PENDAHULUAN
Gambaran Normal
Gambaran Patologik
Gambar 1. Endometrium anak normal. Gambaran USG sagital dari uterus pada
anak perempuan usia 2 tahun menunjukkan endometrium yang tipis (panah).
Gambar 2. Hematometrocolpos pada seorang gadis usia 12 tahun dengan nyeri
abdomen. Gambaran USG sagital menunjukkan vagina (panah lurus) dan rongga
uterus (panah lengkung) yang jelas melebar.
ENDOMETRIUM PRE-MENOPAUSE
Gambaran Normal
Sebelum visualisasi yolk sac atau embrio, dua tanda USG membantu untuk
diagnosis IUP normal. Tanda intradesidual terlihat sebelum usia kehammilan 5
minggu, dimana yolk sac masih sangat kecil untuk mempengaruhi echo
endometrium sentral. Kantung tampak sebagai area bulat, hiperekoik yang
mengelilingi area anekoik diantara desidua yang menebal. Setelah usia kehamilan
5 minggu, tanda kantong desidua ganda dapat terlihat (Gambar 7). Tanda kantong
desidual ganda tampak sebagai cincin hiperekoik, dengan garis hipoekoik diantara
dua cincin ekogenik akibat aposisi dinding endometrium.
Tanda intradesidual dan desidual ganda tidak terlihat pada awal IUP abnormal dan
tidak ditemukannya tanda ini tidak meng-eksklusi IUP normal. Reaksi desidual
tipis kurang dari 2 mm, sebuah kantong berbentuk abnormal, atau kantong
gestasional pada likasi uterus yang rendah memberi kesan kehamilan abnormal.
Suatu kantong gestasional kosong mungkin merepresentasikan adanya blighted
ovum (rata - rata diameter kantong gestasional > 10 mm) (Gambar 9), awal IUP,
atau kantong pseudogestasional dari kehamilan ektopik (Gambar 10). Tidak
adanya aktivitas jantung fetus saat panjang lebih dari 5 mm mengindikasikan
kematian embrio. Sisa hasil konsepsi dapat tampak sebagai kumpulan intrauterin
dengan echgenicity campuran.
Gambar 7. Tanda kantung desidua ganda. Gambaran USG pada awal kehamilan
intrauterin menunjukkan dua cincin hiperekoik (panah). Cincin bagian dalam
merupakan gabungan kapsularis desidua-chorion dan cincin bagian luar
menunjukkan desidua parietalis.
ENDOMETRIUM POST-PARTUM
Gambaran USG normal dari pelvis postpartum meliputi pelebaran uterus dan
diameter kavitas endometrium kurang dari 2 cm. Dinding kavitas memiliki
berbagai gambaran, mulai dari tepi yang halus dan jelas terlihat hingga lapisan
heterogen dan ireguler dengan tumpang tindih antara kasus normal dan abnormal.
Fokus ekogenik kecil dalam rongga endometrium tidak selalu parologis,
disamping menunjukkan sisa membran dan klot dari plasenta. Meskipun adanya
udara intrauterin, seperti yang digambarkan oleh gema internal yang kecil pada
USG atau fokus redaman yang sangat rendah pada CT, konsisten dengan
endometritis pada setting klinis yag tepat, gambaran ini juga dapat terlihat pada
21% pasien sehat dalam masa postpartum. Klot dan debris terlihat pada 24%
kasus setelah melahirkanKetebalan dinding endometrium menurun seiring
involusi uterus selama nifas dan jika rongga endometrium tetap tebal, komplikasi
seperti sisa hasil konsepsi atau uterus hipotonik harus dipikirkan.
Gambaran Patologis
Gambar 13,14. (13) Sisa hasil konsepsi. (a) Gambaran USG menunjukkan materi
ekogenik dalam kanal endometrium (panah). (b) Gambaran USG Doppler
berwarna (ditunjukkan hitam putih) menggambarkan aliran arteri resistensi rendah
pada sisa hasil konsepsi. Kecepatan sistolik punak yaitu 22 cm/detik. (14) Sisa
hasil konsepsi dengan kalsifikasi. Gambaran USG menunjukkan materi ekogenik
dengan bayangan akustik posterior (panah), suatu temuan yang konsisten denfan
kalsifikasi sisa hasil konsepsi.
Perdarahan post partum paling sering disebabkan oleh atonia uteri dan sisa hasil
konsepsi dan merupakan komplikasi dari 1-2% persalinan pervaginam. Dapat
terjadi tumpang tindih dari gambaran USG antara kedua hal ini. Secaraklinis,
kedua hal ini dapat dibedakan karena atonia uteri biasanya terlihat segera setelah
masa post partum dan sisa hasil konsepsi umumnya menyebabkan perdarahan atau
infeksi di kemudian hari. Gambaran normal uterus dan rongga endometrium saat
ada perdarahan post-partum mengindikasikan atonia uteri, sedangkan gambaran
masa ekogenik intrakavitas memberi kesan sisa hasil konsepsi (Gambar 13a). Jika
massa tetap menempel pada endometrium, temuan aliran resistensi rendah,
berkecepatan tinggi pada USG Doppler dicurigai sebagai sisa hasil konsepsi.
Puncak kecepatan sistolik sebesar 21cm/detik digunakan sebagai ambang batas
minimum untuk diagnosis sisa jaringan trofoblas (Gambar 13b). Harus diingat
bahwa tidak adanya peningkatan alitan tidak menyingkirkan kemungkinan sisa
hasil konsepsi. Sisa hasil konsepsi yang lama terlihat setelah persalinan mungkin
mengandung kalsifikasi. Gambaran MRI menggambarkan sisa hasil konsepsi
sebagai massa intrauterin eksentrik. CT mungkin tidak membantu untuk
membedakan antara sisa hasil konsepsi dan bekuan intrauterin karena kedua
proses ini dapat tampak sebagai massa padat.
ENDOMETRIUM POST-MENOPAUSE
Gambaran Normal
Perdarahan Post-Menopause
Polip Endometrium
Fibroid Submukosa
Leiomioma uteri merupakan tumor jaringan lunak jinak yang terjadi pada pasien
segala usia. Meskipun frekuensi dan ukurannya meningkat seiring usia, lesi ini
mungkin tumbuh sampai menopause dan kemudian mengalami involusi yang
menyebabka perdarahan uterus premenopause. Leiomioma umumnya terlihatpada
USG sebagai massa solid hipoekoik, namun dapat tampak hiperekoik atau
heterogen, bergantung pada derajat degenerasi dan kalsifikasi. Fibroid cenderung
tidak mengganggu endometrium kecuali jika berada pada lokasi submukosa.
Fibroid submukosa dapat mendistorsi rongga rahim dengan berbagai derajat
ekstensi intrakavitas dan paling jelas tampak pada sonohisterografi (Gambar 20).
Histerokopi hanya dapat menggambarkan bagian intrakavitasdari fibroid. Penting
untuk menentukan sejauh mana ekstensi dari leiomioma untuk penatalaksanaan
bedah karena miomektomi histerokopik dapat dilakukan jika lebih dari satu
setengah volume messa berada dalam kanal endometrium.
Hiperplasia Endometrium
Dua pola pencitraan MRI terkait dengan tamoxifen telah dijelaskan. Pola pertama
bermanifestasi sebagai pencitraan pembebanan T2 dengan intensitas sinyal tinggi
yang homogen, peningkatan bahan kontras dari interface endometrium-
miometrium, dan kehampaan sinyal dalam lumen endometrium pada pencitraan
dengan pembebanan T1. Pola yang ditemukan berkaitan dengan atropi
endometrium atau perubahan proliferatif. Pola kedua bermanifestasi sebagai
intensitas sinyal heterogen pada pencitraan dengan pembebanan T2 (Gambar 26)
dan penajaman seperti jeruji melintasi kanal endometrium pada pencitraan dengan
pembebanan T1. Pola ini ditemukan berkaitan dengan polip, dan diyakini bahwa
gambaran seperti jeruji mungkin mewakili peningkatan celah antara kista dalam
polip. Disamping itu, penajaman tangkai mungkin terlihat pada polip pedunkulata.
Meskipun sejumlah kecil cairan dalam kanal endometrium post menopause dapat
dikatakan normal, adanya sekumpulan cairan bersifat abnormal dan memerlukan
evaluasi uterus dan struktur adneksa yang lebih cermat untuk temuan tersebut.
Kumpulan cairan intrauterin berkaitan dengan kanker endometrium dan serviks.
Obstruksi oleh karena tumor harus disingkirkan bahkan ketika stenosis serviks
telah diidentifikasi secara klinis. Pada pasien pre-menopause, kumpulan cairan
mungkin berkaitan dengan menstruasi, kehamilan intrauterin dini, atau kantong
pseudogestasional pada kehamilan ektopik. Pada pasien prepubertas, cairan dalam
kanal endometrium mungkin berkaitan dengan hematometrocolpos. Penyebab
obstruksi lainnya yang menyebabkan produksi cairan intrauterin termasuk polip,
infeksi, dan fibroid submukosa. Cairan mungkin bervariasi dari gambaran
hipoekoik hingga hiperekoik bergantung pada apakah berisi serum, mucin atau
darah.
ADHESI ENDOMETRIUM
Adhesi endometrium terjadi post trauma atau pasca pembedahan dan dapat
menyebabkan sindrom Asherman, yang meliputi infertilitas, keguguran berulang
dan amenore. Distensi adekuat dari rongga endometrium yang terlihat pada
sonohisterografi atau histerosalfingografi penting untuk diagnosis radiologis.
Sonohisterografi mungkin menunjukkan sinekia sebagai pita ekogenik yang
menjembatani rongga uterus. Jika pita tersebut tebal dan fibrotik,vini dapat
mencegah distensi uterus yang komplit. Histerosalfingografi akan menunjukkan
temuan yang sama, dengan pengisian inkomplit dari rongga endometrium dan
berbagai defek pengisian ireguler (Gambar 27). Sonohisterografi atau
histerosalfingografi mungkin dapat digunakan untuk mendokumentasikan resolusi
terkait lisis histerokopik.
Gamabr 27. Adhesi endometrium. Histerosalfingogram menunjukkan defek
pengisian ieguler pada endometrium (panah) yang merepresentasikan adhesi.
Gambar 28. IUD. Gambaran USG menunjukkan struktur garis hiperekoik dengan
kanal endometrium (panah) yang merupakan IUD.
Alat kontraseptif intrauterin (IUD) harus terletak dalam rongga endometrium dan
berfungsi untuk mencegah implantasi embrio. IUD seharusnya mudah terdeteksi
pada USG sebagai struktur yang sangat ekogenik dengan bayangan akustik distal
(Gambar 28). USG endovagina berguna saat USG transabdominal tidak dapat
membedakan IUD dan garis endometrium normal. Penetrasi IUD pada dinding
miometrium juga dapat terlihat pada USG. Jika USG tidak dapat mengidentifikasi
IUD dalam kanal endometrium, radiografi konvensional atau CT dapat dilakukan
untuk menentukan apakah alat tersebut berada pada rongga peritoneum. Jika
demikian, diagnosis perforasi dinding uterus dapat dibuat.
KESIMPULAN