Anda di halaman 1dari 9

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

RUMAH SAKIT ISLAM AT-TIN HUSADA


NO: 100/PER-DIRUT/AH/I/2019

TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM AT-TIN HUSADA

Menimbang :
a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam At-Tin Husada,
maka diperlukan Panduan Pengelolaan Limbah
b. bahwa agar pelayanan Penyelenggaraan Panduan Pengelolaan Limbah perlu adanya
kebijakan Direktur Rumah Sakit Islam At-Tin Husada sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Panduan Pengelolaan Limbah
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam At-Tin Husada

Mengingat:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 269/MenKes/Per/III/2008 tentang Rekam Medik.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : SURAT PENETAPAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG


PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT ISLAM
AT-TIN HUSADA
Kedua : Panduan Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Islam At-Tin
Husada sebagaimana terlampir dalam keputusan ini
Ketiga : Jika dikemudian hari terdapat kesalahan dan atau kekeliruan maka
keputusan ini dapat ditinjau kembali
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Dikeluarkan di Ngawi
Pada tanggal : 05 Januari 2019
Rumah Sakit Islam AT-TIN Husada
Direktur Utama,

Dr. Herbi Purwadianto

BAB I DEFINISI

1. Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat Rumah Sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah
sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
6. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang
cukup untuk menularkan penyakit pada manusia.
7. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur, anastesi dan pembuatan obat
citotoksik.
8. Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali
limbah (reuse) dan daur ulang limbah(recycle).
BAB II
RUANG LINGKUP

Klasifikasi rumah sakit tergantung darij jenis fasilitas dan kemampuan pelayanan medic
spesialitik, dan sub spesialitik yang dimilikinya. Sumber Iimbah cair bervariasi sesuai dengan
jenis dan klasifikasi rumah Sakit. Dengan demikian, didalam panduan instalasi pengolahan
Iimbah cair rumah sakit at tin husada ngawi sudah dapat dilaksanakan. Maka Sumber limbah
cair Rumah Sakit At Tin Husada Ngawi berasal dari:
1. Bangunan Unit Rawat Inap
2. Bangunan Unit Rawat Jalan
3. Bangunan Penunjang Non Medis
4. Bangunan Gizi
5. Ruang Terbuka

A. KARAKTERISTIK
Karakteristik atau sifat-sifat limbah cair rumah sakit tergantung dari sumber daya,serta
macam atau jenis penyebab penyakit dari pesien/penderita yang dirawat. Secara garis besa
limbah cair tidak beracun (non toksik) terdiri atas:
a. Air kotoran yaitu limbah cair yang mengandung kotoran manusia seperti tinja dan air kemih
yang berasal dari kloset dan peturasan di dalam toilet kamar mandi.
b. Air bekas, yaitu Iimbah cair yang mengandung kotoran manusia, yaitu:berasal dari lavatory,
kitchen sink, floor drain, cuci, kamar mandi dan ruang perawatan.
Limbah cair toksik, yaitu limbah cair yang mengandung zat beracun. Zat beracun dalam hal ini
adalah bahan-bahan kimia organik, deterjen dan zat radioaktif. Zat-zat ini merupakan racun
bagi mikroorganisme yang mempunyai sifat beracun dapat menghambat aktifitas metabolisme,
juga dapat membunuh mikroorganisme itu sendiri Limbah cair ini berasal dari labotorium,
apotek, laundry dan radiologi.

B. KAPASITAS
Bila tidak terjadi kebocoran, kapasitas limbah cair rumah sakit akan sebanding dengan
kapasitas air bersih yang dibutuhkan rumah sakit. Jumlah pemakaian air bersih pada unit
bangunan akan mengeluarkan limbah cair toksik diperkirakan 40% dari jumlah pemakaian air
bersih dan seluruhnya menjadi limbah cair.Sedangkan pada unit bangunan fasilitas yang
mengeluarkan Iimbah cair non toksik diperkirakan 60% dari jumlah pemakaian air bersih.
Dari pemakaian air bersih 60% dari jumlah pemakaian air bersih tersebut 90%menjadi Iimbah
cair, atau sebesar 94% dari jumlah pemakaian air bersih seluruhnya menjadi Iimbah cair.
Dengan demikian 94% pemakaian air bersih menjadi Iimbah cair. Sedangkan kebutuhan air
bersih bagi rumah sakit diperhitungkan sekitar 500 liter per tempat tidur per hari.
BAB III
TATA LAKSANA

Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan limbah dengan benar untuk meminimalkan


resiko infeksi melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius
1. Untuk limbah terkontaminasi ,pakailah sarung tangan rumah tangga yang tebal sewaktu
memindahkan sampah padat
2. Buang sampah padat dalam wadah plastik dengan tutup yang rapat, kantong plastik
warna kuning
3. Limbah yang terkumpul dilakukan pengangkatan dari ruangan sebanyak 3 kali yaitu
pada shift pagi, siang, sore serta ekstra diangkat bila telah tempat sampah telah penuh
4. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih desinfektan (larutan klorin 0,5% +
sabun) dan bilas dengan air secara teratur
5. Lepaskan sarung tangan rumah tangga setelah selesai digunakan dan lakukan
pencucian yang selanjutnya dikeringkan.
6. Cuci tangan dengan antiseptik / chlorheksidin 2%
Pembuangan limbah cairan tubuh
Limbah cairan tubuh dibuang melalui saluran spoel haoek yang ada disetiap ruangan.
Limbah tersebut dialirkan ke sistem pembuangan kotoran tertutup yang selanjutnya
mengalir ke IPAL RS.
b. Pemulasaraan jenazah dan bedah mayat
Lihat Panduan Pelayanan Kamar Jenazah PER-DIR NO: 097/PER-DIRUT/AH/I/2019
c. Pengelolaan limbah cair
Limbah cair yang berasal dari laboratorium pengelolaannya diberikan pada pihak Penyedia
jasa Pengangukatan Limbah Medis RS, dan limbah cair yang berasal dari ruangan unit-unit
rumah sakit diolah dengan lnstalasi pengolahan air Limbah (lPAL) rumah sakit.Kemudian
pengambilan sampel dilaksanakan satu kali sebulan yaitu sampel bakteri dan kimia Inlet
dan outlet.
d. Pelaporan pajanan limbah infeksius
1. Pengertian pajanan
Suatu peristiwa yang memungkinkan tenaga kesehatan tertular/terinfeksi Virus
Hepatitis B (VHB), Virus Hepatitis C (VHC), Human Immunodeficiency Virus (HIV)
sebagai akibat dari cidera perkutaneus (seperti luka akibat jarum suntik atau tersayat
benda tajam) kontak dengan selaput lendir atau kulit yang tidak utuh (seperti kontak
dengan kulit yang merekah, luka, lecet atau dermatitis) dengan darah, jaringan atau
cairan tubuh yang berpotensi infeksius.
2. Jenis-jenis pajanan
a. Permukaan yang menembus kulit : tertusuk jarum, tersayat benda tajam
b. Pajanan pada selaput mukosa/selaput lendir mata, hidung, atau mulut
c. Pajanan melalui kulit yang luka/kulit yang tidak utuh (pecah-pecah, lecet dermatitis)
3. Bahan pajanan
a. Darah
b. Cairan dan jaringan tubuh
4. Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
Pemberian segera pengobatan setelah terjadi pajanan atau cairan tubuh lainnya yang
terinfeksi, dalam rangka meminimalkan resiko mendapat infeksi.
5. Prinsip-prinsip penatalaksanaan kejadian pasca pajanan
a. Segera lakukan pertolongan pertama pada petugas yang mengalami pajanan
ditempat kejadian
b. Setiap pajanan harus dicatat dan dilaporkan kepada Komite PPI, K3, dan patient
safety
c. Propilaksi pasca pajanan termasuk obat-obat anti-retroviral, vaksin hepatitis B,
Immonoglobulin Hepatitis B (IGHB) harus tersedian di RSI At-Tin Husada untuk
pemberian yang tepat
d. PPP harus telah diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan
e. K3 dan patient safety melakukan investigasi dan mengidentifikasi tindakan yang
potensial untuk mencegah pajanan yang sama pada masa yang akan datang
f. PPI memastikan bahwa laporan lengkap tentang kecelakaan dan pengobatan
segera yang diberikan dilengkapi dalam waktu yang tepat, termasuk merujuk
individu yang terpajan untuk konseling dan testing serta tindak lanjut lainnya.
6. Langkah-langkah yang dilakukan setelah terjadi pajanan
a. Lakukan pertolongan pertama segera dilokasi pajanan dengan cara sebagai berikut
:
 Luka tusuk jarum/iris segera dicuci dengan sabun antiseptic dan air mengalir
selama 5 menit, tidak diperkenakan menghisap dengan mulut karena beresiko
darah yang terkontaminasi tertelan
 Percikan pada mukosa hidung, mulut atau kulit segera dibilas dengan guyuran
air selama 3-5 menit
 Percikan pada mata segera diirigasi dengan air bersih, larutan garam fisiologis,
atau air steril selama 15 menit
 Gunakan APD saat memberi pertolongan pertama pasca pajanan
b. Tentukan resiko yang berhubungan dengan pajanan
 Bahan pajanan (misal darah, cairan dengan darah yang terlihat, cairan atau
jaringan yang berpotensi infeksius yang lain dan virus yang terkonsentrasi)
 Jenis pajanan (misal cedera percutaneous, pajanan selaput lendir atau kulit
yang tidak utuh dan gigitan yang mengakibatkan pajanan darah)
c. Lakukan evaluasi sumber pajanan
 Nilai resiko infeksi menggunakan informasi yang tersedia seperti riwayat
penyakit/ rekam medis pasien maupun klinis.
 Tes sumber yang diketahui untuk HbsAG, Anti HBs, anti-VHC dan antibodi HIV
(pertimbangan penggunaan tes yang cepat).
 Untuk sumber yang diketahui, nilai resiko pajanan terhadap infeksi VHB, VHC
atau HIV.
 Jangan menguji jarum suntik atau spuite yang di buang untuk kontaminasi
virus.
 Biaya pemeriksaan laboratorium pada sumber pajanan maupun karyawan yang
terpajan ditanggung oleh RSI AT-Tin Husada.
d. Lakukan evaluasi pada petugas yang terpajan
Nilai status kekebalan untuk infeksi VHB (yaitu berdasarkan sejarah dari vaksinasi
hepatitis B dan tanggapan vaksin).
e. Berikan PPP (Profalksis Pasca Pajanan) untuk pajanan yang mempunyai resiko
penularan infeksi
o Pajanan VHB (Virus Hepatitis B) PPP tergantung pada status vaksinasi :
 Tidak perlu divaksinasi bila petugas telah mengandung Anti HBs lebih dari
10 mIU/ml.
 Berikan vaksinasi HBIG ( HB Imunoglobulin ) segera / maksimal 4 (empat)
jam pasca pajanan dan setelah 1 (satu) minggu pasca pajanan serta 1
(seri) vaksinasi Hepatitis B dan monitor dengan tes serologik.
o Pajanan VHC (Virus Hepatitis C) : PPP tidak direkomendasikan
o Pajanan HIV : berikan PPP secepat mungkin, maksimal 4 jam setelah pajanan.
Lakukan tes kehamilan kepada semua wanita pada umur mampu melahirkan
yang tidak diketahui hamil :
 Cari konsultasi ahli jika diduga ada resistensi virus.
 Berikan PPP selama empat minggu jika ditoleransi.
f. Laksanakan tes lanjutan
o Pajanan VHB : lakukan tes lanjutan anti-HBs bagi orang yang menerima vaksin
hepatitis B:
 Tes untuk anti-HBs satu sampai dua bulan setelah dosis vaksin terakhir.
 Respon anti-HBs terhadap vaksin tidak bisa jika HBIG telah diterima dalam
tiga sampai empat bulan sebelumnya.
o Pajanan VHC:
 Laksanan tes awal dan lanjutan untuk anti-VHC dan alanine
aminotransferase (ALT) empat sampai enam bulan setelah pajanan.
 Laksanan VHC RNA pada empat sampai enam minggu jika diagnosis dini
tentang infeksi VHC diperlukan.
 Konfirmasikan berulang kali reaktif anti-VHC enzim immunoassays (EIAs)
dengan tes tambahan.
o Pajanan HIV :
 Laksanan atas antibodi HIV pada petugas yang terpajan segera setelah
terpajan, 3 bulan, 6 bulan pasca pajanan untuk mengetahui apakah tertular
infeksi virus HIV.
 Laksanan tes antibodi HIV jika penyakit yang timbul sesuai dengan suatu
sindrom retroviral yang akut.
 Pandu orang yang terpajan untuk menggunakan kewaspadaan untuk
mencegah penularan sekunder selama periode pemantuan.
 Evaluasi orang yang terpajan yang melakukan PPP dalam waktu 72 jam
setelah pajanan dan pantau toksisitas obat untuk sedikitnya dua minggu.
 Keputusan untuk memberikan PPP didasarkan atas derajat dari pajanan
terhadap HIV dan status HIV dari sumber pajanan (Alur penatalaksaan
pajaan dari pasien terinfeksi HIV)
7. Alur penatalaksanaan pajanan dari pasien terinfeksi HIV

Tertusuk jarum Terpajan cairan


terkontaminasi tubuh

Cuci dengan
Segera lapor ke Cuci dengan air
Air mengalir
atasan mengalir

Buat laporan

Perawatan oleh dokter

Petugas dan sumber


periksa darah HCV, HBV,
HIV

PPP

8. Laporan pajanan darah dan cairan tubuh


Terlampir
FORMULIR PELAPORAN KEJADIAN KECELAKAAN DAN PAJANAN

I. IDENTITAS
NAMA : .....................................
UNIT KERJA : .....................................
II. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan waktu insiden
 Tanggal .............................................
 Jam ...................................................
2. Insiden :
 Luka tusukan jarum suntik
 Luka iris
 Percikan pada mukosa hidung, mulut atau kulit
 Percikan pada mata
3.Kronologis Insiden
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
4.Tindakan yang dilakukan setelah kejadian
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
Penerima Laporan : Pembuat Laporan :
Paraf : Paraf :
Tanggal lapor : Tanggal lapor :

,
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Berita acara pengangkutan Limbah cair B3


2. Hasil pemeriksaan Iimbah cair yang diolah dengan IPAL
3. Laporan Limbah Rumah Sakit ke Dinas Propinsi
4. Formulir tertusuk jarum

Anda mungkin juga menyukai