Anda di halaman 1dari 16

SALEP MATA

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan
perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang
ketat serta memenuhi syarat Uji Sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak
dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat Uji
Sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran
bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka (PENGAWET) pada waktu penggunaan; kecuali
dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik.
Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus.
Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel
logam pada Uji Salep Mata. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian
dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi
obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada
kondisi penyimpanan yang tepat. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan.
Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan
dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini
memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
Kata Kunci DI FI VI :
• Chapter 71 (Uji Sterilitas)
• Chapter 1241 (Uji Salep Mata)

Bahan-bahan yang sesuai boleh ditambahkan pada salep mata untuk meningkatkan kestabilan atau
kegunaan, kecuali jika dilarang pada masing-masing monografi dengan syarat tidak berbahaya dalam
jumlah yang diberikan dan tidak boleh mempengaruhi efek terapi atau respons pada penetapan kadar
dan pengujian yang spesifik. Pada sediaan untuk penggunaan mata, tidak boleh ditambahkan zat
warna, semata-mata untuk tujuan pewarnaan pada sediaan akhir
FAST TRACK
Seperti halnya semua formulasi salep, ophthalmic salep disiapkan dengan dispersi agen terapeutik di
dasar salep yang telah disiapkan sebelumnya.
• Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon banyak digunakan dalam salep mata dan umumnya terdiri dari campuran parafin
(untuk mencapai viskositas yang tepat). Dalam hal ini, parafin lunak kuning / yellow soft paraffin
lebih disukai daripada parafin lunak putiih. Parafin lunak putih adalah bentuk parafin lunak
kuning yang diputihkan, sehingga dikaitkan dengan potensi iritasi okular yang lebih rendah.

• Basis absorpsi non-emulsi/salep serap


Terdiri dari satu atau lebih parafin (misalnya parafin cair dan kuning lunak) dan bahan
pengemulsi yang mengandung sterol (misalnya turunan lanolin). Basis ini kurang berminyak
daripada hidrokarbon dan, sebagai tambahan, larutan berair dari obat dapat dimasukkan ke
dalam basis absorpsi yang tidak diemulsikan.
• Basis larut air / gel berair
Basis yang larut dalam air dapat diberikan pada mata dengan indikasi pada penglihatan
kabur (karena sifatnya yang dapat bercampur dengan air). Basis ini terutama diformulasikan
menggunakan polietilen glikol. Baru-baru ini gel berair yang mengandung zat terapeutik terlarut atau
terdispersi telah berhasil digunakan untuk pengobatan infeksi dan/atau peradangan. Gel berair yang
terdiri dari poli (asam akrilat) umumnya digunakan untuk tujuan ini dan, sebagai tambahan, telah
berhasil digunakan untuk pengobatan glaukoma (memerlukan lebih sedikit pemberian per hari
dibandingkan dengan larutan berair yang mengandung obat ini). Selain itu, gel poli (asam akrilat) (tanpa
zat terapeutik) juga telah digunakan untuk pengobatan keratokonjungtivitis sicca (sindrom mata kering).

EKSIPIEN SALEP MATA


Sifat eksipien yang dibutuhkan dalam salep mata bergantung pada sifat dasar salep yang
digunakan dalam formulasi. Biasanya basis salep berbahan dasar hidrokarbon dan basa yang tanpa
atau mengandung konsentrasi air yang lebih rendah tidak memerlukan eksipien lebih lanjut.
Ditambahkan antioksidan non-air, mis. butylated hydroxytoluene, dan butylated hydroxyanisole,
mungkin diperlukan jika agen terapeutik rentan terhadap degradasi oleh oksidasi. Sebaliknya, pada
basis dengan sistem berair, mis. gel poli(asam akrilat) (yang mungkin mengandung 95% b/b air), akan
membutuhkan jenis eksipien yang sama yang biasa digunakan dalam larutan berair, mis. pengawet,
buffer dan antioksidan yang larut dalam air.

PEMBUATAN SALEP MATA


Pembuatan salep mata sangat mirip dengan yang digunakan untuk formulasi formulasi sale. Namun,
satu perbedaan penting adalah persyaratan bahwa salep bentuk sediaan mata harus steril. Karena
viskositasnya yang relatif tinggi, sterilisasi terminal salep sulit dan hanya dapat dilakukan (dalam
contoh terbatas) pada proses suhu tinggi. Oleh karena itu, salep biasanya diproduksi dan dikemas
dalam kondisi aseptik. Komponen dasar salep biasanya disiapkan dalam bak pencampur tertutup di
mana panas dapat digunakan baik untuk membantu pelarutan dan pencampuran bahan dan, yang
penting, untuk mensterilkan dasar salep. Agen terapeutik steril kemudian dapat ditambahkan ke dasar
steril dan dicampur sampai homogen. Pengisian salep ke dalam wadah akhir dilakukan dalam kondisi
aseptik.

Contoh Penyelesaian
Membuat neraca keuangan • Neraca terdiri atas aktiva dan pasiva, Harus SAMA.
• Aktiva : Kas, Persediaan, Piutang, Sewa Gedung,
Inventaris
• Pasiva : Modal, Hutang, Bunga Hutang
• Cara menghitung modal = Total Aktiva – Pasiva Lancar
Membuat laporan laba • HPP : (Persediaan awal+Pembelian)-Persediaan Akhir
rugi, menghitung HPP, • Laba = Biaya usaha – Margin
pph, dan laba, itor, • Pajak = 0,5% x penjualan satu tahun
perputaran • Perputaran Persediaan (PP)/ ITOR
persediaan/ITOR, net 𝐻𝑃𝑃
PP/ITOR = (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)/2
profit margin.
• Safety Stok = Lead time x Pemakaian Rata2
• ROI = Keuntungan / Modal
• ROA = Penghasilan Bersih/Total Aset
• ROE = Penghasilan Bersih/Modal
• Reorder Point (ROP) = (Lead time x Pemakaian rata -rata)
+ Safety Stok
Membuat/ mengisi kartu Komponen kartu stok :
stok a. Nama Obat
b. Tanggal
c. Masuk (Sumber dan No. Batch)
d. Keluar
e. Sisa
f. Paraf
• Kartu stok bertujuan untuk mengendalian persediaan,
memudahkan invetaris obat dan perencanaan pengadaan.
Penyimpan Obat 1. FIFO
2. FEFO
3. LASA → beri label LASA
4. Tall Man Lettering → cisPLATIN dan carboPLATIN
• Penyimpanan obat berdasarkan suhu sediaan.
Pendistribusian Obat 1. Floor Stock → obat emergensi, BMHP, dan beberapa alkes
spt spuit.
2. ODD → lihat dosis obat jika 1x penggunaan masuk ODD
3. UDD → semua obat, kecuali alkes dan BMHP
4. Individual Prescribing → khusus obat rajal
Pengadaan Obat 1. Puskesmas → LPLPO
2. Rumah Sakit → e-catalogue
3. Apotek → langsung ke PBF
SOP Pengadaan Obat 1. Dilakukan kegiatan stok opname di akhir bulan dengan
menyesuaikan jumlah fisik perbekalan farmasi dengan
kartu stok di setiap item perbekalan farmasi.
2. Dilakukan pencatatan pada lembar rencana kebutuhan
obat yang meliputi:
a. Nama item obat
b. Jumlah Pemakaian dalam periode 1 bulan
c. Sisa stok obat
d. Rata-rata kebutuhan obat dalam 1 bulan
e. Stok pengaman/safety stock (SS)
3. Dilakukan perhitungan perencanaan pengadaan obat
menggunakan rumus:
CT = (CA x T) + SS – Sisa stok
Keterangan:
CT = Kebutuhan yang akan dipesan
CA = rata – rata kebutuhan dalam 1 bulan
T = Lama waktu pengadaan (bulan)
SS = Stok pengaman
4. Meminta persetujuaan rencana pengadaan obat kepada
Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
5. Menentukan PBF yang akan dipilih berdasarkan
kualifikasi (dipertimbangkan perbekalan farmasi yang
tersedia di PBF, lead time, dan harga item obat).
6. Menghubungi pihak PBF yang bersangkutan untuk
kegiatan pengadaan obat.
7. Mengirimkan surat pesanan (SP) kepada PBF yang dituju.
8. Dilakukan penerimaan barang jika perbekalan farmasi
yang dipesan telah tiba dan pencatatan.
Untuk Puskesmas Pengaadaan LPLPO
1) Petugas melakukan perencanaan kebutuhan obat
berdasarkan metode konsumsi dan morbiditas.
2) Petugas melakukan pemesanan obat melalui RKO
(Rencana Kebutuhan Obat) selama 1 tahun dengan buffer
stok 6 bulan.
3) Petugas melakukan pengambilan obat tiap satu bulan
sekali berdasarkan lembar permintaan di LPLPO
puskesmas.
Surat Pesanan 1. Narkotika → 4 rangkap (1 sediaan 1 SP)
2. Psikotropika dan Prekursor → 3 rangkap
3. SP biasa → 2 rangkap
Berita Acara Pemusnahan • Untuk obat kadaluarsa dan rusak
Obat • Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
• Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan
SOP Pemusnahan Obat Langkah – langkah :
a. Petugas farmasi melakukan identifkasi dan
pengecekan terhadap obat-obat yang rusak dan
mendekati masa kadaluwarsa
b. Petugas farmasi mencatat Semua obat yang rusak dan
telah kadaluwarsa pada Buku Rekapan Obat
Kadaluwarsa/Rusak.
c. Petugas farmasi menyimpan Obat yang sudah
laluwarsa dan rusak ditempat tertentu
d. Petugas farmasi melaporkan daftar obat kadaluarsa ke
Kepala Puskesmas.
e. Kepala puskesmas membuat usulan pemusnahan obat
kadaluarsa ke Dinas Kesehatan Kota
f. Kepala Puskesmas, Petugas farmasi dan saksi
menandatangani berita acara pemusnahan obat jika
akan dilaksankan pemusnahan obat rusak dan
kadaluarsa.
Perhitungan Perencanaan 1. Konsumsi

2. Epidemiologi/Morbiditas

3. Stok Optimum → stok yang diserahkan ke unit pelayanan


agar tidak terjadi kekosongan

Analisis Pareto Analisis Pareto atau ABC (always, better, control)


Mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dana.
• Pareto A : kelompok jenis obat yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana
sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan. 70%
• Pareto B : kelompok jenis obat yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana
sekitar 20% dari jumlah dana obat keseluruhan. 71-
90%
• Pareto C : kelompok jenis obat yang jumlah nilai
rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana
sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan. 91-
100%
Perhitungan di pareto :
Jumlah x nilai = hasil
Hasil / keseluruhan total hasil x 100 akan menjadi persen
Persen kumulatif → persen 1 + persen 2, dst

Perhitungan Lain
SOP Perencanaan 1. Mengumpulkan data pemakaian obat dan bahan medis
habis pakai 3 bulan sebelumnya
2. Menganalisa data pemakaian obat dan bahan medis
habis pakai
3. Menghitung stok minimum per item obat dan bahan
medis habis pakai
4. Menghitung perkiraan kebutuhan obat dan bahan
medis habis pakai untuk bulan berikutnya
5. Menyesuaikan perkiraan kebutuhan obat dan bahan
medis habis oakai bulan berikutnya dengan sisa stok
obat dengan rumus sebagai berikut:
𝐿
𝑆𝑆 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 x d
Dimana
SS = safety stock
L = lead time
d = kebutuhan rata-rata/bulan

Smin = (dxt) + SS – sisa stok

Dimana
Smin = stok minimum, jumlah yang harus dibeli
t = jangka waktu pengadaan
SS = safety stock
d = kebutuhan rata-rata/bulan
6. Hasil perhitungan dari jumlah pengadaan obat
kemudian dicatat dan dilaporkan kepada bagian
pengadaan obat.
SOP Penerimaan Obat 1. Tim penerima dan pemeriksa barang farmasi
memeriksa kelengkapan faktur / bukti pengiriman
barang
2. Cocokkan faktur/bukti pengiriman dengan arsip surat
pesanan/dokumen pendukung pengadaan
3. Tim penerima dan pemeriksa barang farmasi menerima
dan memeriksa barang sesuai dengan spesifikasi yang
tertera pada Surat Pesanan (SP) meliputi :
a. nama barang
b. jumlah
c. kondisi fisik
d. no batch
e. tanggal kadaluarsa
f. harga
g. waktu pengiriman.
h. tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun atau sesuai
kesepakatan, dan pastikan barang yang diterima sesuai
dengan spesifikasi yang telah di tetapkan
4. Tim penerima dan pemeriksa barang menandatangani
faktur atau bukti pengiriman barang dan membuat
berita acara penerimaan barang
5. Tim penerima dan pemeriksa barang farmasi
menyerahkan barang farmasi yang telah diterima dan
diperiksa kepada petugas Gudang Farmasi beserta
salinan faktur atau bukti pengiriman barang
6. Petugas gudang farmasi menerima barang farmasi dari
tim penerima dan pemeriksa barang serta melakukan
fungsi pemyimpanan
7. Tim penerimaan dan pemeriksa barang farmasi
melakukan pengarsipan faktur dan/atau bukti
pengiriman barang
8. Laporkan Faktur yang tidak sesuai dengan dokumen
pengadaan dan/atau barang yang diterima kepada
pejabat pengadaan untuk dilakukan konfirmasi kepada
distributor yang bersangkutan
9. Jika Barang yang diterima tidak sesuai dengan
spesifikasi, laporkan kepada pejabat pengadaan dan
kepala IFRS untuk dilakukan retur kepada distributor
terkait sesuai SOP ‘Pengembalian Perbekalan Farmasi
Kepada Distributor (Retur PBF)

SALEP NON STERIL

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok:

• Dasar salep senyawa hidrokarbon


Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih dan salep
putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar
dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Contoh basis
hidrokarbon yaitu : vaselin kuning, vaselin putih, paraffin, minyak mineral, salep kuning, dan
salep putih
• Dasar salep serap
Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas
dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak
(Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam
minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar
salep serap juga bermanfaat sebagai emolien. Contohnya yaitu : adeps lanae, lanolin anhidrat,
dan krim pendingin.
• Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain. Salep hidrofilik dan lebih
tepat disebut “Krim”. Dasar ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena
mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik.
Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar
salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air
dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. Contoh basis ini yaitu
: Na Lauril sulfat.
• Dasar salep larut dalam air
Dasar salep larut dalam air Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak”
dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut
dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut
“gel”. Contoh basis : PEG.

Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat
bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang
diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam Dasar salep
hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif
dalam dasar salep yang mengandung air.

Basis salep yang satu dengan basis lainnya mempunyai sifat yang berbeda sebab komposisi
bahan yang berbeda pula, sehingga pemilihan basis sangat penting sebab akan berpengaruh terhadap
pelepasan obat. Pelepasan obat dari salep dipengaruhi oleh konsentrasi obat (dosis obat) dalam basis,
jenis basis salep, kelarutan obat dalam basis, waktu difusi dan viskositas. Jika kelarutan obat dalam
basis tinggi maka afinitasnya kuat yang artinya koefisien difusi rendah sehingga pelepasan obat menjadi
lambat dan sebaliknya. Konsentrasi obat dalam basis akan mempengaruhi viskositas dari sediaan salep.
Viskositas yang tinggi menyebabkan koefisien difusi obat dalam basis rendah sehingga pelepasan obat
menjadi kecil. Waktu difusi semakin cepat maka pelepasan obat semakin besar, sebaliknya jika waktu
difusi lambat maka pelepasan obat semakin kecil (Voigt, 1984).

PEMBUATAN SALEP
Pada proses pembuatan salep terdapat 2 metode pembuatan salep, yaitu metode pencampuran
dan metode peleburan. Pemilihan metode tersebut tergantung kepada sifat pada masing-masing bahan
yang digunakan.
Pada metode pencampuran dilakukan dengan cara semua komponen salep yang akan
digunakan dicampur secara bersama-sama didalam mortir sampai semua komponen tersebut menjadi
homogen. Sedangkan pada metode peleburan dilakukan dengan cara meleburkan beberapa komponen
basis salep secara bersama kemudian setelah melebur basis tersebut didinginkan dengan pengadukan
sampai basis tersebut mengental, dan komponen yang tidak ikut dilarutkan dicampurkan setelah
komponen yang tadi dilarutkan sudah dingin kemudian semua basis dicampur sampai homogen
(Pratistha, 2013).

FORMULASI SALEP

• Bahan aktif : Acylovir


- Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hampir putih; melebur pada suhu lebih dari 250
disertai peruraian.
- Kelarutan : Larut dalam asam hidroklorida encer; sukar larut dalam air; tidak larut dalam
etanol.
• PEG 3350 dan 400 : Basis Salep
• Propilen Glikol : Pelarut Bahan Aktif

PENGUJIAN SALEP

1. Uji Organoleptik
Pengamatan yang dilakukan oleh dalam uji ini adalah bentuk sediaan, bau dan warna sediaan. Parameter
kualitas salep yang baik adalah bentuk sediaan setengah padat, salep berbau khas ekstrak yang
digunakan dan berwarna seperti ekstrak (Anief, 1997).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sediaan salep dilakukan untuk melihat perpaduan bahan-bahan (basis dan zat aktif)
sehingga menjadi bentuk salep yang homogen. Jika terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat aktif
akan terjadi proses penggumpalan sehingga mengakibatkan bentuk sediaan yang memiliki partikel lebih
besar dari sediaan (Lachman, 1994). Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengamati hasil
pengolesan salep pada plat kaca. Salep yang homogen ditandai dengan tidak terdapatnya gumpalan pada
hasil pengolesan sampai titik akhir pengolesan. Salep yang diuji diambil dari tiga tempat yaitu bagian
atas, tengah dan bawah dari wadah salep (Depkes, 1996).

3. Uji Pengukuran PH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengukuran pH dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui sifat dari salep dalam mengiritasi kulit. Kulit normal berkisar antara
pH 4,5-6,5. Nilai pH yang melampaui 7 dikhawatirkan dapat menyebabkan iritasi kulit (Gozali, 2009)
Pengukuran nilai pH menggunakan alat bantu stik pH atau dengan menggunakan kertas kertas pH
universal yang dicelupkan ke dalam 0,5 gram salep yang telah diencerkan dengan 5ml aquadest. Nilai
pH salep yang baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Tranggono dan Latifa,
2007).
4. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar tiap sediaan dengan variasi tipe basis dilakukan untuk melihat kemampuan
sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk
menjamin pemberian obat yang memuaskan. Perbedaan daya sebar sangat berpengaruh terhadap
kecepatan difusi zat aktif dalam melewati membran. Semakin luas membran tempat sediaan menyebar
maka koefisien difusi makin besar yang mengakibatkan difusi obat pun semakin meningkat, sehingga
semakin besar daya sebar suatu sediaan maka semakin baik (Hasyim, 2012). Sebanyak 0,5 gr setiap
diletakkan diatas kaca bulat yang berdiameter 15cm, kaca lainnya diletakkan diatasnya dandibiarkan
selama 15 menit, kaca lainnya diletakkan diatasnya selama 1menit. Diameter sebar salep diukur.
Setelahnya ditambahkan 100gr beban tambahan dan didiamkan selama1menit lalu diukur diameter yang
konstan (Astuti, et al, 2010). Sediaan salep yang nyaman digunakan memiliki daya sebar 5-7cm (Grag
et al., 2002).
5. Uji konsistensi
Uji konsistensi merupakan suatu cara untuk menentukan sifat berulang, seperti sifat lunak dari setiap
jenis salep. Melalui sebuah angka ukur untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan alat metode
penetrometer (R.voight, 1995).

Anda mungkin juga menyukai