Anda di halaman 1dari 72

Status Dokumen Induk Salinan No.

Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN

JALAN RAYA SOREANG KM 17

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Standar Pelayanan Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA KEPALA DINAS KESEHTAN

Opersional
Dr. .........................

Asfeksia Bayi Baru Lahir NIP..........................

Asfiksia adalah suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir.
Pengertian

Umum :

Tujuan Melakukan penilaian, klasifikasi pada bayi baru lahir untuk mencegah terjadinya
asfiksia bayi baru lahir.

Khusus :

 Mencegah terjadinya asfiksia bayi baru lahir


 Melakukan penatalaksanaan asfiksia bayi baru lahir
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
Kebijakan standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak.
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah.
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak.
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak.
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga.

1
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan.

1) Formulir pemberitahuan kematian maternal individual (masyarakat, Bidan


di desa, BPS, RB, puskesmas, RS) / Formulir PKmM.
Peralatan 2) Formulir pemberitahuan kematian Perinatal/Neonatal individual
(masyarakat, BdD, BPS, RB, puskesmas, RS) / Formulir PKmP
3) Formulir daftar kematian maternal di fasilitas kesehatan (puskesmas dan
RS) / Formulir DKM
4) Formulir daftar kematian Perinatal/Neonatal di fasilitas kesehatan
(puskesmas dan RS)/ Formulir DKP
5) Formulir daftar rekapitulasi kematian maternal di tingkat kabupaten
(rekapitulasi dari puskesmas dan RS) / Formulir RKM
6) Formulir daftar rekapitulasi kematian Perinatal/Neonatal di tingkat
Kabupaten/Kota (rekapan dari puskesmas dan RS) / Formulir RKP
7) Formulir Otopsi Verbal Kematian Maternal (OVM)
8) Formulir Otopsi Verbal Kematian Perinatal/Neonatal (OVP)
9) Formulir Rekam Medis Kematian Ibu (RMM)
10) Formulir Rekam Medis Kematian Perinatal/Neonatal (RMP)
11) Formulir Rekam Medis Kematian Ibu Perantara (RMMP)
12) Formulir Rekam Medis Kematian Perinatal/Neonatal Perantara (RMPP)
13) Formulir Pengkaji Maternal
14) Formulir Pengkaji Perinatal/Neonatal
15) Formulir Ringkasan Pengkaji Maternal
16) Formulir Ringkasan Pengkaji Perinatal/Neonatal
1. PERSIAPAN RESUSITASI BBL
Menyiapkan resusitasi BBL sebelum menolong setiap persalinan
PROSEDUR A. Persiapan keluarga
1. Membahas dengan keluarga persiapan resusitasi BBL
B. Persiapan tempat
2. a. Menyiapkan ruangan yang bersih, hangat tidak ada angin, terang
b. Menyiapkan tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering,
hangat.
C. Persiapan alat resusitasi
1. Menyiapkan alat lengkap yaitu :
a. Kain 2 helai
b.Alat penghisap lendir de lee yang steril dan atau balon karet di
dalam bok
c.Menyediakan tabung dan sungkup atau balon di dalam bok
d.Jam atau pencatat waktu (stop wacth) untuk mencatat waktu
e.Sarung tangan untuk pencegahan infeksi
2. Meletakan kain ke 1 di perut ibu atau kira-kira 45 cm dari perineum ibu
3. Menggelar kain ke 2 menutupi tempat resusitasi
4. Manggulung kain ke 3 untuk ganjal bahu bayi
5. Meletakkan kotak alat dekat tempat resusitasi
D. Persiapan Diri
1. Mengenakan alat pelindung diri pada persalinan
2. Mencuci ke dua tangan dengan air mengalir & sabun lalu keringkan
3. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran
2. PENILAIAN – KEPUTUSAN – TINDAKAN BAYI BARU LAHIR
A. Penilaian resusitasi BBL
Sebelum bayi lahir
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
2. Menilai apakah air ketuban bersih, tidak bercampur mekonium
Segera sesudah bayi di lahirkan ( jika bayi cukup bulan )

3. Menilai apakah menangis atau bernafas/ megap-megap


4. Menilai apakah tonus otot baik / tidak baik
B. Keputusan resusitasi BBL
5. Memutuskan resusitasi bila air ketuban bercampur mekonium
6. Memutuskan resusitasi bila kehamilan tidak cukup bulan dan atau bayi
megap – megap / tidak bernafas dan atau tonus otot tidak baik
C. Tindakan resusitasi BBL
7. Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat atau dibubuhi apapun
8. Memberitahu keluarga minta jaga ibu, dan siap memulai resusitasi
3. TINDAKAN RESUSITASI BBL : LANGKAH AWAL
Bila bayi tidak bernafas atau megap – megap lakukan langkah berikut:

A. Jaga bayi tetap hangat


1. Menyelimuti bayi dengan kain yang ada di dekat ibunya
2. Memindahkan bayi terselimuti ke tempat resusitasi yang disiapkan
B. Atur posisi bayi
1. Meletakkan bayi terlentang dengan ganjal kain di bawah bahunya
2. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensio agar jalan nafas terbuka
C. Isap lendir
1. Menghisap lendir dengan alat penghisap lendir de lee atau bola karet
2. Melakukan penghisapan lendir pada mulut dulu sedalam < 5 cm
3. Melakukan hisap lender pada hidung sampai batas cuping hidung
4. Menghisap lender saat ujung khateter di dalam mulut dan saat menarik
khateter keluar, tidak waktu memasukannya
D. Keringkan dan rangsang bayi
1. Mengeringkan bayi mulai muka, kepala, tubuh dengan sedikit tekanan
2. Menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung
atau perut / dada / tungkai bayi dengan telapak tangan
3. Menyelimuti bayi dengan kain kering, muka dan dada terbuka
E. Atur posisi kepala bayi
1. Mengatur kembali posisi kepala bayi agar sedikit ekstensio
2. Seluruh kegiatan langkah awal di seleasaikan dalam waktu 30 detik
Lakukan penilaian - keputusan – tindakan BBL

1. Menilai apakah bayi bernafas normal, megap – megap atau tak


bernafas
2. Melakukan asuhan paska resusitasi jika bernafas normal
3. Memulai ventilasi jika megap – megap atau tak bernafas
Bila air ketuban bercampur mekonium lakukan langkah berikut :

Setelah seluruh badan bayi lahir

4. Menilai apakh menangis atau bernafas / bernafas normal / megap –


megap / tak bernafas
Jika menangis atau bernafas normal

5. Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat, dan tidak dibubuhi
apapun dilanjutkan dengan langkah awal
Jika bayi megap – megap / tidak bernafas

6. Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendirmemotong tali
pusat dengan cepat
7. Langkah awal
4. VENTILASI
A. Pasang sungkup
1. Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut, dagu
B. Lakukan ventilasi 2 X
2. Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup atau memompa alat
balon dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2 X ( dengan tekanan 30
cm air )
3. Melihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau dipompa, Jika
dada bayi tidak berkembang
4. Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor
5. Memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi
6. Memeriksa apakah ada cairan / lendir di mulut dan menghisap bila ada
7. Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup / memompa alat balon
dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2 X ( dengan tekanan 30 cm air
Jika dada bayi mengembang :

8. Melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi berkembang


C. Lakukan ventilasi 20 X dalam 30 detik
9. Melakukan ventilasi sebanyak 20 X dalam 30 detik ( tekanan 20 cm )
Lakukan penilaian – keputusan – tindakan BBL

10. Menilai usaha nafas


Jika bernafas spontan

11. Menghentikan ventilasi bertahap


12. Melakukan asuhan pasca resusitasi
Jika megap – megap / tidak bernafas

13. Mengulangi ventilasi sebanyak 20 X dalam 30 detik


D. Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik
14. Menghentikan ventilasi setiap 30 detik
15. Menilai usaha nafas
Jika bernafas spontan

16. Menghentikan ventilasi bertahap


17. Melakukan asuhan pasca resusitasi
Jika megap – megap atau tidak bernafas

18. Mengulangi ventilasi sebanyak 20 X dalam 30 detik


19. Hentikan ventilasi dan nilai frekuensi jantung, nafas tiap ventilasi 30
detik
E. Jika megap – megap atau tidak bernafas sesudah 2 menit resusitasi
20. Meneruskan ventilasi 20 X dalam 30 detik
21. Hentikan ventilasi dan nilai nafas tiap 30 detik
22. Menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai dengan pedoman
F. Bila tidak bernafas sesudah resusitasi 10 menit
23. Pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10 menit dan
tidak terdengar denyut jantung
5. MEMBUAT CATATAN RESUSITASI
1. Tanggal dan jam lahir
2. Kondisi bayi saat baru lahir
3. Jam mulai resusitasi
4. Tindakan resusitasi yang dilakukan
5. Hasil resusitasi
6. PEMANTAUN DAN DUKUNGAN
Asuhan pasca resusitasi
Bila resusitasi berhasil

A. Lakukan pemantauan tanda bahaya pada bayi


1. Mengamati adanya nafas megap – megap
2. Mengamati apakah bayi merintih
3. Mengamati adanya tarikan dinding dada
4. Mengamati apakah tubuh dan bibir biru
5. Menghitung frekuensi nafas, apakah <40 X permenit atau > 60 X
permenit
6. Menghitung frekuensi jantung apakah < 120 X / menit atau > 160
X/menit
7. Mengamati apakah tubuh bayi pucat
8. Mengamati apakah tubuh bayi kuning
9. Mengamati apakah bayi lemas
10. Mengamati apakah bayi kejang
11. Merujuk segera bila ada salah satu tanda – tanda bahaya
12. Melakukan tindakan pra rujukan
B. Lakukan pemantauan dan perawatan tali pusat
13. Memantau perdarahan tali pusat jika ikatan lepas betulkan
14. Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar
C. Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
15. Meletakan bayi di dada ibu ( kulit ke kulit ) menyelimuti ke duanya
16. Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
17. Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang
D. Pencegahan hipotermi
18. Membaringkan bayi dalam ruangan lebih dari 25 °c bersama ibunya
19. Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
20. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6 – 24 jam
21. Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
22. Menimbang BB terselimuti, kurangi berat selimut
23. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi
sebagian – sebagian
E. Pemberian vitamin K
24. Memberikan suntikan Vit. K1 di paha kiri 1 mg IM
F. Pencegahan infeksi

25. Memberikan salep mata antibiotika

26. Memberikan suntikan Hepatitis B di paha kanan 0,5 mg 1 – 2 jam

Setelah pemberian vit. K1

27. Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi pada bayi

G. Pemeriksaan fisik

28. Melihat dan meraba kepala bayi

29. Melihat mata bayi

30. Melihat mulut dan bibir bayi

31. Melihat dan meraba tulang punggung bayi

32. Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan tumit, menhitung

Jumlah hari
33. Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan

34. Memastikan adakah lobang anus dan uretra, adakah kelainan

35. Memastikan adakah BAB, BAK

H. Pencatatan dan pelaporan

36. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

BILA PERLU RUJUKAN

37. Melakukan konseling untuk merujuka bayi beserta ibu dan keluarga

38. Melanjutkan resusitasi

39. Memantau tanda bahaya

40. Memantau tali pusat

41. Mencegah hipotermi

42. Memberikan Vit. K1

43. Mencegah infeksi

44. Membuat surat rujukan

45. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

BILA RESUSITASI TIDAK BERHASIL

46. Melakukan konseling kepada ibu dan keluarga

47. Memberikan petunjuk perawatan payudara

48. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

7. ASUHAN PASCA LAHIR ( 2 – 24 JAM )


A. Lakukan pemantauan tanda bahaya
1. Mengamati adanya nafas megap – megap
2. Mengamati apakah bayi merintih
3. Mengamati adanya tarikan dinding dada
4. Mengamati apakah tubuh dan bibir biru
5. Menghitung frekuensi nafas, apakah < 40 X permenit atau > 60 X
permenit
6. Mengamati apakah tubuh bayi pucat
7. Mengamati apakah tubuh bayi kuning
8. Mengamati apakah bayi lemas
9. Mengamati apakah bayi kejang
10. Memberitahu keluarga untuk ikut memantau tanda bahaya
11. Merujuk segera bila ada salah satu tanda – tanda bahaya
12. Melakukan tindakan pra rujukan
B. Lakukan pemantauan dan perawatan tali pusat
13. Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar
14. Memantau perdarahan tali pusat
15. Jika lepas betulkan, jika keluar nanah dan berbau, bersihkan tali pusat
dengan kasa bersih dan air hangat, oleskan gentian violet 0,5 % atau
povidon iodin 2,5 %, RUJUK
C. Pencegahan hipotermi
16. Membaringkan bayi dalam ruangan lebih dari 25 °c bersama ibunya
17. Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
18. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6 – 24 jam
D. Konseling menyusui
19. Memberikan konseling ASI Eksklusif
20. Melanjutkan menyusui
21. Memastikan posisi menyusui benar
22. Memastikan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu benar
E. Pencatatan dan pelaporan kasus
23. Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
I

RS

Instansi Terkait Puskesmas

Posyandu

Bidan Praktek swasta

Dokter Spesialis Anak

Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial

Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010


Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN

JALAN RAYA SOREANG KM 17 BANDUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Standar Pelayanan Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

Opersional
Dr. .........................

Tindakan Pra Rujukan NIP..........................


BBLR

Pengertian Memberikan tindakan pertolongan pertama pada bayi dengan BBLR bermasalah
sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu/ lengkap

Tujuan  Mengupayakan bayi dalam keadaan stabil


 Memberikan tindakan pertolongan pertama sesuai kasus

Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa


Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan  Form informed concent
 Surat rujukan dan catatan medis
 Kain hangat dan bersih
 Larutan air gula (air matang 100 ml ditambah 1 sendok takar gula pasir /5 gram)
 Pipet/ sendok kecil
 Tabung Oksigen
 Kateter nasal/nasal prong
 Obat anti kejang (pilihan pertama Fenobarbital, pilihan kedua Diazepam)
 Semprit 1 ml
 Antibiotik Injeksi (Ampisilin, Penisilin Prokain, Gentamisin)
 Sarung tangan
 Resusitasi kit

8
PROSEDUR 1. Tentukan bahwa kasus perlu rujukan
2. Dampingi pasien oleh tenaga kesehatan yang kompeten
3. Hubungi tempat tujuan rujukan/fasilitas yang akan dituju
4. Jika ada kejang tangani kejang
5. Jika ada gangguan nafas, tangani gangguan nafas
6. Jika ada hipotermi, tangani hipotermi
7. Cegah gula darah agar tidak turun
8. Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama diperjalanan
9. Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN

JALAN RAYA SOREANG KM 17

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Standar Pelayanan Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

Opersional

Dr. .........................

NIP..........................

Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Peralatan

PROSEDUR
RS

Instansi Terkait
Puskesmas

Posyandu

Bidan Praktek swasta

Dokter Spesialis Anak

Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial

Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010


Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN

JALAN RAYA SOREANG KM 17

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Standar Pelayanan Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

Opersional Dr. .........................

NIP..........................
Pemberian salep
mata

Pengertian Suatu tindakan untuk pencegahan infeksi pada mata bayi dengan cara memberikan
salep mata antibiotik tetrasiklin 1 % pada 1 jam setelah lahir

Tujuan  Tercapainya target pemberian profilaksis, pemberian salep mata tetrasiklin 1 %


pada bayi sedini mungkin <1 jam setelah lahir.
 Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir yang komprehensif
ditingkat pelayanan dasar
 Terlindunginya bayi terhadap infeksi mata
Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan Salep mata tetrasiklin 1%

1. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan
2. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat
tersebut
PROSEDUR 3. Berikan salep mata dalam satu garis lurus dari bagian mata yang paling dekat
dengan ujung hidung menuju ke bagian luar mata
4. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi
5. Jangan menghapus salep mata atau tetes mata bayi dan anjurkan keluarga
untuk tidak menghapus obat-obatan tersebut
RS

Puskesmas
Instansi Terkait Posyandu

Bidan Praktek swasta

Dokter Spesialis Anak

Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial

Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010


Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

OPERSIONAL
Dr. .........................
NIP..........................
PEMBERIAN VIT K1

Pengertian Suatu proses pemberian vit K1 (pytomenadion) pada semua BBL secara injeksi
intramuscular sebanyak 1mg (setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu) untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vit K yang dapat dialami oleh sebagian
BBL

Tujuan  Tercapainya taget pemberian profilaksis injeksi vit K1 pada bayi baru lahir sedini
mungkin yaitu 1-2 jam setelah lahir
 Tercapainya target pelayanan kesehatan bayi baru lahir yang komprehensif di
tingkat pelayanan dasar
 Terlindunginya bayi baru lahir terhadap perdarahan akibat defisiensi vit K
 Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir
Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan Vit K1 10 mg/1mg
Semprit steril sekali pakai 1mg dengan jarum 36 G
Kapas DTT
Sarung tangan
Safety box
PROSEDUR 1. Letakan bayi dengan posisi punggung dibawah
2. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh yang akan diberi suntikan vit K1
3. Pilih daerah otot yang akan disuntik
4. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam
pada larutan antiseptik dan biarkan mengering
5. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat
6. Isap vit K kedalam semprit
7. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
8. Dengan satu gerakan cepat, masukan jarum tegak lurus melalui kulit
9. Tarik tuas semprit perlahan untuk meytakinkan bahwa ujung jarum tidak
menusuk kedalam vena
10. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan
bola kasa steril kering
11. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

STANDAR PROSEDUR Dr. .........................


OPERASIONAL NIP..........................

PEMBERIAN IMUNISASI

HEPATITIS B

Pengertian Suatu proses pemberian hepatitis (0) pada semua BBL secara injeksi intramuscular
sebanyak 0,5ml dosis tunggal (diberikan 1-2 jam setelah injeksi vit K) untuk
mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi terutama alur penularan ibu bayi

Tujuan  Tercapainya taget pemberian profilaksis hepatitis B pada bayi baru lahir
 Tercapainya target pelayanan kesehatan bayi baru lahir yang komprehensif di
tingkat pelayanan dasar
 Terlindunginya bayi baru lahir terhadap infeksi Hepatitis B
Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan Sediaan vaksin Hepatitis B Pertama (Hb0) 0,5 ml

Kapas DTT

Sarung tangan

Safety box

PROSEDUR 1. Buka kotak wadah Uniject dan pastikan apakah vaksin masih layak pakai atau
tidak
2. Buka kantong alumunium / plastik dan keluarkan Uniject
3. Pegang Uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum
4. Aktifkan Uniject dengan cara mendorong tutup jarum kearah leher dengan
tekanan dan gerakan cepat
5. Saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus lapisan
6. Buka tutup jarum
7. Tetap pegang Uniject pada bagian leher dan tusukkan jarum pada pertengahan
paha bayi secara Intramuscular
8. Tidak perlu melakukan aspirasi
9. Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikan Hepatitis B
10. Jangan memasang kembali tutup jarum, langsung buang ke safety box
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN

JALAN RAYA SOREANG KM 17

No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

OPERSIONAL

PERAWATAN TALI
Dr. .........................
PUSAT NIP..........................

Pengertian Tindakan pencegahan aseptic secara dini yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi melalui pembuluh darah

Tujuan mencegah secara dini terjadinya perdarahan dan infeksi pada tali pusat

Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa


Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan Air desinfektan

Handuk atau kain bersih dan kering

Sabun

PROSEDUR 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawtan tali pusat
2. Jangan membungkus putung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan
apapaun ke putung tali pusat
3. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkekankan apabila terdapat
tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena akan menyebabkan tali pusat
menjadi lembab
4. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meningglakna bayi :
 Lihat popok dibawah putung tali pusat
 Jika putung tali pusat kotor, bersihkan dengan hati-hati dengan air DTT
atau sabun lalu keringkan
 Jelaskan pada ibu bahwa ibu harus mencari bantuan jika pusar bernanah
atau berwarna merah
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

OPERSIONAL
Dr. .........................
NIP..........................
PEMERIKSAAN FISIK

BAYI BARU LAHIR

Pengertian Proses dari seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh BBL untuk
menemukan tanda-tanda klinis

Tujuan Mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi

Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa


Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan 1. Persiapan Alat dan tempat
 Lampu untuk menghangatkan bayi
 Air bersih, sabun dan handuk
 Sarung tangan bersih
 Stetoskop
 Jam dengan jarum detik
 Termometer
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang badan dan lingkar kepala
 Tempat yang terang, datar, rata, bersih, kering dan hangat
2. Persiapan Petugas
 Cuci tangan
 Memakai sarung tangan
PROSEDUR 1. lihat postur, tonus dan aktifitas
 bergerak aktif?
 Posisi tungkai dan lengan flexi?
2. lihat kulit
 warna merah muda
 adakah tanda kemerahan?
 Adakah pustul ?
3. hitung pernapasan dan lihat apakah ada tarikan dinding dada kedalam ketika
bayi sedang tidak menangis
 napas normal 40-60 kali permenit
4. hitung denyut jantung dengan meletakan stetoskop di dada kiri setinggi apeks
kordis
 frekuensi jantung normal 120-160 kali per menit
5. lakukan pengukuran suhu ketiak menggunakan thermometer
 suhu normal 36,5 – 37,5.
6. lihat dan raba bagian kepala
 bentuk simetris?
 Ubun-ubun besar membonjol?
7. lihat mata
 adakah kotoran dan secret ?
8. lihat bagian dalam mulut. Masukan jari yang menggunakan sarung tangan
kedalam mulut dan raba langit-langit mulut
 adakah kelainan kongenital ?
 nilai kekuatan menghisap.
9. lihat dan raba perut, lihat tali pusat
 perut datar , teraba lemas ?
 tidak ada perdarahan , nanah , bau ?
10. lihat punggung dan raba tulang belakang
 adakah kelainan ?
11. lihat ekstermitas
 bentuk simetris ?
 jumlah ?
 gerakan?
12. lihat lubang anus. Hindari memasukan alat atau jari dalam memeriksa anus.
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar
13. lihat dan raba alat kelamin luar. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air
kecil
14. timbang bayi dengan selimut, hasil kurangi berat selimut
15. mengukur panjang dan lingkar kepala bayi
16. menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN

JALAN RAYA SOREANG KM 17

No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR OPERASIONAL Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


PROSEDUR

PENANGANAN

BBLR Dr. .........................


NIP..........................

Pengertian Tindakan awal pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram.

Tujuan  Meningkatkan kesehatan bayi berat lahir rendah


 Mengurangi terjadinya komplikasi pada BBLR

Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa


Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan Kain hangat, topi, vit K1 inj, perlengkapan resusitasi, salep mata, vaksin hepatitis B.

PROSEDUR 1. BBLR tanpa Asfiksia


1) Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
2) Keringkan dengan kain kering dan hangat
3) Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
4) Segera member ASI dini dengan membelai
5) Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, aatau lebih dari 24 jam jika bayi
hipotermi, ada penyulit lain
6) Profilaksis suntikan Vit K1 1mg dosis tunggal, IM pada paha kiri anterolateral
7) Pemberian salep mata antibiotic
8) Perawatan tali pusat
9) Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah/ penyulit, dapat diberikan
vaksinasi hepatitis B pertama pada paha kanan.
2. BBLR dengan Asfiksia
1) Lakukan langkah awal
 Jaga bayi tetap hangat
 Atur posisi
 Isap lendir
 Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
 Reposisi kepala
 Nilai bayi, jika bayi tidak bernapas spontan lakukan ventilasi
 Bila setelah ventilasi 2 menit tidak berhasil, persiapan rujukan
 Bila bayi tidak dapat dirujuk dan tidak bias bernapas hentikan ventilasi
setelah 10 menit denyut jantung tidak terdengar, siapkan konseling
dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal
3. BBLR 2000- 2499 gram
1) Jaga bayi tetap hangat
 Jaga bayi tetap kontak kulit dengan kulit ( Perawatan Metode kanguru
/PMK)
 Pertahankan posisi ibu dan bayi dengan selembar kain yang hangat
dan dilapisi dengan baju berkancing depan di atasnya
 Tutupi kepala dengan topi
 Mandikan bayi setelah 24 jam atau kondisi stabil
2) Mendorong ibu meneteki (memerah kolostrum dan memberikan dengan
sendok) sesegera mungkin.
3) Periksa tanda vital setiap 30-60 menit selama 6 jam
4) Ajari ibu dan keluarga tentang PMK
5) Jika suhu ketiak turun dibawah 36,5, anjurkan ibu untuk melakukan PMK
secara kontinu, tempatkan keduanya di ruangan yang hangat
6) Anjurkan ibu dan keluarga untuk selalu cuci tangan sebelum memegang
BBLR
7) Jika ada penyulit segera rujuk ke fasilitas kesehatan yang lengkap
8) Kunjungi bayi minimal 2 kali dalam minggu pertama, selanjutnya sekali
dalam tiap minggu sampai berat bayi 2500 gram dengan
mempergunakan format MTBM.
RS
Puskesmas
Posyandu
Instansi Terkait Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak

Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial


Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PELAYANAN NEONATUS
DENGAN KOMPLIKASI
Dr. .........................
NIP..........................
Pengertian Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian oleh
dokter/bidan, perawat terlatih di Polindes, Puskesmas, Puskesmas Poned, Rumah
Bersalin dan Rumah Sakit Pemerintah/swasta

Tujuan Meningkatkan akses neonatus dengan komplikasi terhadap pelayanan kesehatan


dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau bayi
mengalami masalah kesehatan

Kebijakan 1. Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan menteri Kesehatan RI nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
4. Undang – Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI No.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman buku kesehatan
ibu dan anak
7. Perda No.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI No.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
bidan

Peralatan

PROSEDUR 1. Deteksi dini bumil, bulin, dan bufas komplikasi


2. Pelayanan kesehatan pasca persalinan untuk ibu dan neonatal sesuai standar
3. Neontaus dengan komplikasi adalah neonatus dengan komplikasi dan kelainan
yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian, antar lain :
asfiksia, kejang, ikterus, hipoterm, tetanus neonatorum, trauma lahir, BBLR,
sindroma gangguan pernafasan, kelainan konginetal, dll
4. Penyediaan sarana, peralatan, laboratorium, obat esensial yang memadai dan
transpotasi
5. Pelatihan manajemen BBLR bagi bidan manajemen asfiksia bayi baru lahir,
MTBS, poned bagi tim Puskesmas, ponek bagi tim RSUD
6. Pelaksanaan ponek dan poned
7. Pemantauan untuk asuhan tindak lanjut bagi neonatus yang dirujuk
8. Pencatatan dan pelaporan
9. Pemantauan pasca pelatihan dan evaluasi
10. Pelaksanaan dan pemantapan Audit Maternal Perinatal
11. Rujuk pasien, tenaga medis dan spesimen

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL
Dr. .........................
PENANGANAN INFEKSI NIP..........................
BAKTERI LOKAL
Pengertian Infeski merupakan salah satu penyebab kematian utama bagi bayi baru lahir yang
sesungguhnya dapat dicegah dan diobati, penting untuk diingat bahwa infeksi lokal
yang kecil dapat meluas dan berbahaya

Tujuan Melaksanakan pengelolaan infeksi lokal secara tepat, dan benar untuk mencegah
infeksi yang meluas dan berbahaya

Kebijakan 1. Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan menteri Kesehatan RI nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
4. Undang – Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI No.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman buku kesehatan
ibu dan anak
7. Perda No.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI No.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
bidan

Peralatan

PROSEDUR a. Infeksi Kulit


i. Bila ditemukan :
- pustula atau bulat di kulit
- permulaan satu kemudian bertambah banyak dan menyebar
ii. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
iii. Gunakan sarung tangan
iv. Bersihkan kulit yang meradang dengan sabun
v. Beri antibiotika per oral Amoxilin sesuai dengan umur dan berat badan :
 Umur 1 hari - < 4 minggu (BB < 3 kg)
* Sirup 125 mg (setiap 5 mg/1 sendok makan) = ½ sendok takar
* Kaplet 250 mg (1kaplet dijadikan 5 bungkus) = 1 bungkus
* Kaplet 500 mg (1kaplet dijadikan 10 bungkus) = 2 bungkus
 Umur 4 minggu - < 2 bulan (BB 3 – 4 kg)
* Sirup 125 mg (setiap 5 mg/ 1 sendok takar) = ½ sendok takar
* Kaplet 250 mg ( 1 kaplet dijadikan 5 bungkus) = 2 bungkus
* Kaplet 500 mg ( 1 kaplet dijadikan 10 bungkus) = 2 bungkus
 Antibiotika Amoxilin diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, diberikan
setiap 8 jam selama 5 hari
vi. Bila tidak ada perubahan > 3 hari lakukan kunjungan ulang atau keadaan
semakin memburuk segera dirujuk
b. Ruam Pada Mulut (Oral Trust)
A. Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
B. Bersihkan mukosa mulut bayi dengan kasa bersih yang dicelup di air
hangat
C. Olesi gentian violet 0,25%, 2 sampai 4 kali pada mukosa mulut
D. Setelah membaik, lanjutkan sampai 2 hari berikutnya
E. Mengolesi puting payudaranya dengan larutan gentian violet o,25%, setelah
ibu menyusui selama bayi dalam proses pengobatan
F. Bila tidak terdapat perbaikan selama 3 hari lakukan kunjungan ulang atau
keadaan semakin memburuk atau bayi memiliki masalah lain segera rujuk
G. Setelah bayi sembuh, beri ASI dengan sebelumnya ibu mencuci tangan dan
memeras sedikit ASI untuk dioleskan disekitar puting dan aerola
c. Infeksi Pada Mata
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
 Bersihkan kedua mata 3 kali sehari dengan kasa yang dicelup air hangat
dari arah lateral kearah medial ( dari samping ke tengah)
 Oleskan salep mata tetraciklin 1% atau klorampenikol 1% pada kedua mata
 Bila tidak ada perubahan kurang lebih 3 hari lakukan kunjungan ulang atau
keadaan semakin memburuk segera rujuk
d. Infeksi Tali Pusat
 Bila talipusat bayi bengkak, merah dan benanah dengan penyebaran dikulit
kurang dari 1 cm sekitar tali pusat
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dan kenakan sarung
tangan bersih
 Bersihkan tali pusat dan daerah sekitarnya dengan kasa yang icelupkan air
hangat
 Oleskan talipusat bayi dan daerah sekitarnya dengan gentian violet 0,5%
atau povidon iodin 2,5%, 4 kali sehari sampai tidak bernanah lagi
 Bila ditemukan bengkak dan merah meluas kurang lebih 1 cm disekitar
talipusat atau bernanah dan berbau atau kulit sekitar tali pusat merah dan
keras, di perkirakan suatu infeksi berat maka bayi harus segera dirujuk

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN

JALAN RAYA SOREANG KM 17

No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

PELAYANAN
OPERSIONAL
Dr. .........................
PENANGANAN BAYI NIP..........................
DIARE
Pengertian Suatu sindrom keadaan klinik yang ditandai oleh berak cair dengan/ tanpa disertai
muntah atau suatu keadaan berak lebih sering daripada biasanya disertai
perubahan konsistensi tinja lebih cair

Tujuan Mencegah terjadinya diare dengan dehidrasi berat

Kebijakan 1. Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan menteri Kesehatan RI nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
4. Undang – Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI No.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman buku kesehatan
ibu dan anak
7. Perda No.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI No.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
bidan

Peralatan

PROSEDUR A. Tanyakan sudah berapa lama diare ?


B. Cuci tangan
C. Lihat dan Raba :
* Keadaan umum bayi apakah menangis atau tidak sadar ? gelisah / rewel atau
mudah
marah
* Apakah matanya cekung
* Beri anak minum, apakah : - tidak bisa minum atau malas minum, Haus, minum
dengan
lahap
* Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor, apakah kembalinya sangat lambat (<
2 detik
Atau lambat)
D. Lakukan Klasifikasi diare :
 Dehidrasi
 Diare 14 hari atau lebih
 Darah dalam tinja
E. Lakukan klasifikasi diare dehidrasi
 Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
* Latergis atau tidak sadar
* Mata cekung
* Tidak bisa minum atau malas minum
* Cubitan kulit perut kembalinya lambat
F. Klasifikasi diare dengan dehidrasi berat :
a. Jika bayi masuk klasifikasi dehidrasi berat, ada fasilitas dan kemampuan
untuk memberikan cairan IV maka:
* Pasang infus jalur IV
* Berikan cairan IV ringe laktat ( jika tidak tersedia berikan NaCL 0,9 % )
sebanyak 30 ml
/ BB 1 jam ( 10 tetes makro / kg BB / menit atau 30 tetes mikro / kg BB / menit
)
* Evaluasi setiap 1 jam : bila membaik RUJUK SEGERAH dengan meneruskan
cairan IV
70 ml / kg BB selama 5 jam ( 5 tetes makro / kg BB / menit atau 14 tetes mikro
/ kg BB /
menit )
* Bila belum membaik, nadi masih lemah, ulangi lagi 30 ml / kg BB / jam ( 10
tetes makro
/ kg BB / menit atau 30 tetes / kg BB / menit )
* Evaluasi setiap 1 jam :
- bila membaik RUJUK SEGERAH dengan meneruskan cairan IV 70
ml / kg BB / kg
BB selama 5 jam ( 5 tetes makro / kg BB / menit atau 14 tetes mikro / kg
BB /
menit )
- Bila membaik RUJUK SEGERAH dengan memberikan cairan Iv
dengan tetesan lebih cepat sampai terabah nadi lebih ceat
b. Jika tidak ada fasilitas dan kemampuan untuk pemberian cairan IV maka :
* RUJUK SEGERAH ke rumah sakit untuk pengobatan IV dan di antar oleh
petugas
kesehatan
* Jika bayi dapat minum, berikan ibu oralit dan tunjukan cara meminumkan
pada bayinya
Sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan
c. Jika petugas sudah dilatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi
maka
* Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik, beri 20 ml
/ kg BB /
Jam selama 6 jam ( total 120 ml / kg )
* Periksalah kembali bayi setiap 1 jam
- Membaik RUJUK SEGERAH
- Bila bayi muntah terus menerus atau perut makin kembung,RUJUK
SEGERAH dengan memberikan cairan lebih lambat
G. Ruam Pada Mulut (Oral Trusthkan mukosa mulut bayi dengan kasa bersih yang
dicelup di air hangat
H. Olesi gentian violet 0,25%, 2 sampai 4 kali pada mukosa mulut
I. Setelah membaik, lanjutkan sampai 2 hari berikutnya
J. Mengolesi puting payudaranya dengan larutan gentian violet o,25%, setelah ibu
menyusui selama bayi dalam proses pengobatan
K. Bila tidak terdapat perbaikan selama 3 hari lakukan kunjungan ulang atau
keadaan semakin memburuk atau bayi memiliki masalah lain segera rujuk
L. Setelah bayi sembuh, beri ASI dengan sebelumnya ibu mencuci tangan dan
memeras sedikit ASI untuk dioleskan disekitar puting dan aerola
a. Infeksi Pada Mata
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
 Bersihkan kedua mata 3 kali sehari dengan kasa yang dicelup air hangat
dari arah lateral kearah medial ( dari samping ke tengah)
 Oleskan salep mata tetraciklin 1% atau klorampenikol 1% pada kedua mata
 Bila tidak ada perubahan kurang lebih 3 hari lakukan kunjungan ulang atau
keadaan semakin memburuk segera rujuk
b. Infeksi Tali Pusat
 Bila talipusat bayi bengkak, merah dan benanah dengan penyebaran dikulit
kurang dari 1 cm sekitar tali pusat
 Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dan kenakan sarung
tangan bersih
 Bersihkan tali pusat dan daerah sekitarnya dengan kasa yang icelupkan air
hangat
 Oleskan talipusat bayi dan daerah sekitarnya dengan gentian violet 0,5%
atau povidon iodin 2,5%, 4 kali sehari sampai tidak bernanah lagi
 Bila ditemukan bengkak dan merah meluas kurang lebih 1 cm disekitar
talipusat atau bernanah dan berbau atau kulit sekitar tali pusat merah dan
keras, di perkirakan suatu infeksi berat maka bayi harus segera dirujuk

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

OPERSIONAL

PENANGANAN BAYI Dr. .........................


NIP..........................
DENGAN IKTERUS
FISIOLOGIS

Pengertian Pewarnaan kuning pada kulit, mukosa, selaput mata akibat peningkatan kadar
bilirubin, ikterus mulai tampak pada kadar bilirubin di atas 5 mg% pada bayi dan
mulai dari daerah muka timbul pada hari ke ≥ 24 jam sampai ≤ 24

Tujuan Mencegah terjadinya ikterus patologis

Kebijakan 1. Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang standar
pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan menteri Kesehatan RI nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
4. Undang – Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI No.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman buku kesehatan
ibu dan anak
7. Perda No.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI No.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
bidan

PROSEDUR A. Cuci tangan


B. Tanyakan apakah bayi kuning ? jika ya, pada umur berapa timbul kuning
C. Tanyakan apakah warna tinja bayi pucat ?
D. Lihat adakah kuning pada bayi ?
E. Tentukan sampai di daerah manakah warna kuning pada bagian bayi ?
F. Klasifikasikan ikterus atau warna kuning
G. Bila timbul kuning pada umur ≥ 14 hari dan tidak sampai telapak tangan atau
kaki di klasifikasikan ikterus fisikologis
H. Lakukan asuhan dasar bayi muda dengan :
 Mencegah infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Bersihkan tali pusat jika basah atau kotor dengan air matang, kemudian
keringkan dengan kain yang bersih dan kering INGATKAN ibu supaya
menjaga tali pusat selalu bersih dan kering
- Jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikannya setelah suhu stabil.
Gunakan sabun dan air hangat, bersihkan seluruh tubuh dengan hati –
hati
- Hindarkan bayi baru lahir kontak dengan orang sakit, karena sangat
rentan tertular penyakit
- Minta ibu untuk memberikan kolostrum karena mengandung zat
kekebalan tubuh
- Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin hanya ASI saja sampai 6
bulan. Bila bayi tidak bisa menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan
sendok. Hindari pemakaian botol dan dot karena dapat meningkatkan
risiko terjadinya infeksi saluran cerna
 Memberi ASI saja sesering mungkin
- Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Minta ibu untuk memberi ASI saja sesering mungkin minimal 8 kali sehari,
siang maupun malam
- Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya
- Jika bayi telah tidur selama 2 jam minta ibu untuk membangunkannya
dan langsung disusui
- Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesering mungkin dan tidur
bersama ibu
- Ingatkan ibu dan anggota keluarga lain untuk membaca kembali hal – hal
tentang pemberian ASI di kartu nasihat Ibu atau buku KIA
- Minta ibu untuk menanyakan hal – hal yang kurang dipahami
 Menjaga bayi muda selalu hangat
- Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Setiap kali bayi basah, segera keringkan tubuhnya dan ganti pakaian /
kainnya dengan yang kering
- Baringkan di tempat yang hangat dan jauh dari jendela atau pintu. Beri
alas kain yang bersih dan kering di tempat untuk pemeriksaan bayi,
termasuk timbangan bayi
- Jika tidak ada tanda – tanda hipotermia, mandikan bayi 2 kali sehari (tidak
boleh lebih)
- Selesai dimandikan, segera keringkan tubuh bayi. Kenakan pakaian
bersih dan kering, topi, kaos tangan dan selimut jika perlu
- Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesring mungkin dan tidur
bersama ibu
- Pada BBLR atau suhu < 35,50C hangatkan bayi dengan METODE
KANGURU atau dengan lampu 60 watt berjarak minimal 60 cm
 Imunisasi
- Segera beri imunisasi HB-0 sebelum bayi berumur 7 hari
- Beri imunisasi BCGketika bayi berumur 1 bulan (kecuali bayi yang lahir di
Rumah Sakit, biasanya diimunisasi sebelum pulang)
I. Anjurkan menyusui bayi lebih sering
J. Anjurkan segera berkunjung apabila kuning bertambah meluas dan tidak mau
menyusu
K. Anjurkan kunjungan ulang 2 hari
RS
Puskesmas
Posyandu
Instansi Terkait Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak

Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial


Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
INISIASI MENYUSU DINI Dr. .........................
NIP..........................
Pengertian Proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan
mencari puting susu ibunya sendiri dengan posisi tengkurap di dada
ibu, kontak kulit dengan kulit tanpa / tidak disodorkan ke puting susu

Tujuan A. Tujuan Umum


Untuk membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif dan lama
menyusui. Hal tersebut akan terpenuhi kebutuhan hingga bayi berusia 2
tahun dan mencegah anak kurang gizi
B. Tujuan Khusus
Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir yang
komprehensif di tingkat pelayanan dasar

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ,


menyatakan bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No741/Menkes/Per/VI/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
4. UU no.22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
7. Perda no.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktik Bidan

Peralatan

PROSEDUR Langkah 1 : Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan :

1. Saat bayi lahir, lihat waktu/jam kelahiran


2. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah
bayi perlu resusitasi atau tidak
3. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa
menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan
menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain
kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem
4. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada
tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
5. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi Bayi dalam uterus (
hamil tunggal ) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskuler pada
ibu

Langkah 2 : Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling
sedikit satu jam :
1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala
bayi harus berada diantara payudara ibu tapi lebih rendah daripada
puting.
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi
3. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu
jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu
letakkan bantal dibawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual
antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu.
4. Selama kontak kulit ibu dan kulit bayi tersebut, lakukan Managemen
Aktif Kala 3 persalinan
Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai
menyusu :
1. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil
menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan
kontak kulit bayi dan kulit ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah
menemukan puting kurang dari 1 jam
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normallainnya hingga selesai
menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting
setelah 1 jam
4. Bila bayi harus di pindahkan dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau
sebelum bayi menyusu, usahan ibu dan bayi dipindah bersama dengan
mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi
5. Jika bayi belum menemukan puting ibu-IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
6. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan
ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin
K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk
menyusu.
7. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa
hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka
pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti
keduanya sampai bayi hangat kembali.
8. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN FISIK Dr. .........................
BAYI BARU LAHIR NIP..........................

Pengertian Adalah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh Bayi Baru Lahir
untuk menemukan tanda-tanda klinis

Tujuan Untuk mengetahui sedinimungkin jika terdapat kelainan pada bayi

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ,


menyatakan bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No741/Menkes/Per/VI/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
4. UU no.22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
7. Perda no.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktik Bidan
Peralatan  Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan
kehangatan
 Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
 Sarung tangan bersih
Kain bersih
Stetoskop
Jam dengan jarum detik
Termometer
Timbangan bayi
Pengukur panjang bayi
Pengukur lingkar kepala
PROSEDUR 1. Waktu Pemeriksaan BBL :
 Setelah lahir saat bayi stabil ( sebelum 6 jam )
 Pada usia 6-48 jam ( kunjungan neonatal 1 )
 Pada usia 3-7 hari ( kunjungan neonatal 2 )
 Pada usia 8-28 hari ( kunjungan neonatal 3 )
a. Tempat :
Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering,
hangat dan terang
b. Persiapan Diri :
 Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan dengan lap bersih dan
kering atau dianginkan. Jangan menyentuh bayi jika tangan anda
masih basah dan dingin
 Gunakan sarung tangan jika tangan menyentuh bagian tubuh
yang ada darah seperti tali pusat atau memasukkan tangan ke
dalam mulut bayi.
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir setelah
pemeriksaan, kemudian keringkan
 Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu menelanjangi
tubuh bayi bulat-bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka
hanya bagian yang akan dilakukan pemeriksaan atau diamati
dalam waktu singkat untuk mencegah kehilangan panas
c. Persiapan Keluarga
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang apa yang akan dilakukan dan
kemudian beritahukan hasilnya setelah dilakukan pemeriksaan
2. Pemeriksaan Fisik
Prinsip :
 Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang ( tidak
menangis )
 Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan
dan tarikan dinding dada ke dalam, denyut jantung serta perut
Pemeriksaan Fisik yang dilakukan Keadaan Normal

1 Lihat postur, tonus dan ●Posisi tungkai dan lengan fleksi


aktivitas ●Bayi sehat akan bergerak aktif

2 Lihat kulit ●Wajah, bibir dan selaput


lendir, dada harus berwarna
merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul

3 Hitung pernapasan dan ●Frekwensi napas normal 40-60


tarikan dinding dada ke kali permenit
dalam ketika bayi sedang ●Tidak ada tarikan dinding dada
tidak menangis ke dalam yang kuat

4 Hitung denyut jantung ●Frekwensi denyut jantung bayi


dengan meletakkan normal 120-160 kali per menit
stetoskop di dada kiri setinggi
apeks kordis

5 Lakukan pengukuran suhu ●Suhu normal antara 36,5 °C –


ketiak dengan termometer 37,5 °C

6 Lihat dan raba bagian kepala ●Bentuk kepala terkadang


asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam
●Ubun-ubun besar rata atau
tidak menonjol, dapat sedikit
menonjol saat bayi menangis

7 Lihat mata ●Tidak ada kotoran atau sekret

8 Lihat bagian dalam mulut. ●Bibir, gusi, langit-langit utuh


Masukkan satu jari yang tidak ada bagian yang terbelah
menggunakan sarung tangan ●Nilai kekuatan isap bayi, bayi
ke dalam mulut bayi, raba akan menghisap kuat jari
langit-langit pemeriksa

Pemeriksaan Fisik yang dilakukan Keadaan Normal


9 Lihat dan raba perut. ●Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat ●Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali pusat
atau kemerahan sekitar tali
pusat
10 Lihat punggung dan raba ●Kulit terlihat utuh, tidak
tulang belakang terdapat lubang dan benjolan
pada tulang belakang
11 Lihat ekstremitas ●Hitung jumlah jari tangan dan
kaki
●Lihat apakah kaki posisinya
baik atau bengkok ke dalam
atau keluar
●Lihat gerakan ekstremitas
simetris atau tidak
12 Lihat lubang anus : ●Terlihat lubang anus dan
 Hindari memasukkan periksa apakah mekonium
alat atau jari dalam sudah keluar
memeriksa anus ●Biasanya mekonium keluar
 Tanyakan pada ibu dalam 24 jam setelah lahir
apakah bayi sudah BAB
13 Lihat dan raba alat kelamin ●Bayi perempuan kadang
luar : terlihat cairan vagina berwarna
 Tanyakan pada ibu putih atau kemerahan
apakah bayi sudah BAK ●Bayi laki-laki terdapat lubang
uretra pada ujung penis
●Pastikan bayi sudah BAK dalam
24 jam setelah lahir
14 Timbang bayi : ●Berat lahir 2,5-4 kg
 Timbang bayi dengan ●Dalam minggu pertama, berat
menggunakan selimut, badan bayi mungkin turun
hasil dikurangi selimut dahulu baru kemudian naik
kembali dan pada usia 2 minggu
umumnya telah mencapai berat
lahirnya.
Penurunan berat badan
maksimal untuk bayi baru lahir
cukup bulan maksimal 10%.
Untuk bayi kurang bulan
maksimal 5 %.
15 Mengukur panjang badan ●Panjang lahir normal
dan lingkar kepala 48-52 cm
●Lingkar kepala normal
33-37 cm
16 Menilai cara menyusu, minta ●Kepala dan badan dalam garis
ibu untuk menyusui bayinya lurus, wajah bayi menghadap
payudara ibu. Ibu mendekatkan
bayi ke tubuhnya
●Bibir bawah melengkung
keluar sebagian besar ariola
berada di dalam mulut bayi
●Menghisap dalam dan pelan
kadang disertai berhenti sesaat
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
PEMBERIAN Dr. .........................
HB 0 DENGAN UNIJECT NIP..........................
Pengertian Suatu pemberian imunisasi hepatitis B untuk mencegah infeksi hepatitis B
terhadap bayi terutama alur penularan dari ibu ke bayi dengan
menggunakan uniject

Tujuan A. Tujuan umum


Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat terpapar
infeksi hepatitis B
B. Tujuan Khusus
 Tercapainya target pemberian profilaksis pencegahan infeksi
hepatitis B pertama, yang diberikan 1-2 jam setelah pemberian vit
K1
 Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir yang
komperhensif di tingkat pelayanan dasar
 Terlindunginya bayi baru lahir terhadap infeksi hepatitis B

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ,


menyatakan bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No741/Menkes/Per/VI/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
4. UU no.22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
7. Perda no.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktik Bidan

Peralatan  Vaksin hepatitis B uniject (Hb 0 ) 0,5 ml


 Kapas air DTT
 Iap dan Sarung tangan bersih
 Safety box
PROSEDUR
1. Persiapan Petugas :
 Cuci tangan
 Memakai sarung tangan bersih
2. Pelaksanaan :
a. Buka kotak wadah uniject dan periksa :
 Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject tersebut
memang berisi vaksin hepatitis B
 Tanggal kadaluwarsa
 Warna dan tanda pemantau paparan panas ( VVM = Vaccine vial
monitor ) yang tertera atau menempel pada pembungkus uniject
(alumunium foil)

b. Buka kantong alumunium/plastik dan keluarkan uniject


c. Pegang uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum. Aktifkan
uniject dengan cara mendorong tutup jarum ke arah leher dengan
tekanan dan gerakan cepat
d. Saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus
lapisan
e. Buka tutup jarum
f. Selanjutnya tetap pegang uniject pada bagian leher dan tusukan
jarum pada pertengahan paha bayi ( yang sudah diulas oleh kapas
basah air DTT ) secara intra muskuler ( im ), tidak perlu dilakukan
aspirasi
g. Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikan vaksin hepatitis B.
jangan memasang kembali tutup jarum
h. Buang uniject yang telah dipakai tersebut ke dalam wadah alat suntik
bekas yang telah tersedia ( safety box )

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
PEMBERIAN VIT K1 Dr. .........................
INJEKSI NIP..........................
Pengertian Suatu proses pemberian vit K1 ( pytomenadion) pada semua bayi baru lahir
secara injeksi intra muskuler, setelah proses IMD

Tujuan Mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat defesiensi vit K1 yang
dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ,


menyatakan bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No741/Menkes/Per/VI/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
4. UU no.22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
7. Perda no.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktik Bidan

a. Sediaan Vit K1 ampul/1 ml


b. Spuit steril sekali pakai 1 ml dengan jarum ukuran 26 G ( spuit
Peralatan tuberculin )
c. Kapas dan air DTT
d. Sarung tangan bersih
e. Safety box

PROSEDUR

1. Persiapan Petugas :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
b. Memakai sarung tangan
2. Pelaksanaan :
a. Lihat kemasan obat untuk meyakinkan bahwa isi nya adalah Vit K1
dan melihat kadaluarsanya
b. Letakkan bayi dengan posisi punggung di bawah
c. Lakukan desinfeksi pada paha ( antero-lateral)
d. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat sudah tepat
e. Isap vit K1 ke dalam spuit
f. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
g. Dengan gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit,
lakukan aspirasi
h. Masukkan obat secara perlahan
i. Buang spuit ke tempat yang aman ( safety box ) tanpa menutup
kembali jarum (recapping)
j. Cuci tangan

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
PERAWATAN TALI Dr. .........................
PUSAT NIP..........................
Pengertian Suatu tindakan aseptik secara dini yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi yang masuk melalui pembuluh darah

Tujuan Mencegah secara dini terjadinya perdarahan dan infeksi melalui tali pusat

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ,


menyatakan bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan No741/Menkes/Per/VI/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
4. UU no.22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
7. Perda no.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang
pedomanpelaksanaan pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktik Bidan

Peralatan a. Air desinfektan


b. Handuk atau kain bersih dan kering
c. Sabun
d. Betadin

PROSEDUR 1. Persiapan Petugas :


a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan
handuk/kain bersih
2. Pelaksanaan
a. Lipat popok di bawah puntung tali pusat
b. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan dengan hati-hati dengan air
DTT atau sabun lalu bilas dengan air DTT dan segera keringkan secara
seksama dengan menggunakan kain bersih
c. Mengoleskan alkohol atau betadine masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan
d. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL
Dr. .........................
IMD NIP..........................
(INISIASI MENYUSU DINI)
Pengertian Proses menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting
ibunya sendiri/tidak disodorkan ke puting susu

Tujuan Meningkatkan kesehatan bayi baru lahir untuk tercapainya pemberian ASI Ekslusif 6
bulan

Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa


Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku
Kesehatan Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan Posisi Ibu dalam keadaan telanjang dada, selimut bayi, topi bayi

PROSEDUR 1. Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan


kulit bayi
2. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada perut
ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi
3. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri . Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksa bayi ke puting susu
4. Kontak kulit ke kulit ini dibiarkan menetap setidaknya sampai satu jam bahkan
lebih sampai bayi menyusu sendiri
RS
Puskesmas
Posyandu
Instansi Terkait Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak

Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial


Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PEMERIKSAAN FISIK
PADA BAYI BARU Dr. .........................
LAHIR NIP..........................
Pengertian Proses dari seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh BBL untuk
menemukan tanda-tanda klinis

Tujuan Mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi

Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa


Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan
Peralatan 1. Persiapan Alat dan tempat
 Lampu untuk menghangatkan bayi
 Air bersih, sabun dan handuk
 Sarung tangan bersih
 Stetoskop
 Jam dengan jarum detik
 Termometer
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang badan dan lingkar kepala
 Tempat yang terang, datar, rata, bersih, kering dan hangat
2. Persiapan Petugas
 Cuci tangan
 Memakai sarung tangan

PROSEDUR 1. lihat postur, tonus dan aktifitas


 bergerak aktif?
 Posisi tungkai dan lengan flexi?

2. lihat kulit
 warna merah muda
 adakah tanda kemerahan?
 Adakah pustul ?
3. hitung pernapasan dan lihat apakah ada tarikan dinding dada kedalam ketika
bayi sedang tidak menangis
 napas normal 40-60 kali permenit
4. hitung denyut jantung dengan meletakan stetoskop di dada kiri setinggi apeks
kordis
 frekuensi jantung normal 120-160 kali per menit
5. lakukan pengukuran suhu ketiak menggunakan thermometer
 suhu normal 36,5 – 37,5.
6. lihat dan raba bagian kepala
 bentuk simetris?
 Ubun-ubun besar membonjol?
7. lihat mata
 adakah kotoran dan secret ?
8. lihat bagian dalam mulut. Masukan jari yang menggunakan sarung tangan
kedalam mulut dan raba langit-langit mulut
 adakah kelainan congenital ?
 nilai kekuatan menghisap.
9. lihat dan raba perut, lihat tali pusat
 perut datar , teraba lemas ?
 tidak ada perdarahan , nanah , bau ?
10. lihat punggung dan raba tulang belakang
 adakah kelaiana ?
11. lihat ekstermitas
 bentuk simetris ?
 jumlah ?
 gerakan?
12. lihat lubang anus. Hindari memasukan alat atau jari dalam memeriksa anus.
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar
13. lihat dan raba alat kelamin luar. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang
air kecil
14. timbang bayi dengan selimut, hasil kurangi berat selimut
15. mengukur panjang dan lingkar kepala bayi
16. menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL
Dr. .........................
PENANGANAN BBLR NIP..........................

Pengertian Tindakan awal pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram.

Tujuan  Meningkatkan kesehatan bayi berat lahir rendah


 Mengurangi terjadinya komplikasi pada BBLR
Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
5. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan.
Peralatan Kain hangat, topi, vit K1 inj, perlengkapan resusitasi, salep mata, vaksin hepatitis B.

PROSEDUR 1. BBLR tanpa Asfiksia

Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu


Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
1) Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu
2) Keringkan dengan kain kering dan hangat
3) Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
4) Segera member ASI dini dengan membelai
5) Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, aatau lebih dari 24 jam jika bayi
hipotermi, ada penyulit lain
6) Profilaksis suntikan Vit K1 1mg dosis tunggal, IM pada paha kiri
anterolateral
7) Pemberian salep mata antibiotic
8) Perawatan tali pusat
9) Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah/ penyulit, dapat diberikan
vaksinasi hepatitis B pertama pada paha kanan.
1. BBLR dengan Asfiksia
Lakukan langkah awal
 Jaga bayi tetap hangat
 Atur posisi
 Isap lendir
 Keringkan sambil dilakukan rangsang taktil
 Reposisi kepala
 Nilai bayi, jika bayi tidak bernapas spontan lakukan ventilasi
 Bila setelah ventilasi 2 menit tidak berhasil, persiapan rujukan
 Bila bayi tidak dapat dirujuk dan tidak bias bernapas hentikan ventilasi
setelah 10 menit denyut jantung tidak terdengar, siapkan konseling
dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal
2. BBLR 2000- 2499 gram
1) Jaga bayi tetap hangat
 Jaga bayi tetap kontak kulit dengan kulit ( Perawatan Metode kanguru
/PMK)
 Pertahankan posisi ibu dan bayi dengan selembar kain yang hangat
dan dilapisi dengan baju berkancing depan di atasnya
 Tutupi kepala dengan topi
 Mandikan bayi setelah 24 jam atau kondisi stabil
2) Mendorong ibu meneteki(memerah kolostrum dan memberikan dengan
sendok) sesegera mungkin.
3) Periksa tanda vital setiap 30-60 menit selama 6 jam
4) Ajari ibu dan keluarga tentang PMK
5) Jika suhu ketiak turun dibawah 36,5, anjurkan ibu untuk melakukan PMK
secara kontinu, tempatkan keduanya di ruangan yang hangat
6) Anjurkan ibu dan keluarga untuk selalu cuci tangan sebelum memegang
BBLR
7) Jika ada penyulit segera rujuk ke fasilitas kesehatan yang lengkap
8) Kunjungi bayi minimal 2 kali dalam minggu pertama, selanjutnya sekali
dalam tiap minggu sampai berat bayi 2500 gram dengan
mempergunakan format MTBM.
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


PROSEDUR TETAP
PELAYANAN Dr. .........................
NIP..........................
KESEHATAN BAYI
UMUR

29 HARI – 2 BLN
Pengertian Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada
bayi kelompok umur 29 hari – 2 bulan

Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan bayi umur 29 hari – 2 bulan

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/ Menkes/Per/VI/2008 tentang
Standar Minimal Bidanng Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatn Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
5. UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/Sk/VI/006 tentang Pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan Anak.
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak.
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga.
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
Peralatan 1. Timbangan Berat Badan
2. Pengukur Panjang Badan
3. Pita Ukur ( Lingkar Kepala )
4. Format Tumbang / SDIDTK / MTBS
5. Buku KIA / KMS
6. Kohort Bayi
7. Buku Register Imunisasi
8. Thermometer
9. Timer / pengukur waktu
10. Vaksin Imunisasi dan Spuit ( sesuai kebutuhan )
11. Kapas DTT
12. Safety box
13. Formulir informed consent
14. Obat anti piretik ( Paracetamol )
PROSEDUR 1. Lengkapi Identitas Bayi
2. Menimbang berat badan bayi
3. Melihat dan menilai keadaan umum bayi
4. Isi Informed consent untuk dilakukan tindakan imunisasi pada bayi
5. Memberikan imunisasi sesuai umur bayi (BCG, Polio 1, DPT HB1, Polio 2)
6. Konseling kepada ibu tentang :
 ASI eksklusif
 Manfaat Imunisasi / efek samping
 Memberikan obat anti piretik,cara dan dosis pemberian obat
 Tanda – tanda bayi sakit
 Perawatan bayi sehari – hari
 Segera hubungi Bidan / tenaga kesehatan bila ditemukan adanya
masalah kesehatan pada bayi
7. Mencatat semua hasil pemeriksaan / tindakan di Format Tumbang, format
MTBM / MTBS, Buku KIA / KMS, Kohort Bayi dan Buku Register Imunisasi
8. Merujuk bila ditemukan masalah kesehatan/kelainan pada bayi
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL
Dr. .........................
PROSEDUR TETAP NIP..........................
PELAYANAN
KESEHATAN BAYI
UMUR 3 BLN – 5 BLN
Pengertian Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada
bayi umur 3 bulan – 5 bulan

Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan dan tumbuh kembang bayi umur 3 bulan – 5 bulan

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/ Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Minimal Bidanng Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatn Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
5. UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/Sk/VI/006 tentang Pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan Anak.
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak.
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga.
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
Peralatan 1. Timbangan Berat Badan
2. Pengukur Panjang Badan
3. Pita Ukur ( Lingkar Kepala )
4. Format Tumbang / SDIDTK / MTBS
5. Buku KIA / KMS
6. Kohort Bayi
7. Buku Register Imunisasi
8. Thermometer
9. Timer / pengukur waktu
10. Vaksin Imunisasi dan Spuit ( sesuai kebutuhan )
11. Kapas DTT
12. Safety box
13. Formulir informed consent
14. Obat Penurun Panas ( Paresetamol )
PROSEDUR 1. Lengkapi Identitas Bayi
2. Menimbang berat badan bayi
3. Mengukur panjang badan bayi
4. Melihat dan menilai keadaan umum bayi
5. Melakukan Deteksi tumbuh kembang bayi pada kelompok umur 3 – 6 bulan :
 Berbalik dan telungkup ke telentang
 Mengangkat kepala setinggi 90
 Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
 Menggenggam pensil
 Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
 Memegang tanganya sendiri
 Berusaha memperluas pandangan
 Mengarahkan matanya pada benda – benda kecil
 Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
 Tersenyum ketika melihat mainan / gambar yang menarik saat bermain sendiri
6. Isi Informed consent untuk dilakukan tindakan imunisasi pada bayi
7. Memberikan imunisasi:
 Umur 3 bulan DPT/ HB 2, Polio 3
 Umur 4 bulan DPT/ HB 3, Polio 4
8. Konseling kepada ibu tentang :
 ASI eksklusif
 Manfaat Imunisasi dan efek samping dari imunisasi
 Memberikan obat anti piretik,cara dan dosis pemberian obat
 Tanda – tanda Bayi sakit
 Perawatan Bayi sehari – hari
 Stimulasi perkembangan
 Segera hubungi Bidan / tenaga kesehatan bila ditemukan adanya masalah
kesehatan pada Bayi
9. Mencatat semua hasil pemeriksaan / tindakan di Format Tumbang, SDIDTK,
formulir MTBS, Buku KIA / KMS, Kohort Bayi dan Buku Register Imunisasi
10. Merujuk bila ditemukan masalah kesehatan / kelainan tumbuh kembang pada
bayi
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
PELAYANAN Dr. .........................
KESEHATAN BAYI NIP..........................
UMUR 6 BLN – 8 BLN
Pengertian Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada
bayi umur 6 bulan – 8 bulan ( 9 bulan kurang 1 hari )

Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan dan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan – 8 bulan
( 9 bulan kurang 1 hari )
Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/ Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Minimal Bidanng Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatn Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
5. UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/Sk/VI/006 tentang Pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan Anak.
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak.
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga.
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
Peralatan 1. Timbangan Berat Badan
2. Pengukur Panjang Badan
3. Pita ukur ( lingkar kepala )
4. Format Tumbang / SDIDTK, MTBS, kartu nasihat ibu
5. Buku KIA / KMS
6. Kohort Bayi
7. APE / Alat Bantu Permainan yang Sederhana
8. Vitamin A dosis 100.000 IU ( untuk bayi umur 6 bulan )
PROSEDUR 1. Lengkapi Identitas Bayi
2. Menimbang berat badan dan ukur panjang badan bayi serta lingkar kepala
3. Melihat dan menilai keadaan umum bayi
4. Melakukan Deteksi tumbuh kembang bayi pada kelompok
umur 6 – 9 bulan :
 Duduk ( Sikap Tripoid – sendiri )
 Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
 Merangkak meraih mainan / mendekati seseorang
 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
 Memungut dua benda, masing-masing tangan pegang satui benda pada saat
yang bersamaan
 Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
 Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, tatata
 Mencari mainan / benda yang dijatuhkan
 Bermain tepuk tangan / ciluk ba
 Bergembira dengan melempar benda
 Makan kue sendiri
5. Konseling kepada ibu tentang :
 Manfaat ASI eksklusif
 Pemberian makan pendamping ASI sesuai kelompok umur
 Tanda – tanda Bayi sakit
 Perawatan Bayi sehari – hari
 Perawatan gigi bayi
 Stimulasi perkembangan
 Segera hubungi Bidan / tenaga kesehatan bila ditemukan adanya masalah
kesehatan dan kelainan tumbang pada bayi.
6. Mencatat semua hasil pemeriksaan / tindakan di Format Tumbang, Buku KIA /
KMS, Kohort Bayi, format MTBS, format SDIDTK
7. Merujuk bila ditemukan masalah kesehatan/kelainantumbuh kembang pada bayi
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
PELAYANAN Dr. .........................
KESEHATAN BAYI NIP..........................
UMUR 9 BLN – 11 BLN
Pengertian Pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada
bayi umur 9 – 11 bulan (12 bulan kurang 1 hari)

Tujuan Meningkatkan derajat kesehatan dan tumbuh kembang bayi umur 9 - 11 bulan.

Kebijakan 1. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/ Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Minimal Bidanng Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatn Masyarakat.
4. UU no 22 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
5. UU no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
6. KEPMENKES RI no 284/Menkes/Sk/VI/006 tentang Pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan Anak.
7. Perda no 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak.
8. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga.
9. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
Peralatan 1. Timbangan Berat Badan
2. Pengukur Panjang Badan
3. Pita ukur ( lingkar kepala )
4. Kapas DTT
5. Safety box
6. Format Tumbang / SDIDTK
7. Buku KIA / KMS
8. Kohort Bayi
9. Buku Register Imunisasi
10. APE / Alat Bantu Permainan yang Sederhana
11. Vaksin Imunisasi dan Spuit ( sesuai kebutuhan )
12. Formulir informed consent
13. Obat anti piretik ( Paracetamol )
PROSEDUR 1. Lengkapi Identitas Bayi
2. Menimbang berat badan dan ukur panjang badan bayi serta lingkar kepala
3. Melihat dan menilai keadaan umum bayi
4. Melakukan Deteksi tumbuh kembang bayi pada kelompok umur 9 – 11 bulan :
 Mengangkat badanya ke posisi berdiri
 Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
 Dapat berjalan dengan dituntun
 Mengulurkan lengan / badan untuk meraih mainan yang diinginkan
 Menggenggam erat pensil
 Memasukan benda ke mulut
 Mengulang menirukan bunyi yang didengar
 Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
 Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja
 Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
 Senang diajak bermain “ CILUK BA “
 Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
5. Isi Informed consent untuk dilakukan tindakan imunisasi pada bayi
6. Memberikan imunisasi Campak
7. Konseling kepada ibu tentang :
 Manfaat ASI dan makanan pendamping ASI ( makanan yang lebih padat sesuai
kelompok umur )
 Manfaat Imunisasi dan efek samping dari imunisasi
 Memberikan obat anti piretik,cara dan dosis pemberian obat
 Tanda – tanda Bayi sakit
 Perawatan Bayi sehari – hari
 Perawatan gigi bayi
 Stimulasi perkembangan
 Segera hubungi Bidan / tenaga kesehatan bila ditemukan adanya masalah
kesehatan dan tumbang pada bayi
8. Mencatat semua hasil pemeriksaan / tindakan di Format Tumbang, format
SDIDTK, format MTBS, Buku KIA / KMS, Kohort Bayi dan Buku Register
Imunisasi
9. Merujuk bila ditemukan masalah kesehatan/kelainan tumbuh kembang pada
bayi
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
BBLR DENGAN
PERAWATAN METODE Dr. .........................
KANGURU NIP..........................
Pengertian Bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram tanpa memandang masa
kehamilan

Tujuan  Menyesuaikan kehidupan di luar rahim


 Menjaga bayi tetap hangat
 Kontak langsung kulit ibu dengan bayi
 Mempercepat terjadinya kesetabilan suhu tubuh bayi
 Merangsang bayi agar segera mengisap puting ibu

Kebijakan 10. Undang – undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ,


menyatakan bahwa Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien
11. Peraturan Menteri Kesehatan No741/Menkes/Per/VI/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
13. UU no.22 tahun 2003 tentang perlindungan anak
14. UU no.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
15. KEPMENKES RI no.284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
16. Perda no.5 tahun 2006 tentang perlindungan anak
17. KEPMENKES RI no.564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga
18. KEPMENKES RI no.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktik Bidan

Peralatan

PROSEDUR A. Posisi melakukan perawatan


1. Bayi telanjang dadanya, hanya memakai popok, topi, kaos kaki dan
kaos tangan
2. Bayi diletakkan telungkup didada posisi tengah, tubuh menempel
langsung pada ibu
3. Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan napas bayi
4. Kepala bayi menoleh ke samping di bawah dagu ibu (ekstensi
ringan)
5. Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti katak (frog
position)
6. Kemudian “ FIKSASI” dengan selendang
7. Ibu mengenakan pakaian (blus) longgar sehingga bayi berada dalam
satu pakaian dengan ibu, jika perlu gunakan selimut
8. Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain dapat melakukan
metode kanguru.

B. Nutrisi
1. BBLR hanya diberikan ASI saja
2. Bayi bila ingin menyusu ibu sudah siap

C. Dukungan
Keluarga mendukung untuk menjaga kontak ibu dan bayi yang terus
menerus (PMK). Dan apabila diperlukan, petugas kesehatan akan
membantu

D. Pemantauan
1. BBLR harus dipantau untuk tumbuh kembangnya, apabila
didapatkan tanda – tanda bahaya ( harus dirujuk)
2. Kunjungan BBLR minimal 2 x dalam minggu pertama dan
selanjutnya 1 x dalam setiap minggu sampai BB bayi 2500 gram
dengan mempergunakan algoritma MTBM

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN

OPERSIONAL

PROSEDUR TETAP
Dr. .........................
MANAJEMEN TERPADU NIP..........................
BALITA SAKIT (MTBS)
Pengertian MTBS adalah pelayanan konsultasi kesehatan untuk Balita sakit umur 2 bulan
sampai 59 bulan (Penilaian dan Klasifikasi Anak)

Tujuan Untuk memastikan pelaksanaan pelayanan MTBS dilakukan dengan efektif di


Tingkat pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan terhadap Balita
sakit usia 2 bulan sampai 59 bulan.
Kebijakan 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Menyatakan bahwa
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VI/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
7. UU no 22 tahun 2003 tentang perlindungan anak.
8. UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah.
9. KEPMENKES RI no 284/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Buku Kesehatan
Ibu dan anak.
10. Perda no 5 tahun 2006 tentang perlindungan anak.
11. KEPMENKES RI no 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman pelaksanaan
pengembangan desa siaga.
12. KEPMENKES RI no 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik
Bidan.
Peralatan 1. Meja dan kursi untuk pemeriksaan dan konseling
2. Pojok URO
3. Timbangan Berat Badan
4. Pengukur Panjang Badan dan tinggi badan
5. Pita ukur ( lingkar kepala )
6. Timer / penghitung waktu
7. Thermometer
8. Stetoskop
9. Senter
10. Sudip lidah
11. Format MTBS, bagan MTBS dan lembar nasihat ibu
12. Alat peraga dan obat tata laksana MTBS
13. Buku KIA / KMS
14. Kohort Bayi dan kohort balita
15. Formulir informed consent

PROSEDUR 1. Pasien datang ke loket untuk mengambil nomor antrian dan karcis retribusi
dengan menunjukkan kartu berobat dan mendapatkan nomor register
2. Petugas registrasi menyiapkan kartu status pasien ke MTBS
3. Petugas MTBS mengatur nomor panggilan pasien dan memanggil sesuai nomor
urutnya
4. Petugas melakukan anamnesa
5. Setelah anamnesa dilakukan penimbangan berat badan, tinggi/panjang badan,
suhu dan pernapasan
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis head to head
7. Bila tidak ada kelainan, dilakukan tindakan pengobatan sesuai dengan
kebutuhan dengan mengacu pada buku Pedoman Manajemen Terpadu Balita
Sakit.
8. Hasil pemeriksaan tiap pasien MTBS dicatat dalam form Tatalaksana Balita Sakit
umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun dan dicatat di kartu status, R1 MTBS dan
buku kohort balita.
9. Setelah pemeriksaan selesai, petugasmemberikan resep untuk diambil ke loket
obat kepada pasien. Bila obat tidak tersedia di loket obat, pasien menebus obat
ke apotek dengan resep Dokter.
10. Bila ada kasus yang tidak bisa di tangani petugas MTBS, di konsulkan ke dokter
Puskesmas
11. Setiap bulan, petugas membuat laporan hasil kegiatan pelayanan dalam form
Rekapan Kunjungan dan Laporan MTBS

Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
ALUR PELAYANAN MTBS

PASIEN

LOKET

PENDAFTARAN

MTBS

MASALAH
Ya

tidak

TINDAKAN /  Poli Umum ( dokter )


 Konsul Program
PENGOBATAN - Gizi
- Diare

tidak
LOKET OBAT
Ya

RUJUK

PULANG
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL
Dr. .........................
PELAYANAN KESEHATAN NIP..........................
ANAK BALITA (SDIDTK)

Pengertian Pelayanan Kesehatan Anak Balita adalah Pelayanan Kesehatan terhadap anak
yang berumur 12-59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, ahli
gizi, penyuluhan kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain.
Tujuan 1. Meningkatkan pertumbuhan, perkembangan,mental,intelektual dan emosional
dalam lima tahun pertama kehidupan karena masa ini merupakan masa
keemasan atau golden periode dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan
keindraan berbicara serta pembentukan moral.
2. Upaya untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
usia dini dan mencegah kearah yang lebih berat.
Kebijakan 1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa
Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menhormati hak pasien.
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 741/Menkes/Per/VII2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. UU no 20 thn 2003 Tentang Perlindungan Anak
5. UU No. 32 th 2004 Tentang Pemerintah Daerah
6. Perda No 5 th 2006 Tentang Perlindungan Anak
7. KEPMENKES RI No 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga
8. KEPMENKES RI No 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
9. UU no 32 th 2004 Tentang Pemerintah daerah.
Peralatan 14. Timbangan Berat Badan
15. Pengukur Panjang Badan dan tinggi badan
16. Pita ukur ( lingkar kepala )
17. Format Tumbang / SDIDTK
18. Buku KIA / KMS
19. Kohort Bayi dan kohort balita
20. APE / Alat Bantu Permainan yang Sederhana
21. Formulir informed consent
PROSEDUR 12. Pendataan sasaran anak usia 12-59 bulan
13. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku
KIA/KMS, dan pelayanan stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK), sesuai dengan kelompok umur.
14. Di tingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan, perkembangan anak setiap
bulan dilaksanakan di posyandu, Taman bermain, Pos PAUD, Tempat Penitipan
Anak, dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul Athfal.
15. Meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan
SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana Pelayanan Kesehatan) maupun di
luar gedung.
16. Melakukan intervensi bila dijumpai gangguan pertumbuhan dan kelainan
perkembangan dan dilakukan evaluasi 2 minggu berikutnya.
17. Melakukan rujukan bila tidak ada perbaikan setelah melakukan intervensi dan
evaluasi.
18. Penyediaan skrining, kit SDIDTK ( APE, Format KPSP, Format SDIDTK,
stimulasi tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah )
19. Suplemen Vitamin A dosis tinggi 200.000 IU diberikan kepada anak balita 2 kali
pertahun
20. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap balita
21. Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.
Instansi Terkait RS
Puskesmas
Posyandu
Bidan Praktek swasta
Dokter Spesialis Anak
Dokumen Terkait Buku saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Mamajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan Tahun 2010
ALUR PELAYANAN SDIDTK

ANAK BALITA

PETUGAS

SDIDTK

MASALAH

Ya

tidak

STIMULASI - INTERVENSI

EVALUASI 2
MINGGU

PERBAIKAN

ada
Tidak
EVALUASI 2
MINGGU RUJUK
Status Dokumen Induk Salinan No. Distribusi

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG


DINAS KESEHATAN
JALAN RAYA SOREANG KM 17
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STANDAR PELAYANAN Tanggal Terbit DISETUJUI KEPALA DINAS KESEHATAN


OPERSIONAL

PROGRAM USAHA
KESEHATAN SEKOLAH Dr. .........................
NIP..........................
Pengertian Usaha Kesehatan sekolah adalah suatu wahana untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan siswa sedini mungkin secara terpadu

Tujuan Untuk memastiikan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah dapat berjalan
dengan efektif dan tepat sasaran untuk meningkatakan derajat kesehatan dan
membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang beada disekolah

Kebijakan a. UU No.20 th 2003 Tentang Sisitem Pendidikan Nasional


b. UU No.32 th 2004 Tentang Sisitem Pemerintah Daerah
c. UU No.20 th 2002 Tentang Perlindungna Anak
d. SKB 4 Menteri th. 2003 Tentang TP UKS
e. SK Bupati Cirebon No. 441.5/Kep-114-Kesra/2012 tentang TP UKS

Peralatan

PROSEDUR 1. Pendataan
Dilaksanakan setiap tahun ajaran baru untuk siswa TK/SD/SMP//SMA sederajat
2. Penjaringan
Dilaksanakan satu kali dalam setahun meliputi pemeriksaan fisik yaitu, tingi badan,
barat badan,pemeriksaan kulit, pendengaran, gigi dan mulut, untuk pemeriksaan
HB oleh petugas Laboratorium dilaksanakan sekali dalam satu tahun
3. Pemeriksaan berkala
Merupakan pemeriksaan untuk kelas 4 sekolah dasar dilaksanakan dua kali dalam
setahun interval enam bulan, dilakukan pemriksaan fisikseperti penjaringan tetapi
tidak melaksanakan pemeriksaan HB
4. Pemberian obat cacing
Obat cacing diberikan kepada siswa sekolah dasar kelas 1,diberikan dua kali dalam
setahun dengan interval 6 bulan
5. Penyuluhan reproduksi remaja
Dilaksanakan sekali dalam setahun untuk siswa kelas I SMP//SMA sederajat
6. Pencatatan dan Pelaporan
Semua kegiatan dicatat dalam buku visum dan formulir laporan UKS hasil kegiatan
di laporkan ke Dinas Kesehatan.

a. Dinas Pendidikan
b. Dinas Kesehatan
c. Kementerian Agama
Instansi Terkait d. Pengolola PKK
e. PMI

Dokumen Terkait 1. Buku Pedoman pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah Depkes RI Jakarta 1996
2. Pedoman Operasional Terpadu Kesehatan Reproduksi di Puskesmas Depkes RI
bekerja sama dengan Unined Nations Population Fauund Jakarta 2002
DAFTAR STANDAR PELAYANAN OPRASIONAL

NO JENIS SPO ADA TIDAK


1 Aspiksia BBL
2 Tindakan pra rujukan BBLR
3 Pemberian salep mata
4 Pemberian Vit K1
5 Pemberian Imunisasi Hbo
6 Perawatan tali pusat
7 Pemeriksaan fisik BBL
8 Penanganan BBLR
9 Pelayanan neonatus dengan komplikasi
10 Penanganan infeksi bakteri lokal
11 Penanganan bayi diare
12 Penanganan bayi dengan icterus fisiologis
13 Prosedur tetap inisiasi menyusui dini
14 Prosedur tetap pemeriksaan fisik BBL
15 Prosedur tetap pemberian HB0 dengan
uniject
16 Prosedur tetap pemberian vit K1 injeksi
17 Prosedur tetap perawatan tali pusat
18 Kesehatan bayi umur 29hr – 2bln
19 Prosedur tetap pelayanan kesehatan bayi
umur 3 – 5bln
20 Prosedur tetap pelayanan kesehatan bayi
umur 6 – 8bln
21 Prosedur tetap pelayanan kesehatan bayi
umur 9 -11bln
22 Prosedur tetap BBLR dengan perawatan
metoda Kanguru
23 Prosedur tetap MTBS
24 Prosedur tetap anak balita/SDIDTK
25 Prosedur program UKS

Anda mungkin juga menyukai