50 100
33 Papua 10 1.67 1.50 50
Indonesia 1,683 2.75 2.68 83.3
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.20
JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2008
Klasifikasi Klinis
No Provinsi
Virus Polio Liar Kompatibel Bukan Polio
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 44
2 Sumatera Utara 0 0 105
3 Sumatera Barat 0 0 36
4 Riau 0 0 59
5 Jambi 0 0 24
6 Sumatera Selatan 0 0 81
7 Bengkulu 0 0 17
8 Lampung 0 0 78
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 8
10 Kepulauan Riau 0 0 13
11 DKI Jakarta 0 0 67
12 Jawa Barat 0 0 252
13 Jawa Tengah 0 0 184
14 DI Yogyakarta 0 0 28
15 Jawa Timur 0 0 201
16 Banten 0 0 65
17 Bali 0 0 35
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 38
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 46
20 Kalimantan Barat 0 0 31
21 Kalimantan Tengah 0 0 15
22 Kalimantan Selatan 0 0 22
23 Kalimantan Timur 0 0 32
24 Sulawesi Utara 0 0 27
25 Sulawesi Tengah 0 0 15
26 Sulawesi Selatan 0 0 48
27 Sulawesi Tenggara 0 0 19
28 Gorontalo 0 0 12
29 Sulawesi Barat 0 0 11
30 Maluku 0 0 8
31 Maluku Utara 0 0 7
32 Papua Barat 0 0 3
33 Papua 0 0 9
Indonesia 0 0 1,640
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Keterangan : * masih terdapat 43 kasus AFP yang belum diklasifikasi final oleh pokja ahli pusat Surveilens AFP
Updating data sampai dengan Maret 2009
Lampiran 3.21
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE
TAHUN 2003 2008
2 Sumatera Utara 67 2 3.0 145 6 4.1 401 13 3.2 390 7 1.8 636 12 1.9
9 Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
11 D K I
12 Jawa Barat 522 7 1.3 51 148 1 0.7 880 12 1.4 380 2 0.5
15 Jawa Timur 248 2 0.8 349 4 1.1 48 0.0 226 1 0.4 1,468 8 0.5 362 9 2.5
16 Banten 161 4 2.5 43 2 4.7 1,371 26 1.9 1,057 3 0.3
19 Nusa Tenggara Timur 456 8 1.8 2,194 28 1.3 1,223 45 3.7 104 3 2.9 217 3 1.4
25 Sulawesi Tengah 129 11 8.5 378 5 1.3 69 13 18.8 269 7 2.6 66 11 16.7 106 2 1.9
33 Papua 486 37 7.6 6,544 158 2.4 1,540 106 6.9
Indonesia 4,622 252 5.5 3,314 53 1.6 5,051 127 2.5 10,980 277 2.5 3,661 46 1.3 8,443 209 2.5
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
P = Penderita, M = Meninggal, C = Case Fatelity Rate
Lampiran 3.22
JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 252 4.37 5.43 629 1.59 14.86 758 1.98 19.43 1,569 13 0.83 38.92 2,436 1.31 54.76
2 Sumatera Utara 1,093 2.20 8.79 3,657 1.80 30.75 2,125 1.60 16.86 3,990 34 0.85 31.66 4,454 1.10 34.49
3 Sumatera Barat 514 0.97 12.11 1,154 1.99 25.89 1,067 1.22 23.87 2,189 24 1.10 48.05 1,907 0.58 42.67
4 Riau 1,050 2.00 20.53 1,850 1.73 41.19 948 1.90 21.04 795 15 1.89 18.46 828 1.21 15.96
5 Jambi 275 1.45 9.74 353 3.12 13.38 365 3.01 13.83 309 5 1.62 11.20 245 3.67 8.64
6 Sumatera Selatan 1,270 1.34 16.06 1,621 0.56 18.38 2,272 0.09 32.48 3,480 13 0.37 48.17 2,360 0.13 34.75
7 Bengkulu 204 0.98 13.25 61 3.28 3.60 129 0.78 7.61 274 7 2.55 15.62 339 0.29 19.39
8 Lampung 908 1.54 13.51 736 1.63 10.54 1,402 1.00 20.08 4,470 23 0.51 64.01 4,807 0.83 68.83
9 Kepulauan Bangka Belitung 53 5.65 46 4.35 4.60 58 5.80 145 2 1.38 13.67 34 0.00 3.07
10 Kepulauan Riau 746 3.49 57.58 969 2.89 74.79 950 11 1.16 73.33 1,724 1.28 133.07
11 DKI Jakarta 20,510 0.43 260.08 23,466 0.34 296.87 24,932 0.16 316.17 31,836 86 0.27 392.64 28,361 0.09 317.09
12 Jawa Barat 19,014 1.13 52.20 18,590 1.53 47.50 25,851 1.06 66.08 30,536 288 0.94 78.05 23,248 0.99 54.23
13 Jawa Tengah 9,047 1.80 27.11 6,583 2.29 19.61 10,924 2.01 33.72 20,391 327 1.60 61.96 19,235 1.19 58.45
14 DI Yogyakarta 2,206 1.41 66.89 971 1.24 29.44 2,184 1.05 66.22 2,462 26 1.06 74.65 2,119 0.99 61.72
15 Jawa Timur 8,287 1.45 23.48 15,251 1.74 42.94 20,374 1.21 56.19 25,950 372 1.43 69.95 16,589 0.99 44.68
16 Banten 2577 2.25 30.08 2,045 1.27 23.87 2,306 1.52 26.92 5,587 98 1.75 65.22 3,954 1.34 46.16
17 Bali 1935 0.41 58.64 3,596 0.50 108.97 5,629 0.53 170.57 6,375 14 0.22 193.18 6,254 0.30 181.31
18 Nusa Tenggara Barat 805 1.99 20.77 1,062 1.41 26.62 623 0.64 15.59 720 2 0.28 16.90 777 0.51 18.10
19 Nusa Tenggara Timur 1381 3.11 35.00 735 1.36 17.75 251 1.20 6.36 518 11 2.12 13.13 279 2.87 7.07
20 Kalimantan Barat 212 2.36 5.55 1,220 1.07 31.92 2,659 1.32 65.94 508 7 1.38 12.98 947 3.38 22.29
21 Kalimantan Tengah 453 1.32 24.70 491 0.81 26.75 513 0.78 27.42 696 8 1.15 35.54 531 1.32 27.11
22 Kalimantan Selatan 378 0.79 10.30 341 2.35 9.29 455 1.54 12.40 1,321 16 1.21 35.59 576 1.91 15.69
23 Kalimantan Timur 2276 1.80 91.37 3,165 2.59 121.74 2,714 2.80 103.64 5,341 102 1.91 193.15 5,762 1.82 220.03
24 Sulawesi Utara 225 4.89 10.56 1,926 1.35 119.89 1,290 1.47 59.62 1,865 24 1.29 86.15 1,430 1.12 63.58
25 Sulawesi Tengah 293 3.41 13.06 780 1.00 31.73 492 2.24 20.01 1,338 17 1.27 54.02 1,389 1.22 55.25
26 Sulawesi Selatan 3500 0.69 41.70 2,822 1.81 34.65 2,612 0.84 35.03 2,732 30 1.10 36.79 3,545 0.76 46.46
27 Sulawesi Tenggara 266 0.75 13.89 758 2.90 39.25 95 3.16 4.73 944 7 0.74 48.20 1,006 0.89 46.21
28 Gorontalo 14 1.60 206 23.50 302 0.66 32.90 236 4 1.69 25.71 172 2.33 18.74
29 Sulawesi Barat 27 2.00 2.66 31 3.23 3.06 2 0 0.20 37 0.00 3.65
31 Maluku Utara 74 9.46 8.71 24 4.17 2.65 138 2.90 16.09 275 7 2.55 29.22 250 2.80 25.25
32 Papua Barat 184 3.26 32.62 128 22.69 208 2 0.96 28.76 510 0.39 90.41
33 Papua 390 2.05 18.84 183 1.09 11.02 60 3.55 103 4 3.88 6.09 228 0.44 13.47
Indonesia 79,462 1.20 37.11 95,279 1.36 43.42 114,656 1.04 52.48 158,115 1,599 1.01 71.78 136,333 0.86 60.06
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk
Lampiran 3.23
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 21 23 23 12 57.1 15 71.4 15 65.2 17 73.91
2 Sumatera Utara 25 28 28 17 68.0 19 76.0 20 71.4 22 78.57
3 Sumatera Barat 19 19 19 10 52.6 12 63.2 15 78.9 17 89.47
4 Riau 11 11 11 11 100.0 11 100.0 11 100.0 10 90.91
5 Jambi 10 10 10 7 70.0 10 100.0 8 80.0 9 90
6 Sumatera Selatan 14 15 15 9 64.3 9 64.3 12 80.0 9 60
7 Bengkulu 9 9 9 3 33.3 7 77.8 9 100.0 9 100
8 Lampung 10 11 11 10 100.0 10 100.0 10 90.9 10 90.91
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 7 7 6 85.7 5 71.4 7 100.0 6 85.71
10 Kepulauan Riau 6 6 6 5 83.3 3 50.0 4 66.7 4 66.67
11 DKI Jakarta 6 6 6 5 83.3 5 83.3 6 100.0 6 100
12 Jawa Barat 25 26 26 25 100.0 25 100.0 25 96.2 26 100
13 Jawa Tengah 35 35 35 35 100.0 35 100.0 35 100.0 35 100
14 DI Yogyakarta 5 5 5 5 100.0 5 100.0 5 100.0 5 100
15 Jawa Timur 38 38 38 38 100.0 38 100.0 38 100.0 38 100
16 Banten 6 7 7 6 100.0 6 100.0 6 85.7 6 85.71
17 Bali 9 9 3 9 100.0 9 100.0 9 100.0 9 300
18 Nusa Tenggara Barat 9 9 9 9 100.0 8 88.9 8 88.9 8 88.89
19 Nusa Tenggara Timur 16 20 18 7 43.8 1 6.3 5 25.0 5 27.78
20 Kalimantan Barat 12 14 14 7 58.3 10 83.3 10 71.4 10 71.43
21 Kalimantan Tengah 14 14 14 6 42.9 6 42.9 12 85.7 9 64.29
22 Kalimantan Selatan 13 13 13 13 100.0 12 92.3 13 100.0 13 100
23 Kalimantan Timur 13 14 13 12 92.3 13 100.0 13 92.9 13 100
24 Sulawesi Utara 9 13 13 9 100.0 9 100.0 9 69.2 9 69.23
25 Sulawesi Tengah 10 10 10 10 100.0 7 70.0 9 90.0 9 90
26 Sulawesi Selatan 23 23 23 21 91.3 20 87.0 21 91.3 21 91.30
27 Sulawesi Tenggara 10 12 12 6 60.0 5 50.0 7 58.3 3 25
28 Gorontalo 5 6 6 5 100.0 5 100.0 5 83.3 6 100
29 Sulawesi Barat 5 5 5 1 20.0 2 40.0 1 20.0 1 20
30 Maluku 8 9 8 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0
31 Maluku Utara 8 8 8 3 37.5 3 37.5 6 75.0 4 50
32 Papua Barat 9 9 9 4 44.4 2 22.2 3 33.3 0 0
33 Papua 20 21 21 4 20.0 3 15.0 4 19.0 6 28.57
Indonesia 440 465 455 330 75.0 330 75.0 361 77.6 355 78.02
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.24
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 2008
T a h u n
No Provinsi
2003 2004 2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,940 1,940 2,318 2,359 2,359 2,359
2 Sumatera Utara 52 45 91 104 104 141
3 Sumatera Barat 32 32 88 231 274 274
4 Riau 267 267 529 532 532 532
5 Jambi 134 134 273 255 255 257
6 Sumatera Selatan 91 91 182 191 191 210
7 Bengkulu 67 71 71 94 94 94
8 Lampung 73 73 73 74 74 74
9 Kepulauan Bangka Belitung 37 37 122 151 207 207
10 Kepulauan Riau 27 27 31 31 31
11 DKI Jakarta 12 12 12 53 53 53
12 Jawa Barat 156 156 306 252 265 404
13 Jawa Tengah 136 136 209 224 395 395
14 DI Yogyakarta 7 7 7 5 37 37
15 Jawa Timur 167 167 167 207 238 219
16 Banten 69 119 125 67 67 91
17 Bali 5 11 11 18 18 18
18 Nusa Tenggara Barat 62 62 62 62 69 71
19 Nusa Tenggara Timur 1,706 1,478 1,478 1,682 1,682 1,682
20 Kalimantan Barat 156 156 219 232 244 253
21 Kalimantan Tengah 123 118 118 202 226 225
22 Kalimantan Selatan 135 381 381 385 385 385
23 Kalimantan Timur 282 272 247 409 409 409
24 Sulawesi Utara 72 72 23 30 30 30
25 Sulawesi Tengah 115 329 376 451 451 451
26 Sulawesi Selatan 154 135 51 60 60 60
27 Sulawesi Tenggara 197 197 220 181 208 208
28 Gorontalo 14 14 82 224 224 224
29 Sulawesi Barat 58 92 92 96
30 Maluku 57 57 15 70 70 70
31 Maluku Utara 12 12 12 12 12 27
32 Papua Barat 254 355 985 985
33 Papua 390 390 36 1,132 1,132 1,127
Indonesia 6,720 6,998 8,243 10,427 11,473 11,699
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.25
SITUASI LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2004 2008
T a h u n
No Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008
K M K M K M K M K M
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0 0 49 0 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Sumatera Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 78 6 62 0 51 0 470 34 37 2
12 Jawa Barat 7 0 0 0 0 0 9 1 0 0
13 Jawa Tengah 40 10 34 10 35 9 70 8 72 9
14 DI Yogyakarta 20 1 8 2 0 0 3 1 125 1
15 Jawa Timur 3 0 1 0 1 0 65 5 29 4
16 Banten 0 0 0 0 0 0 34 3 0 0
17 Bali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 18 8 9 4 2 2 16 5 0 0
27 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Indonesia 166 25 114 16 138 11 667 57 263 16
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Keterangan : K= Kasus, M= Meninggal
Lampiran 3.26
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2004 2008
T a h u n
No Provinsi Kab./Kota 2004 2005 2006 2007 2008
Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal Kasus Diobati Meninggal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Kota Bogor 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota Depok 0 0 0 0 0 0 8 7 1
2 Jawa Tengah Kab. Boyolali 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kota Semarang 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kab. Sumba Barat 13 8 5
Kab. Bima 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kab. Wajo 1 1 0 0 0 0
6 DKI Jakarta Kodya Jakarta Selatan 2 2 0
J u m l a h 109 109 8 76 76 1 15 14 1 74 69 5 20 20 0
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.27
SITUASI PES PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2008
Jumlah Kasus Frekuensi KLB
Campak* Difteri* Campak Dalam
No Provinsi
Rutin KLB TN* Pertusis** Hepatitis B ** 2 Bulan Terakhir*
Vaksinasi Total
Vaksinasi Total Frekuensi Total Des.08 Jan.09
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 119 596 9 165 2 0 0 0 0 0 0
2 Sumatera Utara 143 542 30 567 0 0 2 0 0 1 0
3 Sumatera Barat 147 426 0 0 4 5 9 0 0 0 0
4 Riau 86 475 3 15 9 0 0 0 0 0 0
5 Jambi 31 119 11 52 0 0 0 0 0 0 0
6 Sumatera Selatan 232 767 0 0 17 19 61 0 0 0 0
7 Bengkulu 31 49 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Lampung 312 707 2 42 9 1 3 0 0 0 1
9 Kepulauan Bangka Belitung 22 45 2 6 3 1 0 0 0 0 0
10 Kepulauan Riau 58 448 1 9 0 0 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 0 511 0 0 0 0 3 0 0 0 0
12 Jawa Barat 0 3,424 11 119 41 0 33 0 0 0 0
13 Jawa Tengah 610 1,001 5 46 7 9 13 0 0 0 1
14 DI Yogyakarta 136 171 1 5 0 1 1 0 0 0 2
15 Jawa Timur 407 735 0 0 17 35 63 0 0 0 0
16 Banten 36 1,552 4 38 50 0 5 0 0 0 1
17 Bali 15 61 0 0 1 0 0 0 0 0 0
18 Nusa Tenggara Barat 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 17 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 97 483 1 14 2 0 0 0 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 86 188 0 0 0 1 5 0 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 103 217 2 40 3 2 2 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 7 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 25 77 3 51 0 0 0 0 0 0 0
25 Sulawesi Tengah 87 283 1 126 7 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Selatan 202 711 2 18 4 2 6 0 0 0 0
27 Sulawesi Tenggara 0 41 0 0 3 1 1 0 0 0 0
28 Gorontalo 78 162 1 18 1 0 0 0 0 0 1
29 Sulawesi Barat 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 1 4 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku Utara 54 184 6 152 0 0 0 0 0 0 2
32 Papua Barat 3 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 16 70 0 0 1 6 12 0 0 0 0
Indonesia 3,162 14,126 96 1,487 183 83 219 0 0 1 8
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Keterangan : * Laporan Survellans AFP dan PD3I
** Laporan Survellans Terpadu Penyakit
Lampiran 3.30
JUMLAH KASUS HEPATITIS C
TAHUN 2008
U s i a
No Provinsi
0 9 10 19 20 29 30 39 40 49 50 59 60 69 70 79 80 89 90 99 > 99
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 Sumatera Utara 0 1 48 45 17 51 39 27 5 0 0
3 Sumatera Barat 1 3 17 16 5 3 2 0 0 0 0
4 Riau 0 7 41 22 8 2 0 0 1 0 0
5 Jambi 0 0 3 2 0 1 0 2 0 0 0
6 Sumatera Selatan 0 7 72 79 38 19 8 3 0 0 0
7 Bengkulu
8 Lampung 0 1 11 26 1 4 0 0 1 0 0
9 Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau 0 1 16 14 5 3 0 0 0 0 0
11 DKI Jakarta 2 54 1,060 823 337 277 158 80 8 11 0
12 Jawa Barat 1 21 294 251 185 98 57 41 12 0 0
13 Jawa Tengah 3 28 92 114 83 50 30 17 1 0 0
14 DI Yogyakarta 1 4 30 14 8 10 10 10 4 0 0
15 Jawa Timur 1 26 176 144 99 96 41 34 3 1 0
16 Banten 0 0 27 26 15 8 6 3 0 0 0
17 Bali 1 4 190 199 71 53 37 16 4 1 0
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 11 5 2 2 1 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat 0 8 93 51 18 8 10 6 1 0 0
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan 0 1 2 5 4 2 0 0 0 0 0
23 Kalimantan Timur 0 2 11 4 5 2 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 2 29 28 16 17 15 4 0 0 0
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan 3 15 251 124 36 42 59 30 11 0 0
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua 0 5 31 13 10 1 0 0 0 0 0
Indonesia 13 190 2,505 2,005 963 749 473 273 51 13 0
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.31
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI (BB/U)* PER PROVINSI
TAHUN 2007
Kategori Status Gizi BB/U
No Provinsi
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 10.7 15.8 69.3 4.2
2 Sumatera Utara 8.4 14.3 72.7 4.5
3 Sumatera Barat 5.9 14.3 77.0 2.8
4 Riau 7.5 13.9 73.3 5.3
5 Jambi 6.3 12.6 75.8 5.3
6 Sumatera Selatan 6.5 11.7 75.0 6.7
7 Bengkulu 4.8 11.9 77.2 6.0
8 Lampung 5.7 11.8 78.3 4.2
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.6 13.7 76.4 5.4
10 Kepulauan Riau 3.0 9.4 81.5 6.1
11 DKI Jakarta 2.9 10.0 80.6 6.5
12 Jawa Barat 3.7 11.3 81.5 3.5
13 Jawa Tengah 4.0 12.0 80.4 3.6
14 DI Yogyakarta 2.4 8.5 85.0 4.0
15 Jawa Timur 4.8 12.6 78.0 4.5
16 Banten 4.4 12.2 79.9 3.4
17 Bali 3.2 8.2 83.9 4.7
18 Nusa Tenggara Barat 8.1 16.7 71.4 3.7
19 Nusa Tenggara Timur 9.4 24.2 64.4 2.0
20 Kalimantan Barat 8.5 14.0 72.5 5.0
21 Kalimantan Tengah 8.1 16.1 72.1 3.6
22 Kalimantan Selatan 8.4 18.2 70.4 3.0
23 Kalimantan Timur 6.2 13.1 75.3 5.4
24 Sulawesi Utara 4.3 11.5 80.7 3.6
25 Sulawesi Tengah 8.9 18.7 69.4 3.0
26 Sulawesi Selatan 5.1 12.5 73.1 9.3
27 Sulawesi Tenggara 6.8 15.9 73.6 3.6
28 Gorontalo 8.2 17.2 71.3 3.3
29 Sulawesi Barat 10.0 15.4 72.1 2.4
30 Maluku 9.3 18.5 67.3 4.9
31 Maluku Utara 6.7 16.1 74.3 3.0
32 Papua Barat 6.8 16.4 74.2 2.7
33 Papua 6.6 14.6 73.4 5.3
Indonesia 5.4 13.0 77.2 4.3
*) BB/U= Berat Badan menurut Umur
Sumber: Riskesdas tahun 2007
Lampiran 3.32
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI (TB/U)* PER PROVINSI
TAHUN 2007
Kategori Status Gizi TB/U
No Provinsi
Sangat Pendek Pendek Normal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 26.9 17.7 55.4
2 Sumatera Utara 25.2 17.9 56.9
3 Sumatera Barat 17.1 19.4 63.5
4 Riau 18.0 15.0 67.0
5 Jambi 20.1 16.3 63.6
6 Sumatera Selatan 28.1 16.6 55.3
7 Bengkulu 20.0 16.0 64.0
8 Lampung 22.6 16.1 61.3
9 Kepulauan Bangka Belitung 18.1 17.5 64.5
10 Kepulauan Riau 13.4 12.7 73.8
11 DKI Jakarta 13.7 13.0 73.3
12 Jawa Barat 15.7 19.7 64.5
13 Jawa Tengah 17.8 18.6 63.5
14 DI Yogyakarta 11.5 16.1 72.3
15 Jawa Timur 17.4 17.4 65.2
16 Banten 20.6 18.3 61.0
17 Bali 16.0 15.0 69.0
18 Nusa Tenggara Barat 23.8 19.9 56.3
19 Nusa Tenggara Timur 24.2 22.5 53.2
20 Kalimantan Barat 20.9 18.3 60.7
21 Kalimantan Tengah 23.5 19.3 57.3
22 Kalimantan Selatan 20.9 20.9 58.2
23 Kalimantan Timur 17.9 17.3 64.8
24 Sulawesi Utara 14.6 16.6 68.8
25 Sulawesi Tengah 19.8 20.5 59.6
26 Sulawesi Selatan 13.9 15.2 70.9
27 Sulawesi Tenggara 21.6 18.9 59.5
28 Gorontalo 19.7 20.2 60.1
29 Sulawesi Barat 27.1 17.4 55.5
30 Maluku 25.9 19.9 54.2
31 Maluku Utara 25.4 14.8 59.8
32 Papua Barat 19.7 19.7 60.6
33 Papua 20.2 17.4 62.3
Indonesia 18.8 18.0 63.2
*) TB/U= Tinggi Badan menurut Umur
Sumber: Riskesdas tahun 2007
Lampiran 3.33
PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI (BB/TB )* PER PROVINSI
TAHUN 2007
Kategori Status Gizi BB/TB
No Provinsi
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 9.2 9.1 66.5 15.2
2 Sumatera Utara 9.1 7.9 66.6 16.2
3 Sumatera Barat 7.6 7.7 74.8 9.9
4 Riau 12.2 9.9 62.6 15.3
5 Jambi 10.6 8.6 66.4 14.4
6 Sumatera Selatan 7.9 7.9 63.4 20.9
7 Bengkulu 7.3 6.9 71.4 14.4
8 Lampung 7.3 6.4 70.2 16.1
9 Kepulauan Bangka Belitung 4.8 6.0 78.5 10.7
10 Kepulauan Riau 5.4 8.1 76.2 10.3
11 DKI Jakarta 8.6 8.4 70.9 12.2
12 Jawa Barat 3.6 5.4 81.3 9.6
13 Jawa Tengah 4.7 7.1 76.8 11.4
14 DI Yogyakarta 3.8 5.2 78.5 12.5
15 Jawa Timur 5.8 7.9 73.8 12.5
16 Banten 6.6 7.5 70.3 15.6
17 Bali 4.4 5.6 76.9 13.1
18 Nusa Tenggara Barat 7.9 7.6 71.6 12.9
19 Nusa Tenggara Timur 9.5 10.5 73.0 7.0
20 Kalimantan Barat 8.1 9.3 68.7 13.9
21 Kalimantan Tengah 8.2 8.7 69.7 13.5
22 Kalimantan Selatan 7.8 8.5 73.8 9.9
23 Kalimantan Timur 7.2 8.7 69.8 14.2
24 Sulawesi Utara 3.9 6.3 78.9 10.9
25 Sulawesi Tengah 6.5 9.0 77.0 7.5
26 Sulawesi Selatan 5.7 8.0 75.9 10.4
27 Sulawesi Tenggara 5.4 9.2 74.9 10.4
28 Gorontalo 8.3 8.4 76.6 6.8
29 Sulawesi Barat 8.7 8.1 70.8 12.4
30 Maluku 7.5 9.7 68.4 14.5
31 Maluku Utara 3.8 11.1 72.3 12.8
32 Papua Barat 6.5 9.9 75.0 8.6
33 Papua 5.4 7.0 77.1 10.5
Indonesia 6.2 7.4 74.1 12.2
*) BB/ TB= Berat Badan menurut Tinggi
Sumber: Riskesdas tahun 2007
Lampiran 3.34
PREVALENSI KURUS DAN BERAT BADAN LEBIH ANAK UMUR 6 14 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN
PER PROVINSI TAHUN 2007
Laki laki Perempuan
No Provinsi
Kurus BB Lebih Kurus BB Lebih
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 14.20 13.80 12.40 12.00
2 Sumatera Utara 12.40 14.90 9.70 11.80
3 Sumatera Barat 13.70 6.40 10.50 5.10
4 Riau 15.40 15.10 13.90 9.20
5 Jambi 13.40 12.00 13.70 7.50
6 Sumatera Selatan 14.90 16.00 13.80 11.00
7 Bengkulu 11.00 14.20 8.70 8.50
8 Lampung 12.60 11.60 11.10 8.30
9 Kepulauan Bangka Belitung 10.50 9.70 9.30 6.50
10 Kepulauan Riau 12.20 10.30 10.00 9.50
11 DKI Jakarta 14.90 12.00 10.60 8.40
12 Jawa Barat 10.90 7.40 8.30 4.60
13 Jawa Tengah 13.40 6.60 11.30 4.60
14 DI Yogyakarta 12.30 7.60 9.70 4.80
15 Jawa Timur 12.60 11.10 10.80 6.50
16 Banten 15.90 9.10 14.30 6.10
17 Bali 8.30 11.80 6.90 8.50
18 Nusa Tenggara Barat 17.10 9.30 10.70 6.30
19 Nusa Tenggara Timur 23.10 4.60 19.10 3.20
20 Kalimantan Barat 17.40 10.40 11.80 6.80
21 Kalimantan Tengah 16.90 9.70 15.20 6.30
22 Kalimantan Selatan 15.80 7.60 13.80 4.80
23 Kalimantan Timur 12.70 11.40 10.70 8.00
24 Sulawesi Utara 9.60 9.20 7.40 8.00
25 Sulawesi Tengah 12.20 5.60 9.80 4.00
26 Sulawesi Selatan 15.50 7.40 13.40 4.80
27 Sulawesi Tenggara 14.50 6.20 11.50 4.50
28 Gorontalo 13.10 6.10 10.40 3.50
29 Sulawesi Barat 12.20 7.50 11.90 6.20
30 Maluku 18.40 7.80 12.90 6.80
31 Maluku Utara 13.20 10.00 10.70 6.10
32 Papua Barat 12.80 6.20 9.20 4.20
33 Papua 10.90 12.70 7.40 9.80
Indonesia 13.30 9.50 10.90 6.40
Sumber: Riskesdas tahun 2007
Lampiran 3.35
PERSENTASE STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (15 TAHUN KE ATAS) MENURUT INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PER PROVINSI
TAHUN 2007
Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
No Provinsi
Kurus Normal BB Lebih Obese
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 13.60 69.80 7.90 8.70
2 Sumatera Utara 9.30 69.90 10.70 10.20
3 Sumatera Barat 15.90 67.80 7.90 8.40
4 Riau 12.10 69.30 9.30 9.40
5 Jambi 15.20 70.10 7.10 7.60
6 Sumatera Selatan 14.90 73.60 6.50 4.90
7 Bengkulu 12.30 72.50 7.40 7.80
8 Lampung 14.70 70.30 7.70 7.30
9 Kepulauan Bangka Belitung 11.70 66.20 10.40 11.80
10 Kepulauan Riau 9.70 67.50 11.20 11.60
11 DKI Jakarta 12.50 60.60 11.90 15.00
12 Jawa Barat 14.60 63.30 9.30 12.80
13 Jawa Tengah 17.00 65.90 8.00 9.00
14 DI Yogyakarta 17.60 63.70 8.50 10.20
15 Jawa Timur 15.10 64.50 9.10 11.30
16 Banten 16.40 67.00 8.10 8.50
17 Bali 11.80 68.80 9.40 10.00
18 Nusa Tenggara Barat 17.90 68.20 6.70 7.10
19 Nusa Tenggara Timur 23.10 66.70 5.10 5.10
20 Kalimantan Barat 16.00 71.00 6.60 6.40
21 Kalimantan Tengah 14.00 70.80 7.50 7.70
22 Kalimantan Selatan 18.90 64.40 7.80 8.90
23 Kalimantan Timur 9.80 66.70 11.60 11.90
24 Sulawesi Utara 6.50 60.30 14.10 19.10
25 Sulawesi Tengah 12.60 66.70 9.20 11.50
26 Sulawesi Selatan 16.50 67.20 7.90 8.40
27 Sulawesi Tenggara 13.70 71.20 7.20 7.90
28 Gorontalo 11.40 62.30 11.20 15.10
29 Sulawesi Barat 13.60 72.10 7.30 7.00
30 Maluku 15.00 68.40 7.20 9.40
31 Maluku Utara 10.60 64.90 10.10 14.30
32 Papua Barat 12.80 64.20 9.60 13.40
33 Papua 10.20 67.50 9.70 12.70
Indonesia 14.80 66.10 8.80 10.30
Sumber: Riskesdas tahun 2007
Lampiran 3.36
PREVALENSI RISIKO KEK PENDUDUK WANITA UMUR 15 45 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Indonesia 13.60
Sumber: Riskesdas tahun 2007
Lampiran 3.37
PERSENTASE BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR 12 BULAN TERAKHIR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Berat badan bayi lahir (gram)
No Provinsi
< 2.500 2.500 3.999 >= 4.000
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 11.5 82.7 5.8
2 Sumatera Utara 8.5 83.8 7.7
3 Sumatera Barat 8.3 82.3 9.4
4 Riau 7.6 84.9 7.6
5 Jambi 7.5 84.1 8.4
6 Sumatera Selatan 19.5 77.3 3.2
7 Bengkulu 8.9 83.6 7.5
8 Lampung 10.3 83.4 6.3
9 Kep. Bangka Belitung 13.5 80.7 5.8
10 Kepulauan Riau 8.0 88.9 3.0
11 DKI Jakarta 10.6 86.4 3.0
12 Jawa Barat 11.8 80.9 7.3
13 Jawa Tengah 9.8 84.5 5.7
14 DI Yogyakarta 14.9 85.1 0.0
15 Jawa Timur 10.2 85.6 4.2
16 Banten 17.5 78.8 3.7
17 Bali 5.8 88.1 6.2
18 Nusa Tenggara Barat 12.8 75.5 11.7
19 Nusa Tenggara Timur 20.3 74.0 5.7
20 Kalimantan Barat 16.6 80.6 2.8
21 Kalimantan Tengah 16.2 80.8 2.9
22 Kalimantan Selatan 12.4 82.0 5.5
23 Kalimantan Timur 11.5 84.0 4.5
24 Sulawesi Utara 7.9 83.5 8.7
25 Sulawesi Tengah 15.7 75.3 9.1
26 Sulawesi Selatan 14.5 77.1 8.4
27 Sulawesi Tenggara 11.1 78.7 10.2
28 Gorontalo 8.6 69.9 21.5
29 Sulawesi Barat 7.2 83.1 9.6
30 Maluku 15.7 74.5 9.8
31 Maluku Utara 10.3 87.2 2.6
32 Papua Barat 23.8 71.4 4.8
33 Papua 27.0 67.8 5.2
J u m l a h 11.5 82.2 6.3
Sumber : Riskesdas Indonesia Tahun 2007
Lampiran 3.38
PREVALENSI FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI
TAHUN 2008
2008 Notes
No Provinsi Populasi 2008 Total
Infectious Non Infectious District
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 4,363,500 0 0 0 23
2 Sumatera Utara 12,914,600 0 0 0 28
3 Sumatera Barat 4,555,800 0 0 0 7
4 Riau 4813653
5 Jambi 2,784,271
6 Sumatera Selatan 7,019,964 0 2 2 15
7 Bengkulu 1,753,716
8 Lampung 7,804,587 0 0 0 10
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,106,657
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta 3,430,640
15 Jawa Timur 37,436,154 17 2 19 7
16 Banten 6 0 6 1
17 Bali 3,320,715 0 0 0 9
18 Nusa Tenggara Barat 4,257,306 0 0 0 9
19 Nusa Tenggara Timur 4,387,146 2245 1950 4195 20
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur 2,936,388
24 Sulawesi Utara 3,287,185
25 Sulawesi Tengah 2,419,815 16 22 38 2
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara 2,143,000 2 25 27 2
28 Gorontalo 1,629,000
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 9,551,402 795 237 1032 8
31 Maluku Utara
32 Papua 2,213,997 385 222 607 9
33 Papua Barat 748,159
Indonesia 124,877,655 3,466 2,460 5,926 150
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 3.39
RAWAT JALAN JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI
KONDISI KESEHATAN TAHUN 2006 2008
Sumber : Siskohat Kesehatan, 2008
Lampiran 3.40
JUMLAH HAJI INDONESIA
POLA PENYAKIT PEMERIKSAAN KESEHATAN DI EMBARKASI TAHUN 2006 2008
1 Penyakit Menular 0 0
Gangguan kardiovaskuler/
2 367 56.7 252 54.5 292 65.5
pembuluh darah p. paru saluran napas
Golongan Jenis Kelamin
No Total Rate/1.000
Umur Lakilaki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 < 40 1 2 3 0
Sumber : Siskohat Kesehatan, 2008
Lampiran 4.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4 PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN DAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Ibu Hamil Ibu Bersalin
No Provinsi % KN2
Jumlah K1 % K1 K4 % K4 Jumlah Ditolong Nakes % Ditolong Nakes
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 112,202 96,524 86.03 88,161 78.57 106,201 89,913 84.66 75.07
2 Sumatera Utara 325,745 316,548 97.18 307,943 94.53 305,372 259,947 85.12 74.10
3 Sumatera Barat 116,707 105,101 90.06 99,808 85.52 111,323 93,012 83.55 83.60
4 Riau 143,234 134,439 93.86 122,494 85.52 136,530 105,086 76.97 80.97
5 Jambi 74,754 68,910 92.18 62,500 83.61 69,985 60,125 85.91 80.59
6 Sumatera Selatan 182,523 177,376 97.18 152,604 83.61 175,506 152,532 86.91 83.61
7 Bengkulu 48,177 42,872 88.99 38,728 80.39 46,010 35,247 76.61 77.85
8 Lampung 185,853 171,555 92.31 157,043 84.50 177,405 139,516 78.64 79.01
9 Kepulauan Bangka Belitung 27,785 26,050 93.76 24,103 86.75 26,525 22,517 84.89 91.77
10 Kepulauan Riau 42,074 38,279 90.98 33,345 79.25 39,325 36,441 92.67 85.46
11 DKI Jakarta 209,790 209,790 100.00 200,935 95.78 201,090 175,431 87.24 92.75
12 Jawa Barat 1,033,581 915,029 88.53 989,953 95.78 986,603 701,277 71.08 80.68
13 Jawa Tengah 623,232 564,806 90.63 540,165 86.67 593,950 502,079 84.53 94.45
14 DI Yogyakarta 48,519 48,173 99.29 45,506 93.79 47,068 44,456 94.45 111.47
15 Jawa Timur 675,241 658,394 97.51 557,313 82.54 620,045 557,807 89.96 90.13
16 Banten 248,029 237,195 95.63 187,773 75.71 224,605 161,030 71.69 81.11
17 Bali 66,174 63,858 96.50 62,059 93.78 63,219 61,775 97.72 97.63
18 Nusa Tenggara Barat 111,957 110,260 98.48 104,994 93.78 107,131 90,172 84.17 86.52
19 Nusa Tenggara Timur 127,661 113,417 88.84 114,262 89.50 121,854 94,546 77.59 80.03
20 Kalimantan Barat 106,815 98,029 91.77 72,413 67.79 101,891 76,913 75.49 76.75
21 Kalimantan Tengah 58,006 51,428 88.66 48,867 84.24 53,856 40,055 74.37 78.45
22 Kalimantan Selatan 81,696 74,375 91.04 63,652 77.91 77,564 63,705 82.13 86.44
23 Kalimantan Timur 81,649 76,962 94.26 63,615 77.91 77,135 58,021 75.22 82.43
24 Sulawesi Utara 50,912 45,589 89.54 38,313 75.25 47,186 34,695 73.53 58.64
25 Sulawesi Tengah 59,902 50,885 84.95 43,993 73.44 59,641 47,316 79.33 83.28
26 Sulawesi Selatan 174,766 171,935 98.38 145,443 83.22 183,803 138,995 75.62 73.39
27 Sulawesi Tenggara 44,985 37,378 83.09 33,840 75.23 44,757 34,102 76.19 74.89
28 Gorontalo 26,694 23,933 89.66 22,035 82.55 25,413 22,117 87.03 75.40
29 Sulawesi Barat 27,798 23,768 85.50 17,796 64.02 19,255 12,625 65.57 53.23
30 Maluku 36,287 32,488 89.53 23,231 64.02 34,437 23,813 69.15 68.33
31 Maluku Utara 24,634 20,580 83.54 16,793 68.17 23,608 13,848 58.66 65.60
32 Papua Barat 17,141 12,766 74.48 11,685 68.17 16,362 9,834 60.10 37.76
33 Papua 45,928 36,692 79.89 17,664 38.46 43,840 19,935 45.47 33.79
Indonesia 5,240,451 4,855,384 92.65 4,509,029 86.04 4,968,495 3,978,883 80.08 78.04
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 4.2
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN PERTAMA DAN PROVINSI
TAHUN 2008
Perkotaan + Perdesaan
Penolong kelahiran pertama
No Provinsi
Dokter Bidan Tenaga Medis Lain D u k u n Famili Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
PROPORSI WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI TAHUN 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1.16 0.62 2.30 67.00 0.90 26.13 0.54 1.35 100.00
2 Sumatera Utara 5.41 0.84 5.07 47.59 4.46 31.98 1.39 0.26 3.01 100.00
3 Sumatera Barat 2.47 0.82 8.63 59.04 7.81 18.75 0.98 0.17 1.32 100.00
4 Riau 1.99 0.85 4.10 60.46 2.89 26.77 1.34 0.25 1.35 100.00
5 Jambi 1.11 0.65 3.03 60.03 4.38 30.01 0.41 0.05 0.33 100.00
6 Sumatera Selatan 1.83 1.08 2.11 68.76 7.36 17.52 0.60 0.10 0.64 100.00
7 Bengkulu 1.51 0.73 4.07 64.32 8.80 18.74 0.80 0.14 0.87 100.00
8 Lampung 1.39 1.11 3.66 65.81 5.91 20.83 0.34 0.19 0.78 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 0.90 0.62 1.79 56.00 2.26 36.08 1.31 0.05 0.99 100.00
10 Kepulauan Riau 0.82 0.56 5.54 48.76 2.07 39.05 1.03 0.05 2.11 100.00
11 DKI Jakarta 2.35 0.61 11.85 56.67 2.51 23.43 1.34 0.17 1.07 100.00
12 Jawa Barat 1.87 1.07 7.80 56.92 2.60 28.82 0.49 0.10 0.34 100.00
13 Jawa Tengah 5.48 1.32 6.59 65.01 5.74 14.09 0.98 0.06 0.73 100.00
14 DI Yogyakarta 4.73 0.81 21.56 48.00 4.71 13.67 3.20 0.29 3.02 100.00
15 Jawa Timur 5.10 0.96 8.28 57.81 3.79 22.60 0.53 0.08 0.85 100.00
16 Banten 1.83 0.68 5.03 68.93 3.16 18.99 0.97 0.41 100.00
17 Bali 5.20 1.33 35.35 42.39 0.98 12.58 0.95 0.17 1.05 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 1.80 0.76 8.26 66.91 7.64 13.95 0.30 0.07 0.32 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 1.73 1.06 8.74 62.72 5.88 15.65 0.27 3.94 100.00
20 Kalimantan Barat 1.50 0.45 1.93 64.32 1.36 28.91 0.45 1.08 100.00
21 Kalimantan Tengah 0.74 0.34 0.95 53.57 4.04 39.34 0.32 0.03 0.66 100.00
22 Kalimantan Selatan 1.80 0.70 1.66 45.35 3.73 45.65 0.76 0.02 0.34 100.00
23 Kalimantan Timur 1.25 0.62 6.38 46.94 2.82 40.14 1.02 0.19 0.65 100.00
24 Sulawesi Utara 1.60 0.78 6.88 45.63 9.74 34.00 0.22 0.17 0.98 100.00
25 Sulawesi Tengah 1.57 0.57 4.24 46.44 5.92 39.82 0.19 0.05 1.19 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.94 0.48 2.78 58.79 5.09 30.17 0.39 1.35 100.00
27 Sulawesi Tenggara 1.12 0.80 2.36 46.13 8.00 38.95 0.30 0.14 2.19 100.00
28 Gorontalo 0.99 0.97 10.00 38.21 15.27 33.31 0.28 0.08 0.90 100.00
29 Sulawesi Barat 1.13 0.11 2.81 51.74 4.51 38.41 0.19 1.10 100.00
30 Maluku 2.51 0.75 3.97 68.47 6.92 15.70 0.20 1.48 100.00
31 Maluku Utara 0.75 0.32 1.29 64.85 9.51 20.30 0.05 0.10 2.82 100.00
32 Papua Barat 1.20 1.40 1.54 54.19 3.31 34.74 0.20 0.00 3.41 100.00
33 Papua 0.94 0.45 2.77 34.67 4.27 16.98 0.57 0.21 39.14 100.00
Indonesia 3.12 0.94 7.07 58.74 4.27 23.95 0.73 0.10 1.08 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2008 `
Lampiran 4.9.a
PERSENTASE WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2008
Perkotaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No Provinsi MOW/ MOP/ Intravagina/ Alat/Cara
AKDR/IUD Suntikan Susuk KB Pil Kondom Jumlah
Tubektomi Vasektomi tissue Tradisional
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2.05 0.73 5.31 61.32 0.62 27.77 0.88 0.00 1.32 100.00
2 Sumatera Utara 4.71 0.96 6.71 43.11 4.17 34.30 2.07 0.24 3.74 100.00
3 Sumatera Barat 4.33 1.14 16.18 49.93 4.24 20.30 1.34 0.32 2.20 100.00
4 Riau 3.51 1.29 7.02 58.94 2.72 21.51 2.24 0.33 2.44 100.00
5 Jambi 1.86 1.14 3.82 53.35 2.29 36.05 1.05 0.00 0.44 100.00
6 Sumatera Selatan 3.50 1.53 3.35 62.11 4.02 22.11 1.38 0.16 1.83 100.00
7 Bengkulu 2.13 0.80 7.94 55.28 7.36 22.41 1.86 0.37 1.84 100.00
8 Lampung 1.60 0.54 6.12 66.03 5.13 19.36 0.30 0.28 0.63 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 1.28 0.90 2.72 52.58 2.39 36.49 2.22 0.11 1.31 100.00
10 Kepulauan Riau 1.70 0.79 7.70 46.71 2.90 37.34 2.06 0.10 0.68 100.00
11 DKI Jakarta 2.35 0.61 11.85 56.67 2.51 23.43 1.34 0.17 1.07 100.00
12 Jawa Barat 2.10 0.98 11.14 52.70 2.20 29.44 0.79 0.11 0.54 100.00
13 Jawa Tengah 5.68 0.95 8.57 63.03 4.08 14.62 1.72 0.12 1.23 100.00
14 DI Yogyakarta 5.44 1.17 24.59 43.55 4.19 12.08 4.59 0.20 4.20 100.00
15 Jawa Timur 6.16 0.99 10.15 52.90 2.96 24.56 0.99 0.13 1.17 100.00
16 Banten 2.06 0.65 7.09 64.23 2.60 21.33 1.46 0.00 0.59 100.00
17 Bali 6.10 1.12 33.22 41.05 0.74 14.31 1.43 0.28 1.75 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 2.17 1.25 11.28 64.87 5.88 13.46 0.68 0.12 0.29 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 2.90 1.44 19.48 44.22 4.21 20.31 0.82 6.62 100.00
20 Kalimantan Barat 2.71 0.41 5.07 53.60 1.07 33.26 1.52 2.36 100.00
21 Kalimantan Tengah 1.11 0.36 1.27 52.18 2.09 41.26 0.85 0.04 0.85 100.00
22 Kalimantan Selatan 3.11 0.88 2.99 41.87 2.99 46.43 1.20 0.00 0.52 100.00
23 Kalimantan Timur 1.61 0.59 8.81 45.96 2.43 38.26 1.41 0.16 0.77 100.00
24 Sulawesi Utara 2.22 0.86 7.93 47.96 6.66 32.39 0.39 0.34 1.25 100.00
25 Sulawesi Tengah 1.95 0.58 8.25 43.98 2.86 39.32 0.97 2.09 100.00
26 Sulawesi Selatan 1.22 0.26 5.95 56.82 3.05 30.15 0.65 1.91 100.00
27 Sulawesi Tenggara 1.82 1.32 6.20 38.09 7.76 41.33 1.24 2.25 100.00
28 Gorontalo 1.23 0.99 17.39 35.64 8.87 34.74 0.45 0.69 100.00
29 Sulawesi Barat 2.53 0.00 4.01 57.41 4.32 29.80 1.93 100.00
30 Maluku 3.84 0.25 5.45 67.52 0.87 20.49 1.59 100.00
31 Maluku Utara 0.96 0.85 2.16 66.26 4.77 22.32 2.69 100.00
32 Papua Barat 0.68 2.83 4.40 56.57 2.67 30.68 0.68 1.49 100.00
33 Papua 1.07 0.77 5.29 47.36 7.63 31.91 1.49 0.80 3.68 100.00
Indonesia 3.65 0.92 9.96 54.92 3.07 24.89 1.25 0.13 1.21 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2008 `
Lampiran 4.9.b
PERSENTASE WANITA BERUMUR 1549 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2008
Perdesaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No Provinsi MOW/ MOP/ Intravagina/ Alat/Cara
AKDR/IUD Suntikan Susuk KB Pil Kondom Jumlah
Tubektomi Vasektomi tissue Tradisional
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
16 Nanggroe Aceh Darussalam 0.76 0.56 0.91 69.61 1.03 25.37 0.39 1.36 100.00
2 Sumatera Utara 6.04 0.74 3.57 51.68 4.72 29.86 0.76 0.28 2.34 100.00
3 Sumatera Barat 1.56 0.66 4.89 63.54 9.57 17.99 0.80 0.10 0.89 100.00
4 Riau 0.75 0.50 1.71 61.71 3.03 31.06 0.59 0.18 0.46 100.00
5 Jambi 0.81 0.45 2.71 62.67 5.22 27.62 0.16 0.07 0.29 100.00
6 Sumatera Selatan 1.00 0.86 1.50 72.04 9.01 15.26 0.22 0.07 0.05 100.00
7 Bengkulu 1.22 0.70 2.29 68.48 9.46 17.06 0.32 0.04 0.43 100.00
8 Lampung 1.32 1.29 2.87 65.74 6.16 21.29 0.35 0.16 0.82 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 0.58 0.39 1.02 58.84 2.15 35.75 0.56 0.71 100.00
10 Kepulauan Riau 0.00 0.35 3.52 50.69 1.28 40.65 0.07 3.45 100.00
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 1.56 1.19 3.11 62.85 3.15 27.94 0.06 0.08 0.06 100.00
13 Jawa Tengah 5.32 1.61 5.04 66.57 7.04 13.67 0.40 0.01 0.34 100.00
14 DI Yogyakarta 3.72 0.30 17.20 54.40 5.47 15.97 1.20 0.42 1.34 100.00
15 Jawa Timur 4.13 0.93 6.57 62.32 4.55 20.80 0.10 0.04 0.55 100.00
16 Banten 1.43 0.73 1.51 76.97 4.14 14.97 0.14 0.10 100.00
17 Bali 4.12 1.57 37.90 44.00 1.26 10.52 0.37 0.04 0.21 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 1.53 0.40 6.05 68.40 8.93 14.31 0.01 0.03 0.34 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 1.46 0.97 6.28 66.97 6.26 14.58 0.15 3.33 100.00
20 Kalimantan Barat 1.15 0.46 1.00 67.48 1.44 27.62 0.14 0.70 100.00
21 Kalimantan Tengah 0.57 0.34 0.80 54.23 4.97 38.43 0.07 0.03 0.57 100.00
22 Kalimantan Selatan 0.95 0.58 0.79 47.61 4.21 45.15 0.47 0.03 0.21 100.00
23 Kalimantan Timur 0.70 0.66 2.71 48.41 3.40 42.97 0.45 0.23 0.46 100.00
24 Sulawesi Utara 1.19 0.73 6.19 44.10 11.77 35.05 0.11 0.06 0.80 100.00
25 Sulawesi Tengah 1.49 0.56 3.40 46.96 6.57 39.92 0.03 0.07 1.00 100.00
26 Sulawesi Selatan 0.81 0.58 1.33 59.69 6.04 30.19 0.28 0.00 1.09 100.00
27 Sulawesi Tenggara 0.94 0.67 1.38 48.19 8.06 38.34 0.06 0.18 2.18 100.00
28 Gorontalo 0.91 0.96 7.46 39.09 17.47 32.81 0.22 0.11 0.96 100.00
29 Sulawesi Barat 0.62 0.16 2.38 49.69 4.57 41.53 0.26 0.80 100.00
30 Maluku 1.94 0.97 3.34 68.87 9.50 13.66 0.29 1.43 100.00
31 Maluku Utara 0.65 0.08 0.88 64.19 11.76 19.34 0.08 0.15 2.89 100.00
32 Papua Barat 1.42 0.80 0.34 53.19 3.59 36.44 4.22 100.00
33 Papua 0.90 0.34 1.89 30.24 3.10 11.77 0.25 51.51 100.00
Indonesia 2.64 0.97 4.48 62.16 5.35 23.12 0.26 0.07 0.96 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2008 `
Lampiran 4.10
HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2008
M e t o d a K o n t r a s e p s i
No Provinsi
IUD % MOW % MOP % Kondom % Implant % Suntikan % Pil % Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,686 1.27 302 0.23 5 0.00 9,429 7.12 2,102 1.59 63,849 48.19 55,113 41.60 132,486
2 Sumatera Utara 15,332 5.50 7,466 2.68 491 0.18 21,670 7.77 19,674 7.06 111,605 40.02 102,620 36.80 278,858
3 Sumatera Barat 5,226 4.29 936 0.77 133 0.11 5,379 4.42 17,503 14.37 66,242 54.39 26,373 21.65 121,792
4 Riau 2,165 1.45 566 0.38 10 0.01 4,173 2.79 8,511 5.69 82,550 55.15 51,701 34.54 149,676
5 Jambi 1,904 1.67 204 0.18 58 0.05 2,490 2.18 9,484 8.30 61,600 53.92 38,511 33.71 114,251
6 Sumatera Selatan 2,297 0.65 1,348 0.38 296 0.08 16,684 4.71 29,086 8.20 174,457 49.20 130,414 36.78 354,582
7 Bengkulu 1,314 1.42 588 0.63 77 0.08 16,245 17.51 8,448 9.11 38,278 41.27 27,805 29.98 92,755
8 Lampung 8,285 2.42 647 0.19 647 0.19 12,690 3.71 20,713 6.05 162,055 47.35 137,238 40.10 342,275
9 Kepulauan Bangka Belitung 340 0.92 149 0.40 3 0.01 2,147 5.80 1,865 5.04 19,761 53.39 12,748 34.44 37,013
10 Kepulauan Riau 732 2.23 59 0.18 21 0.06 2,481 7.54 1,116 3.39 15,801 48.04 12,681 38.55 32,891
11 DKI Jakarta 25,203 7.42 1,565 0.46 820 0.24 7,894 2.32 9,682 2.85 179,967 52.96 114,702 33.75 339,833
12 Jawa Barat 109,698 7.65 18,839 1.31 2,823 0.20 21,132 1.47 59,937 4.18 781,510 54.51 439,705 30.67 1,433,644
13 Jawa Tengah 25,461 3.13 1,747 0.21 1,541 0.19 28,176 3.46 84,364 10.36 530,903 65.17 142,441 17.49 814,633
14 DI Yogyakarta 6,967 8.49 1,510 1.84 258 0.31 2,250 2.74 3,576 4.36 23,863 29.09 43,608 53.16 82,032
15 Jawa Timur 48,606 4.93 11,823 1.20 1,630 0.17 13,706 1.39 56,813 5.76 616,434 62.54 236,730 24.02 985,742
16 Banten 6,316 2.58 1,072 0.44 222 0.09 4,691 1.92 1,407 0.58 143,715 58.75 87,185 35.64 244,608
17 Bali 10,656 19.21 1,128 2.03 113 0.20 1,865 3.36 1,255 2.26 33,447 60.30 7,000 12.62 55,464
18 Nusa Tenggara Barat 5,920 4.10 981 0.68 82 0.06 2,319 1.60 13,658 9.45 93,494 64.68 28,103 19.44 144,557
19 Nusa Tenggara Timur 2,730 3.46 1,483 1.88 145 0.18 2,337 2.97 9,023 11.45 49,576 62.92 13,495 17.13 78,789
20 Kalimantan Barat 1,664 1.54 591 0.55 58 0.05 2,647 2.45 3,904 3.61 57,169 52.87 42,101 38.93 108,134
21 Kalimantan Tengah 326 0.48 256 0.38 58 0.09 1,633 2.43 4,569 6.79 35,826 53.25 24,617 36.59 67,285
22 Kalimantan Selatan 1,235 1.05 1,680 1.43 46 0.04 3,213 2.73 5,766 4.90 55,932 47.55 49,765 42.30 117,637
23 Kalimantan Timur 2,938 3.93 632 0.85 51 0.07 2,584 3.46 3,113 4.17 39,555 52.97 25,801 34.55 74,674
24 Sulawesi Utara 3,262 4.43 600 0.81 444 0.60 3,053 4.15 7,777 10.56 36,320 49.32 22,181 30.12 73,637
25 Sulawesi Tengah 1,241 1.91 408 0.63 151 0.23 1,957 3.02 5,262 8.11 29,549 45.54 26,319 40.56 64,887
26 Sulawesi Selatan 3,777 1.49 1,680 0.66 45 0.02 16,684 6.59 18,773 7.41 118,563 46.81 93,790 37.03 253,312
27 Sulawesi Tenggara 463 0.86 338 0.63 120 0.22 2,940 5.44 5,227 9.67 22,779 42.14 22,184 41.04 54,051
28 Gorontalo 2,432 7.56 293 0.91 115 0.36 492 1.53 4,120 12.81 15,000 46.64 9,709 30.19 32,161
29 Sulawesi Barat 256 0.91 117 0.42 19 0.07 2,270 8.07 2,303 8.19 12,754 45.34 10,411 37.01 28,130
30 Maluku 432 0.95 318 0.70 35 0.08 3,689 8.09 4,627 10.15 21,511 47.19 14,974 32.85 45,586
31 Maluku Utara 164 0.64 112 0.44 42 0.16 675 2.63 3,782 14.76 12,828 50.06 8,023 31.31 25,626
32 Papua Barat 50 0.38 68 0.51 18 0.14 1,206 9.12 650 4.92 7,021 53.11 4,206 31.82 13,219
33 Papua 241 0.96 508 2.03 11 0.04 2,410 9.63 2,136 8.54 13,415 53.61 6,303 25.19 25,024
Indonesia 299,319 4.39 60,014 0.88 10,588 0.16 223,211 3.27 430,226 6.31 3,727,329 54.66 2,068,557 30.33 6,819,244
Sumber: BKKBN, 2009
Lampiran 4.11
JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2008
Klinik KB
Dokter Praktek Swasta Bidan Praktek Swasta Jumlah
No Provinsi Pemerintah Swasta
Peserta % Peserta % Peserta % Peserta % Peserta %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 91,732 69.24 5,655 4.27 3,122 2.36 31,974 24.13 132,483 100.00
2 Sumatera Utara 220,055 78.91 23,251 8.34 3,885 1.39 31,667 11.36 278,858 100.00
3 Sumatera Barat 79,713 78.46 802 0.79 1,967 1.94 19,110 18.81 101,592 100.00
4 Riau 77,263 51.62 1,641 1.10 4,248 2.84 66,524 44.45 149,676 100.00
5 Jambi 74,118 64.87 434 0.38 4,395 3.85 35,304 30.90 114,251 100.00
6 Sumatera Selatan 245,198 69.24 25,493 7.20 6,831 1.93 76,621 21.64 354,143 100.00
7 Bengkulu 58,039 72.37 439 0.55 2,037 2.54 19,685 24.54 80,200 100.00
8 Lampung 210,613 61.54 11,400 3.33 8,717 2.55 111,531 32.59 342,261 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 23,787 64.27 412 1.11 250 0.68 12,564 33.94 37,013 100.00
10 Kepulauan Riau 17,176 52.22 457 1.39 1,780 5.41 13,478 40.98 32,891 100.00
11 DKI Jakarta 125,116 36.82 18,320 5.39 36,559 10.76 159,839 47.03 339,834 100.00
12 Jawa Barat 812,696 57.49 101,359 7.17 30,458 2.15 469,131 33.19 1,413,644 100.00
13 Jawa Tengah 413,294 49.77 44,803 5.40 28,396 3.42 343,857 41.41 830,350 100.00
14 DI Yogyakarta 17,064 39.15 6,888 15.80 648 1.49 18,988 43.56 43,588 100.00
15 Jawa Timur 560,163 56.83 29,986 3.04 20,922 2.12 374,673 38.01 985,744 100.00
16 Banten 156,748 60.93 4,647 1.81 10,319 4.01 85,561 33.26 257,275 100.00
17 Bali 22,482 40.53 220 0.40 1,623 2.93 31,139 56.14 55,464 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 125,918 87.77 2,255 1.57 11 0.01 15,277 10.65 143,461 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 76,541 97.14 525 0.67 477 0.61 1,251 1.59 78,794 100.00
20 Kalimantan Barat 63,747 58.95 4,126 3.82 6,645 6.15 33,616 31.09 108,134 100.00
21 Kalimantan Tengah 52,433 77.93 2,549 3.79 712 1.06 11,586 17.22 67,280 100.00
22 Kalimantan Selatan 76,865 65.44 3,169 2.70 1,664 1.42 35,761 30.45 117,459 100.00
23 Kalimantan Timur 41,878 56.08 5,572 7.46 2,975 3.98 24,249 32.47 74,674 100.00
24 Sulawesi Utara 46,450 63.08 8,151 11.07 5,580 7.58 13,456 18.27 73,637 100.00
25 Sulawesi Tengah 58,953 90.84 2,141 3.30 364 0.56 3,439 5.30 64,897 100.00
26 Sulawesi Selatan 216,831 85.63 2,515 0.99 3,301 1.30 30,566 12.07 253,213 100.00
27 Sulawesi Tenggara 47,610 88.08 281 0.52 650 1.20 5,510 10.19 54,051 100.00
28 Gorontalo 25,250 78.51 1,548 4.81 473 1.47 4,890 15.20 32,161 100.00
29 Sulawesi Barat 32,450 87.40 45 0.12 320 0.86 4,314 11.62 37,129 100.00
30 Maluku 21,641 86.47 1,677 6.70 498 1.99 1,211 4.84 25,027 100.00
31 Maluku Utara 21,795 85.05 1,461 5.70 229 0.89 2,141 8.35 25,626 100.00
32 Papua Barat 12,231 92.53 183 1.38 59 0.45 745 5.64 13,218 100.00
33 Papua 21,641 86.48 1,677 6.70 495 1.98 1,211 4.84 25,024 100.00
Indonesia 4,147,491 61.51 314,082 4.66 190,610 2.83 2,090,869 31.01 6,743,052 100.00
Sumber: BKKBN, 2009
Lampiran 4.12
PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2006 2008
I m u n i s a s i B a y i
No Provinsi Sasaran BCG DPT/HB(1) DPT/HB(2) DPT/HB(3) Polio1 Polio2 Polio3 Polio4 Campak
DO
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 107,209 85,457 79.7 86,555 80.7 82,779 77.2 76,723 71.6 94,638 88.3 87,563 81.7 81,860 76.4 77,563 72.3 75,135 70.1 13.2
2 Sumatera Utara 318,623 299,617 94.0 302,320 94.9 289,852 91.0 286,109 89.8 310,678 97.5 296,959 93.2 290,368 91.1 285,658 89.7 289,052 90.7 4.4
3 Sumatera Barat 106,599 94,907 89.0 95,637 89.7 94,510 88.7 90,601 85.0 99,627 93.5 94,467 88.6 90,532 84.9 86,505 81.1 88,193 82.7 7.8
4 Riau 132,406 118,671 89.6 128,029 96.7 124,293 93.9 121,876 92.0 128,563 97.1 125,427 94.7 121,972 92.1 118,394 89.4 119,296 90.1 6.8
5 Jambi 68,279 65,991 96.6 68,312 100.0 66,710 97.7 65,418 95.8 67,842 99.4 66,724 97.7 65,519 96.0 65,635 96.1 64,583 94.6 5.5
6 Sumatera Selatan 171,818 160,851 93.6 163,209 95.0 158,701 92.4 156,994 91.4 166,343 96.8 162,415 94.5 159,977 93.1 156,675 91.2 155,557 90.5 4.7
7 Bengkulu 40,783 37,971 93.1 37,817 92.7 36,965 90.6 35,731 87.6 39,296 96.4 37,368 91.6 35,936 88.1 34,301 84.1 35,966 88.2 4.9
8 Lampung 174,794 147,637 84.5 153,657 87.9 150,575 86.1 149,336 85.4 155,634 89.0 151,808 86.8 149,954 85.8 147,063 84.1 149,510 85.5 2.7
9 Kepulauan Bangka Belitung 25,259 23,418 92.7 23,962 94.9 23,487 93.0 22,557 89.3 24,032 95.1 23,589 93.4 22,827 90.4 22,525 89.2 22,210 87.9 7.3
10 Kepulauan Riau 36,990 33,382 90.2 35,687 96.5 36,300 98.1 35,502 96.0 34,759 94.0 35,214 95.2 34,645 93.7 32,855 88.8 32,278 87.3 9.6
11 DKI Jakarta 192,563 210,214 109.2 218,718 113.6 211,584 109.9 206,427 107.2 222,548 115.6 211,291 109.7 206,944 107.5 195,953 101.8 200,861 104.3 8.2
12 Jawa Barat 939,620 819,577 87.2 866,852 92.3 840,212 89.4 825,534 87.9 887,447 94.4 851,802 90.7 833,199 88.7 815,329 86.8 825,984 87.9 4.7
13 Jawa Tengah 580,171 602,470 103.8 594,711 102.5 582,218 100.4 579,613 99.9 612,877 105.6 588,812 101.5 582,332 100.4 576,847 99.4 575,860 99.3 3.2
14 DI Yogyakarta 44,766 49,394 110.3 44,221 98.8 43,563 97.3 42,521 95.0 45,631 101.9 44,999 100.5 43,000 96.1 37,507 83.8 44,555 99.5 (0.8)
15 Jawa Timur 610,279 611,965 100.3 615,502 100.9 607,188 99.5 597,787 98.0 628,116 102.9 613,854 100.6 604,509 99.1 592,878 97.1 589,007 96.5 4.3
16 Banten 222,276 200,754 90.3 212,762 95.7 205,690 92.5 200,365 90.1 218,940 98.5 211,676 95.2 205,341 92.4 198,305 89.2 201,206 90.5 5.4
17 Bali 60,166 62,027 103.1 62,697 104.2 60,667 100.8 60,917 101.2 63,565 105.6 62,063 103.2 61,681 102.5 61,001 101.4 55,932 93.0 10.8
18 Nusa Tenggara Barat 105,282 95,527 90.7 101,883 96.8 99,608 94.6 101,383 96.3 95,390 90.6 101,331 96.2 99,461 94.5 100,973 95.9 98,737 93.8 3.1
19 Nusa Tenggara Timur 117,418 90,074 76.7 98,579 84.0 94,477 80.5 87,698 74.7 103,839 88.4 96,686 82.3 90,288 76.9 82,569 70.3 87,122 74.2 11.6
20 Kalimantan Barat 99,336 83,949 84.5 86,443 87.0 85,359 85.9 81,745 82.3 90,323 90.9 87,009 87.6 84,342 84.9 81,687 82.2 82,056 82.6 5.1
21 Kalimantan Tengah 52,128 43,464 83.4 44,478 85.3 43,083 82.6 42,026 80.6 46,167 88.6 44,789 85.9 43,166 82.8 42,016 80.6 42,092 80.7 5.4
22 Kalimantan Selatan 72,521 69,866 96.3 68,067 93.9 66,010 91.0 64,593 89.1 68,317 94.2 67,379 92.9 65,392 90.2 63,760 87.9 63,892 88.1 6.1
23 Kalimantan Timur 76,140 71,272 93.6 73,423 96.4 73,472 96.5 71,573 94.0 73,635 96.7 72,656 95.4 69,036 90.7 67,128 88.2 67,670 88.9 7.8
24 Sulawesi Utara 46,737 42,652 91.3 44,064 94.3 42,651 91.3 41,962 89.8 44,360 94.9 42,575 91.1 41,424 88.6 40,686 87.1 42,086 90.0 4.5
25 Sulawesi Tengah 51,546 49,320 95.7 53,977 104.7 51,376 99.7 50,132 97.3 54,768 106.3 51,741 100.4 51,231 99.4 49,518 96.1 49,547 96.1 8.2
26 Sulawesi Selatan 174,552 169,446 97.1 173,744 99.5 163,973 93.9 168,811 96.7 177,858 101.9 168,936 96.8 166,318 95.3 165,602 94.9 164,361 94.2 5.4
27 Sulawesi Tenggara 54,824 51,096 93.2 51,920 94.7 50,578 92.3 48,752 88.9 53,370 97.3 51,646 94.2 49,951 91.1 48,512 88.5 48,581 88.6 6.4
28 Gorontalo 23,745 22,826 96.1 22,444 94.5 22,277 93.8 21,976 92.6 23,596 99.4 22,309 94.0 21,552 90.8 21,900 92.2 20,857 87.8 7.1
29 Sulawesi Barat 26,003 22,144 85.2 22,361 86.0 21,670 83.3 20,897 80.4 23,439 90.1 22,397 86.1 21,247 81.7 20,373 78.3 20,169 77.6 9.8
30 Maluku 34,091 22,868 67.1 25,617 75.1 24,392 71.5 22,964 67.4 26,642 78.1 24,297 71.3 22,979 67.4 21,205 62.2 23,425 68.7 8.6
31 Maluku Utara 22,554 19,443 86.2 20,450 90.7 19,619 87.0 18,057 80.1 20,851 92.4 19,921 88.3 18,296 81.1 17,236 76.4 17,614 78.1 13.9
32 Papua Barat 18,079 16,672 92.2 18,940 104.8 17,147 94.8 14,935 82.6 17,779 98.3 16,622 91.9 14,431 79.8 13,278 73.4 15,170 83.9 19.9
33 Papua 50,367 31,663 62.9 34,229 68.0 33,105 65.7 29,824 59.2 37,330 74.1 33,019 65.6 30,215 60.0 27,372 54.3 29,519 58.6 13.8
Indonesia 4,857,924 4,526,585 93.2 4,651,267 95.7 4,524,091 93.1 4,441,339 91.4 4,758,200 97.9 4,589,344 94.5 4,479,925 92.2 4,368,809 89.9 4,398,083 90.5 5.4
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Keterangan : * Telah menggunakan IPV bulan September 2007
** Perhitungan persentase cakupan berdasarkan bulan terakhir laporan provinsi yang diterima oleh Subdit Imunisasi
Lampiran 4.14
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Status Imunisasi
No Provinsi Sasaran HB0 < 7 HARI HB0 (7 28) HARI HB0 TOTAL HEP. B1 HEP. B2 HEP. B3
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 107,209 27,558 25.70 11,646 10.86 39,204 36.57 86,555 80.73 82,779 77.21 76,723 71.56
2 Sumatera Utara 318,623 139,629 43.82 0 139,629 43.82 302,320 94.88 289,852 90.97 286,109 89.80
3 Sumatera Barat 106,599 46,740 43.85 17,328 16.26 64,068 60.10 95,637 89.72 94,510 88.66 90,601 84.99
4 Riau 132,406 57,407 43.36 20,702 15.64 78,109 58.99 128,029 96.69 124,293 93.87 121,876 92.05
5 Jambi 68,279 36,836 53.95 13,394 19.62 50,230 73.57 68,312 100.05 66,710 97.70 65,418 95.81
6 Sumatera Selatan 171,818 76,452 44.50 34,857 20.29 111,309 64.78 163,209 94.99 158,701 92.37 156,994 91.37
7 Bengkulu 40,783 20,187 49.50 0 20,187 49.50 37,817 92.73 36,965 90.64 35,731 87.61
8 Lampung 174,794 94,743 54.20 0 94,743 54.20 153,657 87.91 150,575 86.14 149,336 85.44
9 Kepulauan Bangka Belitung 25259 15,276 60.48 714 2.83 15,990 63.30 23,962 94.87 23,487 92.98 22,557 89.30
10 Kepulauan Riau 36,990 21,387 57.82 11,544 31.21 32,931 89.03 35,687 96.48 36,300 98.13 35,502 95.98
11 DKI Jakarta 192,563 116,156 60.32 34,075 17.70 150,231 78.02 218,718 113.58 211,584 109.88 206,427 107.20
12 Jawa Barat 939,620 587,815 62.56 60,385 6.43 648,200 68.99 866,852 92.26 840,212 89.42 825,534 87.86
13 Jawa Tengah 580,171 508,221 87.60 0 508,221 87.60 594,711 102.51 582,218 100.35 579,613 99.90
14 DI Yogyakarta 44,766 41,207 92.05 5,584 12.47 46,791 104.52 44,221 98.78 43,563 97.31 42,521 94.99
15 Jawa Timur 610,279 514,848 84.36 41,784 6.85 556,632 91.21 615,502 100.86 607,188 99.49 597,787 97.95
16 Banten 222,276 135,735 61.07 18 0.01 135,753 61.07 212,762 95.72 205,690 92.54 200,365 90.14
17 Bali 60,166 4,556 7.57 0 4,556 7.57 62,697 104.21 60,667 100.83 60,917 101.25
18 Nusa Tenggara Barat 105,282 80,950 76.89 8,387 7.97 89,337 84.85 101,883 96.77 99,608 94.61 101,383 96.30
19 Nusa Tenggara Timur 117,418 33,287 28.35 0 33,287 28.35 98,579 83.96 94,477 80.46 87,698 74.69
20 Kalimantan Barat 99,336 32,669 32.89 10,681 10.75 43,350 43.64 86,443 87.02 85,359 85.93 81,745 82.29
21 Kalimantan Tengah 52,128 10,003 19.19 24,458 46.92 34,461 66.11 44,478 85.32 43,083 82.65 42,026 80.62
22 Kalimantan Selatan 72,521 28,153 38.82 11,445 15.78 39,598 54.60 68,067 93.86 66,010 91.02 64,593 89.07
23 Kalimantan Timur 76,140 38,737 50.88 5,776 7.59 44,513 58.46 73,423 96.43 73,472 96.50 71,573 94.00
24 Sulawesi Utara 46,737 20,241 43.31 5,809 12.43 26,050 55.74 44,064 94.28 42,651 91.26 41,962 89.78
25 Sulawesi Tengah 51,546 22,250 43.17 5,699 11.06 27,949 54.22 53,977 104.72 51,376 99.67 50,132 97.26
26 Sulawesi Selatan 174,552 100,664 57.67 0 100,664 57.67 173,744 99.54 163,973 93.94 168,811 96.71
27 Sulawesi Tenggara 54,824 21,864 39.88 0 21,864 39.88 51,920 94.70 50,578 92.26 48,752 88.92
28 Gorontalo 23,745 10,490 44.18 9,159 38.57 19,649 82.75 22,444 94.52 22,277 93.82 21,976 92.55
29 Sulawesi Barat 26,003 7,831 30.12 243 0.93 8,074 31.05 22,361 85.99 21,670 83.34 20,897 80.36
30 Maluku 34,091 2,307 6.77 5,937 17.42 8,244 24.18 25,617 75.14 24,392 71.55 22,964 67.36
31 Maluku Utara 22,554 6,702 29.72 1,809 8.02 8,511 37.74 20,450 90.67 19,619 86.99 18,057 80.06
32 Papua Barat 18,079 2,799 15.48 2,689 14.87 5,488 30.36 18,940 104.76 17,147 94.84 14,935 82.61
33 Papua 50,367 11,555 22.94 5,794 11.50 17,349 34.45 34,229 67.96 33,105 65.73 29,824 59.21
Indonesia 4,857,924 2,875,255 59.19 349,917 7.20 3,225,172 66.39 4,651,267 95.75 4,524,091 93.13 4,441,339 91.42
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 4.15
DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2003 2008
T a h u n
No Provinsi
2003 2004 2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 14.3 0.1 7.7 10.7 21.6 13.2
2 Sumatera Utara 8.1 7.6 (1.6) 1.3 4.4
3 Sumatera Barat 11.6 9.7 7.9 9.9 15.0 7.8
4 Riau 5.3 5.7 (3.1) 2.0 7.2 6.8
5 Jambi 8.2 6.1 4.8 1.4 7.8 5.5
6 Sumatera Selatan 9.3 9.6 6.3 21.8 6.9 4.7
7 Bengkulu 10.1 20.0 5.4 3.2 17.8 4.9
8 Lampung 3.7 2.8 (2.5) (1.1) 2.7
9 Kepulauan Bangka Belitung 6.9 6.0 12.2 4.0 7.3
10 Kepulauan Riau 17.1 10.7 9.6
11 DKI Jakarta 10.2 11.4 6.4 23.0 0.6 8.2
12 Jawa Barat 5.3 3.7 (6.8) 21.5 5.7 4.7
13 Jawa Tengah 4.0 4.2 4.0 4.3 3.2
14 DI Yogyakarta 3.8 2.5 8.8 0.4 (0.8) (0.8)
15 Jawa Timur 7.1 5.0 1.7 4.8 5.9 4.3
16 Banten 4.0 3.1 (0.9) 15.1 1.4 5.4
17 Bali 7.1 4.8 0.2 8.5 4.5 10.8
18 Nusa Tenggara Barat 6.0 7.1 3.7 3.4 4.0 3.1
19 Nusa Tenggara Timur 18.8 5.9 0,8 22.7 11.6
20 Kalimantan Barat 8.8 12.0 4.7 8.1 13.1 5.1
21 Kalimantan Tengah 9.4 0.2 5.7 1.7 3.3 5.4
22 Kalimantan Selatan 7.9 7.2 6.9 8.2 7.0 6.1
23 Kalimantan Timur 7.5 5.2 6.6 7.8 4.3 7.8
24 Sulawesi Utara 11.9 5.1 5.2 4.3 10.6 4.5
25 Sulawesi Tengah 16.3 10.1 7.6 9.8 11.0 8.2
26 Sulawesi Selatan 10.6 7.6 8.4 4.2 5.4
27 Sulawesi Tenggara 11.0 5.8 10.5 4.0 5.8 6.4
28 Gorontalo 18.4 10.9 11.8 11.1 6.8 7.1
29 Sulawesi Barat 22.3 15.8 (1.5) 9.8
30 Maluku 1.3 3.4 4.7 5.0 3.4 8.6
31 Maluku Utara 9.5 20.9 14.4 5.4 7.2 13.9
32 Papua Barat 7.6 19.8 19.9
33 Papua 18.0 15.7 6.9 21.6 13.8
Indonesia 7.6 7.7 1.4 9.3 6.1 5.4
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 4.16
PERSENTASE BALITA YANG PERNAH MENDAPAT IMUNISASI
MENURUT PROVINSI, TIPE DAERAH DAN JENIS IMUNISASI, 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 89.92 86.29 88.64 76.93 84.06 78.31 76.70 83.64 69.81 70.03 81.65 79.46 85.08 71.86 74.07
2 Sumatera Utara 85.91 83.76 84.83 71.35 77.62 74.86 71.87 78.80 62.16 61.98 79.56 76.93 81.36 66.07 68.63
3 Sumatera Barat 91.53 86.19 86.73 72.60 84.00 82.91 78.02 80.31 68.18 73.09 85.66 80.63 82.36 69.59 76.57
4 Riau 90.93 87.28 87.68 75.48 81.73 82.36 80.08 80.87 70.08 73.35 86.83 83.84 84.42 72.89 77.72
5 Jambi 89.83 84.94 83.93 74.72 80.37 86.32 82.75 82.60 73.12 75.48 87.51 83.49 83.05 73.66 77.13
6 Sumatera Selatan 94.27 88.76 88.15 76.36 85.48 87.54 83.91 84.46 74.63 78.52 90.09 85.74 85.85 75.28 81.16
7 Bengkulu 96.95 93.26 91.76 82.09 93.11 92.66 88.24 87.46 79.53 86.36 94.18 90.02 88.99 80.43 88.75
8 Lampung 93.86 88.98 89.93 79.52 89.37 92.11 89.57 89.06 79.54 88.00 92.57 89.42 89.29 79.53 88.36
9 Kepulauan Bangka Belitung 90.37 85.33 86.00 76.69 85.83 86.11 80.30 82.60 73.62 75.67 87.98 82.50 84.09 74.96 80.12
10 Kepulauan Riau 93.55 89.88 89.27 78.74 87.16 87.95 86.39 88.48 77.13 85.25 91.13 88.37 88.93 78.04 86.33
11 DKI Jakarta 94.70 91.34 91.28 76.86 89.72 94.70 91.34 91.28 76.86 89.72
12 Jawa Barat 94.16 89.79 90.00 78.78 87.17 88.26 83.97 87.73 72.50 77.48 91.77 87.43 89.08 76.23 83.24
13 Jawa Tengah 96.87 92.00 91.50 80.48 89.89 95.76 90.77 91.06 80.14 88.29 96.30 91.36 91.27 80.30 89.06
14 DI Yogyakarta 99.33 96.40 95.13 86.01 95.73 98.36 91.85 91.36 81.27 96.90 98.99 94.80 93.81 84.35 96.14
15 Jawa Timur 95.27 90.96 90.81 80.83 89.91 89.52 85.69 86.23 75.20 80.52 92.41 88.34 88.53 78.03 85.23
16 Banten 89.05 85.30 87.45 71.69 78.15 77.16 74.10 82.82 57.78 53.14 84.27 80.80 85.59 66.10 68.11
17 Bali 97.68 92.94 91.12 83.04 94.85 97.76 91.33 91.86 83.08 93.91 97.72 92.31 91.41 83.05 94.48
18 Nusa Tenggara Barat 96.80 91.98 90.86 82.00 91.94 94.38 88.71 89.83 78.98 88.90 95.38 90.06 90.26 80.23 90.16
19 Nusa Tenggara Timur 96.42 91.90 92.05 82.81 89.30 89.02 86.75 87.25 78.48 81.42 90.14 87.53 87.98 79.14 82.61
20 Kalimantan Barat 84.75 79.12 81.37 66.34 76.40 81.41 79.20 81.66 70.64 75.11 82.35 79.18 81.58 69.43 75.47
21 Kalimantan Tengah 89.13 82.70 82.99 74.86 81.61 82.85 80.24 83.93 75.56 75.98 84.98 81.08 83.62 75.32 77.89
22 Kalimantan Selatan 89.77 87.36 84.92 73.18 79.83 84.10 81.20 82.44 71.67 75.08 86.47 83.77 83.48 72.30 77.07
23 Kalimantan Timur 94.50 89.54 88.69 80.35 88.30 91.73 89.14 88.54 78.64 83.84 93.48 89.39 88.64 79.72 86.66
24 Sulawesi Utara 97.66 92.14 91.71 80.25 91.93 94.97 90.26 89.75 81.54 86.11 96.15 91.08 90.61 80.97 88.67
25 Sulawesi Tengah 95.74 88.58 90.42 81.22 87.65 82.39 78.97 82.90 69.92 74.56 84.90 80.78 84.32 72.04 77.03
26 Sulawesi Selatan 92.12 87.49 86.92 77.22 84.49 85.89 82.86 82.57 72.29 79.10 87.91 84.37 83.98 73.89 80.85
27 Sulawesi Tenggara 90.75 88.22 87.79 78.11 87.18 87.78 84.54 85.90 77.27 84.02 88.41 85.31 86.30 77.45 84.69
28 Gorontalo 93.28 90.98 89.26 78.62 86.30 88.39 85.62 87.07 77.31 83.20 89.94 87.33 87.77 77.73 84.18
29 Sulawesi Barat 89.88 84.21 86.60 72.64 82.32 71.34 68.06 72.23 63.16 66.87 76.43 72.49 76.17 65.76 71.11
30 Maluku 87.78 82.42 85.27 76.79 81.30 72.75 69.07 74.94 65.11 66.78 76.32 72.24 77.39 67.88 70.23
31 Maluku Utara 92.20 90.06 90.98 86.72 89.16 77.62 73.70 79.94 67.07 69.20 81.13 77.65 82.60 71.81 74.01
32 Papua Barat 91.38 87.13 89.09 75.88 84.48 89.89 83.69 83.54 71.50 74.02 90.22 84.45 84.76 72.47 76.33
33 Papua 93.23 89.47 89.20 82.71 89.48 60.29 58.20 60.45 50.89 52.16 68.31 65.81 67.44 58.63 61.24
Indonesia 93.59 89.37 89.46 78.02 86.79 86.66 82.99 85.14 73.03 77.72 89.94 86.01 87.19 75.39 82.02
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2008
Lampiran 4.17
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Ibu Hamil Diimunisasi
No Provinsi Sasaran TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (6) (7) (6) (7) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 112,680 53,819 47.76 48,819 43.33 15,010 13.32 10,270 9.11 6,042 5.36
2 Sumatera Utara 350,486 171,676 48.98 155,284 44.31 90,720 25.88 74,882 21.37 63,642 18.16
3 Sumatera Barat 115,825 41,329 35.68 38,172 32.96 17,170 14.82 14,368 12.40 10,644 9.19
4 Riau 145,647 53,934 37.03 50,217 34.48 25,742 17.67 21,018 14.43 19,109 13.12
5 Jambi 76,170 60,467 79.38 59,688 78.36 11,479 15.07 1,369 1.80 0 0.00
6 Sumatera Selatan 187,432 156,043 83.25 145,793 77.78 0 0.00 0 0.00 0 0.00
7 Bengkulu 43,383 29,774 68.63 27,299 62.93 0 0.00 0 0.00 0 0.00
8 Lampung 192,893 141,368 73.29 133,160 69.03 15,200 7.88 11,867 6.15 10,394 5.39
9 Kepulauan Bangka Belitung 27,785 20,680 74.43 18,830 67.77 2,083 7.50 1,116 4.02 688 2.48
10 Kepulauan Riau 35,708 27,078 75.83 22,757 63.73 3,778 10.58 2,600 7.28 2,316 6.49
11 DKI Jakarta 211,208 157,556 74.60 150,131 71.08 3,738 1.77 0 0.00 0 0.00
12 Jawa Barat 1,071,026 813,345 75.94 734,971 68.62 44,650 4.17 27,631 2.58 21,358 1.99
13 Jawa Tengah 1,226,192 275,899 22.50 260,617 21.25 89,983 7.34 82,676 6.74 65,523 5.34
14 DI Yogyakarta 72,457 22,649 31.26 15,537 21.44 12,011 16.58 7,848 10.83 5,944 8.20
15 Jawa Timur 308,450 65,408 21.21 67,703 21.95 78,467 25.44 92,997 30.15 88,877 28.81
16 Banten 243,769 197,662 81.09 180,863 74.19 6,554 2.69 6,554 2.69 4,449 1.83
17 Bali 66,121 2,886 4.36 2,903 4.39 5,541 8.38 35,428 53.58 40,018 60.52
18 Nusa Tenggara Barat 115,810 98,010 84.63 93,679 80.89 51,688 44.63 889 0.77 319 0.28
19 Nusa Tenggara Timur 123,311 39,797 32.27 35,696 28.95 35,078 28.45 31,158 25.27 45,813 37.15
20 Kalimantan Barat 291,942 29,941 10.26 32,848 11.25 0 0.00 0 0.00 0 0.00
21 Kalimantan Tengah 56,887 40,347 70.92 37,004 65.05 1,608 2.83 201 0.35 72 0.13
22 Kalimantan Selatan 79,724 58,537 73.42 52,497 65.85 1,446 1.81 402 0.50 442 0.55
23 Kalimantan Timur 562,325 25,891 4.60 22,927 4.08 12,672 2.25 8,623 1.53 6,275 1.12
24 Sulawesi Utara 50,951 36,141 70.93 33,575 65.90 5,852 11.49 3,490 6.85 965 1.89
25 Sulawesi Tengah 66,547 47,405 71.24 44,549 66.94 0 0.00 0 0.00 0 0.00
26 Sulawesi Selatan 188,417 147,513 78.29 125,684 66.71 0 0.00 0 0.00 0 0.00
27 Sulawesi Tenggara 60,306 21,546 35.73 19,383 32.14 9,413 15.61 8,638 14.32 8,759 14.52
28 Gorontalo 25,985 20,029 77.08 17,391 66.93 3,475 13.37 2,356 9.07 1,141 4.39
29 Sulawesi Barat 28,449 22,241 78.18 18,569 65.27 394 1.38 0 0.00 0 0.00
30 Maluku 22,419 5,746 25.63 4,617 20.59 143 0.64 88 0.39 79 0.35
31 Maluku Utara 24,697 16,070 65.07 13,673 55.36 2,440 9.88 1,512 6.12 1,436 5.81
32 Papua Barat 19,888 7,123 35.82 4,869 24.48 1,674 8.42 458 2.30 428 2.15
33 Papua 55,259 17,050 30.85 12,533 22.68 2,364 4.28 564 1.02 594 1.07
Indonesia 6,260,149 2,924,960 46.72 2,682,238 42.85 550,373 8.79 449,003 7.17 405,327 6.47
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 4.18
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Total Kunjungan
No Provinsi Pasien Keluar Hidup Pasien Keluar Mati Jumlah Hari Perawatan
Pasien Rawat Inap
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 40,872 2,094 42,966 216,898
2 Sumatera Utara 53,949 4,511 58,460 409,917
3 Sumatera Barat 68,342 4,110 72,452 433,937
4 Riau 57,101 2,904 60,005 247,034
5 Jambi 30,314 1,322 31,636 132,183
6 Sumatera Selatan 62,125 3,945 66,070 341,768
7 Bengkulu 15,620 724 16,344 70,531
8 Lampung 52,554 3,288 55,842 247,520
9 Kepulauan Bangka Belitung 5,915 350 6,265 19,560
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta 141,955 7,275 149,230 831,501
12 Jawa Barat 174,615 9,914 184,529 1,071,334
13 Jawa Tengah 322,709 15,698 338,407 1,856,067
14 DI Yogyakarta 38,599 39,344 77,943 411,728
15 Jawa Timur 223,993 13,719 237,712 1,048,254
16 Banten 34,084 2,006 36,090 131,138
17 Bali 85,802 4,396 90,198 428,047
18 Nusa Tenggara Barat 40,645 2,072 42,717 181,641
19 Nusa Tenggara Timur 60,338 2,240 62,578 288,177
20 Kalimantan Barat 36,603 1,966 38,569 198,199
21 Kalimantan Tengah 21,452 862 22,314 109,656
22 Kalimantan Selatan 31,339 1,367 32,706 118,077
23 Kalimantan Timur 68,382 2,210 70,592 332,433
24 Sulawesi Utara 26,909 1,097 28,006 221,996
25 Sulawesi Tengah 32,065 1,056 33,121 168,398
26 Sulawesi Selatan 80,374 3,089 83,463 425,428
27 Sulawesi Tenggara 19,638 730 20,368 106,691
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku 11,793 396 12,189 72,927
31 Maluku Utara 3,780 172 3,952 56,532
32 Papua Barat 10,729 296 11,025 44,882
33 Papua 24,330 742 25,072 202,255
Indonesia 1,876,926 133,895 2,010,821 10,424,709
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 4.20
PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
Jumlah Jumlah
No Provinsi Rumah Tangga Anggota Rumah
Miskin Tangga Miskin
(1) (2) (3) (4)
Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjut
Kunjungan Rawat Jalan
No Provinsi Jumlah Rumah Sakit Jumlah Kunjungan IGD Kunjungan ODC
Tingkat Lanjut
Rumah Sakit Melapor Kunjungan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 22 11 22,282 85,639 11,957 801
2 Sumatera Utara 63 35 14,961 40,105 673 13
3 Sumatera Barat 27 19 22,656 21,853 3,449 213
4 Riau 14 6 100,715 35,896 1,778
5 Jambi 13 9 8,565 8,864 1,982 44
6 Sumatera Selatan 22 4 1,947 12,623 2,441 2
7 Bengkulu 8 7 1,263 1,487 625 48
8 Lampung 16 14 14,792 23,910 2,968 153
9 Kepulauan Bangka Belitung 9 7 1,680 4,155 276
10 Kepulauan Riau 10 5 3,144 7,392 382 7
11 DKI Jakarta 35 15 2,855 13,426 580 10
12 Jawa Barat 116 74 55,044 175,848 10,469 1,365
13 Jawa Tengah 138 93 63,782 198,685 16,688 674
14 DI Yogyakarta 27 20 4,345 11,014 1,211 3
15 Jawa Timur 79 58 69,433 53,208 28,294 513
16 Banten 13 6 1,121 2,387 703
17 Bali 17 13 12,257 40,365 4,732 110
18 Nusa Tenggara Barat 12 7 7,459 8,055 6,006 293
19 Nusa Tenggara Timur 27 22 16,965 9,707 3,198 49
20 Kalimantan Barat 29 18 8,355 7,669 1,822 6
21 Kalimantan Tengah 14 9 11,136 8,002 3,939
22 Kalimantan Selatan 16 12 5,487 6,336 3,206 19
23 Kalimantan Timur 21 14 5,588 14,330 5,714 7
24 Sulawesi Utara 20 2 6,090 7,388 1,511 2
25 Sulawesi Tengah 15 9 3,395 4,371 1,485 85
26 Sulawesi Selatan 48 32 12,509 34,474 8,867 549
27 Sulawesi Tenggara 16 8 3,423 2,842 642 39
28 Gorontalo 7 6 3,482 6,123 284 10
29 Sulawesi Barat 4 3 2,209 3,620 1,237 258
30 Maluku 15 2 2,728 4,720 1,672 134
31 Maluku Utara 8 6 956 981 460 1
32 Papua Barat 5 1 135 379 84 6
33 Papua 16 8 4,897 10,728 3,839 1,058
Indonesia 902 555 495,656 866,582 133,174 6,472
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI
Keterangan: IGD = Instalansi Gawat Darurat
ODC = One Day Care
Lampiran 4.24
JUMLAH PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUT JAMKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Rumah Sakit Rumah Sakit
No Provinsi Rumah Sakit Swasta Balai Kesehatan
Pemerintah TNI/POLRI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 20 2 1 1
2 Sumatera Utara 29 6 22 2
3 Sumatera Barat 19 2 3 2
4 Riau 12 1 1 0
5 Jambi 11 1 0 0
6 Sumatera Selatan 16 0 5 0
7 Bengkulu 10 0 0 0
8 Lampung 11 1 4 0
9 Kepulauan Bangka Belitung 7 0 1 0
10 Kepulauan Riau 6 0 4 0
11 DKI Jakarta 17 5 14 0
12 Jawa Barat 39 6 66 4
13 Jawa Tengah 52 4 73 11
14 DI Yogyakarta 6 1 18 1
15 Jawa Timur 56 4 16 4
16 Banten 7 0 6 0
17 Bali 12 1 4 1
18 Nusa Tenggara Barat 8 2 1 1
19 Nusa Tenggara Timur 14 1 11 0
20 Kalimantan Barat 15 4 7 3
21 Kalimantan Tengah 14 0 0 0
22 Kalimantan Selatan 15 1 0 0
23 Kalimantan Timur 15 3 2 1
24 Sulawesi Utara 8 3 10 1
25 Sulawesi Tengah 11 1 2 0
26 Sulawesi Selatan 28 6 10 4
27 Sulawesi Tenggara 10 0 6 0
28 Gorontalo 6 0 1 0
29 Sulawesi Barat 4 0 0 0
30 Maluku 9 4 3 1
31 Maluku Utara 6 0 1 0
32 Papua Barat 4 0 1 0
33 Papua 11 2 3 0
Indonesia 508 61 296 37
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI
Lampiran 4.25
PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT
MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2007
1 Opiat 3,222 239 16 76 2,267 13 5,578 239 16
b. Morfin 9 8 5 14 8
2 Kokain
NARKOTIKA 3,326 239 16 94 7 2,267 13 5,700 246 16
c. Lainnya
c. Lainnya
3 Inhalan 4 4
PSIKOTROPIKA 156 16 26 31 10 12 480 667 26 38
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Pneumonia pada Balita
No Provinsi Target Penemuan
< 1 th 14 th Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 41,778 647 1,257 1,904 4.56
2 Sumatera Utara 127,636 7,365 11,717 19,082 14.95
3 Sumatera Barat 46,978 2,584 7,112 9,696 20.64
4 Riau 51,890 2,062 4,507 6,569 12.66
5 Jambi 27,642 998 2,270 3,268 11.82
6 Sumatera Selatan 68,013 4,972 9,567 14,539 21.38
7 Bengkulu 17,537 0.00
8 Lampung 72,867 3,836 11,601 15,437 21.19
9 Kepulauan Bangka Belitung 11,067 667 1,735 2,402 21.71
10 Kepulauan Riau 13,820 66 222 288 2.08
11 DKI Jakarta 89,617 3,589 8,321 11,910 13.29
12 Jawa Barat 399,417 58,728 107,568 166,296 41.63
13 Jawa Tengah 283,713 9,633 20,298 29,931 10.55
14 DI Yogyakarta 34,387 132 492 624 1.81
15 Jawa Timur 249,158 11,959 21,720 33,679 13.52
16 Banten 101,257 2,880 4,937 7,817 7.72
17 Bali 34,117 1,151 2,223 3,374 9.89
18 Nusa Tenggara Barat 55,345 13,173 18,096 31,269 56.50
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat 46,737 1,309 2,738 4,047 8.66
21 Kalimantan Tengah 20,036 532 1,016 1,548 7.73
22 Kalimantan Selatan 35,769 1,617 3,447 5,064 14.16
23 Kalimantan Timur 29,719 1,424 2,576 4,000 13.46
24 Sulawesi Utara 24,210 1,746 2,658 4,404 18.19
25 Sulawesi Tengah 24,377 1,421 2,285 3,706 15.20
26 Sulawesi Selatan 79,362 2,497 5,584 8,081 10.18
27 Sulawesi Tenggara 20,545 1,099 2,277 3,376 16.43
28 Gorontalo 9,198
29 Sulawesi Barat 10,146
30 Maluku 11,788
31 Maluku Utara 9,853 203 409 612 6.21
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia 2,047,977 136,290 256,633 392,923 19.19
Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2009
Lampiran 4.28
CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A
TAHUN 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 72,930 75,853 366,155 350,321 92,925 52,183 71.55 65,165 85.91 324,934 88.74 342,569 97.79 45,570 49.04
2 Sumatera Utara 207,333 235,439 1,029,136 1,105,995 211,947 157,046 75.75 301,658 128.13 784,070 76.19 833,653 75.38 123,711 58.37
3 Sumatera Barat 65,887 65,887 381,933 381,933 111,409 53,553 81.28 56,409 85.61 343,608 89.97 333,429 87.30 68,755 61.71
4 Riau 84,738 84,092 541,581 542,815 142,917 65,609 77.43 66,163 78.68 439,298 81.11 426,927 78.65 98,178 68.70
5 Jambi 44,644 48,260 244,894 257,272 85,428 33,382 74.77 43,204 89.52 207,408 84.69 216,944 84.32 28,235 33.05
6 Sumatera Selatan 142,050 140,948 684,377 695,493 172,757 106,082 74.68 115,202 81.73 575,179 84.04 578,466 83.17 119,191 83.91
7 Bengkulu 34,617 33,222 165,739 160,428 43,895 24,719 71.41 24,602 74.05 132,021 79.66 131,878 82.20 27,106 61.75
8 Lampung 151,497 151,658 703,296 719,224 178,222 102,158 67.43 108,332 71.43 379,066 53.90 462,989 64.37 102,049 57.26
9 Kepulauan Bangka Belitung 13,333 13,306 95,858 102,585 26,525 11,891 89.18 12,340 92.74 83,124 86.72 81,691 79.63 22,909 86.37
10 Kepulauan Riau 34,895 35,421 137,364 143,490 39,770 19,641 56.29 19,756 55.77 110,947 80.77 106,143 73.97 13,859 34.85
11 DKI Jakarta 80,148 80,148 611,241 611,241 165,303 58,798 73.36 58,064 72.45 418,343 68.44 364,281 59.60 50,018 30.26
12 Jawa Barat 462,363 462,363 3,126,133 3,126,133 1,011,570 449,544 97.23 424,205 91.75 2,814,626 90.04 2,841,539 90.90 487,473 48.19
13 Jawa Tengah 328,998 334,212 2,071,227 2,025,191 604,913 318,877 96.92 320,283 95.83 2,027,503 97.89 1,981,830 97.86 531,413 87.85
14 DI Yogyakarta 28,947 26,491 201,904 180,159 45,110 28,180 97.35 26,960 101.77 178,572 88.44 170,517 94.65 35,831 79.43
15 Jawa Timur 325,299 325,299 2,427,827 2,427,827 438,271 300,997 92.53 295,440 90.82 1,986,929 81.84 2,027,882 83.53 282,025 64.35
16 Banten 130,989 147,528 813,400 952,731 241,101 116,192 88.70 125,339 84.96 707,351 86.96 786,864 82.59 149,006 61.80
17 Bali 45,838 36,675 230,341 224,293 62,564 37,887 82.65 32,975 89.91 220,305 95.64 218,884 97.59 50,174 80.20
18 Nusa Tenggara Barat 58,097 60,954 392,107 386,741 104,988 54,458 93.74 58,794 96.46 362,920 92.56 358,475 92.69 19,767 18.83
19 Nusa Tenggara Timur 80,217 65,151 399,274 418,024 81,329 55,016 68.58 54,961 84.36 299,936 75.12 320,228 76.61 41,876 51.49
20 Kalimantan Barat 76,905 76,905 413,206 397,928 102,146 51,230 66.61 48,375 62.90 316,036 76.48 291,294 73.20 39,055 38.23
21 Kalimantan Tengah 35,107 35,527 231,273 233,807 53,255 20,051 57.11 19,016 53.53 134,573 58.19 139,627 59.72 29,911 56.17
22 Kalimantan Selatan 55,909 47,734 343,079 341,264 75,613 38,508 68.88 37,571 78.71 270,364 78.81 279,036 81.77 59,833 79.13
23 Kalimantan Timur 59,777 59,777 326,905 326,905 78,008 46,020 76.99 36,506 61.07 217,867 66.65 253,280 77.48 34,723 44.51
24 Sulawesi Utara 23,399 24,670 145,659 147,478 47,585 21,192 90.57 22,163 89.84 126,546 86.88 116,118 78.74 37,126 78.02
25 Sulawesi Tengah 44,016 45,326 254,208 235,301 42,901 37,374 84.91 40,262 88.83 222,250 87.43 205,146 87.18 33,639 78.41
26 Sulawesi Selatan 115,759 116,873 584,168 589,048 175,468 96,543 83.40 100,544 86.03 518,144 88.70 529,316 89.86 95,978 54.70
27 Sulawesi Tenggara 33,736 33,736 208,796 208,596 56,133 25,437 75.40 26,840 79.56 158,316 75.82 175,045 83.92 30,973 55.18
28 Gorontalo 14,970 14,939 82,473 83,152 24,791 12,620 84.30 12,254 82.03 66,683 80.85 71,670 86.19 18,954 76.46
29 Sulawesi Barat 19,518 19,067 79,550 74,658 20,882 15,417 78.99 12,982 68.09 66,228 83.25 60,319 80.79 7,313 35.02
30 Maluku 27,169 26,999 163,271 163,271 36,709 19,717 72.57 13,508 50.03 109,152 66.85 86,761 53.14 8,798 23.97
31 Maluku Utara 12,937 12,425 104,965 106,799 22,732 9,134 70.60 8,338 67.11 62,899 59.92 70,263 65.79 9,254 40.71
32 Papua Barat 11,616 11,616 66,867 66,867 25,720 5,506 47.40 4,542 39.10 17,220 25.75 31,784 47.53 3,346 13.01
33 Papua 45,424 45,424 184,396 184,396 49,486 25,117 55.29 25,087 55.23 70,281 38.11 69,683 37.79 30,562 61.76
Indonesia 2,969,062 2,993,925 17,812,603 17,971,366 4,672,373 2,470,079 83.19 2,617,840 87.44 14,752,699 82.82 14,964,531 83.27 2,736,611 58.57
Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2009
Ket : Provinsi yg belum lengkap data kabupatennya : Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua (16 Mei 2008)
Lampiran 4.29
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Cakupan Fe Ibu Hamil
No Provinsi Jumlah Ibu Hamil Fe1 Fe3
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 66,554 43,654 65.59 35,588 53.47
2 Sumatera Utara 330,311 217,754 65.92 180,934 54.78
3 Sumatera Barat 121,116 74,394 61.42 62,893 51.93
4 Riau 146,141 59,288 40.57 53,178 36.39
5 Jambi 74,348 31,753 42.71 29,227 39.31
6 Sumatera Selatan 153,544 106,463 69.34 82,970 54.04
7 Bengkulu 47,061 33,086 70.30 28,235 60.00
8 Lampung 1,969,516 518,160 26.31 463,759 23.55
9 Kepulauan Bangka Belitung 27,785 25,137 90.47 23,763 85.52
10 Kepulauan Riau 42,056 17,316 41.17 14,919 35.47
11 DKI Jakarta 173,176 112,044 64.70 98,619 56.95
12 Jawa Barat 1,033,581 772,658 74.76 666,677 64.50
13 Jawa Tengah 456,175 286,727 62.85 378,884 83.06
14 DI Yogyakarta 46,655 42,971 92.10 36,341 77.89
15 Jawa Timur 624,223 351,152 56.25 363,626 58.25
16 Banten 269,796 195,345 72.40 146,616 54.34
17 Bali 66,195 46,013 69.51 43,240 65.32
18 Nusa Tenggara Barat 115,987 93,739 80.82 84,576 72.92
19 Nusa Tenggara Timur 127,701 81,207 63.59 60,046 47.02
20 Kalimantan Barat 106,806 65,725 61.54 56,088 52.51
21 Kalimantan Tengah 58,197 14,769 25.38 12,824 22.04
22 Kalimantan Selatan 77,027 50,382 65.41 41,342 53.67
23 Kalimantan Timur 86,357 51,720 59.89 38,985 45.14
24 Sulawesi Utara 50,587 43,681 86.35 39,199 77.49
25 Sulawesi Tengah 46,292 39,539 85.41 35,776 77.28
26 Sulawesi Selatan 195,102 114,791 58.84 93,142 47.74
27 Sulawesi Tenggara 65,620 38,589 58.81 34,558 52.66
28 Gorontalo 26,181 24,163 92.29 18,737 71.57
29 Sulawesi Barat 27,798 17,918 64.46 11,440 41.15
30 Maluku 34,710 8,582 24.72 7,037 20.27
31 Maluku Utara 24,160 12,595 52.13 10,400 43.05
32 Papua Barat 11,619 6,905 59.43 5,017 43.18
33 Papua 55,771 20,720 37.15 15,862 28.44
Indonesia 6,758,148 3,618,940 53.55 3,274,498 48.45
Sumber : Dit. Gizi Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Lampiran 4.30
PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI
MENURUT LAMANYA DISUSUI PER PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan + Perdesaan
Lama disusui (bulan)
No Provinsi
≤ 5 6 11 12 17 18 23 ≥ 24 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3.75 5.24 18.21 35.08 37.72 100.00
2 Sumatera Utara 6.25 12.98 30.87 18.96 30.93 100.00
3 Sumatera Barat 3.24 6.12 17.89 27.64 45.11 100.00
4 Riau 8.07 8.66 19.66 19.18 44.43 100.00
5 Jambi 2.79 4.59 14.86 26.07 51.69 100.00
6 Bengkulu 3.17 5.30 16.13 20.59 54.80 100.00
7 Sumatera Selatan 2.08 4.70 16.09 30.75 46.38 100.00
8 Lampung 4.39 5.67 20.94 24.82 44.17 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 12.71 11.86 18.15 16.76 40.52 100.00
10 Kepulauan Riau 15.21 13.27 19.78 9.23 42.52 100.00
11 DKI Jakarta 12.37 12.11 21.91 14.93 38.68 100.00
12 Jawa Barat 4.12 5.24 13.59 22.41 54.65 100.00
13 Jawa Tengah 4.76 5.08 11.78 18.46 59.92 100.00
14 DI Yogyakarta 5.61 5.98 10.94 19.69 57.77 100.00
15 Jawa Timur 8.19 7.97 17.97 19.35 46.52 100.00
16 Banten 9.26 8.70 17.84 23.37 40.82 100.00
17 Bali 4.24 7.16 23.94 31.69 32.96 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 1.99 3.71 15.49 24.59 54.22 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 1.02 6.13 36.49 17.49 38.87 100.00
20 Kalimantan Barat 4.73 4.68 15.49 11.90 63.20 100.00
21 Kalimantan Tengah 3.76 4.49 17.93 16.22 57.59 100.00
22 Kalimantan Timur 7.94 5.87 10.36 18.44 57.39 100.00
23 Kalimantan Selatan 7.30 8.90 18.83 13.25 51.71 100.00
24 Sulawesi Utara 6.91 11.55 31.58 14.41 35.56 100.00
25 Sulawesi Tengah 3.83 9.54 21.27 12.81 52.56 100.00
26 Sulawesi Tenggara 3.83 9.40 31.33 18.31 37.14 100.00
27 Sulawesi Selatan 2.43 6.98 25.84 19.89 44.85 100.00
28 Gorontalo 3.87 8.78 25.38 11.50 50.47 100.00
29 Sulawesi Barat 1.89 7.88 27.51 19.00 43.73 100.00
30 Maluku 4.34 17.65 43.96 11.92 22.12 100.00
31 Maluku Utara 3.92 10.47 38.43 19.92 27.25 100.00
32 Papua Barat 2.24 21.09 29.45 16.00 31.21 100.00
33 Papua 4.95 11.97 27.80 17.14 38.15 100.00
Indonesia 5.52 7.35 19.08 20.25 47.81 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2008
Lampiran 4.30.a
PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI
MENURUT LAMANYA DISUSUI PER PROVINSI TAHUN 2008
Perkotaan
Lama disusui (bulan)
No Provinsi
≤ 5 6 11 12 17 18 23 ≥ 24 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
PERSENTASE ANAK USIA 24 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI
MENURUT LAMANYA DISUSUI PER PROVINSI TAHUN 2008
Perdesaan
Lama disusui (bulan)
No Provinsi
≤ 5 6 11 12 17 18 23 ≥ 24 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3.33 4.24 16.96 36.65 38.81 100.00
2 Sumatera Utara 3.77 11.71 31.27 21.34 31.90 100.00
3 Sumatera Barat 3.28 5.02 19.01 29.45 43.25 100.00
4 Riau 4.48 6.45 21.02 20.82 47.22 100.00
5 Jambi 2.52 3.84 14.19 28.10 51.34 100.00
6 Bengkulu 1.72 4.15 15.42 21.69 57.03 100.00
7 Sumatera Selatan 1.53 3.84 15.68 27.82 51.12 100.00
8 Lampung 2.92 5.52 19.44 26.44 45.68 100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung 10.87 8.76 17.47 18.98 43.92 100.00
10 Kepulauan Riau 12.91 15.70 14.64 6.82 49.93 100.00
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat 2.71 3.18 12.88 23.06 58.17 100.00
13 Jawa Tengah 3.46 3.43 10.71 19.77 62.63 100.00
14 DI Yogyakarta 6.07 0.69 8.08 21.23 63.93 100.00
15 Jawa Timur 5.27 6.43 18.20 22.95 47.14 100.00
16 Banten 3.92 5.91 16.25 30.27 43.65 100.00
17 Bali 1.84 5.85 25.90 35.40 31.01 100.00
18 Nusa Tenggara Barat 1.27 3.89 18.53 22.24 54.07 100.00
19 Nusa Tenggara Timur 0.55 5.29 37.05 17.79 39.32 100.00
20 Kalimantan Barat 3.14 3.43 14.34 11.70 67.39 100.00
21 Kalimantan Tengah 2.02 4.76 18.35 17.72 57.15 100.00
22 Kalimantan Timur 3.99 4.23 10.20 20.33 61.24 100.00
23 Kalimantan Selatan 4.99 7.73 20.14 16.00 51.14 100.00
24 Sulawesi Utara 4.96 9.72 35.90 16.17 33.25 100.00
25 Sulawesi Tengah 3.08 8.17 20.28 13.12 55.34 100.00
26 Sulawesi Tenggara 2.58 8.23 32.17 20.11 36.91 100.00
27 Sulawesi Selatan 1.87 6.34 25.70 22.11 43.97 100.00
28 Gorontalo 3.36 7.68 24.95 11.94 52.07 100.00
29 Sulawesi Barat 0.77 6.01 26.05 21.53 45.64 100.00
30 Maluku 3.52 16.15 45.48 12.25 22.60 100.00
31 Maluku Utara 2.47 10.53 38.12 20.85 28.03 100.00
32 Papua Barat 1.41 21.51 29.52 18.39 29.17 100.00
33 Papua 4.47 13.54 25.92 18.17 37.90 100.00
Indonesia 3.32 5.99 19.80 21.96 48.94 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2008
Lampiran 4.31
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2008
J u m l a h K o r b a n
No Jenis Bencana Jumlah Provinsi Luka Berat/ Luka Ringan/ Pengungsi
Meninggal Hilang
Rawat Inap Rawat Jalan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
9 Letusan Gunung Api 4
10 Petir 2 7 1 4
14 Ledakan Bom 1 2 1
Rasio Puskesmas
Jumlah Puskesmas
No Provinsi per 100.000 Penduduk
2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 240 266 274 311 301 6.15 6.60 6.73 7.36 7.01
2 Sumatera Utara 423 426 445 463 495 3.43 3.42 3.52 3.61 3.80
3 Sumatera Barat 210 214 224 228 227 4.62 4.69 4.84 4.85 4.77
4 Riau 146 150 154 156 183 3.21 3.28 2.52 3.08 3.53
5 Jambi 47 135 140 148 158 3.92 5.12 5.22 5.40 5.67
6 Sumatera Selatan 132 242 249 259 278 4.89 3.57 3.61 3.69 3.90
7 Bengkulu 250 113 126 140 142 3.68 7.29 8.04 8.66 8.65
8 Lampung 113 224 235 248 253 7.02 3.15 3.26 3.40 3.42
9 Kepulauan Bangka Belitung 222 47 47 51 50 3.10 4.50 4.37 4.61 4.45
10 Kepulauan Riau 61 41 45 51 59 5.99 3.22 3.66 4.06
11 DKI Jakarta 329 335 342 341 351 3.61 3.78 3.82 3.76 3.84
12 Jawa Barat 982 996 999 1,002 999 2.51 2.56 2.52 2.48 2.44
13 Jawa Tengah 857 853 858 871 842 2.60 2.67 2.67 2.69 2.58
14 DI Yogyakarta 117 117 117 117 120 3.57 3.50 3.45 3.41 3.46
15 Jawa Timur 907 919 930 929 940 2.45 2.53 2.54 2.52 2.53
16 Banten 172 173 177 180 194 1.88 1.92 1.92 1.91 2.02
17 Bali 109 110 110 112 114 3.13 3.25 3.21 3.22 3.24
18 Nusa Tenggara Barat 125 128 130 134 142 3.00 3.06 3.05 3.12 3.25
19 Nusa Tenggara Timur 220 228 251 253 278 5.27 5.35 5.76 5.69 6.13
20 Kalimantan Barat 195 207 205 211 224 4.78 5.11 4.98 5.05 5.27
21 Kalimantan Tengah 132 134 154 163 169 6.94 7.00 7.95 8.04 8.21
22 Kalimantan Selatan 193 192 201 204 214 5.95 5.85 6.01 6.01 6.21
23 Kalimantan Timur 174 187 186 192 205 5.90 6.56 6.34 6.35 6.62
24 Sulawesi Utara 114 119 130 142 144 5.28 5.59 6.02 6.49 6.52
25 Sulawesi Tengah 135 139 144 145 144 5.81 6.06 6.13 6.05 5.91
26 Sulawesi Selatan 333 347 362 374 395 4.45 4.09 4.20 4.86 5.06
27 Sulawesi Tenggara 138 139 159 153 208 7.02 7.08 7.94 7.53 10.02
28 Gorontalo 44 45 55 55 73 4.80 4.88 5.84 5.73 7.51
29 Sulawesi Barat 50 50 62 66 70 5.17 6.49 6.78
30 Maluku 103 109 125 142 153 7.74 8.71 9.83 10.91 11.58
31 Maluku Utara 55 56 62 64 91 6.03 6.33 6.75 6.78 9.48
32 Papua Barat 55 60 81 83 96 9.71 11.59 13.15
33 Papua 167 168 236 246 236 9.07 6.67 8.87 2.05 11.48
Indonesia 7,550 7,669 8,015 8,234 8,548 3.48 3.50 3.61 3.65 3.74
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
Lampiran 5.2
JUMLAH PUSKESMAS NON PERAWATAN DAN PUSKESMAS PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 2008
Jumlah Puskesmas Non Perawatan Jumlah Puskesmas Perawatan
No Provinsi
2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 158 177 189 186 235 82 89 85 125 66
2 Sumatera Utara 326 328 300 341 351 97 98 145 122 144
3 Sumatera Barat 147 150 143 144 159 63 64 81 84 68
4 Riau 108 111 108 107 138 38 39 46 49 45
5 Jambi 26 92 99 89 107 21 43 41 59 51
6 Sumatera Selatan 94 167 173 173 201 38 75 76 86 77
7 Bengkulu 179 89 92 105 107 71 24 34 35 35
8 Lampung 88 193 196 168 216 25 31 39 80 37
9 Kepulauan Bangka Belitung 193 33 30 32 36 29 14 17 19 14
10 Kepulauan Riau 35 24 29 34 35 26 17 16 17 24
11 DKI Jakarta 281 285 292 291 297 48 50 50 50 54
12 Jawa Barat 850 864 857 852 859 132 132 142 150 140
13 Jawa Tengah 622 635 617 602 610 235 218 241 269 232
14 DI Yogyakarta 85 85 79 79 79 32 32 38 38 41
15 Jawa Timur 612 609 594 564 548 295 310 336 365 392
16 Banten 154 155 143 146 152 18 18 34 34 42
17 Bali 89 87 88 89 90 20 23 22 23 24
18 Nusa Tenggara Barat 97 82 86 76 56 28 46 44 58 86
19 Nusa Tenggara Timur 160 156 127 142 209 60 72 124 111 69
20 Kalimantan Barat 128 137 134 140 142 67 70 71 71 82
21 Kalimantan Tengah 101 99 102 109 122 31 35 52 54 47
22 Kalimantan Selatan 162 159 165 164 172 31 33 36 40 42
23 Kalimantan Timur 107 117 99 110 109 67 70 87 82 96
24 Sulawesi Utara 55 63 71 77 78 59 56 59 65 66
25 Sulawesi Tengah 76 80 80 81 77 59 59 64 64 67
26 Sulawesi Selatan 193 200 183 185 227 140 147 179 189 168
27 Sulawesi Tenggara 103 94 107 105 145 35 45 52 48 63
28 Gorontalo 30 31 38 37 56 14 14 17 18 17
29 Sulawesi Barat 32 31 40 42 48 18 19 22 24 22
30 Maluku 73 78 71 83 124 30 31 54 59 29
31 Maluku Utara 40 39 31 34 64 15 17 31 30 27
32 Papua Barat 32 38 40 50 70 23 22 41 33 26
33 Papua 104 104 115 114 191 63 64 121 132 45
Indonesia 5,540 5,592 5,518 5,551 6,110 2,010 2,077 2,497 2,683 2,438
Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI
Lampiran 5.3
JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2008
1 Departemen Kesehatan 13 8,505 13 8,483 13 8,784 13 8,777 13 9,044
2 Pemerintah Provinsi 43 12,391 43 12,902 43 12,834 43 13,182 43 13,605
3 Pemerintah Kab/Kota 305 31,959 322 33,896 334 35,375 345 37,575 375 41,285
4 TNI/POLRI 110 10,761 110 10,814 110 10,842 110 10,836 110 10,907
5 Departemen Lain / BUMN 71 6,537 71 6,827 71 6,880 71 6,851 71 6,643
6 Swasta 434 42,487 436 43,364 441 43,789 451 45,074 467 47,266
Jumlah 976 112,640 995 116,286 1,012 118,504 1,033 122,295 1,079 128,750
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.6
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT UMUM
MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2008
Kelas Perawatan
Total Tempat
No Provinsi V I P Kelas I Kelas II Kelas III Tanpa Kelas
Tidur
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2,518 121 4.8 156 6.2 544 21.6 1,026 40.7 671 26.6
2 Sumatera Utara 11,172 650 5.8 1,167 10.4 2,087 18.7 5,803 51.9 1,465 13.1
3 Sumatera Barat 3,340 279 8.4 350 10.5 895 26.8 1,567 46.9 249 7.5
4 R i a u 1,960 196 10.0 236 12.0 478 24.4 784 40.0 266 13.6
5 J a m b i 1,294 145 11.2 148 11.4 232 17.9 530 41.0 239 18.5
6 Sumatera Selatan 3,716 282 7.6 505 13.6 850 22.9 1,806 48.6 273 7.3
7 Bengkulu 755 49 6.5 66 8.7 155 20.5 192 25.4 293 38.8
8 Lampung 2,458 220 9.0 230 9.4 493 20.1 1,258 51.2 257 10.5
9 Bangka Belitung 511 32 6.3 51 10.0 137 26.8 233 45.6 58 11.4
10 Kepulauan Riau 1,329 82 6.2 193 14.5 271 20.4 652 49.1 131 9.9
11 DKI Jakarta 13,852 1,812 13.1 1,893 13.7 3,360 24.3 5,519 39.8 1,268 9.2
12 Jawa Barat 14,589 1,192 8.2 1,846 12.7 3,978 27.3 6,011 41.2 1,562 10.7
13 Jawa Tengah 18,355 1,948 10.6 2,594 14.1 4,980 27.1 6,612 36.0 2,221 12.1
14 D.I. Yogyakarta 2,835 258 9.1 398 14.0 807 28.5 1,115 39.3 257 9.1
15 Jawa Timur 18,472 1,344 7.3 1,978 10.7 4,548 24.6 8,888 48.1 1,714 9.3
16 Banten 2,186 149 6.8 343 15.7 577 26.4 921 42.1 196 9.0
17 B a l i 3,174 449 14.1 486 15.3 750 23.6 1,163 36.6 326 10.3
18 Nusa Tenggara Barat 1,080 71 6.6 142 13.1 214 19.8 564 52.2 89 8.2
19 Nusa Tenggara Timur 2,188 123 5.6 281 12.8 436 19.9 1,061 48.5 287 13.1
20 Kalimantan Barat 2,264 112 4.9 234 10.3 528 23.3 1,131 50.0 259 11.4
21 Kalimantan Tengah 975 84 8.6 82 8.4 128 13.1 365 37.4 316 32.4
22 Kalimantan Selatan 2,020 160 7.9 191 9.5 450 22.3 1,000 49.5 219 10.8
23 Kalimantan Timur 3,056 263 8.6 293 9.6 625 20.5 1,217 39.8 658 21.5
24 Sulawesi Utara 2,637 84 3.2 277 10.5 642 24.3 1,508 57.2 126 4.8
25 Sulawesi Tengah 1,330 69 5.2 198 14.9 274 20.6 665 50.0 124 9.3
26 Sulawesi Selatan 5,144 403 7.8 662 12.9 1,128 21.9 2,578 50.1 373 7.3
27 Sulawesi Tenggara 867 46 5.3 105 12.1 137 15.8 415 47.9 164 18.9
28 Gorontalo 400 35 8.8 24 6.0 81 20.3 204 51.0 56 14.0
29 Sulawesi Barat 217 12 5.5 21 9.7 54 24.9 100 46.1 30 13.8
30 Maluku 1,465 44 3.0 67 4.6 157 10.7 849 58.0 348 23.8
31 Maluku Utara 479 20 4.2 20 4.2 57 11.9 171 35.7 211 44.1
32 Papua Barat 686 53 7.7 22 3.2 66 9.6 445 64.9 100 14.6
33 Papua 1,426 20 1.4 93 6.5 229 16.1 794 55.7 290 20.3
Indonesia 128,750 10,807 8.4 15,352 11.9 30,348 23.6 57,147 44.4 15,096 11.7
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.7
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA
MENURUT KELAS DAN PROVINSI TAHUN 2008
1 RS Jiwa 51 8,535 51 8,527 51 8,630 51 8,726 51 8,781
2 RS Kusta 22 2,248 22 2,446 22 2,137 22 2,133 22 2,168
4 RS Mata 10 460 10 475 10 459 10 418 10 418
9 RS Bersalin 55 2,439 56 2,533 57 2,458 57 2,635 57 2,577
10 RS Ibu dan Anak 63 3,100 64 3,629 69 3,388 74 3,556 79 3,804
11 RS Khusus Lainnya 55 1,365 56 1,427 57 1,420 57 1,450 57 1,516
Jumlah 270 19,591 273 20,480 280 19,947 286 20,412 292 20,788
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI (per 1 September 2008)
Lampiran 5.9
JUMLAH SARANA PRODUKSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Industri Kecil Obat Tradisional Perbekalan Kesehatan dan Rumah
Industri Farmasi Industri Obat Tradisional (IOT) Produksi Alat Kesehatan Industri Kosmetika
NO PROVINSI (IKOT) Tangga (PKRT)
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 0
2 Sumatera Utara 10 10 10 2 2 3 78 78 78 4 6 9 19 22 26 39 39 41
4 Kepulauan Riau 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 2 2 1 1 1 0 0 0
5 Riau 0 0 0 0 0 0 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
7 Jambi 1 1 1 0 0 0 4 4 0 0 0 2 2 2 1 1 2
8 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Sumatera Selatan 1 0 1 2 2 2 4 5 6 1 1 1 2 2 3 1 1 2
10 Lampung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 0 0 0
11 Banten 26 30 30 6 0 6 35 43 47 6 9 15 44 56 76 38 38 38
12 DKI Jakarta 34 22 22 7 7 7 74 28 28 22 29 37 76 84 103 99 99 20
13 Jawa Barat 76 76 77 37 32 32 143 184 184 26 49 63 124 137 162 108 108 108
14 Jawa Tengah 31 31 31 1 0 0 36 36 36 7 11 14 36 42 50 45 45 45
16 Jawa Timur 51 59 54 17 17 17 343 343 411 6 13 17 50 55 64 148 150 150
18 Nusa Tenggara Barat 0 0 0 0 0 0 9 9 9 1 1 2 0 0 0 0 0 0
19 Nusa Tenggara Timur 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0 9 9 9 0 0 0 2 2 2 0 0 0
21 Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Sulawesi Utara 0 0 0 0 0 0 8 8 9 0 0 0 2 2 3 0 0 0
25 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sulawesi Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 Maluku 0 0 0 0 0 0 4 4 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 233 231 232 72 60 67 837 862 951 76 125 164 369 416 507 512 515 453
Sumber: Ditjen Yanfar dan Alkes, Depkes RI 2008
Lampiran 5.10
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Sub Penyalur Alat Kesehatan
Pedagang Besar Farmasi Apotik Toko Obat Penyalur Alat Kesehatan (PAK)
(PAK)
NO PROVINSI
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 38 58 51 124 119 170 540 534 576 0 0 0 98 98 99
2 Sumatera Utara 110 110 103 386 386 769 259 259 738 6 10 13 0 0 128
3 Sumatera Barat 76 71 74 190 193 296 360 361 482 0 0 0 101 101 57
4 Kepulauan Riau 20 20 28 105 98 129 279 286 336 2 2 2 19 19 38
5 Riau 82 44 81 269 269 313 606 290 328 2 2 3 195 195 235
6 Kepulauan Bangka Belitung 6 6 10 46 46 62 72 72 79 1 2 2 28 28 30
7 Jambi 45 31 47 119 121 151 141 137 167 0 0 0 85 85 44
8 Bengkulu 14 17 17 46 77 96 90 104 95 0 0 0 1 64 72
9 Sumatera Selatan 81 88 95 183 175 225 181 97 95 3 5 5 91 91 106
10 Lampung 54 74 48 162 162 212 122 123 157 1 1 1 39 39 65
11 Banten 62 34 79 426 137 137 9 9 9 14 25 31 12 12 12
12 DKI Jakarta 310 521 279 1,234 807 1,162 493 349 732 326 435 499 268 268 268
13 Jawa Barat 369 343 365 2,073 1,230 2,256 393 420 872 29 43 58 295 295 244
14 Jawa Tengah 249 328 329 1,133 522 522 600 361 361 8 13 17 0 0 0
15 DI Yogyakarta 50 55 42 113 123 355 58 43 52 2 3 4 28 28 96
16 Jawa Timur 428 370 461 1,721 890 1,586 217 218 218 17 22 27 399 399 274
17 Bali 72 81 81 336 179 383 104 104 159 0 2 3 52 52 109
18 Nusa Tenggara Barat 32 31 38 128 34 162 118 100 102 0 0 0 6 6 92
19 Nusa Tenggara Timur 27 27 27 88 39 103 160 81 183 0 0 0 99 99 153
20 Kalimantan Barat 42 67 69 100 99 130 323 244 270 0 0 0 82 82 97
21 Kalimantan Tengah 10 11 14 72 80 84 153 148 162 0 0 0 0 0 49
22 Kalimantan Selatan 57 69 59 134 134 171 305 233 433 0 0 0 135 135 154
23 Kalimantan Timur 45 45 52 197 197 263 308 315 300 0 0 0 80 80 111
24 Sulawesi Utara 41 43 43 89 100 122 125 49 40 0 0 0 82 82 109
26 Sulawesi Tengah 23 31 23 75 41 124 110 112 112 0 0 0 35 35 102
27 Gorontalo 4 5 5 34 36 55 42 42 41 0 0 0 14 41 25
28 Sulawesi Selatan 79 123 134 418 210 468 398 451 436 1 2 2 59 59 150
29 Sulawesi Tenggara 15 19 13 62 62 105 171 96 165 0 0 0 64 64 90
30 Maluku Utara 3 3 6 34 34 34 25 25 25 0 0 0 12 12 64
31 Maluku 15 15 18 47 47 60 94 80 125 0 0 0 32 32 62
32 Papua Barat 9 13 13 57 57 71 45 45 44 0 0 0 2 2 2
33 Papua 35 36 38 102 83 127 49 94 13 0 0 0 108 108 151
TOTAL 2,503 2,789 2,743 10,332 6,816 10,931 7,000 5,915 7,940 412 567 667 2,521 2,611 3,296
Sumber: Ditjen Yanfar dan Alkes, Depkes RI 2008
Lampiran 5.11
JUMLAH INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2008
Jurusan / Program Studi
1 Nanggroe Aceh Darussalam
3 3 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9
2 Sumatera Utara
1 3 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
9
3 Sumatera Barat
2 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7
4 Riau
2 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5
5 Jambi
1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
6 Sumatera Selatan
3 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
8
7 Bengkulu
2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
8 Lampung
2 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
8
9 Kepulauan Bangka Belitung
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
10 Kepulauan Riau
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
11 DKI Jakarta
4 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0
16
12 Jawa Barat
5 6 2 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
16
13 Jawa Tengah
6 4 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 2 0 1
20
14 DI Yogyakarta
1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
6
15 Jawa Timur
7 6 1 0 0 2 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0
19
16 Banten
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
17 Bali
1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5
18 Nusa Tenggara Barat
2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
5
19 Nusa Tenggara Timur
3 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8
20 Kalimantan Barat
1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
6
21 Kalimantan Tengah
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3
22 Kalimantan Selatan
1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
6
23 Kalimantan Timur
1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
4
24 Sulawesi Utara
1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6
25 Sulawesi Tengah
2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
26 Sulawesi Selatan
2 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
9
27 Sulawesi Tenggara
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3
28 Gorontalo
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3
29 Sulawesi Barat
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
30 Maluku
3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6
31 Maluku Utara
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3
32 Papua Barat
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
33 Papua
7 2 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12
TOTAL 67 52 18 6 1 20 26 2 1 1 1 12 2 3 1 1 214
% 31.3 24.3 8.4 2.8 0.5 9.3 12.1 0.9 0.5 0.5 0.5 5.6 0.9 1.4 0.5 0.5 100
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan,Depkes
JUMLAH STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
KUMULATIF SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2008
S t r a t a
Jumlah Jurusan Terakreditasi Belum Terakreditasi
No Poltekkes A B C
Jurusan/program Studi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 Banda Aceh 9 1 14 6 85.71 0 0 7 77.78 2 22.22
2 Medan 9 2 22 5 55.56 2 22.22 9 100 0 0
3 Pekanbaru 5 0 0 2 100 0 0 2 40 3 60.00
4 Padang 7 5 83 1 16.67 0 0 6 85.71 1 14.29
5 Jambi 4 2 50 2 50 0 0 4 100 0 0
6 Bengkulu 4 2 100 0 0 0 0 2 50 2 50.00
7 Palembang 8 0 0 8 100 0 0 8 100 0 0
8 Tanjung Karang 8 0 0 7 100 0 0 7 87.50 1 12.50
9 Jakarta I 3 2 67 1 33.33 0 0 3 100 0 0
10 Jakarta II 7 4 57 3 42.86 0 0 7 100 0 0
11 Jakarta III 6 6 100 0 0 0 0 6 100 0 0
12 Bandung 11 9 82 2 18.18 0 0 11 100 0 0
13 Tasikmalaya 5 5 100 0 0 0 0 5 100 0 0
14 Yogyakarta 6 4 67 2 33.33 0 0 6 100 0 0
15 Semarang 13 9 82 2 18.18 0 0 11 84.62 2 15.38
16 Surakarta 7 2 50 2 50 0 0 4 57.14 3 42.86
17 Surabaya 12 7 58 5 41.67 0 0 12 100 0 0
18 Malang 7 5 71 2 28.57 0 0 7 100 0 0
19 Denpasar 5 2 40 3 60 0 0 5 100 0 0
20 Mataram 5 3 60 2 40 0 0 5 100 0 0
21 Kupang 8 0 0 7 100 0 0 7 87.50 1 12.50
22 Pontianak 6 2 50 2 50 0 0 4 66.67 2 33.33
23 Palangkaraya 3 0 0 2 100 0 0 2 66.67 1 33.33
24 Samarinda 4 1 50 1 50 0 0 2 50 2 50.00
25 Banjarmasin 6 3 50 3 50 0 0 6 100 0 0
26 Palu 4 0 0 4 100 0 0 4 100 0 0
27 Makassar 9 1 13 7 87.50 0 0 8 88.89 1 11.11
28 Kendari 3 0 0 3 100 0 0 3 100 0 0
29 Manado 6 0 0 4 100 0 0 4 66.67 2 33.33
30 Gorontalo 3 0 0 0 0 3 100.00 3 100 0 0
31 Ambon 6 0 0 4 66.67 2 33.33 6 100 0 0
32 Ternate 3 0 0 2 100 0 0 2 66.67 1 33.33
33 Jayapura 12 0 0 5 100 0 0 5 41.67 7 58.33
Jumlah 214 77 42.08 99 54.10 7 3.83 183 85.51 31 14.49
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan,Depkes
Lampiran 5.13
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2008
DIII AKUPUNTUR
Kardiovaskuler
AKAFARMA
DI PTTD
APIKES
AKPER
AKFAR
AKBID
AKFIS
SMAK
SPRG
ATRO
SMKF
ATEM
AKZI
No Provinsi Jumlah
ATW
AAK
AKG
ARO
SMF
AKL
SPK
ATG
DIII
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 0 13 27 0 0 0 1 1 1 0 2 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 51
2 Sumatera Utara 1 0 42 51 0 4 0 3 1 1 2 2 0 0 1 0 2 1 1 0 1 0 0 113
3 Sumatera Barat 0 0 13 10 0 1 0 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 2 0 0 0 34
4 Riau 0 0 7 18 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 32
5 Jambi 0 0 7 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 14
6 Sumatera Selatan 0 0 12 16 0 1 0 0 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 35
7 Bengkulu 0 0 4 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
8 Lampung 0 0 6 10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 18
9 Kepulauan Bangka Belitung 1 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
10 Kepulauan Riau 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
11 DKI Jakarta 1 2 35 25 0 7 0 2 2 1 2 2 1 0 2 1 0 1 2 2 1 1 1 91
12 Jawa Barat 0 0 13 12 0 4 13 0 2 0 0 1 0 0 0 0 2 1 1 1 0 0 0 50
13 Jawa Tengah 2 0 44 44 0 4 0 3 7 3 2 2 0 0 2 0 4 1 2 6 2 0 0 128
14 DI Yogyakarta 0 0 5 2 0 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 0 1 0 16
15 Jawa Timur 0 1 42 24 0 5 1 3 2 1 2 1 0 2 1 1 4 0 1 2 0 0 0 93
16 Banten 0 0 5 10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16
17 Bali 1 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
18 Nusa Tenggara Barat 1 0 4 7 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 16
19 Nusa Tenggara Timur 2 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
20 Kalimantan Barat 0 0 6 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
21 Kalimantan Tengah 0 0 3 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7
22 Kalimantan Selatan 0 0 6 6 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14
23 Kalimantan Timur 0 0 6 6 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14
24 Sulawesi Utara 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
25 Sulawesi Tengah 0 0 5 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
26 Sulawesi Selatan 1 1 24 13 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 46
27 Sulawesi Tenggara 0 0 6 3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 13
28 Gorontalo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Sulawesi Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Maluku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
31 Maluku Utara 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
32 Papua Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Papua 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
JUMLAH 12 4 319 304 1 32 14 15 36 14 9 14 1 2 8 2 22 8 8 20 6 2 1 854
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Depkes
Lampiran 5.14
JUMLAH STRATA AKREDITASI INSTITUSI NON POLTEKKES
KUMULATIF SAMPAI DESEMBER TAHUN 2008
1 Nanggroe Aceh Darussalam 51 1 3.70 20 74.07 6 22.22 27 52.94 24 47.06
2 Sumatera Utara 113 4 5.19 58 75.32 15 19.48 77 68.14 36 31.86
3 Sumatera Barat 34 2 9.52 16 76 3 14.29 21 61.76 13 38.24
6 Sumatera Selatan 35 3 13.04 15 65.22 5 21.74 23 65.71 12 34.29
11 DKI Jakarta 91 6 8 68 90.67 1 1.33 75 82.42 16 17.58
12 Jawa Barat 50 3 18.75 13 81.25 0 0 16 32 34 68
13 Jawa Tengah 128 13 14.44 69 76.67 8 8.89 90 70.31 38 29.69
15 Jawa Timur 93 20 26.67 54 72 1 1.33 75 80.65 18 19.35
26 Sulawesi Selatan 46 1 5.26 14 73.68 4 21.05 19 41.30 27 58.70
JUMLAH TENAGA KESEHATAN
Bidan
(tidak Bidan di Apoteker
No Provinsi Dokter Dokter Dokter Perawat Asisten Kefarmasi Analis Kesmas Kesmas Keterapian Keteknisi
Perawat termasuk Desa /di & S1 Sanitarian Gizi Jumlah
Spesialis Umum Gigi Gigi Apoteker an Farmasi (S1) (S2) Fisik an Medis
Bidan di Poskesdes Farmasi
desa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 3 362 72 2,291 126 1,986 1,235 3 80 36 64 146 1 366 229 4 149 7,153
2 Sumatera Utara 1 920 383 4,295 102 5,123 1,003 3 142 185 60 122 1 321 326 1 213 13,201
3 Sumatera Barat 4 306 167 1,569 162 1,707 447 8 165 46 54 125 5 213 167 2 133 5,280
4 R i a u 3 369 165 1,649 38 1,040 124 2 40 43 12 19 0 118 93 0 75 3,790
5 J a m b i 0 248 71 1,212 0 1,070 0 0 0 79 0 25 0 193 64 0 142 3,104
6 Sumatera Selatan 8 365 104 2,157 181 1,703 486 10 130 30 93 214 12 285 193 0 46 6,017
7 Bengkulu 0 246 75 1,089 114 1,124 473 7 76 0 6 63 3 83 67 5 24 3,455
8 Lampung 1 278 114 1,642 172 1,237 640 8 56 0 40 95 4 238 137 0 30 4,692
9 Bangka Belitung 0 88 29 534 29 229 94 1 15 13 9 31 12 33 19 0 10 1,146
10 Kepulauan Riau 2 180 71 654 14 286 67 2 13 25 10 6 1 21 21 0 17 1,390
11 DKI Jakarta 63 582 511 1,119 183 1,074 0 45 117 0 37 49 10 152 197 10 56 4,205
12 Jawa Barat 5 1,241 758 5,063 376 2,955 1,766 7 155 122 70 605 17 604 437 33 242 14,456
13 Jawa Tengah 8 1,708 690 5,149 755 6,406 1,763 28 502 0 174 330 22 706 638 26 186 19,091
14 DI Yogyakarta 3 292 163 785 44 512 124 0 18 42 14 49 3 132 120 0 128 2,429
15 Jawa Timur 5 1,301 736 5,152 136 6,576 128 25 218 136 98 140 2 1,161 1,597 1 209 17,621
16 Banten 0 335 161 1,302 0 1,270 0 0 0 10 0 61 0 103 61 0 30 3,333
17 B a l i 3 254 146 1,033 156 867 270 3 65 15 15 70 5 220 90 1 11 3,224
18 Nusa Tenggara Barat 0 153 59 1,097 37 615 195 2 16 35 3 60 0 127 139 0 73 2,611
19 Nusa Tenggara Timur 0 269 68 1,892 155 1,153 766 9 78 35 53 28 0 234 136 0 25 4,901
20 Kalimantan Barat 0 210 71 1,674 55 1,009 0 1 10 28 17 15 0 196 126 0 121 3,533
21 Kalimantan Tengah 0 149 41 1,050 70 683 131 7 13 6 14 10 0 84 61 0 28 2,347
22 Kalimantan Selatan 0 295 78 1,269 14 1,272 77 2 7 137 0 73 0 290 182 0 150 3,846
23 Kalimantan Timur 0 220 123 1,073 0 632 0 0 0 51 0 19 0 263 75 0 45 2,501
24 Sulawesi Utara 0 232 21 957 57 384 148 1 36 3 3 11 1 140 57 0 1 2,052
25 Sulawesi Tengah 0 173 47 1,406 11 1,318 7 0 11 20 0 80 0 262 64 0 22 3,421
26 Sulawesi Selatan 0 455 215 2,483 47 1,381 273 4 24 47 27 316 2 388 286 0 205 6,153
27 Sulawesi Tenggara 0 138 41 1,190 34 441 305 3 15 3 10 56 23 167 171 2 273 2,872
28 Gorontalo 0 77 15 396 14 250 0 0 2 2 0 26 1 126 70 0 3 982
29 Sulawesi Barat 0 67 22 523 6 154 81 4 8 2 4 40 3 46 42 4 19 1,025
30 Maluku 0 35 3 488 5 297 79 1 1 0 2 7 0 83 46 0 13 1,060
31 Maluku Utara 0 38 8 301 0 283 0 0 0 14 0 10 0 36 51 0 6 747
32 Papua Barat 0 122 16 1,190 7 692 55 4 11 3 3 13 0 60 49 0 43 2,268
33 Papua 0 157 34 1,510 7 967 56 2 5 16 43 41 0 89 95 0 102 3,124
TOTAL 109 11,865 5,278 55,194 3,107 46,696 10,793 192 2,029 1,184 935 2,955 128 7,540 6,106 89 2,830 157,030
Sumber : Pusdatin, Depkes 2008
Lampiran 5.18
RASIO DOKTER, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008
Jumlah Rasio Dokter
No Provinsi Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Rasio Dokter Gigi Rasio Perawat Rasio Bidan
Puskesmas Umum
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 301 362 72 2,291 3,221 1.20 0.24 7.61 10.70
2 Sumatera Utara 495 920 383 4,295 6,126 1.86 0.77 8.68 12.38
3 Sumatera Barat 227 306 167 1,569 2,154 1.35 0.74 6.91 9.49
4 R i a u 183 369 165 1,649 1,164 2.02 0.90 9.01 6.36
5 J a m b i 158 248 71 1,212 1,070 1.57 0.45 7.67 6.77
6 Sumatera Selatan 278 365 104 2,157 2,189 1.31 0.37 7.76 7.87
7 Bengkulu 142 246 75 1,089 1,597 1.73 0.53 7.67 11.25
8 Lampung 253 278 114 1,642 1,877 1.10 0.45 6.49 7.42
9 Bangka Belitung 50 88 29 534 323 1.76 0.58 10.68 6.46
10 Kepulauan Riau 59 180 71 654 353 3.05 1.20 11.08 5.98
11 DKI Jakarta 351 582 511 1,119 1,074 1.66 1.46 3.19 3.06
12 Jawa Barat 999 1,241 758 5,063 4,721 1.24 0.76 5.07 4.73
13 Jawa Tengah 842 1,708 690 5,149 8,169 2.03 0.82 6.12 9.70
14 DI Yogyakarta 120 292 163 785 636 2.43 1.36 6.54 5.30
15 Jawa Timur 940 1,301 736 5,152 6,704 1.38 0.78 5.48 7.13
16 Banten 194 335 161 1,302 1,270 1.73 0.83 6.71 6.55
17 B a l i 114 254 146 1,033 1,137 2.23 1.28 9.06 9.97
18 Nusa Tenggara Barat 142 153 59 1,097 810 1.08 0.42 7.73 5.70
19 Nusa Tenggara Timur 278 269 68 1,892 1,919 0.97 0.24 6.81 6.90
20 Kalimantan Barat 224 210 71 1,674 1,009 0.94 0.32 7.47 4.50
21 Kalimantan Tengah 169 149 41 1,050 814 0.88 0.24 6.21 4.82
22 Kalimantan Selatan 214 295 78 1,269 1,349 1.38 0.36 5.93 6.30
23 Kalimantan Timur 205 220 123 1,073 632 1.07 0.60 5.23 3.08
24 Sulawesi Utara 144 232 21 957 532 1.61 0.15 6.65 3.69
25 Sulawesi Tengah 144 173 47 1,406 1,325 1.20 0.33 9.76 9.20
26 Sulawesi Selatan 395 455 215 2,483 1,654 1.15 0.54 6.29 4.19
27 Sulawesi Tenggara 208 138 41 1,190 746 0.66 0.20 5.72 3.59
28 Gorontalo 73 77 15 396 250 1.05 0.21 5.42 3.42
29 Sulawesi Barat 70 67 22 523 235 0.96 0.31 7.47 3.36
30 Maluku 153 35 3 488 376 0.23 0.02 3.19 2.46
31 Maluku Utara 91 38 8 301 283 0.42 0.09 3.31 3.11
32 Papua Barat 96 122 16 1,190 747 1.27 0.17 12.40 7.78
33 Papua 236 157 34 1,510 1,023 0.67 0.14 6.40 4.33
TOTAL 8,548 11,865 5,278 55,194 57,489 1.39 0.62 6.46 6.73
Sumber : Pusdatin, Depkes 2008
Lampiran 5.19
JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI PUSKESMAS
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2008
Jumlah Tenaga Non Kesehatan
No Provinsi
Pekarya TU Sopir Keuangan Tenaga Non Kesehatan Lain Jumlah
2 Sumatera Utara 195 73 459 41 47 16 104 954 1150 0 2,104 1186 1392 89 2,667
191
3 Sumatera Barat 86 58 31 175 20 28 21 69 218 26 0 244 324 112 52 488
4 Riau 74 91 28 193 16 41 14 71 183 335 0 518 273 467 42 782
5 Jambi 52 87 61 200 1 10 35 46 41 210 0 251 94 307 96 497
6 Sumatera Selatan 47 58 0 105 5 3 3 11 96 105 0 201 148 166 3 317
7 Bengkulu 13 45 28 86 2 4 9 15 31 145 0 176 46 194 37 277
8 Lampung 51 50 19 120 14 17 11 42 570 52 0 622 635 119 30 784
10 Kepulauan Riau 14 28 15 57 2 14 14 30 19 82 0 101 35 124 29 188
11 DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Jawa Barat 133 0 0 133 70 0 0 70 776 131 0 907 979 131 0 1,110
13 Jawa Tengah 371 0 0 371 106 1 0 107 1779 4 0 1,783 2256 5 0 2,261
14 DI Yogyakarta 59 0 0 59 36 0 0 36 102 0 0 102 197 0 0 197
15 Jawa Timur 205 0 0 205 133 0 0 133 1446 37 0 1,483 1784 37 0 1,821
16 Banten 70 0 0 70 23 0 0 23 219 146 0 365 312 146 0 458
17 Bali 65 0 0 65 17 0 0 17 136 3 0 139 218 3 0 221
18 Nusa Tenggara Barat 25 35 12 72 8 11 5 24 35 23 0 58 68 69 17 154
19 Nusa Tenggara Timur 0 36 233 269 0 12 109 121 0 77 0 77 0 125 342 467
20 Kalimantan Barat 3 45 92 140 0 3 44 47 0 104 0 104 3 152 136 291
21 Kalimantan Tengah 0 48 49 97 0 4 29 33 0 45 0 45 0 97 78 175
22 Kalimantan Selatan 10 86 69 165 0 13 42 55 1 170 0 171 11 269 111 391
23 Kalimantan Timur 33 43 21 97 6 18 21 45 5 14 0 19 44 75 42 161
24 Sulawesi Utara 9 61 44 114 1 3 10 14 1 31 0 32 11 95 54 160
25 Sulawesi Tengah 0 37 76 113 0 1 15 16 0 108 0 108 0 146 91 237
26 Sulawesi Tenggara 0 19 132 151 0 2 37 39 36 74 0 110 36 95 169 300
27 Sulawesi Selatan 71 67 28 166 50 29 16 95 99 82 0 181 220 178 44 442
28 Gorontalo 6 23 48 77 0 1 21 22 5 13 0 18 11 37 69 117
29 Sulawesi Barat 0 8 79 87 0 3 33 36 0 61 0 61 0 72 112 184
30 Maluku 0 9 144 153 0 3 49 52 0 99 0 99 0 111 193 304
31 Maluku Utara 2 4 47 53 0 3 13 16 0 41 0 41 2 48 60 110
32 Papua 0 24 121 145 0 3 17 20 0 1 0 1 0 28 138 166
33 Papua Barat 0 16 75 91 0 1 12 13 0 5 0 5 0 22 87 109
Jumlah 1,646 1,298 1,675 4,619 558 298 646 1,502 6,905 4,527 0 11,432 9,109 6,123 2,321 17,553
Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes
Lampiran 5.21
JUMLAH ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPARTEMEN KESEHATAN
MENURUT ESELON I TAHUN ANGGARAN 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Sekretariat Jenderal 1,199,003,521,000 846,190,717,383 70.57 795,360,754,000 591,357,748,526 74.35 650,608,199,000 619,149,457,606 95.16 128,413,350,000 73,920,002,489 57.56 2,773,385,824,000 2,130,617,926,004 76.82
2 Inspektorat Jenderal 15,284,750,000 7,928,911,007 51.87 87,107,150,000 57,651,717,951 66.18 1,352,000,000 647,062,000 47.86 0 0 0 103,743,900,000 66,227,690,958 63.84
3 Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat 57,339,447,000 45,632,386,770 79.58 559,104,075,000 297,260,516,729 53.17 321,774,909,000 140,887,018,816 43.78 945,617,178,000 839,315,144,314 88.76 1,883,835,609,000 1,323,095,066,629 70.23
4 Ditjen Bina Pelayanan Medik 1,091,137,359,000 1,073,821,772,506 98.41 3,160,755,061,000 3,010,628,176,456 95.25 2,280,721,927,000 1,695,260,521,395 74.33 3,717,661,148,000 3,597,259,668,227 96.76 10,250,275,495,000 9,376,970,138,584 91.48
5 Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan 166,766,613,000 136,826,478,396 82.05 288,958,216,000 229,671,754,266 79.48 325,343,786,000 272,338,857,706 83.71 70,616,457,000 53,942,281,541 76.39 851,685,072,000 692,779,371,909 81.34
6 Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 8,676,850,000 7,851,277,369 90.49 59,259,412,000 52,714,787,042 88.96 3,915,445,000 638,123,000 16.30 985,621,900,000 942,421,208,219 95.62 1,057,473,607,000 1,003,625,395,630 94.91
7 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 61,341,404,000 50,812,595,586 82.84 199,355,301,000 136,302,628,041 68.37 68,880,234,000 64,381,613,040 93.47 0 0 0 329,576,939,000 251,496,836,667 76.31
8 Badan Pusat Pemberdayaan SDM Kesehatan 379,702,159,000 353,543,921,636 93.11 424,138,006,000 303,879,700,640 71.65 272,651,405,000 255,213,229,237 93.60 148,792,463,000 127,625,235,219 85.77 1,225,284,033,000 1,040,262,086,732 84.90
J u m l a h 2,979,252,103,000 2,522,608,060,653 84.67 5,574,037,975,000 4,679,467,029,651 83.95 3,925,247,905,000 3,048,515,882,800 77.66 5,996,722,496,000 5,634,483,540,009 93.96 18,475,260,479,000 15,885,074,513,113 85.98
Sumber : Biro Perencanaan dan Anggaran
Lampiran 5.22
PERSENTASE PENDUDUK DENGAN JAMINAN PEMBIAYAAN/ASURANSI KESEHATAN
MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2007
Perkotaan +
No Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Nangroe Aceh Darussalam 42,56 51,13 49,12
2 Sumatera Utara 23,70 20,96 22,17
3 Sumatera Barat 34,04 18,94 23,62
4 Riau 28,37 19,81 22,82
5 Jambi 29,55 15,32 19,40
6 Sumatera Selatan 31,18 17,00 21,91
7 Bengkulu 35,04 25,28 28,00
8 Lampung 31,15 19,17 21,84
9 Kepulauan Bangka Belitung 36,55 35,18 35,74
10 Kepulauan Riau 37,26 30,19 35,84
11 DKI Jakarta 22,01 0 22,01
12 Jawa Barat 26,55 20,58 23,75
13 Jawa Tengah 29,04 27,36 28,06
14 D.I. Yogyakarata 33,37 35,79 34,32
15 Jawa Timur 25,65 18,32 21,43
16 Banten 24,22 22,25 23,34
17 Bali 29,95 22,75 26,55
18 Nusa Tenggara Barat 466,5 29,27 35,85
19 Nusa Tenggara Timur 49,05 50,95 50,63
20 Kalimantan Barat 28,60 22,07 23,84
21 Kalimantan Tengah 22,59 18,98 20,04
22 Kalimantan Selatan 32,66 21,09 25,49
23 Kalimantan Timur 43,27 28,00 36,30
24 Sulawesi Utara 30,17 230,9 25,69
25 Sulawesi Tengah 37,81 25,27 27,85
26 Sulawesi Selatan 36,12 24,73 28,37
27 Sulawesi Tenggara 43,11 29,94 32,84
28 Gorontalo 39,46 31,81 33,86
29 Sulawesi Barat 28,13 39,84 38,07
30 Maluku 32,42 31,68 31,90
31 Maluku Utara 28,06 22,43 33,86
32 Papua Barat 39,42 38,87 39,02
33 Papua 42,24 57,10 52,40
Indonesia 28,40 24,23 26,05
Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Depkes RI
Lampiran 5.23
PERSENTASE PENDUDUK DENGAN JAMINAN PEMBIAYAAN/ASURANSI KESEHATAN
MENURUTJENIS JAMINAN KESEHATAN DAN PROVINSI TAHUN 2007
Laju
Persentase Persentase
Jumlah Kepadatan Pertumbuhan Persentase Persentase Angka Beban GNI PPP per
Penduduk di Penduduk Usia
No Negara Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia Tanggungan kapita (US$)
Daerah 65 Tahun Ke
(Juta Jiwa) (per Km²) 19902007 014 Tahun 15 64 Tahun (%) Tahun 2007
Perkotaan Atas
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
10 Thailand 66.1 129 36 1.0 22 71 7 41 7,880
11 Bangladesh 147.3 1,023 24 2.0 34 62 4 61 1,340
12 Bhutan 0.7 14 31 1.1 32 63 5 59 4,980
13 India 1149.3 350 28 1.8 32 63 5 59 2,740
15 Maladewa 0.3 1,040 27 2.0 32 63 5 59 5,040
16 Nepal 27.0 183 17 2.3 37 59 4 69 1,040
17 Sri Lanka 20.3 309 15 0.7 27 67 6 49 4,210
18 Timor Leste 1.1 73 22 2.7 45 52 3 92 3,080
Sumber : World Population Data Sheet, USAID, 2008
The State of The Worlds Children, 2009 : Laju pertumbuhan penduduk
World Health Statistics 2009, WHO: GNI PPP per kapita
Lampiran 6.2
ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO
Angka Angka
Indeks Indeks Usia Harapan Hidup Waktu Angka Angka Kematian Balita Angka Kematian
Peringkat Peringkat IPM Total Fertility Kelahiran Kasar Kematian Kasar
Pembangunan Pembangunan Lahir Kematian Bayi (AKABA) Maternal (per 100.000
No Negara IPM dunia dunia Rate (TFR) per 1000 per 1000
Manusia Manusia (AKB) lahir hidup)
L+P L P Penduduk Penduduk L P L+P
2006 2007 2007 2007 2005
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 Brunei Darussalam 30 0.919 30 0.920 75 72 77 2.0 19 3 7 10 8 9 13
2 Filipina 105 0.747 105 0.751 69 66 72 3.3 26 5 25 33 23 28 230
3 Kamboja 137 0.584 137 0.593 62 59 66 3.5 26 8 67 98 83 91 540
4 Laos 133 0.613 132 0.619 61 59 63 4.5 34 10 70 74 66 70 660
5 Malaysia 66 0.825 66 0.829 74 72 76 2.6 21 5 9 12 10 11 62
6 Singapura 23 0.942 24 0.944 81 78 83 1.4 11 5 2.4 3 2 3 14
7 Vietnam 116 0.72 115 0.725 73 71 75 2.1 17 5 16 16 14 15 150
8 Indonesia 111 0.729 111 0.734 70 69 72 2.6 21 6 34 33 29 31 420
9 Myanmar 138 0.584 138 0.586 61 58 64 2.2 19 10 70 124 101 113 380
10 Thailand 86 0.783 87 0.78 72 68 75 1.6 13 8 16 7 7 7 110
11 Bangladesh 146 0.535 148 0.543 63 62 64 2.7 24 7 52 64 57 61 570
12 Bhutan 132 0.608 133 0.619 66 66 67 3.6 30 7 40 90 78 84 440
13 India 134 0.604 134 0.612 65 65 66 2.8 24 8 57 67 77 72 450
14 Korea Utara 71 68 73 2.0 16 7 21 57 53 55 370
15 Maladewa 97 0.765 95 0.771 73 72 73 2.2 19 4 21 31 30 30 120
16 Nepal 144 0.547 144 0.553 64 63 64 3.1 29 9 48 55 54 55 830
17 Sri Lanka 102 0.755 102 0.759 71 67 75 2.4 19 7 15 24 17 21 58
18 Timor Leste 162 0.484 162 0.489 60 59 61 6.7 42 11 88 110 83 97 380
Sumber : World Population Data Sheet, USAID, 2008
Human Development Report 2009: Indeks Pembangunan Manusia
World Health Statistics 2009 WHO: AKABA, Angka kematian maternal
Lampiran 6.3
PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT
DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2006
(%) Penduduk Yang (%) Penduduk
No Negara Menggunakan Sumber Air Bersih Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat
1 Brunei Darussalam
2 Filipina
96 88 93 81 72 78
3 Kamboja
80 61 65 62 19 28
4 Laos
86 53 60 87 38 48
5 Malaysia
100 96 99 95 93 94
6 Singapura
100 100 100 100
7 Vietnam
98 90 92 88 56 65
8 Indonesia
89 71 80 67 37 52
9 Myanmar
80 80 80 85 81 82
10 Thailand
99 97 98 95 96 96
11 Bangladesh
85 78 80 48 32 36
12 Bhutan
98 79 81 71 50 52
13 India
96 86 89 52 18 28
14 Korea Utara
100 100 100
15 Maladewa
98 76 83 100 42 59
16 Nepal
94 88 89 45 24 27
17 Sri Lanka
98 79 82 89 86 86
18 Timor Leste 77 56 62 64 32 41
Sumber : World Health Statistics 2009, WHO
Lampiran 6.4
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2006/2007
Sumber : World Health Statistics 2009, WHO
Keterangan : CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)
Lampiran 6.5
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
1. Angka Estimasi HIV 2. Kematian Akibat AIDS
1 Brunei Darussalam … … … … … … … … … …
2 Filipina 8,300 [ 6.000 11.000 ] 8,200 [ 5.900 11.000 ] … [ < 0.1 ] 2,200 [ 1.600 3.100 ] < 200 [ <100 <500 ]
4 Laos 5,500 [ 3.300 13.000 ] 5,400 [ 3.300 13.000 ] 0.2 [ 0,1 0,4 ] 1 300 [ <1.000 3.100 ] <100 [ <200 ]
5 Malaysia 80,000 [ 52.000 120.000 ] 79,000 [ 51.000 120.000] 0.5 [ 0,3 0,8 ] 21,000 [ 13.000 34.000 ] 3,100 [ 2.100 4.500 ]
6 Singapura 4,200 [ 2.600 7.300 ] 4,100 [ 2.500 7.200 ] 0.2 [ 0,1 0,3 ] 1,200 [ <1.000 2.100] < 200 [ <100 <500 ]
7 Vietnam 290,000 [ 180.000 470.000 ] 280,000 [ 170.000 470.000] 0.5 [ 0,3 0,9 ] 76,000 [ 46.000 120.000 ] 20,000 [ 12.000 33.000 ]
8 Indonesia 270,000 [ 190.000 400.000 ] 270,000 [ 190.000 400.000 ] 0.2 [ 0,1 0,3 ] 54,000 [ 36.000 87.000 ] 8,700 [ 4.900 13.000 ]
10 Thailand 610,000 [ 410.000 880.000 ] 600,000 [ 400.000 860.00 ] 1.4 [ 0,9 2,1 ] 250,000 [ 170.000 360.000 ] … …
11 Bangladesh 12,000 [ 7.700 19.000 ] 12,000 [ 7.600 19.000 ] … [ < 0,1 ] 2,000 [ 1.200 3.400 ] < 500 [ <1000 ]
12 Bhutan < 500 [ <1000 ] < 500 [ <1000 ] 0.1 [ < 0,1 0,2 ] < 100 [ < 200 ] … [ <100 ]
13 India 2,400,000 [ 1.800.000 3.200.000 ] 2,300,000 [ 1.700.000 3.100.000 ] 0.3 [ 0,2 0,5 ] 880,000 [ 670.000 1.200.000 ] … …
16 Nepal 70,000 [ 50.000 99.000 ] 68,000 [ 49.000 97.000 ] 0.5 [ 0,4 0,7 ] 17,000 [ 12.000 25.000 ] 4,900 [ 3.400 7.300 ]
17 Sri Lanka 3,800 [ 2.800 5.100 ] 3,700 [ 2.800 5.000 ] … [ < 0,1 ] 1,400 [ 1.000 1.800 ] … < 500
18 Timor Leste … … … … … … … … … …
Sumber: 2008 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO
Lampiran 6.6
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI
DI NEGARANEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2007
Tetanus
No Negara Difteri Pertusis Tetanus Campak Polio
Neonatorum
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Brunei Darussalam 0
5 Malaysia 0
18 Timor Leste 0 0 6 4 0 0
2008 2000 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Brunei Darussalam 100
5 Malaysia 100