Anda di halaman 1dari 5

Pengobatan Difteri dengan Menggunakan Terapi Madu

Mahfirani Ayuningrum
Fakultas Kedokteran dan Ilmu – Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
maghfirania@gmail.com

Abstrak
Saat ini sedang marak terjadi wabah difteri di Indonesia. Difteri disebabkan karena
infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit menular
yang sebagian besar penderitanya anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa
dapat terjangkit penyakit ini. Untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit penyakit ini, harus
melalui pemeriksaan dokter dan juga laboraturium. Biasanya seorang yang terjangkit difteri
memiliki gejala seperti radang tenggorokan, demam dan pembengkakan kelenjar getah bening
pada leher (bullneck).
Pengobatan difteri dapat dilakukan dengan perawatan intensif dan juga pemberian obat-
obatan seperti antibiotik pada penderita. Selain itu, penyakit ini juga dapat diminimalisirkan
dengan melakukan terapi madu. Madu merupakan salah satu bahan alami yang bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Di dalam Islam, Rasulullah Saw bersabda “Kesembuhan terdapat dalam 3 hal:
1) Minum madu, 2) Berbekam, dan 3) Menggosok bagian tubuh yang sakit dengan besi yang
dipanaskan dengan api, tetapi aku melarang umatku untuk melakukan penyembuhan dengan
penggosokan menggunakan besi panas.” (HR.Bukhari)1
Currently diptheria occurs in Indonesia. Diptheria caused because an infection of
Corynebacterium diphteriae. Is it infectious diaseases who the most infected are children, but
adults can infected too. To find if someone infected diptheria, must go to doctor or check in the
laboratory. Generally someone who infected diptheria has some symptoms like sore throat, fever,
and bullneck.
The treatments of diptheria can be done with intensive treatments and give some
medicine like an antibiotic to the patient. Other than that, this diseases can be done with honey
therapy. Honey is one of the natural ingridient who are have a benefit for healthy. In Islam,
Rasulullah Saw say “ Recovery can be done with 3 things : 1) Drink honey, 2) Bekam, 3) Rub
the part of body who are sick with heated iron with fire, but i forbid to do this for my people.”
(HR. Bukhari)

Kata Kunci: difteri; madu; terapi; pengobatan


Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di
dunia. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak wabah maupun penyakit
yang menyerang penduduknya. Akhir-akhir ini, difteri adalah wabah yang
sedang marak terjadi di Indonesia. Wabah ini bahkan telah menelan korban di daerah

1
Hamad, Sa’id. Terapi Madu. terj. Fuad Syaifudin Nur. (Depok : Pustaka Iman, 2007). Hal. 18
Garut, Jawa Tengah, menurut liputan6.com sebanyak dua warga dari Kecamatan Kadungora dan
satu wrga dari Kecamatan Pakenjeng meninggal akibat difteri. Hingga saat ini terdapat
20 provinsi di Indonesia yang melaporkan kasus difteri. 2 Wabah ini
kemungkinan masih akan terus merambah mengingat musim pancaroba
sedang terjadi di Indonesia. Semakin maraknya wabah ini, membuat dinas
kesehatan dan berbagai pelayanan kesehatan bergerak cepat. Salah satu
langkah yang ditempuh adalah melakukan cek kesehatan kepada warga
sekitar dan juga anak-anak di sekolahan
Pengobatan difteri dapat dilakukan dengan perawatan intensif dan juga
vaksinisasi. Selain tiu, madu juga dapat digunakan untuk mencegah
sekaligus meminimalisirkan penyakit ini. Madu terbukti mengandung bahan
anti bakteri yang dapat menghambat serta membunuh pertumbuhan bakteri
di dalam tubuh.3 Karena difteri merupakan suatu penyakit akibat infeksi
bakteri, maka madu dapat meminimalisir pertumbuhan bakteri tersebut.
Oleh karena itu, artikel ini dibuat untuk menjelaskan secara rinci
menggenai pengobatan difteri dengan terapi madu. Di dalam artikel berisi
penjelasan mengenai penyakit difteri serta bagaimana cara melakukan
terapi madu untuk mengatasinya.

Hasil dan Pembahasan


Penyakit Difteri
Difteri adalah salah satu penyakit infeksi akut yang sangat menular dan disebabkan oleh
Corynebacterium diptheriae dengan ditandai oleh pembentukan pseudomembran pada kulit atau
mukosa.4 Infeksi ini biasanya terjadi pada faring, laring, hidung, telinga dan dapat juga pada
kulit. Infeksi ini dapat menyebabkan gejala-gejala seperti batuk, pilek, demam, radang
tenggorokan dan bullneck yaitu oembesaran kelenjar pada bagian leher.
Di Indonesia, difteri banyak terdapat di daerah-daerah berpenduduk padat dengan angka
kematian yang cukup tinggi.5 Saat ini kasus difteri sedang marak terjadi dan bahkan menelan
korban jiwa. Setidaknya 20 provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus ini kepada dinas
kesehatan.
Difteri termasuk dalam salah satu penyakit menular. Penyakit ini dapat menular melalui
percikan ludah penderita saat bersin maupun batuk, sentuhan langsung pada luka akibat difteri
pada kulit penderita ataupun pada barang- barang yang telah terkontaminasi bakteri seperti
handuk. Oleh karena itu, kebersihan harus selalu diperhatikan agar bakteri difteri tidak masuk ke
dalam tubuh.
Bakteri difteri yang masuk ke dalam tubuh akan menghasilkan toksin yang membuat sel-
sel sehat dalam tubuh kita mati. Sel- sel yang mati akan membentuk membran (lapisan tipis)
berwarna abu – abu pada tenggorokan. Jika dibiarkan terus menerus, maka toksin akan menyebar

2
Supriadin, Jayadi. Waspada, Wabah Difteri Belum Belum Berlalu.
http://regional.liputan6.com/read/3197671/waspada-wabah-difteri-belum-berlalu
3
VIVA, Tim. Bangkitnya Difteri dari ‘Kubur. http://www.viva.co.id/indepth/sorot/988086-bangkitnya-difteri-dari-
kubur
4
Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. ( Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008). Hal.2
5
Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. ( Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008). Hal.2
dalam aliran darah dan merusak organ tubuh terutama jantung, saraf dan ginjal. Biasanya hal ini
terjadi setelah 3-7 minggu terjadinya infeksi.
Penyakit difteri dapat diketahui jika telah melakukan pemeriksaan laboraturium. Namun,
diagnosis perlu dilakukan untuk mencegah keterlembatan pemberian antitoksin yang dapat
mempengaruhi prognosis penderita.6 Biasanya diagnosis dilakukan dengan melihat bagian
tenggorokan penderita apakah ditemui adanya membran yang berwarna keabu-abuan dan
melekat pada mukosa. Selain itu, jika difteri menyerang pada bagian kulit maka dilakukan tes
shick, yaitu menyuntikkan antitoksin pada penderita.
Pengobatan difteri dapat dilakukan dengan perawatan yang baik, istirahat total, isolasi
penderita dan makanan lunak yang dapat mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori 7.
Selain itu, ditunjang dengan pengobatan seperti antitoksi, antibiotik dan vaksin. Sebenarnya
difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi DPT pada usia 2,4, dan 6 bulan. Namun
karena kurang sadarnya masyarakat Indonesia tentang kesehatan maka tidak banyak orang yang
melakukan imunisasi ini.
Terapi Madu
Madu telah dijadikan sebagai obat sejak masa Nabi Muhammad Saw.
Banyak hadist yang menerangkan mengenai pengobatan menggunakan
madu, salah satunya adalah hadist dari Abu Sa’id Al-Khudri yang
mengatakan bahwa suatu ketika ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah
dan berkata bahwa saudaranya mengeluhkan sakit kemudia Rasulullah
menjawab dengan berkata “ Minumkanlah padanya madu” (HR. Bukhari dan
Muslim)8. Selain itu, terdapat suatu hadist yang di riwayatkan oleh Bukhari
bahwasanya kesembuhan terdapat dalam 3 hal, yang pertama ialah
meminum madu.
Madu mengandung air, glukosa, fruktosa, sukrosa, asam amino, asam
lemak yang membantu proses penyerapan vitamin di dalam usus, dan
beberapa zat mineral seperti kalsium, fosfor, potassium, sodium, zat besi,
mangan dan tembaga.9 Selain itu, banyak penelitian di laboraturium yang
menunjukkan bahwa madu memiliki khasiat dapat membunuh bakteri
(antimicrobial). Sampai saat ini belum diketahui zat apakah yang membuat
madu dapat membunuh bakteri, hanya saja terdapat penelitian yang
membandingkan antara zat gula pada larutan gula dengan madu yang
kemudian diteteskan pada bakteri, hasilnya bakteri yang ditetesi madu
pertumbuhannya terhenti sedangkan hal sebaliknya terjadi pada bakteri
yang ditetesi larutan gula.
Dari penelitian para ahli, dapat diketahui bahwasanya madu dapat
menghentikan pertumbuhan bakteri. Difteri merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin bahwa madu
dapat meminimalisir penyakit ini.

6
Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. ( Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008). Hal. 7-8

7
Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. ( Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008). Hal.12
8
Hamad, Sa’id. Terapi Madu. terj. Fuad Syaifudin Nur. (Depok : Pustaka Iman, 2007). Hal. 16
9
Hamad, Sa’id. Terapi Madu. terj. Fuad Syaifudin Nur. (Depok : Pustaka Iman, 2007). Hal. 30
Pengobatan penyakit difteri memang dapat melalui medis, namun efek
yang ditimbulkan dari penggunaan obat-obat kimia sangat berbahaya
terutama bagi ginjal. Oleh karena itu, jika bahan alami seperti madu
mengandung khasiat yang baik bagi kesehatan, tentu tidak ada salahnya
kita melakukakannya. Dari berbagai penelitian, presentase pasien yang
berhasil disembuhkan dengan menggunakan terapi madu mencapai 83%
dimana kondisi kejiwaan dan kesehatan mereka benar-benar membaik.10
Terapi madu bagi penderita difteri dapat dilakukan dengan cara
mengonsumsi satu sendok makan madu setiap 2 jam sebelum makan. Selain
itu, untuk difteri pada kulit dapat dioleskan madu pada bagian yang luka
kemudian ditutup dengan kasa, dan dilakukan selama 3 kali sehari. Hal
tersebut dilakukan sampai kondisi penderita stabil. Namun sebaiknya
disarankan untuk mengkonsumsi madu sebulan 3 kali, karena madu dapat
mencegah timbulnya penyakit dengan membentuk antibodi. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah Saw, “Barang siapa yang minum madu 3 tegukan
dalam setiap bulannya, dia tidak akan terkena bala’ yang besar” (HR Ibnu
Majah).11 Tetapi ada satu hal yang perlu kita yakini, bahwa segala penyakit
dan kesembuhannya datang dari Allah Swt. Oleh sebab itu, selain berusaha
kita juga harus meminta kesembuhan pada Allah Swt. dengan cara berikhtiar
dan berdoa.
Kesimpulan
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Saat
ini pengobatan difteri dapat dilakukan secara medis maupun non-medis.
Salah satu pengobatan non-medis adalah terapi madu. Madu mengadung zat
antibakteri yang dapat mematikan dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Terapi madu bagi penderita difteri dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
satu sendok makan madu 2 jam sebelum makan sampai kondisi tubuh
kembali stabil.
Pengobatan difteri secara non-medis mungkin tidak hanya
menggunakan madu saja. Namun juga dapat dari bahan-bahan alam lainnya
seperti jinten hitam. Pengembangan serta penelitian lebih lanjut dibutuhkan
untuk mengetahui hal tersebut.
Daftar Pustaka:
Hamad, Sa’id.Terapi Madu. Terj Fuad Syaifudin Nur. Depok: Penerbit Pustaka Iman, 2007.
Rampengan,T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ,
2008.
Supriadin, Jayadi. Waspada, Wabah Difteri Belum Belum Berlalu.
http://regional.liputan6.com/read/3197671/waspada-wabah-difteri-
belum-berlalu Diakses pada Minggu, 17 Desember 2017 pukul 16.11

10
Hamad, Sa’id. Terapi Madu. terj. Fuad Syaifudin Nur. (Depok : Pustaka Iman, 2007). Hal. 111
11
Hamad, Sa’id. Terapi Madu. terj. Fuad Syaifudin Nur. (Depok : Pustaka Iman, 2007). Hal. 18-19
VIVA, Tim. Bangkitnya Difteri dari ‘Kubur.
http://www.viva.co.id/indepth/sorot/988086-bangkitnya-difteri-dari-kubur
Diakses pada Senin, 18 Desember 2017 pukul 06.43
http://www.alodokter.com/difteri Diakses pada Sabtu, 16 Desember 2017
pukul 19.27

Anda mungkin juga menyukai